Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Tabel 1. Pengambilan sampel anak sapi diare dan anak sapi tidak diare Peternakan Batu Raden Sukabumi (A) Bandun

Transkripsi

1 Lokakarya Fungsional Non Penelili 1997 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI K99 PENYEBAB DIARE PADA ANAK SAM Djaenuri dan Nina Kurniasih Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor PENDAHULUAN Escherichia coli K99 bersifat enterotoksigenik merupakan penyebab diare yang terpenting pada anak sapi. Penderita ini kehilangan air dan garam elektrolit dari sekresi dinding usus secara berlebihan. Hal ini disebabkan perubahan fungsi (absorsi air dan garam-garam) pada permukaan usus tidak normal, sehingga terjadi diare terus menerus. Anak sapi dapat terinfeksi oleh bakteri E. coli K99 pada umur 1-3 hari. Kematian anak sapi diare akibat infeksi E. coli K99 cukup tinggi dapat mencapai 50% (Tzipori, 1985a, b). Di Indonesia kejadian diare dan kematian anak sapi dapat mencapai 20% (Supar dkk., 1989). Escherichia coli yang dapat menyebabkan diare dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : Escherichia coli enteroksigenik (ETEC), Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) dan Escherichia coli enteroinvasif (EIEC). Penyakit yang ditimbulkan oleh Escherichia coli dapat bersifat akut dan fatal pada hewan neonatal (Dunne dan Leman, 1975 ; Hungerford, 1975). Agen penyakit diare dapat berasal dari tinja dalam Iingkungan hewan tersebut. Anak sapi neonatal dapat terinfeksi oleh patogen dari jabah, lantai kandang, susu yang tercemar feses (Radostis, 1985). Kasus diare pada anak sapi neonatal akibat terinfeksi E. coil sangat tinggi (Supar, 1989). Pada pengujian sebelumnya telah dibahas tentang pembuatan monospesifik antiserum K99, pada tulisan ini dikemukakan teknik isolasi dan identifikasi E. coli K99 dengan cara koaglutinasi menggunakan monospesifik antiserum K99, untuk peneguhan diagnosis kolibasillosis. Pengambilan Sampel BAHAN DAN CARA Sampel ulas rektum diambil dari anak sapi yang diare terus menerus atau propus, tinja encer warna kuning, tinja berlendir campur darah. Tiap sampel diambil dari anus dengan menggunakan swab kapas, kemudian dimasukkan ke dalam media transport untuk diproses lebih lanjut di laboratorium. Diambil juga beberapa sampel dari anak sapi yang tidak diare, sebagai bahan bandingan. Pada Tabel 1 disajikan jumlah sampel yang diambil dari beberapa peternakan. 193

2 Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Tabel 1. Pengambilan sampel anak sapi diare dan anak sapi tidak diare Peternakan Batu Raden Sukabumi (A) Bandung (B) Beberapa Peternakan Kecil di Bandung Jumlah sampel rectal Swab Anak sapi tidak diare (Sampel) Anak sapi diare (Sampel) Jumlah Pembuatan media untuk isolasi Media untuk isolasi E. coli, ialah agar Mac Conkey dan agar darah. Media ini dibuat berdasarkan metode Supar dan Ibrohim (1981). Media agar Mac Conkey mengandung bahan-bahan : pepton (Bakto /Glysate dan Casein), proteose pepton atau poly pepton, Bile salt, Laktase, NaCl, Neutral red, Crystal violet, Bacto agar dan air suling. Media ini mempunyai ph 7,1-7,2 dan di sterilkan pada suhu 121 C selama 15 menit. Media agar darah mengandung bahan-bahan antara lain : media alkalis agar steril yang telah mempunyai ph 7,2-7,4, ditambah darah domba normal 5-10% pada temperatur 55 C secara aseptik. Penyiapan media minca + Isovitalex Isolat yang tumbuh pada MC agar bersifat laktose fermentatif disubkultur pada media. Agar Minca + isovitalex miring, inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Kultur disimpan dan sewaktu-waktu siap untuk diidentifikasi secara serotiping. Isolasi Tiap sampel rectal swab (dalam media transport) dari lapangan diinokulas-ikan pada media agar Mac Conkey dan agar darah kemudian diinkubasikan pada suhu 37 C selama satu malam. Setelah diinkubasi dipilih 4-6 koloni E. coli yang bersifat laktos fermentatif pada media agar Mac Conkey dan bersifat haemolitik pada media agar darah, disubkultur pada media Minca agar + Iso Vitalex. Koloni yang bersifat haemolitik pada media agar darah disubkultur pada media agar nutrient, diinkubasikan pada suhu 37 C selama satu malam. Kultur tersebut dapat disimpan dan sewaktu-waktu siap untuk diidentifikasi secara serotiping. 1 94

3 Lokakarya Fungsionai Non Peneiiti 1997 Serotiping Semua isolat E. coli yang disubkultur pada media Minca agar + Iso Vitalex diperiksa terhadap E. coli K99, secara koaglutinasi dengan monospesifik antiserum K99. Satu ose penuh suspensi sel bakteri yang telah diemulsikan dengan larutan garam fisiologis, diteteskan pada kaca koaglutinasi yang bersih, kemudian ditambah satu ose reagen koaglutinasi mospesifik K99, kemudian digoyang-goyang selama detik. Bila terjadi reaksi aglutinasi atau terjadi gumpalan-gumpalan halus yang semakin lama semakin banyak dan semakin kasar ini menunjukkan reaksi positif (mempunyai antigen K99) bila tidak ada aglutinasi maka isolat yang diuji negatif (tidak mempunyai antigen K99). Kalau melakukan uji aglutinasi, reagen koaglutinasi diuji terhadap galur acuan E. coli positif K99 negatif K99, untuk meyakinkan reagen yang dipakai/dibuat tidak memberikan reaksi silang terhadap galur acuan tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri Escherichia coli dapat diisolasi dari semua sampel berupa rectal swab baik dari anak sapi tidak diare dan diare, akan tetapi E. coli K99 hanya dapat diisolasi dari anak sapi yang menderita diare propus. Semua isolat E. coli K99 tidak bersifat haemolitik pada agar darah. Metode deteksi secara koaglutinasi untuk identifikasi E. coli K99 hanya dapat dilakukan pada isolat yang ditumbuhkan pada media Minca + Iso Vitalex antigen K99 dan hanya terbentuk pada media agar tersebut pada suhu inkubasi 37 C. Sebanyak 101 sampel rectal swab dari anak-anak sapi yang menderita diare, dapat diisolasi E. coli K99 sebanyak 22 isolat, sedangkan dad 360 sampel anak-anak sapi tidak diare tidak terisolasi E. coli K99. Tabel 2. Isolat E. coli K99 dad sampel rectal swab anak sapi tidak diare Peternakan Jumlah Sampel Tidak diare E. K99 + Haemolitik K99 + (Kode) sampel coli Non K99- rectal Haemolitik K99 - swab Baturaden Sukabumi(A) Bandung(B) Beberapa peternakan di Bandung kecil

4 Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Tabel 3. Isolat E. coli K99 dari sampel rectal swab anak sapi diare Petemakan (Kode) Jumlah Sampel Tidak diare E. K99 + Haemoli K99 + sampel coil Non tik K99- rectal Haemolitik swab K99- Baturaden Suakbumi(A) Bandung(B) Beberapa peternakan kecil di Bandung Sumber : Supar, KESIMPULAN E. coli dapat diisolasi dari sampel rectal swab dari anak sapi diare dan tidak diare. E. coli K99 hanya dapat diisolasi dari anak sapi penderita diare. Isolat E. coli K99 hanya dapat diisolasi dari kasus anak sapi diare di bawah umur 10 hari. Pada anak sapi berumur lebih lebih dari sepuluh hari walaupun masih menunjukkan gejala diare, E. coli K99 sulit ditemukan. Hal ini disebabkan populasi E. coli K99 dalam feses relatif kecil sehingga kemungkinan ditemukan E. coli K99 sangat kecil, karena dalam praktek ini hanya dipilih 4 isolat setiap sampel, sehingga hasil perolehan isolat E. coli K99 sangat kecil. Identifikasi E. coil K99 secara koaglutinasi dapat dipakai sebagai peneguhan diagnosis kolibasilosis, sehingga penyebab diare pada anak sapi dapat segera diketahui. Dengan demikian upaya pengendalian diare dapat segera dilakukan agar angka kematian pada anak sapi dapat teratasi. DAFTAR BACAAN Djaenuri dan Nina Kurniasih Pemanfaatan hewan kelinci untuk pembuatan antiserum monospesifik K99 untuk diagnosis Kolisillosis pada anak sapi di laboratorium. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti Bogor, September 1996, Dunne, H.W. and A.D. Leman Diseases of Swine. Forth Edition. Iowa State University Press. Ames. Iowa, U.S.A

5 Lokakarya Fungsional Non Penelili 1997 Hungerford, T.G Diseases of Livestock Eight Edit. MoGraw-Hill Boo Co.ydney,Aucland, New York London, Johanesburg, Singapore, Panama, Sao, usseldorf, New Delhi, Tokyo, , Radostits, O.M A. veterinary clinician's perpective of diarrhoea in neonatal Food producing Animals. In "Infectious diarrhoea in the young. Strategies for control in human and animal's Ed. Tzipori, S Proceeding of an International Seminar on Diarrhoea disease in South East Asia and Western Pacific Region, Geelong, Australia, Fevruary Supar dan lbrohim Kultur media dan cars pembuatannya. Balai Penelitian Penyakit Hewan. Supar Studi tentang Escherichia coli Enterotoksigenik pada anak sapi, anak babi : Isolasi dan Identifikasi Escherichia coli K99 dan K88. Thesis Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Supar, R.G. Hirst and B.E. Patten Studies on the epidemiology of neonatal colibacillosis in food producing animal in Indonesia. Proceeding of the first Seminar on Veterinary Epidemiology. Desember, 6th Yogyakarta Indonesia : Tzipori, S A Comparative study on important pathogens causing diarrhoea in calves and piglets. In " Infectious Diarrhoea in the Young. Stategies for control in Human and Animals" Ed. Tzipori, S Proceeding of an International Seminar on Diarrhooea Disease in South East Asia and Western Pacific Region, Geelong, Australia, February 1985.,