PERTUMBUHAN ANAK DOMBA DARI INDUK YANG DICEKOK JAMU VETERINER SELAMA PERIODE KEBUNTINGAN LEO SEPALENI SOINBALA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTUMBUHAN ANAK DOMBA DARI INDUK YANG DICEKOK JAMU VETERINER SELAMA PERIODE KEBUNTINGAN LEO SEPALENI SOINBALA"

Transkripsi

1 PERTUMBUHAN ANAK DOMBA DARI INDUK YANG DICEKOK JAMU VETERINER SELAMA PERIODE KEBUNTINGAN LEO SEPALENI SOINBALA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Gambaran pertumbuhan anak domba dari induk yang dicekok jamu veteriner selama periode kebuntingan adalah benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Leo Sepaleni Soinbala NIM B

3 ABSTRAK LEO SEPALENI SOINBALA. Pertumbuhan Anak Domba dari Induk yang Dicekok Jamu Veteriner Selama Periode Kebuntingan. Dibimbing oleh WASMEN MANALU dan ANDRIYANTO Sembilan ekor domba betina dengan bobot badan berkisar antara kg digunakan untuk mengetahui pengaruh pencekokan jamu veteriner pada induk domba selama periode kebuntingan terhadap pertumbuhan anaknya. Induk domba dialokasikan sesuai rancangan acak kelompok ke dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor domba. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol, tanpa perlakuan. Kelompok kedua diberi jamu veteriner dosis 15 ml/ekor. Sementara itu, kelompok ketiga diberi jamu veteriner dosis 30 ml/ekor. Sinkronisasi siklus estrus dilakukan dengan penyuntikan PGF2 alpha dosis 7,5 mg/ekor sebanyak 2 kali dengan interval waktu 11 hari. Perkawinan induk domba dilakukan sekitar jam setelah penyuntikan. Variabel yang diamati adalah bobot lahir dan pertambahan bobot badan anak domba. Hasil pengamatan menunjukan bahwa perlakuan pencekokan jamu veteriner pada induk domba selama periode kebuntingan mampu meningkatkan bobot lahir, rasio anak per induk, dan pertambahan bobot badan hingga mencapai masa sapih. Kata kunci: domba betina, jamu veteriner, bobot badan, anak domba.

4 ABSTRACT LEO SEPALENI SOINBALA. Growth Performances of Lambs Borned to Ewes Treated with Jamu Veteriner during Pregnancy. Superviced by WASMEN MANALU and ANDRIYANTO Nine ewes (body weight ranging from 17 to 25 kg) were used to study the effect of jamu veteriner administration during pregnancy on the lamb growth. The experimental ewes were assigned into a randomized design with 3 treatments with 3 ewes per treatment. The first group was control, without jamu veteriner. The second group was treated with 15 ml/ewes of jamu veteriner. Meanwhile, the third group was treated with 30 ml/ewes of jamu veteriner. Estrous cycle of does were synchronized by injection of PGF2α at dosage of 7,5 mg/ewes twice with 11 days interval. The estrous-experimental ewes were mated naturally at 24 to 36 hour after the second injection of PGF2α. Parameters measured were lambs birth weight and preweaning growth. The result showed that administration of jamu veteriner during pregnancy increased lambs birth weight, lamb ratio per ewes, and preweaning growth. Keywords: ewes, jamu veteriner, body weight, lambs.

5 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Timor-NTT, 1 September 1990, dari pasangan Th. Soinbala, BA dan Hagar Bulan. Penulis merupakan anak ke- 5 dari 6 orang bersaudara. Penulis melaksanakan pendidikan sekolah dasar di SD Inpers Oenasi di kota Soe, Nusa Tenggara Timur pada tahun Pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMP N 1 Soe hingga tahun Tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah di SMA N 1 Soe hingga lulus tahun Pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB. Penulis memilih Program Studi Kedokteran Hewan sebagai pilihan pertama. Selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan penulis mengikuti organisasi Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB dan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa NTT (Gamanusratim).

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN karena atas limpahan hikmat dan pengertiannya sehingga skripsi ini dapat selesai dan dipergunakan sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini: 1. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu dan Drh. Andryanto M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, saran, kritik, dan arahan selama berlangsungnya penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada Bu Sri, Bu Ida, Bu Anti, Pak Bondan dan Pak Edi atas bantuannya. 2. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. drh. H. Akhmad Arif Amin selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan nasihat selama penulis berada di FKH. 3. Terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua (Th. Soinbala dan H Bulan), semua saudara (Ester, Maria, Deici, Santi, Maya, Jefry, Yanto, Rizet, Dethan, dan Christian), keluarga To o Abe Tuulima, keluarga Bu Yafet Wohangara, serta keluarga Bapak Obaja Soinbala yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan. 4. Terima kasih kepada teman-teman sepenelitian (Yudi, Miftah, Mitha, Nila, Vivin, Jasmine, dan Rika) atas bantuan dan kerjasamanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Geng balak Enam (Arif, Matho, Meichris, Olavio, Gregor, Mathias, Andrew, Priskilla, Jefri), teman-teman Omda Gamanusratim, semua teman Avenzoar 45 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga masih membutuhkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Akhir kata,

7 semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bogor, Juli 2012 Penulis

8 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

9 PERTUMBUHAN ANAK DOMBA DARI INDUK YANG DICEKOK JAMU VETERINER SELAMA PERIODE KEBUNTINGAN LEO SEPALENI SOINBALA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

10 Judul Skripsi : Nama : NRP : Pertumbuhan Anak Domba dari Induk yang dicekok Jamu Veteriner Selama Periode Kebuntingan. Leo Sepaleni Soinbala B Disetujui, Pembimbing 1 Pembimbing 2 Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu drh. Andriyanto, M.Si NIP NIP Mengetahui, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet NIP Tanggal lulus:

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR.. xi DAFTAR LAMPIRAN.. xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Domba Jamu Veteriner Lempuyang Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Jahe (Zingiber officinale R.) Merica (Piper nigrum L.) 10 III. BAHAN DAN METODELOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Kandang, Pakan, dan Minum Rancangan Percobaan Tahap Perlakuan Pengukuran Bobot Badan Anak Domba Metode Analisis Data 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. PENUTUP Kesimpulan Saran... 20

12 VI. DAFTAR PUSTAKA... 21

13 xi DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).. 2. Senyawa kimia Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). 3. Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) 4. Jahe (Zingiber officinale) Merica (Piper nigrum L.).. 6. Rataan bobot lahir dan bobot badan anak pada bulan ke-1 sampai ke-3pada kelompok domba kontrol ( ), pemberian formula jamu veteriner Dosis 15 ml ( ), dan pemberian formula jamu veteriner Dosis 30 ml ( )

14 xii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Analisis bulan ke-0.. Lampiran 2. Analisis bulan ke-1.. Lampiran 3. Analisis bulan ke-2... Lampiran 4. Analisis bulan ke-3... Lampiran 5. Analisis rasio anak per induk pada awal kelahiran.. Lampiran 6. Analisis rasio anak yang disapih per induk. Lampiran 7. Data Rataan Bobot Badan Anak Domba. Lampiran 8. Data Rataan Bobot Badan Induk Domba Sebelum Partus

15 1 BAB Ι PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah sebesar 1,49% per tahun (BPS 2010). Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan terjadinya peningkatan komsumsi protein hewani. Salah satu sumber protein hewani dengan jumlah permintaan yang tinggi ialah daging domba. Penyebab tingginya permintaan daging domba adalah harga daging domba relatif lebih terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, secara fisik daging domba memiliki sebaran lemak (marbling) yang merata, sehingga lebih disukai masyarakat (Munier 2008). Tingginya tingkat permintaan daging domba tersebut, ternyata tidak disertai peningkatan populasi ternak domba. Akibatnya, permintaan daging domba tidak tercukupi. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pengembangan sistem peternakan ke arah peningkatan produktivitas ternak. Ternak diharapkan mudah dalam pemeliharaannya dan dapat bereproduksi dengan cepat (Adriani et al. 2004). Peningkatan produktivitas ternak dapat dicapai melalui pemberian obat-obatan tradisional. Pengetahuan mengenai penggunaan obat-obatan tradisional ini didapatkan berdasarkan pengalaman dan ketrampilan yang diturunkan secara turun-temurun antar generasi (Sari 2006). Obat-obatan tradisional yang digunakan untuk hewan dikenal dengan nama jamu hewan. Penggunaanya lebih banyak diterapkan oleh peternak skala kecil karena bahan obat-obatan pabrik yang mahal sehingga sering tidak terjangkau (Zainuddin 2006). Beberapa tanaman yang sering digunakan oleh peternak untuk memacu produktivitas ternak, antara lain: lempuyang (zingiber), sambiloto (Andrographis panniculata), kayu manis (cinnamomum burmannii), jahe (Zingiber officinale), dan merica (Piper nigrum). Khasiat tanaman-tanaman tersebut banyak dan beragam. Lempuyang dipercaya berkhasiat sebagai penambah nafsu makan, obat asma, cacingan, anemia, sembelit, malaria, dan TBC (Hariana 2007; Sari 2006). Sambiloto

16 2 dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan, mengobati demam, disentri, dan sebagai imunomodulator (Setyawati 2009). Kayu manis dipercaya dapat mengobati asam urat (gout arthritis), keropos tulang, hernia, dan muntah-muntah (Hariana 2007). Jahe dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan, mengobati rematik, luka, pilek, encok, dan pegal linu (Muhlisah 1999; Widiarti 2010). Sementara itu, merica dipercaya sebagai obat demam, rematik, impotensi, sakit lambung, hernia, frigiditas, muntah, panas dalam, perut kembung, asam urat, sakit perut, dan sakit kepala (Hariana 2007). Kombinasi dari tanaman-tanaman tersebut diatas akan menghasilkan ramuan jamu veteriner yang dapat digunakan memacu produktivitas ternak. Harapannya, pemberian sediaan yang berasal dari kekayaan budaya lokal bangsa Indonesia ini, dapat memacu pertumbuhan fetus yang diukur dari pertambahan bobot anak domba Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pertumbuhan anak domba dari induk yang dicekok jamu veteriner selama periode kebuntingan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah mengenai penggunaan jamu veteriner sebagai pemacu produktivitas ternak Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif bagi peternak untuk menggunakan bahan obat-obatan tradisional dalam meningkatkan pertumbuhan domba, sehingga pada masa yang akan datang dapat bermanfaat dalam meningkatkan produksi daging domba lokal. Harapannya produktivitas ternak yang meningkat akan memberikan sumbangsih berarti bagi pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.

17 3 BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Domba merupakan salah satu hewan ternak yang banyak dikembangkan oleh masyarakat. Pemeliharaannya relatif mudah dan tidak membutuhkan banyak tenaga, sehingga ternak domba diusahakan sebagai sambilan. Domba juga memiliki daya adaptasi yang baik terhadap bermacam-macam hijauan pakan dan berbagai kondisi lingkungan (Mulyono 2003). Daging domba tidak berbau dan sebaran lemaknya (Marbling) merata membuat daging ini disukai oleh masyarakat (Munier 2008). Perkembangan bangsa domba di dunia, awalnya berasal dari empat spesies domba liar. Spesies-spesies tersebut, ialah: domba moufflon (Ovis musimon) di Eropa dan Asia Barat, domba Urial (Ovis orientalis; Ovis vignei) di Afganistan hingga Asia Barat, domba Argali (Ovis ammon) di Asia Tengah, dan domba bighorn (Ovis canadensis) di Asia Utara dan Amerika Utara. Domba yang ada di Indonesia diperkirakan berasal dari Asia Barat dan India (Williamson dan Payne 1993). Jenis domba yang diternakan di Indonesia, kemudian dikenal dengan istilah domba lokal. Pada awalnya, jenis domba di Indonesia adalah domba Javanese-Thin-Tailed yang terdapat di Jawa Barat dan East-Java-Fat-Tailed yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selanjutnya, kedua tipe domba lokal tersebut menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Proses persilangan dan adaptasi terhadap lingkungan kemudian memunculkan jenis domba baru, yaitu domba priangan atau domba garut dan domba kisar. Domba garut merupakan hasil persilangan domba lokal dengan domba Merino dan Kaapstad (Duldjaman et al. 2006). Sedangkan domba kisar diduga merupakan hasil proses adaptasi domba ekor gemuk terhadap lingkungan di Maluku (Salamena 2006). Domba ekor tipis atau Javanese-Thin-Tailed merupakan domba asli Indonesia dengan populasi terbesar berada di pulau Jawa. Populasi yang terpusat di Jawa membuat domba ini dikenal juga dengan nama domba jawa atau domba kacang. Nama domba ekor tipis mengacu pada ciri fisik ekor domba, yaitu kecil dan tipis. Ciri

18 4 lain dari domba ekor tipis adalah rambut domba yang umunya berwarna putih, kadang-kadang diselingi warna lain, seperti belang hitam atau cokelat. Domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan bentuknya melingkar. Bobot badan domba jantan dewasa berkisar 30 sampai dengan 40 kg, sedangkan bobot domba betina berkisar 15 sampai dengan 20 kg. Selain domba ekor tipis, domba lainnya yang banyak diternakan di Indonesia adalah domba ekor gemuk atau East-Java-Fat-Tailed. Sama seperti domba ekor tipis, ciri fisik utama dari domba ekor gemuk terletak pada ekornya. Ekor domba ini berbentuk panjang, lebar, tebal, besar, dan makin mengecil pada bagian ujung. Bentuk tersebut dikarenakan adanya timbunan lemak, yang berfungsi sebagai cadangan energi domba. Ciri lainnya adalah warna rambut domba yang umumnya putih dan tidak mempunyai tanduk, baik itu domba jantan maupun domba betina. Bobot badan domba jantan berkisar antara kg, sedangkan domba betina berkisar antara kg. Persilangan domba lokal dengan domba luar menghasilkan jenis domba lain, yaitu domba priangan. Domba ini berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat sehingga dikenal juga dengan nama domba garut. Ciri fisik domba garut lebih besar dibandingkan domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Bobot badan domba jantan dewasa dapat mencapai kg, sedangkan domba betina berkisar kg. Ciri lainnya adalah daun telinga yang relatif kecil dan tanduk berukuran besar, yang hanya tumbuh pada domba jantan. Jenis domba luar yang dikembangkan di Indonesia, antara lain: domba merino, domba suffolk, dan domba dorset. Domba merino merupakan penghasil wol, dengan obot badan jantan dewasa berkisar antara kg dan domba betina antara kg. Domba suffolk merupakan domba pedaging, dengan bobot badan jantan mencapai kg dan betina kg. Sayangnya, bobot badan domba ini jika dikembangkan di Indonesia hanya dapat mencapai kg. Berbeda dengan domba merino dan domba suffolk, domba dorset dapat dimanfaatkan sebagai penghasil wol maupun penghasil daging. Bobot badan domba jantan mencapai kg dan domba betina kg (Mulyono 2003).

19 Jamu Veteriner Indonesia merupakan negara yang kaya akan bermacam-macam tanaman obat tradisional. Penggunaan obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit ataupun sebagai suplemen telah dilakukan sejak lama. Pengalaman empiris masyarakat tentang khasiat obat-obatan tradisional kemudian diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini membuat penggunaan obat-obatan ini tetap bertahan hingga sekarang. Beberapa tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat sebagai sumber obat-obatan tradisional antara lain: lempuyang (zingiber), sambiloto (Andrographis paniculata), kayu manis (Cinnamomum burmannii), jahe (Zingiber officinale), dan merica (Piper nigrum). Kombinasi dari tumbuhan-tumbuhan ini akan menghasilkan ramuan jamu veteriner yang dapat digunakan sebagai suplemen pada ternak Lempuyang Klasifikasi tanaman lempuyang ialah lempuyang berasal dari super divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, sub kelas Commelinidae, ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, genus Zingiber, dan terdiri dari 3 spesies, yaitu: Zingiber aromaticum Val., Zingiber americans, dan Zingiber zerumbet Smith. Tanaman ini merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh liar pada tempat dengan ketinggian m dpl. Tanaman yang dapat mencapai ketinggian 1,75 m ini, terdiri atas rimpang, batang, daun, dan bunga. Rimpang lempuyang berukuran besar dan berwarna kuning pucat. Batangnya merupakan batang semu yang terdiri atas helaian daun yang berbentuk bulat memanjang dengan ujung meruncing. Sementara itu, bunga lempuyang muncul dari umbi batang dan berbonggol di bagian atas (Muhlisah 1999). Lempuyang terdiri dari tiga spesies yang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Pertama, Lempuyang emprit (Zingiber amaricans). Ciri spesies ini adalah berasa pahit, pedas, dan baunnya tidak tajam. Lempunyang emprit mengandung minyak atsiri, diantaranya limonen dan zerumbon. Khasiat utamanya adalah sebagai penambah nafsu makan, mengatasi alergi, cacingan, disentri, darah kotor, influenza,

20 6 kolera, nyeri lambung, rematik, dan migren. Kedua, lempuyang gajah (Zingiber zerumbet). Cirinya adalah rasa pedas, tajam, dan bersifat hangat. Kandungan zat dan khasiat lempuyang gajah sama dengan lempuyang emprit (Zingiber amaricans). Perbedaan keduanya adalah lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) memiliki bentuk yang relatif lebih besar. Ketiga, lempuyang wangi (Zingiber aromaticum). Sifat dari Lempuyang wangi adalah berasa pahit, pedas, dan aromatik. Kandungan zat kimiawinya sama dengan dua spesies lainnya. Perbedaan dengan spesies lempuyang lainnya adalah lempuyang wangi berwarna putih dan berbau wangi. Khasiat lempuyang wangi, antara lain sebagai analgesik, penambah nafsu makan, mengobati asma, cacingan, anemia, sembelit, TBC, maupun malaria (Hariana 2007; Sari 2006) Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Klasifikasi tanaman sambiloto ialah sambiloto berasal dari super divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, sub kelas Asteridae, ordo Scrophulariales, famili Acanthaceae, genus Andrographis, dan spesies Andrographis paniculata Nees. Tanaman ini Sering ditemukan tumbuh pada dataran rendah dengan ketinggian 100 m dpl. Tingginya berkisar antara cm, berdaun tunggal dengan panjang antara 2-8 cm dan lebar 1-3 cm. Buah sambiloto berbentuk lonjong, panjangnya sekitar 1,5 cm dan lebarnya sekitar 0,5 cm. Ciri lain dari sambiloto adalah rasanya yang pahit (Muhlisah 1999). Tanaman sambiloto disajikan pada gambar 1. Gambar 1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) (Sumber:

21 7 Sambiloto terbukti memiliki banyak khasiat, antara lain sebagai anti inflamasi, analgesik, antipiretik, antidiabetes, dan antispermatogenik. Selain itu, sambiloto juga dapat berguna untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan kontraksi usus, meningkatkan nafsu makan, mencegah kerusakan hati dan jantung, serta sebagai imunomodulator. Penggunaan sambiloto sering diterapkan pada penderita demam, disentri, radang paru-paru, dan penyakit-penyakit lainnya (Setyawati 2009). Khasiat yang beragam disebabkan oleh kandungan senyawa-senyawa kimia dalam sambiloto. Zat aktif utama yang berkhasiat obat adalah andrografolid yang kadarnya berkisar antara 2,5-4,6% dari berat kering. Kehadiran andrografolid merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sambiloto menjadi pahit. Senyawa lain yang terkandung dalam sambiloto adalah neo-andrografolid, panikulin, damar, asam kersik dan mineral. Mineral utama yang terkandung adalah kalium dengan kadar yang cukup tinggi, kalsium, dan natrium (Setyawati 2009). Senyawa kimia yang terkandung dalam sambiloto disajikan pada gambar 2. Gambar 2. Senyawa kimia Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) (Sumber: Tipakorn 2002)

22 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Kayu manis diklasifikasi berasal dari super divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, sub kelas Magnoliidae, ordo Laurales, famili Lauraceae, genus Cinnamomum, dan spesies Cinnamomum burmannii. Tanaman kayu manis dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 m dpl dan tingginya mencapai 15 m. Secara morfologi, batang kayu manis berwarna hijau kecoklatan. Sementara itu, daun kayu manis yang muda berwarna merah dan daun yang tua berwarna hijau. Mahkota bunga berwarna kuning dan buahnya berwarna hijau saat muda, lalu menjadi hitam saat tua (Syukur dan Hernani 2002). Tanaman kayu manis disajikan pada gambar 3. Gambar 3. Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) (Sumber: Bagian kayu manis yang sering digunakan sebagai bahan obat-obatan adalah bagian kulit batang. Bahan obat ini berbau aromatik, berasa pedas dan manis, berbau wangi, dan bersifat hangat. Sifat-sifat tersebut ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang terkandung dalamnya. Kayu manis mengandung minyak atsiri hingga mencapai 4% dengan muatan sinamilaldehida, eganol, tarpen, seskuiterpen, dan furfural. Selain itu, terdapat juga kandungan zat penyamak 2%, pati 4%, kalsium oksalat 4%, dan lender 4%. Kandungan tersebut membuat kulit batang kayu manis dapat digunakan untuk karminatifa, penghangat lambung, dan jika dikombinasikan dengan astringensia efektif untuk mengobati diare (Kartasapoetra 2004). Meskipun demikian, ternyata tidak hanya kulit pada bagian batang yang dapat digunakan sebagai bahan obat-

23 9 obatan. Menurut Hariana (2007) daun dan akar kayu manis juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Beberapa penyakit lainnya yang dapat diobati dengan bagian-bagian tersebut, antara lain asam urat (gout arthiritis), keropos tulang, hernia, dan muntah-muntah Jahe (Zingiber officinale R.) Jahe diklasifikasi berasal dari super divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, sub kelas Commelinidae, ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, genus Zingiber, spesies Zingiber officinale. Tanaman ini merupakan tanaman herba tegak yang dapat berumur tahunan. Tanaman yang dapat mencapai tinggi 0,4-1 m ini terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga. Akar jahe berbentuk rimpang dengan bau yang harum dan berasa pedas. Batang jahe berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun yang berbentuk langsing membulat dengan ujung melancip. Sementara itu, bagian Bunga berbentuk kerucut kecil dengan bagian ujung yang melancip (Muhlisah 1999). Tanaman jahe disajikan pada gambar 4. Gambar 4. Jahe (Zingiber officinale) (Sumber: Jahe berbau aromatik dan berasa pedas. Hal tersebut ditimbulkan oleh zat-zat yang terkandung di dalam jahe. Kandungan zat kimia jahe terdiri atas minyak atsiri 0,5-5,6%, pati 20-60%, damar, asam-asam organik, oleoresin, dan gingerin. Kandungan penyusun minyak atsiri adalah gingerol, zingibetol, zingiberin, borneol, kamfen, sineol dan falandren (Kartasapoetra 2004). Kandungan zat-zat yang tersebut membuat jahe dapat digunakan untuk mengobati rematik, luka, eksim, dan saraf

24 10 muka yang sakit (Muhlisah 1999). Selain itu, jahe juga dapat digunakan untuk mengobati batuk pilek, encok, dan pegal linu (Widiarti 2010) Merica (Piper nigrum L.) Merica diklasifikasi berasal dari super divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, sub kelas Magnoliidae, ordo Piperales, famili Piperaceae, genus Piper, dan spesies Piper nigrum. Tanaman yang dikenal juga dengan nama lada ini merupakan komoditas perkebunan yang telah lama dibudidayakan di Indonesia. Daerah pertumbuhannya terutama di wilayah Sumatera, Jawa, dan Ujung pandang. Merica telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan obat-obatan. Bagian dari merica yang utamanya digunakan adalah buah yang telah masak dan kering. Bentuknya bulat telur dengan ujung meruncing, permukaannya keriput, dan berwarna cokelat sampai cokelat kehitaman (Kartasapoetra 2004). Tanaman merica disajikan pada gambar 5. Gambar 5. Merica (Piper nigrum L.) (Sumber: Merica mengandung zat berkhasiat yang menimbulkan rasa pedas, aromatik, dan berbau khas. Zat-zat tersebut antara lain: alkaloid, protein, mineral, saponin, flavonoid, minyak atsiri, kavisin, resin, amilum, dihidrokarveol, kanyo-filene oksida, kriptone, tran pinocarrol, minyak lada, kamfena, boron, calamine, carvacrol chavicine, bisabolene, camphene, β-caryophyllene, terpenes, dan sesquiterpenes. Hal

25 11 ini membuat merica digunakan sebagai obat demam, masuk angin, rematik, impotensi, sakit lambung, hernia, frigiditas, muntah, panas dalam, perut kembung, asam urat, sakit perut, dan sakit kepala (Hariana 2007).

26 12 BAB ΙΙΙ BAHAN DAN METODELOGI 3.1. Waktu dan tempat Kegiatan penelitian ini berlangsung selama 9 bulan dari bulan Mei 2011 hingga bulan Januari Pelaksanaan penelitian berlangsung di kandang peternakan milik Mitra Maju yang beralamat di Jl. Manungal Baru No.1, desa Tegalwaru, kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan USG, timbangan, tambang, selotip, dan marker. Sementara itu, bahan-bahan yang digunakan adalah domba betina berjumlah 9 ekor, jamu veteriner, hormon PGF2 alpha (dinoprost dan tromethamin), vitamin B kompleks, anthelmintik, antibiotik dan selang penanda Kandang, Pakan, dan Minum Kandang yang digunakan ialah kandang model panggung. Ketinggian kandang kira-kira 50 cm. Desain ini dimaksudkan agar kebersihan kandang relatif lebih terjaga, menekan pertumbuhan mikroorganisme, dan mengurangi paparan gas amoniak. Selanjutnya, pakan diberikan 3 kali dalam sehari, yaitu hijauan pada pagi dan siang hari, serta singkong pada siang hari. Air minum diberikan sacara ad libitum Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan 9 ekor domba betina yang tidak bunting dengan bobot badan berkisar antara kg. Domba-domba tersebut diaklimatisasi selama 2 minggu dan diberikan anthelmintik, vitamin B kompleks, dan antibiotik. Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi domba oleh parasit dan bakteri. Selanjutnya, domba dikelompokan dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor domba. Kelompok pertama bertindak sebagai kontrol (tanpa perlakuan). Kelompok kedua diberi formula jamu veteriner dosis 15 ml/ekor, dan kelompok ketiga formula jamu veteriner 30 ml/ekor.

27 Tahap Perlakuan Tahap awal perlakuan pada domba adalah sinkronisasi berahi induk domba. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan anak domba dengan umur lahir yang seragam. Agen sinkronisasi yang digunakan adalah PGF2 alpha konsentrasi 5 mg/ml sebanyak 7,5 mg/ekor. Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali dengan interval waktu 11 hari. Perkawinan induk domba dilakukan sekitar jam setelah penyuntikan. Domba yang telah menunjukan gejala estrus, berupa vulva yang terlihat merah, bengkak, dan berlendir. Perkawinan dilakukan dengan perbandingan 2:1. Setiap dua ekor domba betina dikawinkan dengan satu ekor penjantan. Perkawinan dibiarkan terjadi secara alami dalam waktu 48 jam. Setelah dikawinkan, induk domba dipisahkan dari pejantan dan dipelihara dalam kandang secara kelompok sesuai dengan perlakuan. Diagnosis kebuntingan menggunakan peralatan USG dilakukan 40 hari pasca perkawinan. Selanjutnya, pencekokan formula jamu veteriner dilakukan sekali setiap minggu hingga mencapai masa partus Pengukuran Bobot Badan Anak Domba Domba dipelihara berkelompok sesuai perlakuan selama 5 bulan masa kebuntingan. Menjelang partus, pengamatan induk domba difokuskan pada tandatanda kelahiran. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecelakaan pada anak domba yang akan dilahirkan. Setelah semua domba yang bunting partus, pengukuran bobot badan dilakukan pada kisaran waktu tidak lebih dari 24 jam. Bobot yang didapatkan tersebut merupakan bobot lahir anak domba. Selanjutnya, pengukuran bobot kembali dilakukan setiap bulan hingga anak domba berusia 3 bulan Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

28 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner. Parameter Kontrol Dosis 15 Dosis 30 Jumlah anak (ekor) Rataan bobot lahir 3,11±0,52 a 3,78±0,68 a 4,10±0,69 a (kg) Total bobot lahir 15,53 26,55 24,55 Per induk (kg) Rasio anak per 1,67±0,58 a 2,33±0,58 a 2,00±0,00 a Induk Tingkat kematian 40,00 14,29 0,00 Prasapih (%) Rataan bobot 11,49±0,47 a 13,52±0,49 b 13,61±0,75 b badan sapih (kg) Total bobot 34,47 81,14 81,63 badan sapih (kg) Rasio anak 1,00±1,00 2,00±0,00 2,00±0,00 yang disapih per induk Ket: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

29 15 Jumlah anak domba dari yang tertinggi sampai terendah adalah 7, 6, dan 5 masing-masing untuk kelompok dosis 15 ml/ekor, dosis 30 ml/ekor, dan kontrol. Perlakuan pemberian jamu veteriner pada induk setelah 1 bulan kebuntingan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan bobot lahir anak domba dan rasio anak per induk (p>0.05). Meskipun demikian, dengan mengabaikan jumlah anak per kelahiran, pemberian jamu veteriner mampu meningkatkan bobot lahir anak domba sebesar 21,07% (3,11 vs 3,94) dibanding kontrol. Rasio anak per induk pada kelompok yang diberi jamu veteriner juga mengalami peningkatan sebesar 22.92% (1.67 vs 2.16) dibanding kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa anak dari induk dengan pemberian jamu veteriner memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding kelompok kontrol. Perkembangan fetus periode prenatal menjadi penentu pertambahan bobot lahir dan pertumbuhan anakan pada periode berikutnya (Adriani et al. 2004). Peningkatan ini diduga dipengaruhi oleh kandungan kimia yang terdapat dalam bahan-bahan penyusun jamu veteriner, yaitu lempuyang dan kayu manis. Lempuyang diketahui mempunyai khasiat sebagai penambah nafsu makan. Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa zerumben, koriofler, kanfersionil. Selain itu, Lempuyang juga diketahui memilki daya antimikroba (Hariana 2007; Sari 2006). Menurut Purwanti et al. (2003) kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam lempuyang mengandung senyawa α-caryophyllene yang memiliki aktivitas antimikroba yang sangat kuat. Akibatnya, nafsu makan induk meningkat dan aktivitas mikroorganisme patogen dapat terhambat sehingga berdampak positif bagi kesehatan induk dan fetus. Sementara itu, kayu manis diketahui mempunyai aktivitas dalam memperbaiki sistem peredaran darah dan sebagai antiinflamasi (Wang et al. 2009). Kandungan minyak atsiri kayu manis juga diketahui berkhasiat sebagai penghangat lambung dan efektif untuk antidiare (Kartasapoetra 2004). Efek tersebut diduga berperan penting dalam efisiensi pencernaan induk domba sehingga dapat meningkatkan bobot lahir anak domba.

30 Rataan Bobot Anak (Kg) 16 Selanjutnya, rataan bobot badan anak (kg) pada awal kelahiran sampai bulan ke-3 pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner disajikan pada Gambar Bulan Pertumbuhan Anak Domba Gambar 6. Rataan bobot lahir dan bobot badan anak pada bulan ke-1 sampai ke-3 pada kelompok domba kontrol ( ), pemberian jamu veteriner dosis 15 ml/ekor ( ), dan pemberian formula jamu veteriner dosis 30 ml/ekor ( ). Perlakuan pemberian jamu veteriner pada induk domba terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan anak bulan ke-1 sampai bulan ke-3. Pada perlakuan pemberian dosis jamu veteriner 15 ml/ekor terjadi peningkatan bobot badan anak domba bulan ke-1 sampai bulan ke-3 sebesar 23,43% dibandingkan kontrol. Sementara itu, pada perlakuan dosis jamu veteriner 30 ml/ekor terjadi peningkatan bobot badan anak domba bulan ke-1 sampai ke-3 sebesar 12,65% dibandingkan kontrol. Peningkatan ini diduga dipengaruhi oleh asupan susu yang baik dari induk domba. Anak domba sepenuhnya bergantung pada susu induk hingga 7-8 minggu setelah lahir (Devendra & Burn 1994). Produksi susu induk selama laktasi dipengaruhi oleh ketersediaan glukosa dan asetat terutama sebagai sumber energi. Kadar glukosa hanya tinggi saat 1 jam setelah makan dan selanjutnya

31 17 menurun pada minggu ketiga sampai minggu keempat setelah laktasi. Efek ini terjadi lebih tajam pada induk dengan jumlah anak yang banyak (Mege et al.2007; De Blasio et al. 2007). Asupan pakan yang baik menentukan level glukosa dalam darah. Kandungan zerumben yang terdapat dalam jahe (Rapuru 2008) dan Lempuyang (Zingiber) diketahui mampu meningkatkan nafsu makan (Hariana 2007; Sari 2006). Akibat meningkatnya asupan pakan, terjadi peningkatan level glukosa. Sejalan dengan hal tersebut, jamu veteriner juga diduga dapat memperbaiki metabolisme glukosa. kandungan methylhydroxychalcone yang terdapat dalam kayu manis yang diduga menjadi penyebabnya. Hasil penelitian Taylor et al. (2001) berhasil membuktikan bahwa derivate methylhydroxychalcone mempunyai efek kerja yang menyerupai insulin dalam meningkatkan pengambilan glukosa. Hal ini menyebabkan induk domba perlakuan pemberian jamu veteriner yang memiliki rasio anak yang tinggi kemungkinan tetap memiliki produksi susu yang lebih baik dibandingkan kontrol. Pertambahan bobot badan anak domba dari induk yang diberi jamu veteriner dosis 15 ml/ekor lebih tinggi dibandingkan anak domba dari induk yang diberi jamu veteriner dosis 30 ml/ekor. Peningkatan kadar sambiloto dalam jamu veteriner dosis 30 ml/ekor diduga menjadi penyebab pertambahan bobot badan dosis 30 ml/ekor lebih rendah dari dosis 15 ml/ekor. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ridwan (2006) yang menunjukan bahwa pemberian ekstrak sambiloto dosis rendah lebih baik dalam meningkatkan pertambahan bobot badan dan nilai konversi pakan dibandingkan dosis sedang dan tinggi. Selain itu, konsumsi sambiloto dalam jumlah yang besar juga dapat menyebabkan efek embriotoksik yang berakibat pada hambatan pertumbuhan, malformasi, hingga kematian intrauterin (Setyawati 2009). Perlakuan pemberian jamu veteriner terbukti menurunkan tingkat kematian prasapih. Tingkat kematian prasapih dari yang tertinggi ke terendah adalah 40%, 14.29%, dan 0%, masing-masing untuk kelompok kontrol, dosis 15 ml/ekor, dan dosis 30 ml/ekor. Rasio anak yang disapih per induk juga mengalami peningkatan. Rasio anak yang disapih per induk pada kelompok dosis 15 ml/ekor dan dosis 30 ml/ekor dua kali lebih tinggi dibandingkan kontrol. Sutama et al. (1993) menyatakan

32 18 bahwa tingkat mortalitas berbanding lurus dengan jumlah anak per kelahiran. Tingkat mortalitas meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah anak per kelahiran. Meskipun demikian, jamu veteriner terbukti dapat menekan tingkat mortalitas sekalipun pada jumlah anak per kelahiran yang tinggi. Rasio anak pada kontrol, perlakuan dosis 15 ml/ekor, dan 30 ml/ekor masing-masing adalah 1,67, 2,33, dan 2,00. Hal ini mengindikasikan bahwa jamu veteriner berperan dalam meningkatkan kesehatan induk dan anak. Perpaduan zat-zat yang terdapat dalam jamu veteriner diduga merupakan penyebabnya. Minyak atsiri Lempuyang diketahui mengandung senyawa α-caryophyllene. Senyawa ini memiliki aktivitas antimikroba yang sangat kuat (Purwanti et al. 2003). Selain itu, Jahe diketahui memiliki potensi sebagai antikanker dan antiinflamasi. Khasiat ini ditimbulkan oleh kurkuminoid yang terkandung dalam jahe (Suhirman et al. 2006). Senyawa-senyawa berkhasiat tersebut diduga berperan dalam meningkatkan kesehatan fetus selama periode prenatal, postnatal, dan periode pertumbuhan. Rataan bobot sapih anak domba pada kelompok kontrol, pemberian jamu veteriner dosis 15 ml/ekor, dan 30 ml/ekor berturut-turut ialah 11,49 kg, 13,52 kg, dan kg. Secara statistik rataan bobot sapih kelompok anak domba dengan pemberian jamu veteriner berbeda nyata dibandingkan kontrol (p<0,05). Sejalan dengan data tersebut, total bobot sapih anak domba pada kelompok domba dengan pemberian jamu veteriner juga mengalami peningkatan. Total bobot sapih anak domba dengan pemberian jamu veteriner dosis 15 ml/ekor lebih tinggi 57,52 % dibandingkan kontrol. Sementara itu, pada kelompok jamu veteriner 30 ml/ekor total bobot sapih lebih tinggi 47,16 %. Hal ini diduga merupakan pengaruh dari sambiloto yang tetap bertahan hingga masa sapih. Sambiloto diketahui mempunyai daya antibakteri untuk mencegah diare. Tipakorn (2002) berhasil membuktikan daya antidiare dari zat aktif utama sambiloto, yaitu andrografolidolid. Efek lain dari androgrofolid adalah menekan nilai konversi pakan sehingga dapat meningkatkan bobot badan (Ridwan 2006). Hal ini sejalan dengan Rasyaf (1999) yang menyatakan bahwa nilai konversi pakan yang rendah mengindikasikan efisiensi pakan yang semakin baik. Efisiensi pakan yang baik akan semakin meningkatkan bobot badan

33 19 anak domba. Selain itu, peningkatan bobot sapih juga diduga akibat efek dari merica dalam jamu veteriner. Merica mengandung Piperine (1-piperoylpiperidine) yang diduga dapat meningkatkan metabolisme dan laju absorbsi nutrisi anak domba (Szallasi 2005).

34 20 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pemberian jamu veteriner pada induk domba selama periode kebuntingan cenderung meningkatkan bobot lahir anak domba. Selain itu, pemberian jamu veteriner juga terbukti dapat meningkatkan rasio anak per induk dan pertambahan bobot badan anak domba hingga mencapai masa sapih Saran Penelitian lanjutan perlu dilakukan, terutama untuk mengetahui senyawa aktif dalam jamu veteriner yang mempengaruhi pertambahan bobot badan anak domba.

35 21 BAB VI DAFTAR PUSTAKA Adriani, Sudono A, Sutardi T, Sutama IK, Manalu W Pengaruh Superovulasi dan Suplementasi Mineral Seng dalam Ransum pada Induk Kambing Terhadap Pertumbuhan Anaknya. J. Indon.Trop.Anim.Agric. 29: Adriani, Rosadi B, Depison Jumlah dan Kualitas Embrio Sapi Brahman Cross Setelah Pemberian Hormon FSH dan PMSG. Animal Production 11: Adriani, Sutama IK, Sudono A, Sutardi T, Manalu W Pengaruh Superovulasi Sebelum Perkawinan dan Suplementasi Seng Terhadap Produksi Susu Kambing Peranakan Etawah. Animal Production 6: Adriani, Sudono A, Sutardi T, Manalu W, Sutama IK Pertumbuhan Prenatal dalam Kandungan Kambing Melalui Superovulasi. Journal of Biosciences 14: Anonim Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) [terhubung berkala]. [11 Juli 2012]. Anonim Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) [terhubung berkala]. [11 Juli 2012]. Anonim Jahe (Zingiber officinale) [terhubung berkala]. com/index.php?plant=1306 [11 Juli 2012]. Anonim Merica (Piper nigrum L.) [terhubung berkala]. com/index.php?plant=1011 [11 Juli 2012]. AR Setyawan et al Selisih Proporsi Daging, Lemak, dan Tulang Domba Ekor Tipis yang Diberi Pakan untuk Hidup Pokok dan Produksi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, Nopember Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm [BPS] Statistics Indonesia [terhubung berkala]. [8 Oktober 2011] De Blasio, M Dodic, A J Jefferies, K M Moritz, E M Wintour, J A Owens Maternal Exposure to Dexamethasone or Cortisol in Early Pregnancy

36 22 Differentially Alters Insulin Secretion and Glukosa Homeostasis in Adult Male Sheep Offspring. J. Physiol. Endocrinol and Metob. 293(1) Devendra C, Burn M Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: Penerbit ITB. Duldjaman M, Wiradaryaa T R, Muttaqinb M I H Daya Pintal dan Kekuatan Benang Bulu Domba Priangan dan Peranakan Merino. Media Peternakan 29: Guyton AC, Hall JE Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Karamia M, Alimona A R, Gohb Y M Effect of vitamin E, Andrographis paniculata and turmeric as dietary antioxidant supplementation on lipid and color stability of goat meat. Small Ruminant Research 97: Kartasapoetra G Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta Hariana A Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 2. Jakarta: Penebar Swadaya Manalu W, Sumaryadi MW, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS Effect of Superovulation Prior to Mating on Milk Production Performance During Lactation in Ewes. Journal of Dairy Science 83: Mege RA, Manalu W, Kusumorini N, Nasution SH Konsentrasi Hormon Tiroid dan Metabolit Darah Induk Babi Disuperovulasi Sebelum Perkawinan. Animal Production 11: Mege RA, Nasution SH, Kusumorini N, Manalu W Pertumbuhan dan Perkembangan Uterus dan Plasenta Babi dengan Superovulasi. Journal of Biosciences 14:1-6. Muhlisah F Taman Obat Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya. Mulyono S Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta: Penebar Swadaya. Munier FF Pertambahan Bobot Hidup Harian Anak Domba Ekor Gemuk (DEG) yang Diberikan Pakan Tambahan Leguminosa. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, Nopember Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm Pringgodigdoyo P T Efektifitas Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis

37 23 paniculata Ness) yang Diekstraksi dengan Air dan Dievaporasi dan Gambaran Differensial Leukosit pada Ayam yang Diinfeksi Eimeria tenella [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Purwanti, Suranto, Setyaningsih R Potensi Penghambatan Minyak Atsiri dan Ekstrak Kasar Rimpang Lempuyang (Zingiber spp.) terhadap Pertumbuhan Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense. Biofarmasi 1 (2): Rasyaf M Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya. Rapuru S K Chemical Composition and Anti-proliferative Activity of Several Medicinal Plants [Thesis]. Greensboro: The Faculty of The Graduate School at The University of North Carolina at Greensboro. Ridwan A Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan Pelarut Air Terhadap Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Salamena J F Karakterisasi fenotipik domba Kisar di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Propinsi Maluku sebagai langkah awal konservasi dan pengembangannya [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sari L Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 1: Setyawati I Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi XIII (2) : Suhirman S, Hernani, Syukur C Uji Toksisitas Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach.). Bul. Littro XVII (1): Sutama I K I G, Putu, M W Tomaszewska Peningkatan Produktivitas Ternak Ruminansia Kecil Melalui Sifat Reproduksi yang Lebih Efisien. Dalam: Reproduksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret Press.

38 24 Syukur C, Hernani Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Taylor K J, Anderson R A, Graves D J A Hydroxychalcone Derived from Cinnamon Functions as a Mimetic for Insulin in 3T3-L1 Adipocytes. Journal of the American College of Nutrition 20 (4): Tipakorn N Effects of Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees on Performance, Mortality and Coccidiosis in Broiler Chickens [disertasi]. Göttingen: Faculty of Agricultural Sciences, Georg-August-University. Wang Rui, Wang Ruijiang, Bao Yang Extraction of Essential Oils from Five Cinnamon Leaves and Identification of Their Volatile Compound Compositions. Innovative Food Science and Emerging Technologies 10: Widiarti T Mengenal Tanaman dan Khasiatnya. Surabaya: Arkola. Williamson G, Payne WJA Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Darmadja SD, penerjemah; Djagra IB, editor. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics, Third Edition. Zainuddin D Tanaman Obat Meningkatkan Efisiensi Pakan dan Kesehatan Ternak Unggas. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Hlm Szallasi A Piperine: Researches Discover New Flavor in an Ancient Spice. Trends in Pharmacological Science. 26 (9):

39 25 LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis bulan ke-0 Oneway Descriptives Bobot 95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Kontrol D D Total Test of Homogeneity of Variances Bobot Levene Statistic df1 df2 Sig ANOVA Bobot Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

40 26 Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Bobot (I) (J) 95% Confidence Interval Perlakuan Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound LSD Kontrol D D * D1 Kontrol D D2 Kontrol * D *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Homogeneous Subsets Bobot Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Duncan a Kontrol D D Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

41 27 Lampiran 2. Analisis bulan ke-1 Oneway Descriptives Bobot 95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Kontrol D D Total Test of Homogeneity of Variances Bobot Levene Statistic df1 df2 Sig ANOVA Bobot Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

42 28 Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Bobot (I) (J) 95% Confidence Interval Perlakuan Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound LSD Kontrol D D * D15 Kontrol D * D30 Kontrol * D * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Homogeneous Subsets Bobot Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Duncan a Kontrol D D Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

43 29 Lampiran 3. Analisis bulan ke-2 Oneway Descriptives Bobot 95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Kontrol D D Total Test of Homogeneity of Variances Bobot Levene Statistic df1 df2 Sig ANOVA Bobot Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

44 30 Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Bobot (I) (J) 95% Confidence Interval Perlakuan Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound LSD Kontrol D D * D15 Kontrol D * D30 Kontrol * D * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Homogeneous Subsets Bobot Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Duncan a Kontrol D D Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

45 31 Lampiran 4. Analisis bulan ke-3 Oneway Descriptives Bobot 95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Kontrol D D Total Test of Homogeneity of Variances Bobot Levene Statistic df1 df2 Sig ANOVA Bobot Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner disajikan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Kelompok Perlakuan (n = 4) Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan Setelah Perlakuan Penurunan Persentase penurunan (%) I 211 51 160 75.83

Lebih terperinci

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih

Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Lampiran 1 Cara perhitungan dosis ekstrak etanol Bawang Putih Cara perhitungan dosis buah Bawang Putih Dosis buah bawang putih untuk manusia = 0,5g / kg BB Faktor konversi untuk manusia ke mencit 20g =

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol) LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis pembanding (Andriol) Kandungan Andriol (1 kaplet/tablet)= 40 mg Faktor konversi dari dosis manusia (80 mg/70 kg BB) ke dosis mencit yang beratnya 20 g adalah

Lebih terperinci

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu.

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. Lampiran 1 : Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. 1. Dosis aloksan : Dosis aloksan pada tikus 120 mg/kgbb Pada tikus 200 g : = ( 200 g/1000 g ) x 120 mg/kgbb = 24

Lebih terperinci

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal Lampiran 1: Rencana Kerja Penelitian Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal Hari ke-8 Induksi aloksan untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif 56 Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif Mukosa normal (perbesaran objektif 4x) Dinding normal(perbesaran objektif 10x) Sel Goblet (+)(perbesaran objektif 40x) 57 Lampiran 2 Jaringan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian yang dilakukan oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS LAMPIRAN 1 61 LAMPIRAN II HASIL PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS 1. Larutan Glibenklamid Dosis manusia untuk Glibenklamid sebesar 5 mg dan konversi dosis dari manusia ke mencit = 0,0026 (Sunthornsaj N,et al,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Lampiran 1 Perhitungan Dosis Perhitungan Dosis Kunyit Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Berat serbuk rimpang kunyit

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian 37 38 Lampiran 2 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan hewan coba Hewan coba yang digunakan adalah mencit galur Swiss Webster jantan dewasa berumur 6-8 minggu dengan

Lebih terperinci

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya.

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya. 59 LAMPIRAN 1 Penghitungan Jumlah Sel Sebelum Perlakuan Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya. Hasil penghitungan

Lebih terperinci

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia)

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia) 42 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis asetosal Dosis asetosal 30 mg /100 g BB tikus (Wahjoedi, Yun Astuti N., B. Nuratmi, 1997) Faktor konversi dari tikus yang beratnya ± 200 g ke mencit yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 59 60 Lampiran 2 Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam, Fluoxetin 1. Dosis Ekstrak Etanol Coklat Hitam Dosis coklat hitam untuk manusia adalah 85 gram

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja LAMPIRAN 1 Prosedur Kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster jantan dewasa berusia 6-8 minggu dengan berat badan 25-30 gram sebanyak 25 ekor. Hewan coba diperoleh dari Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) 49 LAMPIRAN 1 PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke) Pembuatan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

Lampiran 1. Surat keterangan sampel Lampiran 1. Surat keterangan sampel 70 Lampiran 2. Hasil identifikasi sampel penelitian 71 Lampiran 3. Gambar Karakteristik Tumbuhan Temu Giring Tumbuhan Temu Giring 72 Lampiran 3. (lanjutan) Rimpang Temu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 54 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS 1. Perhitungan Dosis Asetosal Dosis Asetosal untuk menimbulkan tukak pada tikus = 800 mg/kg BB (Soewarni Mansjoer, 1994) Berat badan rata-rata tikus = ± 150 gram Dosis Asetosal

Lebih terperinci

Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding

Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun trigliserida untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI 85 LAMPIRAN B SERTIFIKAT ANALISIS ETANOL 96% 86 LAMPIRAN C HASIL PEMERIKSAAN STANDARISASI PARAMETER NON SPESIFIK SIMPLISIA DAUN MONDOKAKI A. Perhitungan randemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Test of Homogeneity of Variances. Menit ke Levene Statistic df1 df2 Sig

LAMPIRAN. Test of Homogeneity of Variances. Menit ke Levene Statistic df1 df2 Sig LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL) Oneway [DataSet3] G:\data\ajeng\input_LL (perbedaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22 gram. A. Dosis Asetosal Dosis asetosal = 30 mg/100 g tikus (Wahjoedi, 1989) Konversi dari tikus 200 g untuk mencit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Kadar infus yang digunakan pada percobaan yaitu 10%, 20%, 30% Tikus 200 g 2 ml x 10% = 10 g/100 ml = 0,1 g/ml x 2 = 0,2 mg/ml Konversi tikus ke mencit = 0,14 Dosis 1 mencit

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN A. Persiapan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster berumur delapan minggu dengan berat badan 20 25 g, diperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Alur prosedur kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit putih jantan berumur 8-10 minggu galur Swiss Webster sebanyak 25 ekor dengan berat badan 20-25 mg. Hewan coba diperoleh

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

Pembuatan Ekstrak Menggunakan Pelarut Organik

Pembuatan Ekstrak Menggunakan Pelarut Organik 60 LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Pembuatan Simplisia Kering Akar Pasak Bumi Iris atau rajang bahan baku (akar Pasak Bumi) dengan ketebalan 1 2 cm kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu 500 selama 2

Lebih terperinci

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP)

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Lampiran 1 Perhitungan dosis dan Proses Ektraksi Daun pepaya Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Dosis daun papaya sebagai antidiare untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 1 lembar

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) 95 LAMPIRAN B SERTIFIKASI TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR 96 LAMPIRAN C HASIL PERHITUNGAN KLT Hasil Perhitungan Harga Rf pada pemeriksaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA Biji pala yng digunakan pada penelitian diperoleh dari Bogor karena berdasarkan penelitian jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan destilasi uap diketahui bahwa biji

Lebih terperinci

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke- LAMPIRAN 1. Data Pengaruh Pemberian Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap Mortalitas Hama Plutella xylostella pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Tabel.

Lebih terperinci

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan ii EFEKTIFITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN PELARUT AIR HANGAT TANPA EVAPORASI DAN KAJIAN DIFFERENSIAL LEUKOSIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN Eimeria tenella DENY HERMAWAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS)

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS) LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS) Prosedur pembuatan ekstrak air daun stroberi dilakukan di Sekolah Ilmu & Teknologi Hayati ITB: 1. 500 gram daun stroberi kering ditumbuk menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN Hasil pengamatan zona inhibisi cakram ekstrak etanol batang Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) pada Mueller Hinton Agar yang telah diinokulasi oleh mikroorganisme uji Staphylococcus

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 GAMBAR PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 GAMBAR PENELITIAN LAMPIRAN LAMPIRAN 1 GAMBAR PENELITIAN Tikus Jantan Galur Wistar Tikus diberi makan pelet standar Pakan Tinggi Kolesterol Mortir + stamfer 38 39 Buah Belimbing Wuluh Juicer Tikus dipanaskan Pengambilan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L).

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). 1 Lampiran 1. Lanjutan 2 3 Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis, Daya Lekat, Kekentalan, Susut Pengeringan Ekstrak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan 67 Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan Perlakuan Bobot Badan Awal Simpangan (x-x) Kuadrat simpangan (x-x)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) 114 Lampiran 2 Simplisia daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) A a b Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU 69 LAMPIRAN B SERTIFIKAT HEWAN COBA 70 LAMPIRAN C SERTIFIKAT KODE ETIK 71 LAMPIRAN D DASAR PENGGUNAAN DOSIS Dalam penelitian ini penggunaan dosis ditingkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kode etik penelitian

Lampiran 1. Kode etik penelitian Lampiran 1. Kode etik penelitian 38 Lampiran 2. Skema Penelitian 1. Pembuatan Seduhan Teh Hijau dan Teh Hitam Ditimbang teh hijau dan teh hitam sebanyak 1750 /kg, 3500 /kg dan 7000 /kg Seduhan teh dosis1750

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS)

Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS) Lampiran 1 : Pembuatan Infusa daun Sirih (IDS) Penelitian ini menggunakan dosis dengan dasar penelitian Vivin K (2008) yang menggunakan ekstrak daun sirih dengan dosis 0,01% sampai 0,1%. Diketahui : 240

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS LAMPIRAN KONVERSI DOSIS Perhitungan dosis jamu ekstrak daun salam produksi pabrik jamu B dalam bentuk kapsul Berat J kapsul = 550 mg Konversi dosis dari manusia 70 kg ke mencit 0 gram = 0,006 Maka, dosis

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Tgl lahir : NRP : Alamat : Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun berat badan untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2 buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine. Phenylephrine dosis mencit 25 gr. = 0,5 x 0,14. = 0,07 mg / 25 gram mencit

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine. Phenylephrine dosis mencit 25 gr. = 0,5 x 0,14. = 0,07 mg / 25 gram mencit Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine Phenylephrine dosis tikus Phenylephrine dosis tikus 250 gr Phenylephrine dosis mencit 25 gr = 2 mg / kg = 0,5 mg = dosis 250 gram tikus x faktor konversi = 0,5

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun kolesterol total untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006).

Lebih terperinci

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2 Karakteristik Tumbuhan Temu Giring Tumbuhan Temu giring Rimpang Temu Giring Simplisia Rimpang Temu Giring Lampiran 2 (sambungan) 1 2 3 4 5 6 Mikroskopik serbuk

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat. rata-rata g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas

Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat. rata-rata g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas a. Pemeliharaan hewan coba Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat rata-rata 20-30 g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kandang

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Prosedur Pembuatan Ekstraksi. Prosedur pembuatan ekstrak etanol cabai rawit :

Lampiran 1 : Prosedur Pembuatan Ekstraksi. Prosedur pembuatan ekstrak etanol cabai rawit : Lampiran 1 : Prosedur Pembuatan Ekstraksi Prosedur pembuatan ekstrak etanol cabai rawit : Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cabai rawit yang diperoleh dari Ciwidey. Cabai rawit yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C.

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C. 79 Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 40 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Histologi Preparat Jaringan Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada luasan sel 25 µm dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 10 x 10. Perlakuan Lama Waktu 2 Kontrol

Lebih terperinci

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH KADARWATI D24102015 Skripsi ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01.

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01. LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1. Hasil Perhitungan ph Replikasi ph 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01 2. Hasil Perhitungan Kadar Sari Larut Air Replikasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK

LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK 1. Hasil Perhitungan Kadar sari larut air Replikasi Berat ekstrak (g) Berat cawan kosong (g) Berat cawan + ekstrak setelah pemanasan % kadar sari larut air

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN

LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN Cara Melakukan Fiksasi Jaringan : - Sebelum melakukan biopsi harus disiapkan botol yang mempunyai mulut lebar yang telah diisi oleh cairan fiksasi. - Cairan yang diperlukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS Berdasarkan jurnal A Dose-Response Study on the Effects of Purified Lycopene Supplementation on Biomarkers of Oxidative Stress, disebutkan bahwa dosis likopen 30 mg/hari pada

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge

Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge 36 Lampiran 1. Sampel Darah Hewan Uji Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge 37 Lampiran 2. Hewan Uji Kelinci jantan albino 38 Lampiran 3. Tanaman Jaka Tuwa Tanaman Jaka Tuwa

Lebih terperinci

KONVERSI DOSIS. Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22.5 gram. Dosis Asetosal = 30 mg/100 g tikus ( Wahjoedi, 1989)

KONVERSI DOSIS. Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22.5 gram. Dosis Asetosal = 30 mg/100 g tikus ( Wahjoedi, 1989) LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22.5 gram A. Dosis Asetosal Dosis Asetosal = 30 mg/100 g tikus ( Wahjoedi, 1989) Konversi dari tikus 200 g untuk mencit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

Lampiran 1. Surat Ethical clearance Lampiran 1. Surat Ethical clearance 41 Lampiran 2. Surat identifikasi tumbuhan 42 Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan mahkota dewa Gambar : Tumbuhan mahkota dewa Gambar : Daun mahkota dewa 43 Lampiran 3

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan 43 Lampiran 2. Komite Etik Penelitian Hewan 44 Lampiran 3. Gambar Tumbuhan Pecut Kuda 45 Lampiran 4. Bagan alur penelitian uji toksisitas subkronik EEPK Hewan uji

Lebih terperinci

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4 TUTORIAL SPSS RANCANGAN ACAK KELOMPOK (RAK) oleh : Hendry http://teorionline.wordpress.com/ Rancangan acak kelompok (RAK) sering disebut dengan randomized complete block design (RCBD). Pada rancangan ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan 71 Lampiran 2.Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan 72 Lampiran 3. Gambar tumbuhan dan daun pugun tanoh Tumbuhan pugun tanoh Daun pugun tanoh 73 Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging Perlakuan 1 2 3 4 5 total Rata-rata P0 61.50 61.23 61.51 62.00 61.02 307.26 61.45 P1 61.19 62.30 62.06 62.46 62.00 310.01 62.002 P2 62.30 63.20 63.20

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Perhitungan Dosis. x 60 gr = 0,6539 gr

LAMPIRAN 1. Perhitungan Dosis. x 60 gr = 0,6539 gr LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis 1. Penghitungan Dosis Bawang Merah Dosis bawang merah untuk manusia 70kg = 60 gr Bawang merah segar sebesar 4.730g dibuat menjadi 51,5501g ekstrak etanol bawang merah. x 60

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan sesudah Perlakuan

Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan sesudah Perlakuan Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan sesudah Perlakuan 1 kelompok 2 3 4 5 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg%) Persentase Penurunan Penurunan Sebelum Setelah Kadar Glukosa Darah

Lebih terperinci

= 0,5 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades.

= 0,5 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. 47 Lampiran : Perhitungan dosis : Dosis 5% Dosis 3% Dosis % Dosis % Dosis 0,5% = 5 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 00 ml akuades. = 3 gr daun pegagan kering dilarutkan dalam 00 ml akuades. = gr

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM 79 80 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Peminjaman Alat di Laboratorium Biologi FK UKM 81 Lampiran 3 Perhitungan Statistik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp.

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp. Lampiran 1. Penghitungan Dosis Ekstrak dan Fraksi Teripang Phyllophorus sp. Menurut Dick, et al., (2010) tiap 1 gr berat basah teripang setara dengan 0,025-0,04 mg glikosida triterpen dengan kadar air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Perhitungan dosis infusa kulit jengkol (IKJ) Penelitian yang dilakukan menggunakan variabel dosis IKJ 10%, 20%, 40% dan 80%. Pembuatan dosis IKJ 10% dibuat dengan prosedur

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS

PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS Maria Agustini The Departement of Fisheries, Faculty of Agriculture, Dr. Soetomo

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi. Limbah udang (kulit) 1000 gram. Dibersihkan dari benda asing 78 Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Limbang Udang Terfermentasi Limbah udang (kulit) 1000 gram Dibersihkan dari benda asing Direndam dengan Filtrat Abu Air Sekam (FAAS) selama 48 jam Dikukus selama

Lebih terperinci

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram)

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Komposisi Buah dan Sayur Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram) Nutrisi Melon Mangga Wortel Labu Kuning Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak upaya yang telah dilakukan oleh para peternak unggas dalam rangka meningkatkan produktivitas ayam pedaging. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis BiayaBubuk Instan Ekstrak Ikan GabusPer Resep

Lampiran 1 Analisis BiayaBubuk Instan Ekstrak Ikan GabusPer Resep Lampiran 1 Analisis BiayaBubuk Instan Ekstrak Ikan GabusPer Resep Biaya Produksi dengan Konsentrasi Penambahan Jahe dan Bawang Putih Perlakuan 0 Bahan Berat Bersih Harga Satuan Harga Total Ikan gabus 250

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance Lampiran 1. Surat Ethical Clearance 117 Lampiran 2. Surat Identifikasi Tumbuhan 118 Lampiran 3. Karakteristik Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Rimpang Temu Mangga 119 Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi. Pasteurisasi susu sapi. Pendinginan susu pasteurisasi

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi. Pasteurisasi susu sapi. Pendinginan susu pasteurisasi LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi Pasteurisasi susu sapi Pendinginan susu pasteurisasi Inokulasi starter kefir 2, 3, dan 5% Inkubasi selama 2 jam Penyaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun 79 Lampiran 2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan 80 Lampiran 3. Gambar Makroskopik DaunBangun-bangun Gambar Tumbuhan Daun Bangun-bangun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ethical Clearanc

Lampiran 1. Ethical Clearanc Lampiran 1. Ethical Clearanc 4 Lampiran. Hasil Identifikasi Tumbuhan 4 Lampiran. Tanaman anting-anting Lampiran 4. Bagian tanaman anting-anting yang digunakan 44 Lampiran. Simplisia tanaman anting-anting

Lebih terperinci

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Nilai Intensitas Warna Rumus : Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter Tepung tempe

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Superovulasi Superovulasi merupakan suatu teknologi reproduksi yang mampu meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan (Manalu et al. 1996). Jumlah korpus luteum ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi Perhitungan temephos 1 ppm

Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi Perhitungan temephos 1 ppm Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi: Konsentrasi 1 ppm = 1000 mg didalam 1.000.000 ml akuades. = 1 mg didalam 1.000 ml akuades. Konsentrasi 1100 ppm = 1100 mg / 1000 ml akuades. Konsentrasi 1300 ppm = 1300

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS EFFECT OF EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DOSAGE ADDED IN DRINKING WATER ON BODY WEIGHT OF LOCAL CHICKEN

Lebih terperinci

Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan. Dioven pada suhu 40 0 C

Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan. Dioven pada suhu 40 0 C 90 Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 0 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap : Rina Napitupulu Tgl lahir : 8 Juni 1987 NRP : 0510111 Alamat : Jl. Surya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

Lebih terperinci