BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan, dengan pengukusan, dan perendaman dalam larutan NaHSO 3. Cara pertama yang dilakukan adalah pengolahan tanpa pengukusan (kentang merah/kentang ). Kentang merah dicuci, diiris tipis-tipis, ditimbang sebanyak 50,376 gram, dikeringkan dalam oven selama 18 jam, diblender dan diayak. Produk yang dihasilkan berupa serbuk tepung berwarna dengan massa sebesar 9,257 gram (18,37 %). Demikian juga dilakukan pada kentang dengan perlakuan sama. Massa kentang adalah 50,307 gram dan dihasilkan tepung berwarna dengan massa sebesar 9,956 gram (19,79 %). Cara kedua yang dilakukan adalah pengolahan secara kukus kentang merah/kentang. Kentang merah dicuci, dikukus selama 30 menit, diiris tipis-tipis, ditimbang sebanyak 50,300 gram kemudian dikeringkan dalam oven selama 18 jam, diblender dan diayak. Produk yang dihasilkan berupa serbuk tepung berwarna dengan massa sebesar 7,731 gram (15,36 %). Demikian juga dilakukan pada kentang dengan perlakuan yang sama. Massa kentang adalah 50,200 gram dan dihasilkan tepung berwarna dengan massa sebesar 8,707 gram (17,34 %). 27

2 28 Sedangkan cara pengolahan yang ketiga adalah pengolahan secara perendaman kentang merah/kentang dalam larutan NaHSO 3 0,2 %. Kentang merah dicuci, diiris tipis-tipis, ditimbang sebanyak 50,284 gram kemudian direndam dalam larutan NaHSO 3 0,5 ml selama 15 menit lalu dikeringkan dalam oven selama 18 jam, diblender dan diayak. Produk yang dihasilkan berupa serbuk tepung berwarna dengan massa sebesar 7,688 gram (15,28 %). Demikian juga dilakukan pada kentang dengan perlakuan yang sama. Massa kentang adalah 50,125 gram dengan dihasilkan tepung berwarna sebesar 8,658 gram (17,27 %). Untuk membandingkan produk tepung dari kentang merah dan kentang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Hasil pembuatan tepung kentang No Jenis kentang Perlakuan Hasil olahan (warna) Massa tepung (gram) Produk (%) Tanpa kukus Serbuk berwarna 9, , 37 1 Kentang merah Serbuk berwarna 7, , 36 dengan NaHSO 3 Serbuk berwarna 7, , 28 Tanpa kukus Serbuk berwarna 9, , 79 2 Kentang Serbuk berwarna 8, , 34 dengan NaHSO 3 Serbuk berwarna 8, , 27

3 29 Untuk membandingkan hasil produk olahan kentang merah dan kentang dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini. Persen produk (%) ,79 % 18,37 % 17,34 % 17,27 % 15,36 % 15,28 % kentang merah kentang 0 Tanpa kukus NaHSO3 dengan Jenis perlakuan NaHSO 3 Gambar 4.1. Diagram hasil persentase massa tepung kentang merah dan kentang Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa pengolahan kentang merah dan kentang dapat mempengaruhi penurunan produk yang dihasilkan. Pengolahan tanpa kukus pada kentang menghasilkan produk yang lebih besar dibandingkan dengann kentang yang dikukus dan perendaman NaHSO 3, pada proses pengolahan tanpa kukus kentang merah menghasilkan tepung yang lebih besar dari kentang merah yang dikukus dan perendaman NaHSO 3. Hal ini disebabkan karena pada kentang dan kentang merah yang dikukus dan ditambahkan NaHSO 3 mengandung kadar air yang lebih banyak dibandingkan dengan tanpa kukus.

4 Ekstraksi tepung kentang Untuk mendapatkan ekstrak dari tepung kentang dilakukan ekstraksi dengan teknik dimaserasi. Teknik ini bertujuan agar senyawa-senyawa metabolit dapat terekstraksi secara menyeluruh. Tepung kentang merah tanpa kukus dengan massa 9,257 gram dimaserasi dengan 50 ml pelarut metanol dan 50 ml pelarut aquades selama 24 jam pada suhu ruangan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Ekstrak hasil maserasi berwarna dengan pelarut metanol atau aquades kemudian ekstrak tersebut dievaporasi atau diuapkan sesuai dengan titik didih pelarut. Dari hasil evaporasi maka diperoleh ekstrak kental berwarna. Massa ekstrak yang dihasilkan adalah sebanyak 1,758 gram (3,48 %) dan 2,170 gram (4.30 %). Demikian juga perlakuan yang sama dilakukan untuk tepung kentang merah dan tepung kentang hasil pengolahan secara kukus dan perendaman dengan larutan NaHSO 3. Dari perhitungan persen ekstrak secara menyeluruh dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2. Hasil Ekstraksi tepung kentang Jenis Perlakuan Produk ekstrak dari pelarut Massa ekstrak hasil evaporasi (gram) Ekstrak produk (%) Metanol Aquades Metanol Aquades Metanol Aquades Tanpa Ekstrak kental Ekstrak kental 1,758 2,170 3,48 4,30 kukus berwarna berwarna Ekstrak kental Ekstrak kental 1,383 2,097 2,74 4,16 Kentang merah berwarna berwarna

5 31 Kentang dengan NaHSO 3 Ekstrak kental berwarna Ekstrak kental berwarna 1,217 2,058 2,42 4,09 Rata-rata 2, Ekstrak Ekstrak Tanpa kental kental 1,744 2,476 3,46 4,92 kukus berwarna berarna Ekstrak Ekstrak kental kental 1,125 2,347 2,24 4,67 berwarna berwarna Ekstrak Ekstrak dengan kental kental 1,110 2,330 2,21 4,64 NaHSO 3 berwarna berwarna Rata-rata 2, Untuk membandingkan persentase hasil ekstrak kentang merah terhadap produk olahan (tanpa kukus, kukus, dan perendaman dalam NaHSO 3 ) dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini. Persen ekstrak (%) ,30 % 4,16 % 4,09 % 3,48 % 2,74 % 2,42 % tanpa kukus kukus dengan NaHSO3 3 metanol aquades Jenis perlakuan Gambar 4.2. Diagram hasil persentase ekstrak produk olahan kentang merah

6 32 Demikian juga dilakukan pada kentang untuk membandingkan persentase hasil ekstrak terhadap produk olahan (tanpa kukus, kukus, dan perendaman dalam NaHSO 3 ) dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini. Persen ekstrak (%) ,92 % 4,67 % 4,64 % 3,46 % 2,24 % 2,21 % tanpa kukus kukus dengan NaHSO3 3 Jenis perlakuan metanol aquades Gambar 4.3. Diagram hasil persentase ekstrak produk olahan kentang Berdasarkan hasil perhitungan persentase ekstrak pada gambar 4.2 dan 4.3 diatas, persentase ekstrak produk olahan kentang merah dan kentang yang diekstrak dengan metanol dan aquades menunjukkan bahwa ekstrak aquades lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan ekstrak metanol baik dalam perlakuan tanpa kukus, dengan pengukusan, maupun dengan perendaman NaHSO 3. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepolaran yang dimiliki oleh senyawa yang terdapat dalam kentang, dimana aquades memiliki kepolaran lebih besar dari pada metanol, sehingga kemampuan untuk melarutkan suatu senyawa yang ada dalam bahan alam tersebut lebih besar daripada pelarut metanol. Persentase ekstrak yang

7 33 dihasilkan untuk pelarut metanol pada kentang merah sebesar 2,88 % sedangkan untuk pelarut aquades sebesar 4,18 %. Demikian juga pada kentang persentase ekstrak pada pelarut metanol sebesar 2,63 % dan pada pelarut aquades yaitu sebesar 4,74 %. Dari hasil penelitian, pembuatan ekstrak tepung kentang menggunakan pelarut aquades memiliki daya ekstrak lebih besar dari pada pelarut metanol Uji Fitokimia Uji fitokimia yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji warna. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam produk olahan kentang. Ekstrak kental dari pelarut metanol atau aquades yang diperoleh dari pengolahan secara tanpa kukus dari kentang merah sebanyak 1,758 g dan 2,170 g, kentang sebanyak 1,383 g dan 2,097 g masing-masing diencerkan kedalam 25 ml, kemudian diambil 1 ml dari masingmasing ekstrak untuk uji fitokimia. Perrlakuan tersebut diatas, dilakukan juga unutk masing-masing tepung hasil pengolahan secara kukus dan perendaman. Hasil uji fitokimia produk olahan kentang merah dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

8 34 Tabel 4.3. Hasil uji fitokimia ekstrak produk olahan kentang merah Uji fitokimia Alkaloid Flavonoid Antosianin Steroid dan terpenoid Tanin Kuinon Perubahan yang terjadi Ada endapan putih Ekstrak berwarna merah Ekstrak berwarna merah Tidak ada perubahan warna Tidak ada perubahan warna Tidak ada perubahan warna Produk olahan kentang merah Metanol Aquades Tanpa Dengan Tanpa Dengan kukus NaHSO 3 kukus NaHSO Hasil uji fitokimia golongan senyawa metabolit sekunder ekstrak produk olahan kentang merah dari tiga cara hasil pengolahan baik menggunakan pelarut metanol maupun aquades, ketiganya menunjukkan bahwa ekstrak produk olahan kentang merah mengandung senyawa-senyawa flavonoid, antosianin, dan alkaloid. Sedangkan senyawa steroid, terpenoid, kuinon, dan tanin tidak terdapat dalam ekstrak. Hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan warna yang terjadi larutan tetap berwarna. Selain dilakukan uji fitokimia pada ekstrak produk olahan kentang merah, dalam penelitian ini juga dilakukan uji fitokimia pada ekstrak produk olahan

9 35 kentang. Hasil uji fitokimia pada produk olahan kentang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4. Hasil uji fitokimia ekstrak produk olahan kentang Uji fitokimia Alkaloid Flavonoid Antosianin Steroid dan terpenoid Tanin Kuinon Perubahan yang terjadi Ada endapan putih Ekstrak berwarna merah Ekstrak berwarna merah Tidak ada perubahan warna Tidak ada perubahan warna Tidak ada perubahan warna Produk olahan kentang merah Metanol Aquades Tanpa Dengan Tanpa kukus NaHSO 3 kukus Dengan NaHSO Hasil uji fitokima golongan senyawa metabolit sekunder ekstrak produk olahan kentang dari tiga cara hasil pengolahan baik menggunakan pelarut metanol maupun aquades, ketiganya menunjukkan bahwa ekstrak produk olahan kentang mengandung senyawa-senyawa flavonoid, antosianin, dan alkaloid. Sedangkan senyawa steroid, terpenoid, kuinon, dan tanin tidak terdapat dalam ekstrak. Hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan warna yang terjadi larutan tetap berwarna.

10 36 Dari keseluruhan uji fitokimia ekstrak produk kentang merah dan kentang yang dihasilkan baik pada perlakuan tanpa pengukusan, dengan pengukusan, maupun dengan larutan NaHSO 3 senyawa alkaloid, flavonoid, dan antosianin tidak mengalami perubahan atau tidak rusak oleh pemanasan karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi Uji Aktivitas Antioksidan Pembuatan Kurva Kalibrasi DPPH Pada tahap awal pengujian, terlebih dahulu dibuat kurva standar untuk larutan DPPH. Sebanyak 1 mg DPPH dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan dilarutkan dalam pelarut metanol. Larutan DPPH yang dibuat memiliki konsentrasi 40 ppm, kemudian dilakukan pengenceran dalam labu ukur 10 ml hingga konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm. Selanjutnya diukur serapannya pada panjang gelombang 515,5 nm. Berdasarkan hasil pengukuran kurva kalibrasi DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis, diperoleh absorbansi dan konsentrasi DPPH yang ditunjukkan oleh tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5. Data absorbansi dan konsentrasi DPPH Konsentrasi (ppm) Absorbansi

11 37 Untuk mengetahui kelinearitasan dari data absorbansi pada tabel 4.5, maka dibuat kurva kalibrasi yang ditunjukkan pada gambar 4.5 dibawah ini. 0.4 Absorbansi R² = Konsentrasi (ppm) Gambar 4.4. Kurva kalibrasi DPPH Dapat dilihat bahwa kelinearitasnya mendekati 1, berarti konsentrasi sebanding dengan absorbansi Uji Aktivitas Antioksidan Produk Olahan Kentang Pada penilitian ini, uji aktivitas antiradikal menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylehydrazyl). Uji DPPH adalah suatu metoda kolorimetri yang efektif dan cepat untuk memperkirakan aktivitas antiradikal. Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak produk olahan kentang merah dan kentang dilakukan pada panjang gelombang 515,5 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum DPPH yang diukur. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui sisa DPPH yang bereaksi dengan senyawa antioksidan. Untuk

12 38 mendapatkan rata-rata absorbansi maka diakukan uji Q yang memberikan pembenaran yang tepat. Untuk menghitung uji Q maka digunakan rumus sebagai berikut: Nilai Q = Contoh ekstrak metanol produk olahan kentang merah dengan cara dikukus Q =,,,, Q = 0,8 Nilai Q untuk n = 3 adalah 0,94. Karena 0,8 lebih kecil dibandingkan 0,94, maka hasil tersebut dapat diterima. Apabila nilai Q yang diperoleh lebih besar dari Q tabel 0,94 (taraf kepercayaan) maka hasil tersebut tidak diterima. Agar lebih jelas data hasil pengukuran sisa DPPH dapat diamati pada tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6. Data hasil pengukuran aktivitas antioksidan pada ekstrak produk olahan kentang Absorbansi sisa DPPH Jenis kentang Perlakuan Metanol Aquades. 0,058 0,015 Tanpa kukus 0,060 0,015 0,059 0,016 Rata-rata 0,059 0,015 Kentang merah 0,151 0,146 0,147 0,024 0,019 0,020 Rata-rata 0,148 0,021

13 39 0,197 Dengan NaHSO 3 0,196 0,193 Rata-rata 0,195 0,094 0,092 0,091 0,092 Tanpa kukus 0,034 0,034 0,034 Rata-rata 0,034 0,015 0,015 0,014 0,014 Kentang 0,096 0,097 0,094 Rata-rata 0,095 0,014 0,016 0,015 0,015 0,097 Dengan NaHSO 3 0,096 0,097 Rata-rata 0,096 0,047 0,041 0,034 0,040 Perhitungan aktivitas antioksidan dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini: Berdasarkan hasil perhitungan maka akan diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak produk olahan kentang merah dan kentang dengan menggunakan data pada tabel 4.6. Contoh aktivitas antioksidan ekstrak metanol produk olahan kentang merah tanpa kukus

14 40 % Aktivitas antioksidan =,,, 100 % =,, 100 % = 77,98 % Untuk keseluruhan hasil perhitungan aktivitas antioksidan lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini. Tabel 4.7. Hasil perhitungan % aktivitas antioksidan ekstrak produk olahan kentang Persen (%) aktivitas antioksidan dalam Perlakuan pelarut Rata-rata Kentang merah Kentang persentase (%) Metanol Aquades Metanol Aquades Tanpa kukus 77, 98 94, 40 87, 31 94, 77 88,61 44, 77 92, 16 64, 55 94, 40 73,97 dengan NaHSO 3 27, 23 65, 67 64, 17 85, 07 60,53 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.7, jika persen ekstrak ketiga ekstrak produk olahan kentang tersebut digambarkan, maka akan terlihat seperti gambar 4.5 dan 4.6 berikut ini.

15 41 Aktivitas Antioksidan (%) ,4 % 92,16 % 77,98 % 65,67 % 44,77 % 27,23 % tanpa kukus kukus dengan NaHSO NaHso3 3 ekstrak metanol produk olahan kentang merah ekstrak aquades produk olahan kentang merah Kentang Merah Gambar 4.5. Hasil persentase aktivitas antioksidan pada ekstrak produk olahan kentang merah Aktivitas Antioksidan (%) % 94.4 % % % % % Tanpa kukus dengan NaHSO3 3 Kentang Kuning ekstrak metanol produk olahan kentang ekstrak aquades produk olahan kentang Gambar 4.6. Hasil persentase aktivitas antioksidan pada ekstrak produk olahan kentang

16 42 Pada gambar 4.5 terlihat bahwa produk olahan kentang merah yang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar yaitu produk olahan kentang merah tanpa kukus baik dalam ekstrak metanol maupun ekstrak aquades dibandingkan produk olahan kentang merah yang dikukus maupun dengan penambahan NaHSO 3. Tingginya aktivitas antioksidan pada produk olahan kentang merah tanpa kukus dikarenakan senyawa antioksidan yang terdapat dalam kentang merah tidak rusak oleh adanya pemanasan. Dari gambar yang sama dapat dilihat bahwa ekstrak aquades produk olahan kentang merah memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar baik yang diolah tanpa kukus (94,40 %), dikukus (92,16 %) maupun dengan penambahan NaHSO 3 (65,67 %) dibandingkan ekstrak metanol produk olahan kentang merah. Hal ini dikarenakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kentang merah memiliki tingkat kepolaran yang sesuai dengan aquades sehingga dapat larut dengan baik pada pelarut aquades. Pada gambar 4.6 terlihat bahwa produk olahan kentang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan produk olahan kentang merah. Tingginya aktivitas antioksidan pada produk olahan kentang dapat dilihat pada semua jenis pengolahan baik secara tanpa kukus, dikukus maupun dengan perendaman dengan larutan NaHSO 3. Ini terjadi karena adanya asam askorbat (vitamin C) yang merupakan salah satu jenis antioksidan yang banyak terdapat dalam kentang dibandingkan kentang merah. Dari gambar yang sama, ekstrak aquades produk olahan kentang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar baik yang diolah tanpa kukus

17 43 (94,77 %), dikukus (94,40 %) maupun dengan penambahan NaHSO 3 (85,07 %) dibandingkan ekstrak metanol produk olahan kentang. Hal ini dikarenakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kentang memiliki tingkat kepolaran yang sesuai dengan aquades sehingga dapat larut dengan baik pada pelarut aquades. Dapat disimpulkan bahwa produk olahan kentang memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi baik dalam pelarut metanol maupun pada pelarut aquades dibandingkan dengan produk olahan kentang merah. Banyaknya senyawa metabolit sekunder dalam kentang merah dan kentang yang larut dalam aquades menyebabkan tingginya aktivitas antioksidan pada ekstrak aquades produk olahan kentang merah dan ekstrak aquades produk olahan kentang dibandingkan pada ekstrak metanol produk olahan kentang merah dan ekstrak metanol produk olahan kentang. Pengaruh pengolahan dapat menurunkan aktivitas antioksidan pada produk olahan kentang merah dan kentang baik dalam pelarut metanol maupun aquades. Persentase aktivitas antioksidan tiap-tiap perlakuan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang paling tinggi terdapat pada pengolahan tanpa kukus sebesar 88,61 %, aktivitas antioksidan pada pengolahan secara kukus sebesar 73,97 %, sedangkan pada pengolahan perendaman dengan larutan NaHSO 3 aktivitas antioksidan sebesar 60,53 %.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap uji pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut : 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2014 yang sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR ix. DAFTAR LAMPIRAN xi. 1.1 Latar Belakang Penelitian..

DAFTAR ISI v. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR ix. DAFTAR LAMPIRAN xi. 1.1 Latar Belakang Penelitian.. DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU SAWO (HELIXANTHERE SP) HASIL EKSTRAKSI SOXHLETASI DAN PERKOLASI 1 Mauizatul Hasanah, 2 Febi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Umbi bawang dayak segar, simplisia, keripik, metanol, etanol, etilasetat, heksan, air destilata, toluen, H 2 SO 4 pekat, H 2 BO 3 3%, NaOH-5%, Na 2 S 2

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan 4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BERAS MERAH DAN BERAS HITAM KOMERSIAL SERTA PRODUK OLAHANNYA

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BERAS MERAH DAN BERAS HITAM KOMERSIAL SERTA PRODUK OLAHANNYA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada ektrak etanol jamur tiram dan kulit rambutan yang ditunjukkan dengan nilai IC 50 serta untuk mengetahui

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I. TINJAUAN PUSTAKA... 3 1.1. Tinjauan Tumbuhan...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Penelitian

Lebih terperinci

Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii

Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii Dikron Wirada Sirat (1407 100 043) Dosen Pembimbing : Dra. Sukesi, M.Si. CONTENT PENDAHULUAN METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN Tepung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 18 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BIOKIMIA (Kode : F-07) AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SIRUP ROSELA (Hibiscus sabdariffa) SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG

BIOKIMIA (Kode : F-07) AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SIRUP ROSELA (Hibiscus sabdariffa) SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG MAKALAH PENDAMPING BIOKIMIA (Kode : F-07) ISBN : 978-979-1533-85-0 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SIRUP ROSELA (Hibiscus sabdariffa) SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG Gebi Dwiyanti, Yayan Karyani, Miranda Novandinar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Preparasi Sampel Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) varietas kangkung yang diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Sampel anemon laut (Stichodactyla gigantea) diambil disekitar kawasan Pulau Pramuka, Taman Nasional

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar tumbuhan salak, buah salak, simplisia, serbuk simplisia dan jus daging buah salak Gambar 2.1 Tanaman kulit jeruk kesturi Gambar 2.2 Kulit jeruk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi 40 Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Kersen 41 Lampiran 2. Lanjutan 42 Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 43 44 Lampiran 4. Perhitungan Susut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

Lampiran 1. Surat keterangan sampel Lampiran 1. Surat keterangan sampel 44 Lampiran 2. Hasil identifikasi tumbuhan 45 Lampiran 3. Gambar Tumbuhan Temu Giring Tumbuhan Temu Giring 46 Lampiran 3. (lanjutan) Rimpang Temu Giring 47 Lampiran

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.) IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.) Reny syahruni, Syamsu Nur Akademi Farmasi Kebangsaan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km 13,7 Daya, Makassar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. BB buah takokak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. BB buah takokak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Analisis Fisik Pada penentuan kadar air dari 2gram buah takokak, didapat berat kering dalam 3 kali pengulangan adalah sebagai berikut: Tabel I. Berat Basah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... PRAKATA...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... xii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengujian yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas sampel daun yang digunakan apakah benar merupakan daun ciplukan (Physalis angulatal), daun

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian Proses ekstraksi biji C. moschata dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung, Laboratorium Jasa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5 Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa bluggoe ) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN PADA PRODUKSI TAHU

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa bluggoe ) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN PADA PRODUKSI TAHU SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun dan buah karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (W. Aitt) Hassk.) yang diperoleh dari Belitung.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,

Lebih terperinci