DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66
|
|
- Suhendra Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan suhu dan lama pengeringan edible film d. Penentuan volume larutan edible film yang akan dicetak e. Perbandingan edible film berbagai konsentrasi sorbitol Prosedur Uji a. Pengukuran Ketebalan Edible Film b. Prosedur Pengukuran Kelarutan Edible Film dalam Air (AOAC, 1984) c. Analisis Kadar Air Metode Thermogravimetri (AOAC, 1990) d. Prosedur Pengukuran Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor Transmission Rate) (ASTM E96-66) e. Prosedur Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength) dan Perpanjangan (Elongasi) (ASTM D882-97) Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Rata-Rata Ketebalan Edible Film Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Kelarutan Edible Film dalam Air Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik, Persentase Pemanjangan, dan Modulus Elastisitas Edible Film... 88
2 a. Kuat Tarik b. Persentase Pemanjangan c. Modulus Elastisitas Matriks Perlakuan Gambar Edible Film Berbasis Pati Ganyong xiii
3 Lampiran 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong Tujuan : Menghasilkan pati ganyong Pelaksanaan Percobaan: a. Pencucian Pencucian dilakukan dengan air mengalir dan penirisan. Tujuan pencucian adalah untuk membersihkan kotoran yang menempel pada umbi ganyong. b. Pengupasan Pengupasan dilakukan dengan menggunakan pisau untuk memisahkan kulit ganyong dari umbi. c. Pemarutan Pemarutan bertujuan untuk menggecilkan ukuran dan dilakukan menggunakan parutan. Proses pemarutan akan mempermudah proses ekstraksi dan memaksimalkan pati yang dihasilkan d. Perendaman Ganyong parut direndam dalam larutan kalsium karbonat (CaCO 3 ) 1000 ppm selama 15 menit dan ditiriskan. e. Pencucian dan Peremasan Pencucian dilakukan dalam baskom menggunakan air bersih sambil diremas. f. Ekstraksi dan Penyaringan Ekstraksi dan penyaringan pati ganyong menggunakan kain saring dan ditampung dalam wadah bersih. Filtrat, berupa suspensi pati, ditampung dan ampas dibuang.
4 67 g. Pengendapan Filtrat diendapkan selama kurang lebih 1 jam hingga diperoleh pati basah di bagian bawah baskom. h. Pencucian dan Pengendapan Pati basah dicuci menggunakan air bersih dan diendapkan kembali sebanyak dua kali. Pencucian bertujuan membersihkan partikel pati dari bahan pengotor yang mungkin tercampur. i. Pengeringan Pati hasil endapan kemudian dikeringkan pada suhu 50 o C selama 8 jam menggunakan oven untuk mendapatkan pati kering. j. Penggilingan dan Pengayakan Pati yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan grinder dan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 100 mesh hingga diperoleh pati kering halus Hasil Pengamatan: Diperoleh pati ganyong dengan karakteristik sebagai berikut: Karakteristik a. Sifat Kimia - Kadar air (%) - Kadar abu (%) b. Sifat fisik Hasil 12,7 0,3 Warna putih kecokaltan dengan tingkat kehalusan 100 mesh Kesimpulan: Ganyong diekstraksi patinya untuk bahan baku edible film. Pati hasil ekstraksi memiliki kadar air 12,7%. kadar abu 0,3% dan berwarna kecoklatan dengan tingkat kehalusan 100 mesh. 65
5 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film Tujuan : Menentukan range konsentrasi sorbitol yang akan digunakan untuk Pelaksanaan Percobaan: pembuatan edible film pada percobaan utama. 1. Pembuatan larutan pati ganyong 5% (b/v) Mendispersikan pati ganyong sebanyak 5 gram dalam 100 ml aquades. 2. Penambahan plasticizer sorbitol dan pembuatan larutan edible film Menambahkan sorbitol dengan konsentrasi 1%, 3%, 5%, 10%, 15% (v/v). Memanaskan dan mengaduk larutan di atas hot plate stiirer pada suhu 90 o C selama 5 menit. 3. Pencetakan dan pengeringan Menuangkan larutan edible film ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm. Mengeringkan larutan edible film dalam oven dengan suhu 50 o C selama 24 jam. 4. Pengukuran ketebalan edible film Mengukur ketebalan edible film dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil Pengamatan: Kriteria Pengamatan Konsentrasi Kemudahan Pelepasan dari Sorbitol Rata-Rata Ketebalan (mm) Cetakan 1% + 0,110 3% +++ 0,116 5% ,166 10% ++ 0,216 15% + 0,230
6 69 Kesimpulan: Edible film yang dihasilkan dari konsentrasi sorbitol 1% dan 3%, meskipun menghasilkan edible film yang tipis, tidak efektif digunakan karena edible film yang dihasilkan sangat rapuh dan sulit dilepaskan dari cetakan. Edible film dengan konsentrasi sorbitol 10% dan 15% menghasilkan edible film yang tebal dan sulit dilepaskan dari cetakan karena edible film yang dihasilkan bersifat lengket dan melekat kuat pada cetakan. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, maka konsentrasi sorbitol yang akan digunakan berada pada kisaran 5%-9% (v/v) c. Penentuan suhu dan lama pengeringan edible film Tujuan : Menentukan suhu dan waktu optimum pengeringan edible film yang akan digunakan pada percobaan utama. Prosedur Percobaan: 1. Pembuatan larutan edible film Mendispersikan pati ganyong sebanyak 5 gram dalam 100 ml aquades. Menambahkan sorbitol dengan konsentrasi 7% (v/v). Memanaskan dan mengaduk larutan di atas hot plate stiirer pada suhu 90 o C selama 24 jam 2. Pencetakan Menuangkan larutan edible film ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm. 3. Pengeringan Mengeringkan larutan edible film pada berbagai suhu dan lama pengeringan : suhu 50 o C selama 24 jam, 30 o C selama 72 jam, dan 25 o C (suhu ruang) selama 24 jam. Pengeringan dihentikan jika edible film sudah dapat dilepaskan dari cetakan. 65
7 Hasil Percobaan: Hasil dari percobaan pendahuluan ini yaitu pengeringan edible film dapat dilakukan pada suhu 50 o C selama 24 jam dan pada suhu 30 o C selama 72 jam. Pengeringan pada suhu dan lama tersebut menghasilkan edible film yang kering dan dapat dilepaskan dari cetakan. Pengeringan pada suhu ruang tidak dapat dilakukan karena larutan edible film menjadi sangat berair dan terpisah antara fase padatan dan fase cairan. Kesimpulan: Pengeringan edible film dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50 o C selama 24 jam dan pada suhu 30 o C selama 72 jam. Pengeringan lebih efektif dilakukan dalam oven pada suhu 50 o C selama 24 jam karena tidak memerlukan banyak waktu dibandingkan pengeringan pada suhu 30 o C. d. Penentuan volume larutan edible film yang akan dicetak Tujuan : Menghasilkan edible film dengan ketebalan yang sesuai. Prosedur Percobaan: 1. Pembuatan larutan edible film Mendispersikan pati ganyong sebanyak 5 gram dalam 100 ml aquades. Menambahkan sorbitol dengan konsentrasi 7% (v/v). Memanaskan dan mengaduk larutan di atas hot plate stiirer pada suhu 90 o C selama 24 jam 2. Pencetakan Menuangkan larutan edible film ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm. Volume penuangan yang dituangkan: 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml.
8 71 3. Pengeringan Mengeringkan larutan edible film dalam oven pada suhu 50 o C selama 24 jam. Hasil Percobaan: Pada volume tuang 10 ml, larutan edible film tidak dapat menutupi seluruh permukaan cawan petri yang berdiameter 9 cm. Penuangan pada volume 15 ml, 20 ml, dan 25 ml dapat menutupi seluruh permukaan cawan petri berdiameter 9 cm dengan sempurna. Edible film yang paling tipis dihasilkan dari volume tuang 15 ml, yaitu volume paling sedikit untuk dapat menutupi seluruh permukaan cawan petri. Kesimpulan: Volume tuang yang sebaiknya digunakan adalah 15 ml karena merupakan volume minimal larutan edible film yang diperlukan untuk menutupi permukaan cawan petri. Selain itu juga akan menghasilkan edible film yang lebih tipis. 65
9 e. Perbandingan edible film berbagai konsentrasi sorbitol Konsentrasi Sorbitol Gambar Karakteristik Film yang dihasilkan sangat rapuh, mudah patah, dan sangat sulit 1% dilepaskan dari cetakan 3% Film yang dihasilkan agak rapuh, tidak mudah patah, dan agak sulit dilepaskan dari cetakan Film yang dihasilkan tidak rapuh, elastis, dan mudah dilepaskan dari cetakan 5% 10% Film yang dihasilkan elastis, agak lengket, dan agak sulit dilepaskan dari cetakan 15% Film yang dihasilkan sangat elastis, sangat lengket, dan sangat sulit dilepaskan dari cetakan
10 73 Lampiran 2. Prosedur Uji a. Pengukuran ketebalan edible film (Maulana, 2011) Film diukur ketebalannya menggunakan mikrometer sekrup pada lima titik yang berbeda. Rata-rata dari lima tempat yang berbeda tersebut adalah tebal film yang diukur. b. Prosedur Kelarutan Edible Film dalam Air (AOAC, 1984) 1. Kertas saring dikeringkan pada suhu 105 o C selama 30 menit lalu ditimbang. Pengeringan terus dilakukan hingga beratnya konstan. 2. Lembaran edible film ditimbang-timbang kemudian dikeringkan pula pada suhu 70 o C selama dua jam kemudian ditimbang kembali. 3. Film yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades dalam jar. 4. Larutan yang berisi edible film tersebut didiamkan selama 24 jam pada suhu 25±2 o C. 5. Setelah 24 jam, larutan yang berisi edible film disaring dengan penyaringan vakum menggunakan kertas saring yang telah dikeringkan. 6. Kertas saring yang berisi residu dilakukan pencucian dengan 10 ml air destilasi dan kemudian dikeringkan dengan oven 101 o C selama 3 jam. Persentase (%) film yang terlarut dihitung dengan menggunakan rumus : 65
11 c. Analisis Kadar Air Metode Thermogravimetri (AOAC, 1990) 1. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang dalam cawan yang telah diketahui beratnya. 2. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3 jam. 3. Sampel yang telah kering didinginkan dalam desikator dan ditimbnag. Pengeringan terus dilakukan sampai tercapai berat konstan. Perhitungan : d. Prosedur Pengukuran Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor Transmission Rate) (ASTM E96-66) 1. Mangkuk yang sudah diisi desikan ditutup rapat dengan film yang akan dites, kemudian disimpan dalam ruangan yang telah dikondisikan kelembaban relatifnya. 2. Hitung berat awal dan pertambahan berat dari mangkuk setiap hari selama 7 hari. 3. Plotkan pertambahan berat sebagai fungsi dari waktu. Slope dari garis linier tersebut dihitung sebagai penyerapan uap air per hari (g/24jam). 4. WVTR dihitung sebagai berikut : Keterangan : WVTR Slope = laju transmisi uap air (g/m 2.24 jam) = penyerapan uap air per 24 jam (g/24jam) A = luas film (m 2 )
12 75 e. Prosedur Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength) dan Perpanjangan (Elongasi) (ASTM D882-97) Alat yang digunakan adalah Universal Testing Machine. Sebelum pengujian, film dikondisikan terlebih dahulu dalam ruangan bersuhu 23 o C dengan RH 50% selama lebih dari 40 jam. Kuat tarik ditentukan berdasarkan beban maksimum pada saat film sobek sedangkan persentase pemanjangan berdasarkan pada penambahan panjang film pada saat putus. nilai kuat tarik, perpanjangan, dan modulus elastisitas diukur berdasarkan rumus : Dimana : σ = Tegangan (Mpa, psi) F = Gaya yang diberikan pada bahan (N, lb) A = Luas area (cm 2, in 2 ) ε = Regangan/pemanjangan (%) Δl = Perubahan pemanjangan (cm) L = panjang awal (cm) E = modulus elastisitas (MPa, psi) 65
13 Lampiran 3. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Rata-Rata Ketebalan Edible Film Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Ketebalan (mm) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 0,1660 0,1630 0,1645 0,0021 B (6%) 0,1760 0,1830 0,1795 0,0049 C (7%) 0,1900 0,1910 0,1905 0,0007 D (8%) 0,2000 0,2100 0,2050 0,0071 E (9%) 0,2060 0,2100 0,2080 0,0028 Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Ketebalan Edible Film Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Ketebalan Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh : Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,935 0,967 Kuadratik 0,958 0,978 - Kubik 0,959 0,979 -
14 77 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 0,011x + 0,110 Nilai R 2 sebesar 0,935 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 93,5% dan sisanya 6,5% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,967 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kadar air edible film) semakin besar Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi , ,883 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 0,000 0,000 Total 9 0,003 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Ketebalan Edible Film t hitung = = 10,7279 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) 65
15 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 10,7279 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan ketebalan edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti.
16 79 Lampiran 4. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Kadar Air (%b.b.) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 18, , ,7954 0,3270 B (6%) 21, , ,5226 0,6148 C (7%) 23, , ,0736 0,1418 D (8%) 26, , ,2332 0,2912 E (9%) 28, , ,9808 0,0771 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,994 0,997 Kuadratik 0,994 0,996 - Kubik 0,994 0,996-65
17 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 2,508x + 6,364 Nilai R 2 sebesar 0,999 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 99,4% dan sisanya 0,6% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,997 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kadar air edible film) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber Regresi dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi 1 125, , ,629 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 0,771 0,096 Total 9 126,585 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Kadar Air Edible Film t hitung = = 36,4053 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan)
18 81 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 36,4053 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan kadar air edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti. 65
19 Lampiran 5. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Kelarutan Edible Film dalam Air Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Persentase Kelarutan dalam Air (%) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 7,5602 7,7011 7,6306 0,0996 B (6%) 9,0126 9,0519 9,0322 0,0278 C (7%) 10, , ,9254 0,1361 D (8%) 13, , ,1416 0,1974 E (9%) 15, , ,6543 0,3806 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kelarutan Edible Film dalam Air Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 R Model Regresi yang Dipilih Linier 0,986 0,992 Kuadratik 0,997 0,998 - Kubik 0,997 0,998 -
20 83 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 2,015x - 2,832 Nilai R 2 sebesar 0,986 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 98,6% dan sisanya 1,4% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,992 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kelarutan edible film dalam air) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 81,259 81, ,903 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 1,147 0,143 Total 9 82,405 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Kelarutan Edible Film dalam Air t hitung = = 23,7133 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) 65
21 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 23,7133 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan persentase kelarutan edible film dalam air memiliki keeratan hubungan yang berarti.
22 85 Lampiran 6. Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Laju Transmisi Uap Air (g/m 2 per jam) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 326, , ,0467 0,9539 B (6%) 338, , ,6508 0,5113 C (7%) 345, , ,9704 1,7662 D (8%) 361, , ,8751 0,0735 E (9%) 382, , ,3326 1,4867 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,974 0,987 Kuadratik 0,996 0,998 - Kubik 0,996 0,998-65
23 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 13,28x + 258,0 Nilai R 2 sebesar 0,974 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 97,4% dan sisanya 2,6% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar 0,994 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (laju transmisi uap air edible film) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber Regresi dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi , , ,686 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 92,606 11,576 Total ,569 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film t hitung = = 17,313 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan)
24 87 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 17,313 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan laju transmisi uap air edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti. 65
25 Lampiran 7. Uji T dan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik, Persentase Pemanjangan, dan Modulus Elastisitas Edible Film 1. Kuat Tarik Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Kuat Tarik (MPa) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 2,6367 2,6125 2,6246 0,0171 B (6%) 1,8400 1,8650 1,8525 0,0177 C (7%) 1,3800 1,4200 1,4000 0,0283 D (8%) 1,2833 1,3250 1,3042 0,0295 E (9%) 1,2175 1,2500 1,2338 0,0230 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,826-0,909 Kuadratik 0,991-0,995 - Kubik 0,991-0,995 -
26 89 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = -0,333x + 4,014 Nilai R 2 sebesar 0,826 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap kadar air edible film adalah sebesar 82,6% dan sisanya 17,4% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar -0,909 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (kuat tarik edible film) semakin kecil. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi ,032 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 0,467 0,058 Total 9 2,684 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Kuat Tarik Edible Film t hitung = = -6,1636 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) 65
27 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata > t hitung atau -2,31 > -6,1636 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan kuat tarik edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti. 2. Persentase Pemanjangan Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Persentase Pemanjangan (%) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 12, , ,8334 0,2357 B (6%) 14, , ,3125 0,2652 C (7%) 15, , ,6250 0,1768 D (8%) 19, , ,3542 0,0295 E (9%) 21, , , Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti) H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5%
28 91 Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Pemanjangan Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,960 0,980 Kuadratik 0,986 0,993 - Kubik 0,987 0,993 - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = 2,312x + 0,612 Nilai R 2 sebesar 0,960 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap persentase pemanjangan edible film adalah sebesar 96% dan sisanya 4% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar -0,980 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (persentase pemanjangan edible film) semakin besar. Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 106, , ,834 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 4,369 0,546 Total 9 111,322 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai 65
29 Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Persentase Pemanjangan Edible Film t hitung = = 13,8593 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata < t hitung atau 2,31 < 13,8593 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa penambahan sorbitol memiliki keeratan hubungan yang berarti dengan persentase pemanjangan edible film. 3. Modulus Elastisitas Perlakuan (Penambahan Sorbitol (v/v)) Modulus Elastisitas (MPa) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. A (5%) 20, , ,4561 0,5089 B (6%) 12, , ,9466 0,3633 C (7%) 8,9033 9,0159 8,9596 0,0796 D (8%) 6,6378 6,8387 6,7383 0,1421 E (9%) 5,5657 5,7143 5,6400 0,1050 Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dubuat hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis untuk menguji keberartian model regresi H 0 : β = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi tidak berarti)
30 93 H 0 : β 1 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen/model regresi berarti) 2. Hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi H 0 = korelasi tidak berarti H 1 = korelasi berarti Dengan menggunakan α = 5% Perhitungan Analisis Regresi Penambahan Sorbitol terhadap Modulus Elastisitas Edible Film Analisis menggunakan SPSS versi 19 diperoleh: Model Regresi R 2 r Model Regresi yang Dipilih Linier 0,889-0,943 Kuadratik 0,994-0,997 - Kubik 0,994-0,997 - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi yang dipilih adalah model regresi linier. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh persamaan: y = -3,584x + 36,03 Nilai R 2 sebesar 0,889 menyatakan bahwa pengaruh penambahan sorbitol terhadap persentase pemanjangan edible film adalah sebesar 88,9% dan sisanya 11,1% ditentukan oleh variabel lain. Nilai r sebesar -0,943 menyatakan bahwa terdapat korelasi langsung yang sangat kuat, artinya bahwa semakin besar harga X (penambahan sorbitol) akan menyebabkan harga Y (persentase pemanjangan edible film) semakin kecil. 65
31 Tabel Anova Berdasarkan SPSS Versi 19 Diperoleh: Sumber dk JK KT F hitung F 0,5 Sig. Ket. Regresi Regresi 1 256, ,909 64,192 5,32,000 H 0 ditolak Residual 8 32,018 4,002 Total 9 288,327 Kriteria: Tolak H 0 jika F hitung > F tabel Kesimpulan: F hitung > F tabel ; maka H 0 ditolak, jadi model regresi sesuai Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi Penambahan Sorbitol terhadap Modulus Elastisitas Edible Film t hitung = = -8,0056 kaidah pengujian pada α = 0,05: jika jika maka H 0 diterima (tidak signifikan) maka H 0 ditolak (signifikan) Berdasarkan perhitungan di atas, dengan ketentuan tungkat kesalahan α=0,05 dan db = n-2 = 10-2 = 8, dari daftar distribusi untuk uji 2 pihak, didapat = 2,31 Sehingga bisa bernilai 2,31 atau -2,31 Ternyata > t hitung atau -2,31 > -8,0056 Kesimpulan: H 0 ditolak, artinya bahwa antara penambahan sorbitol dengan modulus elastisitas edible film memiliki keeratan hubungan yang berarti.
32 95 Lampiran 8. Matriks Perlakuan Perlakuan Parameter (Penambahan Sorbitol) Ulangan I Ulangan II Rata-Rata Std. Dev. 5% 0,1660 0,1630 0,1645 0,0021 6% 0,1760 0,1830 0,1795 0,0049 Ketebalan 7% 0,1900 0,1910 0,1905 0,0007 (mm) 8% 0,2000 0,2100 0,2050 0,0071 9% 0,2060 0,2100 0,2080 0,0028 Kadar Air (% b.b.) Persentase Kelarutan dalam Air (%) Laju Transmisi Uap Air (g/m 2 per jam) Kuat Tarik (MPa) Persentase Pemanjangan (%) Modulus Elastisitas (MPa) 5% 18, , ,7954 0,3270 6% 21, , ,5226 0,6148 7% 23, , ,0736 0,1418 8% 26, , ,2332 0,2912 9% 28, , ,9808 0,0771 5% 7,5602 7,7011 7,6306 0,0996 6% 9,0126 9,0519 9,0322 0,0278 7% 10, , ,9254 0,1361 8% 13, , ,1416 0,1974 9% 15, , ,6543 0,3806 5% 326, , ,0467 0,9539 6% 338, , ,6508 0,5113 7% 345, , ,9704 1,7662 8% 361, , ,8751 0,0735 9% 382, , ,3326 1,4867 5% 2,6367 2,6125 2,6246 0,0171 6% 1,8400 1,8650 1,8525 0,0177 7% 1,3800 1,4200 1,4000 0,0283 8% 1,2833 1,3250 1,3042 0,0295 9% 1,2175 1,2500 1,2338 0,0230 5% 12, , ,8334 0,2357 6% 14, , ,3125 0,2652 7% 15, , ,6250 0,1768 8% 19, , ,3542 0,0295 9% 21, , , % 20, , ,4561 0,5089 6% 12, , ,9466 0,3633 7% 8,9033 9,0159 8,9596 0,0796 8% 6,6378 6,8387 6,7383 0,1421 9% 5,5657 5,7143 5,6400 0,
33 Lampiran 10. Gambar Edible Film Berbasis Pati Ganyong Edible Film 5% Sorbitol Edible Film 6% Sorbitol Edible Film 7% Sorbitol Edible Film 8% Sorbitol Edible Film 9% Sorbitol
Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan
IV. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:
55 Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: a. Pengukuran Ketebalan Film (McHugh dan Krochta, 1994).
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa Fakultas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian dan (3) Deskripsi Percobaan. 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan-bahan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun
Lebih terperincisampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan
59 60 Lampiran 1.Pengukuran Kandungan Kimia Pati Batang Aren (Arenga pinnata Merr.) dan Pati Temulawak (Curcuma xanthorizza L.) a. Penentuan Kadar Air Pati Temulawak dan Pati Batang Aren Menggunakan Moisture
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Waktu penelitian yakni pada bulan Desember
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.
LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel
Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium, dimana secara garis besar terdiri dari 3 tahap : 1. Tahap 1 yaitu mempersiapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Proses pembuatan edible film khitosan dilakukan melalui proses pelarutan, pemanasan, pengadukan, penyaringan, penuangan larutan pada cetakan, pengeringan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun Analisis
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
1 Lampiran 1. Prosedur dan Hasil Percobaan Pendahuluan A. Karakterisasi Nira Tebu Tujuan : Mengetahui sifat fisik dan kimia nira tebu yang digunakan dalam penelitian Prosedur : 1) Pengujian sifat kimia,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Laboratorium Instrumentasi Hasil Pertanian
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG
STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG Fitri Febianti*, Heni Tri Agline, Fadilah Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciMETODE. Materi. Rancangan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan
19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Lebih terperinciPengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin
4. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan proses ekstraksi gelatin dari bahan dasar berupa cakar ayam broiler. Kandungan protein dalam cakar ayam broiler dapat mencapai 22,98% (Purnomo, 1992 dalam Siregar
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.
19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di
13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses dan Pengolahan Pangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gunung Kidul, Yogyakarta; Laboratorium
Lebih terperinciBAB V RANCANGAN PENELITIAN
BAB V RANCANGAN PENELITIAN 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada percobaan tersaji pada tabel 4 Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Percobaan No. Nama Alat
Lebih terperinciGambar sekam padi setelah dihaluskan
Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciGambar 7 Desain peralatan penelitian
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -
digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciIII. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.
III. METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciLAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisa Sampel
Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :
Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan
14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain rimpang temulawak, sorbitol cair dengan kadar air 25%, maltodekstrin dan karagenan. Selain itu digunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode
III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian, dan (3) Prosedur Penelitian. 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan yang Digunakan Bahan-bahan
Lebih terperinciMATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan
Lebih terperinciOleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D
leh: ANURAGA TANATA YUSA (1407 100 042) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER
Lebih terperinciKentang (Solanum tuberosum L.)
Gambar 1. Kentang (Solanum tuberosum L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar. Tanaman Kentang Tanaman Kentang Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif Timbal dan Kadmium Kadmium Timbal Hasil Analisa Kualitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang
48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Laboratorium Pangan dan Gizi Jurusan Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di
19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di Laboratorium Bioproses dan Pasca Panen dan Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi
Lebih terperinciIII BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN. dan penelitian utama dengan rancangan perlakuan konsentrasi koji Bacillus
33 III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN Bahan dan alat yang digunakan yaitu untuk proses pembuatan tepung, biskuit dan untuk analisis kimia. Metode penelitian terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan uji daya hambat ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan jamur Botryodiplodia
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Uji Kadar Aspal dalam Batuan Uji kadar aspal ini dilakukan dengan mekanisme seperti pada Gambar 4. berikut. Gambar 4. Diagram alir percobaan uji kadar aspal 2 Batuan aspal
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut
22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian, (3) Deskripsi Percobaan. 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan
11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian profil warna, distribusi ukuran partikel, ph, dan kadar air tepung biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Agustus
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012. Adapun laboratorium yang digunakan selama penelitian antara lain Pilot
Lebih terperinciCONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN
CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia
44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan
Lebih terperinciBAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisisnya berupa pemodelan matematika dan statistika. Alat bantu analisisnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Sumber Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Gambar 3. Denah Lokasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan November
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diambil dari hasil penelitian oleh Balia, dkk. (2017) dengan judul Pemanfaatan
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Organ Percobaan Organ percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah hati broiler yang diambil dari hasil penelitian oleh Balia, dkk. (2017)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering varietas pioner kuning (P-21). Jagung pipil ini diolah menjadi tepung pati jagung
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan singkong
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan singkong 41 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati Singkong 42 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif karena tidak dilakukan perlakuan terhadap objek yang diuji (Nazir,
Lebih terperinci