BAB I PENDAHULUAN. diseluruh pelosok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 1

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum, tujuan pembangunan nasional Indonesia ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat secara adil dan merata diseluruh pelosok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 1 Pembangunan nasional tersebut meliputi keseimbangan antara pelaksanaan pembangunan infrastruktur dengan pembangunan suprastruktur. Pembangunan infratsruktur menekankan kepada sistem fisik yang menyediakan sarana transportasi, drainase, pengairan, bangunan gedung serta fasilitas publik lainnya, yang mana sarana ini dibutuhkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia baik itu kebutuhan ekonomi maupun sosial. 2 Sedangkan pembangunan suprastruktur pada hakikatnya merupakan unsur pendukung dari sarana infratstruktur tersebut yang mana diarahkan untuk melakukan stimulasi, pelayanan, pembinaan, dan edukasi kemasyarakatan. Sampai saat ini, pembangunan infrastruktur masih menjadi sektor pembangunan yang diprioritaskan oleh Pemerintah baik pusat dan di daerah. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor penting untuk mempercepat laju pembangunan nasional karena menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Firdaus 1 Aziz Budianta, Pengembangan Wilayah Perbatasan Sebagai Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah di Indonesia, Jurnal Smartek, Vol. 8, No. 1, Februari, 2010, hlm N. S. Grigg, 1988, Infrastructure Engineering and Management, J. Wiley, New York, hlm.65.

2 2 (2009) disimpulkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan dengan keberadaan pembangunan infratstuktur yang ada seperti: transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. 3 Terkait dengan pembangunan infratsruktur, Bank Dunia membagi sektor pembangunan infrastruktur ke dalam 3 (tiga) macam, antara lain: 4 1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). 2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi. Pemerintah tentunya tidak dapat melaksanakan pembangunan infrastruktur secara sendirian. Mengingat beban program kerja pemerintah cukup banyak maka pelaksanaan pembangunan infrastruktur biasanya melibatkan pihak swasta sebagai investor atau kontraktor. Pihak swasta ini melaksanakan pekerjaan konstruksi atau jasa pemborongan berdasarkan perjanjian pemborongan tentang 3 Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus, Pengaruh Infrastruktur pada Pembangunan Ekonomi Wilayah di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Vol. 2, No. 2, Mei, 2009, hlm World Bank, 1994, World Development Report: Infrastructure for Development, Oxford University Press, New York, hlm.41.

3 3 pembuatan suatu karya (het maken van werk) dengan Pemerintah Pusat/Daerah. 5 Pekerjaan konstruksi ini meliputi: pekerjaan yang secara keseluruhan atau sebagian mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan guna mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik. 6 Dalam perjanjian tersebut, pihak pemerintah merupakan pihak yang memiliki pekerjaan (owner/bouwheer) dan pihak kontraktor (pemborong/annemer) adalah pihak swasta. Pihak swasta akan melaksanakan perjanjian tersebut sesuai dengan kemampuan dan pengalaman serta kecanggihan teknologi yang telah dimiliki dalam hal pembangunan jasa kontruksi sarana infrastruktur. Secara umum, perjanjian jasa konstruksi memuat ketentuan-ketentuan seperti: hak dan kewajiban para pihak dan pelaksanaan perjanjian serta berakhirnya perjanjian, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang terkait dibidang jasa konstruksi. Pasal 1601 (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) mengatur tentang perjanjian pemborongan yang mana diartikan sebagai perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan. Selain itu, ketentuan secara detail terkait dengan kontrak kerja konstruksi yang seluruh biayanya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), mengacu kepada ketentuan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 5 Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan: Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 1 (2).

4 4 Sebagai upaya meningkatkan pembangunan di daerahnya, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Pekerjaan Umum berupaya merealisasikan program pembangunan infrastruktur di daerah khususnya dengan menawarkan jasa konstruksi kepada pihak swasta. Salah satu yang menjadi fokus penelitian ini adalah jasa pelaksanaan konstruksi oleh PT. Laju Baru dalam bidang pekerjaan peningkatan kualitas jalan sejauh 3 km (kilometer) di BD Demangrejo, Karangasem (1 km); Dudukan, Ngentakrejo (1 km); dan Kidulan, SP Prembulan (1 km). 7 Tentu saja peningkatan kualitas fisik jalan di tiga tempat tersebut dilatarbelakangi untuk memajukan perekonomian masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. Seperti dijelaskan secara spesifik oleh Napitululu, dkk (2011), kondisi jalan yang lebih baik menyebabkan reduksi biaya operasional kendaraan (vehicle operating cost) dan biaya kecelakaan (accident cost) serta peningkatan nilai waktu (time cost). 8 Namun realisasi dari pekerjaan jasa konstruksi ini tersendat sebagai akibat dari munculnya beberapa permasalahan yang bersumber dari multi tafsirnya beberapa ketentuan di dalam perjanjian yang disepakati antara kedua belah pihak. Perjanjian kerja konstruksi memang sudah baku sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi. Akan tetapi kondisi tersebut seringkali menyebabkan sering terjadi kesalahan penulisan atau sering ditemui beberapa ketentuan yang multitafsir karena minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Pemerintahan yang paham tentang hukum kontrak. Selain itu, 7 Perjanjian Kerja Konstruksi antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru, hlm. 1 (dalam hal ini selanjutnya disebut sebagai Perjanjian Kerja Konstruksi antara PPK dengan PT. Laju Baru 2016 ) 8 Napitupulu, dkk, Dampak Infrastruktur Jalan Terhadap Perekonomian Pulau Jawa-Bali dan Sumatera, 5 Juli 2016.

5 5 kedudukan Pemerintah juga seringkali mendominasi dalam perumusan ketentuan dalam perjanjian sehingga berat sepihak seperti yang tertuang dalam ketentuan nomor 7 dalam perjanjian antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru. Bahkan masih sering terjadi kendala teknis dalam pelaksanaan perjanjian seperti terlambatnya pembayaran yang dilakukan oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa sehingga tidak dipungkiri penyelesaian pekerjaan konstruksi menjadi tersendat. Untuk itu, Penulis merasa tertarik untuk mengkaji perjanjian yang disepakati antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru. Ketertarikan penulis sebenarnya dilandasi adanya pelaksanaan perjanjian ini yang menimbulkan permasalahan di pihak swasta sebagai akibat ketentuan perjanjian yang dirumuskan secara tidak seimbang dan kurang proporsional menurut hukum. Untuk itu, Penulis akan mengkaji ketentuan di dalam Perjanjian antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru serta kesuaiannya dengan asas-asas umum perjanjian sehingga dapat diketahui kelemahan perjanjian tersebut dan hal apa saja yang dapat direkomendasikan agar perjanjian tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan para pihak. Berdasarkan hal tersebut, maka Penulis menuangkan hasil kajian dimaksud ke dalam thesis yang berjudul: Analisis Yuridis Penerapan Asas Keseimbangan dan Asas Proporsionalitas dalam Perjanjian Peningkatan Kualitas Konstruksi Jalan (Studi Perjanjian antara Pejabat

6 6 Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, Penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan asas keseimbangan dan asas proporsionalitas dalam perjanjian antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru? 2. Upaya hukum apayang dapat dilakukan jika terdapat permasalahan atau perselisihan yang muncul sebagai akibat perjanjian baku yang telah disepakati antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian thesis ini dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut: 1. Untuk menganalisa penerapan asas keseimbangan dan asas proporsionalitas dalam perjanjian antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru; 2. Untuk memberikan rekomendasi terhadap upaya hukum yang dapat dilakukan jika terdapat permasalahan atau perselisihan yang muncul

7 7 sebagai akibat perjanjian baku yang telah disepakati antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat dan kegunaan baik secara teoritis dan praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dalam bidang khususnya hukum perjanjian dan lebih khusus lagi dalam perjanjian konstruksi jasa yang umumnya sudah baku dan salah satu pihak (Pemerintah) mendominasi dalam kesepakatan dan pelaksanaan perjanjian. 2. Kegunaan Secara Praktis Secara praktis, hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi pihak swasta dalam menghadapi permasalahan atau perselisihan yang timbul dari perjanjian jasa konstruksi dengan Pemerintah baik pusat maupun daerah. Selain itu, penelitian ini akan mendorong Pemerintah agar dapat menjunjung tinggi asas dan prinsip perjanjian yang sudah umum dipraktekkan dalam masyarakat.

8 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh Penulis, penulisan hukum yang berkaitan dengan judul Analisis Yuridis Penerapan Asas Keseimbangan dan Asas Proporsionalitas dalam Perjanjian Peningkatan Kualitas Konstruksi Jalan (Studi Kasus Perjanjian antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru) belum ditulis oleh siapapun dan penelitian ini merupakan hasil karya Penulis dengan menekankan tiga hal yang menarik untuk diteliti antara lain: 1. Perjanjian yang diteliti masih baru Objek penelitian ini adalah Perjanjian antara Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Peningkatan Jalan Lokal Primer I Tahun Anggaran 2016 dengan PT. Laju Baru). Berdasarkan hasil kajian pra-penelitian yang dilakukan Penulis, belum pernah terdapat peneliti yang menggunakan perjanjian ini untuk diangkat sebagai tema atau topik penelitian. Selain itu, perjanjian ini disepakati dan dilaksanakan di tahun 2016 ini sehingga masih baru untuk dilakukan kajian dalam penelitian ini. Kebanyakan penelitian yang melakukan kajian perjanjian jasa konstruksi justru merupakan para peneliti yang memiliki background keahlian di bidang teknik sipil. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ika Setiawati 9 dalam penelitian S-1 nya di Program Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul Analisis Evaluasi Pelaksanaan 9 Ika Setiawati, 2012, Analisis Evaluasi Pelaksanaan Proyek Paket Pekerjaan Jalan Boyolali-Kartasura Tahun (Ditinjau dari Kontrak Konstruksi), Skripsi, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo, hlm.3.

9 9 Proyek Paket Pekerjaan Jalan Boyolali-Kartasura Tahun (Ditinjau dari Kontrak Konstruksi) menganalisa dua permasalahan utama, yaitu tentang: a. Proses pengadaan barang dan jasa yang digunakan diproyek paket pekerjaan jalan Boyolali-Kartosuro apakah telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa atau belum; b. Pelaksanaan pekerjaan di proyek paket pekerjaan jalan Boyolali- Kartosuro terhadap rencana kerja yang telah ditetapkan dan disepakati. Namun, keberadaan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar empiris untuk dapat mengetahui kualitas pekerjaan pihak swasta dan kendala yang dihadapi pada saat melaksanakan perjanjian (prestasi) dengan Pemerintah. 2. Masih sedikit peneliti yang menganalisa perjanjian jasa konstruksi Sering dilakukannya perubahan terhadap peraturan perundangundangan terkait dengan Jasa Konstruksi menyebabkan masih minimnya penelitian yang dilakukan khususnya jika dikaitkan dengan peraturan yang baru saja dikeluarkan seperti misalnya: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jikapun ada, kebanyakan penelitian mengkaji penerapan aturan tersebut dari sudut pandang Hukum Tata Negara dan hanya mengkaji peraturan perundang-

10 10 undangan terkait bidang pengadaan barang dan/atau jasa. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Endro Nursianto 10 dalam Penelitian S-2 nya di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada yang mana mengajukan tiga rumusan permasalahan antara lain: a. Mengapa dalam implementasinya, Keppres Nomor 80 tahun 2003 dan seluruh aturan-aturan revisinya tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah belum efektif mencegah atau memberi efek jera terjadinya praktek korupsi dibidang pengadaan barang dan jasa pemerintah? b. Sudahkah norma hukum pengadaan barang dan jasa di Indonesia memenuhi prinsip-prinsip dasar falsafah hukum yang adil? c. Bagaimana menyempurnakan dan meningkatkan peran hukum pengadaan barang danjasa Pemerintah Indonesia didalam mencegah terjadinya praktek korupsi? 3. Jika pun ada yang meneliti tentang perjanjian kerja konstruksi, penelitian yang diselenggarakan umumnya masih mendasarkan pada satu asas dalam perjanjian. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa asas perjanjian berkontrak meliputi: asas kebebasan berkontrak, konsensualisme, asas iktikad baik, asas proporsionalitas, dan asas keseimbangan. Seperti dalam penelitian 10 Endro Nursianto, 2011, Peranan Hukum Pengadaan Barang dan Jasa di Dalam Mencegah Praktek Korupsi di Indonesia, Tesis, Magister Hukum, Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011, hlm. 5.

11 11 yang dilakukan oleh Ratna Puspitasari (2014) 11 dan Fidya Ramadhani (2015) 12 hanya menggunakan asas keseimbangan saja sebagai pendekatan utama untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian.kedua penelitian ini pun juga tidak mengambil studi perjanjian kerja konstruksi di wilayah Kulon Progo. Sedangkan penelitian lain yang diselenggarakan oleh Darisah (2013) 13 juga hanya menekankan pada satu pendekatan asas yaitu asas proporsionalitas dalam pembentukan dan pelaksanaan kontrak komersial. Dari ragamnya penelitian tersebut diatas, tentu saja meskipun memiliki perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh Penulis, akan tetapi akan tetap dijadikan sumber referensi dalam mengembangkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Terlebih lagi, penelitian ini mencoba mengkaitkan kedua asas penting dalam kontrak yakni asas keseimbangan dan asas proporsionalitas dan diterapkan dalam perjanjian kerja konstruksi dengan mengambil studi Perjanjian Kerja Konstruksi antara PPK dan PT. Laju Baru. Hal ini dikarenakan kedua asas ini memiliki hubungan yang sangat terkait satu sama lain dalam perjanjian yang nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam Bab IV penelitian tesis ini. 11 Ratna Puspitasari, Penerapan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah dan Bangunan Rumah pada Perumahan Palm Residence Kota Surabaya, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fidya Ramadhani, Penerapan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Antara Penyedia Jasa Konstruksi dan Pejabat Pembuat Komitmen, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar, Darisah, Implementasi Asas Proporsionalitas dalam Pembentukan dan Pelaksanaan Kontrak Komersial, Tesis, Program Pascasarjana, Program Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.