Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi
|
|
- Bambang Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penentuan Persebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SLTP Kota Banyuwangi Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi
2 ABSTRAK
3 Pelayanan fasilitas pendidikan masih terdapat anak usia sekolah yang belum memperoleh pelayanan fasilitas pendidikan dan dalam sistemnya mampu memberikan pelayanan yang efisien, efisien dalam hal waktu dan jarak. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi fasilitas pendidikan adalah aksesibilitas, kependudukan dan tipe pelayanan fasilitas pendidikan. Berdasarkan faktor tersebut kriteria lokasi bagi fasilitas pendidikan adalah Kriteria Lokasi dan Kriteria Fisik Lapangan. Metode Analisa yang pertama menggunakan teknik analisa Delphi dengan cara wawancara ke stakeholders dan yang kedua menggunakan teknik analisa p- Median Algorithm sebagai alat analisa berdasarkan pertimbangan bahwa metoda tersebut dapat memecahkan persoalan gabungan antara melokasikan dan mengalokasikan pusat pelayanan Berdasarkan perhitungan kebutuhan dengan metode p-median algorithm, maka didapatkan 23 titik simpul terpilih adalah kelurahan Temenggungan, Banjarsari, Singonegaran, Lateng, Penganjuran, Mojopanggung, Kertosari, Boyolangu, Panderejo, Karangrejo, Kampung Melayu, Manyar, Singoturunan, Bakungang, Tukang kayu, Pakis, Kepatihan, Klatak, Giri, Kebalenan, Panderejo, Sobo. Maka dari 24 kelurahan, ada kelurahan yang terpilih, namun juga ada tak terpilih. Perhitungan Kelurahan Tak Terpilih yaitu kelurahan Kalipuro dilihat dari jarak terdekat yang berada diantara kelurahan terpilih yaitu kelurahan Giri.
4 Distribusi untuk pemakaian bersama menitikberatkan pemakaian fasilitas oleh beberapa daerah dengan tetap berusaha untuk meminimumkan jarak tempuh. Sedangkan distribusi fasilitas untuk pemakaian sendiri merupakan distribusi yang menitikberatkan pelayanan melalui besarnya nilai kebutuhan pemenuhan persebaran fasilitas SLTP di Kota Banyuwangi adalah Kelurahan Mojopanggung membutuhkan 3 rombel, Kelurahan Penganjuran merupakan jumlah penduduk usia terbanyak membutuhkan arahan penambahan fasilitas pendidikan SLTP sebanyak 9 rombel, dan sedangkan untuk kelurahan yang tidak terdapat fasilitas sekolah eksisiting maka perlu didirikan sekolah sebanyak 1 unit sekolah. Kata kunci : kriteria lokasi, fasilitas pendidikan SLTP, p-median Algorithm Sidang TA preview 4
5 PENDAHULUAN Sidang TA preview 4
6 Latar Belakang UUD RI Pemerintah : Pasal 31 ayat 1 dan 2 Sistem Persekolahan Menerap kan pola 6 tingkatan kelas Alenia 1 : Memajukan kesejahteraan umum ; mencerdaskan kehidupan bangsa Pendidikan Nasional Strategi memera takan Memper luas Supply dan demand : 36,80% Jangkauan : 3 km / 45 menit Kota Banyuwangi Kurangnya daya tampung Persebaran Lokasi sekolah yg kurang sesuai
7 Rumusan Masalah Maka dapat dikemukakan mengenai adanya permasalahan pelayanan fasilitas pendidikan SLTP di Kota Banyuwangi : Kurangnya daya tampung sekolah, hal ini diindikasikan dari adanya anak usia sekolah yang belum bersekolah Penyebaran lokasi sekolah yang kurang sesuai, hal ini diindikasikan dari adanya persebaran lokasi fasilitas pendidikan yang kurang sesuai dengan perseberan jumlah penduduk. Ada anak usia sekolah yang jangkauannya sampai 2-3 kilometer. Dari rumusan masalah tersebut yang menjadi pertanyaan adalah : Bagaimana persebaran kebutuhan pemenuhan pelayanan SLTP di wilayah penelitian?
8 Tujuan dan Sasaran Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan persebaran lokasi fasilitas pendidikan tingkat SLTP di Kota Banyuwangi. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Menentukan kriteria persebaran lokasi fasilitas pendidikan SLTP Kota Banyuwangi Menentukan kebutuhan persebaran fasilitas pendidikan Kota Banyuwangi. Menentukan lokasi persebaran fasilitas pendidikan SLTP yang optimum.
9 Ruang lingkup Lingkup Wilayah : Berdasarkan Perda Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 1992 Kota Banyuwangi terdiri 4 kecamatan dan 24 kelurahan Lingkup Substansi : Studi ini bermaksud untuk memecahkan masalah pelayan an fasilitas pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama dari segi penambahan kapasitas tampung dan penyebaran lokasinya. Hasil akhir dari penelitian ini berupa arahan pemenuhan fasilitas pendidikan SLTP, meliputi kebutuhan penambahan kapasitas tampung sekolah, pemilihan zone untuk lokasi sekolah yang perlu ditambah sesuai dengan persebaran jumlah penduduk usia tahun.
10
11 TINJAUAN PUSTAKA
12 Kriteria Penyelenggaraan Pelayanan Fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kriteria Lokasi Didirikannya sekolah adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Letak atau lokasi sekolah, apabila tidak tersedia sarana transportasi yang memadai, harus diusahakan berada pada radius yang memungkinkan anak usia tahun mengunjunginya. Hal ini mengingat bahwa sekolah tidak efisien apabila didirikan di tempat yang sunyi atau terpencil, atau pada lokasi yang membuat lelahnya murid. Jadi lokasinya harus mudah dijangkau. Kriteria Fisik Lapangan Untuk mendirikan sekolah SLTP disamping kriteria lokasi, juga perlu memperhatikan faktor kondisi lingkungan sekolah, secara fisik bangunan sekolah memerlukan pelengkap, disamping ruang belajarnya juga sarana pelengkapnya, seperti perpustakaan, lapangan untuk beroleh raga dan gedung serbaguna, Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan satu unit SLTP rata-rata memerlukan lahan seluas m2. Untuk penerapannya perlu melihat situasi dan kondisi kebutuhannya.
13 Faktor Penentu Lokasi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Fasilitas SLTP merupakan fasilitas sosial yang diartikan sebagai aktivitas atau materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat serta sifatnya memberi kepuasan sosial. Selain faktor penduduk, faktor aksesibilitas juga perlu diperhitungkan. Efektifitas lokasi suatu fasilitas pendidikan dipengaruhi kualitas lingkungan Penentuan Unit Analisis, Fasilitas pendidikan merupakan fasilitas sosial yang diusahakan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan lingkungan permukiman agar tercapai kesejahteraan bagi masyarakat
14 Teori Penggagas Faktor Pelayanan FasilitasEko (1987) Pendidikan Daerah PelayananGould (1983) Sekolah Penetapan fasilitas pendidikan bertujuan untuk memberikan pelayanan fasilitan pendidikan yang optimal. Untuk mencapai pelayanan yang optimal maka faktor yang perlu ditetapkan meliputi jangkauan pelayanan sekolah, jumlah penduduk yang diperlukan untuk mendukung adanya fasilitas tersebut Untuk menggunakan pelayanan yang diberikan oleh sekolah, maka factor yang didapatkan adalah kemudahan pencapaian, yaitu dengan menetapkan jarak pencapaian maksimum dimana murid dapat dengan mudah melakukan perjalanan antara rumah dengan sekolah
15 Lokasi Sekolah Lokasi Sekolah Engelhardt dalam De Chiara Engelhardt menjelaskan bahwa dalam memilih lokasi sekolah dari 1978 beberapa bantuan dari catatan (Scorecard) yang berisikan criteria, maka factor yang didapatkan adalah Luas lokasi (Site) dan Aksesibilitas Perry dalam Priyadi (1929); Keating dan Krumholz dalam Priyadi (2000); Golany dalam Priyadi (1976) Konsep Neighborhood Unit, Perry membuat ketetapan untuk terpenuhi kebutuhannya, maka factor yang didapatkan adalah: Memiliki jarak layanan yang mudah dicapai dengan berjalan kaki, dimana daya jangkau jarak layan efektif setiap fasilitas pelayanan sosial akan mempengaruhi ukuran neighborhood ; Jumlah penduduk, yaitu ukuran jumlah anggota menghasilkan suatu ukuran kepadatan Grigg (2000) Grigg menyatakan jangkauan pelayanan ditentukan oleh beberapa kondisi jumlah penduduk dan tujuan pengguna seimbang dengan jumlah fasilitas dan fasilitas umum harus berada dalam relative jangkauan pencapaian dari pusat kelompok penduduk, maka factor yang didapat adalah: Jumlah penduduk dan Jarak menuju tujuan pengguna
16 Aksesibilitas Grigg (2000) Melalui hubungan keterkaitan antara fasilitas dengan penduduk. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan hal yang mendasari keterkaitan antara fasilitas dan penduduk ditinjau dari aspek keruangan, Maka factor yang dipertimbangkan Jarak antara sekolah dengan tujuan pengguna Lokasi Fasilitas Kependudukan PP RI nomor 17 Tahun 2010 pasal 71 Tipe pelayanan fasilitas Acuan SNI SLTP 2004 (BSN, 2004) dalam Thesis Priyadi SLTP atau bentuk lain yang sederajat menerima warga Negara berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun sebagai peserta didik sampai dengan batas daya tampungnya Kondisi sarana prasarana penunjang; jarak; sebaran fasilitas serta daya tampung fasilitas merupakan pertimbangan berikutnya dalam penyediaan fasilitas pendidikan.
17 Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi fasilitas pendidikan adalah aksesibilitas, kependudukan dan tipe pelayanan fasilitas pendidikan. Berdasarkan faktor tersebut kriteria lokasi bagi fasilitas pendidikan adalah Kriteria Lokasi dan Kriteria Fisik Lapangan
18 METODE PENELITIAN
19 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Positivisme yang bersumber pada empiri fakta dimana ilmu yang dibangun berasal dari hasil pengamatan indera dengan didukung landasan teori Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah preskriptif Variabel Penelitian Faktor Variabel Definisi Operasional Aksesibilitas - Jarak fisik lokasi sekolah - Jarak antar simpul pusat terha dap lokasi mu rid orientasi - Waktu capai da ri lokasi -Lama perjalanan dari lokasi murid ke lokasi seko lah murid ke lokasi sekolah Kependu dukan Persebaran Penduduk Usia Tahun Tipe Pelayanan Fasilitas SLTP Jumlah penduduk usia tahun di unit analisis (Kelurahan) Daya Tampung sekolah -Daya tampung SLTP tiap Rombel -Jumlah Rombel per unit sekolah
20 Metoda Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan primer Metoda Analisa Analisa Kriteria Persebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SLTP Kota Banyuwangi Alat yang digunakan analisis kualitatif dengan metode Delphi, karena kemampuannya dalam spesifikasi variabel
21 Metoda Analisa Analisa Penentuan Persebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SLTP Kota Banyuwangi Kriteria yang diperoleh pada analisis sebelumnya. Penggunaan analisa ini menggunakan metoda p-median Algorithm sebagai alat analisa berdasarkan pertimbangan bahwa metoda tersebut dapat memecahkan persoalan gabungan antara melokasikan dan mengalokasikan pusat pelayanan
22 HASIL & PEMBAHASAN
23 Gambaran Umum Sebelah utara Sebelah barat Sebelah timur Sebelah selatan : Kecamatan Giri : Kecamatan Glagah : Selat Bali : Kecamatan Kabat Sidang TA preview 4
24
25 Kependudukan Sidang TA preview 4
26 Kondisi SLTP Kota Banyuwangi Sidang TA preview 4
27
28 Sidang TA preview 4 Kapasitas SLTP Nama SLTP Kapasitas Daya Tampung (murid) SMP 1 Banyuwangi 720 SMP 2 Banyuwangi 840 SMP 3 Banyuwangi 600 SMP 4 Banyuwangi 600 SMP 5 Banyuwangi 600 SMP 1 Giri 960 SMP 1 Glagah 840 SMP 2 Kalipuro 720 SMP PGRI 480 SMP UNTAG 480 JUMLAH 6840 Jumlah murid sesuai dengan kapasitas tampung di masing-masing sekolah ternyata berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan jumlah rombel (Rombongan Belajar). Melihat kapasitas tamping yang ada, dapat disimpulkan bahwa jumah rombel yang ada di tiap unit sekolah jumlahnya antara 12 Robel sampai 21 rombel.
29
30
31 Kode Bakungan 1 0 1,4 2,7 4, ,8 1,5 4,9 4,8 6,1 5,7 5,4 1,9 2,7 4,2 3,3 3,9 2 4,7 2,6 4,7 3,9 5,1 3,4 Banjarsari 2 1,4 0 1,5 3,5 5,3 5 2,9 5,1 5,6 5,7 5,5 5,5 2,2 4,2 3,8 2,9 4,1 3,2 5,3 3,5 4,6 5,1 4,6 4,2 Boyolangu 3 2,7 1,5 0 1,9 3,8 4,1 3,7 4,4 5,5 4,2 4,3 4,6 1,6 5 2,6 1,9 3,5 3 4,9 2,7 3,4 5,5 3,8 4 Giri 4 4,5 3,5 1, ,3 4,4 6,3 2,8 3,5 4,2 2,7 6,6 2,1 2,1 3,7 4 5,3 3,1 3 6,6 3,6 4,8 Kalipuro 5 6,3 5,3 3, ,5 7,2 5,9 8,1 3 4,4 5,4 4,7 8,6 3,6 4 5,4 6 6,9 4,9 4,3 8,6 5,1 6,7 Kampung Melayu 6 4,8 5 4,1 4 5,5 0 4,2 0,5 2,9 3 1,5 0,6 2,7 5,1 1,9 2,2 0,8 2,3 1,5 1,5 1,2 3,9 0,3 2 Kebalenan 7 1,5 2,9 3,7 5,3 7,2 4,2 0 4,1 3,2 6,3 5,4 4,8 2,6 1,3 4,3 3,5 3,3 1,9 3,6 3,1 4,5 2,2 4,1 2,3 Kepatihan 8 4,9 5,1 4,4 4,4 5,9 0,5 4,1 0 2,5 3,4 1,9 0,8 2,9 4,9 2,3 2,5 1 2,2 1,1 1,6 1,6 3,6 0,7 1,8 Kertosari 9 4,8 5,6 5,5 6,3 8,1 2,9 3,2 2,5 0 5,8 4,3 3,2 3,8 3,3 4,3 4,2 2,6 2,4 1,4 3,2 3,9 1,5 3 1,4 Klatak 10 6,1 5,7 4,2 2, ,3 3,4 5,8 0 1,5 2,7 3,9 7,5 2 2,9 3,3 4,5 4,5 3,2 1,9 6,8 2,7 4,8 Lateng 11 5,7 5,5 4,3 3,5 4,4 1,5 5,4 1,9 4,3 1,5 0 1,2 3,4 6,4 1,6 2,5 2,1 3,5 3 2,3 0,9 5,5 1,4 3,5 Manyar 12 5,4 5,5 4,6 4,2 5,4 0,6 4,8 0,8 3,2 2,7 1,2 0 3,3 5,7 2,1 2,7 1,5 2,9 1,8 2 1,3 4,4 0,8 2,6 Mojopanggung 13 1,9 2,2 1,6 2,7 4,7 2,7 2,6 2,9 3,8 3,9 3,4 3,3 0 3,9 1,9 1 1,9 1,4 3,3 1,2 2,4 3,9 2,4 2,3 Pakis 14 2,7 4,2 5 6,6 8,6 5,1 1,3 4,9 3,3 7,5 6,4 5,7 3,9 0 5,5 4,8 4,3 2,9 4,2 4,3 5,6 1,9 5,1 3,1 Penantingan 15 4,2 3,8 2,6 2,1 3,6 1,9 4,3 2,3 4,3 2 1,6 2,1 1,9 5,5 0 0,9 1,7 2,6 3,2 1,3 0,8 5 1,5 3 Penataban 16 3,3 2,9 1,9 2,1 4 2,2 3,5 2,5 4,2 2,9 2,5 2,7 1 4,8 0,9 0 1,7 2 3,2 1 1,5 4,6 1,8 2,7 Penderejo 17 3,9 4,1 3,5 3,7 5,4 0,8 3,3 1 2,6 3,3 2,1 1,5 1,9 4,3 1,7 1,7 0 1,4 1,5 0,8 1,3 3,4 0,7 1,4 Penganjuran , ,3 1,9 2,2 2,4 4,5 3,5 2,9 1,4 2,9 2,6 2 1,4 0 2,2 1,3 2,7 2,6 2,1 1 Sarangrejo 19 4,7 5,3 4,9 5,3 6,9 1,5 3,6 1,1 1,4 4,5 3 1,8 3,3 4,2 3,2 3,2 1,5 2,2 0 2,2 2,6 2,6 1,8 1,2 Singonegaran 20 2,6 3,5 2,7 3,1 4,9 1,5 3,1 1,6 3,2 3,2 2,3 2 1,2 4,3 1,3 1 0,8 1,3 2,2 0 1,3 3,8 1,1 1,8 Singoturunan 21 4,7 4,6 3,4 3 4,3 1,2 4,5 1,6 3,9 1,9 0,9 1,3 2,4 5,6 0,8 1,5 1,3 2,7 2,6 1,3 0 4,8 0,8 2,8 Sobo 22 3,9 5,1 5,5 6,6 8,6 3,9 2,2 3,6 1,5 6,8 5,5 4,4 3,9 1,9 5 4,6 3,4 2,6 2,6 3,8 4,8 0 4,1 2 Temenggungann 23 5,1 4,6 3,8 3,6 5,1 0,3 4,1 0,7 3 2,7 1,4 0,8 2,4 5,1 1,5 1,8 0,7 2,1 1,8 1,1 0,8 4,1 0 2,1 Tukangkayu 24 3,4 4,2 4 4,8 6,7 2 2,3 1,8 1,4 4,8 3,5 2,6 2,3 3,1 3 2,7 1,4 1 1,2 1,8 2,8 2 2,1 0
32 Pembahasan Analisa Penentuan Kebutuhan Pelayanan SLTP di Kota Banyuwangi Penentuan daya tampung tiap SLTP yang optimal ; Jumlah SLTP yang ada di Kota Banyuwangi ada 10 unit dengan kapasitas tampung seluruhnya murid. Dari ke sepuluh unit SLTP tersebut memiliki kapasitas tampung yang berbeda-beda. Kapasitas tampung terendah adalah 480 murid dan yang tertinggi 960 murid. Ruang kelas berkisar antara ruang kelas. Dari kondisi tersebut maka rata-rata satu unit SLTP di Kota Banyuwangi adalah 18 kelas, perkelasnya 40 murid, kapasitas tampung optimal satu unit SLTP adalah 720 murid Perkiraan Jumlah Konsumen pada Setiap Zone ; Faktor penduduk usia tahun merupakan faktor penentu lokasi SLTP, Jadi besar kecilnya pemenuhan kebutuhan sebanding dengan jumlah penduduk usia tahun di setiap zone analisis. Konsumen SLTP di setiap zone analisis adalah seluruh jumlah penduduk usia tahun Sidang TA preview 4
33 Pembahasan Analisa Penentuan Kebutuhan Pelayanan SLTP di Kota Banyuwangi Jarak jangkauan pelayanan SLTP yang optimal di Kota Banyuwangi ; Menurut J. De Chiara & Lee Kopplement menyebutkan bahwa jarak tempuh maksimum yang efisien untuk tingkat SLTP adalah antara 0.8 1,2 km. Jarak 1.2 km ini, bila dilihat dari modus pejalan kaki termasuk jarak yang normal. Jarak 1,2 km dapat ditempuh sekitar 18,46 menit (Bina Marga Sub Dit Jalan dan jembatan). Waktu tempuh tersebut dianggap waktu yang optimal Sidang TA preview 4
34 Pembahasan Analisa Persebaran Fasilitas SLTP di Kota Banyuwangi Metode p-median Algorithm, pada dasarnya bertujuan meminimalkan waktu atau jarak rata-rata yang harus ditempuh oleh penduduk untuk mencapai lokasi pemenuhan kebutuhanny. (Gerard Rushton & James A. Kohler). Persoalan p-median mempertimbangkan adanya simpul/nodal an jaringan transportasi yang menghubungkan simpul-simpul yang ada. Didalam teoremanya. L. Hakimi menyatakan bahwa kumpulan yang terbaik adalah dengan melokasikan seluruh pusat pelayanan pada simpul-simpul jaringan Adapun data-data masukan (input) untuk perhitungan p-median yang diperlukan adalah sebagai berikut: Data Jarak Data bobot simpul/zone Jumlah pusat terpilih Data pusat-pusat yang sudah pasti (fixed centers) Sidang TA preview 4
35 Pembahasan Analisis penentuan persebaran lokasi fasilitas SLTP menggunakan pendekatan p-median aghlorithm. Sebelum menggunakan pendekatan p-median aghlorithm. Maka ditentukan kebutuhan berapa kelurahan yang nantinya digunakan untuk penentuan persebaran lokasi SLTP dapat diakses Sidang TA preview 4
36
37
38
39
40 KESIMPULAN DAN SARAN
41 KESIMPULAN Terdapat anak usia sekolah yang belum memperoleh pelayanan fasilitas pendidikan. Persebaran fasilitas pendidikan dilihat dari jangkauan pelayanannya, bahwa sekolah-sekolah dalam sistemnya mampu memberikan pelayanan yang efisien, efisien dalam hal waktu dan jarak Kondisi ini tidak seimbang antara daya tampung dan jumlah penduduk usia tahun, dengan kata lain bahwa kapasitas tampung SLTP hanya 36,80 %. Meskipun sudah dibantu dengn fasilitas pendidikan yang sederajad diluar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Hanya 67,90 %). dampaknya adalah adanya penduduk usia tahun yang tidak tertampung Dengan kata lain bahwa untuk menampung anak usia tahun, membutuhkan penambahan pelayanan fasilitas SLTP. Selain kapasitas tampung yang belum memenuhi, ternyata per sebaran fasilitas SLTP yang ada juga belum merata. Sidang TA preview 4
42 KESIMPULAN Faktor Penentu Lokasi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah Fasilitas SLTP merupakan fasilitas social, faktor penduduk dan faktor aksesibilitas juga perlu diperhitungkan, dan Penentuan Unit Analisis. Kriteria yang diperoleh pada analisis sebelumnya. Penggunaan analisa ini menggunakan metoda p-median Algorithm sebagai alat analisa berdasarkan pertimbangan bahwa metoda tersebut dapat memecahkan persoalan gabungan antara melokasikan dan mengalokasikan pusat pelayanan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan dengan metode p-median aghlorithm, maka distribusi lokasi fasilitas pendidikan SLTP sebanyak 23 sekolah, maka didapatkan 23 titik simpul dengan nilai terkecil (lower - bound). Penentuan prioritas penyediaan fasilitas SLTP yang harus disediakan pada tiap kelurahan, tujuannya untuk mengurangi kesenjangan dalam hal pelayanan fasilitas SLTP antar satu kelurahan dengan kelurahan yang lain. Sidang TA preview 4
43 Saran Perlunya memperhatikan kebutuhan wilayah dalam rangka distribusi fasilitas pendidikan jenjang SLTP. Penambahan sekolah dalam jumlah ruang kelas maupun sekolah-sekolah baru perlu memperhatikan kebutuhan wilayah dan distribusi fasilitas pendidikan setingkat diwilayah bersangkutan. Hal ini ditujukan untuk mendistribusikan jarak antar wilayah menuju fasilitas pendidikan terdekat yang berkaitan erat dengan maksimasi aksesibilitas pendidikan dasar. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai distribusi fasilitas publik, khususnya fasilitas pendidikan, disarankan untuk menggunakan data-data lebih mikro dari sisi penduduk seperti data informasi individu siswa dan latar belakang keluarga. Informasi-informasi tersebut bermanfaat untuk menghasilkan analisis yang lebih komprehensif. Keterbatasan data pada penelitian ini menyebabkan analisa lebih rinci sesuai dengan kondisi existing belum sepenuhnya terakomodasi. Data-data siswa berdasarkan sekolah dan asal tempat tinggalnya yang tidak tersedia menyebabkan analisa P-Median Aghlorithm belum sepenuhnya dapat dilakukan lebih detail, seperti bagaimana pengalokasian penduduk dari lokasi tertentu menuju pada fasilitas pada lokasi tertentu pula Sidang TA preview 4
44
KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014
LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.
KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciMEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.
KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciS K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S.
hal : 1 REKAPITULASI SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D) S.D TGL 09 APRIL 2015 SETELAH TERBITNYA PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2015 TENTANG PENJABARAN PENDAPATAN
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/56/KEP/429.011/2017 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/55/KEP/429.011/2016 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN LEMBAGA LAINNYA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa sebagai implikasi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188 /69/ 429.011 /2017 TENTANG LOKASI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
Lebih terperinciKATALOG :
KATALOG : 110102.3510180 . STATISTIK DAERAH KECAMATAN BANYUWANGI 2012 STATISTIK KECAMATAN BANYUWANGI 2012 Subdistric Statistics of Banyuwangi 2012 Katalog BPS / BPS Catalog : 1101002.3510180 Ukuran Buku
Lebih terperinciRedistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya
Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program
Lebih terperinciEVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S.
EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S. Sembel 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas
Lebih terperinciKATALOG BPS:
KATALOG BPS: 1101002.190 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GIRI 2013 Katalog BPS : 1101002.3510190 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciPW Dasar Dasar Infrastruktur II. Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I PW 09 1303 Dasar Dasar Infrastruktur II Oleh Dr.Ir.Rimadewi i Supriharjo,MIP Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-ITS Latar Belakang Aspek Perencanaan Kesulitan penyediaan
Lebih terperinciTingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-197 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo Sisca Henlita, Ketut Dewi Martha
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG
KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan
Lebih terperinciIdentifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok
1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS EVALUASI LOKASI TERMINAL RENGASDENGKLOK
61 BAB IV ANALISIS EVALUASI LOKASI TERMINAL RENGASDENGKLOK Pada prinsipnya bab ini menyajikan analisis dari keseluruhan studi karena dalam bagian ini dapat ditemukan kesesuaian lokasi terminal Angkutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teortis sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Bab ini dimaksudkan untuk memaparkan landasan teoritis maupun kebijakan yang mendukung
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat hal tersebut pembangunan pendidikan memerlukan perencanaan, dengan
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Lampiran IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Nomor : 4 Tahun 2013 Tanggal : 19 Juli 2013 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN a. PENDAHULUAN Pengelolaan keuangan daerah perlu diselenggarakan secara profesional,
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 23 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN ALOKASI PAGU RASKIN/RASTRA DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2016 Membaca BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia
Lebih terperinciEVALUASI KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA FASILITAS PENDIDIKAN BERDASARKAN PENDEKATAN TEORI NEIGHBORHOOD UNIT (STUDI KASUS : KECAMATAN WENANG)
EVALUASI KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA FASILITAS PENDIDIKAN BERDASARKAN PENDEKATAN TEORI NEIGHBORHOOD UNIT (STUDI KASUS : KECAMATAN WENANG) I Putu Harianja Prayogo 1, Andy Malik²,& Amanda Sembel 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi salah satu elemen utama dan strategis dalam mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat problematika di dalamnya, seperti
Lebih terperinciBab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi
Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi Pada bab ini dijelaskan tentang hasil simulasi yang didapatkan beserta diskusi mengenai hasil simulasi tersebut. IV.1 Instrument data Penggunaan peta wilayah
Lebih terperinciLatar Belakang. Ketidakseimbangan volume lalu lintas dengan kapasitas jalan (timbul masalah kemacetan)
Latar Belakang Ketidakseimbangan volume lalu lintas dengan kapasitas jalan (timbul masalah kemacetan) Integrasi land use dan transportasi Fungsi jalan: Kolektor Primer LOS standar (Menteri Perhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir
Lebih terperinciPENILAIAN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PERTUMBUHAN BANGKITAN DAN TARIKAN LALU LINTAS (Studi Kasus Industri Cold Storage Banyuwangi)
PENILAIAN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PERTUMBUHAN BANGKITAN DAN TARIKAN LALU LINTAS (Studi Kasus Industri Cold Storage Banyuwangi) Irawati Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera
Lebih terperinciKriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciKAJIAN PENEMPATAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DALAM ASPEK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
KAJIAN PENEMPATAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DALAM ASPEK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ESLI D. TAKUMANSANG ABSTRAK Infrastruktur pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya dan aktivitas
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dapat diselesaikan dengan baik,
Lebih terperinciPenentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development
C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada akhir bagian penulisan skripsi ini, berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, setelah dianalisis secara teori dengan
Lebih terperinciPERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE
PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE Tanila Tahiya 1, Papia J. C Franklin², &Esli D Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai
Lebih terperinci2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, hampir sebagian kota di Indonesia berkembang semakin pesat, di tandai dengan laju pertumbuhan dan persebaran penduduknya lebih terpusat kepada kota
Lebih terperinciEVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR
EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh: ANGGA NURSITA SARI L2D 004 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN
PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan teknik analisis komponen utama menggunakan sofware SPSS for
Lebih terperinciKATALOG BPS: KATALOG BPS:
KATALOG BPS: 1101002.3510010 KATALOG BPS: 1101002.3510200 gi ka b. bp s. g o. id / Sumber : http://www.banyuwangibagus.com/2014/08/pantai-wedi-ireng.html ht tp :// ba ny uw an Sumber : http://www.yukpiknik.com/jawa-timur/pantai-wedi-ireng-banyuwangi/
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN
SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 188/ 89 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN SEKOLAH DASAR SEBAGAI PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MENUNJANG SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DI KABUPATEN BANYUWANGI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. relatif (Nursid Sumaatmadja, 1988:118). Lebih lanjut beliau mendefinisikan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Lokasi Lokasi dalam ruang dapat dibedakan menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif (Nursid Sumaatmadja, 1988:118). Lebih lanjut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan fasilitas,sarana dan prasarana yang dipersiapkan.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D
KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciUNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI KEGIATAN : PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESAIN (DED) PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD PADA
P E M E R I N T A H K A B U P A T E N P U R B A L I N G G A DINAS PEKERJAAN UMUM Alamat Jl. Raya Purbalingga - Kaligondang Km. 2, Telp. (0281) 893158 - Purbalingga UNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai
BAB I P E N D A H U L U A N Bab I atau Pendahuluan ini secara garis besar berisikan latar belakang isi buku rencana selain itu dalam sub bab lainnya berisikan pengertian RTRW, Ruang Lingkup Materi Perencanaan,
Lebih terperinciStudi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)
1 Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) Deka Agrapradhana, Ir. Ervina Ahyudanari ME, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat
Lebih terperinciPOLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta)
POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAERAH PERI-URBAN DENGAN PENDEKATAN MODEL DINAMIS (Studi Kasus : Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: PANGI L2D 002 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan
Lebih terperinciBAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi
BAB III DESAIN RISET Dalam bab ini akan dibahas metodologi penelitian yang digunakan, unit analisis yang digunakan, data yang mendukung penelitian, pengumpulan data, lokasi penelitian, pemilihan sampel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinci2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk
Lebih terperinciNO KATALOG :
NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66
JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN
Lebih terperinciPERENCANAAN FASILITAS
PERENCANAAN FASILITAS Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi PERENCANAAN FASILITAS Tujuan dan klasifikasi perencanaan fasilitas Siklus fasilitas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan membebaskan dalam rangka menghasilkan output yang diharapkan. Pendidikan dasar dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciOPTIMALISASI DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA GRESIK
OPTIMALISASI DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA GRESIK Nama : Panji Anindito NRP : 3608100041 Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota ITS Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rimadewi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa
Lebih terperinciKEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/228/KEP/429.011/2015 TENTANG PENETAPAN LOKASI SEBAGAI SASARAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu kunci dari keberhasilan pembangunan suatu bangsa dapat dilihat dari indikator sumberdaya manusianya. Kualitas sumberdaya manusia yang unggul
Lebih terperinciIV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA
31 IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 4.1. Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Kemiskinan tidak terlepas dari masalah tingkat pendapatan yang masih rendah dan hal ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan Distribusi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat
Lebih terperinciPENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.
PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciPOLA PERKEMBANGAN KECAMATAN WANEA BERDASARKAN MORFOLOGI RUANG
POLA PERKEMBANGAN KECAMATAN WANEA BERDASARKAN MORFOLOGI RUANG Lalu Renaldo Patrik 1, Raymond Ch. Tarore 2, Esli D. Takumansang 2 1 Mahasiswa S1 Prodi Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang
13 II TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang termasuk negara Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya salah satu masalah terpenting dan terbesar yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang termasuk negara Indonesia dan biasanya merupakan ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, penduduk Indonesia pada Tahun 2010 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang bertempat tinggal di perdesaan
Lebih terperinciPengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-202 Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya Yani Triyandani dan Sardjito Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS
V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
Lebih terperinciANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur)
ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur) ELON FADILAH SETIAWAN 3510100052 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR ISI ABSTRAK..... i KATA PENGANTAR..... ii UCAPAN TERIMAKASIH..... iii DAFTAR ISI..... v DAFTAR TABEL..... viii DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah.
Lebih terperinciANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)
PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Kampung Vertikal Kalianyar dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku 1.2 Pengertian Judul Kampung vertikal merupakan konsep hunian yang bertransformasi dari menjadi kampung yang
Lebih terperinciKatalog BPS: 1102001.3510200 Sumber : http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/banyuwangi/312-pulau_merah.html BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUWANGI Sumber : http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/banyuwangi/312-pulau_merah.html
Lebih terperinci