MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-XV/2017

Transkripsi

1 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SELASA, 13 JUNI 2017

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-XV/2017 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 110] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Hans Wilson Wader 2. Meki Elosak 3. Jemi Yermias Kapanai alias Jimi Sembay, dkk. ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 13 Juni 2017, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Suhartoyo (Ketua) 2) Saldi Isra (Anggota) 3) Wahiduddin Adams (Anggota) Ria Indriyani Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Andi Mutaqien 2. Simon Pattiradjawane 3. Yusman Conoras 4. Judianto Simanjuntak 5. Azhar Nur Fajar Alam ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: SUHARTOYO Kita mulai, ya. Persidangan Perkara Nomor 28/PUU-XV/2017 dibuka dan persidangan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Baik. Selamat siang. Supaya diperkenalkan, siapa saja yang hadir? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTAQIEN Baik. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, Yang Mulia. Perkenalkan, kami Kuasa Hukum dari Para Pemohon. Nama saya, Andi Mutaqien. Di sebelah kiri, ada Simon Pattiradjawane. Di sebelah kiri lagi, ada Judianto Simanjuntak. Di kanan saya ada Pak Yusman Conorus, dan yang di Conoras, maaf. Di yang ujung ada Azhar Nur Fajar Alam. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: SUHARTOYO Baik. Terima kasih. Sudah seperti kelaziman dan Anda-Anda sudah sering beracara di sini. Siapa yang akan menyampaikan pokok-pokok permohonannya? Mahkamah sudah menerima dan kami juga sudah membuat lahan dan sudah membaca secara keseluruhan. Bisa disampaikan secara highlight saja, yang penting-penting. Silakan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: SIMON PATTIRADJAWANE Baik, Yang Mulia Majelis Hakim. Pada pokoknya, Para Pemohon ada 5. Satu ( ) 5. KETUA: SUHARTOYO Sebentar, ya. Ini dari sekian kuasa, benar mendapat kuasa semua ini? Berapa puluh ini, di surat kuasanya tadi? Enggak bisa dihitung, enggak ada nomornya di sini. Berapa? 53 dari hitungan Kepaniteraan kami. Betul, ya? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: AZHAR NUR FAJAR ALAM Kurang lebih, Yang Mulia. iii 1

5 7. KETUA: SUHARTOYO Sampai sekarang masih eksis semua ini? Enggak ada yang ditarik? 8. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTAQIEN Izin, Yang Mulia. Jadi, semua sampai sekarang tidak ada yang ditarik, semua eksis. Namun, kami akui, mohon maaf, ada beberapa yang sampai sekarang belum tanda tangan. Kalau diperkenankan, kami minta izin untuk menandatanganinya dulu juga. 9. KETUA: SUHARTOYO Ya, nanti pada sampai pada perbaikan, ya. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTAQIEN Baik, Yang Mulia. 11. KETUA: SUHARTOYO Kalau perbaikan nanti masih juga tidak tanda tangan, ya dianggap dia melepaskan haknya, kan? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTAQIEN Baik. Terima kasih. 13. KETUA: SUHARTOYO Silakan. Siapa yang mau sampaikan. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: SIMON PATTIRADJAWANE Baik. Kami lanjutkan, Majelis. Bahwa Pemohon atas nama Wilson Wader, Warga Negara Indonesia, dan seterusnya. Kedua, Meki Elosak, Warga Negara Indonesia, lahir pada dan seterusnya. Pemohon yang ketiga, Yermias Kapanai alias Jimi Sembay, identitas seterusnya. Empat, Pastor John Jonga, Pr., warga Indonesia dan seterusnya. Kelima, Gereja Kemah Injil di tanah Papua, organisasi berbentuk Sinodal, dan seterusnya. Keenam, Yayasan Satu Keadilan, sebuah badan hukum berbentuk yayasan yang didirikan berdasarkan hukum dan seterusnya. Untuk selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon. 2

6 15. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTAQIEN Jadi, Yang Mulia. Pada intinya, Para Pemohon ini adalah Pemohon I, II, dan III adalah orang-orang yang pernah dipidana dengan pidana tindak pidana Pasal-Pasal Makar. Kita melihat ada kecenderungan bahwa ada penggunaan, penyalahgunaan, dan ada kekeliruan dalam bunyi-bunyi atau unsur-unsur dari Pasal-Pasal Makar yang tercantum di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jadi, Para Pemohon merasa dirugikan dengan adanya ketentuan yang menyebabkan ketidakpastian hukum karena apa yang diusahakan atau apa yang selalu dilakukan oleh Para Pemohon, khususnya Para Pemohon I, II, dan III ini, ketika mereka menuntut negara atas tanggung jawabnya, pemenuhan hak-haknya sebagai warga negara, mereka selalu digunakan atau mereka selalu menjadi sasaran dikriminalisasi dengan pasal-pasal atau tindak pidana makar. Pemohon IV, dan Pemohon V, serta Pemohon VI adalah mohon maaf, Pemohon IV ini adalah Pastor John Jonga, dia adalah orang yang selalu memberikan atau memberikan perhatian atau menanggapi menangani banyak-banyak masalah, kasus-kasus kriminalisasi atau pelanggaran HAM yang ada di Papua. Gereja Kingmi begitu pula Pendeta Benny Giay mempunyai perhatian khusus terhadap situasi hak asasi manusia di Papua. Demikian juga dengan Yayasan Satu Keadilan. Nah, untuk Pokok-Pokok Permohonan akan disampaikan oleh rekan kami, Yang Mulia. Terima kasih. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: AZHAR NUR FAJAR ALAM Terima kasih, Yang Mulia. Selanjutnya, kami ingin menyampaikan beberapa highlight dari Pokok-Pokok Permohonan yang telah kami sampaikan. Pada intinya, kami ingin menguji materiil beberapa pasal dalam KUHP, di antaranya adalah Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 110. Berikut saya bacakan, Pasal 104, Makar dengan maksud untuk membunuh, dan merampas kemerdekaan, dan meniadakan kemampuan presiden dan wakil presiden memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 tahun. Selanjutnya, Pasal 106, Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari wilayah negara diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 tahun. Pasal 107 ayat (1), Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. Ayat (2), Para pemimpin dan pengatur makar tersebut dalam ayat (1), diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 tahun. 3

7 Pasal 108 ayat (1), Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. Angka 1, Orang yang melawan pemerintah Indonesia dengan senjata. Angka 2, Orang yang dengan maksud melawan pemerintah Indonesia menyerbu bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan pemerintah dengan senjata. Ayat (2), Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 tahun. Pasal 110 ayat (1), Pemufakatan jahat untuk melakukan kejahatan menurut Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, dan Pasal 108, diancam berdasarkan ancaman pidana dalam pasal-pasal tersebut. Ayat (2), Pidana yang sama diterapkan terhadap orang-orang dengan maksud berdasarkan Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 108, mempersiapkan atau memperlancar kejahatan. Di antaranya: 1. Berusaha menggerakan orang lain untuk melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan agar memberi bantuan pada waktu melakukan atau memberi kesempatan, sarana, atau keterangan untuk melakukan kejahatan. 2. Berusaha memperoleh kesempatan sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan bagi diri sendiri atau orang lain. 3. Memiliki persediaan barang-barang yang diketahuinya berguna untuk melakukan kejahatan. 4. Mempersiapkan atau memiliki rencana untuk melaksanakan kejahatan yang bertujuan untuk memberitahukan kepada orang lain. 5. Berusaha mencegah, merintangi, dan mengagalkan tindakan yang diadakan pemerintah untuk mencegah atau menindas pelaksanaan kejahatan. Ayat (3), Barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 3, ayat sebelumnya dapat dirampas. Ayat (4), Tidak dipidana barang siapa yang ternyata bermaksud hanya mempersiapkan atau memperlancar perubahan ketatanegaraan dalam artian umum. Jika dalam salah satu pasal... dalam salah satu hal seperti yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, kejahatan sungguh terjadi pidananya dapat dilipat dua kalikan. Bahwa pasal-pasal a quo bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang selanjutnya akan dijelaskan di bawah ini. Pada intinya, Pasal 104 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bertentangan dengan prinsip-prinsip negara hukum yang ditegaskan di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun

8 Selanjutnya, Pasal 104 KUHP bertentangan dengan jaminan kepastian hukum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Selanjutnya, Pasal 106 KUHP bertentangan dengan jaminan kepastian hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Selanjutnya, Pasal 106 KUHP bertentangan dengan kemerdekaan dengan asas dan prinsip kemerdekaan mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan yang ditegaskan dalam Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun Selanjutnya, Pasal 107 KUHP bertentangan dengan jaminan kepastian hukum dan kebebasan menyatakan pendapat. Selanjutnya, Pasal 108 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun Pasal Pasal 110 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bertentangan dengan prinsip-prinsip negara hukum yang ditegaskan di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun Pasal 110 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bertentangan dengan jaminan kepastian hukum dan kebebasan berekspresi sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pasal 28E ayat (3). Selanjutnya, petitum akan dilanjutkan oleh Teman Kuasa Hukum yang lainnya. 17. KUASA HUKUM PEMOHON: YUSMAN CONORAS Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami mohon kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memeriksa dan memutus permohonan pengajuan undang-undang ini, sebagai berikut. 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-undang Para Pemohon. 2. Menyatakan Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 110 KUHP bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Oleh karenanya Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal Pasal 110 KUHP tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. 3. Memerintahkan pemuatan pungut... pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia, sebagaimana mestinya. Atau jika Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. 5

9 18. KETUA: SUHARTOYO Ya, terima kasih. Jadi sesuai dengan Ketentuan Pasal 39, Mahkamah akan memberi respons, apakah dalam bentuk nasihat atau mungkin tanggapan. Tapi intinya tang... saran saja yang sifatnya bisa jadikan Anda-Anda untuk menyempurnakan permohonan ini dan untuk itu ke... Yang Mulia Pak Wahid, bisa (...) 19. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih, Yang Mulia Ketua Majelis. Ada beberapa hal yang ingin sampaikan dalam sesi atau agenda Perbaikan Permohonan. Ya, pertama dilihat dari format, ini sudah sesuai Ketentuan Pasal 5 PMK Nomor 6, ya, ini sudah biasa, ya, beracara di MK? Kemudian berkas permohonannya juga sudah lengkap. Ada yang kita sarankan pertama, terkait dengan pasal-pasal yang diuji atau yang dimohonkan pengujian ini untuk supaya nanti Para Pemohon mengetahuinya. Bahwa terkait Pasal 104 dan 106 KUHP ini, ini sedang dalam proses, ya, dilihat di Perkara Nomor 7, ya, Nomor 7. Kemudian yang terkait 107, itu juga ada di Perkara Nomor 6 yang sudah diputus, tapi juga sedang dalam Perkara Nomor 7 juga ada, masih dalam proses. Nah, kemudian yang 110 ini, juga dalam Perkara Nomor 19 Tahun 2017 juga bisa dilihat. Ini nanti supaya dilihat sudah perkembangannya di mana dan mungkin bisa memperkaya nanti isi atau mempertajam di posita yang akan ditambahkan nanti di dalam... apa... perbaikan, ya. Saya itu saja secara umum. Terima kasih. 20. KETUA: SUHARTOYO Terima kasih, Yang Mulia. Dilanjutkan, Prof. Saldi. Yang Mulia, silakan. 21. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Terima kasih, Ketua. Saudara Pemohon, tadi sudah disebutkan oleh Yang Mulia Pak Wahiduddin bahwa sebagian yang Saudara ajukan ini sebetulnya juga dalam proses di sini. Itu sudah diketahui atau belum? 22. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN Sudah kami ketahui juga. 6

10 23. HAKIM ANGGOTA: SALDI ISRA Sudah diketahui juga, ya? Nah, oleh karena itu, hal yang perlu kami dalami adalah apa perbedaan kecuali memang ada satu pasal mungkin yang berbeda yang dimohonkan. Apa perbedaan permohonan ini dengan... apa... Nomor 28 ini dengan permohonan yang sedang berjalan? Misal yang tadi juga kami... apa... kami bahas di Sidang Pleno. Permintaan untuk yang sedang kita hadapi sekarang ini di Perkara Nomor 28 ini, kan untuk pasal-pasal yang dimohonkan ini dinyatakan semuanya inkonstitusional, ya kan? Jadi kalau misalnya Hakim sama pendiriannya dengan Pemohon, pasal ini tidak ada lagi dalam KUHP. Nah, artinya kalau ini dikabulkan, kan akan ada kekosongan soal-soal yang ada di pasal-pasal yang hari ini dipersoalkan. Mungkin itu juga harus ditambahkan argumentasinya oleh Pemohon, kalau itu dikabulkan, kira-kira terjadi kekosongan hukum, enggak dengan dikabulkan pasal-pasal tersebut? Ini perlu dikemukakan karena... apa namanya... kasus yang tadi disidangkan itu dia cuma minta mempersempit makna makar itu, yang berasal dari aanslag itu. Jadi dia tidak minta dihilangkan semua, tapi tolong... nah, kira-kira begitulah, diberi pemaknaan baru, sehingga tidak selonggar yang hari ini. Karena kan kita dalam kehidupan bernegara kan tidak mungkin membiarkan begitu saja kan, segala sesuatu yang berpotensi mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nah, itu termasuk bagian yang mungkin nanti Pemohon harus bisa memberikan penjelasan kalau sekiranya ini diteruskan dan permohonan ini dikabulkan, ada, enggak kemungkinan terjadi ancaman kekosongan hokum? Karena kan kita tidak boleh juga membiarkan terjadi kekosongan hukum karena akan menciptakan ketidakpastian hukum baru kalau dibiarkan kekosongan hukum. Itu satu. Yang kedua, saya lihat... apa namanya... ini permohonannya sangat detail dan termasuk yang sangat tebal dan hurufnya kecil-kecil lagi, jadi harus pakai teropong juga kalau... apa namanya... kalau mau melihat secara lebih detail, tapi tidak pada itu masalahnya. Di beberapa argumentasi pengujian, misalnya soal Pasal 1 yang dijadikan... apa namanya... batu uji dalam permohonan ini, kepastian hukum, dan kepastian hukum itu menggunakan salah satu unsur dari negara hukum, yaitu hukum atau norma dirumuskan harus... apa namanya... lebih... apa istilahnya di sini, pasal-pasal itu tidak boleh fleksibel, begitu, itu. Mungkin... apa namanya... Pemohon bisa menambah kira-kira apakah soal itu saja yang terkait dengan kepastian hukum kalau mau ditambahkan. Artinya yang ini tidak masalah, tapi kalau... apa... Pemohon mau menambahkan kira-kira unsur negara hukum mana lagi sih sebetulnya yang ter... apa namanya... tersentuh atau bermasalah kalau rumusan pasalnya begini? Tidak hanya soal rumusan pasal yang fleksibel itu. Itu yang kedua. 7

11 Yang ketiga, banyak ini kutipan-kutipan pendapat, tetapi tidak tahu juga sumbernya, itu boleh atau tidak? Kan orang bikin permohonan itu kan harus menghormati juga karya-karya orang lain, Anda Pemohon mengutip pendapat Mahfud, tapi dari mana itu dikutip tidak jelas. Ada pendapatnya Jimly Asshiddiqie, juga tidak jelas. Ada misalnya putusan pengadilan eropa, lalu disebutkan bahasa Inggris dan terjemahannya kan jauh lebih baik juga kalau misalnya memenuhi standar akademik juga itu di mana sumbernya dan segala macam, gitu kan. Tidak harus dibuat di catatan kaki, kan bisa dibuat dalam body text dalam kurung sumber apa, begitu. Supaya kelihatan bahwa kita memiliki tempat pengutipan yang jelas. Nah, itu kira-kira... apa namanya... beberapa tambahan dari saya, di samping saya menyarankan kepada... apa... kepada Pemohon untuk melihat-lihat juga permohonan yang lain yang sedang berjalan atau permohonan-permohonan sebelumnya yang sudah pernah diputus, jadi bisa juga memperkuat argumentasi dengan mengambil putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang sebelumnya. Itu catatancatatan saya. Saya kembalikan kepada Yang Mulia Ketua Sidang. 24. KETUA: SUHARTOYO Terima kasih, Yang Mulia. Ini yang Anda lampirkan bukti putusan pengadilan ini sudah sampai mana perkara ini sekarang? Sudah BAP, belum? Ya, Sorong dengan Wamena, atau jangan-jangan masih aktif ini perkara? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: SIMON PATTIRADJAWANE Baik, Yang Mulia. 26. KETUA: SUHARTOYO Ya, bagaimana? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: SIMON PATTIRADJAWANE Yang Mulia, semuanya sudah selesai perkara. 28. KETUA: SUHARTOYO Sudah selesai? 29. KUASA HUKUM PEMOHON: SIMON PATTIRADJAWANE Ya. Inkracht. 8

12 30. KETUA: SUHARTOYO Ya, jadi sebelum saya tambah substansi sedikit. Pertama, dari Kepaniteraan ada mengingatkan untuk Pemohon I, II, III, belum ada lampiran fotocopy KTP-nya. Kemudian dari 53 kuasa hukum, baru tiga yang melampirkan copy keanggotaan Peradi. Baru Iwan, Simon, dan Latifah, supaya nanti dilengkapi. Karena meskipun bukan syarat formal semata, tapi untuk mengetahui apakah adik-adik ini masih eksis izinnya, apakah jangan-jangan sudah ada yang kedaluwarsa? Kemudian siapa tahu juga ada yang... kemarin saya baca di harian apa, ya, ada Peradi yang memberhentikan berapa puluh, ada ya? Siapa tahu nanti ada teman-teman kita juga lagi tidak punya anggota karena sedang kena apa itu... itu tadi, tapi itu untuk klarifikasi saja bagi Mahkamah. Kemudian, belum menyerahkan bukti P-2, P-5, P-6, dan P-7 supaya nanti dalam perbaikan diserahkan. Dari tujuh bukti yang tertulis dalam daftar barang bukti atau alat bukti, yaitu P-1, P-3, dan P-4. Itu saja supaya diingat. Kemudian secara substantif saya juga sepaham apa yang disampaikan para Yang Mulia sebelumnya bahwa ini kan akan menghadapi hari-hari libur, hari apa ya... hari yang seharusnya hari jatuh tempo dimana Anda-Anda menyerahkan perbaikan mestinya. Ada pemikiran kami di Para Rekan Yang Mulia tadi ketika sebelum sidang, kalau Anda memang masih berkesempatan dengan perkara yang tadi siang. Tadi siang itu sudah hadir belum tadi? Itu kita menggelar Pleno perkara itu yang disampaikan oleh Prof. Saldi, yang pemaknaannya di... dipersempit itu. Nah, ada pemikiran kami tadi, itu pun tapi juga akan kami rujuk dulu ke Pleno juga. Kalau disetujui, kami akan gabungkan saja supaya pertimbangan efektivitas dan peradilan cepat, sederhana, dan biaya murah. Tapi, semua kan tergantung dari perbaikan permohonan ini. Siapa tahu nanti Anda pulang, berpikir berubah karena ada nasihat dari Para Yang Mulia, terus Anda, Ah, sudahlah, saya tunggu saja putusan yang sedang berjalan. Untuk apa buang waktu, energi, kan? Duduk manis pun, saya akan mendapatkan. Meskipun yang diminta kalau itu tadi tidak... tidak... tidak apa... tidak supaya dihilangkan. Tapi kembali supaya kalau dihilangkan tadi, kalau ada kekosongan hukum seperti apa? Kata Prof. Saldi, itu yang mesti Adik-Adik pikirkan. Adik-Adik, jangan hanya melihat dari sisi pandang orang-orang yang selama ini menjadi terdakwa. Bagaimana fungsi negara di dalam melindungi segenap warga negara, setumpah darah ini? Anda kan masih muda, yang masa depannya juga mungkin Anda ini juga akan menjadi pemimpin masa depan. Kalau sudah menjadi pemimpin, kan memimpin bangsa ini kan. Bangsa itu siapa? 9

13 Kalau sekarang hanya yang mungkin ada tujuan-tujuan... apa... ungkit-ungkit pemerintah, kemudian pasalnya serta-merta kemudian dibuang. Ketika Anda nanti jadi pemimpin, gimana? Mungkin lebih dari itu tekanannya karena eranya akan berubah dan mungkin demokratisasinya sudah lebih luar biasa dari sekarang. Tidak mungkin zaman itu ke depan semakin mundur, kan? Semakin kritis itu jelas. Ini Anda-Anda itu kan calon pemimpin masa depan. Jadi, jangan kemudian ini dilepas sama sekali. Tapi, ini kan batas-batas nasihat. Sepenuhnya ada di tangan Adik-Adik semua untuk mempertimbangkan. Kalau sistematika permohonan, saya kira sudah karena sudah kerjaannya di MK ini untuk beracara, saya tidak ragukan. Kemudian, memang perbedaannya di Pasal 108 dan 110. Tapi itu tetap berkorelasi karena Pasal 104, 106, 107 itu tentang makar, ya kan? Pasal 108 itu permufakatan jahat, ya kan? Itu sebenarnya, beda... beda sampul saja, tapi kemasannya... kontennya mungkin sama. Tapi, di situ kan mestinya tidak... tidak apa ya... mestinya, beda dengan permohonan yang Nomor 7 itu bahwa kekhawatiran pemaknaan makar itu kemudian menjadi batasan-batasannya menjadi sangat luas dan dikhawatirkan akan abuse of power, kan gitu. Itu saja sebenarnya. Tapi, Pasal 108 masih berkorelasi dengan Pasal 110 dan Pasal 106 dan seterusnya itu. Jadi, mungkin itu saja dari saya tambahannya. Terus, nanti ini kan jadwal perbaikannya mestinya diserahkan paling lambat tanggal 26 Juni. Nah, itu pas Lebaran, kan? Enggak? Atau sehari sebelum Lebaran itu? 26 itu? Bukan hari libur itu? Ya, 26. Tapi kan Adik-Adik bisa serahkan sebelumnya, kalau memang bisa lebih cepat. Kalau tidak pun, Mahkamah memberi keleluasaan sampai Senin, 3 Juli 2017, ya. Sementara perkara yang tadi ditunda sampai karena masih akan menghadirkan ahli-ahli dari dunia internasional. Enggak tahu dari mana itu. Ahli Bahasa Belanda, dari Utrecht, dari mana itu. Jadi, luar biasa perjuangan Pemohon itu. Jadi, kalau Anda juga firm bahwa akan membuktikan ini dengan... apa... dengan fighting yang luar biasa juga, saya kira digabung juga bagus. Tapi, semua tergantung perbaikan Anda itu. Atau siapa tahu, Anda juga kemudian menarik diri, permohonan ini tidak jadi diajukan. Paham, ya? Ada yang mau disampaikan? Singkat, singkat! 31. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN Ya, kami mohon diperkenankan untuk memilih tanggal 3 Juli untuk perbaikan permohonan, Yang Mulia. 32. KETUA: SUHARTOYO Itu paling lambat, lho. 10

14 33. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN Ya. 34. KETUA: SUHARTOYO Bukan kemudian 3 Juli kita sidang. 35. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN Ya. 36. KETUA: SUHARTOYO Paling lambat menyerahkan. Sidang kita akan ditentukan Kepaniteraan, nanti kan ada panggilan. 37. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN Ya, itu. 38. KETUA: SUHARTOYO Enggak apa-apa? 39. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN 3 Juli yang paling lambat. 40. KETUA: SUHARTOYO Ya, he eh. 41. KUASA HUKUM PEMOHON: ANDI MUTTAQIEN Mungkin itu dulu. 42. KETUA: SUHARTOYO Oke. Dengan yang saya sampaikan tadi supaya dilengkapi, ya. Beberapa catatan yang mesti secara formal harus... baik, ya. Karena sudah tidak ada lagi yang disampaikan, dari Panel juga sudah cukup. Persidangan perkara hari ini... apa... Pemeriksaan Pendahuluan pada hari ini kita cukupkan. 11

15 Dan dengan ini, persidangan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 13 Juni 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Yohana Citra Permatasari NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 12