secara sporadik atau endemik yang terdapat pada sapi sapi bali, sapi madura dan kerbau sedangkan jenis sapi

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang MCF dikenal sebagai penyakit menular yang berjalan secara sporadik atau endemik yang terdapat pada sapi dan kerbau di seluruh dunia (81). Di Indonesia MCF menyerang sapi bali, sapi madura dan kerbau sedangkan jenis sapi keturunan 50s indicus dan 80s taurus relatif tahan (43). Penyakit ini telah dikenal lama di Indonesia dan terjadi secara aporadik sepanjang tahun dengan tingkat kematian kasus yang sangat tinggi. Sapi bali, sapi bangsa murni satu-satunya yang asli Indonesia, sapi madura dan kerbau sangat penting artinya bagi petani-ternak. Dalam tahun-tahun terakhir ini, pemerintah dalam usahanya meningkatkan populasi sapi dan meningkatkan produksi daging, banyak menyebarkan sapi bali ke seluruh Indonesia. Pemilihan sapi bali untuk disebar- kan, agaknya berhubungan dengan sifat-sifat sapi tersebut yang peridi, tahan terhadap kekeringan dan kekurangan aakanan dengan persentase karkas yang lebih tinggi dari jenis sapi lainnya. Namun, penyakit MCF nampaknya menjadi kendala yang besar bagi berhasilnya usaha ini, Kenyataan memperlihatkan bahwa sapi bali tidak berkembang di bagian harat Indonesia. Di Jawa Barat yang terdapat banyak domba yang dikenal dengan domba garut, misalnya, pengembangan sapi bali yang sudah dimulai sejak dahulu, tidak berhasil.

2 Selain sapi bali, kerbau juga menduduki tempat yang penting dalam sektor pertanian di Indonesia, karena sslain dagingnya hewan ini memegang peran penting dalam pengerjaan lahan pertanian. Sedangkan sapi madura, selain sebagai sumber daging. dikenal pula sebagai sapi karapan. Kedua jenis hewan terakhir, terancam juga kehidupannya oleh penyakit HCF. Sejak tahun 1978 telah terjadi pula penyakit MCF pada kerbau di daerah Deli Serdang, Sumatera Utara, yang mengambil korban dari tahun ke tahun (74) dan sejak tahun 1986 terdapat pada sapi bali di daerah Belangkejeren, Aceh Tenggara, Daerah Istimewa Aceh, yang baru didatangkan dari Nusa Tenggara Timur (75). 2. Permasal ahan Pada tahun 1986, telah berhasil diisolasi virus dari kerbau dan sapi bali yang tersangka renderita penyakit WF. Viyus isalat ternyata bereaksi dengan antiserum terhadap virus HCF WCll yaitu virus yang reservoarnya "wildebeest", aembentuk sinsisia serta badan inklusi tipe A pada biakan sel primer ginjal dan tiroid fetus sapi (70, 71, 73). Tetapi, apakah virus tersebut sebagai agen penyaki t MCF masih perlu dibuktikan. Virus isolat sudah digunakan sebagai antigen untuk membuat antibodi dan sudah dibuat konjugat untuk pengujian fluoresensi langsung. Untuk mangetahui lebih banyak mengenai virus ieolat perlu

3 dipelajari sifat-sifat virus lebih lanjut, termasuk antigenisitas dan imunoganisitasnya. Meskipun telah diketahui sejak lama, sampai sekarang cara penularan d m cara pengendalian psnyakit MCF belum dikenal. Demikian pula apa yang menjadai reservoar men penyakit belum diketahui. Memqng banyak laporan yang menyatakan bahwa kejadian penyakit MCF ada hubungannya dengan kehadiran domba tetapi belum pernah dibuktikan secara virologik. Selanjutnya, belum pernah ada laporan tentang peran serangga pengisap darah sebagai vektor dalam penularan wen penyakit MCF. Padahal, serangga tersebut banyak terdapat di lapangan penggembalaan yang perlu mendapat perhatian. Sementara itu bslum pernah dilaporkan peran kambing dalam penularan penyakit MCF. Kmnbing seperti halnya domba memegang peran penting dalam subsektor peternakan di Indonesia. Kambing dan domba dipelihara bersama-sama atau berdekatan dengan sapi dan kerbau. 3. Kerangka pemikiran dan tujuan penelitian Virus isolat diduga adalah penyebab penyakit MCF yang akan dibuktikan dengan postulat Koch. Virus isolat diduga pula sebagai virus terikat sel yang diperhirakan dapat dijadikan virus bebas melalui pasase biakan sel tertular secara berulang. Virus yang sudah dibebaskan diduga cepat mati pada suhu kamar, tetapi

4 tahan lama bila disimpan pada suhu ~ O C atau lebih rendah, tumbuh baik pada ph netral tetapi diperkirakan tidak tahan terhadap larutan yang asam. Selanjutnya, virus isolat diduga adalah virus herpes. yakni mempunyai ampelop di luar sel hidup, mengandung deoksiribonukleat, bereplikasi di dalam inti sel dan dirakit di dalam inti serta di dalam sitoplasma sel yang ditularinya. Virus tersebut diduga pula mengandung antigen yang imunogenik. Sementara itu, kambing d m domba kemungkinan berperan sebagai reservoar virus. Selama menjadi reservoar, diduga kedua jenis hewan dapat melepas- kan virus melalui sekresi tubuh seperti ingus, air mata dan cairan vagina/preputium. Selain itu, sermgga pengisap darah dicurigai sebagai vektor dalam penularan virus MCF. Kambing dan domba diduga mudah ditulari virus MCF tetapi t idak memperl ihatkan kesakitan yang berarti. Selama mengandung virus, kambing dan domba diduga mengan- dung antibodi di dalam tubuhnya yang titernya naik tunun berlawanan dengan naik turunnya titer virus di dalam sekresi tubuh, yang diduga mempengaruhi tingkat insiden pada hewan peka. Sehubungan dengan hal-ha1 tersebut di atas, diadakan penelitian yang bertu juan untuk : (a). membuktikan bahwa virus yang diisolasi dari kerbau dan sapi bali dan yang diisolasi selama penelitian. adalah agen penyakit MCF.

5 (b). menentukan sifat-sifat d m struktur virus sehingga diketahui cara penyimpanan, pemeliharaan, transportasi dan untuk pembuatan reagen diagnostik dan tujuan imunisasi serta dapat ditetapkan penggolongannya. (c). mempelajari kemungkinan berperannya kambing dan domba sebagai reservoar dan pelepas virus MCF. (dl. mempelajari cara penularan virus MCF. (e). mempelajari eksistensi antibodi terhadap virus MCF di dalam tubuh kambing dan domba dan hubungannya dengan tingkat insiden penyakit pada sapi bali dan kerbau. 4. Kegunaan basil penelitian Dengan diketahuinya agen penyakit dan sifat-sifat virus, dan diketahui pula reservoar virus serta cara penularannya, maka kedudukan penyakit MCF di Indonesia menjadi jelas. Dengan demikian dapat ditetapkan langkahlangkah yang tepat dalam mencari upwa pengendalian penyakit dan arah penelitian lebih lanjut. 5. Tempat den lama penelitian Penelitian dilakukan di Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah I Medan, dimulai dari permulaan Mei sampai dengan akhir Juni 1987, sebagai penelitian pendahuluan. Sedangkan penelitian utama dilaksanakan dari permulaan Juli 1987 sarnpai dengan pertengahan Maret Beberapa bagian penelitian, karena ketidaktersediaan peralatan,

6 dilakukan di tempat lain. Pernusingan dengan sentrifus.ultra untuk pemurnian virus keperluan pemeriksaan dalam pewarnaan negatif dengan mikroskop elektron, dikerjakan di Balai Penelitian Perkebunan Sei Putih, Sumatera Utara. Sedangkan pemeriksaan virus dalam pewarnaan negatif dengan mikroskop elektron, dilakukan di Bagian Fitopatologi pada Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.