BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Shinta Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus terdiri dari 20 genus plankton yang terbagi ke dalam 15 genus fitoplankton dan 5 genus zooplankton. Genus plankton tersebut berasal dari 2 kelas fitoplankton yaitu kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae serta 3 kelas zooplankton yaitu kelas Ostrtracoda, Maxillopoda dan Branchiopoda (Tabel 1). Tabel 1. Komposisi Plankton Berdasarkan Kelas dan Genus Jenis Kelas Jumlah Genus Cyanophyceae 2 Fitoplankton Bacillariophyceae 13 Ostrtracoda 1 Zooplankton Maxillopoda 2 Branchiopoda 2 Komposisi genus plankton yang teridentifikasi (Tabel 1) menunjukkan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton. Jumlah genus yang termasuk kedalam fitoplankton sebanyak 15 genus sedangkan genus yang termasuk kedalam zooplankton sebanyak 5 genus. Hal itu karena tambak udang Cibalong berada pada daerah dataran yang memiliki suhu yang baik untuk perkembangan fitoplankton. Hal ini dibuktikan dengan suhu di tambak udang Cibalong yang berkisar 27,6 o C-32,5 o C dengan rata-rata 29,67 o C. Fitoplankton sendiri dapat tumbuh pada kisaran 20 0 C-30 o C (Effendi 2003). Presentase genus fitoplankton yang ditemukan selama penelitian terdiri dari kelas Bacillariophyceae dengan nilai 86,76% sedangkan kelas Cyanophyceae hanya memiliki presentase yang kecil yaitu 13,33% (Gambar 4). Kelas Bacillariophyceae mempunyai kemampuan lebih baik untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya dibanding fitoplankton yang lain. Nontji (2008) menyatakan 21
2 22 bahwa Bacillariophyceae merupakan fitoplankton yang memiliki kemampuan fotosintesis yang sangat baik dan memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas, suhu, unsur hara dan cahaya. Hal ini didukung dengan kualitas perairan tambak Cibalong yang mendukung untuk perkembangan kelas Bacillariophyceae antara lain kandungan silikat yang cukup besar diperairan tambak Cibalong yaitu berkisar 1,09 15,39 mg/l (Lampiran 5). Silikat merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae untuk membentuk dinding sel. Sebaran zooplankton di perairan tambak Cibalong tidak baik dan tidak merata. Zooplankton ditemukan dalam jumlah sedikit dan hanya terdapat pada beberapa stasiun saja (Lampiran 2). Presentase zooplankton yang ditemukan pada stasiun selama penelitian adalah kelas Maxillopoda dan Branchiopoda masingmasing memiliki presentase 40% serta kelas Ostrtracoda memiliki presentase 20% (Gambar 4). Pada saat pengambilan sampel tidak banyak ditemui karena waktu pengambilan sampel siang hari. Beberapa jenis zooplankton terutama dari jenis Crustacea memiliki respon negatif terhadap cahaya dan mencari perairan yang lebih dalam (Endrik 2006). Fitoplankton 13.33% 86.67% Cyanophyceae Bacillariophyceae Zooplankton 20.00% 40.00% 40.00% Ostracoda Maxillopoda Branchiopoda Gambar 4. Komposisi Kelas Fitoplankton dan Zooplankton Berdasarkan Genus
3 23 Kelimpahan plankton setiap stasiun selama penelitian di tambak udang Cibalong menunjukkan nilai yang berbeda-beda baik fitoplankton maupun zooplankton. Kelimpahan plankton dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kelimpahan Plankton Berdasarkan Kelas Pada Setiap Stasiun Penelitian Kelimpahan (individu/l) Organisme Inlet Outlet inlet outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Fitoplankton Cyanophyceae Bacillariophyceae Jumlah Zooplankton Branchiopoda Ostrtracoda Maxillopoda Jumlah Total Berdasarkan Tabel 2, kisaran kelimpahan plankton di tambak udang Cibalong adalah 12 individu/l sampai 41 individu/l. Kelas Bacillariophyceae memiliki nilai kelimpahan tertinggi dengan genus terbanyak yaitu Nitzschia yang tersebar disemua stasiun pengambilan sampel (Lampiran 2). Berdasarkan kelimpahan plankton tersebut, perairan tambak udang Cibalong termasuk dalam kategori perairan oligotropik. Menurut Lander (1978), perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: 1. Perairan Oligotrofik merupakan perairan yang kesuburannya rendah dengan kelimpahan fitoplankton individu/l. 2. Perairan Mesotrofik merupakan perairan yang mempunyai tingkat kesuburan sedang dengan kelimpahan fitoplankton antara individu/l. 3. Perairan Eutrofik merupakan perairan yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi dengan kelimpahan fitoplankton lebih dari individu/l.
4 24 Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 inlet yaitu 38 individu/l (Lampiran 2), hal tersebut disebabkan stasiun 1 inlet memiliki transparansi paling tinggi dibandingkan stasiun lainnya yaitu 40-52,5 cm (Lampiran 5), sehingga cahaya yang masuk ke perairan dan dibutuhkan bagi proses fotosintesis fitoplankton cukup (Howerton 2001). Kelimpahan zooplankton yang lebih banyak juga terdapat pada stasiun 1 inlet dengan jumlah rata-rata kelimpahan 3 individu/l. Kelimpahan fitoplankton yang ada lebih besar dibandingkan dengan kelimpahan zooplankton karena siklus reproduksi zooplankton lebih lambat dibandingkan dengan fitoplankton sehingga peningkatan zooplankton lebih lambat daripada fitoplankton. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Nielsen (1937) dalam Juliana (2007) mengenai Theory of Differential Growth atau teori perbedaan laju pertumbuhan, teori ini menyatakan meskipun zooplankton memakan fitoplankton tetapi untuk mencapai populasi yang melimpah akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan fitoplankton. Hal ini disebabkan karena zooplankton memiliki siklus reproduksi yang lebih lama dibandingkan dengan fitoplankton (Juliana 2007). Nilai kelimpahan plankton yang ditemukan di perairan tambak udang Cibalong menunjukkan bahwa keberadaan plankton tidak cukup tersedia untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan karena nilainya kelimpahannya kecil (Lampiran 2). Berdasarkan data yang diperoleh saat penelitian, kelimpahan plankton cenderung menurun dari mulai pengambilan sampel pertama hingga ke-4 (Lampiran 2). Hal ini dimungkinkan terjadi karena kandungan nitrat yang juga dibutuhkan bagi kelangsungan hidup plankton cenderung mengalami penurunan dari mulai sampling ke-1 sampai sampling ke-4 (Lampiran 5). Berdasarkan analisis saluran pencernaan yang dilakukan Ardiyana (2013) pada sampel udang yang dibudidayakan di perairan tambak Cibalong, ditemukan kandungan makrozoobenthos sebesar 5% dan 95% merupakan pakan buatan. Tidak ditemukan plankton dalam saluran pencernaan udang. Hal ini menunjukkan bahwa berkurangnya kelimpahan plankton bukan karena faktor pemangsaan.
5 Indeks Diversitas (Keanekaragaman) Simpson Keanekaragaman plankton diukur dengan Indeks Simpson. Nilai indeks ini berkisar antara 0-1. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman disajikan pada Gambar 5 dan pada Lampiran 4. Gambar 5. Nilai Indeks Keanekaragaman Simpson selama Penelitian Ekosistem dikatakan baik jika mempunyai indeks diversitas Simpson antara 0,6 0,8 (Odum 1993). Menurut Magurran 1988 kestabilan ekosistem dikatakan baik baik jika mempunyai indeks keanekaragaman Simpson 0,6-0,8. Berdasarkan diagram (Gambar 4), nilai rata-rata indeks diversitas Simpson untuk fitoplankton berbeda pada setiap stasiun dengan kisaran yaitu 0,34 0,78. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata-rata indeks keanekaragaman fitoplankton berada pada kisaran baik di stasiun 1 inlet (0,72), 1 outlet (0,62), 4 inlet (0,65), 2 inlet (0,64) dan 2 (0,68) outlet namun pada stasiun yang lain cenderung menurun dan berada dibawah 0,6. Nilai rata-rata indeks diversitas Simpson zooplankton yang didapat berada pada kisaran 0 0,5. Hal ini terjadi karena jumlah genus yang ditemukan
6 26 cenderung sangat sedikit bahkan hanya ditemukan pada beberapa stasiun saja (Lampiran 2). Nilai rata-rata indeks keanekaragaman zooplankton yang diperoleh mengindikasikan bahwa komunitas zooplankton tersebut mempunyai keanekaragaman yang kurang baik karena sebaran individu yang tidak merata di setiap stasiun. Pada stasiun 2 nilai indeks keanekaragaman antara inlet dan outlet berbeda jauh karena saat pengambilan sampel sedang dilakukan pengurangan air yang mengakibatkan air mengalir menuju outlet. Aliran tersebut dapat mengakibatkan zooplankton terbawa arus menuju outlet sehingga kemungkinan zooplankton yang tersaring pada bagian outlet lebih banyak dibanding dengan bagian inlet. 4.3 Kurva ABC Kurva ABC digunakan untuk menganalisis ketersediaan plankton sebagai pakan alami digunakan analisis kurva ABC dengan menggunakan data biomassa dan dibandingkan dengan nilai kelimpahan rata-rata setiap genus pada setiap stasiun selama 4 kali pengambilan sampel. Nilai total biomassa tertinggi terdapat pada stasiun 1 inlet yaitu 1985 μg sedangkan nilai biomassa terkecil terjadi pada stasiun 4 outlet yaitu 579 μg (Lampiran 6). Kelas Bacillariophyceae memiliki nilai biomassa tertinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Hal ini dikarenakan kelas Bacillariophyceae memiliki ukuran sel lebih besar dibanding kelas yang lain serta memiliki jumlah genus yang lebih banyak dibanding kelas yang lain selama penelitian. Genus yang memiliki nilai biomassa yang paling besar pada setiap stasiun pengambilan sampel adalah genus Nitzschia yang juga memiliki nilai kelimpahan rata-rata tertinggi dari genus lain. Berdasarkan data hasil analisis kurva ABC (Gambar 6) selama penelitian dari semua stasiun pengambilan sampel menunjukkan bahwa kurva nilai biomassa berada diatas kurva nilai kelimpahan untuk beberapa genus dan genus yang lain sejajar dengan nilai kurva kelimpahan. Jika dibandinkan dengan kebutuhan pakan per hari yang berjumlah 60 kg maka nilai biomassa yang terdapat pada semua stasiun sangat besar perbedaannya karena nilai biomassa tertinggi hanya 1985 μg. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan plankton dalam menunjang kegiatan
7 27 perikanan di tambak udang Cibalong dapat dikategorikan tidak tersedia untuk dijadikan sebagai sumber pakan alami karena hanya beberapa genus saja yang memiliki nilai biomassa tinggi. Wetzel (1983) menyebutkan bahwa biomassa diikuti dengan besarnya nutrient. Namun demikian rendahnya nilai kelimpahan plankton yang ditemukan di perairan tambak udang Cibalong menyebabkan plankton tidak dapat dijadikan sebagai alternatif pakan alami pada kegiatan budidaya udang. Gambar 6. Kurva ABC Nilai Kelimpahan rata-rata dan Biomassa Plankton Ket : K : Kelimpahan B : Biomassa
8 Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan Fosfat Nitrat dan Silikat Fosfat, nitrat dan silikat merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu ekosistem perairan. Ketiga unsur tersebut termasuk limitting factors yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan biota air, terutama algae. Nilai fosfat, nitrat dan silikat selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Konsentrasi Nitrat, Fosfat dan Silikat selama penelitian
9 29 Nilai rata-rata nitrat di tambak udang Cibalong selama penelitian menunjukkan setiap stasiun berbeda dan memiliki konsentrasi yang cukup bervariasi dengan kisaran 0-6,8 mg/l (Lampiran 5). Nilai nitrat tertinggi terlihat pada stasiun 1 outlet pada saat sampling pertama atau saat kegiatan budidaya dalam tahap persiapan. Sedangkan nilai rata-rata nitrat terkecil terjadi pada sampling ke-4 saat kegiatan budidaya dalam tahap pemeliharaan. Secara umum konsentrasi nitrat yang di peroleh pada setiap stasiun cukup baik, karena menurut Brotowidjoyo (1995) kadar nitrat normal di perairan berkisar antara 0,01-50 mg/l. Fosfat merupakan salah satu unsur esensial bagi pembentukkan protein, metabolisme sel organisme dan produktivitas perairan. Pengukuran fosfat selama penelitian di tambak udang Cibalong didapat berkisar antara 0-2 mg/l. Nilai fosfat cenderung bertambah selama kegiatan pemeliharaan. Nilai fosfat terendah yaitu 0 mg/l ditemukan pada stasiun 1 inlet, 1 outlet dan 3 inlet saat sampling pertama sedangkan nilai fosfat tertinggi ditemukan pada stasiun 4 outlet saat sampling ke-4 (Lampiran 5). Dilihat dari hasil pengukuran fosfat selama penelitian, menunjukkan bahwa hampir semua stasiun cukup mendukung pertumbuhan plankton secara optimal. Effendi (2003) menyatakan bahwa plankton untuk mencapai pertumbuhan optimum diperlukan konsentrasi fosfat pada kisaran 0,27-5,51 mg/l dan akan menjadi faktor pembatas apabila kurang dari 0,02 mg/l. Kandungan silikat pada lokasi penelitian berkisar antara 2,24 15,39 mg/l. Menurut Raymont (1980) Bacillariophyceae membutuhkan silikat untuk pembentukan kerangka dinding selnya. Kandungan unsur silikat di tambak udang Cibalong mendukung pertumbuhan dan perkembangan plankton terutama kelas Bacillariophycae. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan rata-rata kelimpahan yang didominasi oleh fitoplankton dari kelas Bacillariophycae selama kegiatan penelitian. Menurut Wetzel (2001) Bacillriophycae tumbuh baik pada suhu o C, kadar fosfat yang lebih kecil dari nitrat serta tingginya nilai Silikat.
10 30 Suhu Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, suhu air pada masingmasing titik penelitian diketahui suhu pada perairan tambak udang Cibalong mendukung untuk pertumbuhan organisme akuatik yaitu berkisar antara 27,6 o C 32,5 o C, dengan rata-rata 29,67 o C (Lampiran 5). Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu bagi pertumbuhannya, diatom tumbuh baik pada suhu 20 o C- 30 o C (Effendi 2003). Transparansi Transparansi perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur dan pasir (Hargreaves 1999). Standar transparansi air tambak udang sebelum tebar adalah cm, sedangkan standar transparansi pada periode budidaya antara 30 cm - 45 cm (Howerton 2001). Hasil penelitian pada semua stasiun menunjukkan transparansi air cukup baik dan berada pada kisaran cm (Lampiran 5). Transparansi tertinggi terdapat pada stasiun 1 outlet saat periode awal tebar yaitu 60 cm, sedangkan transparansi air terendah yaitu 14 cm terjadi di stasiun 2 outlet pada sampling ke-4 atau pada periode budidaya. Salinitas Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu sampel (klorinitas). Salinitas air selama penelitian berkisar antara dengan rata-rata 17,16 (Lampiran 5). Kisaran tersebut dapat dikategorikan layak untuk perkembangan organisme perairan baik plankton maupun udang karena udang mampu hidup pada salinitas 0,5 sampai 35 (Van Wyk & Scapa 1999). ph Rata-rata ph pada lokasi yang diamati 8,06 dengan kisaran antara 6,93 9,24 (Lampiran 5). Menurut Bucek (1991) ph normal air tambak berkisar antara 7,00 9,00. Pada kondisi kisaran ph tersebut plankton akan tumbuh baik di tambak. Stabilisasi ph dipengaruhi oleh aktivitas respirasi dan fotosintesis. Respirasi akan menurunkan ph dan sebaliknya fotosintesis menaikan nilai ph.
11 31 Oksigen terlarut Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) dalam ekosistem tambak berasal dari fotosintesis fitoplankton dan kincir air (paddlewhale). Kadar oksigen berfluktuasi secara harian. Pada siang hari oksigen terlarut cenderung lebih tinggi dibandingkan pada waktu pagi hari, hal ini terjadi karena meningkatnya aktivitas fotosintesis fitoplankton. Dari hasil pengukuran (Lampiran 5) diperoleh data kadar oksigen terlarut rata-rata 6,98 mg/l, dengan kadar terkecil terdapat pada stasiun 4 inlet pada ulangan ke-3, yaitu 4,29 mg/l dan terbesar pada stasiun 2 outlet, yaitu 11,18 mg/l. CO 2 Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil kandungan CO 2 pada tambak udang Cibalong berada pada kisaran 2,0 5,2 mg/l dengan rata-rata 3 mg/l (Lampiran 5). Nilai konsentrasi tersebut masih jauh dari nilai konsentrasi maksimum bagi kegiatan budidaya udang. Menurut Svobodova et all. (1993) konsentrasi maksimum untuk udang adalah mg/l. Kecilnya nilai konsentrasi CO 2 karena waktu pengukuran sampel pada siang hari. Pada siang hari fotosintesis fitoplankton dalam kondisi optimum sehingga CO 2 digunakan fitoplankton dalam jumlah banyak (Rahmawati 2002).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 6 Juli 2013 di perairan tambak udang Cibalong, Kabupaten Garut (Gambar 2). Analisis
Lebih terperinciGambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,
Lebih terperinciMANAJEMEN KUALITAS AIR
MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penelitian Tahap I 4.1.1.1. Percobaan 1: 4.1.1.1.a. Komposisi Perifiton Selama penelitian ditemukan tiga kelas perifiton yaitu Bacillariophyceae (9 genus),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar
Lebih terperinciBY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN
PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN SAHABUDDIN PenelitiPada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan Dipresentasikan pada Kuliah umum Praktik Lapang Terpadu mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate) Selama 40 hari masa pemeliharaan nilem terjadi peningkatan bobot dari 2,24 ± 0,65 g menjadi 6,31 ± 3,23 g. Laju
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisik Kimiawi dan Biologi Perairan Dari hasil penelitian didapatkan data parameter fisik (suhu) kimiawi (salinitas, amonia, nitrat, orthofosfat, dan silikat) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,
Lebih terperincin, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan
n, TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Primer Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi sinar matahari oleh aktivitas fotosintetik (terutama tumbuhan hijau atau fitoplankton)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Morotai yang terletak di ujung utara Provinsi Maluku Utara secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak pada garis
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek dan Lokasi Penelitian 1. Profil Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah jenis zooplankton yang ada di estuari Cipatireman pantai Sindangkerta Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciPARAMETER KUALITAS AIR
KUALITAS AIR TAMBAK PARAMETER KUALITAS AIR Parameter Fisika: a. Suhu b. Kecerahan c. Warna air Parameter Kimia Salinitas Oksigen terlarut ph Ammonia Nitrit Nitrat Fosfat Bahan organik TSS Alkalinitas Parameter
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Maret 2016 di Telaga Bromo dapat dilihat di Tabel 1.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Parameter Fisik dan Kimia Perairan Telaga Bromo Rata-rata hasil pengukuran terhadap parameter fisik dan kimia perairan yang telah dilakukan setiap pengambilan sampel pada
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di kawasan perairan Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari bulan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 31 Juli 2013. Penelitian meliputi kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium. Kegiatan
Lebih terperinciKajian Variabel Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk Darma Jawa Barat
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (93-102) Kajian Variabel Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk Darma Jawa Barat Ega Cahyadi Rahman,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kualitas air yakni unsur karbon (Benefield et al., 1982).
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem
LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 5,662 2 2,831 1,469 0,302
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciV ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN
49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
. HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 51-59 ISSN : 2088-3137 KAJIAN PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI WADUK SAGULING, DESA BONGAS DALAM KAITANNYA DENGAN KEGIATAN PERIKANAN Rizky
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR
3 Dhani Dianthani Posted 3 May, 3 Makalah Falsafah Sains (PPs ) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Mei 3 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Dr Bambang Purwantara IDENTIFIKASI
Lebih terperinci2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN
HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN Novi Indriyawati, Indah Wahyuni Abida, Haryo Triajie Jurusan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 193200 ISSN : 20883137 Struktur Komunitas Plankton Di Situ Patengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat Rinaldy Amanta*, Zahidah Hasan** dan Rosidah**
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis
TINJAUAN PUSTAKA Perairan Sungai Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang)
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin)
II. TELAAH PUSTAKA Chrysophyta merupakan salah satu divisio fitoplankton. Fitoplankton dikelompokkan ke dalam lima divisio yaitu Chrysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Euglenophyta. Semua
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali Selat adalah sebuah wilayah perairan yang menghubungkan dua bagian perairan yang lebih besar, dan karenanya pula biasanya terletak diantara dua
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan penting dan berpengaruh besar dalam kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya usaha budidaya perikanan. Pakan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan
17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam
TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang
Lebih terperinciTotal rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.
32 Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x 10 5 ekor/liter dan total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air rendaman kangkung sebesar 3,946 x 10 5 ekor/liter.
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek
II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 di perairan Pantai Balongan, Kabupaten Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau
1. Profil Waduk Cengklik Boyolali BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Keberadaan waduk dan danau sangat penting dalam turut menciptakan keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
39 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Terumbu Karang di Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi Terumbu Karang Pulau Belanda Kondisi terumbu karang di Pulau Belanda berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
Lebih terperinciKAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG
KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN
RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah bak berlapis terpaulin dan berlapis plastik
Lebih terperinciPENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)
PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SELAMA MASA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei B.) PADA TAMBAK DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI
STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SELAMA MASA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei B.) PADA TAMBAK DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Dian Aliviyanti NIM 081810401017 JURUSAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan
5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Danau merupakan perairan tergenang yang berada di permukaan tanah, terbentuk akibat proses alami atau buatan. Danau memiliki berbagai macam fungsi, baik fungsi
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh badan perairaan (Nontji, 2008). Ekosistem perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik).
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan
Lebih terperinciADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA
ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap
Lebih terperinci2.2. Struktur Komunitas
5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang
Lebih terperincistasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn
Didapatkan hasil sungai Wonorejo Surabaya mempunyai indeks kesamaan komunitas makrozoobenthos antara stasiun 1 dengan stasiun 2 yaitu 0.88. Perbandingan dari kedua stasiun ini memiliki indeks kesamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. pada bulan September 2015 yang bertempat diperairan Danau Siombak
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan pengamatan lapangan dan pengambilan sampel air dilakukan pada bulan September 2015 yang bertempat diperairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan
Lebih terperinciStruktur Komunitas Plankton (Cici Nurmaidha Tanjung )1
Struktur Komunitas Plankton (Cici Nurmaidha Tanjung )1 Struktur Komunitas Plankton pada Awal Musim Penghujan di Embung Nglenggeran Desa Nglanggeran Kecamatan Pathuk Kabupaten Gunungkidul (Community Structure
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki
Lebih terperinciKorelasi Kelimpahan Plankton Dengan Suhu Perairan Laut Di Sekitar PLTU Cirebon
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (115-122) Korelasi Kelimpahan Plankton Dengan Suhu Perairan Laut Di Sekitar PLTU Cirebon The Correlation Of Plankton Abundance With Sea Water Temperature
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika Kimia Perairan dan Substrat Estuari mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda dengan sungai dan laut. Keberadaan hewan infauna yang berhabitat di daerah estuari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan alami memiliki peran penting dalam usaha akuakultur, terutama pada proses pembenihan. Peran pakan alami hingga saat ini belum dapat tergantikan secara menyeluruh.
Lebih terperinci