Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi Pada bab ini dijelaskan tentang hasil simulasi yang didapatkan beserta diskusi mengenai hasil simulasi tersebut. IV.1 Instrument data Penggunaan peta wilayah Indonesia dan pemanfatan media internet untuk mengukur jarak antar pulau seperti Global Posisition Sistem (GPS) pada wilayah yang menjadi sasaran kegiatan optimasi sangat membantu pengolahan data. Hasil pengolahan data tersebut akan dapat dijadikan sebuah bahan pertimbangan baik terhadap pengadaan kendaraan baru maupun terhadap perbaikan kendaraan lama dan penghapusan kendaraan yang sudah tidak dapat lagi digunakan. Berdasarkan daerah sebaran kendaraan tempur saat ini, kendaraan tersebut berada pada daerah sebaran pasukan. Dengan pertimbangan tersebut dan pertimbangan jarak antara region yang mempunyai ranpur dengan bengkel maka diperoleh beberapa pilihan lokasi pendirian bengkel, yaitu di daerah Medan, Pontianak, Bandung, Makasar dan Surabaya. Pengiriman lewat laut merupakan moda transportasi dengan biaya yang relatif murah bila dibandingkan dengan jalur udara, selain itu jalur laut arelatif aman untuk sebuah negara kepulauan dan dapat di kembangkan dimasa datang. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan terhadap jarak maka ditetapkan lima lokasi yang menjadi bahan pertimbangan penentuan lokasi tersebut antara lain Medan, Bandung, Pontianak, Manado, dan Surabaya. Kelima lokasi ini merupakan daerah yang potensi untuk dikembangkan bagi pembangunan bengkel guna mendukung moda pelayanan pemeliharan dan perawatan kendaraan tempur dimasa datang bila dikaitkan terhadap pengembangan sistem pertahanan untuk wilayah bagian Timur Indonesia. 30

2 Berdasarkan jumlah kendaraan tempur yang menjadi objek pengolahan data saat ini yang berjumlah lebih dari 1000 unit dengan pemilihan beberapa kriteria di tinjau dengan berbagai pertimbangan, bilamana dihadapkan pada daerah sebaran yang ada saat ini kondisi bengkel yang masuk dalam daerah yang disimulasikan mampu merawat secara maksimum pada masing-masing bengkel sesuai kapasitas yang dimiliki maka yang paling potensi dikembangkan terdapat tiga daerah pengembangan yang lokasi nya diketahui dari hasil optimasi. Daerah-daerah yang sangat berpotensi untuk dikembangkan berdasarkan hasil simulasi adalah daerah yang terdapat di tiga wilayah seperti Medan, Bandung dan Pontianak. Skenario ke tiga wilayah ini nantinya mampu mengerjakan upgrade terhadap kendaraan tempur itu secara maksimum saat ini sesuai kapasitas bengkel yang direncanakan serta alokasi waktu dan lamanya pekerjaan berlangsung. IV.2 Hasil perhitungan Hasil perhitungan berikut ini merupakan bentuk tampilan tabel yang telah dihasilkan mulai dari proses pengolahan data sampai pada tahap hasil pada region sesuai sebaran yang ada. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pada tabel berikut ini akan menjelaskan bahwa perbandingan presentase jumlah kendaraan tempur yang dirawat berdasarkan wilayah kondisi awal yang pernah dilakukan upgrade antara peran swasta dan peran lokal dalam hal ini Direktorat Peralatan Angkatan Darat. IV.2.1 Sistem Perawatan Ranpur Saat ini Hasil optimasi sistem perawatan kendaraan tempur kondisi saat ini dapat dilihat pada gambar IV.1 berikut ini. 31

3 Gambar IV. 1 Persentase Unit Ranpur yang Dirawat Berdasarkan Wilayah (Kondisi Awal) Persentase yang ditunjukan pada gambar IV.1 diatas berdasarkan dua belas region yang mempunyai ranpur untuk di rawat di bengkel kelas IV. Diharapkan kemampuan tiap bengkel yang dapat menampung kendaraan tempur lalu dirawat oleh bengkel-bengkel tersebut, selanjutnya yang paling berpotensi adalah tiga daerah yang telah disebutkan. Daya tampung terhadap jumlah perawatan kendaraan tempur yang dapat dilakukan oleh pihak swasta sebagai pengelola digambarkan pada diagram balok berwarna merah. Sedangkan diagram balok berwarna biru menunjukkan pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh pihak TNI AD dalam hal ini Bengkel Pusat Peralatan. Dari gambar IV.1 tersebut dapat terlihat bahwa hampir seluruh region harus merawat ranpur nya pada pihak swasta yang dalam hal ini adalah pihak asing. Dari kasus tersebut dapat terlihat bahwa ketergantungan perawatan tempur terhadap asing pada hampir semua region menimbulkan ketergantungan yang besar terhadap pihak luar yang dalam hal ini mengurangi kemandirian dalam negeri terhadap peralatan tempur yang menjadi besar, hal ini tentu tidak sesuai 32

4 dengan keinginan pemerintah Indonesia yang ingin menjalankan politik bebas aktif, yang kemungkinan besar akan terhalang akibat ketergantungan yang besar kepada suatu negara untuk suatu urusan yang begitu strategis seperti perawatan kendaraan tempurnya. IV.2.2 Skenario Penambahan Bengkel Skenario penambahan bengkel yang dilakukan adalah untuk mendapat pencapaian hasil perhitungan kemampuan bengkel yang maksimum dan pencapaian waktu yang optimal serta penggunaan biaya yang optimum sehingga dalam pelaksanaannya dapat menghasil jumlah capaian upgrade kendaraan tempur yang maksimal. Selain dari itu, bengkel-bengkel yang terdapat dalam perencanaan ini akan menghasilkan sebuah tingkat kemampuan yang maksimal, seperti penambahan bengkel di Medan, Bandung dan Pontianak. Pada skenario awal hanya terdapat satu bengkel di Bandung, sedangkan menurut hasil optimasi diperlukan tiga buah bengkel untuk melayani keseluruhan armada ranpur TNI AD. Berikutnya adalah gambaran umum tentang kemampuan bengkel pusat peralatan ini tidak akan dapat memberikan bentuk pemeliharaan dan perwatan kendaraan tempur secara maksimum terhadap semua kendaraan tempur yang akan dirawat. Hasil optimasi yang merekomendasikan tiga buah bengkel dari lima buah pilihan bengkel menunjukkan bahwa model program linear yang dipergunakan sensitif terhadap faktor biaya yang nilainya relatif besar untuk satu lokasi bengkel dengan lokasi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biaya yang sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu bengkel untuk didirikan adalah: 1. Harga tanah Komponen harga tanah menjadi penting karena untuk mendirikan suatu bengkel kelas IV diperlukan luas tanah yang relatif besar, yaitu 10 hektar agar kegiatan perawatan ranpur dapat dikerjakan sesuai dengan kaidah keteknikan dan keselamatan kerja sesuai dengan standar yang berlaku. 33

5 Harga tanah yang sangat mahal untuk beberapa tempat di Indonesia berperan besar dalam menetukan keekonomisan pendirian bengkel di kawasan tersebut. 2. Biaya angkut (moda transportasi laut) Jumlah ranpur yang lebih dari seribu buah dan biaya angkut per-unit ranpur per-kilometer yang relatif mahal akibat tingkat kesulitan yang tinggi dalam pengiriman ranpur yaitu sebesar Rp. 120, menjadikan faktor biaya angkut secara keseluruhan menjadi salah satu faktor biaya yang paling besar. Keadaan itu juga menerangkan bahwa jumlah sebaran kendaraan tempur di daerah yang menjadi tanggung jawabnya sangat sedikit sehingga tidak sebanding dengan jumlah rawatan kendaraan tempur pada daerah lain. Bilamana jumlah kendaraan tempur itu akan di tambah pada region Indonesia bagian timur, guna pengembangan pasukan di masa datang maka keadaan kedua bengkel yang terdapat di Makasar dan Surabaya akan dapat bekerja maksimum seperti daerah lainnya. Kemudian kondisi skenario pilihan wilayah bengkel yang dapat bekerja secara maksimum adalah pada ketiga wilayah seperti Medan, Bandung dan Pontianak. Sedangkan untuk dua daerah seperti Makasar dan Surabaya dalam simulasi optimasi pada kondisi saat ini menunjukkan situasi yang tidak efisien bila dibandingkan terhadap kemampuan dan daya tampung bengkel itu di bandingkan dengan jumlah sebaran kendaraan tempur yang ada pada region tersebut. Gambar IV.2 berikut ini menerangkan persentase kondisi kendaraan tempur yang dirawat pada kelima bengkel berdasarkan lokasi wilayah. 34

6 Gambar IV. 2 Persentase Unit Ranpur yang di Rawat di Bengkel Berdasarkan Wilayah (Skenario usulan). Hasil optimasi skenario usulan perawatan ranpur untuk tiap-tiap bengkel kelas IV dapat dilihat pada gambar IV.2, dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa tiga buah bengkel yang optimal berdasarkan simulasi adalah bengkel yang berlokasi di Medan, Pontianak, serta penambahan kapasitas di bengkel kelas IV Bandung. Dengan penambahan bengkel dalam negeri sebanyak tiga buah maka seluruh ranpur dapat dikerjakan perawatan besarnya di dalam negeri, hal ini juga mempertinggi tingkat kemanan nasional karena tingkat pengerjaan dan kerahasiaan proyek perawatan tersebut dapat hampir 100% menjadi tanggung jawab nasional dengan meminimalkan keterlibatan pihak asing dalam prosesproses yang di anggap strategis dan rahasia. Pilihan ini tidaklah terlalu berlebihan bila dikaitkan dengan hasil yang diperoleh seperti tertera pada gambar IV.2 Sedangkan untuk wilayah Medan sebaran kendaraan tempur cukup banyak sehingga memungkinkan melakukan upgrade dan lebih efektif dilakukan oleh lokal. Alasan lain sebagai bentuk penghematan adalah kondisi jarak yang dekat dari wilayah perawatan tersebut dapat 35

7 mengurangi biaya transpotasi laut serta waktu pengiriman yang singkat. Oleh sebab itu sangat efektif bila lokasi ini dapat dikembangkan. Berikutnya kita melihat peluang pada tabel IV.2 diatas untuk bengkel di wilayah Medan terdapat adanya kesempatan yang sama dengan bengkel yang ada di Bandung namun kesempatan pihak swasta tidak ada. Sehingga yang terlihat dengan jelas pada bengkel di wilayah Medan berpotensi besar untuk dikembangkan. Kehadiran bengkel tambahan yang terdapat di Medan dan Pontianak dapat membantu peningkatan mutu pelayanan terhadap pemeliharaan dan perawatan kendaraan tempur secara maksimum sesuai waktu yang diinginkan. Skenario penambahan jumlah bengkel dilain tempat yang terdapat di Bandung telah mampu menyerap biaya perawatan total sebesar 80% dari skenario total kendaraan tempur saat ini. Kondisi skenario dalam simulasi optimasi ini memberikan gambaran yang luas terhadap kegiatan upgrade yang pernah dilakukan oleh Bengkel Pusat Peralatan Angkatan Darat. Penjelasan selanjutnya akan menunjukan adanya perbedaan antara peluang penghematan yang cukup besar terhadap anggaran yang di keluarkan oleh Negara dalam jangka waktu yang telah direncanakan terhadap pihak swasta. Harapan penghematan pengeluaran devisa Negara dengan melakukan simulasi optimasi adalah salah satu tinjauan pemamfaatan dari objek yang dilakukan. Guna mendapatkan hasil yang diinginkan maka di umpamakan biaya yang akan digunakan adalah dalam jumlah yang maksimum seperti yang telah dijelaskan bahwa bila kita akan berhadapan terhadap dua pilihan. Pilihan pertama, apakah kita akan menggunakan biaya yang ada dan menyerahkan pekerjaan upgrade kepada pihak swasta. Pilihan kedua, apakah kita akan mengerjakan sendiri dengan anggaran yang ada. Dari dua pilihan tersebut tentulah akan timbul berbagai alasan yang kuat dengan berbagai pertimbangan. 36

8 IV.3 Analisis dan diskusi Hasil simulasi seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bila dilaksanakan sudah barang tentu akan menimbulkan berbagai jenis dampak yang akan ditimbulkan dari efek pembangunan tersebut. Pada bab berikutnya akan di bahas proses awal kegiatan bengkel yang pernah dilakukan terhadap perbaikan besar tersebut dan diperbandingkan dengan hasil optimasi sebagai skenario usulan. IV.3.1 Persentase volume kendaraan kondisi awal dengan skenario usulan Berikut ini mari kita lihat hasil simulasi optimasi dengan persentase volume kendaraan kondisi awal dengan hasil skenario pada gambar IV.3 berikut ini. Gambar IV. 3. Persentase Volume Kendaraan Kondisi Awal Vs Skenario Usulan Pada gambar IV.3 diatas dapat kita lihat persentase pada posisi kondisi awal telah menunjukkan peran swasta terhadap kemampuan mengerjakan perbaikan kendaraan tempur dengan anggaran yang digunakan mampu mencapai jumlah yang dirawat berkisar 40% yang ditunjukkan dengan diagram balok berwarna merah. Pengolahan data adalah hasil yang pernah dilakukan pada tahun

9 sampai tahun 1996 seperti yang telah di jelaskan, apabila kondisi awal dibandingkan dengan skenario usulan yang dapat dikerjakan oleh pihak lokal yang di gambarkan dengan diagram balok berwarna biru bahwa hasilnya dapat menghemat 10% dalam jumlah yang sama. Gambaran pencapaian yang pihak lokal dalam hal ini adalah bengkel pusat peralatan mampu mencapai 58% terhadap jumlah kendaraan tempur yang diperbaiki. Selisih jumlah yang tidak terlalu besar antara peran swasta dan peran lokal sangat dimungkinkan akan jatuh pilihan pada pihak swasta karena tidak menjukkan perbedaan yang besar bila dibandingkan teknologi yang akan didapat dan pertimbangan lain oleh pengambil keputusan saat itu. Kemudian kita meninjau kondisi berikutnya setelah dilakukan simulasi optimasi dengan menambah jumlah bengkel seperti yang telah diterangkan diatas maka terlihat dengan adanya perbedaan yang sangat tajam antara kondisi awal dan kondisi optimasi. Pada gambar kondisi optimasi mencapai tingkatan hasil 100% kemampuan yang maksimum pada sebuah pelayanan perawatan kendaraan tempur. Pada skenario usulan diterangkan bahwa kemampuan penanganan perbaikan terhadap kendaraan tempur meningkat jumlah yang dirawat mencakup semua wilayah sesuai dengan waktu yang direncanakan selama sepuluh tahun masa pengerjaan tersebut. Selanjutnya, hasil optimasi penambahan bengkel pada skenario usulan dengan bertambahnya jumlah bengkel dapat meningkatkan kemampuan maksimum terhadap jumlah kendaraan tempur yang dirawat. Kondisi ini sangat baik bila dikaitkan terhadap kesiapan kendaraan tempur saat ini yang mencapai pada titik paling rendah hanya sekitar 10%, melihat kondisi ini dapat diasumsikan akan dilakukan perbaikan secara total terhadap seluruh jumlah kendaraan tempur yang ada dalam skenario dan berpedoman pada keadaan bengkel di tiga daerah yang disebutkan memiliki kemampuan dan kapasitas bengkel yang sama serta mendapatkan anggaran yang sama, maka skenario usulan akan mendapat prioritas pilihan pertama. 38

10 IV.3.2 Penghematan Devisa Negara Selain adanya penghematan lamanya waktu pengerjaan terhadap perbaikan dan perawatan kendaraan tempur juga dapat di lihat bentuk lain terhadap sebuah kegiatan yang efisiensi sesuai diinginkan. Selanjutnya yang menjadi sorotan banyak kalangan perencana pada sebuah organisasi adalah berupa penghematan anggaran. Bagaimanapun kelangsungan sebuah kegiatan yang dilakukan menadapatkan perobahan terhadap adanya kegiatan. Penghematan anggaran yang akan dicapai cukup besar bila kita perhatikan gambar IV.3 hasil simulasi dengan pembangunan serta penambahan bengkel di sejumlah lokasi. Peluang dan kesempatan yang mungkin diperoleh adalah sebagi berikut : Pertama bila ditinjau terjadi dari aspek waktu, maka lamanya pengerjaan akan memper singkat waktu untuk menyelesaikan pekerjaan upgrade dengan sejumlah kendaraan tempur yang disimulasikan. Kedua dalam segi bentuk pengerjaan bahwa dengan membagi muatan pekerjaan kepada bagian lain atau bagian yang sama sebagai pembanding, maka akan ada sebuah kompetisi terhadap kondisi yang sudah ada. Ketiga, kesempatan yang dapat diperoleh merupakan bentuk penghematan biaya yang signifikan dari kondisi awal dengan kondisi optimasi, maka pada kondisi ini dapat dijelaskan akan terjadi penghematan devisa Negara yang cukup berarti. Peranan swasta seperti yang terdapat pada skenario perbandingan breakdown biaya antara kondisi awal dengan kondisi usulan pada optimasi skenario berikut ini menunjukan sebuah hasil perhitungan yang dapat menjelaskan adanya nilai perbaikan terhadap sistem perawatan kendaraan tempur yang mencapai hasil yang maksimal antara kondisi awal dan kondisi usulan dimana untuk tahap awal kegiatan dapat mengurangi peran swasta dan sepenuhnya menggunakan peran lokal. 39

11 Dengan kondisi tersebut diharapkan dapat mengurangi pengeluaran anggaran yang besar. Selanjutnya dengan tidak mengurangi peran swasta luar negeri maka hal ini bergantung kebijakan pemerintah dalam pengembangan bengkel selanjutnya. Namun peran swasta lokal tetap dilibatkan dalam rangka menumbuhkan industri dalam negeri. Gambar IV. 4. Perbandingan Breakdown Biaya Antara Kondisi Awal Dengan Skenario Usulan. Gambar IV.4. di atas menjelaskan bahwa mulai dari kondisi awal dan selanjutnya kondisi bengkel ditambah terjadi penghematan devisa yang cukup besar. Kondisi awal pada kelompok pertama terdapat tiga bagian dalam bahasan ini,yaitu menjelaskan tentang hasil yang dapat dikerjakan oleh pihak lokal dengan anggaran terbatas terhadap biaya perbaikan perwatan kendaraan tempur. Alokasi biaya akan mencapai 1 triliun rupiah yang digambarkan diagram balok berwarna biru, sedangkan pada bagian lain adalah peran swasta yang ikut melaksanakan kegiatan tersebut seperti yang telah dijelaskan dibagian lain bahwa kondisi awal ini, pihak swasta dapat melakukan lebih banyak perbaikan kendaraan 40

12 tempur dengan menggunakan anggaran mencapai 2.8 triliun rupiah untuk sisa atau bagian yang diserahkan kepada pihak swasta. Sedangkan pada diagram balok berwarna hijau menunjukan biaya total dari kedua pekerjaan perawatan kendaraan tempur. Kemudian kita lihat pada tabel IV.4 dengan kondisi bengkel ditambah maka menunjukan sebuah hasil yang dengan tampilan diagram balok berwarna biru, maksud dari gambar tersebut menjelaskan bahwa dalam kondisi biaya awal pada level total anggaaran yang dialokasikan akan menghasil jumlah kemampuan yang lebih terhadap biaya perbaikan dalam kondisi optimasi. Kedua hasil perbandingan yang diperoleh adalah bahwa keuntungan atau peluang yang diperoleh menunjukan untuk kondisi optimasi jauh lebih baik bila dibandingkan pada posisi awal. Maksud dari penjelasan gambar diatas adalah total biaya perbaikan perawatan kendaraan tempur saat awal maka hasilnya adalah seluruh jumlah kendaraan tempur yang dirawat sedangkan pada posisi kondisi optimasi menunjukan bahwa pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan anggaran yang sama. Namun kemampuan pengerjaan lebih banyak dari kondisi awal terhadap biaya total yang dikeluarkan. Selanjutnya kondisi tersebut sudah merupakan posisi jumlah bengkel yang sudah bertambah seperti daerah Medan dan Pontianak. Maksudnya adalah dengan anggaran yang sama hasil yang diperoleh jauh lebih besar. Peluang lain yang dapat di peroleh dengan adalah penambahan atau pembangunan beberapa bengkel akan menghasil tambahan kegiatan pada sector lain yang dapat sebagai rantai supplay pasok terhadap suku cadang maupun bahan baku yang diperlukan oleh sebuah bengkel besar setingkat bengkel pusat peralatan angkatan darat. 41

13 IV.4 Analisis SWOT Analisis SWOT dipergunakan untuk menentukan posisi strategis dari dua buah sistem perawatan kendaraan tempur yang dibahas pada penelitian ini, penentuan posisi strategis ini mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi dan pertahanan. Hasil kuantitatif untuk analisis SWOT diperoleh dari hasil simulasi sistem perawatan kendaraan tempur. IV.4.1 Data Bentuk data yang dapat mempengaruhi faktor dari dalam dan faktor mempengaruhi dari luar serta indicator nya yang mungkin terjadi dalam rangka memberikan nilai pembobotan dengan skala prioritas dan besarnya pengaruh yang mungkin ditimbukan dalam sebuah penilaian adalah sebagai berikut : I. Kekuatan (strength). 1. Biaya perawatan di Indonesia murah. 2. Biaya transportasi kecil. 3. Ketersediaan tenaga kerja yang berpengalan dalam bidang tersebut cukup. 4. Fleksibilitas perawatan kendaraan tempur. 5. Tingkat kepercayaan dan keamanan terhadap proses perawatan kendaraan tempur. II. Kelemahan (weaknesses). 1. Ketergantungan teknologi yang tinggi dari negara lain. 2. Bertambahnya jumlah personel dan kompleksitas organisasi. 3. Kurangnya dukungan kebijakan untuk perawatan kendaraan tempur didalam negeri. 4. Sering berubahnya kebijakan makro pemerintah. III. Peluang (opportunities). 1. Penghematan devisa Negara. 2. Multiplier effect untuk industri dalam negeri. 3. Penguasaan teknologi lebih lanjut untuk perawatan. 4. Jumlah kendaraan tempur di Indonesia yang memerlukan perawatan berkelanjutan relatif besar. 42

14 IV. Ancaman (threats). 1. Cepat berubahnya teknologi untuk perawatan kendaraan tempur. 2. Berkurangnya biaya perawatan kendaraan tempur oleh swasta. 3. Besarnya kemungkinan embargo terhadap suku cadang yang diperlukan. 4. Nilai Kurs dollar terhadap Rupiah yang cendrung tidak stabil. Penentuan berbagai bentuk bagian mulai dari data kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman merupakan hasil analisa dari pembahasan sebelumnya agar lebih memfokuskan suatu kajian terhadap sebuah penilaian kelaikkan sebuah pemikiran. IV.4.2 Hasil perhitungan Dalam rangka pengelompokan sebuah bahan acuan dasar pemikiran terhadap besarnya peluang dan kesempatan terhadap hasil riset yang telah dilakukan maka data tersebut dibuatkan dalam tabel guna memudahkan melihat besaran bobot yang diberikan. Penilaian ini didasari oleh pengolahan data kondisi saat ini dalam pembahasan pada bab terdahulu. Hasil pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel IV. 1 Kekuatan No Strength Bobot Faktor Usulan Existing 1 Biaya operasional di Indonesia murah % Kecepatan perawatan ranpur 12.50% Ketersediaan tenaga kerja yang berpengalan dalam bidang tersebut cukup. 6.25% Fleksibilitas perawatan kendaraan tempur. 6.25% Tingkat kepercayaan dan keamanan terhadap proses perawatan kendaraan tempur % Biaya keseluruhan 31.25% Total % Pada tabel IV.1. Posisi total pada tabel terhadap nilai total usulan mendapat hasil lebih besar dari posisi existing, hal ini memperlihatkan gambaran umum posisi usulan memiliki kekuatan terhadap posisi existing. 43

15 Tabel IV. 2 Kelemahan No Weakness Bobot Faktor Usulan Existing 1 Ketergantungan teknologi yang tinggi dari negara lain % Bertambahnya jumlah personel dan kompleksitas organisasi % Kurangnya dukungan kebijakan untuk perawatan kendaraan tempur didalam negeri % Total % Pada tabel IV.2. Nilai total usulan sedangkan nilai total existing Nilai total usulan mendapat hasil lebih besar dari posisi existing. gambaran umum posisi usulan memiliki kekuatan terhadap posisi existing, maksudnya faktor kelemahan kecil dari usulan. Tabel IV. 3 Peluang No Opportunity Bobot Faktor Usulan Existing 1 Penghematan devisa Negara % Multiplier effect untuk industri dalam negeri % Penguasaan teknologi lebih lanjut untuk perawatan % Jumlah kendaraan tempur di Indonesia yang memerlukan perawatan berkelanjutan relative 38.46% besar. Total % Pada tabel IV.3. Nilai total usulan sedangkan nilai total existing Nilai total usulan mendapat hasil sangat besar dari posisi existing, gambaran umum memperlihatkan posisi usulan memiliki peluang sangat besar terhadap posisi existing. 44

16 Tabel IV. 4 Ancaman No Threat Bobot Faktor Usulan Existing 1 Cepat berubahnya teknologi untuk perawatan kendaraan tempur % Berkurangnya biaya perawatan kendaraan tempur oleh swasta % Besarnya kemungkinan embargo terhadap suku cadang yang diperlukan % Nilai Kurs dollar terhadap Rupiah yang cendrung tidak stabil % Total % Pada tabel IV.4. Nilai total usulan sedangkan nilai total existing 16.08, gambaran umum memperlihatkan posisi usulan memiliki peluang terhadap posisi existing, berarti ancaman yang akan dihadapi kecil. IV.4.3 Diskusi dan Analisis Pembahasan berikut ini akan menerangkan tentang hasil pengolahan data pada tabel diatas yang digabungkan guna mendapatkan sebuah pokok pikiran yang telah lebih teraharah dalam proses pembulatan pemikiran dengan dasar analiss SWOT lebih semakin jelas. lihat tabel IV.5.Gabungan berikut ini. Tabel IV. 5 Gabungan Resume Usulan Existing Strength Weakness Opportunity Threat Resultant Usulan Existing x y Pada tabel IV.5. Posisi tabel gabungan memperlihatkan posisi gambaran umum tentang usulan resume mendapat hasil lebih baik bila dibandingkan terhadap posisi existing resume. Selanjutnya dapat kita lihat pada gambar IV.5 berikut ini tentang hubungan secara keseluruhan dari analisa SWOT ini. 45

17 35.00 Strength Usulan Resultant Usulan Resume Existing Resultant Existing Resume Threat 5.00 Opportunity Weakness Gambar IV. 5 Grafik Analisis SWOT. Penjelasan grafik analisis SWOT. 1. Gambar IV.5 (Biru) diatas menunjukan bahwa Usulan resume berada pada posisi positif yang menandakan kegiatan penambahan jumlah bengkel yang direncakan bagi peningkatan kemampuan mutu pelayanan perawatan kendaraan tempur Angkatan Darat layak dilakukan karena memiliki faktor kekuatan dan faktor peluang yang besar. Sedangkan faktor yang melemahkan terhadap faktor kekuatan adalah kurangnya dukungan kebijakan untuk perawatan kendaraan tempur didalam negeri. Selanjutnya yang mengurangi faktor peluang adalah berkurangnya biaya perawatan kendaraan tempur oleh swasta ( maksudnya tanpa disadari perbaikan diluar negeri akan lebih murah). 46

18 2. Gambar IV.5 ( Merah ) diatas menunjukan bahwa Existing resume berada pada posisi negative. faktor ancaman dan kelemahan terlalu besar pada posisi ini, maka dengan mempertahankan kondisi dan tidak melakukan penambahan jumlah bengkel untuk meningkatkan mutu pelayanan dan perawatan kendaraan tempur adalah hal yang mengandung resiko serta yang melemahkan terlalu dominan. Seperti besarnya kemungkinan embargo terhadap suku cadang yang diperlukan. Demikian hasil diskusi dan analisis SWOT yang telah dilakukan untuk membuktikan kelayakan sebuah perencanaan dalam rangka mengoptimalkan kondisi yang ada dengan kondisi optimasi dan membuat skenario perencanaan dengan menambah sejumlah bengkel sebagai salah satu pilihan atau pilihan alternatif dalam sebuah perencanaan jangka panjang. Perlunya sebuah kajian lebih lanjut tentang aspek lain yang belum dapat dilakukan pada penelitian ini, Kajian tersebut tentang lokasi yang tepat sarana dan prasarana, Desain bangunan gedung, industry pendukung, kelayakan sarana transportasi laut dan dermaga serta sarana penunjang lainya. 47

Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya

Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya Salah satu permasalahan utama dalam lingkungan Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI AD) Republik Indonesia adalah dalam bidang peralatan,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang. Bab I Pendahuluan Naskah ini disusun sebagai tugas akhir Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan pada Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) di Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Angkatan Darat merupakan bagian dari sistem pertahanan darat yang dimiliki TNI dan mengambil peran yang tetap di wilayah pertahanan darat, oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pertimbangan Lokasi

Faktor-faktor Pertimbangan Lokasi STRATEGI LOKASI STRATEGI LOKASI Lokasi menentukan prestasi, merupakan ungkapan yang cukup tepat untuk segala jenis kegiatan, demikian pula untuk kegiatan bisnis di sektor barang maupun jasa. Dengan demikian

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan sebuah bengkel untuk mampu mengatur strategi sehingga bengkel

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan sebuah bengkel untuk mampu mengatur strategi sehingga bengkel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis di Indonesia belakangan ini lama semakin berkembang, dengan kompleksitas, persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

Simulasi Dan Analisis Kebijakan

Simulasi Dan Analisis Kebijakan Bab VI. Simulasi Dan Analisis Kebijakan Dalam bab ini akan dipaparkan skenario-skenario serta analisis terhadap perilaku model dalam skenario-skenario. Model yang disimulasi dengan skenario-skenario terpilih

Lebih terperinci

Merancang Jaringan Supply Chain

Merancang Jaringan Supply Chain Merancang Jaringan Supply Chain Pendahuluan Perancangan jaringan supply chain juga merupakan satu kegiatan penting yang harus dilakukan pada supply chain management. Implementasi strategi supply chain

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya, saat ini persaingan yang semakin ketat dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya, saat ini persaingan yang semakin ketat dan tajam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi pasar yang berubah setiap saat sulit untuk diramalkan dan dipastikan di masa mendatang. Perubahan yang terjadi pada perusahaan dapat saja bersumber dari

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan Jakarta yang merupakan kutub perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan Jakarta yang merupakan kutub perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Provinsi Lampung adalah merupakan salah satu provinsi strategis di Indonesia. Provinsi ini memiliki letak yang strategis di mulut Selat Sunda berdekatan dengan Jakarta

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

BAB I Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

BAB I Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Pembangunan Infrastruktur akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, peningkatan investasi dan bahkan juga mampu memberikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS DAN OPERASIONAL PROYEK. Kuliah Manajemen TL

PERENCANAAN STRATEGIS DAN OPERASIONAL PROYEK. Kuliah Manajemen TL PERENCANAAN STRATEGIS DAN OPERASIONAL PROYEK Kuliah Manajemen TL Fungsi, Proses dan Sistematika Perencanaan Fungsi Perencanaan : - Sarana komunikasi - Dasar pengaturan alokasi sumber daya - Alat untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012)

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES MANUFAKTUR PRODUK WAHANA BAWAH AIR NIR AWAK DALAM RANGKA MENUNJANG KEMANDIRIAN BANGSA PADA SEKTOR INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya berbagai kejadian kecelakaan belakangan ini yang melibatkan moda transportasi darat, laut dan udara telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Fakta menunjukkan,

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Sebuah perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Perubahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Parameter No. Indikator SWOT 1 2 3 4 Faktor Internal 1. Modal (S) (W) 2. Produksi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

THE VISIONING PHASE PART 2

THE VISIONING PHASE PART 2 THE VISIONING PHASE PART 2 3. DOKUMENTASI DAN KONFIRMASI ANALISA BISNIS Aktivitas dokumentasi dan konfirmasi Analisa Bisnis 1. Dokumentasi Deskripsi Bisnis, Visi, Value, Tujuan, Strategi, Arah, Visi Operasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan penelitian. 1.1.1. Latar belakang. Jalan merupakan sarana transportasi darat yang mempunyai peranan besar dalam arus lalu lintas barang dan orang, sebagai penghubung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah ditemukan dimanamana. Fakta kemiskinan baik menyangkut individu maupun masyarakat akan mudah dilihat,

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON:

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON: ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS CONTACT PERSON: Untuk mewujudkan laboratorium yang bermutu perlu dilakukan analisis (identifikasi dan penilaian) berbagai faktor yang strategis yang mendukung pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan bisnis jasa terus meningkat pesat, menurut Badan Pusat Statistik pertumbuhan perekonomian tahun 2013 pada sektor jasa 5,46 persen dibandingkan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1 Metode Pengumpulan Data 24 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari dua data, antara lain: 1. Data Primer Data primer merupakan data penelitian yang didapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan transportasi ini memungkinkan mobilitas barang, jasa, maupun manusia menjadi lebih mudah dan

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal laut merupakan jasaangkutan yang berperan dalam jasa pengangkutan barang dan penumpang. Sektortransportasi selain

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sebagai sebuah kota besar yang juga berfungsi sebagai Ibukota Negara dan berbagai pusat kegiatan lainnya Jakarta sudah seharusnya menyediakan segala sarana dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS 1. Perencanaan Kapasitas Produksi Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perencanaan kapasitas produksi yaitu : 1. Perencanaan & Pemilihan Proses Tidak berarti pemilihan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari ribuan pulau yang besar dan kecil, sehingga tanpa sarana angkutan transportasi yang memadai

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Kreatif Batik Menghadapi MEA Di Pasar Kliwon Surakarta

Analisis Dampak Ekonomi Kreatif Batik Menghadapi MEA Di Pasar Kliwon Surakarta Analisis Dampak Ekonomi Kreatif Batik Menghadapi MEA Di Pasar Kliwon Surakarta Siti Nandiroh 1,*, Indah Pratiwi 1, Susi Susanti 1 1 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu mengirinkan barang dalam skala besar. Sejarah serta perkembangannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut pendapat Warsito (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. kota yang diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan semakin banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

VI. PERUMUSAN STRATEGI

VI. PERUMUSAN STRATEGI VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

atribut MSS MIS Wsi total CSI

atribut MSS MIS Wsi total CSI Pengguna Jalan atribut MSS MIS WF Wsi 1 3.100 3.467 0.179 0.554 2 3.033 3.333 0.172 0.521 3 2.967 2.967 0.153 0.454 4 3.133 3.233 0.167 0.522 5 3.167 3.200 0.165 0.522 6 3.100 3.200 0.165 0.511 total 19.400

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Desember 2013 Kepala Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya

KATA PENGANTAR. Surabaya, Desember 2013 Kepala Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya telah berhasil menyusun Rencana Strategis tahun 2014. Rencana Strategis ini akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA TERHADAP SISTEM YANG BERJALAN. dan jasa yang didirikan pada tahun 1970 dengan nama perdana PO. PO. Limas Express seperti sekarang ini.

BAB 3 ANALISA TERHADAP SISTEM YANG BERJALAN. dan jasa yang didirikan pada tahun 1970 dengan nama perdana PO. PO. Limas Express seperti sekarang ini. 29 BAB 3 ANALISA TERHADAP SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PO. Limas Express adalah perusahaan yang bergerak di bidang angkutan dan jasa yang didirikan pada tahun 1970 dengan nama perdana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2017 KEMEN-DPDTT. DAK Fisik Afirmasi bidang Transportasi TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sektor kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi BAB I KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENCAPAIAN 1 A. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x I. PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian.. 5 1.4

Lebih terperinci

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S): KELEMAHAN (W): 1. Adanya rancangan RTRW 1. Belum ada perda pengelolaan sistem drainase 2.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laba Bersih Pertamina Tahun 2014 hingga 2015

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laba Bersih Pertamina Tahun 2014 hingga 2015 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Terbentuknya proses kolaborasi diyakini menjadi salah satu tantangan bagi pengelolaan bisnis dalam organisasi. Hal ini terkait dengan adanya kerjasama dan inisiatif bersama

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Metodologi BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Studi Literatur Observasi Perusahaan - Visi & Misi Perusahaan - Kebijakan Manajemen Analisis Kondisi Internal Value Chain Analysis (Showa Global

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Strategi pengembangan sanitasi dirumuskan berdasarkan hasil analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) sesuai matrik analisis SWOT yang terdapat pada Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana dalam sistem transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil data di Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit. EPIKD), Departemen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Transportasi sudah lama ada dalam perkembangan kehidupan manusia, dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Hal ini karena pemerintah melihat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah Kelurahan Cisaranteun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah Kelurahan Cisaranteun BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah Kelurahan Cisaranteun Kidul, Kecamatan Rancasari di Kawasan Pengembangan Gedebage Kota Bandung Propinsi

Lebih terperinci