Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA. p-issn: e-issn:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA. p-issn: e-issn:"

Transkripsi

1 Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA p-issn: e-issn: GAMBARAN PROFIL EPPS PADA MAHASISWA USU EPPS PROFILE OF USU STUDENTS Josetta M. R. Tuapattinaja dan Juliana I. Saragih Psikologia: Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi Tahun 2016, Vol. 11, No. 1, hal Artikel ini dapat diakses dan diunduh pada: Dipublikasikan oleh: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. Mansyur No. 7 Medan. Telp/fax: psikologia@usu.ac.id

2

3 Psikologia 2016, Vol. 11, hal GAMBARAN PROFIL EPPS PADA MAHASISWA USU Josetta M. R. Tuapattinaja* dan Juliana I. Saragih Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil kebutuhan-kebutuhan psikologis (needs) pada mahasiswa baru di Universitas Sumatera Utara. Perilaku manusia didasari oleh serangkaian kebutuhan (needs) yang mendominasi diri mereka. Para mahasiswa baru diharapkan memperlihatkan perilaku-perilaku tertentu untuk mendukung proses belajarnya, dimana perilaku tersebut didasari oleh kebutuhankebutuhan di dalam diri mereka. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) adalah alat ukur psikologis yang bertujuan untuk menggambarkan profil kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang mulai dari derajat yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Apabila kita dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang, maka dapat digambarkan karakteristik individu tersebut dan dapat diprediksi pula pola perilakunya. Data dari EPPS terhadap 386 mahasiswa baru di USU yang dipilih secara simple random sampling kemudian diolah dengan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum, profil kebutuhan mahasiswa baru di Universitas Sumatera Utara sudah memperlihatkan adanya kebutuhan-kebutuhan yang cukup mendukung untuk memperlihatkan perilaku positif dalam proses belajar, dimana kebutuhan-kebutuhan yang berada pada kategori cenderung tinggi adalah (1) need of nurturance, (2) need of abasement, (3) need of intraception, (4) need of achievement, (5) need of endurance. Sementara itu, need of autonomy yang berada pada kategori cenderung rendah akan menyulitkan mereka untuk bekerja secara mandiri sehingga memang dibutuhkan adanya stimulasi-stimulasi dalam proses pembelajaran yang akan membuat mereka dapat bekerja secara mandiri dan bebas dalam mengekspresikan kreativitas mereka. Kata-kata kunci: EPPS, needs, mahasiswa baru EPPS PROFILE OF USU STUDENTS ABSTRACT This study aims to see the profile of psychological needs (needs) on a new student at the University of North Sumatra. Human behavior is constituted by a series of requirements (needs) that dominate them. The new students are expected to exhibit certain behaviors to support the learning process, where the behavior is based on the needs within them. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) is a measure that aims to describe the psychological profile needs in a person starting from the highest degree to the lowest. If we can identify the needs of the person, it can be described the individual characteristics and behavior patterns can be predicted anyway. Data from EPPS against 386 new students at USU selected by simple random sampling and then processed with descriptive statistical analysis. The results showed that in general, the profile of the needs of new students at the University of North Sumatra, have already demonstrated sufficient support to show positive behavior in the learning process, which needs to be in a category tends to be high (1) the need of nurturance, (2) The need of abasement, (3) need of Intraception, (4) need of achievement, (5) need of endurance. Meanwhile, the need of autonomy that tends to be low in the category will be difficult for them to work independently so that it is necessary to have stimulations in the learning process that will make them able to work independently and are free to express their creativity. Keywords: EPPS, needs, new students *Korespondensi mengenai penelitian ini dapat ditujukan kepada : yosyetuapattinaja@gmail.com Rekomendasi mensitasi: Tuapattinaja, J. M. dan Saragih, J.I. (2016).Gambaran profil epps pada mahasiswa usu. Psikologia:Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 11(1),

4 38 Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan lanjutan, berstatus mahasiswa dan menjadi sarjana pada bidang studi yang sesuai dengan harapan atau keinginan merupakan hal yang diimpikan oleh hampir seluruh siswa tamatan Sekolah Menengah Atas, termasuk para orangtuanya. Ketika berhasil pada seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri yang dituju akan semakin meningkatkan kebahagiaan dan rasa bangga, baik bagi para mahasiswa baru juga para orangtuanya. Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang menjadi tujuan para siswa untuk bertarung menjadi sarjana yang diinginkan. Di tahun 2014 ini tercatat ada orang siswa SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang terdiri dari kelompok Saintek, Soshum, dan Campuran. Sementara daya tampung USU bagi seleksi ini hanya sebanyak orang atau setara dengan 30% dari total daya tampung USU yang akan menempati kursi di S-1 reguler di universitas ini. Banyaknya peserta dengan daya tampung yang kecil di satu sisi dapat menimbulkan semangat dan rasa bangga ketika berhasil pada proses seleksi, tetapi ini saja tidak cukup untuk benar-benar berhasil menjalani proses belajar sesuai dengan waktunya. Butuh pemahaman yang komprehensif mengenai preferensi kepribadian yang dimiliki masing-masing mahasiswa baru sebagai langkah awal menjalani proses belajar di perguruan tinggi. Preferensi kepribadian ini penting untuk dipahami oleh para mahasiwa baru dan pihak terkait, seperti orangtua dan dosen pembimbing akademik agar dapat memberi pengarahan yang intens dalam menghadapi cara belajar perguruan tinggi. Memahami preferensi kepribadian berarti mengenali kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga dapat mengantisipasi cara belajar dan memotivasi diri untuk belajar dengan optimal. Allen L. Edwards mengembangkan suatu alat ukur yang disebut sebagai Edward Personal Preference Schedule (EPPS) untuk mengenali preferensi kebutuhan dengan cara menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri seseorang. EPPS ini dibuat berdasarkan teori kebutuhan yang diajukan oleh Henry A. Murray, terdiri dari 15 jenis kebutuhan yang tertuang dalam 225 item untuk dipilih individu sesuai dengan dirinya. Dengan demikian, akan dapat diperoleh gambaran atau profil kebutuhan pribadi yang mencerminkan kepribadian yang bersangkutan (dalam Anastasi & Urbina, 1997). Pada seorang mahasiswa, yang harapannya dapat memperlihatkan performa akademis yang positif melalui perolehan nilai yang memuaskan, maka diperlukan kombinasi kebutuhankebutuhan tertentu. Misalnya, kebutuhan untuk berprestasi (achievement) yang tinggi akan memunculkan dorongan untuk memperlihatkan prestasi yang lebih baik sehingga secara umum nilai-nilaia akademis akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Sebaliknya, apabila kebutuhan untuk mendapatkan bantuan dan dukungan dari orang lain (succorence) berada dalam kategori tinggi, maka mahasiswa tersebut akan menjadi mahasiswa yang kurang mandiri dan kurang yakin untuk memperlihatkan performa akademis yang terbaik apabila tidak ada orang yang memberikan bantuan. Oleh karena itu, dengan

5 39 mengetahui profil kebutuhan mahasiswa tersebut, kita dapat melihat apakah kebutuhan-kebutuhan tersebut akan membantunya untuk menghasilkan perorma positif atau sebaliknya. Pada dasarnya, seluruh kebutuhan yang dipaparkan oleh Murray ada dalam setiap individu/mahasiswa, tetapi yang membedakan satu mahasiswa dengan mahasiswa lain dan menjadi ciri tertentu dari dirinya berkaitan dengan kuat atau lemahnya kebutuhan itu dalam diri yang bersangkutan. Semakin kuat kebutuhan tersebut itu mendominasi dirinya maka semakin tinggi skor atau nilai yang tergambar pada profil EPPS-nya, begitu juga sebaliknya. EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) Tes EPPS dibuat oleh Allen L. Edwards untuk mengadakan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam diri masing-masing individu. Dasar teoritis dari EPPS adalah teori kebutuhan (needs) yang dikemukakan oleh Henry A. Murray. Edwards sendiri kemudian memilih 15 kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray tersebut dan mengembangkan pernyataanpernyataan yang sesuai untuk menggambarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut (Anastasi & Urbina, 1997). Tes ini dikategorikan ke dalam tes inventori yang berisi 225 pasang pernyataan dimana masing-masing individu yang mengerjakan tes ini akan diminta untuk memilih pernyataan yang paling menggambarkan diri mereka. Hasil dari tes ini akan diperoleh profil kebutuhan-kebutuhan masing-masing individu dimana yang dirasakan lebih penting yang akan memotivasi munculnya perilaku tertentu untuk mencapai kebutuhan tersebut. Beberapa contoh dari kebutuhan yang digunakan Edwards dalam menyusun EPPS adalah need of achievement (kebutuhan untuk berbuat sebaik mungkin, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sukar dan menarik), need of endurance (kebutuhan untuk tekun dalam mengerjakan tugas-tugas yang dihadapi), need of order (kebutuhan untuk mengerjakan sesuatu dengan teratur dan rapi dan terencana) (dalam Schultz& Schultz, 2005). Teori Murray tentang Kebutuhan (needs) Murray (dalam Schultz, 2005) menjelaskan kepribadian manusia dengan memaparkan konsep needs sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memotivasi perilaku manusia. Ketika kebutuhankebutuhan ini aktif dalam diri individu, maka individu akan memunculkan perilaku-perilaku yang diarahkan untuk mencapai kebutuhan tersebut dan pada akhirnya akan menggambarkan karakterisitik individu tersebut. Kebutuhan-kebutuhan ini sendiri bisa saja muncul baik dari proses internal seperti rasa haus dan lapar maupun dari lingkungan eskternal seperti ancaman dari orang asing. Kontribusi kebutuhan dalam pembentukan kepribadian seseorang dapat dilihat dari pernyataaan Murray di bawah ini: need is a construct that stands for a force in the brain region that organizes various processes such as perception, thinking, and action so as to change an existing and unsatisfying condition.

6 40 (Hall, Lindzey, Loehlin & Manosevitz, 1985, hal.315) Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan akan mendasari cara seseorang dalam memandang sesuatu, berpikir maupun bertingkah laku yang kemudian akan membedakan satu individu dengan individu lainnya karena tidak semua orang memiliki kebutuhan dalam tingkatan yang sama. Murray mengemukakan adanya 20 jenis kebutuhan yang akan mengarahkan perilaku manusia. Jenis-jenis kebutuhan menurut Murray adalah: 1. Need of Dominance (kebutuhan untuk memiliki kendali atas orang-orang di sekitarnya) 2. Need of Deference (kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan aturan dan kebiasaan) 3. Need of Autonomy (kebutuhan untuk bertindak bebas dan mandiri) 4. Need of Aggression (kebutuhan untukmelawan dengan kekerasan atau menghukum orang lain) 5. Need of Abasement (kebutuhan untuk menerima kesalahan atau kekalahan) 6. Need of Achievement (kebutuhan untuk mengatasi rintangan-rintangan dan mencapai standar yang tinggi) 7. Need of Sex (kebutuhan menjalin hubungan seksual dengan orang lain) 8. Need of Sentience (kebutuhan untuk mencari dan menikmati kesan-kesan yang menyentuh perasaan) 9. Need of Exhibition (kebutuhan untuk diperhatikan dan didengar) 10. Need of Play(kebutuhan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan) 11. Need of Affiliation (kebutuhan untuk mendekatkan diri dan bekerja sama dengan orang lain) 12. Need of Rejection (kebutuhan untuk menolak dan memutuskan hubungan dengan orang lain/objek di sekitarnya) 13. Need of Succorance (kebutuhan untuk didukung dan dibantu orang lain) 14. Need of Nurturance (kebutuhan untuk memberikan dukungan dan bantuan pada orang lain) 15. Need of Infavoidance(kebutuhan untuk menghindari situasi yang memalukan dan mengamcam) 16. Need of Defendance (kebutuhan untuk mempertahankan diri dari serangan, dan celaan. 17. Need of Countraction (kebutuhan untuk memperbaiki kegagalan) 18. Need of Harmavoidance (kebutuhan untuk menghindarkan diri dari situasi yang berbahaya secara fisik) 19. Need of Order (kebutuhan untuk bekerja secara rapi dan teratur) 20. Understanding(kebutuhan untuk memahami teori-teori dan masalahmasalah umum) Allen L. Edwards kemudian menyusun ulang kebutuhan-kebutuhan yang dikemukakan Murray dan memilih 15 kebutuhan untuk disusun dalam EPPS. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah: 1. Need of achievement (kebutuhan untuk berprestasi) 2. Need of deference (kebutuhan untuk mengikuti aturan dan kebiasaan) 3. Need of order (kebutuhan untuk melakukan sesuatu dengan teratur dan terperinci)

7 41 4. Need of exhibition (kebutuhan untuk dikagumi, diperhatikan dan didengar) 5. Need of autonomy (kebutuhan untuk bertindak secara bebas dan mandiri) 6. Need of affiliation (kebutuhan untuk berteman secara afektif) 7. Need of intraception (kebutuhan untuk memahami perilaku dan perasaan orang lain) 8. Need of succorence (kebutuhan untuk didukung dan dibantu oleh orang lain) 9. Need of dominance (kebutuhan untuk memiliki kendali atas orang lain) 10. Need of abasement (kebutuhan untuk tunduk atas perintah dan dominansi orang lain) 11. Need of nurturance (kebutuhan untuk memberikan dukungan dan bantuan pada orang lain) 12. Need of change (kebutuhan untuk mencari pengalaman baru dan menghindari rutinitas) 13. Need of endurance (kebutuhan untuk bertahan mengerjakan tugas hingga tuntas) 14. Need of heterosexuality (kebutuhan untuk membentuk hubungan dengan lawan jenis) Need of aggression (kebutuhan untuk menghadapi orang lain dengan kekerasan). Tugas dan Tanggung Jawab Mahasiswa Baru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Sejalan dengan pengertian tersebut, Budiman (2006) mengungkapkan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat yang lebih lanjut. Dilihat dari tahapan usia, mahasiswa berada pada rentang usia remaja akhir yaitu usia 18 tahun sampai 21 tahun (Monks dkk, 2009). Sedikit berbeda dengan Hurlock yang mengatakan bahwa individu masa remaja berlangsung sejak usia 13 tahun hingga 18 tahun, dan mereka yang telah memasuki usia 18 tahun keatas (hingga usia 40 tahun) dikelompokan sebagai masa dewasa dini. Dari pendapat para ahli ini maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa baru berada pada tahapan transisi dari masa remaja akhir ke masa dewasa awal mengingat usia mahasiswa baru secara umum berada pada kisaran usia 18 atau 19 tahun. Mahasiswa yang sedang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal, menurut Havighurst (dalam Papalia, 2008) diharapkan untuk melaksanakan serangkaian tanggungjawab yang disebut sebagai tugas perkembangan yang menuntut mereka untuk melakukan penyesuaian diri tidak hanya dengan perubahan psikologis mereka dari tahap perkembangan remaja ke dewasa awal tetapi juga menyesuaikan diri dengan tuntutan perkuliahan di perguruan tinggi. Beberapa tugas dan tanggungjawab mahasiswa baru berkaitan dengan proses pendidikan mereka di perguruan tinggi adalah tuntutan untuk mengikuti proses akademis secara teratur, menyelesaikan serangkaian tugas perkuliahan hingga mengikuti ujian-ujian baik lisan, tulisan maupun praktikum dengan optimal. Proses ini menuntut serangkaian perilaku dan strategi yang diarahkan untuk memenuhi tugas dan tanggungjawab tersebut dengan optimal (dalam Dembo, 2004). Akan tetapi pada

8 42 kenyataannya tidak semua mahasiswa mampu memenuhi tuntutan tersebut dengan baik dikarenakan faktor eksternal dan internal yang mempengaruhinya. Mahasiswa yang memperlihatkan perilaku seperti mengerjakan tugas dengan teratur sesuai jadwal, berusaha mengerjakan tugas dengan optimal, secara teoritik dapat dikatakan dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan baik dari dalam diri maupun luar diri mereka. Keberhasilan seseorang, dalam hal ini mahasiswa, akan maksimal dan relatif mudah dicapai dipicu oleh adanya dari dalam dirinya sendiri yang disebut sebagai motivasi intrinsik (Herzberg, dalam Dembo 2004). Motivasi intrinsik ini bersumber pada faktor-faktor dari dalam diri mahasiswa yang didorong oleh adanya serangkaian kebutuhan seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mengetahui hal-hal baru, kebutuhan untuk menekuni tugas secara maksimal serta mandiri dalam mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan sebagainya yang ada dalam dirinya. Apabila kita dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang mendominasi para mahasiswa tersebut, dapat dijadikan dasar untuk memprediksi keberhasilan dan hambatan yang akan mereka hadapi dalam proses penyelesaian kuliah di perguruan tinggi. METODE Partisipan Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan populasi mahasiswa baru di Universitas Sumatera Utara. Penentuan subjek yang digunakan sebagai partisipan dalam penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling. Pengambilan partisipan yang menjadi sampel dari populasi mahasiswa baru di Universitas Sumatera Utara yang berjumlah orang ditentukan dengan menggunakan tabel Krejcie dan Morgan sehingga di peroleh partisipan sejumlah 386 orang, yang terdiri dari : orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi orang mahasiswa Program Studi Komunikasi orang mahasiswa Fakultas Psikologi. Alat ukur Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari buku soal EPPS dan lembar jawaban. EPPS merupakan alat inventori kepribadian yang bersifat verbal dan forced choice, artinya partisipan diwajibkan memilih satu dari dua alternatif jawaban yang tersedia berpasangan pada setiap soalnya. EPPS menggali kebutuhan seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar, akan tercermin dari hasil pertimbangan kognisi yang bersangkutan. Prosedur Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data tiap partisipan pada lembar jawaban diolah sesuai dengan teknik skoring EPPS. 2. Dilakukan perhitungan statistik untuk mengetahui mean score masing-masing kebutuhan dari seluruh partisipan penellitian sehingga akan didapatkan

9 43 gambaran profil kebutuhan psikologis seluruh partisipan. HASIL Berdasarkan hasil analisa data dari 386 (tiga ratus delapan puluh enam) partisipan berdasarkan EPPS, maka profil kebutuhan psikologis mahasiswa baru di Universitas Sumatera Utara seluruh sampel penelitian digambarkan pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Profil Kebutuhan Psikologis Seluruh Sampel Need Mean empirik Kategori Ach 16,2073 Cenderung Tinggi Def 11,7902 Sedang Ord 13,3990 Sedang Exh 13,7098 Sedang Aut 11,2409 Cenderung Rendah Aff 14,4171 Sedang Int 17,3420 Cenderung Tinggi Suc 13,7280 Sedang Dom 14,1580 Sedang Aba 17,7332 Cenderung Tinggi Nur 17,8575 Cenderung Tinggi Change 15,6140 Sedang End 16,0389 Cenderung Tinggi Het 5,5000 Rendah Agg 11,2642 Cenderung Rendah Tabel 2. Kategorisasi berdasarkan mean hipotetik No Kategorisasi Skor 1 Tinggi X< 7 2 Cenderung Tinggi 7 X < 12 3 Sedang 12 X < 16 4 Cenderung Rendah 16 X < 21 5 Rendah 21 X Keterangan: - Cenderung tinggi : kebutuhan yang memiliki kemungkinan besar untuk diwujudkan dalam perilaku. - Sedang : kebutuhan yang memiliki peluang cukup mungkin untuk diwujudkan dalam perilaku. - Cenderung rendah : kebutuhan yang memiliki kemungkinan kecil untuk diwujudkan dalam perilaku. - Rendah : kebutuhan yang kurang memiliki kemungkinan untuk diwujudkan dalam perilaku. Dari profil kebutuhan psikologis partisipan seperti tersebut diatas maka penyebaran dalam bentuk grafik sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini: Grafik 1. Mean Kebutuhan Psikologis Seluruh Sampel Dari hasil uji deskriptif data yang diperoleh maka berikut ini adalah kategorisasi masing-masing kebutuhan berdasarkan mean hipotetik sebagaimana yang tergambar pada tabel 2 : Berdasarkan grafik tersebut di atas terlihat bahwa tidak satupun kebutuhan partisipan yang berada pada kategori tinggi, melainkan berada pada kategori cenderung tinggi, cenderung rendah dan rendah.

10 44 Yang termasuk dalam kategori cenderung tinggi adalah : a) Need of Nurturance (mean empirik : 17,86) b) Need of Abasement(mean empirik : 17,73) c) Need of Intraception (mean empirik : 17,34) d) Need of Achievement (mean empirik : 16,21) e) Need of Endurance (mean empirik : 16,04) Hal ini menunjukkan bahwa partisipan memiliki kebutuhan yang cukup kuat, yang memiliki berkemungkinan besar untuk diwujudkan dalam perilaku memberi dukungan dan bantuan pada orang lain, tunduk pada dominasi orang lain serta memahami perilaku dan perasaan orang lain, disamping untuk berprestasi dan bertahan mengerjakan tugas hingga tuntas. Dalam kaitannya dengan aktivitas belajar, dapat dikatakan bahwa memperhatikan kebersamaan dan membina relasi dengan orang-orang disekitarnya menjadi prioritas dalam yang mengarahkan perilakunya disamping berprestasi dan menekuni tugasnya. Hal ini bisa saja terkait dengan kondisi psikologis mahasiswa baru yang usianya berada dalam masa transisi dari tahapan kehidupan sebagai remaja dan tahapan kehidupan dewasa awal mengindikasikan masih adanya karakteristik remaja yang cukup kuat yaitu teman adalah segalasegala baginya dan mengarahkan aktivitas sosialnya ke arah teman-teman sebaya (Monks, dkk., 1999). Dalam situasi seperti ini konformitas kepada teman-teman sebaya sangat mudah terjadisehingga apapun yang dilakukan oleh teman-teman (peer-group) akan dituruti dan cenderung untuk diikuti tanpa "reserve". Kondisi ini dapat bernilai positif ketika partisipan bertemu dengan partisipan lain yang memiliki semangat belajar dan tujuan belajar yang relatif sama sehingga akan saling menguatkan untuk bersama-sama menghadapi masalah dalam memahami pelajaran dan bersama-sama mengerjakan tugas dengan maksimal. Kebutuhan yang berada pada kategori cenderung rendah adalah : a) Need of Aggresion (mean empirik : 11,26) b) Need of Autonomy (mean empirik : 11,24) Hal ini menunjukkan bahwa partisipan berkemungkinan kecil untuk menampilkan kebutuhan tersebut dalam perilaku bertindak secara bebas dan mandiri, serta menghadapi orang lain dengan kekerasan. Berkaitan dengan aktivitas belajar, dapat dikatakan bahwa partisipan belum sepenuhnya mampu berpikir dan bertindak mandiri, masih membutuhkan kehadiran orang lain untuk membimbing dirinya sehingga dalam berinteraksi, serta cenderung menghadapi orang lain dengan cara-cara yang menyenangkan, tidak menggunakan kekerasan untuk mendapatkan yang diharapkan atau membantunya mencapai tujuan yang diinginkan. Berada di usia transisi antara masa remaja dan masa dewasa awal, mahasiswa baru juga baru mulai belajar melepas ketergantungan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan baru, baik dari segi emosi maupun intelektual daam penyesuaian dirinya. Menjadi lebih realistis dengan mulai belajar menerima kritik dan saran dari orang lain untuk peningkatan diri dan bertanggung jawab terhadap usaha pribadi yang dilakukan

11 45 menjadi karakteristik psikologis individu di tahapan usia transisi ini (Papalia, 2008). Kebutuhan yang berada pada kategori rendah adalah need of Heteroseksual. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan untuk mewujudkan perilaku membentuk hubungan dengan lawan jenis dari partisipan kurang kuat. Sekalipun masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, tetapi di sisi lain dengan memulai suatu hal baru dalam tahapan kehidupan, berpindah dari usia remaja ke masa dewasa awal, maka orientasi perhatian pada awalnya lebih terfokus pada upaya untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi serta usaha untuk mencapai kemandirian, baik dari segi ekonomi maupun dalam membuat keputusan sehingga perilaku membentuk hubungan dengna lawan jenis belum menjadi perhatian utama/prioritas di awal masa dewasa awal (Santrock, 2006). Kebutuhan yang termasuk kategori sedang adalah : a) Need of Change(mean empirik : 15,61) b) Need of Affiliation(mean empirik : 14,42) c) Need of Dominance (mean empirik : 14,16) d) Need of Succorance(mean empirik : 13,73) e) Need of Exhibition(mean empirik : 13,70) f) Need oforder(mean empirik : 13,40) g) Need of Deference (mean empirik : 11,79) Hal ini menunjukkan bahwa partisipan berpeluang untuk menampilkan perilaku mencari pengalaman baru dan menghindari rutinitas, berteman secara afektif, memiliki kendali atas orang lain tetapi juga butuh di dukung dan dibantu orang lain, diperhatikakn dan didengar, disamping melakukan sesuatu dengan teratur dan terinci, mengikuti aturan dan kebiasaan yang berlaku. Need of change yang termasuk dalam kategori sedang, yang mencerminkan adanya peluang untuk mencari pengalaman baru, tidak hanya menjalani hal-hal yang rutin terlihat sejalan dengan paparan pada kategori cenderung tinggi yaitu adanya need of achievement dan need of endurance yaitu kebutuhan yang mengarah pada perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal dan bertahan menekuni atau mengerjakan tugas hingga tuntas, yang juga di dukung oleh adanya peluang untuk menampilkan melakukan sesuatu dengan teratur dan terperinci (need of order) sertamengikuti aturan dan kebiasaan (need of deference). Peluang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu pada profil kebutuhan pada kategori sedang ini terlihat sejalan dan saling berkaitan dengan besarnya kemungkinan tampilan suatu perilaku pada kebutuhan dalam kategori cenderung tinggi. Terlihat peluang untuk menampilkan perilaku berteman secara afektif (need of affiliation) dapat menjadi kekuatan bagi partisipan untuk terlibat aktif dalam belajar secara berkelompok, apalagi ada kebutuhan untuk didukung dan dibantu (need of succorance). Need of dominance dalam kategori sedang mengarah pada perilaku mengendalikan orang laindan menjadi pemimpin menjadi peluang untuk mengarahkan jalannya

12 46 diskusi, yang juga diikuti dengan peluang untuk menampilkan perilaku didengar (need exhibition). REFERENSI Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing. New Jersey: Prentice-Hall International. Budiman, A.( 2006).Kebebasan, Negara, Pembangunan. kumpulan tulisan [online] &dq=mahasiswa+adalah&hl=id&ei= k_wqtoelg4birqftuutdda&sa=x &oi=book_result&resnum=1&ved= 0CCgQ6AEwAA#v=onepage&q=m ahasiswa&f=false Dembo, Myron H. (2004). Motivation and Learning Strategies for College Succes. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Siti R.H. (2009). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press Hall, C., Lindzey, G., Loehlin, J.C., Manosevitz, M. (1985). Introduction to Theories of Personality. Canada :John Wiley & Sons Papalia, D.E. (2008). Human Development. Boston : McGraw-Hill Santrock, John W. (2006). Life-span Development. Dallas : McGraw-Hill Schultz, D. & Schultz, S.E. (2005). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS LABORATORIUM LANJUT PSIKOLOGI EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS 2015/2016 EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata -kata),dan

Lebih terperinci

Novia Sinta R, M.Psi.

Novia Sinta R, M.Psi. Novia Sinta R, M.Psi. Dikenal di Indonesia dengan nama Skala Kecenderungan Kepribadian (K5) Diciptakan oleh Allen L. Edwards Tes ini tergolong sebagai tes kepribadian atau Personality Inventory Utk melihat

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS)

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata-kata),dan menggunakan metode forced choice technique (FCT) dengan pilihan alternatif

Lebih terperinci

Penyusunan Norma EPPS Berdasarkan Tingkat Pendidikan SMA, Perguruan Tinggi dan Rentang Usia Dewasa Awal

Penyusunan Norma EPPS Berdasarkan Tingkat Pendidikan SMA, Perguruan Tinggi dan Rentang Usia Dewasa Awal Penyusunan Norma EPPS Berdasarkan Tingkat Pendidikan SMA, Perguruan Tinggi dan Rentang Usia Dewasa Awal Lisa Imelia Satyawan dan Heliany Kiswantomo Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Lebih terperinci

EPPS. EPPS-Kusrohmaniah

EPPS. EPPS-Kusrohmaniah EPPS EPPS-Kusrohmaniah Tes kepribadian Teknik proyeksi tidak terstruktur : Rorschach (populer awal abad 20an tapi lalu menurun popularitasnya) Teknik terstruktur : misal self-report inventories dan behavioral

Lebih terperinci

PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS TARUNA/I AKADEMI TEKNIK DAN KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN

PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS TARUNA/I AKADEMI TEKNIK DAN KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS TARUNA/I AKADEMI TEKNIK DAN KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Yano Syafruddin*, Liber Tommy Hutabarat*, Susi Diriyanti Novalina*, Yustian Sinaga* Akademi Teknik Dan Keselamatan

Lebih terperinci

Tes Inventori: EPPS Test

Tes Inventori: EPPS Test Modul ke: Tes Inventori: EPPS Test Modul ini akan menjelaskan tentang definisi, kegunaan, dan metode tes Edward`s Personal Preference Schedule (EPPS) Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bahwa secara umum kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bahwa secara umum kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA 106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa secara umum kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa. Kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kendall dan Kendall (2003: 523), sistem merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kendall dan Kendall (2003: 523), sistem merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Kendall dan Kendall (2003: 523), sistem merupakan serangkaian subsistem yang saling terkait dan tergantung satu sama lain, bekerja

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFILE NEEDS PADA MAHASISWA KOS DI JATINANGOR YANG MELAKUKAN PREMARITAL INTERCOURSE AZAZI TITIAN NURANI ABSTRAK

GAMBARAN PROFILE NEEDS PADA MAHASISWA KOS DI JATINANGOR YANG MELAKUKAN PREMARITAL INTERCOURSE AZAZI TITIAN NURANI ABSTRAK GAMBARAN PROFILE NEEDS PADA MAHASISWA KOS DI JATINANGOR YANG MELAKUKAN PREMARITAL INTERCOURSE AZAZI TITIAN NURANI ABSTRAK Mahasiswa berada pada tahap perkembangan emerging adulthood, yaitu masa transisi

Lebih terperinci

TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung

TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) Tes disusun berdasar konsep manifes dari

Lebih terperinci

PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Oleh : Euis Heryati, Herlina

PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Oleh : Euis Heryati, Herlina PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Euis Heryati, Herlina Abstrak : Seorang tunanetra dengan kondisinya yang khusus sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Bandung pada Tahun Ajaran 2013-2014. Sekolah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan dunia terus berkembang dengan begitu cepat. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan dunia terus berkembang dengan begitu cepat. Berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan dunia terus berkembang dengan begitu cepat. Berkembangnya peradaban dunia bukan hanya terletak pada dimensi manusia, akan tetapi peradaban dunia

Lebih terperinci

PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA LAPORAN PENELITIAN PROFIL KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MAHASISWA TUNANETRA DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Dra. Herlina, Psi. dr. Euis Heryati Sitti Chotidjah, S.Psi., Psi Ketua

Lebih terperinci

PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS

PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS (Edward Personal Preference Schedule) Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Sarwono (2006, hlm. 81 82) menyatakan bahwa desain penelitian memiliki dua tipe utama diantaranya desain eksploratori dan desain konklusif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran guna mengembangkan potensi diri

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran guna mengembangkan potensi diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah memiliki program pendidikan yang disesuaikan dengan amanat UU/SISDIKNAS No.20/2003, yakni pendidikan adalah tanggung jawab semua. Amanat

Lebih terperinci

LAPORAN KEPRIBADIAN. ISTJ (Introvert Sensing Thinking Judging)

LAPORAN KEPRIBADIAN. ISTJ (Introvert Sensing Thinking Judging) Arkinar Consulting Group Pengembangan SDM Puri Taman Gading Dua No. C-3, Pati, Jawa Tengah https://teskepribadian.arkinar.co.id Email : arkinarconsultinggroup@gmail.com LAPORAN KEPRIBADIAN I II DATA PRIBADI

Lebih terperinci

Tes Inventory. Skoring, Interprestasi, dan mengkomunikasikan tes EPPS. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Tes Inventory. Skoring, Interprestasi, dan mengkomunikasikan tes EPPS. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: Tes Inventory Skoring, Interprestasi, dan mengkomunikasikan tes EPPS Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CARA MENILAI : MEMBERI TANDA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENEMPATAN KARYAWAN BERDASARKAN KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN METODE EDWARD'S PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) (STUDI KASUS : X

SISTEM INFORMASI PENEMPATAN KARYAWAN BERDASARKAN KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN METODE EDWARD'S PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) (STUDI KASUS : X SISTEM INFORMASI PENEMPATAN KARYAWAN BERDASARKAN KEPRIBADIAN MENGGUNAKAN METODE EDWARD'S PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) (STUDI KASUS : X.O GROUP SURABAYA) IVANA 1) 1) S1 / Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 STUDI MENGENAI GAMBARAN KEBUTUHAN SHOPKEEPER LAKI-LAKI DI DISTRO ANAK BERDASARKAN EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE 1 Eni Nuraeni Nugrahawati,

Lebih terperinci

LAPORAN KEPRIBADIAN. INFP (Introvert Intuiting Feeling Perceiving)

LAPORAN KEPRIBADIAN. INFP (Introvert Intuiting Feeling Perceiving) Arkinar Consulting Group Pengembangan SDM Puri Taman Gading Dua No. C-3, Pati, Jawa Tengah https://teskepribadian.arkinar.co.id Email : arkinarconsultinggroup@gmail.com LAPORAN KEPRIBADIAN I II DATA PRIBADI

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN

Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS (Edward Personal Preference Schedule) Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara (Subyek) Profil Kepribadian Guru Paud Terang Bangsa Kota Semarang. Berdasarkan Tes EPPS. a. Nama. c.

Pedoman Wawancara (Subyek) Profil Kepribadian Guru Paud Terang Bangsa Kota Semarang. Berdasarkan Tes EPPS. a. Nama. c. Pedoman Wawancara (Subyek) Profil Kepribadian Guru Paud Terang Bangsa Kota Semarang Berdasarkan Tes EPPS 1. Identitas Subyek a. Nama b. Usia c. Jenis Kelamin d. Pendidikan 2. Latar Belakang Subyek a. Tentang

Lebih terperinci

EMA SAFITRI

EMA SAFITRI 1 GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR S k r i p s i Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh: EMA SAFITRI 051301056 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS SISWA SMP AL-IRSYAD BOARDING SCHOOL BATU

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS SISWA SMP AL-IRSYAD BOARDING SCHOOL BATU IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS SISWA SMP AL-IRSYAD BOARDING SCHOOL BATU Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Dewi Rosiana Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

SALAH SATU PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT LPPB ADALAH: MELAKUKAN TES PSIKOLOGIS TELAH TUJUH TAHUN DIPERCAYA OLEH KIMPRASWIL-PU PU UNTUK MENSELEKSI CALO

SALAH SATU PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT LPPB ADALAH: MELAKUKAN TES PSIKOLOGIS TELAH TUJUH TAHUN DIPERCAYA OLEH KIMPRASWIL-PU PU UNTUK MENSELEKSI CALO LAYANAN PENGUMPULAN DATA MELALUI TES PSIKOLOGIS Oleh : 1. DEDI HERDIANA HAFID 2. NURHUDAYA LABORATORIUM JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN (LPPB) FIP UPI TL. 022-20071752007175 SALAH SATU PROGRAM

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Profile Needs pada Wanita yang Mengikuti Olahraga Militer di Komunitas Spartan Komando Bandung Descriptive Study Of Profile Needs On Women Who Follow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA SKRIPSI

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA SKRIPSI PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh SUSI TRISNAWATY 091301026

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tes psikologi saat ini telah digunakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui minat dan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN EXA ALIFA BUDIYANTO ABSTRAK Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius Suatu Analisis Kebutuhan Berdasarkan Teori Murray Skripsi Servasius Samuel 08.40.0122 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017

PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017 PROFIL MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK STKIP CITRA BAKTI PERIODE 2016/2017 Ferdinandus Bate Dopo 1 1 Pendidikan Musik, STKIP Citra Bakti ferdinbate@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA A. Analisis Karakteristik Psikometri 1. Validitas a. Pengertian Validitas Pada tahun 1989, Messick (dalam Osterlind, 2010) mengemukakan bahwa validitas adalah evaluasi yang terintegrasi

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs 20 Kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) Kebutuhan akan perasaan ikut serta

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI

PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI Pengaruh Teknik Jigsaw Terhadap Pemahaman Siswa Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 65 PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi OLEH FITRI DIAN ADLINA 101301091 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan. pada Siswa di SMA X Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan. pada Siswa di SMA X Bandung Studi Deskriptif Mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan pada Siswa di SMA X Bandung Evi Ema Victoria Polii dan Apriyessi Kristie Gouw Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISI DATA. No Tanggal Waktu Lokasi Keterangan. 27 Maret WIB Warung Kopi. 10 April

BAB IV ANALISI DATA. No Tanggal Waktu Lokasi Keterangan. 27 Maret WIB Warung Kopi. 10 April 48 BAB IV ANALISI DATA A. Proses Penelitian Proses pengambilan data dimulai pada bulan Maret sampai Juni, dengan rincian sebagai berikut: No Tanggal Waktu Lokasi Keterangan 27 Maret 2010 20.00-22.00 WIB

Lebih terperinci

PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM.

PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM. PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM. 11104244043 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 GAYA PENGASUHAN CONSTRAINING DENGAN KOMITMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

E-JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : WENI YUNIARTI

E-JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : WENI YUNIARTI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, MINAT BELAJAR, DAN CARA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PELAJARAN EKONOMI DI KELAS X PEMASARAN SMK N 4 PADANG E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI 1 KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : NURYATI MUSTAMIROH F 100 080 086 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori kepribadian yang dijelaskan oleh Murray, karena terdapat kesesuaian dengan fenomena yang dijadikan penelitian oleh peneliti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tahap perkembangan remaja, kebanyakan mereka tidak lagi mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

PROPOSAL PENAWARAN SOFTWARE DISC, PAULI DAN SOFTWARE EPPS

PROPOSAL PENAWARAN SOFTWARE DISC, PAULI DAN SOFTWARE EPPS PROPOSAL PENAWARAN SOFTWARE DISC, PAULI DAN SOFTWARE EPPS Proposal Penawaran Sofe DISC ah DISC itu? Teori DISC modern dimunculkan pada tahu 1920 oleh William Moulton Marston. Marston yang kini dikenal

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Saat ini, kriminalitas semakin merajalela. Setiap hari, kita melihat di tayangan

Bab 1. Pendahuluan. Saat ini, kriminalitas semakin merajalela. Setiap hari, kita melihat di tayangan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kriminalitas semakin merajalela. Setiap hari, kita melihat di tayangan program televisi mengenai tindak kriminal. Tindakan pemerkosaan sebagai salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN DENGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN DENGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA 74 Vol. 10 No.1 Tahun 2014 HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN DENGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA GITA SEKAR PRIHANTI* ABSTRAK Latar belakang : Kepribadian adalah karakteristik unik seseorang yang mempengaruhi perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui motivasi berprestasi dalam bidang akademik pada siswa pecandu game online yang berusia 13-17 tahun di warnet X kota Y. Pemilihan sampel menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA ABSTRAK Psikologia 2015, Vol. 10, No. 2, hal. 18-24 18 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA Nefi Darmayanti, Mulia Siregar dan Puspa Ega Harahap UIN Sumatera

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER Tesi Hermaleni, Mudjiran, Afif Zamzami Universitas Negeri Padang e-mail: Tesi.hermaleni@gmail.com Abstract: The difference

Lebih terperinci

PROFIL PERSEPSI TERHADAP TES PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

PROFIL PERSEPSI TERHADAP TES PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 PROFIL PERSEPSI TERHADAP TES PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Ranni Merli Safitri Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cara individu dalam memenuhi kebutuhannya menunjukkan adanya keragaman pola penyesuaian. Individu adalah mahkluk yang unik dan dinamik, tumbuh dan berkembang,

Lebih terperinci

iii Universitas Kristen Maranatha

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara grit dan IPK pada mahasiswa Kurikulum Berbasis KKNI angkatan 2013 di Universitas X di Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling.

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menentukan Sekolah Keterlibatan siswa reguler SMP Inklusi "X" di kota Bandung. Judul penelitian ini adalah "Studi Deskriptif Tentang Sekolah Keterlibatan siswa reguler

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA PADA SISWA SMP YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA DI SURABAYA SKRIPSI

MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA PADA SISWA SMP YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA DI SURABAYA SKRIPSI MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA PADA SISWA SMP YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA DI SURABAYA SKRIPSI OLEH: Laurensia Ines Pratiwi NRP 7103012014 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala

Lebih terperinci

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Surabaya

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Surabaya Hubungan Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Surabaya Anindita Retna Arum Program Studi Psikologi, FIP, Unesa, aninditachamil@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI PROFIL KOMPETENSI GURU AGAMA MADRASAH TSANAWIYAH DI 10 KOTA/ KABUPATEN SE JAWA BARAT DAN BANTEN DILIHAT DARI LATAR BELAKANG BIOGRAFIS GURU

STUDI PROFIL KOMPETENSI GURU AGAMA MADRASAH TSANAWIYAH DI 10 KOTA/ KABUPATEN SE JAWA BARAT DAN BANTEN DILIHAT DARI LATAR BELAKANG BIOGRAFIS GURU STUDI PROFIL KOMPETENSI GURU AGAMA MADRASAH TSANAWIYAH DI 10 KOTA/ KABUPATEN SE JAWA BARAT DAN BANTEN DILIHAT DARI LATAR BELAKANG BIOGRAFIS GURU (Studi Profil Kompetensi Guru Aqidah-Akhlaq MTs Dimensi

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang 2

Abstrak. Abstract. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang 2 214 Kontribusi Tingkat Penerimaan Oleh Teman Sebaya dan Konsep Diri Terhadaap Motivasi KONTRIBUSI TINGKAT PENERIMAAN OLEH TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NUSATAMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci