ISOLASI VIRUS PARAINFLUENZA TIPE 3 DARI KASUS PNEUMONIA KAMBING DAN DOMBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISOLASI VIRUS PARAINFLUENZA TIPE 3 DARI KASUS PNEUMONIA KAMBING DAN DOMBA"

Transkripsi

1 ISOLASI VIRUS PARAINFLUENZA TIPE 3 DARI KASUS PNEUMONIA KAMBING DAN DOMBA (Isolation of Parainfluenza Virus Type 3 from Pneumonia Cases in Goat and Sheep) INDRAWATI SENDOW, TATTY SYAFRIATI, ENING WIEDOSARI dan PAUL SELLECK* Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor *Australian Animal Health Laboratory, PO Bag 30, Geelong Australia ABSTRACT A total of 345 goats and sheep lung samples from DKIJaya Abatoir were processed for viral isolation. Samples were inoculated in Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) cell lines. Viral isolation indicated that. only one sampel showed Cythopathic effect (CPE) in Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) cell lines and identification using serum neutralization test indicated that the sample neutralized reference PI3 antisera. The isolate was obtained from lungs which histologicvally showed pneumonia intertitialis/hiperplasia limfoid. Keywords: Parainfluenza type 3 (PI3), virus isolation, pneumonia intertisialis ABSTRAK Sebanyak 345 sampel paruparu kambing dan domba yang berasal Rumah Potong Hewan DKI Jaya telah diproses untuk isolasi virus pada biakan jaringan Madin Darby Bovine Kidney (MDBK). Hasil isolasi menunjukkan satu 345 sampel paruparu kambing dan domba yang diproses mengalami perubahan cytopathic effects (CPE) pada biakan jaringan Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) dan hasil identifikasi dengan uji serum netralisasi (SN) menunjukkan adanya reaksi netralisasi dengan serum standar virus PI3. Isolat virus PI 3 tersebut berasal dari paruparu kambing yang secara histopatologi mengalami kelainan pneumonia intertitialis/hiperplasia limfoid. Kata kunci: Parainfluenza tipe 3 (PI3), isolasi virus, pneumonia intertisialis PENDAHULUAN Infeksi virus Parainfluenza tipe 3 (PI3) sering ditemukan pada infeksi pernafasan pada ternak ruminansia, meskipun gejala klinis tidak ditemukan (VAN VUUREN, 1994). Gejala klinis akibat infeksi pernafasan atau pneumonia pada ruminansia umumnya terjadi apabila disertai infeksi bakteri atau stress. Penyebab penyakit ini adalah virus Parainfluenza, yang termasuk genus Paramyxovirus, famili Paramyxoviridae. Hingga saat ini terdapat 4 serotipe virus Parainfluenza, tetapi, hanya virus parainfluenza tipe 3 yang memainkan peranan sangat penting dalam menimbulkan kasus infeksi pernafasan pada ternak ruminansia. Virus ini juga mempunyai amplop dan memiliki daya aglutinasi terhadap butiran darah merah marmot (KINGSBURY et al., 1978). Gejala klinis yang ditimbulkan pada kambing dan domba ditandai dengan adanya cairan mata, ingusan, batuk, tidak napsu makan, demam dan pernafasan cepat (LEHMKUHL and CUTLIP, 1982). Diagnosa penyakit ini selain melihat gejala klinis yang ditimbulkan, juga dengan melakukan uji laboratorium seperti isolasi virus, deteksi antigen atau deteksi antibodi. Selain pada ternak 503

2 ruminansia, infeksi PI3 juga dapat ditemukan pada kera, rusa, anjing, kucing, marmot dan tikus (CHURCHILL, 1963; VAN VUUREN, 1994). Di Indonesia, kasus infeksi pernafasan pada kambing dan domba cukup tinggi dan gejala klinis dapat terlihat (ISKANDAR, 1984). Namun isolasi virus PI3 yang merupakan salah satu penyebab pneumonia pasda kambing dan domba belum pernah dilaporkan. Tulisan ini akan membahas isolasi virus PI3 yang berasal dari paruparu kambing dan domba yang mengalami kelainan pneumonia, dan berasal dari Rumah Potong Hewan DKIJaya. MATERI DAN METODE Sampel: Paruparu Organ paruparu kambing dan domba yang menunjukkan lesi dari lobus paru paru seperti lobus apikalis, lobus kardiakus dan lobus diphragmatikus diambil. Organ tersebut ditempatkan pada media transport Minimum Eagle s Media (MEM) berantibiotik Gentamisin 200 µg per ml dalam keadaan dingin, untuk keperluan isolasi virus dan sebagian paru diperlukan untuk pemeriksaan histopatologi yang disimpan dalam buffer formalin. Sampel ulas (swab) bronkhus dan trakhea Cotton Bud steril diusapkan pada bronkhus dan atau trakhea yang mengalami perdarahan dan mengandung exudat, kemudian disimpan dalam media transport berantibiotik dalam keadaan dingin. Isolasi Virus Organ paru yang mengalami lesi seperti yang diuraikan tersebut diatas, digunakan untuk keperluan isolasi virus. Organ tersebut dibuat suspensi dalam PBS berantibiotik gentamisin 200 µg per ml untuk kemudian diinokulasikan pada biakan jaringan lestari MDBK pada pelat mikrotiter berlubang 24 sebanyak 50 µl per lubang. Perlakuan dilakukan secara duplo. Uji penyaringan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya virus dalam sampel yang diuji, dengan mengamati ada tidaknya CPE dan dilanjutkan dengan menggunakan uji aglutinasi dari cairan biakan jaringan yang telah terinfeksi tersebut dengan darah marmot 5%. Uji HA dilakukan sebagai indikator untuk mengetahui ada tidaknya isolat virus yang dapat mengaglutinasi butir darah merah dalam suspensi tersebut. Pasase buta sebanyak 3 kali dilakukan sebelum inokulum tersebut dibuang dan dinyatakan negatif mengandung virus. Hasil positif pada uji penyaringan ini dilanjutkan dengan identifikasi isolat terhadap virus parainfluenza tipe 3. Identifikasi isolat Isolat virus yang diperoleh dikembang biakan dalam biakan jaringan MDBK untuk identifikasi. Identifikasi awal dilakukan dengan uji serum netralisasi. 504

3 Virus standar PI3 Virus standar PI3 (Patzel strain, PI3 PZL ) diperoleh dari Australian Animal Health Laboratory (AAHL), Geelong, Australia, Virus PI3 kemudian dikembang biakan pada biakan jaringan Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) bermedia Eagle s Minimum Essentiale Media (EMEM) berantibiotik Gentamisin 50 µg per ml dan 5% Foetal bovine Serum (FBS). Standar antiserum PI3 PZL yang berasal dari kelinci (anti PI3 PZLS7900V30), juga diperoleh dari AAHL, Australia. Uji serum netralisasi (SN) Isolat virus dititrasi kemudian diencerkan pada konsentrasi 100 TCID 50. Serum standar PI3 diencerkan secara serial 2 kali mulai dengan pengenceran 1:4 hingga 1:256 dalam media Eagle s MEM berantibiotik 50 ug/ml gentamisin. Sebanyak 50ul serum yang telah diencerkan tersebut dimasukkan kedalam lubang mikrotiter 96 lubang secara quadruplo. Isolat virus yang berkonsentrasi 100 Tissue Culture Infected Dose 50% (TCID 50 ) per 50 µl dimasukkan kedalam lubang yang berisi serum standar PI3 yang telah diencerkan. Pelat mikrotiter kemudian diinkubasikan dalam suhu 37 0 C selama 1 jam dan kemudian ditambahkan 100 µl biakan jaringan MDBK dengan konsentrasi 2x10 5 per ml dalam media pertumbuhan yang terdiri dari media EMEM, antibiotika gentamisin 100 µg per ml, serum Fetal Calf Serum (FCS) 10 %. Kontrol positiv dan negativ yang terdiri dari serum standar positif dan negatif yang ditambahkan pada virus standar PI3 dengan konsentrasi 100 TCID 50 per 50 µl, disertakan pada pelat mikrotiter tersebut. Pelat kemudian diinkubasikan pada inkubator berco 2 pada suhu 37 0 C selama 5 hari sambil diamati adanya Cytopathic Effect (CPE). Biakan jaringan yang menunjukkan adanya CPE berarti bahwa isolat tersebut tidak mengandung virus PI3, sedangkan apabila CPE tidak tampak, berarti isolat tersebut adalah virus PI3. Uji rapid haemaglutinasi (HA) Sampel biakan jaring yang telah diinfeksi dengan suspensi organ mulai pasase 1 hingga pasase 3 diuji dengan uji haemaglutinasi cepat (Rapid HA) dengan menggunakan 5% darah merah marmot untuk mengetahui adanya daya aglutinasi. Pemeriksaan patologis anatomis dan histopatologis Selain pemeriksaan secara virologik sampel paruparu diperiksa secara patologis anatomis (PA) dan jaringan yang mengalami lesi yang diduga karena pneumonia diambil. Kelainan tersebut antara lain paruparu terlihat sedikit membesar, oedema dan ada pembendungan. Warnanya bervariasi dari merah, merah gelap sampai kelabu. Konsistensinya padat, bidang sayatannya licin dan bila ditekan keluar cairan serokataral atau bahkan serohemoragik. Organ paruparu yang mengalami lesi pada lobuslobus tersebut dipotong kecilkecil dan dimasukkan kedalam laurutan formalin buffer netral 10%, untuk pemeriksaan hitopatologis. Organ diambil pada daerah yang termasuk batas antara bagian yang normal dan bagian yang abnormal. Pemeriksaan dilakukan setelah organ tersebut diwarnai dengan pewarna Hematoksilin dan Eosin (HE), Hasil pemeriksaan patologi akan menunjang diagnosa hasil pemeriksaan mikroba. 505

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel 307 paruparu kambing, 38 paruparu domba, 56 preparat ulas bronkhus dan trakhea yang berasal dari RPH, telah diproses seperti tertuang pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian spesimen yang diproses untuk uji serologis terhadap virus PI 3 Lokasi 506 Kambing Paruparu Jumlah sample Domba A. RPH: Tanah Abang Jabar Jateng Jatim Lampung C. RPH Pulo Gadung Jabar Jateng Jatim Lampung Total Keterangan: tidak ada spesimen Penelitian ini dilakukan di RPH DKI Jakarta yaitu RPH Tanah abang dan RPH Pulo Gadung yang setiap harinya dilakukan pemotongan lebih dari 150 ekor kambing dan domba, sehingga diharapkan lebih banyak dapat diperoleh sampel yang diduga pneumonia, dengan demikian hasil yang diperoleh diharapkan dapat mewakili populasi daerah yang ada. HORE dan STEVENSON (1969), membuktikan bahwa virus PI3 paling banyak ditemukan di daerah paruparu dibanding organ lainnya. Pada penelitian ini paruparu yang mengalami lesi yang diduga pneumonia digunakan untuk keperluan isolasi virus. Hasil isolasi virus menunjukkan bahwa hanya 1 isolat menunjukkan CPE pada biakan jaringan MDBK pada pasase ke 3, yaitu no. sampel 628 yang berasal dari RPH Tanah Abang Jakarta. Hasil uji Rapid HA, ditunjukkan adanya daya aglutinasi pada darah marmot. Sampel paruparu tersebut berasal dari kambing PE (peranakan Etawa) asal Jawa Timur, dengan umur berkisar 2 tahun, jenis kelamin jantan, kondisi ternak cukup baik (dan lesi paruparu menunjukkan kelainan pneumonia interstitialis). Identifikasi dari isolat yang diperoleh, menggunakan uji serum netralisasi terhadap serum standar PI3 menunjukkan bahwa isolat tersebut menetralisir serum standar PI3 hingga pengenceran 1:128. Hal ini berarti isolat No. 628 merupakan isolat virus PI3. Selain sampel No 628, terdapat sampel No.358 yang tidak menunjukkan CPE hingga pasase ke 3, tetapi memberikan daya aglutinasi pada uji HA dengan darah marmot 0,5% dengan titer 4. Passase tetap dilakukan pada isolat yang dicurigai tetapi pada pasase selanjutnya daya aglutinasi menurun dan CPE tetap tidak tampak. Hal ini berarti bahwa daya aglutinasi yang ditimbulkan merupakan reaksi tidak spesifik. Swab

5 Dari data tersebut terlihat bahwa isolat virus yang diperoleh hanya sedikit, hal ini mungkin disebabkan karena waktu yang tidak tepat pada saat pengambilan sampel dimana waktu viraemia telah lewat atau infeksi terjadi telah lama. HORE dan STEVENSON (1969), membuktikan bahwa lesi yang ditimbulkan oleh virus PI3 dapat ditemukan di paruparu dan saluran udara menuju paruparu, serta virus dapat terdeteksi pada tempat tersebut untuk waktu yang relatip lebih lama dibanding di limphoglandula retropharyngeal dan Lgl. bronkhial. Mengacu data tersebut, maka pengambilan sampel ulas dari trakhea dan bronkhus juga dilakukan pada penelitian ini untuk mendapatkan isolat, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak satu isolat virus pun berhasil diisolasi dari 56 sampel ulas trakhea dan bronkhus yang diuji. Isolasi virus PI3 telah berhasil diperoleh dari paruparu yang mengalami kelainan pneumonia interstitialis, meskipun secara makroskopik, paruparu tidak memperlihatkan perubahan yang jelas. Warna paruparu terlihat berwarna merah coklat menyerupai daging. Secara mikroskopik, sel radang yang didominasi oleh limfosit, makrofag dan beberapa sel plasma telah ditemukan di dalam septa alveoli. Selain itu hiperplasi limfoid peribronchial atau perivaskuler, juga ditemukan. Isolat yang diperoleh merupakan isolat PI3 pertama di Indonesia yang telah berhasil diisolasi dari kambing. Adanya isolat PI3 pada pneumonia interstitialis menunjukkan indikasi keterlibatan agen virus PI3 pada pneumonia pada kambing dan domba. Akan tetapi, hal ini tidak memberikan gambaran yang signifikan akan peranannya atas kejadian pneumonia pada kambing dan domba di Indonesia. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui patogenisitas isolat PI3 perlu dilakukan sehingga dapat diketahui peranannya dalam menimbulkan kasus pneumonia pada ternak ruminansia kecil di Indonesia. KESIMPULAN Hasil isolasi virus menunjukkan bahwa isolat virus PI3 telah diperoleh dari paruparu yang mengalami kelainan pneumonia interstitialis. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan infeksi virus dalam menyebabkan pneumonia pada ternak ruminansia kecil, sehingga dapat dicarikan caracara penanggulangan serta pengobatan kasus pneumonia pada kambing dan domba di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai oleh Dana APBN tahun Terima kasih yang sebesarbesarnya kami tujukan kepada Kepala Dinas Peternakan Propinsi DKI Jaya, Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Suku Dinas Jakarta Timur dan Suku Dinas Jakarta Pusat, serta seluruh Staf RPH Tanah Abang, Pulo Gadung, Sukabumi dan Cianjur yang telah membantu penelitian ini di lapang. 507

6 DAFTAR PUSTAKA CHURCHILL, A.E. (1963). The Isolation of Parainfluenza 3 Virus from Fatal Cases of Pneumonia in Erythrocebus patas monkeys. British J. of Experimental Pathol. 45 : HORE,D.E. and R.G.STEVENSON (1969). Respiratory Infection of Lambs with an Ovine Strain of Parainfluenza Virus Type 3. Res. Vet. Sci. 10: ISKANDAR, T. (1989). Penelitian Penyakit (Tinjauan Patologi) pada Domba dan Kambing di Rumah Potong Hewan Klender, Tanah Abang dan Bogor. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Jilid 2: KINGSBURY, D.W., BRAT. M.A., CHOPPIN, P.W., HANSON, R.P., HOSAKA, Y., MEULEN,V., NORRBY, E., PLOWRIGHT,W., ROTT, R., and WUNNER,W.H (1978). Paramyxoviridae, Intervirology, 10 : LEHMKUHL, H.D. AND CUTLIP,R.C. (1982). Characterization of Parainfluenza type 3 Virus Isolated from Lung of a Lamb with Pneumonia. Am. j. Vet. Res. 43 : SHARP, J.M. (1991). Acute Respiratory virus Infections. In : Disease of Sheep. Eds. Martin, W.B. AND Aitken, I.D. 2 nd Edition. Blackwell Scientific Publication. Pp: VAN VUUREN, M. (1994). Parainfluenza Type 3. In : Infectious Diseases of Livestock. Vol. II. Eds. Coetzer, J. A.W., Thomson, G.R., AND Tustin, R.C. Capetown, Oxford University Press. Ch. 76. Pp: DISKUSI Pertanyaan: Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan viris dalam menyebabkan Pneumonia pada ternak ruminansia kecil (dikutip dari kesimpulan). Bagaimana secara konkrit anda akan lakukan penelitian lanjutan ini. Melakukan Posttulat Koch pada 2 kelompok kambing/domba. Kelompok infeksi PI3 saja (dari isolat yang diperoleh). Kelompok infeksi campuran PI3 dan Pasteurella. Jawaban: Dari hasil ini diharapkan terlihat jelas peranan PI3 dalam menyebabkan pneumonia 508

Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Kasus Pneumonia Kambing dan Domba

Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Kasus Pneumonia Kambing dan Domba Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Kasus Pneumonia Kambing dan Domba INDRAWATI SENDOW 1), TATTY SYAFRIATI 1), ENING WIEDOSARI 1) dan PAUL SELLECK 2) 1) Balai Penelitian Veteriner,PO BOX 151, Bogor

Lebih terperinci

Gambaran Seroepidemiologi dan Histopatologi Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Sapi

Gambaran Seroepidemiologi dan Histopatologi Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Sapi Gambaran Seroepidemiologi dan Histopatologi Infeksi Virus Parainfluenza Tipe 3 pada Sapi INDRAWATI SENDOW, TATTY SYAFRIATI dan RINI DAMAYANTI Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 Email:

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

RINGKASAN PENDAHULUAN

RINGKASAN PENDAHULUAN Ternu Teknis Fungsional Non Peneliti 200/ PENERAPAN UJI NETRALISASI SERUM UNTUK DIAGNOSIS SEROLOGIK PENYAKIT BOVINE VIRAL DIARRHOEA (BVD) PADA SAPI PUDJI KURNIADHI Balai Penelitian Veteriner, JI.R.E.Martadinata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.) BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Uji Standar Karantina Ikan Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta dan Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Pemeliharaan ayam penelitian, aplikasi ekstrak temulawak dan vaksinasi AI dilakukan di kandang

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl DIAGNOSA PENYAKIT BRUCELLOSIS PADA SAP] DENGAN TEKNIK UJI PENGIKATAN KOMPLEMEN Yusuf Mukmin Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Brucellosis adalah penyakit bakterial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data C. albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari Departemen Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan April 2014. Sampel diambil dari itik dan ayam dari tempat penampungan unggas, pasar unggas dan peternakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Subjek Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah C. albicans yang diperoleh dari usapan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

AKABANE A. PENDAHULUAN

AKABANE A. PENDAHULUAN AKABANE Sinonim : Arthrogryposis Hydranencephaly A. PENDAHULUAN Akabane adalah penyakit menular non contagious yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODOLOGI UMUM. KAJIAN ECP BAKTERI S. agalactiae MELIPUTI

METODOLOGI UMUM. KAJIAN ECP BAKTERI S. agalactiae MELIPUTI 15 METODOLOGI UMUM Alur pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian secara skematis disajikan pada Gambar 2, yang merupakan penelitian secara laboratorium untuk menggambarkan permasalahan secara menyeluruh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK (Isolation and Identification of Avian Influenza Virus from Ducks) HARIMURTI NURADJI, L. PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rabies merupakan penyakit zoonosis yang mematikan dan tersebar di seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan 70.000 orang meninggal setiap tahun karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

PNEUMONIA PADA KAMBING DAN DOMBA

PNEUMONIA PADA KAMBING DAN DOMBA PNEUMONIA PADA KAMBING DAN DOMBA (Pneumonia in Goat and Sheep) SOERIPTO, M. POELOENGAN, S.M. NOOR, S. CHOTIAH dan KUSMIYATI Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 ABSTRACT A field survey to

Lebih terperinci

SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI. Bogor, 8-9 Agustus 2017

SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI. Bogor, 8-9 Agustus 2017 SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI Bogor, 8-9 Agustus 2017 Latar Belakang Pertambahan populasi lambat Penurunan performa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Produksi daging sapi pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar 78.329 ton (21,40%). Upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan produksi daging sapi secara

Lebih terperinci

Lokakatya Fungsional Non Peneliti 1997 Antisera MG Antisera yang dipergunakan yaitu antisera MG dari kelinci. Caranya dengan menyuntikan antigen MG di

Lokakatya Fungsional Non Peneliti 1997 Antisera MG Antisera yang dipergunakan yaitu antisera MG dari kelinci. Caranya dengan menyuntikan antigen MG di Lokakarya Fungsiona/ Non Peneli6 1997 TEKNIK ISOLASI KUMAN MIKOPLASMA GALLISEPTICUM PADA AYAM Zulqoyah Layla Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Mycoplasma gallisepticum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

Isolasi Virus Penyebab Canine Parvovirus dan Perubahan Patologik Infeksi pada Anjing

Isolasi Virus Penyebab Canine Parvovirus dan Perubahan Patologik Infeksi pada Anjing SENDOW dan HAMID: Isolasi virus penyebab dan perubahan patologik infeksi canine parvovirus pada anjing Isolasi Virus Penyebab Canine Parvovirus dan Perubahan Patologik Infeksi pada Anjing INDRAWATI SENDOW

Lebih terperinci

Spesifikasi, Metode Pengujian, Keterangan yang diuji. yang diukur

Spesifikasi, Metode Pengujian, Keterangan yang diuji. yang diukur AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-121-IDN Telp. (0251) 331048, 334456 Faks. (0251) 336425 Bahan atau produk Jenis pengujian atau sifat-sifat Spesifikasi, Metode Pengujian, Keterangan

Lebih terperinci

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO NO JENIS MEDIA PEMBAWA PEMERIKSAAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA HEWAN PEMERIKSAAN TEKNIS MASA KARANTINA KETERANGAN 1. HPR 14 hari Bagi HPR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Materi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Materi Penelitian 30 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Maret 2009 di kandang blok B (unggas) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, analisa bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Reidentifikasi Virus. virus IBD lokal & komersial, vvibd lokal. Diinfeksikan pada Ayam. Bursa Fabricius, serum.

MATERI DAN METODE. Reidentifikasi Virus. virus IBD lokal & komersial, vvibd lokal. Diinfeksikan pada Ayam. Bursa Fabricius, serum. MATERI DAN METODE Alur Penelitian Reidentifikasi Virus virus IBD lokal & komersial virus IBD lokal & komersial, vvibd lokal Patogenesis Diinfeksikan pada Embrio Diinfeksikan pada Ayam Derajat lesi, deteksi

Lebih terperinci

INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI

INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI INFECTION OF TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS VIRUS IN PIG Indrawati Sendow Kelti Virologi, Balai Penelitian Veteriner, P.O. Box 151 Bogor 161 14 INDONESIA,

Lebih terperinci

25 Universitas Indonesia

25 Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

secara sporadik atau endemik yang terdapat pada sapi sapi bali, sapi madura dan kerbau sedangkan jenis sapi

secara sporadik atau endemik yang terdapat pada sapi sapi bali, sapi madura dan kerbau sedangkan jenis sapi I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang MCF dikenal sebagai penyakit menular yang berjalan secara sporadik atau endemik yang terdapat pada sapi dan kerbau di seluruh dunia (81). Di Indonesia MCF menyerang sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

PUDJI KURNIADHI Balm Penelitiun 6%eteriner, Balui Penelitian Veieriner,.l1. R.E. Martadinata 30 Bo,zor, ABSTRAK

PUDJI KURNIADHI Balm Penelitiun 6%eteriner, Balui Penelitian Veieriner,.l1. R.E. Martadinata 30 Bo,zor, ABSTRAK 7enni Teknis f ungsional A'on Penelin 2(W1 TEKNIK PASASI DAN LAMA ADSORBSI UNTUK MENINGKATKAN TITER VIRUS INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) PADA BIAKAN SEL LESTARI MADIN DARBY BOVINE KIDNEY (MDBK)

Lebih terperinci

DETEKSI ANTIBODI PENYAKIT FELINE PANLEUKOPENIA PADA KUCING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ELISA

DETEKSI ANTIBODI PENYAKIT FELINE PANLEUKOPENIA PADA KUCING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ELISA DETEKSI ANTIBODI PENYAKIT FELINE PANLEUKOPENIA PADA KUCING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ELISA (Detection of Feline Panleukopenia Antibodies in Cat Using ELISA Technique) TATTY SYAFRIATI Balai Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57) KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57) KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57) KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 ABSTRAK KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis dengan uji one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test membuktikan bahwa adanya perbedaan pengaruh

Lebih terperinci

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe PEMBUATAN ANTIGEN KOKTO UNTUK SERUM ASCOLI Koko Barkah Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Antraks atau radang limpa adalah penyakit menular pada hewan yang disebabkan

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan binatang coba tikus putih dengan strain Wistar. Desain penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB II. BAHAN DAN METODE BAB II. BAHAN DAN METODE 2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan penambahan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kenali Laboratorium Anda Ketahui jenis-jenis uji yang dapat dilakukan dan pilihlah yang terbaik Sediakan semua informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

Pengambilan dan Pengiriman Sampel Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kenali Laboratorium Anda Ketahui jenis-jenis uji yang dapat dilakukan dan pilihlah yang terbaik Sediakan semua informasi yang dibutuhkan Hubungi lab bila Anda perlu informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dirofilaria immitis (D. immitis) yang dikenal sebagai cacing jantung, adalah penyebab penyakit parasit yang serius pada anjing, hidup pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis

Lebih terperinci

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( ) COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI (078114113) KLASIFIKASI ILMIAH Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Legionellales Family : Coxiellaceae Genus :

Lebih terperinci

Studi Patogenitas Isolat Lokal Virus Bluetongue pada Domba Lokal dan Impor

Studi Patogenitas Isolat Lokal Virus Bluetongue pada Domba Lokal dan Impor JITV Vol. 10 No. 1 Th. 2005 Studi Patogenitas Isolat Lokal Virus Bluetongue pada Domba Lokal dan Impor INDRAWATI SENDOW Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 Email: i.sendow@balitvet.org

Lebih terperinci

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS) TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS) DARMINTO, S. BAHRI, dan N. SURYANA Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor16114,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) 51 LAMPIRAN Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) Pewarnaan HE adalah pewarnaan standar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai struktur umum sel dan jaringan normal serta perubahan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan bakteri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan

Lebih terperinci

angka morbiditas dan mortalitas mencapai 100% (DAMAYAN'ri dkk., 2004). Pada makalah ini dikemukakan tentang sifat-sifat dari dua macam biakan sel prim

angka morbiditas dan mortalitas mencapai 100% (DAMAYAN'ri dkk., 2004). Pada makalah ini dikemukakan tentang sifat-sifat dari dua macam biakan sel prim Tenm Teknis Nusional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 PERAN UNIT BIAKAN JARINGAN UNTUK PERTUMBUHAN VIRUS AVIAN INFLUENZA HANIPAH ARIYANI Balai Penelitian Veteriner, Jln. R.E. Martadinata 30, Bogor 16114

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik) METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai Januari Juni 2011 di Laboratorium Patologi Ikan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran. ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME

PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Tabel 1. Pengambilan sampel anak sapi diare dan anak sapi tidak diare Peternakan Batu Raden Sukabumi (A) Bandun

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Tabel 1. Pengambilan sampel anak sapi diare dan anak sapi tidak diare Peternakan Batu Raden Sukabumi (A) Bandun Lokakarya Fungsional Non Penelili 1997 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI K99 PENYEBAB DIARE PADA ANAK SAM Djaenuri dan Nina Kurniasih Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir 66 LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir Keberadaan bakteri mempunyai nilai yang penting dalam patogenesis pulpa dan periapeks. Eliminasi mikroorganisme dari saluran akar yang terinfeksi merupakan fokus utama pada

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

untuk menghasilkan titer yang tinggi, maka virus ILT paling baik ditumbuhkan pada CAM dari telur embryo ayam tertunas (JORDAN, 198), misalnya untuk tu

untuk menghasilkan titer yang tinggi, maka virus ILT paling baik ditumbuhkan pada CAM dari telur embryo ayam tertunas (JORDAN, 198), misalnya untuk tu PROPAGASI VIRUS INFECTIOUS LARYNGO TRACHEITIS (ILT) PADA JARINGAN SELAPIS CHICKEN EMBRYO FIBROBLAST (CEF) MASITOH DAN HANIFAH ARIYANI Balai Penelitian Veteriner, X. RE. Martadinata 3 PO. Box 151, Bogor

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN 2000-2005 NUR K. HIDAYANTO, IDA L. SOEDIJAR, DEWA M.N. DHARMA, EMILIA, E. SUSANTO, DAN Y. SURYATI Balai Besar Pengujian Mutu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media Agar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), virus dengue merupakan mosquitoborne

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), virus dengue merupakan mosquitoborne BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus dengue (DENV) adalah penyebab paling umum dari penyakit arboviral. Menurut World Health Organization (WHO), virus dengue merupakan mosquitoborne viral disease

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM COMPARISON OF HI TEST AND ELISA FOR DETECTING ANTIBODY MATERNAL ND ON DAY OLD CHICK Oleh : Rahaju Ernawati* ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hog cholera 2.1.1 Epizootiologi Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan di Bali. Hampir setiap keluarga di daerah pedesaan memelihara

Lebih terperinci

STATUS KEBAL TERNAK SAPI PASKA VAKSINASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) INAKTIF DI LAPANGAN

STATUS KEBAL TERNAK SAPI PASKA VAKSINASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) INAKTIF DI LAPANGAN STATUS KEBAL TERNAK SAPI PASKA VAKSINASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) INAKTIF DI LAPANGAN KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH, YUNI YUPIANA, NUR KHUSNI HIDAYANTO, NENI NURYANI Balai Besar Pengujian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada 40 ekor kambing kacang betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitologi sel darah abnormal pada kambing kacang yang berada di Rumah Potong Kambing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak, pemeliharaan stamina tubuh, percepatan regenerasi sel dan menjaga sel darah merah (eritrosit) agar tidak mudah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

PENGAMATAN POST-MORTEM KUALITAS KULIT KAMBING DI KOTA MANADO

PENGAMATAN POST-MORTEM KUALITAS KULIT KAMBING DI KOTA MANADO PENGAMATAN POST-MORTEM KUALITAS KULIT KAMBING I KOTA MANAO Merri. Rotinsulu 1, Hendra Inal 1, J. A.. Kalele 1, E.Tangkere 1 1) Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Unsrat Manado 95115 (E-mail:

Lebih terperinci