BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 29 BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Geografi Sumatera Utara Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis Lintang Utara dan Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Aceh, sebelah timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan disebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah ,68 Km 2, Sebagian besar berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di provinsi pulau Nias, pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian Barat maupun dibagian Timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km 2, atau sekitar 9,23% dari total luas Sumatera Utara, diiuti kabupaten Langkat dengan luas 6263,29 Km 2 atau 8,74% dari total luas Sumatera Utara, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 Km 2 atau sekitar 6,12% dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 Km 2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara.

2 30 Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Adapun kabupaten/kota yang ada di rovinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara Wilayah Kabupaten Wilayah Kota Nias Nias Selatan Sibolga Mandailing Natal Humbang Hasundutan Tanjung Balai Tapanuli Selatan Pakpak Bharat Pematang Siantar Tapanuli Tengah Samosir Tebing Tinggi Tapanuli Utara Serdang Bedagai Medan Toba Samosir Batu Bara Binjai Labuhan Batu Padang Lawas Utara Padang Sidimpuan Asahan Padang Lawas Gunung Sitoli Simalungun Dairi Karo Deli serdang Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Selatan Langkat Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Daratan Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Pdang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten dairi, Kabupaten karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Lbuhan Batu Utara, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten

3 31 Deli Serdang, Kabupaten Lngkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai Iklim Karena terletak dekat garis khatulistiwa provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,4 0 C, sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhunya minimal bisa mencapai 23,7 0 C. Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret. Diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. 3.2 Penduduk Sumatera Utara Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar jumlah penduduknyadi Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April 2003 dilakukan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah

4 32 penduduk sebesar jiwa. Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun1990 adalah 143 jiwa per Km 2 dan tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per Km 2. Laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu adalah 1,20% per tahun, dan pada tahun menjadi 1,22% per tahun. Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara berjumlah jiwa. Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar jiwa dan penduduk perempuan sebesar jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 99,52. Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,67 juta jiwa (50,48%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,54 juta jiwa (49,52%) Suku dan Agama Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli provinsi ini. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: 1. Melayu :Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kabupaten Langkat 2. Batak Karo :Kabupaten Karo, Deli Serdang, Langkat, dan Medan.

5 33 3. Batak Toba :Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Toba Samosir 4. Batak Mandailing :Kabupaten Mandailing Natal. 5. Batak Angkola :Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas 6. Batak Simalungun :Kabupaten Simalungun 7. Batak Pakpak :Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat 8. Nias :Pulau Nias 9. Minangkabau :Kota Medan, Kabupaten Batu Bara, dan Pesisir Barat 10. Aceh :Kota Medan 11. Jawa :Pesisir Timur 12. Tionghoa :Perkotaan pesisir Timur dan Barat Sebagai provinsi yang multietnis maka pendududk provinsi Sumatera Utara juga menganut agama ataupun kepercayaan yang beragam. Agama utama di provinsi Sumatera Utara adalah: 1. Islam, terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak. 2. Kristen (Protestan dan Katolik), terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Batak Toba, Pakpak, Mandailing, dan Nias. 3. Hindu, terutama dipeluk oleh suku Tamil diperkotaan. 4. Buddha, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan. 5. Konghucu, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan.

6 34 6. Parmalim, dipeluk oleh sebagian oleh suku Batak di Huta Tinggi. 7. Animisme, masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.

7 35 BAB 4 PENGOLAHAN DATA 4.1 Penyajian Data Data yang akan diolah dalam tugas akhir ini adalah data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, yaitu data mengenai tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 per Kabupaten/Kota (persen). Adapun data laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto perkapita, jumlah penduduk yang melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi agkatan kerja dan angka hatapan hidup dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Tahun 2011 j Kabupaten/Kota 2011 J Kabupaten/Kota 2011 Kabupaten Kabupaten 1 Nias 6,81 18 Serdang Bedagai 5,98 2 Mandailing Natal 6,43 19 Batu Bara 5,11 3 Tapanuli Selatan 5,26 20 Padang Lawas Utara 6,81 4 Tapanuli Tengah 6,27 21 Padang Lawas 6,39 5 Tapanuli Utara 5,54 22 Labuhan Batu Selatan 6,13 6 Toba Samosir 5,26 23 Labuhan Batu Utara 6,21 7 Labuhan Batu 5,72 24 Nias Utara 6,88 8 Asahan 5,37 25 Nias Barat 6,76 9 Simalungun 5,81 Kota 10 Dairi 5,28 26 Sibolga 5,06 11 Karo 6,59 27 Tanjungbalai 5,11 12 Deli Serdang 6,01 28 Pematangsiantar 6,02 13 Langkat 5,78 29 Tebing Tinggi 6,67 14 Nias Selatan 4,46 30 Medan 7,69 15 Humbang Hasundutan 5,94 31 Binjai 6,28 16 Pakpak Bharat 5,98 32 Padangsidimpuan 5,99 17 Samosir 5,96 33 Gunung Sitoli 6,55 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

8 36 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 j Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) j Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Kabupaten 1 Nias Serdang Bedagai Mandailing Natal Batu Bara Tapanuli Selatan Padang Lawas Utara Tapanuli Tengah Padang Lawas Tapanuli Utara Labuhan Batu Selatan Toba Samosir Labuhan Batu Utara Labuhan Batu Nias Utara Asahan Nias Barat Simalungun Kota 10 Dairi Sibolga Karo Tanjungbalai Deli Serdang Pematangsiantar Langkat Tebing Tinggi Nias Selatan Medan Humbang 31 Binjai Hasundutan Pakpak Bharat Padangsidimpuan Samosir Gunung Sitoli Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Rupiah) Tahun 2011 j Kabupaten/Kota Rupiah j Kabupaten/Kota Rupiah Kabupaten Kabupaten 1 Nias Serdang Bedagai Mandailing Natal Batu Bara Tapanuli Selatan Padang Lawas Utara Tapanuli Tengah Padang Lawas Tapanuli Utara Labuhan Batu Selatan Toba Samosir Labuhan Batu Utara Labuhan Batu Nias Utara Asahan Nias Barat Simalungun Kota 10 Dairi Sibolga Karo Tanjungbalai Deli Serdang Pematangsiantar Langkat Tebing Tinggi Nias Selatan Medan Humbang Binjai Hasundutan 16 Pakpak Bharat Padangsidimpuan Samosir Gunung Sitoli Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

9 37 Tabel 4.4 Rata-rata lama sekolah, Konsumsi perkapita, Jumlah Penduduk Melek Huruf, Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 j Kabupaten/Kota Rata-rata lama sekolah Konsumsi Perkapita Melek Huruf Angka Harapan Hidup IPM Kabupaten 1 Nias 8,86 610,30 90,44 69,77 69,03 2 Mandailing Natal 6,45 639,92 99,33 63,70 71,00 3 Tapanuli Selatan 7,92 646,21 99,83 67,34 74,39 4 Tapanuli Tengah 8,95 622,02 95,78 68,26 71,54 5 Tapanuli Utara 8,15 635,19 98,60 70,02 74,77 6 Toba Samosir 8,97 649,31 98,35 70,02 76,88 7 Labuhan Batu 9,89 638,21 97,96 70,75 74,53 8 Asahan 8,53 633,82 97,01 70,02 73,02 9 Simalungun 7,90 635,71 97,50 69,13 73,84 10 Dairi 8,70 630,60 98,16 69,08 73,48 11 Karo 8,91 628,55 98,72 68,59 75,73 12 Deli Serdang 9,22 635,17 98,53 72,29 75,62 13 Langkat 9,50 631,93 96,96 70,88 73,51 14 Nias Selatan 8,78 604,98 85,20 69,12 67,70 15 Humbang 6,33 616,75 98,21 70,36 72,36 Hasundutan 16 Pakpak Bharat 9,31 617,58 96,52 67,96 71,15 17 Samosir 8,20 625,88 97,47 67,81 74,12 18 Serdang Bedagai 9,54 631,93 97,80 69,84 73,58 19 Batu Bara 8,65 632,09 95,27 68,08 72,05 20 Padang Lawas 7,61 636,33 99,53 68,71 73,11 Utara 21 Padang Lawas 8,89 628,99 99,66 66,62 72,47 22 Labuhan Batu 8,40 631,66 98,93 67,09 74,12 Selatan 23 Labuhan Batu 8,21 633,10 98,53 70,23 73,85 Utara 24 Nias Utara 8,01 608,33 89,19 69,97 68,05 25 Nias Barat 6,10 611,71 84,30 69,24 67,05 26 Kota Sibolga 9,72 632,51 99,29 70,29 75,42 27 Tanjung balai 8,89 627,56 98,99 70,76 74,61 28 Pematang siantar 10,89 637,56 99,47 72,29 77,82 29 Tebing Tinggi 9,90 642,57 98,73 71,47 76,86 30 Medan 10,84 638,19 99,36 72,06 77,68 31 Binjai 9,99 636,38 99,19 71,89 76,78 32 Padangsidimpuan 10,19 632,41 99,70 69,72 75,53 33 Gunung Sitoli 8,72 615,15 96,75 70,29 72,33 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

10 38 Tabel 4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota j Kabupaten/Kota TPAK TPT J Kabupaten/Kota TPAK TPT Kabupaten Kabupaten 1 Nias Serdang Bedagai Mandailing Natal Batu Bara Tapanuli Selatan Padang Lawas Utara Tapanuli Tengah Padang Lawas Tapanuli Utara Labuhan Batu Selatan Toba Samosir Labuhan Batu Utara Labuhan Batu Nias Utara Asahan Nias Barat Simalungun Kota 10 Dairi Sibolga Karo Tanjung balai Deli Serdang Pematang siantar Langkat Tebing Tinggi Nias Selatan Medan Humbang Hasundutan Binjai Pakpak Bharat Padang sidimpuan Samosir Gunung Sitoli Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 4.2 Pengolahan Data Menentukan variabel eksogen dan variabel endogen Variabel eksogen adalah Laju pertumbuhan ekonomi, Jumlah penduduk, Rata-rata lama sekolah, Indeks pembangunan manusia, Produk domestik regional bruto per kapita atas dasar harga konstan 2000, Melek huruf, Tingkat partisipasi angkatan kerja, sedangkan variabel endogen adalah Tingkat pengangguran terbuka.

11 Merumuskan Hipotesis Hipotesis (sebagai H 1 ) dirumuskan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angkatan kerja secara signifikan. 2. Terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka harapan hidup secara signifikan. 3. Terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen ( k ) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan Menggambarkan Model Jalur Menggambarkan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan variabel dengan tahapan seperti berikut: 1. Terdapat hubungan kausalitas variabel laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran terbuka. 2. Terdapat hubungan kausalitas variabel jumlah penduduk terhadap tingkat pengangguran terbuka. 3. Terdapat hubungan korelasi variabel rata-rata lama sekolah dengan angkatan kerja. 4. Terdapat hubungan kausalitas variabel indeks pembangunan manusia terhadap angkatan kerja.

12 40 5. Terdapat hubungan kausalitas variabel produk domestik regional bruto terhadap angka harapan hidup. 6. Terdapat hubungan kausalitas variabel melek huruf terhadap angka harapan hidup. 7. Terdapat hubungan kausalitas variabel konsumsi perkapita terhadap angka harapan hidup. 8. Terdapat hubungan kausalitas variabel angka harapan hidup terhadap tingkat pengangguran terbuka. 9. Terdapat hubungan kausalitas variabel angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran terbuka Y 7 Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Hubungan Paradigma Variabel

13 41 di mana: : Tingkat PengangguranTerbuka (%) : Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) : Jumlah Penduduk (Jiwa) : Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) : Indeks Pembangunan Manusia : PDRB Per Kapita (Rupiah) : Jumlah Penduduk Melek Huruf (Jiwa) 7 : Pengeluaran rill per kapita (Rupiah) : Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (%) : Harapan Hidup (Tahun) Merumuskan Persamaan Struktural Merumuskan persamaan strukturalnya harus berdasarkan model diagram jalur sebagai berikut: Y 7 Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Persamaan Struktural

14 42 Diagram jalur tersebut terdiri atas tiga persamaan sruktural, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 adalah variabel eksogen dan 8, 9, dan adalah variabel endogen. Bentuk persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut: sub struktur 1 7 sub struktur 2 sub struktur 3 di mana: variabel laju pertumbuhan ekonomi variabel jumlah penduduk variabel rata-rata lama sekolah variabel indeks pembangunan manusia variabel produk domestik regional bruto variabel melek huruf 7 variabel konsumsi perkapita variabel tingkat pasrtisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup variabel tingkat pengangguran terbuka error Menentukan Matriks Korelasi Antara Variabel Untuk menghitung korelasi antara variabel produk domestik regional bruto, konsumsi perkapita, laju pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, dan indeks

15 43 pembangunan manusia dianalisis menggunakan SPSS dengan langkah-langkah sebagi berikut 1. Klik Analyse. 2. Pilih Correlate. 3. Pilih Bivariate. 4. Masukkan variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, angka harapan hidup dan tingkat pengangguran terbuka ke kolom Variables. 5. Klik OK Tabel 4.6 Tabel Matriks Korelasi Antara Variabel Correlations 7 Pearson Correlation - Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation 7 Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation.342

16 Menghitung Koefisien Jalur Dari rumusan hipotesis dan diagram jalur pada Gambar 4.2. Model dibagi menjadi tiga sub struktur,yaitu: 1. Hubungan sub struktur 1 dan 2 terhadap 3. ɛ 1 Gambar 4.3 Hubungan Sub Struktur 1 Untuk menganalisis sub struktur 1, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persamaan struktural: di mana: variabel rata-rata lama sekolah variabel indeks pembangunan manusia variabel tingkat partisipasi angkatan kerja error

17 45 b. Membuat matriks korelasi antar variabel [ ] [ ] c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen [ ] d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut: [ ] e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

18 46 Maka diperoleh persamaan struktural berikut: Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus: ( ) [ ] ( ) [ ] ( ) ( ) adalah koefisien determinasi, 0,877 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi: 2. Hubungan sub struktur 5, 6, 7 terhadap 9. 7 Gambar 4.4 Hubungan Sub Struktur 2

19 47 Untuk menganalisis sub struktur 2, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persamaan struktural: di mana: variabel produk domestik regional bruto variabel melek huruf 7 variabel konsumsi perkapita error b. Membuat matriks korelasi antar variabel 7 7 [ ] 7 7 [ ] 7 c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen 7 7 [ ]

20 48 d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut: [ ] e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] Maka diperoleh persamaan struktural berikut: Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus: 7 [ ] [ ]

21 49 adalah koefisien determinasi, 0,913 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi: 7 0,913 Hubungan sub struktur 1, 2, 8 dan 9 terhadap Y. Y 7 Gambar 4.5 Hubungan Sub Struktur 3 Untuk menganalisis sub struktur 3, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persamaan struktural:

22 50 di mana: variabel laju pertumbuhan ekonomi variabel jumlah penduduk variabel tingkat partisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup variabel tingkat pengangguran terbuka error b. Membuat matriks korelasi antar variabel [ ] [ ] c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen [ ]

23 51 d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut: [ ] e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] Maka diperoleh persamaan struktural berikut: Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus: ( ) [ ] [ ]

24 52 adalah koefisien determinasi, 0,323 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi: Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur diperoleh model persamaan struktural sebagai berikut: 7 Y 7 Gambar 4.6 Besar Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Endogen

25 53 di mana: 7, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari 7 terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap. Berdasarkan hasil tersebut, pengaruh parsial variabel eksogen terhadap endogen dapat dihitung seperti berikut: 1. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel

26 54 c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 2. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 3. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

27 55 b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 4. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect)

28 56 5. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel indeks pembangunan manusia ( ) terhadap variabel tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) 6. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel

29 57 c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 7. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 8. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

30 58 b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 9. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

31 Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 11. Untuk jalur 7 terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7 ) terhadap variabel angka harapan hidup ( ) b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7 ) terhadap variabel angka harapan hidup ( )

32 60 c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7 ) terhadap variabel angka harapan hidup ( ) 12. Untuk jalur 7 terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel 7 terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel 7 terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel 7 terhadap variabel Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogen teerhadap endogen sebagai berikut: Pengaruh simultan terhadap variabel Besarnya pengaruh variabel eksogen dan terhadap variabel endogen adalah:

33 61 ( ) [ ] [ ] Dengan demikian pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisispasi angkatan kerja dan angka harapan hidup secara bersama-sama terhadap tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 89,6% dan 10,4% dipengaruhi variabel lain di luar model jalur Pengujian Koefisien Jalur Menguji kebermaknaan (test of significant) koefisien jalur yang telah dihitung untuk sub struktur 1, sub struktur 2 dan sub struktur 3 sebagai berikut: 1. Pengujian koefisien jalur pada substruktur 1 Persamaan strukturalnya: di mana: variabel rata-rata lama sekolah variabel indeks pembangunan manusia variabel tingkat partisipasi angkatan kerja error

34 62 Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa H 0 : = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka partisipasi angkatan kerja secara signifikan. H 1 : 0, Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka partisipasi angkatan kerja secara signifikan. b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05 Derajat kebebasan (dk) V 1 = k dan V 2 = ( n k 1 ) yaitu 2 dan 30 Mengikuti tabel distribusi F untuk F 0,05(2,30) = 3,32 c. Kriteria pengujian H 0 = diterima, apabila F hitung F tabel dan sebaliknya H 0 = ditolak, apabila F hitung > F tabel d. Uji statistik

35 63 Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai ( ) [ ] ( ) [ ] ( ) Setelah didapat nilai ( ) kemudian menghitung nilai uji F, Diperoleh nilai F hitung sebesar 3,08 dan F tabel = 3,32, hal ini berarti nilai F hitung < F tabel maka H 0 diterima. Maka variabel eksogen yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja. 2. Pengujian koefisien jalur pada sub struktural 2 Persamaan strukturalnya: 7

36 64 di mana: variabel produk domestik regional bruto variabel melek huruf 7 variabel konsumsi perkapita error Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa H 0 : = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka harapan hidup secara signifikan. H 1 : 0, Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka harapan hidup secara signifikan. b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05 Derajat kebebasan (dk) V 1 = k dan V 2 = ( n k 1 ) yaitu 3 dan 29 Mengikuti tabel distribusi F untuk F 0,05(3,29) = 2,93 c. Kriteria pengujian H 0 = diterima, apabila F hitung F tabel dan sebaliknya H 0 = ditolak, apabila F hitung > F tabel

37 65 d. Uji statistik Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai [ ] [ ] ( ) Setelah didapat nilai kemudian menghitung nilai uji F, Diperoleh nilai F hitung sebesar F tabel = 2,93, hal ini berarti nilai F hitung < F tabel maka H 0 diterima. Maka variabel eksogen yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu angka harapan hidup.

38 66 3. Pengujian koefisien jalur pada sub struktural 3 Persamaan strukturalnya: di mana: variabel laju pertumbuhan ekonomi variabel jumlah penduduk variabel tingkat partisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup variabel tingkat pengangguran terbuka error Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa H 0 : = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen ( k ) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan. H 1 : 0, Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen ( k ) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05 Derajat kebebasan (dk) V 1 = k dan V 2 = ( n k 1 ) yaitu 4 dan 28

39 67 Mengikuti tabel distribusi F untuk F 0,05(4,28) = 2,71 c. Kriteria pengujian H 0 = diterima, apabila F hitung F tabel dan sebaliknya H 0 = ditolak, apabila F hitung > F tabel d. Uji statistik Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai ( ) [ ] [ ] Setelah didapat nilai kemudian menghitung nilai uji F,

40 68 Diperoleh nilai F hitung sebesar 12,09 dan F tabel = 2,71, hal ini berarti nilai F hitung > F tabel maka H 0 ditolak. Maka variabel eksogen yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu tingkat pengangguran terbuka.

41 69 BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Pengertian Implementasi Sistem Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain sistem yang ada dalam desain sistem yang disetujui, menginstal dan memulai sistem atau sistem yang diperbaiki. Tahapan implementasi sistem merupakan tahapan penerapan hasil desain yang tertulis ke dalam programming. Pengolahan data pada tugas akhir ini menggunakan software yaitu SPSS 17.0 dan R dalam memperoleh hasil perhitungan. 5.2 Sekilas Tentang Program SPSS dan R SPSS merupakan salah satu paket program komputer yang digunakan untuk mengolah data statistik. Analisis data akan menjadi lebih cepat, efisien, dengan hasil perhitungan yang akurat dengan program untuk analisis statistik yang paling populer yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution). SPSS pertama sekali diperkenalkan oleh tiga mahasiswa Standford University pada tahun Tahun 1948 SPSS sebagai software muncul dengan nama SPSS/PC+ dengan sistem Dos. Lalu sejak tahun 1992 SPSS mengeluarkan versi Windows. SPSS dengan sistem Windows telah mengeluarkan software dengan beberapa versi yang berkembang dalam penggunaannya dalam mengolah data statistika. SPSS sebelumnya dirancang untuk pengolahan data statistik pada ilmuilmu sosial, sehingga SPSS merupakan singkatan dari Statistical Package for the

42 70 Social Science. Namun, dalam perkembangan selanjutnya penggunaan SPSS diperluas untuk berbagai jenis penggunaan, misalnya untuk proses produksi di perusahaan, riset ilmu-ilmu sains dan sebagainya. Sehingga kini SPSS menjadi singkatan dari Statistical Product and Service Solutions. R merupakan suatu bahasa dan lingkungan (environtment) pemrograman untuk komputasi statistik termasuk secara grafis. R merupakan suatu proyek GNU yang serupa dengan bahasa dan lingkungan pemrograman S yang dikembangkan di Bell Laboratories oleh John Chambers dan rekan-rekannya. R menyediakan beragam teknik statistik dan grafik, yang sampai saat ini terus berkembang. R merupakan suatu sistem analisis data statistik yang komplet sebagai hasil dari kolaborasi penelitian berbagai ahli statistik (statistisi) di seluruh dunia. Versi awal dari R dibuat pada tahun 1992 di Universitas Auckland, New Zealand oleh Ross Ihaka dan Robert Gentleman. Pada saat ini, source code kernel dikembangkan terutama oleh R core team yang beranggotakan 17 orang statistisi dari berbagai dunia. Selain itu, para statistisi lain pengguna R di seluruh dunia juga memberikan kontribusi berupa kode, melaporkan bug, dan membuat dokumentasi untuk R. 5.3 Pengolahan Data dengan SPSS Mengaktifkan SPSS Memulai SPSS pada window yaitu sebagai berikut: a. Pilih menu Start dari Windows b. Selanjutnya pilih menu Program c. Pilih SPSS Statistics Tampilannya adalah sebagai berikut:

43 71 Gambar 5.1 Tampilan pengaktifan SPSS 17,0 Tampilan worksheet SPSS 17.0 for windwos seperti berikut: Gambar 5.2 Tampilan worksheet SPSS 17.0 for windows Mengoperasikan SPSS Dari tampilan SPSS yang muncul, pilih type in data untuk membuat data baru dari menu utama file, pilih new, lalu klik, maka akan tampil, muncul jendela

44 72 editor kemudian klik data. Cara menamai variabel dilakukan dengan, klik variabel view yang terletak sebelah kiri bawah jendela editor. Pada tampilan jendela Variabel view terdapat kolom-kolom berikut : a. Name : untuk memasukkan nama variabel yang akan diuji. b. Type : untuk mendefenisikan tipe variabel apakah bersifat numeric atau string. c. Widht : untuk menuliskan panjang pendek variabel. d. Decimals : untuk menuliskan jumlah desimal di belakang koma. e. Label : untuk menuliskan label variabel. f. Values : untuk menuliskan nilai kuantitatif dari variabel yang skala pengukurannya ordinal atau nominal bukan scale. g. Missing : untuk menuliskan ada tidaknya jawaban kosong h. Columns : untuk menuliskan lebar kolom. i. Align : untuk menuliskan rata kanan, kiri atau tengah penempatan teks atau angka di Data view. j. Measure : untuk menentukan skala pengukuran variabel, misalnya nominal, ordinal atau scale Pengisian dan Pengolahan Data 1. Klik lembar Variabel View dari SPSS Data Editor, definisikan variabel Y dengan nama variabel Y, 1 dengan nama 1, 2 dengan nama 2, 3 dengan nama 3, 4 dengan nama 4, 5 dengan nama 5, 6 dengan nama 6, 7 dengan nama 7, 8 dengan nama 8 dan 9 dengan nama 9.

45 73 Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.3 Tampilan pengisian data variabel pada variabel view 2. Kemudian pada lembar Data View dari SPSS Data Editor, kita masukkan data,,,,,,, 7 dan sebagai berikut: Gambar 5.4 Tampilan Pengisian Data Variabel pada Data View

46 74 3. Menghitung korelasi antarvariabel klik Analyze Correlate Bivariate kemudian pindahkan semua variabel kedalam kotak variables LALU KLIK OK Tampilannya sebagai berikut: Gambar 5.5 Tampilan pada jendala bivariate correlations 5.4 Pengolahan Data dengan R Mengaktifkan R Memulai SPSS pada window yaitu sebagai berikut: a. Pilih menu Start dari Windows b. Selanjutnya pilih menu Program c. Pilih Rgui Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.6 Tampilan pengaktifan R Tampilan worksheet R for windwos seperti berikut: Gambar 5.7 Tampilan Worksheet R for windows

47 Pengisisan dan Pengolahan Data 1. Sub struktur 1 Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Entri data dalam nama A b. Buat matriks dengan fungsi >B=matrix(A,2,2) c. Menghitung invers matriks dengan fungsi >Sub_Struktur_1=solve(B) d. Ketik >Sub_Struktur_1 kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.8 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 1 2. Sub struktur 2 a Entri data dalam nama A b Buat matriks dengan fungsi >B=matrix(A,3,3) c Menghitung invers matriks dengan fungsi >Sub_Struktur_2=solve(B) d Ketik >Sub_Struktur_2 kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.9 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 2 3. Sub struktur 3 a. Entri data dalam nama A b. Buat matriks dengan fungsi >B=matrix(A,4,4)

48 76 c. Menghitung invers matriks dengan fungsi >Sub_Struktur_3=solve(B) d. Ketik >Sub_Struktur_3 kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.10 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 3

49 77 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi ( ) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka ( ) secara langsung adalah 0,950 atau berkontribusi sebesar 0,950 2 x 100% = 90,2%. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 2. Pengaruh variabel jumlah penduduk ( ) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka ( ) secara langsung adalah 0,259 atau berkontribusi sebesar 0,259 2 x 100% = 6,7%. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi jumlah penduduk maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 3. Pengaruh simultan variabel eksogen yaitu laju pertumbuhan ekonomi ( ), jumlah penduduk ( ), tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) dan tingkat harapan hidup ( ), terhadap tingkat tingkat pengangguran terbuka ( ) adalah sebesar 0,896 = 89,6% dan sisanya sebesar 10,4% dipengaruhi oleh faktor lain. 4. Pengaruh variabel rata-rata lama sekolah ( ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) adalah -0,051. Hubungan antara variabel tersebut adalah tidak searah,

50 78 artinya semakin rata-rata lama sekolah maka akan semakin rendah tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 5. Pengaruh variabel indeks pembangunan manusia ( ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) -0,077. Hubungan antara variabel tersebut adalah tidak searah, artinya semakin indeks pembangunan manusia maka akan semakin semakin rendah tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 6. Pengaruh variabel konsumsi per kapita ( 7 ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) 0,018. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi tingkat per kapita maka akan semakin semakin tinggi tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 6.2 Saran Melalui penyelesaian tugas akhir ini penulis menyarankan: Adanya tindak lanjut dari pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam menciptakan lapangan kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam mengembangkan dunia pendidikan sehingga dapat mengurangi angka buta huruf di provinsi Sumatera Utara.

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1 Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No. Kabupaten No. Kota 1. Kabuapaten Asahan 1. Kota Binjai 2. Kabuapaten Batubara 2. Kota Gunung Sitoli 3. Kabuapaten Dairi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Menentukan Model Persamaan Regresi Linier Berganda Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jumlah kecelakaan lalu lintas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu

Lebih terperinci

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi pembangunan negara sedang berkembang

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA. Uraian ini dimulai dengan letak geografis provinsi Sumatera Utara, sejarah

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA. Uraian ini dimulai dengan letak geografis provinsi Sumatera Utara, sejarah BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum provinsi Sumatera Utara. Uraian ini dimulai dengan letak geografis provinsi Sumatera Utara, sejarah provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Kriteria No Nama Kabupaten / Kota 1 2 Sampel 1 Kota Binjai Sampel 1 2 Kota gunung Sitoli X X - 3 Kota Medan Sampel 2 4 Kota Pematang Siantar Sampel 3 5 Kota Sibolga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Lampiran 1 Perkembangan Harga Kacang Kedelai Tingkat Produsen di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2012 Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 2003 2,733 2,733 2,375 2,921 2,676

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 2007 (Jiwa) No Kabupaten/kota Tahun 2005 2006 2007 Kabupaten 1 Nias 441.807 442.019 442.548 2 Mandailing natal 386.150

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Surplus/Defisit APBD DAERAH 2011 2012 2013 2014 Kab. Nias -58.553-56.354-78.479-45.813

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Sedangkan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis Analisis Pertumbuhan Dan Persebaran Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011 DI PROVINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011 DI PROVINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR 1 PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011 DI PROVINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR ARGIMORITA LYDIA 112407007 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran I JADWAL PENELITIAN kegiatan Sep-15 okt 2015 Nov-15 des 2015 Jan-16 peb 2016 Mar-16 Apr-16 mei 2016 juni2016 pengajuan judul penyetujuan judul penulisan proposal bimbingan proposal penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kabupaten dan Kota Populasi Kriteria Pemilihan Sampel Sampel 1 2 1 Kabupaten Asahan 1 - - 2 Kabupaten Dairi 2 Sampel 1 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Sampel

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara 2004-2013 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2004 12.123.360 2005 12.326.678 2006 12.643.494 2007 12.834.371 2008 13.042.317 2009 13.248.386 2010 12.982.204 2011

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Lampiran 1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 Kab. Asahan 18 13 20 69 9 Kab. Dairi 0 59 41 82-35 Kab. Deli Serdang 13 159 27 22 22 Kab.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 1º - 4º LU dan 98º - 100º BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah timur dengan Malaysia di Selat Malaka, Sebelah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian 2015 Tahapan Penelitian Januari Jan-Mei Jun-Sep Oktober Pengajuan proposal skripsi Penyetujuan proposal skripsi Penyelesaian proposal skripsi Bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Sampel No Nama Kabupaten/Kota Kriteria Jumlah 1 2 Kota 1 Sibolga Sampel 1 2 Tanjungbalai - 3 Pematangsiantar Sampel 2 4 Tebing Tinggi Sampel 3 5 Medan Sampel 4 6 Binjai Sampel 5 7 Padangsidimpuan

Lebih terperinci

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov 94 Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Penelitian Nama : PUTRA RAJA TUNGGAL NIM : 147017061 Fakultas : EKONOMI Jurusan : MAGISTER AKUNTANSI Universitas : SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM) LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM) Dependent Variable: BD? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 01/01/11 Time: 05:56 Sample: 2010 2013 Included observations:

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 1. Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Penelitian April 2013. Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013. M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 1 Pengajuan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km

Lebih terperinci

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS)

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS) MODUL 8 PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS) Tujuan Praktikum : Mahasiswa mengenal aplikasi pengolah data statistik yaitu SPSS Mahasiswa dapat menggunakan aplikasi SPSS

Lebih terperinci

Pemerintahan Government

Pemerintahan Government Pemerintahan Government Pada akhir bulan Juni tahun 2010, Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Keseluruhan kabupaten/kota ini terbagi dalam 417 Kecamatan dan 5.744 desa/kelurahan. 2.1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1., Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara NO KABUPATEN/KOTA Produksi (Ton) TAHUN 2005 2006 2007 2008 Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Jenis Pendapatan Pajak untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Jenis pajak kabupaten/kota meliputi: 1. Pajak kendaraan bermotor 2. Bea balik nama kendaraan bermotor 3. Pajak bahan bakar kendaraan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANALISIS JALUR YANG MEMPENGARUHI ANGKA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN ANALISIS JALUR YANG MEMPENGARUHI ANGKA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TUGAS AKHIR PENGGUNAAN ANALISIS JALUR YANG MEMPENGARUHI ANGKA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TUGAS AKHIR IVAN J M SIMANUNGKALIT 112407006 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP

Lebih terperinci

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah kepulauan yang besar yang terdiri dari ribuan pulau, memiliki alam yang kaya, tanah yang subur dan ratusan juta penduduk. Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Negara mempunyai tujuan dalam pembangunan ekonomi termasuk Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

Katalog BPS: 4102002.1274 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI Jl. Gunung Leuser No. Telp (0621) 21733. Fax (0621) 21635 Email: bps1274@mailhost.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TEBING TINGGI STATISTICS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA

PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA 1 PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Sumatera Utara terletak pada posisi 0º 50' LS - 4º40' LU 96º 40' - 100º 50' BT.Luas wilayah Sumatera Utara seluas 72.981,23 km

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN 13 BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN 3.1 Keadaan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 58 35 0-2 07 33 Lintang Utara dan 98 42 50-99 34 16 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan

Lebih terperinci

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah) Lampiran 1 REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA 2009-2011 (dalam jutaan rupiah) Sampel Tahun Daerah PAD DAU DAK DBH BM 1 2009 Asahan 21,076 446,552 77,532 53,572 94,289

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI SUMATERA UTARA ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI SUMATERA UTARA SHITA TIARA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara email : ae_shita@yahoo.com ABSTRAK Selama proses pembangunan Indonesia

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA 2001-2009 Beryl Artesian Girsang berylgirsang@gmail.com Tukiran tukiran@ugm.ac.id Abstract Human resources enhancement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2011 No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Kabupaten 1 Nias 1 2 Mandailing Natal 399 3 Tapanuli Selatan 592

Lebih terperinci

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010. Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria dantidak memenuhi kriteria untuk menjadi Sampel Penelitian

Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria dantidak memenuhi kriteria untuk menjadi Sampel Penelitian LAMPIRAN 1 Tabel Kriteria Sampel Penelitian Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria dantidak memenuhi kriteria untuk menjadi Sampel Penelitian No Nama Kabupaten/Kota Kriteria Sampel 1 2 3 Sampel 1 Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan jenis tersebut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA TRIWULAN I 2013 KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN PROPINSI SUMATERA UTARA 2013 KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur patut

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 236/PA/2009 TENTANG KUASA PENGGUNA ANGGARAN BADAN PUSAT STATISTIK TAHUN ANGGARAN 2010 DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Energy planning is essentially an estimate of energy demand and supply in the future. Estimates of energy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar sebagai

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar sebagai BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan landasan teori, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

Lebih terperinci

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Edisi 1. Cetakan Kedua. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta http://www.djpk.depkeu.go.id/linkdata/apbd2009/a2009.htm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan

Lebih terperinci

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics Lampiran. Hasil Olah SPSS Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TKF 0.54 47.55 4.6855 5.58366 PAD 0 373000.00 3.69E8 3.3553E7 6.75223E7 BM 0 258970.00 4.7E8 9.38E7 9.35680E7 IPM

Lebih terperinci