DAFTAR PUSTAKA. Cahyadi W Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Cahyadi W Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara"

Transkripsi

1 48 DAFTAR PUSTAKA Anderson JJ, Ambrose WW, Garner SC Orally Dosed Genestein from Soy and Prevention of Concellous Bone Loss in Two Ovariektomized Rat Models. J. Nutr. 25: 799S (Abstract). Anonim Soy isoflavone aglycones have estrogenic effects on mouse reproductiveetracts. Complementary_and_Alternative_Medicine asp.[31 Maret 2008]. Astuti S Pengaruh Tepung Kedelai dan Tempe Dalam Ransum Terhadap Fertilitas Tikus Percobaan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Arjmandi BH, Alekel L, Hollis BW, Amin D, Stacewics-Sapuntzakis M, Guo P, Kukreja SC Diatery Soybean Protein Prevents Bone Loss in Ovariectomized Rat Model of Osteoporosis. J. Nutr. 126: Beard APM, Hunter G, Laming GE Quantitative control of oxytosininduced estradiol PGF2α release by progesterone and estradiol in ewes. J Reprod And fert. 100 : Cahyadi W Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara Casanova M Developmental effect of dietary phytoestrogens in Sprague- Dawley rats and interactions of genistein and daidzein with rat estrogen receptors alpha and beta in vitro. Toxicol Sci 51:2. Abstract.html [1 Mei 2007]. Coward L, Barnes NC, Setchell KDR, Barnes S Genestein and Daidzein and Their β-glucoside Conjugates: Antitumor Isoflavone in Soybean Foods from Amerika and Asia Diets. J Agric Food Chem. 41 : [Deptan RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia Peningkatan Produksi Kedelai (Glycine max). Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman PanganDDirektoratKKacang-kacanganddanuUmbi-umbian. [1 Mei 2007]. Gadjahnata KHO Biologi Kedokteran I. Bogor: IPB Press Garvita RV Efektivitas Ekstrak Kedelai pada Pra-Kebuntingan (5, 10, 15 Hari) Tikus Untuk Meningkatkan Profil Reproduksi [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

2 49 Guyton AC Fisiologi Kedokteran bagian III. Ed ke-7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guyton AC Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanism of disease). Terjemahan. Ed ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Granner DK Hormon Kelamin. Dalam: Biokimia (Harper s Review of Biochemestry). Diterjemahkan oleh Darmawan I. Jakarta: EGC. Hafez ESE, Jainudeen MR, Rosnina Y Hormones, Growth Factors and Reproduction. Di dalam: Reproduction in Farm Animals. Ed-3.Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.hlm Hunter RHF Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Alih bahasa D.K. Harya Putra. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press. Hardjopranjoto S Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya. Airlangga University Press. Heinnermen J Peran isoflavon untuk kesehatan reproduksi wanita. Cermin Dunia Kedokteran 139. [IHME] Indonesian Hospital Medical Equipment Isoflavon, Makanan Ajaib.Jakarta:PPPusatDDataaa&IInformasiPPERSI.hhttp:// o.id/images/news/content/tempe.jpg [11 April 2008]. Jeferson Assessing estrogenic activity of phytochemicals using transcriptional activation and immature mouse uterotropic responses. J chromatogr B Analyt TechnolBBiomedLLifeSSci7777:179. Jones MEE, Thorburn AW, Britt KI, Hewitt KN, Wreford NG, Proietto J, Oz OK, Leury BJ, Robertson KM, Yao S, Simpson ER Aromatase-Deficient (ArKO) Mice have Phenotype of Increased Adiposity. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 97(23): Koswara S Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Koswara S Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Kuiper GGJM, Carlsson B, Grandien K, Enmark E, Haggblod J, Nilsson S, Gustafsson JA Comparison of the Ligand Binding Specificity and Transcript Tissue Distribution of Estrogen Receptor α and β. J. Endocrinology. 138:

3 50 Malole MBM, Pramono CSU Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor: IPB Press. Mattjik AA, Sumertajaya IM Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Ed ke-3. Bogor: IPB Press. Murata K, Ikehata H, Miyamoto T Studies on the Ntritional Value of Tempeh. J Food Sci. 32(5): Nakajima N, Nozak N, Ishihara N, Ishikawa A, Tsuji H Analysis of Isoflavone Content in Tempeh, a Fermented Soybean, and Preparation of a New Isoflavone- Enriched Tempeh. Journal of Bioscience and Bioengineering vol.100.no.6, DOL: /jbb Nalbandov AV Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Alih bahasa S. Keman. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Nurdin SU Pengaruh Pemberian Tepung Tahu dan Tempe Kedelai dalam Ransum terhadap Massa dan Densitas Tulang Tikus Betina Ovariektomi.[Thesis].Bogor: Program Pasca Sarjana. Pakasi LS Monopouse: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. PawiroharsonoSS Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan. Jakarta: Direktorat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan PenerapanTTeknologi.hhttp:// 001/indexisi.asp?fi:epus [1 Mei 2007] Persky VW, Turyk ME,Lingt W,Freels S,Barnes S Effect of soy protein on endogenous in postmenopausal women. Am J. Clin Nutr.75: Pineda MH Female reproductive system. London: Lea & Febiger. Qiju W Purification and antioxidant activities of soybean isoflavon. A Thesis Submitted to the Graduate Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College in partil filfillment of the requirements for the degree of Master of Science in The Department of Food Science B.S.,Zhejiang University. Santell RC, Chang YC, Nair MG, Helferich WG Dietary Genestein Exerts Estrogenic Effects Upon the Uterus, Mammary Gland, and the Hyphothalamic/Pituitary Axis in Rats. J. Nutr. 127:

4 51 Setchell KDR, Cassidy A Dietary isoflavon: Biological effect and relevance to human health. Symposium on Phytoestrogenicals: Biochemistry and Physiology. J Nutr.129:758S-767S. Shurtleff WA, Aoyagi The Book of Tempeh. New York: Harper and Row. Smith JB, Mangkoewidjojo S Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: U Press. Tanu I Farmakologi dan Terapi. Ed-4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Toelihere MR Fisiologi reproduksi pada ternak. Bandung: Angkasa. Turner CD, Bagnara JT Endokrinologi Umum. Ed ke-6. Yogyakarta: Air Langga University Press. Whitten PL, Patisaul HB Cross-species and interassay comparisons of phytoestrogenaction.eenvironhhealthpperspect.hhttp:// rvice.co.nz/htm [1 Mei 2007]. [Wikipedia]WWikipedia BBrownRRat.hhttp://en.wikipedia.org/wiki/Imag e:rattus norvegicus_1.jpg [1 Mei 2007]. [Wikipedia]WWikipedia SSoybean. bean.usda.jpg [1 Mei 2007] Winarsi H Isoflavon berbagai sumber, sifat, dan manfatnya pada penyakit degeneratif. Yogyakarta: Gadjah mada University Press. Wodzicka-Tomaszewska M, Sutama IK, Putu IG, Chaniago Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Wuryani W Isoflavone in Tempe. Asean Food Journal. 3(10): Yulianto KKedelai,BBahanPPanganPPenyayangTTulang.hhttp://www. sinarhar pan.coid/iptek/kesehatan/2003/1024/kes1.html.[16 Mei 2007] Zhang Y, Song TT, Cunnick JE, Murphy PA, Hendric HS Daidzein and genistein glucuronides in vitro are weakly estrogenic and active human natural killer cell at nutritionally relevant concentrations. J. Nutr.129:

5 52 Lampiran 1. Proses pembuatan tempe KEDELAI Pembersihan Pencucian + Perendaman Perebusan (100 0 C, 30 Menit) Perendaman dengan air rebusan (22 Jam) Pengupasan kulit Perebusan dalam air asam (45 menit) Pendinginan (suhu kamar) Peragian (2 gr/kg kedelai) Pembungkusan dengan plastik Inkubasi (suhu 31 0 C, RH 78-85%; 24 jam) TEMPE

6 53 Lampiran 2. Proses pembuatan tepung kedelai Kedelai Penggilingan (diblender) Pengeringan (oven), suhu 45 0 C, kadar air 10% Penepungan (disk mill) Pengayakan (60 mesh) Tepung Kedelai

7 54 Lampiran 3. Proses pembuatan tepung tempe Tempe Mentah Pengirisan Tempe (1 x 2 x 0,5 cm 3 ) Penggilingan (diblender) Pengeringan (oven), suhu 45 0 C, kadar air 10% Penepungan (disk mill) Pengayakan (60 mesh) Tepung Tempe

8 55 Lampiran 4. Prosedur analisis senyawa isoflavon. Ekstraksi Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Tepung kedelai dan tepung tempe dikeringkan selama 4 jam. Selanjutnya diekstrak dengan larutan methanol 99,8% sebanyak 2 kali, masing-masing 100 ml dengan menggunakan pompa vakum yang sudah dilapisi kertas kering, sehingga metanol yang digunakan untuk mengekstrak sebanyak 200 ml. Senyawa isoflavon termasuk senyawa polar sehingga mudah larut dengan larutan polar seperti alkohol atau metanol. Ekstraksi dilakukan 2 kali agar senyawa isoflavon dalam tepung kedelai dan tepung tempe terekstrak secara keseluruhan. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam ruang dingin kurang lebih 0 0 C selama satu malam untuk menggumpalkan lemaknya. Lemak yang ada dipisahkan melalui penyaringan dengan pompa vakum yang dilapisi kertas saring. Filtrat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan rotavapor pada suhu 40 0 C. Ekstrak yang telah kering dilarutkan dalam 10 ml metanol absolute (p.a), kemudian disentrifuse pada kecepatan 4000 rpm selama 5 menit dengan tujuan untuk mendapatkan filtrate yang bening dan memisahkan endapan yang terbentuk. Pemurnian Isoflavon Filtrat yang terbentuk diambil 1.5 ml dan dimurnikan dalam kolom kromatografi volume 12 ml yang berisi MN-Poliamida CC6 dengan ukuran partikel mm. Sebelum filtrate dituangkan ke dalam kolom, MN- Poliamida CC6 direndam semalam dalam kromatografi dengan larutan metanol 25%. Elusi dalam kolom dilakukan secara bertahap dengan metanol 25%, 50%, 70%, masing-masing 50 ml. Eluen yang didapat dari elusi metanol 70% (fraksi 70%) ditampung dan dikeringkan dengan rotavapor pada suhu 40 0 C sampai kering. Residu (endapan kering yang diperoleh) dilarutkan dalam 1 ml metanol absolut dan disentrifuse pada 4000 rpm selama 5 menit untuk memisahkan endapan yang ada, kemudian disaring. Filtrat yang bening siap untuk dianalisa dengan menggunakan HPLC.

9 56 Identifikasi Isoflavon Analisis kuantitatif dilakukan dengan kromatografi cairan tekanan tinggi (HPLC). HPLC yang digunakan berada pada kondisi sebagai berikut: Volume sampel : 40 µl Kolom : Li chrosorb RP-18 (250 x 4 mm, 5 µm) Eluen : Asam asetat 3% (pelarut A); Acetonitril (pelarut B) Gradien : 20% dalam (A + B) sampai 60% (A+B) selama 35 menit. Detektor : UV 261 nm Kecepatan alir : 0.8 ml/menit Suhu : 35 0 C

10 57 50 g Sampel dikeringkan pada suhu 40 0 c selama 5 jam Diektrasksi dengan metanol absolut dua kali masing-masing 100 ml, disaring dengan dengan pompa vakum Ekstrak disimpan dalam ruang pendingin 0 0 C selama semalam untuk menggumpalkan lemaknya Lemak dipisahkan dengan pompa vakum Filtrat jernih diuapkan dengan rotavapor pada suhu 40 0 C Residu dilarutkan dalam 10 ml metanol absolut Disentrifuse pada kecepatan 4000 rpm selama 5 menit Diambil 1.5 ml filtrat untuk dipurifukasi dalam kolom kromatografi yang berisi MN-Poliamida CC6 Dielusi bertahap dengan metanol 25%, 50% dan 70%, masing-masing 50 ml Hasil elusi dengan 70% metanol dikeringkan dengan rotavapor pada suhu 40 0 C Residu dilarutkan dalam ml metanol grade HPLC Disentrifusi pada 4000 rpm selama 5 menit Diambil 40 µl untuk diinjeksi pada HPLC Bagan Alir Analisis Kuantitatif Senyawa Isoflavon

11 58 Lampiran 5. Contoh perhitungan kandungan senyawa isoflavon. NP 289 (Tepung Kedelai) ppm NP 290 (Tepung Tempe) ppm

12 Lampiran 6. Kromatogram HPLC Standar Senyawa Isoflavon. 59

13 Lampiran 7. Kromatogram HPLC Tepung Kedelai. 60

14 Lampiran 8. Kromatogram HPLC Tepung Tempe 61

15 62 ANALISIS STATISTIK PERSENTASE PERUBAHAN BERAT BADAN TIKUS MINGGU I hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: persentase perubahan berat badan minggu I (PPBB MI) Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE PPBB MI Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for PPBB MI NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV A A OV Tp A A Kontrol A A OV Kd

16 63 ANALISIS STATISTIK PERSENTASE PERUBAHAN BERAT BADAN TIKUS MINGGU II hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: persentase perubahan berat badan minggu II (PPBB MII) Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE PPBB MII Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for PPBB MII NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV A A OV Kd B OV Tp C Kontrol

17 64 ANALISIS STATISTIK PERSENTASE PERUBAHAN BERAT BADAN TIKUS MINGGU III hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: persentase perubahan berat badan minggu III (PPBB MIII) Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE PPBB MIII Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for PPBB MIII NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV B OV Tp B B Kontrol C OV Kd

18 65 ANALISIS STATISTIK PERSENTASE PERUBAHAN BERAT BADAN TIKUS MINGGU IV hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: persentase perubahan berat badan minggu IV (PPBB MIV) Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE PPBB MIV Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for PPBB MIV NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV A A OV Tp B OV Kd B B Kontrol

19 66 ANALISIS STATISTIK PERSENTASE KENAIKAN BERAT BADAN TIKUS hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: persentase kenaikan berat badan Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE persentase kenaikan berat badan Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for persentase kenaikan berat badan NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV B OV Tp B B Kontrol C OV Kd

20 67 ANALISIS STATISTIK BERAT BADAN AKHIR TIKUS hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat badan akhir Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat badan akhir Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for berat badan akhir NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A P1 A A P4 B P3 B B P2

21 68 ANALISIS STATISTIK BERAT UTERUS TIKUS Hasil Penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd Ov Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat uterus Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat uterus Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for berat uterus NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N Perlakuan A Non OV A A OV Tp B OV Kd C Kontrol

22 69 ANALISIS STATISTIK BERAT UTERUS PER BERAT BADAN TIKUS hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Kontrol Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat uterus/berat badan tikus Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat uterus/berat badan tikus Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for berat uterus/berat badan tikus NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV A A OV Tp B OV Kd C Kontrol

23 70 UJI KORELASI DAN REGRESI PERSENTASE KENAIKAN BERAT BADAN TERHADAP RASIO BERAT UTERUS PER BERAT BADAN TIKUS The SAS System The CORR Procedure 2 Variables: x y Simple Statistics Variable N Mean Std Dev Sum Minimum Maximum x y Pearson Correlation Coefficients, N = 4 Prob > r under H0: Rho=0 x y x y The GLM Procedure Number of Observations Read 4 Number of Observations Used 4 The GLM Procedure Dependent Variable: y Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE y Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F x Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F x Standard Parameter Estimate Error t Value Pr > t Intercept x

24 71 ANALISIS STATISTIK PANJANG UTERUS KIRI TIKUS Hasil Penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non ov Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: panjang uterus kiri Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE panjang uterus kiri Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for panjang uterus kiri NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV B OV Tp B C B OV Kd C C Kontrol

25 72 ANALISIS STATISTIK PANJANG UTERUS KANAN TIKUS Hasil Penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: panjang uterus kanan Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE panjang uterus kanan Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for panjang uterus kanan NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV B OV Tp B C B OV Kd C C Kontrol

26 73 ANALISIS STATISTIK TOTAL PANJANG UTERUS TIKUS hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: total panjang uterus Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE totalpanjanguterus Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for total panjang uterus NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non Ov B OV Tp C OV Kd D Kontrol

27 74 ANALISIS STATISTIK BERAT BASAH BEBAS LEMAK UTERUS TIKUS Hasil Penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat basah bebas lemak uterus Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat basah bebas lemak uterus Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for berat basah bebas lemak uterus NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N Perlakuan A Non Ov A A OV Tp B OV Kd C Kontrol

28 75 ANALISIS STATISTIL BERAT KERING BEBAS LEMAK UTERUS TIKUS Hasil Penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat kering bebas lemak uterus Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat kering bebas lemaku terus Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan <.0001 Duncan's Multiple Range Test for berat kering bebas lemaku terus NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N Perlakuan A Non OV B OV Tp C OV Kd D Kontrol

29 76 ANALISIS STATISTIK BERAT BADAN TIKUS MINGGU I hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat badan minggu I Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat badan minggu I Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for berat badan minggu I NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A OV Kd A A OV Tp B Kontrol B B Non OV

30 77 ANALISIS STATISTIK BERAT BADAN TIKUS MINGGU II hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Nn OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat badan minggu II Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat badan minggu II Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for berat badan minggu II NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A OV Kd B Non OV B C B OV Tp C C Kontrol

31 78 ANALISIS STATISTIK BERAT BADAN TIKUS MINGGU III hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat badan minggu III Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat badan minggu III Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for berat badan minggu III NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A OV Tp A A Non OV A B A OV Kd B B OV Tp

32 79 ANALISIS STATISTIK BERAT BADAN TIKUS MINGGU III hasil penelitian Class Level Information Class Levels Values perlakuan 4 Non OV Kontrol OV Kd OV Tp Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 Dependent Variable: berat badan minggu IV Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE berat badan minggu IV Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan Duncan's Multiple Range Test for berat badan minggu IV NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A Non OV A A OV Tp B OV Kd B B Kontrol

33 80

34 81

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring 33 Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air Ditiriskan menggunakan jaring Dicacah dan diangin-anginkan dilapangan terbuka Dikeringkan sampai kadar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap. LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering a. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 2-5 g sampel serbuk kering dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang

Lebih terperinci

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010).

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010). LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Metode Analisis Proksimat 1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). Pengujian WHC dilakukan dengan mengurangi berat bahan setelah ditambahkan air dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv LAMPIRAN lxiii Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat lxiv lxv Lampiran 2 Analisa statistik urea serum Urea Serum (mg/dl) Class Level Information Class Levels Values kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi

Lebih terperinci

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR Rancangan Acak Kelompok atau biasa disingkat RAK digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan tidak homogen. Dalam rancangan ini, petakan percobaan

Lebih terperinci

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya dipakai pada kondisi lingkungan yang homogen diantaranya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aldercreutz CH People who eat soybeans have less cancer. J Nutr. 15(3):757S-770S

DAFTAR PUSTAKA. Aldercreutz CH People who eat soybeans have less cancer. J Nutr. 15(3):757S-770S 51 DAFTAR PUSTAKA Aldercreutz CH. 1995. People who eat soybeans have less cancer. J Nutr. 15(3):757S-770S Aldercreutz H. 2002. Phytoestrogens and breast cancer. Lancet Oncol, 3:364 Akimaya T, Ishida J,

Lebih terperinci

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR Pada bab sebelumnya telah dibahas aplikasi rancangan acak kelompok satu faktor dan dua faktor. Bab ini akan membahas aplikasi SPSS dan SAS untuk analisis

Lebih terperinci

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR A 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR Dalam percobaan faktorial, pengaruh dua faktor atau lebih diselidiki secara bersama-sama. Apabila pengaruh suatu faktor diperkirakan akan berubah menurut

Lebih terperinci

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana dibanding rancangan lainnya. Penggunaan RAL di berbagai bidang penelitian telah banyak

Lebih terperinci

BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH

BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH Rancangan split split plot design atau Rancangan Petak Petak merupakan jenis percobaan yang melibatkan tiga faktor atau lebih sekaligus dengan tingkat ketelitian

Lebih terperinci

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH Rancangan split plot design atau dalam bahasa Indonesia disebut Rancangan Petak Terpisah atau Rancangan Petak Terbagi (RPT) merupakan jenis percobaan faktorial (lebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL KONVERSI DARI ANALISIS LABORATORIUM No bahan berat segar(gr/plot) produksi bs(ton/ha/tahun) %air total %BK LK SK PK 1 A1B0U1 1097,48 131,6976 76,84 23,16 2,83 43,39 17,55 2 A1B0U2 1094,48

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 34 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2007. Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat yaitu : pembuatan tepung kedelai dan

Lebih terperinci

ME Yusnandar * PENDAHULUAN

ME Yusnandar * PENDAHULUAN ME Yusnandar * PENDAHULUAN Rancangan acak lengkap (randomize complete design), rancangan acak lengkap kelompok (randomize complete block design) dan rancangan acak lengkap faktorial (randomize complete

Lebih terperinci

RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS. Oleh Kismiantini, M.Si.

RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS. Oleh Kismiantini, M.Si. RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS Oleh Kismiantini, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 0 SAS (Statistical Analysis System)

Lebih terperinci

Cara Perhitungan : % N = Abs Blangko X 14 X N. HCl X 100% Berat Sampel

Cara Perhitungan : % N = Abs Blangko X 14 X N. HCl X 100% Berat Sampel LAMPIRAN Lampiran 1. Cara Kerja Analisis N Pada Tanaman Metode Kjeldahl 1. Timbang sample 0,2 0,5 gram, kemudian masukan ke dalam botol destruksi 2. Tambahkan Selenium mature sebanyak 0,2 gram dan 3 ml

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil Translasi sequens dengan ExPASy Translate Tool

LAMPIRAN. Hasil Translasi sequens dengan ExPASy Translate Tool LAMPIRAN 1. Hasil Sekuensing isolat virus IBD No. Isolat Hasil Sekuensing 1. IBDV-Indo5 AACAAGCGTCCAAGGCCTTATACTGGGTGCTACCATCT ACCTTATAGGCTTTGATGGGACCGCGGTAATCACCAG GCTGTGGCCGCAGACAATGGGCTAACGGCCGGCACTG

Lebih terperinci

Ditimbang EMB 3,6 gr. Ditambahkan Aquades 100 ml. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Disiapkan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 10 ml

Ditimbang EMB 3,6 gr. Ditambahkan Aquades 100 ml. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Disiapkan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 10 ml Lampiran 1 : Isolasi akteri E-coli Tahap 1 (Pembuatan Media EM) Ditimbang EM 3,6 gr Ditambahkan Aquades 1 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Disiapkan NaCl fisiologis,9 % sebanyak 1 ml Dimasukkan kedalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian 58 59 Lampiran 2. Data bobot basah (gr) pada masing-masing perlakuan Bobot Jarak Tanam Ulangan Minggu Ke- 0 7 14 21 28 35 42 50 gr 20 cm 1 50 85 105 145 150

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) 51 LAMPIRAN Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) Pewarnaan HE adalah pewarnaan standar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai struktur umum sel dan jaringan normal serta perubahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Good Manufacturing Practice penanganan bahan baku PT Z

Lampiran 1 Good Manufacturing Practice penanganan bahan baku PT Z 49 Lampiran 1 Good Manufacturing Practice penanganan bahan baku PT Z 1. Proses penanganan sampel tuna di PT Z Penerimaan ikan tuna dilakukan di dalam ruang penerimaan bahan baku. Ikan satu per satu diturunkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat penyulingan minyak nilam

Lampiran 1. Alat penyulingan minyak nilam LAMPIRAN Lampiran 1. Alat penyulingan minyak nilam Gambar 22. Alat penyulingan minyak nilam Tabel 8. Spesifikasi alat penyulingan minyak nilam Bagian alat penyulingan Ketel suling Spesifikasi Tebal ketel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur uji

Lampiran 1. Prosedur uji LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Prosedur uji 1) Kandungan nitrogen dengan Metode Kjedahl (APHA ed. 21 th 4500-Norg C, 2005) Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan ditambahkan H 2 SO 4 pekat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik

Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik Lampiran 2.1 Surat Izin Melakukan Penelitian Pendahuluan Lampiran 2.2 Surat Izin Melakukan Penelitian Pendahuluan Lampiran 3.1 Surat Izin Melakukan Penelitian Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air (X 1 + A) A

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air (X 1 + A) A Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air Panaskan cawan pada suhu 105-110 O C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang (X 1 ) Timbang bahan 2-3

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi 1. Pengamatan (Waktu, Warna, Busa, Rasio Volume Pemisahan Air, Minyak dan Emulsi) Sebanyak 100 ml total campuran larutan sampel dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kartu Bimbingan

Lampiran 1. Kartu Bimbingan LAMPIRAN 63 Lampiran 1. Kartu Bimbingan 64 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari FIK 65 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari SEKDA DIY 66 Lampiran 4. Surat Ijin dari KessbangPol dan Linmas Jateng 67

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI 01-3144:2009) 49 50 Lampiran 2. Kurva Standar Asam Sianida KODE KCN ABSORBANSI I ABSORBANSI II ABSORBANSI III ABSORBANSI RATA- RATA 1,2 µm 0,027 0,0269

Lebih terperinci

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan Organ usus halus Dicuci dengan NaCl fisiologis 0.9% Difiksasi 24 jam Larutan Bovin Didehidrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Perhitungan dosis infusa kulit jengkol (IKJ) Penelitian yang dilakukan menggunakan variabel dosis IKJ 10%, 20%, 40% dan 80%. Pembuatan dosis IKJ 10% dibuat dengan prosedur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN

LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN Cara Melakukan Fiksasi Jaringan : - Sebelum melakukan biopsi harus disiapkan botol yang mempunyai mulut lebar yang telah diisi oleh cairan fiksasi. - Cairan yang diperlukan

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN 7.1. Gambar Penelitian 7.2. Analisa Data

7. LAMPIRAN 7.1. Gambar Penelitian 7.2. Analisa Data 7. LAMPIRA 7.1. Gambar Penelitian 7.2. Analisa Data 53 54 Koro pedang yang telah direbus Koro pedang uang telah dikupas Perendaman koro Dehumi dengan suhu 60 Pengayaan tepung dengan proses penepungan derajad

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan 19 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010 di Kandang Unit Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Lebih terperinci

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.), Pengambilan Sampel Darah, Penetapan Profil Urea Darah (DAM) dan Penentuan Profil Asam Urat Darah (Follin-Wu)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L. LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.),Penetapan Kadar Protein, Penetapan Kadar Lemak, dan Penetapan Kadar Kolesterol Hati Itik Cihateup 48 Ekstraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil ANOVA dan Uji Lanjut Duncan untuk pengaruh homogenisasi terhadap stabilitas emulsi. Class Levels Values

Lampiran 1 Hasil ANOVA dan Uji Lanjut Duncan untuk pengaruh homogenisasi terhadap stabilitas emulsi. Class Levels Values 63 Lampiran 1 Hasil ANOVA dan Uji Lanjut Duncan untuk pengaruh homogenisasi terhadap stabilitas emulsi Class Levels s factor 1 factor 3 3 Rpm10000 Rpm8000 Rpm6000 Waktu1 Waktu3 Waktu4 Source DF Sum of

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: Dokumentasi Penelitian. 1 Bulan. Mulsa

LAMPIRAN 1: Dokumentasi Penelitian. 1 Bulan. Mulsa LAMPIRAN 1: Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Membuat Media Tanam M0 Gambar 3. Umur 1 Minggu Tanpa Mulsa Gambar 2. Lahan Penelitian Setelah 1 Bulan M1 Gambar 5. Umur 1 Minggu Dengan Mulsa M0 Gambar 6. Bunga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN 41 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN Perhitungan nilai gizi makanan tinggi kolesterol yang diberikan kepada mencit (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981): 1 kg tepung terigu 365

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography)

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography) LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography) 1.1 Penetapan kadar: a. Fase gerak: Buat campuran metanol : 0,01 M phosphoric acid ;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian disertai dengan adanya kontrol (Nazir,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) 62 Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) Kehilangan berat = berat sampel mula-mula berat sampel setelah dikeringkan Kadar air

Lebih terperinci

Ir. Muti Arintawati, M.Si Ir. Sumunar Jati : Dra. Hj. Chairunisa, MA

Ir. Muti Arintawati, M.Si Ir. Sumunar Jati : Dra. Hj. Chairunisa, MA LAMPIRAN Lampiran 1. Susunan Kepengurusan LPPOM MUI Sesuai dengan SK Dewan Pimpinan MUI No.Kep - 459/MUI/VIII/2010 tentang Penetapan Pengurus LPPOM-MUI, maka ditetapkan susunan Pengurus LPPOM MUI 2010-2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Nilai Intensitas Warna Rumus : Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter Tepung tempe

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan Seafast

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI

PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max Merr)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Januari 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

PERUBAHAN KANDUNGAN OKSALAT SELAMA PROSES SILASE RUMPUT SETARIA

PERUBAHAN KANDUNGAN OKSALAT SELAMA PROSES SILASE RUMPUT SETARIA PERUBAHAN KANDUNGAN OKSALAT SELAMA PROSES SILASE RUMPUT SETARIA NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Rumput setaria adalah salah satu jenis rumput yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing 78 Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi Limbah udang (kulit) 1000 gram Dibersihkan dari benda asing Direndam dengan Filtrat Abu Air Sekam (FAAS) selama 48 jam Dikukus selama

Lebih terperinci

KUESIONER. PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA Tbk CABANG UTAMA MEDAN

KUESIONER. PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA Tbk CABANG UTAMA MEDAN KUESIONER PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA Tbk CABANG UTAMA MEDAN Petunjuk Pengisian 1. Jawablah pertanyaan ini dengan jujur dan benar. 2. Bacalah terlebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Tabel cara kerja Pengukuran Aktivitas Protease Digesti Kasein 5% Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Tabel cara kerja Pengukuran Aktivitas Protease Digesti Kasein 5% Buffer LAMPIRA Lampiran 1. Tabel cara kerja Pengukuran Aktivitas Protease Digesti VOLUME (Ml) PEREAKSI Tirosin Standard Sampel Kontrol Balanko 0.50 - - - standard Kasein 5% - 0.50 - - Buffer 0.50 0.50 0.50 0.50

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci

BOBOT BADAN ANAK TIKUS DARI INDUK TIKUS YANG DIBERI EKSTRAK AKAR PURWOCENG PADA USIA KEBUNTINGAN 1 13 DAN HARI MAULANA SYDIK

BOBOT BADAN ANAK TIKUS DARI INDUK TIKUS YANG DIBERI EKSTRAK AKAR PURWOCENG PADA USIA KEBUNTINGAN 1 13 DAN HARI MAULANA SYDIK BOBOT BADAN ANAK TIKUS DARI INDUK TIKUS YANG DIBERI EKSTRAK AKAR PURWOCENG PADA USIA KEBUNTINGAN 1 13 DAN 13 21 HARI MAULANA SYDIK DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS)

Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS) Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS) Penelitian ini menggunakan dosis dengan dasar penelitian Vivin K (2008) yang menggunakan ekstrak daun sirih dengan dosis 0,01% sampai 0,1%. Diketahui : 240

Lebih terperinci

STATISTIK DESKRIPTIF. Statistics. Strategi Membaca

STATISTIK DESKRIPTIF. Statistics. Strategi Membaca 2 Lampiran 8 Statistics N Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum Valid Missing STATISTIK DESKRIPTIF Statistics Strategi Membaca Variables Penguasaan Kosakata Kemampuan Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

TAHU MENGHAMBAT KEHILANGAN TULANG LUMBAR TIKUS BETINA OVARIEKTOMI. [Tofu Attenuates Lumbar Bone Loss of Ovariectomized Female Rats]

TAHU MENGHAMBAT KEHILANGAN TULANG LUMBAR TIKUS BETINA OVARIEKTOMI. [Tofu Attenuates Lumbar Bone Loss of Ovariectomized Female Rats] TAHU MENGHAMBAT KEHILANGAN TULANG LUMBAR TIKUS BETINA OVARIEKTOMI [Tofu Attenuates Lumbar Bone Loss of Ovariectomized Female Rats] Samsu Udayana Nurdin 1), Deddy Muchtadi 2), Ita Djuwita 3), Suyanto Pawiroharsono

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak pagar varietas Lampung IP3 yang diperoleh dari kebun induk jarak pagar BALITRI Pakuwon, Sukabumi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Hormat, Saya yang bernama Anita, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, ingin melakukan penelitian tentang PERUBAHAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alur Posedur Pembuatan Pakan Diet Tinggi Lemak. Dicampur rata sampai setengah padat

Lampiran 1. Bagan Alur Posedur Pembuatan Pakan Diet Tinggi Lemak. Dicampur rata sampai setengah padat Lampiran 1. Bagan Alur Posedur Pembuatan Pakan Diet Tinggi Lemak 81% Pakan Standar pellet 551 10% Lemak Kambing 1% Kuning Telur Dicampur rata sampai setengah padat Dibentuk berupa silinder dengan ukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eskperimental yang menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu: 1. Faktor pertama: konsentrasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Instrumen dan Responden Hasil penelitian didapatkan dari kuesioner-kuesioner yang disebarkan secara acak langsung kepada para responden melalui hardcopy dan softcopy

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi 40 Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Kersen 41 Lampiran 2. Lanjutan 42 Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 43 44 Lampiran 4. Perhitungan Susut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosesdur analisis gas kromatigrafi olein dan biodiesel olein

Lampiran 1. Prosesdur analisis gas kromatigrafi olein dan biodiesel olein LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Prosesdur analisis gas kromatigrafi olein dan biodiesel olein 1. Analisis Asam Lemak dan Metil Ester Menggunakan Gas Kromatografi (AOAC, 1995) Dua gram contoh ditambahkan ke dalam

Lebih terperinci