Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai"

Transkripsi

1 No. Katalog BPS : Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai 1

2 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 Nomor Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : vi + 39 Penanggung Jawab Naskah Gambar Kulit Penulis : Kepala BPS Kabupaten Serdang Bedagai : BPS Kabupaten Serdang Bedagai : Seksi Statistik Sosial : Dame Magdalena Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Sosial Kabupaten Serdang Bedagai Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

3 KATA PENGANTAR Publikasi Kabupaten Serdang Bedagai merupakan publikasi tahunan BPS Kabupaten Serdang Bedagai yang menyajikan data tentang tingkat kesejahteraan rakyat Kabupaten Serdang Bedagai antar waktu. Data publikasi Kabupaten Serdang Bedagai 2011 bersumber dari Proyeksi Penduduk, Susenas, dan Serdang Bedagai Dalam Angka. Dimensi kesejahteraan mencakup aspek-aspek kehidupan yang sangat luas dan tidak semua dapat diukur. Menyadari hal tersebut, publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek yang dapat diukur dan tersedia datanya. Oleh karena keterbatasan data maka data kemiskinan masih memakai data Tahun Untuk memudahkan interpretasi, perubahan tingkat kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup. Bidang-bidang tersebut adalah kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, kemiskinan, pola komsumsi, perumahan dan lingkungan dan sosial lainnya. Publikasi ini terwujud berkat kerja keras tim penyusun dari Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Serdang Bedagai. Kepada pihak lain yang secara aktif memberikan sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan publikasi serupa di masa mendatang. Sei Rampah, Oktober 2012 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Ir. Ida Suswati, M. Si. Nip Kabupaten Serdang Bedagai 2011 ii

4 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik ii iii iv v I. Kependudukan 1 II. Kesehatan dan Gizi 11 III. Pendidikan 18 IV. Kemiskinan 23 V. Pola Komsumsi 30 VI. Perumahan dan Lingkungan 33 VII. Sosial Lainnya 37 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 iii

5 DAFTAR TABEL Halaman KEPENDUDUKAN 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut 2 Kecamatan Tahun Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan Menurut 7 Jenis Kelamin Tahun 2010 dan Persentase Wanita Berusia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Tahun 2010 dan KESEHATAN DAN GIZI 2.1. Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut 12 Jenis Kelamin Tahun 2010 dan Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Sebulan Yang Lalu 12 Menurut Jumlah Hari Sakit Tahun 2010 dan Persentase Balita Yang Pernah Imunisasi Tahun Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan terakhir 16 Tahun 2010 dan Persentase Penduduk Yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2010 dan PENDIDIKAN 3.1. Persentase Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun Kabupaten Serdang Bedagai 2011 iv

6 KEMISKINAN 4.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun POLA KOMSUMSI 5.1. Rata-Rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Dan Persentase Rata-Rata Pengeluaran /Kapita/Bulan Tahun 2010 dan PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan dan Daerah Tempat Tinggal Tahun Kabupaten Serdang Bedagai 2011 v

7 DAFTAR GRAFIK GRAFIK Halaman 1.1. Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Anak Yang Masih Hidup (AMH) Tahun 2010 dan Rata-Rata Pemberian ASI dan Pemberian ASI Eklusif Tahun 2010 dan Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas Tahun 2010 dan Persentase Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Penerangan Listrik Tahun Persentase Rumah Tangga Yang Mempunyai Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi Menurut Jenis Alat Komunikasi dan Informasi 2010 dan Persentase Rumah Tangga Yang Mendapatkan Pelayanan Gratis dan Jenis Kartu Yang Digunakan Tahunn 2010 dan Persentase Rumah Tangga Yang Membeli Beras Murah/Beras Miskin Selama 3 Bulan Tahun 2010 dan Kabupaten Serdang Bedagai 2011 vi

8 Kependudukan

9 Kependudukan 1 Penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk diri sendiri, keluarga bahkan orang lain secara berkesinambungan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi suatu potensi bagi suatu Negara atau daerah namun dapat juga menjadi beban bagi proses pembangunan itu sendiri jika penduduk yang tersedia berkualitas rendah. Oleh sebab itu, untuk menangani masalah kependudukan yang menunjang keberhasilan pembangunan nasional maupun pembangunan daerah, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu pemerintah dalam menetapkan penajaman kebijakan kependudukan yang diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Dalam menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan program-program pembangunnan bidang kesejahteraan, aspek dan dinamika kependudukan merupakan bahan pertimbangan yang sangat penting. Profil Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011 adalah jiwa, yang tersebar merata di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Luas Kabupaten Serdang Bedagai 1.900,22 km 2, dimana kecamatan yang paling luas yaitu Kecamatan Dolok Masihul 237,417 km 2 dan Kabupaten Serdang Bedagai

10 posisi kedua Kecamatan Tebing Tinggi 182,291 km 2 sedangkan kecamatan yang paling kecil luas wilayahnya yaitu Kecamatan Serba Jadi 50,69 km 2 yang tidak berselisih jauh dengan Kecamatan Silinda yaitu 56,74 km 2. Tabel 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan (Luas Wilayah) Penduduk Kepadatan Penduduk (Km 2 ) (Jiwa) (Jiwa/Km 2 ) (1) (2) (3) (4) SERDANG BEDAGAI 1.900, ,72 KOTARIH 78, ,98 SILINDA 56, ,76 BINTANG BAYU 95, ,43 DOLOK MASIHUL 237, ,88 SERBAJADI 50, ,36 SIPISPIS 145, ,12 DOLOK MERAWAN 120, ,05 TEBINGTINGGI 182, ,81 TEBING SYAHBANDAR 120, ,52 BANDAR KHALIPAH ,08 TANJUNG BERINGIN 74, ,89 SEI RAMPAH 198, ,54 SEI BAMBAN 72, ,36 TELUK MENGKUDU 66, ,40 PERBAUNGAN 111, ,35 PEGAJAHAN 93, ,63 PANTAI CERMIN 80, ,92 Kabupaten Serdang Bedagai

11 Sumber : BSP, Proyeksi Penduduk 2011 Walaupun wilayah Kecamatan Serba Jadi dan Kecamatan Silinda paling kecil wilayahnya namun penduduk yang paling padat di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Kecamatan Perbaungan dimana kepadatan penduduk di kecamatan ini rata-rata 907,35 jiwa per kilometer. Sedangkan Kecamatan Sei Rampah walaupun merupakan ibukota Kabupaten Serdang Bedagai kepadatan penduduknya hanya 321,54 jiwa per kilometer yang hampir sama dengan rata-rata kepadatan penduduk untuk Kabupaten Serdang Bedagai sendiri yaitu : 315,72 jiwa per kilometer. Kecamatan yang kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kotarih yaitu 102,98 jiwa perkilometer yang diikuti dengan Kecamatan Bintang Bayu yaitu 111,43 jiwa perkilometer. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Rasio jenis kelamin (RJK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan sebagai jumlah laki-laki per 100 perempuan. Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi penduduk suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan di daerah tersebut. Besarnya Rasio Jenis Kelamin penduduk Serdang Bedagai tahun 2011 adalah 100,95. Ini berarti rasio perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan adalah lebih kurang terdapat 101 orang penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan dengan kata lain penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Bila dilihat menurut kecamatan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, pada tahun 2011, rasio jenis kelamin tertinggi adalah Kecamatan Tanjung Beringin yaitu 104,47, kemudian Kecamatan Sipispis yaitu sebesar 104,12 sedangkan rasio jenis kelamin terendah terdapat di dua kecamatan yaitu :Kecamatan Dolok Masihul 97,79 dan Kecamatan Serba Jadi yaitu : 97,77 kemudian Kecamatan Bandar Khalipah sebesar 98,92 yang diikuti dengan Kecamatan Tebing Tinggi sebesar 99,50. Kabupaten Serdang Bedagai

12 Tabel 1.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) SERDANG BEDAGAI KOTARIH SILINDA BINTANG BAYU DOLOK MASIHUL SERBAJADI SIPISPIS DOLOK MERAWAN TEBINGTINGGI TEBING SYAHBANDAR BANDAR KHALIPAH TANJUNG BERINGIN SEI RAMPAH SEI BAMBAN TELUK MENGKUDU PERBAUNGAN PEGAJAHAN PANTAI CERMIN Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

13 Tabel 1.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Laki laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin (RJK) (1) (2) (3) (4) SERDANG BEDAGAI ,95 KOTARIH ,70 SILINDA ,39 BINTANG BAYU ,57 DOLOK MASIHUL ,79 SERBAJADI ,77 SIPISPIS ,12 DOLOK MERAWAN ,04 TEBINGTINGGI ,50 TEBING SYAHBANDAR ,65 BANDAR KHALIPAH ,92 TANJUNG BERINGIN ,47 SEI RAMPAH ,71 SEI BAMBAN ,05 TELUK MENGKUDU ,65 PERBAUNGAN ,55 PEGAJAHAN ,26 PANTAI CERMIN ,92 Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

14 Angka Beban Ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk usia tahun sering juga disebut dengan Rasio Ketergantungan (RK). Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan diantaranya dapat tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif, khususnya kelompok umur 0 14 tahun, yang berarti pula semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan semakin memberikan kesempatan bagi usia produktif (15 64 tahun) untuk meningkatkan kualitas dirinya karena semakin kecil beban yang harus ditanggung terhadap penduduk usia tidak produktif Grafik 1.1. Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan , , ,42 57,78 55,38 55, Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Bila dibandingkan angka beban ketergantungan tahun 2010 dengan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai terjadi penurunan angka beban ketergantungan di tahun Kabupaten Serdang Bedagai

15 2011. Ini berarti bahwa pada tahun 2011 dari 100 orang usia produktif harus menanggung sebanyak lebih kurang 56 orang tidak produktif sedangkan tahun 2010 dari 100 orang usia produktif harus menanggung lebih kurang 60 orang tidak produktif. Walaupun terjadi penurunan angka beban ketergantuan di tahun 2011 bila dibandingkan dengan angka beban ketergantunan di 2010, hal ini perlu ledbih ditingkatkan kembali karena apabila semakin kecil angka beban ketergantungan maka akan berdampak kepada keberhasilan pembangunan suatu daerah. Tabel 1.4. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan Jenis Kelamin RK RK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Laki laki 34,25 61,84 3,91 61,71 32,76 63,93 3,31 56,42 Perempuan 31,79 63,38 4,83 57,78 30,80 64,36 4,84 55,38 Laki laki + Perempuan 33,03 62,60 4,37 59,74 31,78 64,15 4,08 55,90 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Bila dilihat dari struktur usia, penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada kelompok usia 0 14 tahun yang hanya sebesar 33,03 persen pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan menjadi 31,78 persen pada tahun Sedangkan untuk kelompok usia tahun terjadi peningkatan yang pada tahun 2010 sebesar 62,60 menjadi 64,15 persen pada tahun 2011, hal inilah yang menyebabkan angka beban ketergantungan untuk tahun 2011 menjadi sedikit lebih menurun bila dibandingkan pada tahun 2010 Umur Perkawinan Pertama dan Fertilitas Usia perkawinan pertama merupakan salah satu variabel antara yang berpengaruh langsung terhadap fertilitas. Ini dikarenakan pada saat perkawinan Kabupaten Serdang Bedagai

16 pertama, secara formal seorang wanita diasumsikan akan memasuki kehidupan seksual, yang berarti pula dimulainya masa menghadapi resiko melahirkan. Seorang wanita yang berusia kurang dari 16 tahun dianggap belum siap untuk menghadapi kehidupan berumahtangga dan seksual. Fertilitas tidak hanya berhubungan dengan banyaknya penduduk perempuan yang pernah kawin tapi juga dipengaruhi oleh umur perkawinan pertama penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin. Umur perkawinan pertama merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan kondisi fertilitas, karena semakin muda seseorang melakukan perkawinan maka akan semakin panjang masa reproduksinya sehingga akan semakin besar peluangnya untuk melahirkan anak. Dengan demikian memungkinkan terjadinya tingkat fertilitas yang lebih tinggi. Penundaan usia perkawinan serta kehamilan yang pertama merupakan salah satu cara untuk membatasi jumlah kelahiran anak. Salah satu yang diduga telah mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas adalah penundaan usia perkawinan pertama wanita yang berdampak memperpendek masa usia subur mereka. Tabel 1.5. Persentase Wanita Berusia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Tahun 2010 dan 2011 Umur (Tahun) Tahun (1) (2) (3) ,72 8, ,68 21, ,09 53, ,64 14, ,87 1,02 Rata-Rata Umur Perkawina Pertama 20,39 20,66 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

17 Bila dilihat perbandingan antara tahun 2010 dengan 2011 terjadi penurunan umur perkawinan pertama untuk kelompok umur tahun, pada tahun 2010 hanya 11,72 persen dan pada tahun 2011 menurun menjadi 8,95 persen. Sedangkan pada kelompok umur tahun terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar 22,68 persen menjadi 21,81 persen pada tahun Fertilitas dan Mortalitas Dua komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah secara alamiah adalah fertilitas. Fertilitas (kelahiran) merupakan faktor alamiah yang mempengaruhi jumlah penduduk secara positif. Sementara mortalitas (kematian) mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara negatif. Maksudnya, peningkatan fertilitas tanpa memperhatikan faktor lain akan menyebabkan jumlah penduduk bertambah, sedangkan mortalitas akan mengurangi jumlah penduduk. Grafik 1.2. Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Anak Yang Masih Hidup (AMH) Tahun 2010 dan ,47 3,5 3,37 3,4 3,3 3,2 3,1 3 2,9 3,1 3, ,8 ALH AMH Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

18 Hasil Susenas yang dilaksanakan di Serdang Bedagai menggambarkan bahwa anak yang dilahirkan hidup oleh wanita pada tahun 2011 adalah 3,31. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi sedikit penurunan dimana tahun 2010 sebesar 3,47. Sedangkan perbandingan antara jumlah anak yang masih hidup dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup pada tahun 2011 sebesar 3,08 persen dan terjadi sedikit penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 3,11 persen. Kabupaten Serdang Bedagai

19 Kesehatan & Gizi

20 Kesehatan & Gizi 2 Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik dimana angka kematian bayi dan angka harapan hidup sebagai indikator utamanya. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersedian sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memelihara mutu pelayanan kesehatan. Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin sehat serta penyediaan fasilitas air minum bersih. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Referensi waktu yang digunakan dalam Susenas adalah sebulan yang lalu. Tabel 2.1. menyajikan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut jenis kelamin, dimana pada tahun 2011 terjadi peningkatan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan bila dibandingkan tahun Bila dilihat pada tahun 2011 persentase keluhan kesehatan menurut jenis kelamin Kabupaten Serdang Bedagai

21 penduduk laki-laki yang sakit (38,82) tidak berbeda jauh dengan penduduk berjenis kelamin perempuan (39,85). Tabel 2.1. Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2011 Jenis Kelamin (1) (2) (3) Laki laki 36,09 38,82 Perempuan 35,70 39,85 Laki laki +Perempuan 35,90 39,33 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Sedangkan bila dilihat persentase penduduk yang menderita sakit menurut jumlah hari sakitnya maka pada umumnya penduduk mengalami keluhahan sakit paling lama 1 3 hari yaitu 58,02 persen baik itu untuk laki-laki atau perempuan maupun secara keseluruhan jumlah penduduk yang menderita sakit. Lamanya terganggu tidak merujuk yang terberat saja, melainkan mencakup jumlah hari semua keluhan kesehatan anggota rumah tangga dalam 1 bulan terakhir. Tabel Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Sebulan Yang Lalu Menurut Jumlah Hari Sakit Tahun 2010 dan Lakilaki Perempuan Laki-laki + Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Hari Sakit Laki-laki + Perempuan ,95 60,20 61,61 59,64 56,17 58, ,68 29,93 29,28 30,05 34,66 32, ,45 3,53 3,49 3,28 3,57 3, ,09 1,89 2,50 3,47 2,88 3, ,84 4,47 3,11 3,55 2,71 3,16 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

22 Pemberian ASI dan Imunisasi Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat makanan yang paling ideal terutama bagi pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. ASI juga mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup, zat pembentukan, dan kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2010, rata-rata pemberian ASI sebanyak 14,02 bulan. Angka ini naik bila dibandingkan pada tahun sebelumnya yang rata-rata hanya 13,93 bulan. Walaupun kenaikan rata-rata pemberian dari tahun 2010 ke tahun 2011 hanya naik tipis namun hal ini merupakan hal yang positif, mengingat pemberian ASI sangat penting bagi perkembangan dan kesehatan balita yang mana nantinya balita inilah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Grafik 2.1. Rata-Rata Pemberian ASI dan Pemberian ASI Eklusif Tahun 2010 dan ,93 14, ,48 3, Rata Rata Pemberian ASI (Bulan) Rata Rata Pemberian ASI Eksklusif (bulan) Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

23 Namun berdasarkan anjuran kesehatan, balita seharusnya diberi ASI selama 24 bulan (2 tahun). Grafik 2.1. menunjukkan bahwa selama , rata-rata lama balita diberi ASI belum pernah mencapai angka yang dianjurkan. Oleh karena itu perlu adanya upaya nyata yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI bagi balita dengan harapan setiap balita di Serdang Bedagai mendapatkan ASI sesuai anjuran kesehatan. Selain kekebalan yang dimiliki sejak dalam kandungan, bayi juga memerlukan kekebalan buatan yang diperoleh melalui imunisasi. Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Pada umur satu tahun, bayi semestinya telah diimunisasi secara lengkap, yaitu satu kali BCG dan Campak, tiga kali DPT dan Polio. Di samping itu masih terdapat imunisasi lain yang tidak wajib namun sebaiknya juga diberikan kepada bayi seperti HIB dan PRP-OMP untuk usia 2 bulan atau lebih, serta imunisasi lainnya. Namun yang dibahas pada bab ini adalah balita yang pernah mendapat minimal satu kali imunisasi. Tabel 2.3. Persentase Balita Yang Pernah Imunisasi Tahun Jenis Imunisasi (1) (2) (3) BCG 92,52 88,87 DPT 90,39 85,14 POLIO 87,78 82,90 CAMPAK 74,05 71,81 HEPATITIS B 81,46 78,84 % Balita Yang Pernah Diimunisasi 93,93 90,26 Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Secara umum selama kurun waktu dua tahun ( ), persentase balita yang pernah mendapatkan minimal satu kali imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Kabupaten Serdang Bedagai

24 Hepatitis B, mengalami sedikit Penurunan. penurunan terlihat juga dari persentase balita yang pernah diimunisasi yaitu sebesar 93,93 persen pada tahun 2010 menjadi 90,26 persen pada tahun Penurunan persentase balita yang mendapatkan imunisasi perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun bagi orang tua mengingat pentingnya imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh balita. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk. Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas dan posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun, ketersediaan dan kualitasnya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini. Pada tabel 2.4. disajikan perkembangan jumlah Rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas dan posyandu yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai tahun Tabel Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Fasilitas Kesehatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Rumah Sakit Rumah Bersalin Puskesmas Posyandu Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai Ketersediaan puskesmas selama periode tidak mengalami penambahan, yaitu sebanyak 17 unit namun pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 unit. Dimana keberadaan puskesmas hanya ada 1 unit untuk masing masing kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai

25 kecuali di Kecamatan Tebing Tinggi, Sei Rampah dan Perbaungan yang terdiri dari 2 unit puskesmas. Selain peningkatan fasilitas kesehatan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya tenaga medis khususnya tenaga penolong persalinan yang memadai baik jumlah, keahlian, maupun keterjangkauannya. Hal ini berkaitan dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat melahirkan, dimana pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkannya. Tabel 2.5. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan terakhir Tahun 2010 dan Kelahiran Pertama Kelahiran Terakhir Kelahiran Pertama (1) (2) (3) (4) (5) Penolong Waktu Lahir Kelahiran Terakhir Dokter 8,1 11,42 5,99 14,93 Bidan 83,78 86,05 80,99 80,50 Tenaga Medis Lainnya 0 0,31 0,85 0,85 Dukun 6,71 1,91 9,55 2,93 Famili 1,42 0,31 2,61 0,79 Lainnya Sumber : BSP, Susenas 2010 dan 2011 Selama periode terlihat bahwa proses kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis menurun baik penolong kelahiran pertama maupun penolong kelahiran terakhir. Bila pada tahun 2010 penolong kelahiran pertama yang ditolong oleh tenaga medis 91,88 persen namun pada tahun 2011 penolong kelahiran pertama turun menjadi 87,83 persen. Begitu juga untuk penolong kelahiran terakhir yang pada tahun ,78 persen yang ditolong oleh tenaga medis namun pada tahun 2011 turun menjadi 96,28 persen. Penurunan penolong kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis perlu mendapatkan perhatian bagi pemerintah.karena untuk menurunkan angka kematian Kabupaten Serdang Bedagai

26 bayi maupun angka kematian ibu dengan lebih meningkatkan program-program pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tabel 2.6. Proporsi Penduduk Yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2010 dan 2011 Laki_laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Tahun Tradisional Lain- Tradi- Lain- Tradi- Lain- Modern nya sional Modern nya sional Modern nya (1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (10) (11) (12) ,61 97,28 2,44 21,45 93,75 3,03 18,45 95,57 2, ,36 92,00 2,69 19,23 93,30 1,92 20,27 92,66 2,29 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Berdasarkan jenis obat/cara pengobatan yang digunakan, jenis obat modern merupakan pilihan utama penduduk yang berobat sendiri, baik untuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, penduduk yang berobat dengan obat modern mengalami penurunan dari 95,57 persen pada tahun 2010 menjadi 92,66 persen pada tahun Sebaliknya bagi penduduk yang menggunakan obat tradisional mengalami peningkatan dari 18,45 persen pada tahun 2010 menjadi 20,27 persen pada tahun Kabupaten Serdang Bedagai

27 Pendidikan

28 P e n d i d i k a n 3 Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan di bidang pendidikan. Salah satu contoh kebijakan di bidang pendidikan adalah pemerataan pendidikan, yang dimaksudkan untuk menyediakan kesempatan pendidikan bagi setiap penduduk usia sekolah dengan kualitas bermutu dan relevan dengan pembangunan yang dikelola secara efisien. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti pembangunan gedung sekolah, gedung laboratorium, gedung perpustakaan dan tambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan merupakan konsep link and match, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistim pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Angka putus sekolah yang masih tinggi, kesenjangan mendapatkan kesempatan pendidikan antar kelompok penduduk dan antar daerah, serta kualitas pendidikan yang belum biasa memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang semakin kompetitif, merupakan beberapa permasalahan mendasar pendidikan yang memerlukan solusi secara cepat. Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum biasa diukur melalui perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai masyarakat pada periode waktu tertendu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Kabupaten Serdang Bedagai

29 Angkat Partisipasi Kasar (APK), Angkat Partisipasi Murni (APM), tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan, angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah. Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan salah satu indikator sederhana yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan pendidikan suatu bangsa, serta adanya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Semakin besar angka melek huruf orang dewasa, berarti semakin banyak penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis. Angka melek huruf yang dibahas dalam Bab ini adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Grafik 3.1. Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas Tahun 2010 dan ,88 97, , ,40 Melek Huruf Buta Huruf Sumber : BPS, Susenas Tahun 2010 dan 2011 Angka melek huruf di Serdang Bedagai pada tahun 2010 meningkat bila dibandingkan satu tahun sebelumnya, yaitu dari 96,88 persen pada tahun 2010, Kabupaten Serdang Bedagai

30 menjadi 97,60 persen pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis dari tahun sebelumnya. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Indikator yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi penduduk khususnya anak usia sekolah dalam proses kegiatan formal/sekolah adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS juga bisa digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat kemampuan lembaga pendidikan formal (sekolah) dalam menyerap warga belajar terutama anak usia sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Secara umum dari total penduduk kelompok umur 7 12 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SD) sebesar 99,25 persen. Artinya 99,25 persen dari total penduduk telah mengenyam pendidikan. Sedangkan APS untuk penduduk tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SMP) sebesar 89,29 persen dan 54,74 persen untuk penduduk yang berusia tahun. Tabel 3.1. Persentase Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan 2011 Kelompok Umur Laki-laki + Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,73 99,09 99,26 99,45 98,97 99, ,48 88,39 93,36 90,04 92,89 89, ,55 51,08 49,88 58,01 56,73 54, ,63 7,93 5,55 3,07 3,59 5, ,60 95,91 97,21 95,91 96,88 95, ,26 62,95 62,76,65,12 64,58 64,01 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

31 Berdasarkan jenis kelamin, dari tabel 3.1. terlihat bahwa APS anak perempuan usia 7 12 tahun di Serdang Bedagai tidak berbeda jauh dengan APS anak laki-laki pada kelompok usia yang sama, yaitu 99,45 persen berbanding 99,09 persen. APS untuk jenis kelamin laki-laki untuk kelompok umur tahun mengalami penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010 dimana pada tahun 2010 APS anak laki-laki kelompok umur tahun 63,55 persen namun pada tahun 2011 turun menjadi 51,08 persen. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) APK adalah persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia tertentu. Semangkin tinggi APK berarti semangkin banyak anak usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih besar dari 100 persen karena adanya siswa di luar usia sekolah. Tabel 3.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 Jenjang Pendidikan APK Perempuan Laki laki + Perempuan Lakilaki Lakilaki APM Perempuan Laki laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD 97,51 104,80 100,88 86,45 92,69 89,33 SMP 97,38 75,19 85,17 65,54 60,57 62,81 SMTA 73,67 86,09 80,22 47,84 52,38 50,24 DIPLOMA/SARJANA 6,20 6,67 6,41 5,13 1,82 3,64 Sumber : BPS, Susenas Tahun 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

32 APK untuk Kabupaten Serdang Bedagai untuk tahun 2010 di jenjang pendidikan SD diatas 100 persen yaitu 100,88 persen, ini berarti bahwa masih ada penduduk yang di atas usia sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar (usia 7 12 tahun) yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ini berlaku untuk penduduk usia sekolah yang berjenis kelamin perempuan (104,80 persen). APM adalah proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran dalam hal ini adalah APM untuk tingkat SD merupakan proporsi jumlah murid SD yang berusia 7 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7 12 tahun. APM umumnya digunakan untuk melihat proporsi penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Jika APM mencapai 100 persen artinya semua anak usia sekolah telah bersekolah tepat waktu. Sebaliknya, jika hanya sebagian anak usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu, maka nilai APM akan lebih kecil dari 100 persen. Potret pendidikan di Serdang Bedagai dapat dilihat dari sisi APM, terdapat keadaan unik dimana pada APM laki-laki kelompok usia SD (86,45 persen) dan SMTA (47,84 persen) dibandingkan APM perempuan SD (92,69 persen) dan SMTA (52,38 persen), dimana APM untuk penduduk berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan APM penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini berbeda dengan APM penduduk berjenis kelamin laki-laki untuk kelompok usia SMP (65,54 persen) dan Diploma/Sarjana ( 5,13 persen) sedangkan APM untuk jenis kelamin perempuan kelompok usia SMP (60,57 persen) dan Diploma/Sarjana (1,82 persen) dimana APM laki-laki lebih tinggi dibandingkan APM penduduk berjenis kelamin perempuan untuk jenjang pendidikan SMP dan Diploma/Sarjana. Kabupaten Serdang Bedagai

33 Kemiskinan

34 Kemiskinan 4 Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam menfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi penduduk miskin itu sendiri. Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun Pada saat itu penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin mencakup periode dengan menggunakan data modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi (Susenas). Sejak tahun 1984, setiap tiga tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin. Sampai dengan tahun 1987, informasi mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin hanya disajikan untuk tingkat nasional yang dipisahkan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Pada tahun 1990, informasi mengenai penduduk miskin sudah dapat disajikan sampai tingkat provinsi meskipun beberapa provinsi masih digabung. Provinsi-provinsi gabungan tersebut antara lain: Provinsi Jambi, Bengkulu, Timor Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Selanjutnya sejak tahun 1993, informasi mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin sudah dapat disajikan untuk seluruh provinsi. Selanjutnya, BPS menyajikan data dan informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan data Susenas Kor (kecuali tahun 2008). Kabupaten Serdang Bedagai

35 Penjelasan Teknis dan Sumber Data BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mengurangi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Potret kemiskinan di Sumatera Utara selama tiga tahun terakhir disajikan pada tabel 4.1. Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator penting. Diantaranya Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan menjelaskan rata-rata jarak taraf hidup pendudukk miskin dengan garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari kemiskinan. Namun demikian, indeks ini tidak sensitive terhadap distribusi pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai

36 di antara penduduk miskin, sehingga dibutuhkan indikator lain guna mengukur tingkat keparahan kemiskinan (P2). Tabel 4.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Kabupaten Jumlah Penduduk Miskin Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) Nias 25,19 22,57 19,98-5,21 Mandailing Natal 14,46 13,02 12,6-1,86 Tapanuli Selatan 13,77 12,67 11,96-1,81 Tapanuli Tengah 19,35 17,83 16,74-2,61 Tapanuli Utara 14,15 13,1 12,5-1,65 Toba Samosir 11,62 10,07 10,15-1,47 Labuhan Batu 10,76 9,85 10,67-0,09 Asahan 12,89 12,09 11,42-1,47 Simalungun 14,75 12,67 10,73-4,02 Dairi 11,07 10,03 9,97-1,1 Karo 12,86 11,42 11,02-1,84 Deli Serdang 5,16 5,17 5,34 0,18 Langkat 14,81 12,75 10,85-3,96 Nias Selatan 24,36 22,19 20,73-3,63 Humbang Hasundutan 12,99 11,31 10,61-2,38 Pakpak Barat 15,02 13,99 13,81-1,21 Samosir 18,76 17,55 16,51-2,25 Serdang Bedagai 10,61 9,51 10,59-0,02 Batu Bara 13,64 12,87 12,29-1,35 Padang Lawas Utara 0 11,83 11,19-0,64 Padang Lawas 0 11,9 11,13-0,77 Labuhan Batu Selatan 0 15,58 0 Labuhan Batu Utara 0 12,32 0 Nias Utara 0 31,94 0 Nias Barat 0 30,89 0 Kota Sibolga 17,67 15,82 13,91-3,76 Kota Tanjung Balai 18,35 17,1 16,32-2,03 Kota Pematang Siantar 13,36 12,25 11,72-1,64 Kota Tebing Tinggi 16,5 14,58 13,06-3,44 Kota Medan 10,43 9,58 10,05-0,38 Kota Binjai 8,12 7,04 7,33-0,79 Kota Padang Sidempuan 11,61 9,77 10,53-1,08 Kota Gunungsitoli ,87 0 Sumber : BPS, Susenas Kabupaten Serdang Bedagai

37 Bila dibandingkan persentase penduduk miskin Kabupaten Serdang Bedagai tahun terjadi penurunan sebesar 0.02 persen, yaitu 10,61 persen tahun 2008 menjadi 10,59 persen pada tahun Kenaikan dan penurunan penduduk miskin setiap tahunnya terjadi pergeseran tipis, hal ini berlaku juga untuk tahun 2009 ke tahun Persoalan kemiskinan tidak hanya mengurangi jumlah dan persentase penduduk miskin, namun juga perlu memperhatikan jarak terhadap batas miskin (tingkat kedalaman kemiskinan) dan ketimpangan antar penduduk miskin (tingkat keparahan kemiskinan). Perubahan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) selama tahun menunjukkan pola yang sama. Garis Kemiskinan Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama tahun , Garis Kemiskinan naik sebesar 27,77 persen, yaitu dari Rp ,- per kapita per bulan pada tahun 2008 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada tahun Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Kabupaten Serdang Bedagai

38 Tabel 4.2. Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Kabupaten Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) (1) (2) (3) (4) Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Barat Kota Sibolga Kota Tanjung Balai Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Binjai Kota Padang Sidempuan Kota Gunungsitoli Sumber : BPS, Susenas Kabupaten Serdang Bedagai

39 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Tabel 4.3. Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun Kabupaten P1 (%) P2 (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Nias 3,90 5,23 4,15 0,86 1,76 1,27 Mandailing Natal 2,17 1,95 1,53 0,46 0,46 0,32 Tapanuli Selatan 1,46 1,57 1,25 0,25 0,32 0,20 Tapanuli Tengah 3,96 2,80 2,86 0,95 0,65 0,75 Tapanuli Utara 1,73 1,50 2,12 0,32 0,27 0,50 Toba Samosir 2,35 1,19 1,64 0,63 0,26 0,38 Labuhan Batu 1,65 1,38 2,25 0,43 0,33 0,62 Asahan 2,03 1,96 1,53 0,47 0,54 0,35 Simalungun 2,39 1,93 1,80 0,63 0,48 0,49 Dairi 1,72 1,63 1,30 0,36 0,36 0,26 Karo 4,47 1,32 1,52 1,64 0,23 0,31 Deli Serdang 0,95 0,53 0,45 0,27 0,09 0,07 Langkat 2,97 1,67 1,92 0,76 0,36 0,51 Nias Selatan 2,78 3,48 2,51 0,56 0,81 0,48 Humbang Hasundutan 1,90 1,80 1,62 0,43 0,47 0,41 Pakpak Barat 2,23 1,29 1,33 0,51 0,24 0,20 Samosir 2,72 2,02 2,69 0,54 0,38 0,67 Serdang Bedagai 1,87 1,25 1,69 0,52 0,22 0,39 Batu Bara 1,76 1,64 1,89 0,34 0,34 0,48 Padang Lawas Utara - 1,93 1,78-0,48 0,43 Padang Lawas - 1,67 1,42-0,36 0,27 Labuhan Batu Selatan - - 2, ,64 Labuhan Batu Utara - - 2, ,55 Nias Utara - - 5, ,35 Nias Barat - - 7, ,52 Kota Sibolga 2,46 2,36 1,77 0,52 0,56 0,36 Kota Tanjung Balai 2,20 3,42 2,65 0,45 1,06 0,72 Kota Pematang Siantar 2,19 1,53 1,55 0,54 0,35 0,31 Kota Tebing Tinggi 2,32 2,10 1,87 0,53 0,55 0,41 Kota Medan 1,87 1,40 1,57 0,46 0,35 0,42 Kota Binjai 1,17 1,08 1,06 0,30 0,21 0,27 Kota Padang 1,79 0,50 1,95 0,61 Sidempuan 1,92 0,55 Kota Gunungsitoli ,57-5,06 Sumber : BPS, Susenas Kabupaten Serdang Bedagai

40 Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode , Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2009 adalah 1,25 persen dan pada tahun 2010 naik menjadi 1,69 persen. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang pada tahun 2009 hanya sekitar 0,22 persen naik menjadi 0,35 persen pada tahun Kabupaten Serdang Bedagai

41 Pola Komsumsi

42 Pola Komsumsi 5 Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi yang disajikan dalam unit kalori dan protein. Jumlah komsumsi kalori dan protein dihitung berdasarkan jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap makanan yang dikomsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein dalam setiap makanan tersebut. Kecukupan kalori dan protein untuk tingkat komsumsi seharihari berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi ke-8 tahun 2004, masing-masing sebesar 2000 kkal dan 52 gram. Pengeluaran Rumah Tangga Secara umum data komsumsi/pengeluaran Susenas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu komsumsi/pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan permintaan (demand) terhadap kedua kelompok pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalama kondisi pendapatan terbatas, kita akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Determinan dari kesejahteraan ekonomi adalah kemampuan daya beli penduduk. Bila kemampuan daya beli penduduk mengalami penurunan akan Kabupaten Serdang Bedagai

43 mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selama periode berdasarkan Data Susenas, pengeluaran per kapita per bulan mengalami kenaikan yang pada tahun 2010 hanya Rp ,- naik menjadi Rp ,- pada tahun 2011 untuk pengeluran makanan dan non makanan. Ini berarti ada peningkatan sebesar 21,12 persen pengeluran/kapita/bulan untuk pengeluaran makanan dan non makanan, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan daya beli penduduk selama tahun baik itu untuk pengeluaran makanan maupun pengeluran bukan makanan. Tabel 5.1. Rata-Rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Dan Persentase Rata-Rata Pengeluaran /Kapita/Bulan Tahun 2010 dan 2011 Pengeluaran/Kapita/Bulan Kenaikan Nominal Setahun Makanan ,36 Bukan Makanan ,81 Jumlah ,12 Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Pada tabel 5.1. menyajikan komposisi pengeluaran yang dilakukan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Persentase pengeluaran untuk makanan pada tahun 2011 naik sebesar 8,36 persen bila dibandingkan tahun sebelumnnya sedangkan untuk pengeluaran non makanan naik sebesar 44,81 persen bila dibandingkan tahun 2010 dengan tahun Bila dilihat perbandingan pengeluaran makanan dengan non makanan ada kecenderungan bahwa komsumsi makanan masih merupakan prioritas penduduk dalam membelanjakan uangnya selama tahun Meskipun pada tahun 2011, komsumsi makanan meningkat, akan tetapi selisih pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makan masih terbilang besar. Semakin besar perbedaan pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk belum baik. Kabupaten Serdang Bedagai

44 Grafik 5.1. Persentase Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun Makanan Bukan Makanan Sumber : BPS, Susenas 2010 dan 2011 Kabupaten Serdang Bedagai

45 Perumahan & Lingkungan

46 Perumahan & Lingkungan 6 Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka manusia berusaha membuat tempat perlindungan, yang pada akhirnya disebut rumah atau tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga satu persatu bangunan rumah tinggal bermunculan sampai terbentuk suatu pemukimam rumah penduduk. Sepanjang kehidupannya, manusia selalu membutuhkan rumah yang merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup selain sandang dan pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat terpenuhi maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak. Saat ini keberadaan rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan simbol status bahkan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah yang dapat terlihat dari fasillitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut dapat dilihat dari jenis lantai terluas, jenis atap, jenis dinding, sumber air minum dan fasilitas buang air besar rumah tangga. Kabupaten Serdang Bedagai

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA 07/01/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 No. 07/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN 38/07/Th. XX, 17 JULI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2017

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN 07/07/Th. XI, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2016

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 125/07/21/Th. III, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 54/09/61/Th.XVIII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 / 01 / 82 / Th. XIV, 02 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2014 BERTAMBAH 2,2 RIBU ORANG

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 02 / 07 Th.XI / Juli PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010 RINGKASAN Meskipun Penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN 05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/12/1208/Th. XVII, 21 Desember 2015 PROFIL KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2014 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2014 sebanyak 76.970 jiwa (10,98%), angka ini berkurang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 BADAN PUSAT STATISTIK No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007 TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015 No. 05/01/15/Th X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 311,56 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 No. 64/09/71/Th. IX, 15 September 2015 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 No. 42/07/71/Th. VIII, 1 Juli 2014 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan lewat pengolahan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/10/1204/Th. XIX, 12 Oktober 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 No. 38/07/13/Th. XX/17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 Garis Kemiskinan (GK) selama - Maret 2017 mengalami peningkatan 3,55 persen, yaitu dari Rp.438.075 per kapita per bulan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN 07/01/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.05/01/61/Th.XX, 03 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th.XIX, 04 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 58/09/12/Th. XVIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015 MARET 2015, JUMLAH PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA NAIK 103.070 ORANG DIBANDING SEPTEMBER

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.38/07/61/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 04/09/1204/Th. XII, 30 September 2014 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2013 mengalami

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009 No. 29/07/51/Th. III, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009 Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 181,7 ribu orang, mengalami penurunan sebesar 33,99 ribu orang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016 No. 40/07/82/Th. XV, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN MARET 2016 SEBANYAK 74,68 RIBU ORANG ATAU SEBESAR 6,33 PERSEN Jumlah penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 37/08/61/Th. XIV, 5 Agustus 2011 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.40/07/61/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015 No.54 /09/15/Th.IX, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 300,71 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. III/1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG Pada bulan September 2012, jumlah penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVI, 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2013 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVIII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015 No. 05/01/17/Th. X, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 322,83 RIBU ORANG (17,16 PERSEN) - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2015

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 40/7/61/Th. XVII, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XV, 2 Januari 2012 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 No. 07/01/62/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017 No.38/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 8,19 PERSEN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016 B P S P R O V I N S I A C E H No.04/01/Th.XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016 Jumlah Penduduk Miskin Mencapai 841 Ribu Orang RINGKASAN Pada September 2016, jumlah penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th XVIII, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2016 sebesar 384,30 ribu orang (3,75 persen).

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 Pada September 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun dibandingkan

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016 No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 328,61 RIBU ORANG (17,32 PERSEN) - PERSENTASE KEMISKINAN MARET 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015 No. 05/01/82/Th. XV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2015 BERKURANG 7,3 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Maluku

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016

PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016 No. 01/06/Th. XVII, Juni 2017 PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BENGKAYANG MENINGKAT Pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 No. 37/07/75/Th.X. 17 Juli 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 Berdasarkan survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 40/07/76/Th.VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 SEBANYAK 153,9 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/TH.X, 4 JANUARI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 802,29 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2014 sebesar 412,79 ribu orang (4,09 persen). Dibandingkan dengan Maret 2014 (393,98 ribu orang atau 3,92 persen), jumlah

Lebih terperinci

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 40/07/12/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA MARET 2017 SEBANYAK 1.453.870 ORANG (10,22%) Jumlah penduduk miskin di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci