BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan, seperti pendidikan, kesehatan, komersil, dan perkantoran. Tingkat kemudahan masyarakat dalam mendapatkan fasilitas kebutuhan dapat digambarkan dengan persepsi kualitas aksesibilitas. Secara umum, aksesibilitas merupakan tingkat kesempatan dan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan keuntungan. Dalam penelitian ini aksesibilitas diukur berdasarkan persepsi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan pendidikan, kesehatan, komersil, dan bekerja. Lebih lanjut dijelaskan oleh Black dalam Tamin (1997) terkait aksesibilitas dalam prespektif keruangan, bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau susah lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Aksesibilitas yang baik menunjukkan tingginya tingkat kemudahan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang mereka butuhkan. Dalam penelitian ini, akan dibahas kemudahan mendapatkan fasilitas berupa pendidikan, kesehatan, komersil, dan lokasi bekerja. Kualitas aksesibilitas dapat diturunkan dari konsep kapabilitas.kapabilitas sendiri menurut Pramono (2016) ditentukan berdasarkan persepsi masyarakat terhadap ketersediaan dan manfaat dari adanya 40 aset. Aset-aset tersebut yaitu tangible assets/aset fisik (berupa sarana prasarana dan infrastruktur) dan intangible assets/aset non fisik (berupa akses mendapatkan keterampilan, pengetahuan, kualitas kesehatan, kualitas pendidikan, dan jaminan sosial). Dengan demikian, persepsi kualitas aksesibilitas dalam konsep kapabilitas merupakan kemudahan masyarakat dalam mengakses aset-aset yang dijelaskan 1

2 dalam Teori Kapabilitas (Pramono, 2016). Dalam penelitian ini, persepsi kualitas aksesibilitas dibatasi hanya pada pemenuhan kebutuhan pelayanan pendidikan, kesehatan, komersil, dan lokasi bekerja. Dalam Teori Kapabilitas, pemenuhan kebutuhan pelayanan tersebut dapat direpresentasikan dengan 11 aset. Kesebelas aset tersebut merupakan aset-aset yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan pendidikan, kesehatan, komersil, serta sarana prasarana transportasi. Ketersediaan dan sebaran fasilitas/aset dan jaringan transportasi tersebut tercermin dalam struktur ruang wilayah. Struktur ruang merupakan unsur utama dalam penataan ruang. Menurut UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Kondisi struktur ruang yang ada mempengaruhi pola mobilitas masyarakat dalam mengakses fasilitas. Sebaran fasilitas pelayanan mendorong masyarakat untuk melakukan pergerakan. Sebaran lokasi fasilitas yang ada dalam struktur ruang harus merata dan dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam penelitian ini, pola pemilihan pergerakan dianalisis menjadi tiga aspek, yaitu pemilihan fasilitas, pemilihan moda pergerakan, dan pemilihan rute yang dilewati untuk mencapai fasilitas. Pemilihan masing-masing aspek ini didasarkan pada persepsi subyektif dari masyarakat sendiri dengan memaksimalkan manfaat yang ada. Faktor pilihan ini dapat dijelaskan dengan Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory). Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat akan memilih tindakan yang paling menguntungkan berdasarkan rasionalitas dan preferensi mereka sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Teori Pilihan Rasional dikaitkan dengan pemilihan dalam pola mobilitas. Secara umum, penerapan Teori Pilihan Rasional digunakan sebagai instrumen untuk menganalisis tindakan ekonomi dan sosial. Teori ini belum 2

3 optimal diterapkan terkait pemilihan pergerakan maupun pemilihan pelayanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory) untuk diterapkan dalam aspek pemilihan fasilitas pelayanan, pemilihan moda, dan pemilihan rute. Dengan demikian, kondisi struktur ruang mempengaruhi pola pergerakan masyarakat dalam mengakses kebutuhan. Pola pergerakan yang terbentuk akan menentukan persepsi masyarakat terhadap kemudahan menjangkau fasilitas (persepsi kualitas aksesibilitas). Pergerakan yang efisien menuju fasilitas pelayanan maka preferensi masyarakat terhadap aksesibilitas menuju fasilitas tersebut, baik. Preferensi masyarakat terhadap kualitas aksesibilitas menentukan kualitas kesejahteraan masyarakat. Persepsi masyarakat yang mudah dalam mengakses dan mendapatkan kebutuhannya, maka masyarakat akan berpersepsi bahwa tingkat kesejahteraannya juga meningkat. Dalam penelitian ini, tingkat kesejahteraan sosial diukur berdasarkan persepsi masyarakat terhadap pemenuhan aset-aset kebutuhan. Persepsi tersebut dijelaskan dalam Teori Kapabilitas (Pramono, 2016) dimana kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap pemenuhan 40 aset yang terukur dalam Indeks Kapabilitas. Dengan memahami keterkaitan konsep-konsep diatas, dapat sebagai dasar untuk mendorog terwujudnya struktur ruang yang berkualitas. Keterkaitan tersebut bahwa kondisi struktur ruang akan membentuk pola pergerakan masyarakat dalam mencapai fasilitas kebutuhannya. Pola pergerakan yang terbentuk akan menentukan persepsi masyarakat terkait mudah atau sulitnya suatu fasilitas untuk diakses (persepsi kualitas aksesibilitas). Kualitas aksesibilitas yang baik menunjukkan kemudahan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Mudahnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan menentukan persepsi masyarakat terhadap tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan lokasi di Kabupaten Sleman untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan 3

4 masyarakat di Kabupaten Sleman yang tercermin dalam kondisi struktur ruang yang ada. Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah yang memiliki penggunaan lahan permukiman yang luas yaitu hampir 40% dari luas wilayah. Dari 17 kecamatan yang dimiliki, terdapat kecamatan dengan kepadatan penduduk cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yaitu Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati, dan Kecamatan Ngaglik. Adanya ketidakmerataan kepadatan penduduk ini berpengaruh terhadap ketidakmerataan fasilitas pelayanan yang dijangkau oleh masyarakat. Wilayah dengan karakteristik perkotaan seperti ini, merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan memiliki ketersediaan fasilitas pelayanan yang lebih memadai. Masalah yang muncul di tiga kecamatan ini adalah kemacetan. Kemacetan terjadi pada kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok dan Kecamatan Mlati(RKPD Kabupaten Sleman, 2016).Selain itu, Kabupaten Sleman juga memiliki banyak masyarakat komuter yang semakin menambah intensitas pergerakan. Adanya kemacetan ditambah dengan aktivitas masyarakat komuter ini menjadi indikasi persepsi masyarakat terhadap tingkat aksesibilitas, menurun. Persepsi tingkat aksesibilitas menjadi penting untuk dianalisis sebagai pendukung berlangsungnya kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Sleman. Jika aksesibilitas baik, akan berdampak pada peningkatkan perekonomian khususnya kondisi ekonomi masyarakat. Persepsi tingkat aksesibilitas terhadap pelayanan menjadi salah satu indikasi untuk mengetahui persepsi kesejahteraan masyarakat. Penelitian mengenai pengaruh persepsi aksesibilitas pelayanan terhadap persepsi kualitas kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan sebagai dasar pentingnya upaya peningkatan aksesibilitas pelayanan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan mengetahui tingkat kemudahan mendapatkan fasilitas pelayanan, dapat diketahui tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat. 4

5 Terpenuhinya kebutuhan masyarakat menjadi salah satu indikasi peningkatan kesejahteraan sosial, sehingga dapat dilakukan intervensi berupa peningkatan aksesibilitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sleman. 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Kualitas aksesibilitas pada penelitian ini merupakan persepsi kemudahan masyarakat dalam mengakses fasilitas. Persepsi kualitas aksesibilitas dipengaruhi pola pergerakan masyarakat dalam mengakses fasilitas kebutuhan. Ketersediaan fasilitas tersebut merupakan akibat dari struktur ruang yang ada. Persepsi kualitas aksesibilitas yang tercermin dari pola pergerakan tergantung dari ketersediaan pilihan-pilihan fasilitas layanan yang dibentuk oleh struktur ruang. Secara umum, dalam literatur dijelaskan bahwa kualitas aksesibilitas hanya ditentukan berdasarkan kondisi empirik keruangan. Dalam konsep struktur ruang, salah satu indikator aksesibilitas yang baik adalah distribusi ketersediaan fasilitas pelayanan dan kondisi infrastruktur transportasi menuju fasilitas layanan. Ketersediaan fasilitas pelayanan dilihat secara kuantitas yaitu dengan melihat jumlah pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Namun, diduga terdapat faktor lain yang mempengaruhi penilaian terhadap aksesibilitas selain aspek keruangan, yaitu faktor persepsi masyarakat. Penilaian aksesibilitas berdasarkan persepsi masyarakat tersebut belum banyak diteliti dan dikaji dalam literatur. Persepsi tersebut yaitu persepsi kemudahan masyarakat dalam mendapatkan fasilitas kebutuhan. Kemudahan tersebut berkaitan dengan pemilihan fasilitas, pemilihan moda, dan pemilihan rute pergerakan menuju fasilitas. Faktor pilihan tersebut salah satunya dapat dijelaskan dengan Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory). Teori ini menjelaskan tentang keputusan yang diambil masyarakat terhadap berbagai pilihan yang ada sesuai dengan motivasi dalam diri masyarakat sendiri. Teori ini diaplikasikan pada perilaku manusia secara umum, namun belum terdapat penjelasan rinci tentang penerapannya pada sistem pemilihan pergerakan. Selain itu, keterkaitan antara 5

6 wujud struktur ruang dengan pilihan-pilihan pola mobilitas yang dijelaskan dalam Teori Pilihan Rasional dalam rangka pemenuhan kebutuhan belum banyak dijelaskan dalam literatur. Berdasarkan perumusan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut : 1. Seberapa tinggi persepsi masyarakat terhadap kualitas aksesibilitas terutama terkait dengan struktur ruang dan sistem transportasi berkontribusi terhadap kualitas hidup masyarakat? 2. Apa saja faktor-faktor terkait struktur ruang yang berpengaruh terhadap persepsi kualitas aksesibilitas yang tercermin dalam ketersediaan pilihan pola-pola pergerakan yang dapat memberi efisiensi, kenyamanan, dan keamanan? 3. Bagaimana rasionalitas pilihan mobilitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengukur persepsi kualitas aksesibilitasmasyarakat dalam mengakses fasilitas pelayanan di Kabupaten Sleman. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor struktur ruang yang mempengaruhi persepsi kualitas aksesibilitas di Kabupaten Sleman. 3. Mendeskripsikan pola pemilihan mobilitas yang terdiri dari pemilihan fasilitas, pemilihan moda, dan pemilihan rute 1.4 Keaslian Penelitian Berikut adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yang berkaitan dengan kata kunci pada penelitian ini yaitu : interaksi aspek transportasi dengan guna lahan, pengaruh karakteristik permukiman dengan transportasi, dan nilai aksesibilitas. Fokus amatan penelitian terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian ini baik dari segi teori yang digunakan, maupun variabel penelitian. 6

7 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Artsswin da Ayu Bungara (S1 PWK UGM/20 13) Febriana Tri Astuti (S1 PWK UGM/20 10) Judul Fokus Lokus Metode Gap Penelitian Nilai Fokus pada Lokasi Menggunakan Belum Aksesibilitas analisis amatan metode mempertimban menuju aspek yaitu Tugu deduktif, data gkan aspek Taman dan aksesibilitas Muda berupa data preferensi Keterkaitann (kemudahan meliputi kuantitatif dan masyarakat ya dengan pengunjung lokasi diolah secara sebagai salah Lokasi Parkir Taman taman, kualitatif satu faktor Sekitar pada Tugu Muda parkir, dan dengan penentu Taman Tugu dari tempat daerah asal pembobotan. aksesibilitas. Muda di Kota tinggal) dan pengunjung. Menggunakan Semarang keterkaitan paradigma (hubungan rasionalistik. antara taman dengan lokasi parkir) Hubungan Nilai Ringroad Menggunakan Penentuan antara aksesibilitas Utara (Jalan metode tingkat Aksesibilitas terhadap Solo km 9 deduktif, data aksesibilitas dengan kegiatan Jalan berupa data hanya Kegiatan perdaganga Magelang kualitatif berdasarkan Perdagangan n, km 5,7) tata guna lahan di Ringroad keterkaitan yang ada, Utara nilai belum aksesibilitas mempertimban dengan gkan kondisi Bersambung 7

8 Lanjutan Tabel Keaslian Penelitian perkembang jaringan an retail, penghubung hubungan dan faktor lain aksesibilitas seperti kualitas dengan fasilitas kerapatan perdagangan kepadatan itu sendiri. guna lahan komersil Martina Interaksi Perkembang Sekitar Menggunakan Metode C. Perkembanga an dan terminal metode pengumpulan Adriana n aktivitas di Laladon dan deduktif, yang data hanya (S1 Transportasi kawasan terminal berdasar pada dengan PWK dan Guna amatan, Bubulak, teori dan observasi, UGM/20 Lahan pada karateristik Bogor. memandingkan kurang 12) Kasus terminal, dengan kondisi merepresentasi Terminal arus lalu empiris. kan kondisi Kembar di lintas, dan Bersifat empiris. Bogor arahan kualitatif, yaitu pengemban mengobservasi gan Kota kawasan dan secara Kabupaten subyektif, Bogor bukan dari data sekunder dari dinas-dinas terkait Ferdian Pengaruh Pemilihan Zona Menggunakan Belum Jamal Karakteristik moda permukima metode mempertimban (S1 Zona transportasi n yang deduktif, yaitu gkan lokasi PWK Permukiman oleh diteliti mmenguji tujuan sebagai Bersambung 8

9 Lanjutan Tabel Keaslian Penelitian UGM/20 terhadap masyarakat adalah tiap- teori/konsep faktor 14) Pemilihan dilihat dari tiap dengan realita. pengaruh Jenis Moda karakteristik kelurahan di Bersifat pemilihan Transportasi zonanya Kecamatan kuantitatif, moda. Belum Penduduk Sagulung, data berupa memakai teori yang Bekerja Kota Batam angka dan pemilihan di Kecamatan diolah dengan rasional yang Sagulung, statistik. dapat menjadi Kota Batam Menggunakan dasar dalam paradigma penelitian. positivistik Sumber : Analisis Peneliti, 2016 Secara umum, penelitian yang telah ada sebelumnya terkait dengan aksesibilitas dengan lingkup mikro. Aksesibilitas yang menjadi fokus penelitianpenelitian tersebut terkait dengan sirkulasi dan tata guna lahan yang ada di kawasan amatan. Seperti pada penelitian Artsswinda Ayu Bungara (2013) yang menentukan tingkat aksesibiltas pada taman dengan mempertimbangkan intensitas pergerakan dari kelima jalan menuju taman tersebut. Selain aksesibilitas, keterkaitan taman dengan lokasi parkir juga menjadi fokus dalam penelitian ini. Dalam menentukan tingkat aksesibilitas, penelitian ini hanya mempertimbangkan tingkat kemudahan pengunjung untuk mencapai taman melalui kelima jalan menuju taman tersebut. Penentuan tingkat aksesibilitas belum mempertimbangkan alasan pengunjung dalam memilih rute perjalanan menuju taman yang mereka kunjungi. Hal tersebut menjadi motivasi peneliti dalam mempertimbangkan preferensi masyarakat untuk menentukan tingkat aksesibilitas. Penelitian lingkup mikro juga dilakukan oleh Febriana Tri Astuti (2010) yang berfokus pada hubungan tingkat aksesibilitas dengan perkembangan kegiatan perdagangan di jalan arteri ringroad utara. Hal ini tentu tidak dapat digunakan sebagi pertimbangan penentuan tingkat aksesibilitas dalam lingkup yang lebih luas. 9

10 Dalam penelitian sebelumnya oleh Martina C. Adriana (2012), dijelaskan tentang keterkaitan perkembangan transportasi dengan guna lahan pada kawasan Terminal Kembar, Bogor. Pengumpulan data dalam penelitian ini berdasar pada teori dan memverifikasi dengan kondisi lapangan. Dalam penelitian ini tidak menggunakan data pendukung berupa data sekunder, sehingga bersifat kurang representatif terhadap apa yang terjadi di lapangan. Penentuan aksesibilitas juga berkaitan dengan pemilihan moda transportasi menuju fasilitas publik. Pada penelitian Ferdian Jamal (2014) ini, diidentifikasi pengaruh karakteristik zona permukiman terhadap pemilihan moda. Teori yang digunakan hanya terkait karakteristik zona permukiman saja, belum mempertimbangkan faktor preferensi dari masyarakat dalam memilih moda transportasi. Secara umum, lokasi penelitian sebelumnya tergolong mikro dan tidak dapat diterapkan atau tidak dapat merepresentasikan tingkat aksesibilitas dalam wilayah yang lebih luas, padahal aksesibilitas berkaitan dengan tata guna lahan dalam lingkup yang lebih luas sebagai pembangkit dan penarik perjalanan berupa zona-zona perumahan dan berbagai fasilitas pelayanan lain. Maka dari itu, tingkat aksesibilitas pada kawasan yang mikro tidak dapat merepresentasikan tingkat aksesibilitas dalam wilayah yang lebih luas. Fokus penelitian yang telah ada masih menilai aksesibilitas berdasarkan keterkaitan guna lahan dengan transportasi. Belum terdapat penelitian yang menggunakan faktor pilihan rasional dari masyarakat atau preferensi masyarakat sebagai penentu tingkat aksesibilitas.faktor preferensi masyarakat ini penting pengaruhnya dalam mengetahui tingkat aksesibilitas. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut tingkat aksesibilitas bukan hanya dari aspek keruangan, tetapi juga aspek subyektif dari masyarakat. 10

11 1.5 Batasan Penelitian Batasan atau lingkup yang akan dibahas dalam penelitian ini dibagi ke dalam lingkup lokasi dan fokus penelitian Lingkup Lokasi Wilayah amatan dari penelitian ini yaitu Kabupaten Sleman, khususnya kawasan perumahan yang ada di 3 kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, yaitu Kecamatan Mlati, Kecamatan Depok, dan Kecamatan Ngaglik. Pemilihan kecamatan ini berdasarkan kepadatan penduduk yang paling tinggi di Kabupaten Sleman yang merepresentasikan tingginya intensitas pergerakan. Pertimbangan ini juga berdasarkan letak tiga kecamatan ini yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dan merupakan kawasan aglomerasi perkotaan. Karakteristik perkotaan yang dimiliki ketiga kecamatan ini sesuai untuk merepresentasikan aksesibilitas Kabupaten Sleman dan pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Fokus Penelitian Fokus substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi : a. Persepsi masyarakat terhadap kemudahan pemenuhan fasilitas b. Persebaran lokasi perumahan di Kabupaten Sleman sebagai bangkitan perjalanan c. Persebaran lokasi pelayanan publik di Kabupaten Sleman sebagai tarikan perjalanan, berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, komersil, dan lokasi kerja. d. Pola hubungan distribusi perumahan dan fasilitas e. Pola pergerakan dan rasionalitas pilihan pergerakan f. Ragam pemilihan lokasi pelayanan, moda yang digunakan, dan rute yang dilewati untuk menuju fasilitas pelayanan g. Kondisi sarana prasarana transportasi penghubung perumahan dengan fasilitas 11

12 h. Persepsi kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kepuasan pemenuhan pelayanan. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Kontribusi Teoritik Keilmuan a. Sebagai pendetailan penerapan Teori Pilihan Rasional dalam pola pergerakan b. Sebagai pertimbangan perencanaan struktur ruang yang didasarkan pada penerapan Teori Pilihan Rasional yang terintegrasi dengan Teori Kapabilitas 2. Bagi Pemerintah a. Sebagai pertimbangan merencanakan dan memperbaiki struktur ruang b. Sebagai pertimbangan dalam peningkatan dan pemerataan kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanan publik c. Sebagai pertimbangan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat 12

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi Tren Perencanaan Tata Ruang Untuk Transportasi Peningkatan mobilitas memerlukan lahan yang lebih luas untuk transportasi Pemilikan kendaraan bermotor yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk menjamin lancarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana dalam sistem transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia

Lebih terperinci

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah mengalami perkembangan sebagai akibat adanya kegiatan atau aktivitas manusia yang terjadi di dalamnya. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yaitu Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

Lebih terperinci

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh: ANGGA NURSITA SARI L2D 004 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian masyarakat di Indonesia untuk bepergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Transportasi Setiap Tata Guna Lahan akan terdapat suatu kegiatan yang akan menimbulkan bangkitan pergerakan dan tarikan pergerakan. Kegiatan itu dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyandang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya

BAB III METODOLOGI. moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya BAB III METODOLOGI III.1. METODE PENDEKATAN MASALAH Menurut Tamin (1997) analisis permasalahan transportasi bersifat multi moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas merupakan alasan seseorang dalam melakukan suatu perjalanan. Ada tiga kategori aktivitas, yaitu aktivitas wajib, fleksibel, dan bebas (Stopher et al., 1996).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota dan ketersediaan fasilitas menarik terjadinya pergerakan dari daerah pinggiran (hinterland) ke pusat kota. Ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahapan terpenting dalam berbagai perencanaan dan kebijakan transportasi. Sebab hal ini menyangkut efisiensi pergerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia membutuhkan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar hingga kebutuhan yang dapat mengaktualisasikan dirinya. Fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah

Lebih terperinci

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO Meike Kumaat Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Jl Hayam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan infrastruktur, dan aktivitas ekonomi yang terus meningkat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Urbanisasi yang terjadi di kota-kota mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang No.1 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN

BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN Bab ini berisi ringkasan hasil temuan penelitian, kontribusi penelitiam terhadap perkembangan teori, implikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan akan transportasi dalam suatu wilayah merupakan kebutuhan akan akses untuk menuju fungsi-fungsi pelayanan kota di lokasi berbeda yang ditentukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terminal sebagai simpul transportasi membantu peningkatan pelayanan operasi transportasi jalan raya. Dengan adanya terminal sebagai tempat keberangkatan, pemberhentian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pusat kota masih menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Pusat kota menjadi pusat aktivitas penduduk di

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan identik dengan fungsi sebagai tempat pelayanan, baik perdagangan maupun jasa. Hal ini membuat perkotaan menjadi tempat utama masyarakat beraktivitas setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan permasalahan bagi perencana maupun pengelola kota, dan akan menjadi lebih semakin berkembang karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap dan tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di dalamnya, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: BAMBANG WIDYATMOKO L2D 098 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Aksesibilitas dan Mobilitas Sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah dan bagaimana system transportasinya melayani, akan memberikan

Lebih terperinci

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Peningkatan Prasarana Transportasi Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Pembangunan Jalan Baru Jalan bebas hambatan didalam kota Jalan lingkar luar Jalan penghubung baru (arteri) Peningkatan

Lebih terperinci

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH Pendekatan analisis biasanya dilakukan dalam pembuatan suatu model pendekatan dengan penyederhanaan realita yang ada (masalah yang ada beserta parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah yang akan membawa manfaat ekonomi dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PERHUBUNGAN PERIODE 2014 2018 Penyusunan RENSTRA Dinas Perhubungan periode 2014-2018 merupakan amanat perundangan yang diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota menjadi salah satu kawasan yang memiliki tingkat pergerakan yang tinggi, karena kawasan ini berkembang dengan cepat dan seiring dengan berkembangnya suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk mengurangi tekanan perkembangan penduduk di Ibukota. Selain itu

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA TUGAS AKHIR oleh : Syaiful Anwar L2D 302 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota pada saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta semakin besarnya volume kegiatan pembangunan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan

Lebih terperinci

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi

Lebih terperinci

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D 306 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR..iii UCAPAN TERIMA KASIH iv DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL....vii DAFTAR GAMBAR...xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....1 B. Rumusan Masalah.. 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar di Indonesia, Menjadikan Jakarta sebagai tempat tujuan untuk mendapatkan peruntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota selalu menunjukkan suatu keadaan yang dinamis. Kotakota di Indonesia berkembang dengan cepat seiring perkembangan zaman dan teknologi. Namun, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang a. Strategi/ Pendekatan Perancangan Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo dikarenakan masih kurangnya fasilitas seperti rest area yang berada di tol Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam. Setiap tahap pembangunan pasti menimbulkan tuntutan berkelanjutan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia Karakteristik transportasi Indonesia dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan kuantitas atau cakupan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Secara administratif, Jakarta berperan sebagai pusat pemerintahan

Lebih terperinci

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : ANJAR UTOMO BRAHMANTIYO L2D 002 386 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

Soft Infrastruktur Model Untuk Mobilitas Masyarakat di Kawasan Universitas Diponegoro (Studi Kasus: Aplikasi YOKA)

Soft Infrastruktur Model Untuk Mobilitas Masyarakat di Kawasan Universitas Diponegoro (Studi Kasus: Aplikasi YOKA) Vol 5(3), 2016, 186-198. E-ISSN : 2338-3526 TEKNIK PWK (Perencanaan Wilayah Kota) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index Soft Infrastruktur Model Untuk Mobilitas Masyarakat di Kawasan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii LEMBAR KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci