HASIL DAN PEMBAHASAN. Unsur Hara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Unsur Hara"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Unsur Hara Fitoplankton membutuhkan unsur hara makro dan mikro untuk mendukung pertumbuhannya. Besi (Fe) sebagai salah satu unsur hara mikro dalam jumlah kecil berperan dalam sistem enzim dan transfer elektron pada proses sintesis pada alga, namun dalam jumlah berlebihan dapat menghambat fiksasi unsur lainnya. Besi oksida akan menyerap fosfor dan menjebaknya dalam sedimen sehingga menyebabkan terbatasnya ketersediaan fosfor di air (Glass 997). Besi juga mempengaruhi kemampuan organisme untuk mengasimilasi nitrat, baik sebagai cofaktor yang berkaitan dengan enzim atau reduktan (Robert et al. 4). Sebaliknya, nitrogen dan fosfor merupakan unsur hara makro utama yang paling dibutuhkan sehingga sering menjadi faktor pembatas. Unsur hara nitrogen yang dibutuhkan fitoplankton adalah NO -N, NO 3 -N, dan NH 3 -N, sedangkan fosfor dalam bentuk ortofosfat (PO 4 -P). Unsur hara yang diperoleh selama pengamatan pada tiga stasiun dapat dilihat pada Tabel. Total Fe Konsentrasi Fe tertinggi (dalam bentuk total Fe) yang diperoleh dari tiga stasiun pengamatan terdapat pada stasiun I periode yaitu,9 mg/l, sedangkan terendah terdapat pada stasiun II periode 3 yaitu sebesar 4 mg/l. Hasil rataan pengukuran total Fe antara ketiga stasiun pengamatan tertinggi pada stasiun I yaitu,43 mg/l dan terendah pada stasiun II yaitu,8 mg/l (Tabel ). Kisaran nilai ini hampir sama bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badri (4) di Dabo Singkep dengan nilai total Fe berkisar,,5 mg/l. Jika dicermati pola Fe pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan karakter yang relatif berbeda. Konsentrasi total Fe pada kolong tertutup (stasiun I) cenderung lebih besar dibandingkan dengan kolong terbuka (stasiun II dan III). Hal ini diduga erat kaitannya dengan tingginya konsentrasi Fe terlarut (Fe + ). Konsentrasi Fe terlarut tinggi adalah akibat rendahnya alkalinitas pada stasiun I (4,78 mg/l) bila

2 4 dibandingkan dengan stasiun II (8,3 mg/l) dan stasiun III (,745 mg/l) (Lampiran 4). Pada daerah yang selalu tergenang, senyawa Fe biasanya dalam bentuk terlarut (Fe + ) (Hardjowigeno 3). Lebih lanjut dijelaskan Wetzel () bahwa air dengan konsentrasi bicarbonat sangat rendah (soft water) umumnya mengandung konsentrasi Fe + lebih tinggi. Fe + memberi kontribusi besar terhadap Fe terlarut pada danau dimana oksidasi ulang Fe + terjadi saat Cl - dan SO 4 - lebih sedikit dan kontribusi hidroksi terhadap oksidasi Fe + proporsional dengan [OH - ] (MacKay et al. 4). Tabel Kandungan total Fe, nitrogen, dan fosfor per periode di tiga kolong Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Stasiun I II III Periode (ulangan ke-) Fe Nitrogen (mg/l) (mg/l) NO -N NO 3 -N NH 3 -N DIN PO 4 -P (mg/l), ,44,95 37,49,3 3,34,35 7,84,7 4, ,3,5 5,4,3,43,35,9 7,34 4,373,53 Rataan,43 44,9 8,7,84,4 3,4, ,48, ,3, 4, ,3 5,487 4,37 4,74 4,8 8,9 9,9 74 Rataan,8 9, 8,,, ,5, ,,84 3, ,,5 4, ,3 5,5 3,5 3,4,85,38 8,359,45,7 Rataan,83 57, 7,,438

3 5 DIN (Dissolved Inorganic Nitrogen) Nitrogen inorganik terlarut di perairan terdiri dari nitrit-nitrogen (NO -N), nitrat-nitrogen (NO 3 -N), dan amomonia-nitrogen (NH 3 -N). Konsentrasi DIN yang diperoleh dari ketiga stasiun pengamatan tertinggi terdapat pada stasiun I periode 5 yaitu,43 mg/l, sedangkan terendah terjadi pada stasiun II periode yaitu mg/l. Hasil rataan pengukuran DIN antara ketiga stasiun pengamatan berkisar antara,,7 mg/l. Tertinggi pada stasiun I yaitu sekitar,7 mg/l dan terendah pada stasiun II yaitu, mg/l (Tabel ). Tingginya nilai DIN ini diduga karena adanya sumbangan yang besar dari nitrat (NO 3 -N) sebagai salah satu penyusun DIN. Kelarutan NO 3 -N merupakan penyumbang utama masuknya nitrogen pada badan air tawar (Mason 98). Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada korelasi antara penggunaan pupuk N dengan konsentrasi rataan tahunan N pada sungai. Konsentrasi rataan DIN yang bervariasi selama pengamatan di ketiga stasiun (I, II dan III) diduga terjadi karena ketiga kolong memiliki karakter yang berbeda. Stasiun I merupakan kolong berusia lebih dari tahun dan tertutup (tidak memiliki inlet dan outlet) sehingga bahan organik dan inorganik banyak yang tertahan; stasiun II merupakan kolong berusia kurang dari tahun dan terbuka (memiliki inlet dan outlet) serta stasiun III adalah kolong berusia lebih dari tahun dan terbuka. Kondisi ini diduga menyebabkan unsur hara yang terdapat pada stasiun II dan III ikut keluar seiring dengan keluarnya air kolong. Hal ini terlihat dari nilai DIN yang jumlah konsentrasinya lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi total DIN pada stasiun I. Nitrogen Nitrit (NO -N) Konsentrasi nitrogen nitrit (NO -N) yang diperoleh dari ketiga stasiun pengamatan tertinggi terjadi pada stasiun I periode dan stasiun III periode yaitu,95 mg/l, sedangkan terendah terjadi pada stasiun I periode 5 sebesar mg/l. Sedangkan hasil rataan pengukuran NO -N antara ketiga stasiun pengamatan berkisar 9 57 mg/l. Tertinggi pada stasiun III yaitu sekitar 57 mg/l dan terendah pada stasiun II yaitu 9 mg/l (Tabel ).

4 Jika dicermati pola NO -N pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan karakter yang relatif berbeda. Konsentrasi NO -N pada kolong tua (stasiun I dan III) cenderung lebih besar dibandingkan dengan kolong muda (stasiun II). Nitrogen Nitrat (NO 3 -N) Konsentrasi nitrogen nitrat (NO 3 -N) yang diperoleh dari ketiga stasiun pengamatan tertinggi terjadi pada stasiun I periode 5 yaitu,3 mg/l, sedangkan terendah terjadi pada stasiun II periode dan III periode dan periode yaitu sebesar 3 mg/l. Sedangkan hasil rataan pengukuran NH 3 -N antara ketiga stasiun pengamatan berkisar antara,,9 mg/l. Tertinggi pada stasiun I yaitu sekitar,9 mg/l dan terendah pada stasiun II yaitu, mg/l (Tabel ). Jika dicermati pola NO 3 -N pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan karakter yang relatif berbeda. Konsentrasi NO 3 -N pada kolong tertutup (stasiun I) cenderung lebih besar dibandingkan dengan kolong terbuka (stasiun II dan III). Hal ini diduga perairan kolong tersebut juga mendapatkan input nitrat dari dari tanah pertanian, air tanah, dan limbah (Reynold 984). Nitrogen Ammonia (NH 3 -N) Konsentrasi NH 3 -N yang diperoleh dari ketiga stasiun pengamatan tertinggi terjadi pada stasiun II periode dan stasiun III periode yaitu 53 mg/l, sedangkan terendah terjadi pada stasiun II periode 4 yaitu mg/l. Hasil rataan pengukuran NH 3 -N antara ketiga stasiun pengamatan berkisar 8 7 mg/l. Tertinggi pada stasiun III yaitu sekitar 7 mg/l dan terendah pada stasiun I dan II yaitu 8 mg/l (Tabel ). Jika dicermati pola NH 3 -N pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan karakter yang relatif berbeda. Konsentrasi NH 3 -N pada kolong tua dan terbuka (stasiun III) cenderung lebih besar dibandingkan dengan kolong muda yang terbuka (stasiun II) atau dengan kolong tua tertutup (stasiun I).

5 7 Ortofosfat (PO 4 -P) Konsentrasi PO 4 -P yang diperoleh dari ketiga stasiun pengamatan tertinggi terjadi pada stasiun III periode yaitu,84 mg/l, sedangkan terendah terjadi pada stasiun III sebesar 3 mg/l. Sedangkan hasil rataan pengukuran PO 4 -P antara ketiga stasiun pengamatan berkisar antara,,438 mg/l. Tertinggi pada stasiun III yaitu,438 mg/l dan terendah pada stasiun II yaitu, mg/l (Tabel ). Jika dicermati pola PO 4 -P pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan karakter yang relatif berbeda. Konsentrasi PO 4 -P pada kolong tua dan terbuka (stasiun III) cenderung lebih besar dibandingkan dengan kolong muda terbuka (stasiun II) atau atau dengan kolong tua tertutup (stasiun I). Secara umum, konsentrasi rataan ortofosfat yang ditemukan di tiga stasiun menunjukkan karakteristik yang kontradiksi dengan konsentrasi rataan NO 3 -N, karena saat konsentrasi ortofosfat tinggi, konsentrasi NO 3 -N rendah. Hal ini diduga karena total Fe yang cukup tinggi berpengaruh terhadap konsentrasi ortofosfat pada stasiun I. Holtz et al. (99) membuktikan pada percobaan di laboratorium bahwa penambahan Fe sulfat efektif menurunkan total fosfat 4 sampai %. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Fe akan menjebak fosfat dalam bentuk floc dan mengendap pada sedimen perairan. Fe(OH) 3 terlarut pada kolom air akan menyerap P dan menjebaknya pada sedimen (Glass 997). Rasio Fe : P diharapkan dapat menjelaskan hubungan Fe dengan P. Rasio rataan Fe : P yang didapat selama pengamatan adalah stasiun I > (,4), stasiun II < (,) dan stasiun III < (,5). Pada oksidasi hidrolisis Fe dan presipitasi fosfat, minimum dibutuhkan atom Fe untuk mengikat molekul fosfat (Fe : P = ). Sebagian besar danau memiliki rasio Fe : P >, bila Fe : P > maka fosfat terlarut akan terikat dalam bentuk partikel (Blomqvist et al. 4). Mencermati hasil yang diperoleh dari rataan DIN (NO -N, NO 3 -N, dan NH 3 -N) dan ortofosfat, konsentrasi tertinggi rataan DIN terjadi di stasiun I, sedangkan ortofosfat terjadi di stasiun III (Gambar ). Sebenarnya pada stasiun I yang merupakan kolong tua dan tidak berhubungan, diharapkan unsur DIN dan ortofosfat akan lebih tinggi dibanding stasiun II dan III, karena padatan tersuspensi yang masuk

6 8 ke perairan kolong tersebut cukup tinggi akibat masukan bahan organik dan inorganik dari daratan dan tertahan. Namun, kenyataannya terjadi kontradiksi karena pada stasiun ini diperoleh konsentrasi ortofosfat relatif kecil. Hal ini diduga karena adanya pengaruh konsentrasi total Fe yang cukup tinggi. Keadaan ini sejalan dengan kelimpahan sel dan keragaman fitoplankton yang ditemukan, dimana tertinggi terjadi pada stasiun I. Meningkatnya DIN pada stasiun I diduga adanya pengaruh dari beberapa faktor lingkungan seperti ph dan kandungan bahan organik relatif lebih tinggi dari stasiun lainnya (Lampiran 3). Goldman dan Horne (983) mengemukakan ketersediaan ortofosfat di perairan ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan antara lain alkalinitas, ph dan kandungan bahan organik. % 9% 8% persentase 7% % 5% 4% % % %.9 % St. St. St.3 stasiun Fe NO-N NO3-N NH3-N PO4-P Gambar Komposisi Fe, nitrogen dan fosfor pada tiga kolong di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Konsentrasi unsur hara N-P yang ditemukan di lokasi penelitian secara umum cukup tinggi. Dikemukakan Seller dan Markland (987), konsentrasi nitrogen dan fosfor yang melebihi kandungan ppm untuk fosfor dan,3 ppm untuk nitrogen akan menyebabkan terjadinya blooming fitoplankton. Unsur hara NO 3 -N yang ditemukan umumnya lebih tinggi dari NO -N dan NH 3 -N, hal ini karena NO 3 -N lebih banyak dijumpai baik dalam kondisi aerob dan diserap fitoplankton dari pada NO -N dan NH 3 -N. Nitrat merupakan nitrogen utama di perairan dan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan alga lainnya. Kandungan fosfor di perairan

7 9 sering menjadi faktor pendorong terjadinya dominasi fitoplankton. Dalam penelitian ini kandungan fosfor cukup tinggi, dan terjadi dominasi fitoplankton terutama dari kelas Chloro. Rasio N dan P Rasio nitrogen dan fosfor juga merupakan salah satu faktor yang menentukan dominansi fitoplankton di suatu perairan selain konsentrasi unsur hara tersebut. Rasio massa nitrogen meliputi: NO -N, NO 3 -N, dan NH 3 -N serta PO 4 -P. NO -N merupakan bentuk peralihan dari NH 3 -N dan NO 3 -N, sedangkan NO 3 -N merupakan nitrogen utama di perairan dan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan alga lainnya. NH 4 -N adalah hasil akhir dari proses nitrifikasi (denitrifikasi). Sedangkan fosfat dalam bentuk ortofosfat di perairan digunakan untuk pertumbuhan fitoplankton, karena sering menjadi faktor pembatas di perairan. Rasio N : P yang diperoleh pada tiga stasiun terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rasio massa nitrogen dan fosfor perperiode di tiga kolong Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Periode Stasiun I II III,5 :, :, :,9 :, :,3 : 3, :, :,3 : 4,9 :,3 :,4 : 5,8 :,7 :,3 :,4 : 3,9 :, : Rataan,7 :, :,5 : Rasio N : P pada ketiga stasiun pengamatan dengan enam kali ulangan umumnya relatif sama (Tabel 3), kecuali pada stasiun II periode 5 yaitu dengan rasio,7 N : P. Berdasarkan hasil pengamatan rataan rasio N : P tertinggi pada stasiun I yaitu,7 N : P dan terendah terjadi pada stasiun III yaitu,5 N : P. Jika dicermati rasio N : P yang ditemukan selama penelitian sangat kecil (< ). Hal ini disebabkan adanya penambahan unsur hara nitrogen dan fosfor yang

8 3 berlebihan dan tidak seimbang di perairan, terutama kandungan ortofosfat yang diperoleh sangat tinggi. Selain itu juga mungkin adanya pemanfaatan nitrogen yang besar oleh fitoplankton. Grahame (987) mengemukakan, rasio antara nitrogen dan fosfor yang diperlukan berkisar antara : sampai : dan penambahan nitrogen dapat meningkatkan alga. Selanjutnya dijelaskan Person et al. (977) dan Mason (98) bahwa bila N : P lebih rendah atau lebih tinggi dari : menyebabkan perubahan tipe produsen. Rasio N : P yang ditemukan di perairan kolong selama penelitian semuanya lebih kecil dari (<), tetapi nilai konsentrasi nitrogen yang ditemukan selama penelitian cukup tinggi, sehingga memungkinkan rasio N : P di perairan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton yang ditemukan selama penelitian cukup tinggi tetapi tidak sampai melimpah (blooming). Akan tetapi ada jenis fitoplankton tertentu yang banyak dijumpai dan mendominasi selama penelitian yaitu dari jenis Cloro. Berdasarkan nilai rasio yang didapat, nitrogen merupakan faktor pembatas perairan kolong, sedangkan ortofosfat bukan merupakan faktor pembatas karena rata-rata nilai yang diperoleh tinggi. Hubungan Total Fe dengan DIN dan PO 4 -P Untuk melihat seberapa jauh tingkat keeratan hubungan linier yang terjadi antara DIN dan PO 4 -P dengan total Fe, maka dilakukan analisis koefisien korelasi Pearson. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, terdapat korelasi yang cukup erat dan signifikan antara DIN dan PO 4 -P pada stasiun I (84,%; p<5%) dan stasiun III (98,4%;p<5%), sedangkan pada stasiun II (-79,7%;p>5%) korelasinya cukup erat tapi kurang signifikan (Lampiran ). Korelasi yang cukup erat antara DIN dan PO 4 -P pada ketiga stasiun diduga karena nitrogen dan fosfor merupakan unsur utama untuk pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara makro (C, H, O, N, S, P, Mg, Ca, Na dan Cl) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Mo, V dan Co

9 3 (Reynolds 984). Diantara unsur hara tersebut, unsur hara N dan P biasanya sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton di perairan alami. Dari fungsi regresi regresi linier berganda didapat nilai R pada stasiun I, II dan III (38,%; 9,7%;,7%) cukup kecil artinya kemampuan peubah DIN dan PO 4 -P untuk menduga konsentrasi Fe cukup kecil. N dan P memiliki sifat yang berbeda, dimana anion nitrat akan tercuci bila tidak terpakai oleh tanaman, sedangkan P akan diendapkan oleh Fe 3+, Ca dan Al yang kemudian dilepas secara perlahan (Mason 98). Hasil analisis sidik ragam stasiun I, II dan III menunjukkan bahwa konsentrasi DIN dan PO 4 -P tersebut tidak secara nyata mempengaruhi konsentrasi total Fe (P>5). Hal ini diduga ada pengaruh rendahnya alkalinitas yang didapat selama pengamatan (<4 mg/l). Air dengan konsentrasi bicarbonat sangat rendah (soft water) umumnya mengandung konsentrasi Fe + lebih tinggi (Wetzel ) dan sering terjadi perubahan ph (Effendi 3). Struktur Komunitas Fitoplankton Komposisi Jenis Fitoplankton Berdasarkan hasil pengamatan, fitoplankton yang ditemukan di tiga perairan kolong adalah sebanyak 5 genera yang mewakili kelas, yaitu Cyano 3 genera (%), Eugleno genera (8%), Cryso genera (4%), Chloro genera (4%), Bacillario genera (8%), dan Dino genera (4%). Komposisi fitoplankton ini tersebar di tiga stasiun pengamatan, yaitu: sebanyak 3 genera dari kelas pada stasiun I, genera dari kelas pada stasiun II dan 5 genera dari kelas pada stasiun III. (Tabel 4; Lampiran 3). Tetapi berdasarkan jumlah kelimpahan individu per genera terbanyak adalah dari kelas Chloro. Reynolds (984) menyatakan bahwa saat konsentrasi P menurun, Diatom, Dino, dan Chloro akan terbantu, sedangkan Cyno akan menurun. Welch dan Lindell (98) menyatakan komposisi jenis fitoplankton yang umum dijumpai pada perairan tawar terdiri dari lima kelompok besar yaitu fillum Cyanophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, dan Euglenophyta. Kelas

10 3 Chloro dan Cyano merupakan jenis yang paling dominan di perairan tawar tergenang. Komunitas fitoplankton perairan tergenang (khususnya perairan tawar seperti danau, waduk dan kolam) cenderung didominasi oleh genera-genera fitoplankton dari kelas Chloro dan Cyano (Seller dan Markland 987). Tabel 4 Jumlah genera fitoplankton per periode di tiga kolong Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Kelas Fitoplanton Stasiun Periode Cyano Eugleno Cryso Chloro Bacillario Dino 3 4 I Subtotal 3 4 II III Subtotal Subtotal Total Tabel 4 memperlihatkan perbedaan komunitas fitoplankton antar stasiun, dan spesies yang teridentifikasi tertinggi selama enam periode terjadi pada stasiun III. Hal ini diduga karena stasiun III merupakan kolong tua dan bersifat terbuka menerima masukan air dari anak sungai dan rawa yang diduga ikut juga membawa jenis fitoplankton tertentu sehingga memungkinkan di stasiun ini komposisi spesiesnya relatif tinggi. Selain itu, konsentrasi rataan PO 4 -P tertinggi yang

11 33 diperoleh dari ketiga stasiun pengamatan terjadi pada stasiun III (,438 mg/l). Fosfor sering dikenal sebagai faktor pembatas pada perairan tawar (Schindler 978). Lebih lanjut dijelaskan Sterner (4) bahwa hasil optimal pertumbuhan alga akan diperoleh dari kombinasi P dan Fe. Kelimpahan Fitoplankton Kelimpahan fitoplankton yang ditemukan di ketiga stasiun berbeda dimana secara keseluruhan total kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 3.43 individu/l dan terendah pada stasiun II yaitu sebesar 779,4 individu/l (Lampiran 3). Tingginya kelimpahan fitoplankton di stasiun I dan stasiun III disebabkan karena tingginya konsentrasi unsur hara yang terdapat pada daerah tersebut dibandingkan dengan stasiun II (Lampiran ). Stasiun I dan III termasuk kolong tua karena berusia lebih dari tahun. Unsur hara perairan kolong sangat tergantung pada usia dan tipe kolong (Unsri 999). Nybakken (988) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dapat digunakan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang. Kelimpahan total fitoplankton pada stasiun I sebesar 3.43 individu/l terbanyak diwakili oleh kelas Chloro dan Cyano. Diikuti stasiun III, kelimpahan total fitoplankton sebesar 53.7 individu/l diwakili oleh kelas Chloro dan Cyano. Di stasiun II kelimpahan total fitoplankton sebesar 779,4 individu/l paling banyak diwakili oleh kelas Chloro dan Dino (Tabel 5). Komposisi fitoplankton pada kolom air yang selalu berubah-ubah dipengaruhi oleh kemampuan fitoplankton dalam memanfaatkan unsur hara. Perubahan dominasi dan kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan disebabkan karena adanya perubahan kondisi fisik kimia perairan (Goldman dan Horne 983). Struktur komunitas fitoplankton mengalami perubahan dari tempat dan waktu ke waktu. Perubahan tersebut akan mencerminkan perkembangan komunitas secara keseluruhan, baik keragaman maupun produktivitas. Variasi maupun perubahan komunitas tersebut tidak lain karena adanya pengaruh faktor-faktor lingkungan.

12 34 Tabel 5 Nilai rata-rata kelimpahan (Ind/l) per periode kelas fitoplankton di perairan kolong Kelas Fitoplanton Stasiun Periode Cyano Eugleno Chryso Chloro Bacillario Dino 3., 8. 34, 7, 7.5, 3.85, 3, 3.98,, I 3.4,,.8, , 4.4, 354, , 3.,.5,.59, 4, 7.8, 4.459, 84 4, Subtotal 5.75, 5.44, 4, 34.7, 4, 8.8, 8,4 9, 5,8 4, 4, 58,,8 55,8,4 II 3, 7, 7, 5,4 4 45,, 3, 59,, 3, 5,, 84,,, 4, Subtotal 7,8,8 75, 457,,4 74,.48,.74,.4,.4, 34, 5.83, 3.8,, 4, 5,, III 3.3, 3.8,, 7, 4 8.,.4, 9. 8,., 5 354, 9 4, 4,,, 4.4,.394, 3, 4, 3, Subtotal.55, 7.4, 33, 9., 4, 3.438, Secara umum, hasil dari enam kali pengamatan pada tiga stasiun menunjukkan kelimpahan fitoplankton tertinggi terjadi pada stasiun I. Hal ini diduga karena stasiun I merupakan kolong tua dan bersifat tertutup sehingga masukan unsur banyak yang terperangkap dan menumpuk dalam kolom air. Rataan kandungan unsur hara terutama nitrat pada stasiun I relatif lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun II dan III, yaitu:,9 mg/l NO 3 -N. Nutrien anorganik utama yang dibutuhkan fitoplankton bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah nitrogen dalam bentuk nitrat (Nybakken 988). Demikian juga ph yang berkisar antara,83-7,4, dan rataan konsentrasi oksigen terlarut,83 mg/l, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton lebih baik pada stasiun ini. Kelimpahan fitoplankton terendah terjadi pada stasiun II. Hal ini terjadi karena stasiun II merupakan kolong muda dan bersifat terbuka sehingga kandungan unsur hara nitrogen dan fosfor relatif lebih rendah dibandingkan dengan kolong tua (stasiun

13 35 I dan III). Rataan kandungan unsur hara nitrogen dan fosfor pada stasiun II yaitu: 9 mg/l NO -N;, mg/l NO 3 -N; 8 mg/l NH 3 -N;, mg/l DIN dan, mg/l PO 4 -P. Demikian juga ph yang berkisar antara,-,9 dan rataan konsentrasi oksigen terlarut,4 mg/l, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton lebih rendah pada stasiun ini. % % persentase % 4% % % St. St. St. 3 stasiun Cyano Eugleno Chryso Chloro Bacillario Dino Gambar 7 Kelimpahan Genera Fitoplankton pada tiga kolong di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Terjadinya perbedaan kelimpahan fitoplankton antar stasiun selama pengamatan karena dimungkinkan adanya perbedaan dari beberapa faktor fisika-kimia air, seperti kekeruhan, oksigen terlarut, karbon dioksida, dan unsur hara (Lampiran dan ). Bila diperhatikan pada Tabel 5 terlihat sangat jelas dominasi Chloro pada semua stasiun dan tiap periode pengamatan. Jenis yang dominan dan sering muncul sepanjang waktu pengamatan adalah Staurastrum sp. dan Ankistrodesmus sp. (Lampiran 3). Dominasi kuat genera Chloro terjadi karena diketahui jenisjenis ini menyebar pada perairan yang masih mendapat cukup cahaya dan unsur hara. Chlorococcales mendominasi saat suplai nitrat dan ammonium masih tinggi (Reynold 984).

14 3 Indeks Biologi fitoplankton Indeks biologi adalah untuk mengevaluasi suatu komunitas fitoplankton yang ditemukan di suatu perairan. Indeks biologi yang dianalisis dalam penelitian meliputi Indeks Keanekaragaman (H ) yang menunjukkan kekayaan jenis, Indeks Keseragaman (E) yang menunjukkan keseragaman sebaran individu dalam suatu komunitas dan Indeks Dominansi (C) yang menunjukkan jumlah individu suatu jenis yang paling banyak ditemukan dalam komunitas dan kelimpahan. Tabel menunjukkan bahwa nilai rataan Indeks Keanekaragaman (H ) antara ketiga stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rataan Indeks Keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar,, sedangkan terendah terdapat pada stasiun II yaitu,3. Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon- Weaver, keanekaragaman dan kestabilan komunitas ketiga perairan kolong (<,3) termasuk dalam katagori rendah dengan jumlah jenis rendah dan pemerataan penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah. Nilai rataan Indeks Keseragaman (E) antara ketiga stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rataan keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar,7 dan terendah terdapat pada stasiun II yaitu,3. Berdasarkan Indeks Keseragaman Odum (97), penyebaran jumlah individu setiap spesies pada ketiga perairan kolong (mendekati,) dapat dikatakan sama atau tidak jauh berbeda. Berdasarkan nilai rata-rata Indeks Dominasi (C), antara ketiga stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata dominasi tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar,4 dan terendah terdapat pada stasiun III yaitu,8. Berdasarkan Indeks Dominasi Simpson, tidak ada spesies tertentu yang mendominasi spesies lainnya dan struktur komunitas fitoplankton pada ketiga perairan kolong (mendekati ) dalam keaadan stabil (Odum 97). Berdasarkan nilai rata-rata Indeks Dominasi (C), antara ketiga stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata dominasi tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar,4 dan terendah terdapat pada stasiun III yaitu,8. Berdasarkan Indeks Dominasi Simpson, tidak ada spesies tertentu yang mendominasi spesies

15 37 lainnya dan struktur komunitas fitoplankton pada ketiga perairan kolong (mendekati ) dalam keaadan stabil (Odum 97). Tabel Indeks biologi fitoplankton pada tiga kolong pengamatan di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka. Stasiun I II III Periode Indeks Biologi H E C,9,,3,9,5,53,47,7,8,3,93,3,47,7,7,53,74,5 Rata-rata,58,7,3,8,73,5,54,79,3 3,75,47,4 4,35,59,3 5,7,5,37,77,55, Rata-rata,3,3,4,,7,,97,79,7 3,5,75,5 4,47,7,8 5,55,3,35,8,5,4 Rata-rata,,9,8 Berdasarkan nilai rata-rata Indeks Dominasi (C), antara ketiga stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata dominasi tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar,4 dan terendah terdapat pada stasiun III yaitu,8. Berdasarkan Indeks Dominasi Simpson, tidak ada spesies tertentu yang mendominasi spesies lainnya dan struktur komunitas fitoplankton pada ketiga perairan kolong (mendekati ) dalam keaadan stabil (Odum 97). Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3), genera Staurastrum sp. (34%) dari kelas Choloro, Oscillatoria sp. (%) dari kelas Cyano, Ankistrodesmus sp. (%) dari kelas Choloro, Trachelomonas sp. (%) dari

16 38 kelas Eugleno, dan Peridinium sp. dari kelas Dino merupakan penyusun utama komunitas fitoplankton di seluruh lokasi penelitian baik di stasiun I, II dan III. Kombinasi nutrien terlarut dengan kelimpahan fitoplankton yang rendah akan membuat pertumbuhan alga lambat, sehingga komunitas didominasi oleh spesies yang rendah angka pertumbuhan maksimalnya (Robert et al. 4). Biomass (klorofil-a) Klorofil-a adalah katalisator fotosintesis yang penting dan terdapat di alam sebagai pigmen hijau dalam semua jaringan tubuh tumbuhan berfotosintesis. Keadaan ini membuat klorofil-a berfungsi sebagai pigmen utama penyerap cahaya dalam proses fotosintesis. Unsur hara memegang peranan penting dalam peningkatan pertumbuhan dan produksi fitoplankton yang nantinya akan berimbas pada peningkatan klorofil-a di perairan. Disamping unsur hara makro yang dibutuhkan sebagai kontrol produksi, juga sangat diperlukan unsur hara mikro sebagai salah satu faktor penting untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton. Konsentrasi chlorofil-a cenderung meningkat dengan penambahan nutrien (Hansson 4). Berdasarkan hasil pengamatan pada tiga stasiun, konsentrasi klorofil-a untuk setiap periodenya relatif sama (Tabel 7). Nilai klorofil tertinggi diperoleh pada stasiun II periode 5 sebesar,3 mg/l dan terendah pada stasiun III periode yaitu, mg/l. Sedangkan rataan biomass tertinggi terjadi pada stasiun II yaitu 3 mg/l dan terendah terjadi pada stasiun III yaitu 9 mg /l. Berdasarkan kandungan klorofil-a ( 4 mg/l) yang didapat, maka perairan kolong dikatagorikan sebagai perairan tipe oligotrofik. Welch (98) menyatakan selain untuk menduga biomass alga, klorofil juga dapat digunakan untuk menentukan kesuburan perairan. Kisaran jumlah klorofil-a 4 mg/l merupakan ciri perairan oligotrofik; 5 mg/l merupakan perairan mesotrofik; dan mg/l merupakan perairan tipe eutrofik. Berdasarkan hal tersebut di atas, diduga ada keterkaitan biomass dengan kelimpahan fitoplankton dari kelas Chloro seperti Staurastrum sp. dan

17 39 Ankistrodesmus sp. yang mendominasi kelimpahan fitoplankton pada semua stasiun pengamatan maupun per periode. Tabel 7 Nilai konsentrasi klorofil-a fitoplankton per periode pada tiga kolong pengamatan di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Klorofil-a Stasiun Periode (mg/l) 3 I 4 5 Rataan 3 II Rataan 3 3 III 4 5 Rataan 9 Produktivitas Primer Fitoplankton Hasil perhitungan produktivitas primer dari setiap periode menunjukkan bahwa nilai produktivitas primer kotor dan nilai produktivitas primer bersih cukup rendah. Hal ini diduga ada pengaruh dari perifiton yang banyak dijumpai pada dasar perairan kolong yang dangkal. Vadeboncoeur et al. (3) dalam Sigee (5) menyatakan bahwa pada danau oligotrofik Grennland yang dangkal, perifiton (alga bentik) menyumbang 8-9% produktivitas primer. Produktivitas primer fitoplankton pada

18 4 tiga kolong di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Produktivitas primer pada stasiun I selama penelitian berkisar antara -5, mgc/m 3 /jam (periode 4 dan 5) sampai 9,37 mgc/m 3 /jam (periode 3), stasiun II berkisar antara -8,75 mgc/m 3 /jam (periode 4 dan 5) sampai 4,37 mg/cm 3 /jam (periode 3), dan stasiun III berkisar antara -,5 mgc/m 3 /jam (periode ) sampai 4,88 mg/cm 3 /jam (periode ). Rataan nilai produktivitas primer pada stasiun I adalah,3 mg/cm 3 /jam, stasiun II adalah -8,3 mg/cm 3 /jam dan stasiun III adalah 5, mg/cm 3 /jam. Tabel 8 Nilai produktivitas primer per periode pada tiga kolong pengamatan di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Stasiun Periode Produktivitas Primer Kotor (mgc/m 3 / jam) I II III ,75 3,3-3,75 3,75 3,75 Produktivitas Primer Bersih (mgc/m 3 / jam) -,87 3,3-3,3 8,75 8,75 3, Rataan,77,4 48,3 48,3 3, , 7,3 4-3,75 5, 5-3,75 5,,88 Rataan 5, 94 4, -,3,3-4, ,3 4-3,3-5,3 5 -,5 -,5 -,5,5 Rataan -8,9-3,9

19 4 Jika diperhatikan, rataan produktivitas primer kotor (FK) stasiun I dan III relatif lebih besar dari rataan produktivitas primer kotor (FK) stasiun II, sedangkan pada stasiun II rataan nilai produktivitas primer bersih (FB) relatif lebih besar daripada stasiun I dan III. Hal ini juga erat kaitannya dengan karakteristik kolong dimana stasiun II merupakan kolong baru dan bersifat terbuka sehingga kandungan unsur hara (Lampiran ) dan kelimpahan fitoplankton relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan dengan stasiun I dan III. Tingginya unsur hara yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peran unsur hara terhadap peningkatan produktivitas primer perairan, terutama fosfor. Beberapa periode pengamatan memperoleh nilai produktivitas primer negatif karena hasil fotosintesis tidak seimbang dengan respirasi. Seringkali daerah-daerah yang memiliki kelimpahan fitoplankton yang tinggi selalu diikuti dengan produktivitas primer yang tinggi. Namun pada penelitian ini, kelimpahan fitoplankton tertinggi terjadi pada stasiun I (Lampiran 3). Ternyata produktivitas primer tertinggi terjadi pada stasiun III (Tabel 8). Hal terjadi karena adanya kontribusi dari fitoplankton-fitoplankton yang berukuran kecil seperti Ultraplankton (< µm) dan Nanoplankton ( µm). Menurut Kaswadji et al. (993) penyumbang terbesar produktivitas primer di perairan adalah dari fitoplankton berukuran Ultraplankton yang menyumbang sebesar 5,%. Dikatakan juga hal ini terjadi akibat dari beberapa hal seperti dari ukuran nanoplankton dan ultraplankton yang sangat kecil sehingga tidak tertangkap oleh jaring plankton yang digunakan pada saat pengamatan. Hubungan Unsur Hara dengan Kelimpahan Fitoplankton Hubungan antara kelimpahan fitoplankton terhadap masing-masing unsur hara dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dari hasil analisis menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat antara Fe, DIN dan PO4-P dengan kelimpahan fitoplankton pada stasiun I (R = 83,4%), stasiun II (R = 97,%) dan stasiun III (R = 57,3%). Selanjutnya pengaruh unsur hara Fe, DIN dan PO4-P terhadap kelimpahan fitoplankton pada stasiun I dan III menunjukkan bahwa

20 4 adalah kurang nyata (p>5), sedangkan pada stasiun II adalah sangat nyata (p<5) (Lampiran 7). Hubungan Unsur Hara dengan Produktivitas Primer Bersih (NPP) Hubungan antara produktivitas primer bersih terhadap masing-masing unsur hara dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat antara Fe, DIN dan PO4-P dengan NPP pada stasiun II (R = 79,%) dan stasiun III (R = 57,3%) serta lemah pada stasiun I (R =,%). Selanjutnya stasiun I dan II menunjukkan bahwa pengaruh unsur hara Fe, DIN dan PO4-P terhadap kelimpahan fitoplankton adalah kurang nyata (p>5), sedangkan pada stasiun III adalah sangat nyata (p<5) (Lampiran 8). Nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa regresi linier (Lampiran 7 dan 8) dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara unsur hara Fe, DIN (nitrat, nitrit dan ammonia) dan PO 4 -P dengan kelimpahan dan produktivitas primer fitoplankton. Parson et al. (984) menyatakan ketersediaan unsur hara pada suatu perairan bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas primer fitoplankton. Namun, secara statistik ternyata ada korelasi yang erat antara DIN dan PO 4 -P (stasiun I = 84,%; p-value<5; stasiun II = - 79,7%; p-value>5; dan stasiun III = 98,4%; p-value<5) dengan kelimpahan fitoplankton. Evaluasi Kualitas Air pada Tiga Kolong di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Evaluasi kualitas air kolong yang didapat selama pengamatan dapat dilakukan dengan metode STORET atau sistem kriteria tertinggi, sedang, dan terendah tanpa menggunakan baku mutu air yang telah ditetapkan. Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air yang umum dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency). Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas

21 43 air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya yang tetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Gambar 8 Tingkat kualitas air menurut baku mutu air kelas II pada tiga kolong di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka Hasil analisis metode STORET, kualitas air pada tiga kolong di Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka masuk dalam katagori tercemar sedang (Gambar 8). Total Fe dan NH 3 -N memberikan kontribusi yang besar terhadap kualitas perairan ketiga kolong tersebut (Lampiran 9). Sedangkan berdasarkan kriteria, tertinggi terjadi pada stasiun I (37), dan terendah pada stasiun II (3) (Lampiran ). Bila dilihat dari pola analisis metode STORET dan kriteria, diketahui bahwa usia dan tipe kolong sangat berpengaruh terhadap kualitas perairan kolong, dimana kolong tua dan tertutup konsentrasi bahan-bahan organik dan anorganik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kolong tua terbuka atau kolong muda terbuka. Bennet (97) menyatakan bahwa saat bekas galian tambang digenangi air, mineral sulfur, besi dan mineral lainnya akan terlarut dan menjadikan perairan tersebut sangat asam sehingga tidak cocok untuk pertumbuhan organisme akuatik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan bertambahnya usia perairan tersebut, tingkat keasamannya semakin berkurang dimana asam sulfid akan disangga oleh deposit batuan kapur atau

22 44 sumber karbonat lainnya atau run off dari daratan sekelilingnya yang akan menghanyutkan mineral tersebut. Pemanfaatan Kolong Pemanfaatan kolong di Bangka Belitung untuk perikanan belum optimal. Berdasarkan data Statistik Perikanan Budidaya Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, produksi perikanan kolong tahun adalah 7,9 ton (produktivitas 3,8 ton/ha) dengan luas areal 8,98 ha dari total luas.7,5 ha atau baru dimanfaatkan sekitar 5%. Dalam memanfaatkan kolong tersebut, perlu dilihat apakah kolong tersebut layak atau tidak untuk kegiatan perikanan budidaya. Berdasarkan hasil penelitian ini, kolong yang layak untuk kegiatan perikanan budidaya adalah kolong tua dan bersifat terbuka. Kolong tertutup dikuatirkan kandungan logam terlarut masih cukup tinggi. Pada kolong tua terbuka, kandungan unsur hara nitrogen dan fosfor yang dibutuhkan oleh fitoplankton sebagai salah satu sumber pakan alami ikan lebih baik daripada kolong tertutup, baik yang berusia muda atau pun tua. Kandungan logam Fe pada kolong terbuka cenderung lebih rendah daripada kolong tertutup.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut sampai PT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold 1 I. PENDAHULUAN Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di suatu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Penambangan Timah dan Kolong

TINJAUAN PUSTAKA Penambangan Timah dan Kolong TINJAUAN PUSTAKA Penambangan Timah dan Kolong Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain serta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen) 2.1.1. Sumber DO di perairan Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di ekosistem perairan rawa. Perairan rawa merupakan perairan tawar yang menggenang (lentik)

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN SAHABUDDIN PenelitiPada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan Dipresentasikan pada Kuliah umum Praktik Lapang Terpadu mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Morotai yang terletak di ujung utara Provinsi Maluku Utara secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Primer

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Primer TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Primer Produktivitas primer merupakan laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya akan energi dan berasal dari senyawa anorganik. Pada umumnya produktivitas primer

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Danau merupakan perairan tergenang yang berada di permukaan tanah, terbentuk akibat proses alami atau buatan. Danau memiliki berbagai macam fungsi, baik fungsi

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin)

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin) II. TELAAH PUSTAKA Chrysophyta merupakan salah satu divisio fitoplankton. Fitoplankton dikelompokkan ke dalam lima divisio yaitu Chrysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Euglenophyta. Semua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Oseanografi. Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Oseanografi. Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Oseanografi Suhu Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di seluruh kedalaman kolom air di stasiun A dan B yang berkisar dari 28 29 C (Tabel 3).

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen Kualitas air merupakan salah satu sub sistem yang berperan dalam budidaya, karena akan mempengaruhi kehidupan komunitas biota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Lido 2.2. Kesuburan Perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Lido 2.2. Kesuburan Perairan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Lido Danau memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekologis maupun secara ekonomis. Secara ekologis danau antara lain sebagai daerah resapan air, sumber

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Waduk Koto Panjang 4.1.1. Suhu air Suhu air perairan pada setiap stasiun, kedalaman, dan waktu pengamatan berkisar antara 25,0 32,7 o C, pada bulan Maret

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Danau Oxbow Danau pada hakekatnya adalah sebuah kolam air yang merupakan genangan air yang cukup luas pada suatu lekukan kulit bumi yang di kelilingi oleh daratan yang

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Air 5.1.1 Suhu Suhu perairan adalah salah satu parameter yang mengatur proses hidrodinamika suatu perairan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis

TINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis TINJAUAN PUSTAKA Perairan Sungai Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisik Kimiawi dan Biologi Perairan Dari hasil penelitian didapatkan data parameter fisik (suhu) kimiawi (salinitas, amonia, nitrat, orthofosfat, dan silikat) dan

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali Selat adalah sebuah wilayah perairan yang menghubungkan dua bagian perairan yang lebih besar, dan karenanya pula biasanya terletak diantara dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI This research was conducted to find out the impact of agricultural

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau 1. Profil Waduk Cengklik Boyolali BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Keberadaan waduk dan danau sangat penting dalam turut menciptakan keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi baru sesuai Undang - Undang No. 27 tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000. Wilayah provinsi ini meliputi Pulau Bangka,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al., I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kualitas air yakni unsur karbon (Benefield et al., 1982).

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penelitian Tahap I 4.1.1.1. Percobaan 1: 4.1.1.1.a. Komposisi Perifiton Selama penelitian ditemukan tiga kelas perifiton yaitu Bacillariophyceae (9 genus),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta Hasil pengamatan lapangan nitrat, amonium, fosfat, dan DO bulan Maret 2010 masing-masing disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroalga Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan mikroorganisme prokariotik atau eukariotik yang dapat berfotosintesis dan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat hidup dalam kondisi

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Maret 2016 di Telaga Bromo dapat dilihat di Tabel 1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Maret 2016 di Telaga Bromo dapat dilihat di Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Parameter Fisik dan Kimia Perairan Telaga Bromo Rata-rata hasil pengukuran terhadap parameter fisik dan kimia perairan yang telah dilakukan setiap pengambilan sampel pada

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci