BAB II TELAAH PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TELAAH PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Analisis Karakteristik Psikometri 1. Validitas a. Pengertian Validitas Pada tahun 1989, Messick (dalam Osterlind, 2010) mengemukakan bahwa validitas adalah evaluasi yang terintegrasi terhadap sejauh mana kesimpulan atau hipotesis hasil tes didukung oleh bukti-bukti empiris dan alasan-alasan teoritis. Ketika seseorang melakukan validasi suatu tes, orang tersebut berarti memastikan sejauh mana bukti-bukti empiris sejalan dengan kesimpulan atau hipotesis dari hasil tes. Hal tersebut dapat disebut sebagai validity evaluation (Osterlind, 2010). Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2003), proses validasi bukan bertujuan untuk melakukan validasi tes, tetapi melakukan validasi terhadap kesimpulan data yang diperoleh. Kesimpulan yang diputuskan harus berdasarkan nilai/hasil tes, serta asumsi-asumsi yang mendukung kesimpulan tersebut. Teori skor-murni klasik (Azwar, 2003) mengartikan pengertian validitas sebagai sejauh mana skor tampak (observed scores) dapat mendekati nilai skor murni (true scores). Tetapi, skor tampak tidak akan persis sama dengan skor murni kecuali alat ukur tersebut memiliki validitas sempurna atau pengukuran tanpa eror. Sedangkan pada buku Standards, validitas berarti derajat sejauh mana bukti dan teori mendukung interpretasi dari skor tes yang sesuai dengan tujuan tes dikonstrak (American Educational Research Association, dkk. dalam 9

2 10 Osterlind, 2010). Osterlind (2010) mengungkap tiga aspek dalam validitas. Pertama, validitas itu berarti menginterpretasikan skor tes dalam situasi assesmen tertentu, bukan pada alat ukurnya. Kedua, untuk membangun sebuah validitas, diperlukan proses evaluasi. Ketiga, validitas juga berarti mengeksplorasi bagian psikologi. b. Sumber Bukti Validitas Ada beberapa sumber bukti validitas yang dikemukakan Osterlind (2010), yaitu bukti validitas berdasarkan: 1) Isi/Konten Tes Mengevaluasi bukti validitas dari skor tes biasanya selalu menggunakan informasi mengenai konten dari tes. Hal yang dimaksud adalah content domain (dalam tes berbasis domain), atau construct (dalam tes yang mengungkap sifat-sifat laten). Walaupun orang yang mengkonstrak tes seharusnya membuat deskripsi atau informasi mengenai konstrak tes, kebanyakan orang tidak menjelaskannya secara detail. Padahal, informasiinformasi tersebut (misalnya informasi mengenai fungsi alat tes) sangat membantu dalam mempertimbangkan konten tes. Namun, ada beberapa pertimbangan untuk konstrak tes yang bersifat psikologis, terutama pada tes psikologi yang tidak boleh mengungkap informasi secara langsung. Agar dapat lebih mudah membuat konstrak tes, biasanya blueprint digunakan. Dengan blueprint alat tes, evaluasi validitas dapat menjadi lebih jelas dan teliti. Blueprint tersebut kemudian akan dilakukan professional judgment.

3 11 2) Proses Merespon Bukti validitas juga bisa didapat dari proses kognitif (merespon) subjek, yaitu apakah subjek menjawab pertanyaan dari tes berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tes. Proses respon dapat dievaluasi dengan menggunakan metode latent variable analyses, structural equation modeling (SEM), hierarchical linear modeling (HLM), conjectural analysis, path analysis, dan beberapa tipe dari meta-analyses. Selain itu, metode Taxonomy Bloom juga dapat digunakan. Tetapi, dalam melakukan evaluasi menggunakan metode ini, perlu hati-hati juga karena evaluasi proses respon peserta juga dapat menjadi cara yang mudah dan tidak tepat. 3) Struktur Internal Mengevaluasi struktur internal dari suatu tes berarti mengevaluasi validitas secara keseluruhan. Struktur internal ini sama dengan validitas konstrak. Struktur internal tes tertuju pada pembuatan kesimpulan yang tepat dan reliabel mengenai konstrak yang dievaluasi. Biasanya struktur internal tes dievaluasi dengan mengevaluasi teori-teori dasar yang berhubungan dengan tes. Teori yang dikonstrak dengan baik akan menyediakan dasar yang lebih baik untuk pengembangan konstrak. Ketika teori diungkap dengan jelas, aitem-aitem tes cenderung akan dikonstrak lebih baik lagi. Lebih jauh lagi, ketika teori yang mendasari fokus pada satu dimensi, menentukan konstrak tes untuk evaluasi dapat lebih teliti. Dengan kata lain, metode psikometri tersedia untuk mengevaluasi struktur internal tes. Tehnik evaluasi struktur internal tergantung pada tujuan tes dikembangkan, dengan pertimbangan hati-hati bagaimana cara

4 12 penggunaannya dan informasi apa yang akan diungkap dari tes. Untuk mengevaluasi struktur internal, terdapat metode-metode psikometris, yaitu: a) Model Faktor Umum (Common Factor Model) Salah satu metode yang digunakan dalam model ini adalah Factor Analysis (analisis faktor). Analisis faktor digunakan ketika terdapat banyak tes yang terlibat, tetapi koefisien reliabilitasnya tidak mudah untuk diinterpretasikan. Metode ini dipengaruhi oleh muatan faktor. Muatan faktor menggambarkan kontribusi/besar muatan varians aitem pada konstrak tes. Semakin besar muatan faktor, semakin besar kontribusi varians aitem. Ketika semua variabel memiliki muatan faktor yang tinggi pada faktor yang dievaluasi dan rendah pada faktor lainnya, maka validitas konstrak akan semakin baik. Demikian juga, hal ini berlaku sebaliknya. Berdasarkan tujuannya, ada dua cara untuk mengurangi banyak variabel menjadi sedikit, yaitu analisis faktor konfirmatori dan analisis faktor eksploratori. Analisis faktor konfirmatori bertujuan untuk memastikan konstrak atau sifat yang telah disimpulkan di dalam data. Peneliti mengidentifikasi variabel yang tidak sesuai dengan tujuan alat ukur dikonstrak. Hayden, Dixon, Dixon, dan O Brien (2009) mengatakan bahwa analisis faktor konfirmatori biasanya digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan teori atau hasil dari penelitian sebelumnya. Sedangkan analisis faktor eksploratori bertujuan untuk memeriksa data baru dengan memadukan variabel-variabel yang bervariasi. Peneliti mengeksplorasi suatu data untuk melihat apakah ada data-data yang memiliki kesamaan dengan data yang dilihat. Biasanya

5 13 analisis faktor konfirmatori digunakan dalam meneliti struktur internal tes, khususnya memastikan dimensi-dimensi dalam tes. b) Multitrait-multimethod matrix (MTMM) Metode ini merupakan suatu prosedur untuk menganalisis hubungan antar data atau antar aitem, yang dapat mengungkap bukti validitas untuk dievaluasi. Dengan metode ini, validitas dapat mengevaluasi persamaan dan perbedaan antar data (validitas konvergen dan divergen). Dalam mengevaluasi alat tes, diperlukan tiga tes dengan konstrak yang paralel dan metode assessment yang berbeda-beda. Ada beberapa pertimbangan dalam menginterpretasi koefisien validitas ini. Pertama, perlunya karakteristik spesifik untuk penarikan kesimpulan. Kedua, koefisien reliabilitas yang dihasilkan harus tinggi. Ketiga, koefisien validitas konvergen harus lebih besar daripada koefisien validitas divergen. 4) Hubungan dengan Variabel Lain Variabel lain yang dimaksud adalah bukti prediktif dan bukti konkuren. Bukti prediktif adalah indikator yang diambil dari perbandingan antara satu tes dengan kriteria-kriteria untuk administrasi posttest. Dengan kata lain, bukti prediktif akan diuji dengan melihat apakah tes tersebut dapat memenuhi kriteria-kriteria yang diprediksikan untuk posttest (setelah tes diberikan). Sedangkan bukti konkuren diindikasikan dengan perbandingan antara satu tes dengan kriteria-kriteria yang paralel dengan tes tersebut. Dengan alasan-alasan yang jelas, tes lain yang paralel dengan tes yang dievaluasi juga dapat menjadi kriteria.

6 14 Meskipun validitas yang berhubungan dengan kriteria sudah menjadi sumber bukti untuk evaluasi validitas, masih belum ada perbedaan dalam penggunaan bukti prediktif dan konkuren, karena sampai sekarang tidak ada masalah ketika satu validitas lebih kuat dari validitas lain. 5) Pertimbangan Eksternal Faktor eksternal yang menjadi bukti validitas adalah face validity atau validitas tampang. Seorang subjek yang pertama kali melihat suatu alat tes tidak boleh dihadapkan pada hal-hal yang tidak biasa, karena dapat menyebabkan validitas tidak baik. Untuk menguji validitas tampang, metode statistika tidak dapat digunakan. Selain validitas tampang, ada juga validitas generalisasi yang melihat apakah bukti validitas kriteria dapat digeneralisasikan pada situasi baru tanpa menguji validitas tersebut lagi. c. Interpretasi Validitas Nilai yang menentukan ada tidaknya hubungan antara hasil alat ukur dengan kriteria lain yang berhubungan dengan pengukuran disebut koefisien validitas (Osterlind, 2010). Koefisien validitas biasanya diberitahu ketika melakukan evaluasi validitas. Namun, perlu diingat bahwa koefisien validitas hanya berlaku pada situasi tes diberikan dan belum tentu berlaku pada situasi lainnya. Selain koefisien validitas, konsep yang tidak bisa lepas dari konsep koefisien validitas adalah Standard Error of the Estimate (SEE). SEE adalah indikasi ketidak akuratan prediksi dari skor tes (Osterlind, 2010). Konsep ini sama seperti konsep Standard Error of Measurement (selanjutnya akan disebut SEM)

7 15 (Azwar, 2003). Alat ukur yang memiliki koefisien validitas yang tinggi akan memiliki nilai SEM yang kecil (Azwar, 2003). Skor yang diperoleh dari alat ukur tidak jauh berbeda dari skor sesungguhnya (true scores). Namun, tidak mudah untuk mendapatkan koefisien validitas yang tinggi, terutama validitas pada alat ukur yang mengungkap sifat laten. Selain itu, pada kenyataannya, koefisien validitas tidak akan pernah mencapai atau mendekati angka 1,0. 2. Reliabilitas a. Pengertian Reliabilitas Reliabilitas merujuk pada keakuratan pengukuran dalam menilai kemampuan atau kepribadian individu (Osterlind, 2010). Keakuratan suatu pengukuran ditentukan dengan konsistensi hasil pengukuran dari berbagai penilaian. Semakin konsisten hasil pengukuran, semakin baik reliabilitasnya. Konsep yang dilihat reliabilitas adalah seberapa baik salah satu stimulus (misalnya aitem) pada alat ukur menggambarkan stimulus secara keseluruhan alat ukur. Menurut Coaley (2010), suatu alat ukur harus memiliki konsistensi, sehingga hasil alat ukur dari satu subjek memiliki nilai yang relatif tidak berbeda setiap kali alat ukur digunakan. Tetapi, tidak ada alat ukur yang benar-benar akurat. b. Metode Estimasi Reliabilitas Sebelum melakukan uji koefisien reliabilitas, pertama-tama kita harus menentukan metode yang akan digunakan dalam melakukan estimasi reliabilitas.

8 16 Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan estimasi reliabilitas yaitu: 1) Metode Tes-Ulang Asumsi dalam metode tes-ulang adalah tes yang sama digunakan pada peserta tes yang sama pada rentang waktu yang berbeda dan menggunakan administrasi yang sama (Osterlind, 2010). Ketika tes digunakan dua kali, koefisien reliabilitas yang paralel akan terpenuhi. Tenggang waktu menjadi hal yang sangat penting dalam tes-ulang, karena mempengaruhi reliabilitas (Coaley, 2010). Tetapi, metode tes-ulang memiliki beberapa kelemahan. Peserta tes cenderung akan berubah dalam beberapa aspek (misalnya pada sifat) di antara sesi tes. Hal ini dapat menyebabkan eror karena adanya tenggang waktu, yang rentan pada pengukuran perilaku yang cenderung berubah karena perubahan waktu (Azwar, 2003). Metode tes-ulang juga terkesan kurang praktis karena tester harus kembali menghubungi peserta tes untuk mengikuti tes selanjutnya (Coaley, 2010). 2) Metode Bentuk Paralel dan Bentuk Alternatif Asumsi dari metode bentuk paralel adalah mengembangkan tes yang memiliki aitem yang ekuivalen, misalnya indeks kesukaran aitem setara. Korelasi di antara kedua tes tersebut kemudian akan digunakan untuk mengestimasi reliabilitas tes. Dengan menggunakan metode ini, efek carry-over akan berkurang karena menggunakan dua tes yang berbeda. Rentang waktu antara tes pertama dan tes kedua juga tidak menjadi peranan penting. Walaupun begitu, mengembangkan bentuk tes yang paralel sangat sulit dan memerlukan biaya banyak. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa bentuk tes ekuivalen

9 17 dengan tes yang akan dievaluasi. Sesuai dengan apa yang dikemukakan Osterlind (2010), kesulitan penggunaan pengukuran yang paralel adalah mengidentifikasi pengukuran dengan tepat (ekuivalen terhadap tes yang akan dievaluasi). Hal ini yang menyebabkan metode bentuk alternative muncul. Namun, metode ini memiliki kesamaan, yaitu menggunakan alat ukur lain sebagai pembanding. Hal yang membedakan antara metode bentuk alternatif dan metode bentuk paralel adalah cara mendapatkan alat ukurnya. Metode bentuk paralel menggunakan alat ukur yang dikembangkan sendiri, sedangkan metode bentuk alternatif tidak. 3) Metode Konsistensi Internal Cara lain yang dapat digunakan ketika tidak ada bentuk alternatif tes lain adalah dengan menggunakan metode konsistensi internal. Metode ini digunakan dengan membagi tes menjadi n bagian (n 2). Ketika tes dibagi menjadi dua, asumsi yang didapat adalah kedua tes yang dibelah ekuivalen. Menurut O Connor (dalam Javali, Gudaganavar, & Shodan, 2011), semakin homogen atau ekuivalen aitem-aitem dalam belahan tes, semakin tinggi reliabilitasnya. Metode ini disebut sebagai metode split-half. Administrasi tes dilakukan satu kali saja, sehingga menghemat waktu. Selain itu, efek carryover dapat diminimalisir. Biasanya masalah yang muncul terdapat pada tes (misalnya korelasi antar belahan tes rendah), tidak pada peserta tes. Cara pembelahan tes tergantung pada jenis dan fungsi tes yang bersangkutan (Azwar, 2003). Cara pembelahan tes yang dipilih akan menentukan formula apa yang akan digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas. Menurut Azwar (2003), ada beberapa cara pembelahan tes, yaitu:

10 18 a) Pembelahan Cara Random Pembelahan cara random dapat dilakukan dengan mengambil beberapa aitem secara acak untuk dimasukkan ke belahan pertama dan belahan kedua. Namun, perlu diingat bahwa pembelahan cara random hanya dapat digunakan jika tes yang dibelah memiliki aitem yang homogen, baik dari segi isi maupun dari segi kesukaran aitem. b) Pembelahan Ganjil Genap Pembelahan ganjil genap dapat dilakukan dengan mengambil aitem-aitem bernomor ganjil dimasukkan ke belahan pertama dan aitem-aitem bernomor genap dimasukkan ke belahan kedua. Pembelahan cara ini digunakan dengan asumsi apabila aitem-aitem yang disusun dalam suatu tes memiliki urutan-urutan tertentu, seperti kesukaran aitem, sehingga setelah tes dibelah, setiap belahan memiliki isi yang setara. c) Pembelahan Matched-Random Subsets Pembelahan matched-random subsets digunakan pada tes yang telah diukur tingkat kesukaran aitem dan korelasi antar aitem tes. Aitem-aitem tersebut kemudian dimasukkan ke dalam grafik kartesius dengan sumbu x untuk koefisien korelasi antar aitem dan sumbu y untuk indeks kesukaran aitem. Dengan meletakkan aitem-aitem tersebut, dapat dilihat aitem-aitem yang berdekatan memiliki tingkat setara, sehingga ketika dibelah, belahan pertama dan belahan kedua memiliki tingkat setara.

11 19 c. Formula Estimasi Koefisien Reliabilitas Pada metode konsistensi internal, terdapat beberapa formula (rumus) yang digunakan dalam mengestimasi koefisien reliabilitas, yaitu Formula Spearman- Brown, Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson, dan Koefisien Alpha. 1) Formula Spearman-Brown Asumsi pemakaian formula ini adalah ketika tes dibagi dua secara random, kedua belahan harus memiliki distribusi normal dengan mean dan standard deviation yang setara (Azwar, 2003). Umumnya, cara pembelahan tes dilakukan dengan pembelahan ganjil genap atau matched-random subsets. Perlu diingat bahwa formula ini dipakai ketika korelasi antar kedua belahan tes memiliki nilai yang tinggi. Jika tidak, koefisien reliabilitas yang dihasilkan cenderung memiliki nilai yang rendah (underestimasi). Rumus Spearman- Brown adalah: (1) Keterangan: koefisien reliabilitas koefisien antara kedua belahan tes 2) Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson Ketika tes tidak dapat dibelah menjadi dua belahan sama besar (karena aitem dalam tes sedikit), maka formula ini dapat digunakan. Pembelahan tes dilakukan dengan membelah sebanyak jumlah aitem. Ada 2 rumus Kuder- Richardson, yaitu: (2)

12 20 (3) Keterangan: = proporsi populasi yang menjawab aitem benar (atau aitem pertama). = proporsi populasi yang menjawab aitem salah (atau aitem kedua). = banyak aitem dalam tes. = varians skor tes. = mean dari tes. Rumus muncul karena rumus cenderung menghasilkan komputasi yang lebih panjang (karena menggunakan korelasi antar aitem), sedangkan rumus hanya menggunakan nilai mean (Osterlind, 2010). Namun, rumus cenderung menghasilkan koefisien reliabilitas yang lebih rendah daripada rumus. 3) Koefisien Alpha Ketika belahan tes yang dikorelasikan belum tentu memenuhi asumsi paralel, koefisien Alpha dapat digunakan. Tetapi, jika asumsi paralel tidak dapat terpenuhi, estimasi reliabilitas cenderung underestimasi. Jadi, ketika alat ukur memiliki koefisien reliabilitas yang cukup tinggi, akan ada kemungkinan koefisien reliabilitas yang lebih tinggi bisa dicapai. Tetapi, jika alat ukur memiliki koefisien reliabilitas yang rendah, akan ada kemungkinan bahwa reliabilitas alat ukur tersebut rendah atau asumsi ekuivalen tidak terpenuhi (Allen & Yen dalam Azwar, 2003).

13 21 Koefisien Alpha dapat dipakai ketika tes dibelah dua, tiga, hingga sebanyak jumlah aitem, dengan asumsi ekuivalen terpenuhi. Rumus koefisien Alpha yang digunakan adalah: (4) Keterangan: = banyak aitem dalam tes. = varians skor tes. d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas Menurut Osterlind (2010), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi hasil reliabilitas, yaitu: 1) Efek atenuasi Koefisien reliabilitas tidak pernah kurang dari koefisien validitas. Karena itu, jika koefisien reliabilitas rendah, koefisien validitas juga akan rendah. Rendahnya koefisien validitas yang disebabkan oleh rendahnya koefisien reliabilitas disebut efek atenuasi (Azwar, 2003). 2) Efek dari panjang tes pada estimasi reliabilitas Semakin banyak aitem dalam suatu tes, semakin tinggi koefisien reliabilitas. Aitem-aitem yang membentuk tes memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang dibentuk menjadi satu tes. Sehingga semakin banyak aitem yang menggambarkan karakteristik tersebut, akan semakin rinci gambaran konstruk seutuhnya. Jumlah aitem yang diperlukan agar mencapai nilai reliabilitas yang baik adalah lebih dari lima puluh aitem (Javali, dkk., 2011).

14 22 3) Heterogenitas kelompok Semakin bervariasi kelompok dalam suatu tes, semakin tinggi koefisien reliabilitasnya. Hal ini dikarenakan kelompok yang memenuhi asumsi heterogenitas cenderung memiliki pilihan-pilihan aitem yang berbeda-beda pula. Sedangkan, ketika setiap orang memiliki pilihan-pilihan aitem yang sejenis (tidak ada perbedaan), maka alat ukur tersebut memiliki koefisien reliabilitas 0,0 (Murphy & Davidshofer, 1994). e. Hubungan Reliabilitas dan SEM SEM muncul karena reliabilitas alat ukur tidak dapat menggambarkan secara tepat apakah interpretasi hasil alat ukur benar-benar merepresentasikan subjek yang mengikuti tes. SEM adalah indikator yang melihat adanya perbedaan skor tampak dan skor murni (Osterlind, 2010). Konsep SEM muncul karena dalam pengukuran bisa saja terjadi eror. Dengan adanya konsep ini, dapat diketahui bahwa tingginya reliabilitas hasil alat ukur menunjukkan sedikitnya eror yang dihasilkan, dan demikian juga sebaliknya (Coaley, 2010). Semakin tinggi nilai SEM, maka koefisien reliabilitas akan semakin rendah. SEM juga menunjukkan variasi hasil skor tes yang mungkin dicapai karena adanya eror pengukuran (Murphy & Davidshofer, 1994). Dengan adanya SEM, interval kepercayaan dapat dibentuk. Interval kepercayaan digunakan sebagai indikator terhadap seberapa akurat skor murni dari hasil alat ukur. Namun, kelemahan SEM adalah penggunaannya tidak selalu setara pada semua skor tes. Nilai SEM cenderung kecil pada skor ekstrim dan besar pada skor ratarata (Murphy & Davidshofer, 1994).

15 23 f. Interpretasi Reliabilitas Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang baik ketika koefisien reliabilitas dari hasil pengukuran alat ukur tinggi. Tetapi, koefisien reliabilitas yang memuaskan tidak dapat ditentukan. Menurut Azwar (2003), hal ini dikarenakan koefisien reliabilitas yang didapat berdasarkan perhitungan hanya merupakan estimasi dari reliabilitas yang sesungguhnya, dan hanya berlaku pada kelompok subjek yang diukur saja. Selain itu, setiap alat ukur memiliki tuntutan tingkat reliabilitas minimal yang berbeda-beda, sehingga interpretasi koefisien reliabilitas alat ukur tidak dapat lepas dari fungsi dan tujuan pengukuran. Murphy & Davidshofer (1994) mengemukakan bahwa reliabilitas yang tinggi diperlukan ketika tes digunakan untuk membuat keputusan terhadap seseorang (misalnya penempatan posisi kerja) dan ketika individu dari kelompok yang setara dikelompokkan ke dalam satu kategori baru. Sedangkan reliabilitas yang rendah diperbolehkan ketika tes yang digunakan hanya sebagai pendahuluan/permulaan dan ketika tes digunakan individu dari populasi random akan dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut Bartam (dalam Coaley, 2010), tes IQ biasanya memiliki reliabilitas lebih dari 0,9, sedangkan pada tes kepribadian dan inventori memiliki reliabilitas berkisar 0,7 hingga 0,9. Besarnya sampel yang digunakan juga menjadi faktor penting dalam koefisien reliabilitas. Tidak cukup jika jumlah sampel yang mengikuti tes kurang dari 30 (Coaley, 2010). Kline (dalam Coaley, 2010) juga mengatakan tidak cukup juga jika jumlah sampel kurang dari 100. Nunally (dalam Coaley, 2010) mengatakan jika sampel yang digunakan mencapai 500, maka 95% dapat dikatakan koefisien reliabilitas tes tersebut di atas 0,62.

16 24 Ketika menginterpretasi koefisien reliabilitas, terdapat dua hal yang perlu dipahami (Azwar, 2003), yaitu: 1) Estimasi reliabilitas tes pada satu kelompok subjek dalam situasi tertentu akan menghasilkan koefisien yang tidak sama pada kelompok subjek lain dalam situasi yang lain. 2) Koefisien reliabilitas hanya mengindikasikan besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran tes, bukan menyatakan sebab-sebab inkonsistensi tersebut secara langsung. B. Edwards Personal Preference Schedule 1. Sejarah EPPS EPPS dikonstrak pada tahun 1958 dan direvisi pada tahun 1959 (dalam Indrawati). EPPS dikonstrak untuk mengukur manifestasi kebutuhan yang dibuat oleh Murray (Edwards; Helms; dalam Gregory, 2004). EPPS menggunakan format forced-choice. Testee harus memilih satu dari dua pernyataan yang paling menggambarkan dirinya. Karena adanya masalah social desirability, Edwards memasangkan kalimat yang tidak berhubungan sama sekali. Sehingga, testee dapat merasa tidak nyaman ketika mengerjakan EPPS (Gregory, 2004). EPPS adalah tes ipsative. Dalam tes ipsative, skor keseluruhan tes selalu sama dalam setiap individu. Ketika ada skor yang lebih tinggi pada satu sub tes, sub tes yang lain akan memiliki skor yang lebih rendah. Selain itu, dalam tes ipsative, skor tinggi merupakan skor yang relatif, bukan absolut. Maksudnya, skor yang tinggi tercapai pada satu sub tes dikarenakan skor lain dari sub tes lain.

17 25 2. Manisfestasi Kebutuhan EPPS Manifestasi kebutuhan yang diungkap Murray (dalam Kaplan & Saccuzzo, 2005) adalah sebagai berikut: a) Abasement: Untuk menerima tekanan dari luar. Untuk menyerah. Menerima dilukai, disalahkan, dikritisi, dihukum. Untuk menyerah pada takdir. Untuk mengakui inferioritas, kesalahan, atau kekalahan. Untuk menyalahkan diri sendiri. Mencari dan menikmati rasa sakit, hukuman, penyakit, dan ketidak beruntungan. b) Achievement: Untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit. Untuk menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi objek, manusia, atau ide. Untuk melakukannya dengan cepat dan mandiri. Untuk mengatasi hambatan dan mencapai tujuan. Untuk menjadi unggul. Untuk melampaui orang lain. c) Affiliation: Untuk membentuk hubungan pertemanan. Untuk menyapa, mengikuti, dan tinggal dengan yang lain. Untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan yang lain. Untuk mencintai, untuk masuk dalam kelompok. d) Aggression: Untuk berkelahi. Untuk memukul, melukai, atau membunuh yang lain. Untuk menghukum, melawan pertentangan. e) Autonomy: Untuk mendapatkan kebebasan. Untuk menghindari pengekangan. Untuk menjadi mandiri dan bebas melakukan apapun. f) Blamavoidance: Untuk menghindari disalahkan, dikucilkan, atau diberi hukuman dengan mencegah melakukan perilaku tidak baik. Untuk berperilaku baik dan mematuhi hukum.

18 26 g) Counteraction: Menolak kekalahan dengan berjuang kembali dan membalas. Untuk memilih tugas tersulit. Untuk melindungi harga diri sendiri. h) Defendance: Untuk melindungi diri sendiri dari disalahkan atau dilecehkan. Untuk memberikan penjelasan, alasan. Untuk menghindari ditanya terus menerus. i) Deference: Untuk mengagumi dan mendukung atasan. Untuk memuji dan menghormati. Untuk menurut pada adat istiadat. Untuk meniru atasan. j) Dominance: Untuk mempengaruhi atau mengontrol orang lain. Untuk melarang, untuk mengarahkan orang lain. Untuk mengekang, untuk mengoganisasikan perilaku kelompok. k) Exhibition: Untuk membuat kesan, untuk dilihat dan didengar. Untuk menghibur, mengejutkan orang lain. l) Harmavoidance: Untuk menghindari rasa sakit, luka fisik, penyakit, dan kematian. Untuk menghindari situasi berbahaya. m) Infavoidance: Untuk menghindari penghinaan, untuk tidak melecehkan dan dilecehkan, untuk tidak bertindak karena takut kesalahan. n) Nurturance: Untuk membantu, atau melindungi orang yang membutuhkan bantuan. Untuk mengekspresikan simpati. o) Order: Untuk menyusun sesuatu dalam urutan, untuk mencapai kerapian, keseimbangan, kebersihan, dan ketelitian. p) Play: Untuk mencari kesenangan, membahagiakan diri, untuk bermain, untuk ketawa dan bercanda, untuk menghindari tekanan. q) Rejection: Untuk mendiskriminasi, untuk menjauh dan tidak peduli. r) Sentience: Untuk mendapatkan kesan sensual.

19 27 s) Sex: Untuk membentuk dan mendapatkan hubungan erotis. Untuk mendapat hubungan seksual. t) Succorance: Untuk mencari bantuan, perlindungan, atau simpati. Untuk bergantung dengan orang lain. u) Understanding: Untuk menganalisis pengalaman, untuk berpikir abstrak, untuk menggabungkan ide, untuk mendefinisikan hubungan. Edwards hanya mengambil dan mengembangkan lima belas kebutuhan, yaitu Achievement, Deference, Order, Exhibition, Autonomy, Affection, Intraception, Succorance, Dominance, Abasement, Nurturance, Change, Endurance, Heterosexual, dan Aggression. C. Analisis Karakteristik Psikometri EPPS EPPS merupakan tes kepribadian yang mengukur manifestasi kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray. EPPS saat ini lebih sering digunakan dalam proses seleksi calon karyawan baru dan dalam penentuan treatment untuk klien. Oleh karena itu, sebagai tes seleksi dan tes penentu treatment, EPPS harus memiliki kualitas yang baik. Apabila EPPS tidak memiliki kualitas yang baik, tentu saja proses seleksi dan pemberian treatment menjadi kurang tepat atau bahkan salah. Kualitas suatu alat tes dapat dilihat dari banyak hal. Reliabilitas dan validitas (dalam hal ini adalah struktur internal) hasil alat tes adalah beberapa dari banyak hal tersebut. Struktur internal suatu alat ukur sangat penting, karena struktur internal menentukan alat tes memang mengukur atribut yang hendak diukur. Struktur internal EPPS dapat dikatakan baik jika hasil yang diperoleh dari

20 28 EPPS memang menunjukkan manifestasi kebutuhan Murray. Manifestasi kebutuhan yang dikemukakan Murray adalah achievement, deference, order, exhibition, autonomy, affiliation, intraception, succorance, dominance, abasement, nurturance, change, endurance, heterosexuality, dan aggression. Bukti validitas berdasarkan struktur internal dikatakan baik ketika nilai muatan faktor aitem di atas 0.50, dengan toleransi paling rendah adalah 0.30 (Azwar, 2003). Sedangkan reliabilitas EPPS yang baik berarti hasil yang diperoleh dari EPPS memang dapat dipercaya. Koefisien reliabilitas yang baik untuk tes kepribadian berkisar antara 0.7 hingga 0.9. Ketika EPPS memiliki reliabilitas yang baik dan didukung bukti validitas berdasarkan struktur internal, maka hasil pengukuran EPPS dapat digunakan untuk bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tes psikologi saat ini telah digunakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui minat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum ada dua teori pengukuran yaitu teori tes klasik dan teori tes modern. Teori tes klasik merupakan pendekatan pertama yang dikembangkan dalam pengukuran. Teori pengukuran

Lebih terperinci

VALIDITAS & RELIABILITAS. Sami an

VALIDITAS & RELIABILITAS. Sami an VALIDITAS & RELIABILITAS Sami an VALIDITAS Validitas berarti ketepatan atau kecermatan. Validitas merupakan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa yang memang ingin di ukur. TIGA CIRI VALIDITAS

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1 VALIDITAS DAN RELIABILITAS A. Pengertian Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti derajat ketepatan dan kecermatan suatu instrument penelitian sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada dasarnya, ilmu pengukuran psikologis memiliki dua pendekatan, yaitu pendekatan classical test theory (selanjutnya akan disebut CTT) dan item response theory (selanjutnya akan

Lebih terperinci

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 1-7 ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA JIPP Anggun Lestari a dan Fahrul

Lebih terperinci

EPPS. EPPS-Kusrohmaniah

EPPS. EPPS-Kusrohmaniah EPPS EPPS-Kusrohmaniah Tes kepribadian Teknik proyeksi tidak terstruktur : Rorschach (populer awal abad 20an tapi lalu menurun popularitasnya) Teknik terstruktur : misal self-report inventories dan behavioral

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengukuran berarti pemberian angka pada objek-objek atau kejadiankejadian menurut sesuatu aturan (Kerlinger, 1990, hlm. 687). Pengukuran dalam bidang pendidikan lebih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bahwa secara umum kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bahwa secara umum kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA 106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa secara umum kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung dan

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Pertemuan 7 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Tujuan Setelah perkuliahan ini diharapkan dapat: Menjelaskan tentang pengertian validitas dan penerapannya dalam menguji instrument penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TES YANG BAIK

KARAKTERISTIK TES YANG BAIK KARAKTERISTIK TES YANG BAIK Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Karakteristik Tes Validitas alat tes Reliabilitas Hasil Pengukuran Konteks Validitas Dalam penelitian validitas digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu pendekatan classical test theory (CTT) dan pendekatan teori modern. Pendekatan CTT adalah metode pertama yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Sarwono (2006, hlm. 81 82) menyatakan bahwa desain penelitian memiliki dua tipe utama diantaranya desain eksploratori dan desain konklusif yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atas dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. atas dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku

BAB III METODE PENELITIAN. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif metode yang menggunakan pengukuran disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa. Kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

RELIABILITAS (2) METODE RELIABILITAS & ERROR METODE RELIABILITAS & ERROR

RELIABILITAS (2) METODE RELIABILITAS & ERROR METODE RELIABILITAS & ERROR RELIABILITAS (2) BAB 4 Psikometri A. SCORER RELIABILITY Melihat konsistensi antar-penilai utk menilai klp subyek yg sama. Cocok digunakan: tes observasi, open-ended test, tes proyeksi. Interscorer error:

Lebih terperinci

TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung

TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) Tes disusun berdasar konsep manifes dari

Lebih terperinci

Reliabilitas & Konfidensi. Wahyu Widhiarso Fakultas Psikologi UGM

Reliabilitas & Konfidensi. Wahyu Widhiarso Fakultas Psikologi UGM Reliabilitas & Konfidensi Wahyu Widhiarso Fakultas Psikologi UGM Mengapa Ada Banyak Rumus Reliabilitas? Perbedaan konsep dasar dalam melandasi terbentuknya satu formula Rumus dengan asumsi tau-equivalent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: Variabel tergantung Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Health locus of Control dengan Perilaku berisiko terhadap kesehatan pada

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Health locus of Control dengan Perilaku berisiko terhadap kesehatan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara Health locus of Control dengan Perilaku berisiko terhadap kesehatan pada remaja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Azwar (2007) bahwa teori pengukuran dapat dibahas dari tiga macam pendekatan secara umum, yaitu (a) pendekatan teori skor murni klasikal (classical true-score theory), (b)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari 2016

Santi E. Purnamasari 2016 Santi E. Purnamasari 2016 Definisi Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi. Artinya sampel memiliki ciri atau karakteristik yang sama dengan populasi. Lanjutan. Tujuannya adalah agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik Dasar dasar Tes Psikologi Validitas dan Reliabilitas Tes Psikologis Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Jenis Tes Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Karena angka tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ada dua macam teori dalam ilmu pengukuran, yakni Teori Tes Modern, yang lebih dikenal dengan item response theory (IRT), dan Teori Tes Klasik. IRT dapat memberikan informasi yang

Lebih terperinci

KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN

KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN A. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetpatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Djaali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu pendekatan dengan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data yang obyektif, valid dan realibel dengan tujuan dapat

Lebih terperinci

Measurement Definisi Pengukuran

Measurement Definisi Pengukuran Measurement Pengukuran merupakan proses yang seringkali kita lakukan bahkan oleh orangorang pendahulu kita dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran tidak selamanya didominasi oleh orang-orang terpelajar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Orientasi kuliah : Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan, gambaran umum perkuliahan, dan rencana pembelajaran matakuliah psikologi eksperimen. Media & buku sumber 1 1.1 Mahasiswa memahami tujuan, arah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Penelitian : Komitmen Organisasi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Pendekatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Pendekatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. Menurut Panggabean (1996: 21) Pre-Experiment yaitu penelitian yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

VALIDITAS DAN RELIABILITAS VALIDITAS DAN RELIABILITAS A. Pendahuluan Dalam penelitian pendidikan, untuk mengukur suatu variabel diperlukan alat ukur yang biasa disebut instrument. Instrumen yang digunakan dalam penelitian haruslah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah guru SMK yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Pesanggrahan. Dilaksanakan pada 30 November sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain survei, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. B. Populasi,

Lebih terperinci

Ketepatan model tes dapat dibuktikan secara empirik berdasarkan data Setiap model tes tidak akan pernah mencerminkan keadaan data secara sempurna,

Ketepatan model tes dapat dibuktikan secara empirik berdasarkan data Setiap model tes tidak akan pernah mencerminkan keadaan data secara sempurna, teori tes pengantar Menyajikan kerangka umum untuk menjelaskan kaitan antara variabel-variabel yang teramati dlm praktek pengetesan (skor tes dan skor item), dengan variabel yang tidak teramati (true score/skor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria penulisan sebagai landasan untuk menjawab permaslahan peneitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak, sehingga kita membutuhkan pemahaman dan keterampilan yang mendalam untuk bisa menguasainya. Di antara keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menjawab masalah penelitian (Setiadi dkk, 2005 ). Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menjawab masalah penelitian (Setiadi dkk, 2005 ). Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana atau strategi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian (Setiadi dkk, 2005 ). Penelitian ini merupakan satu bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN

BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Suatu alat ukur selayaknya memiliki ketepatan, keakuratan dan konsistensi sesuai dengan apa yang akan diukurnya. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Seperti yang dikemukakan pada pendahuluan bahwa yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk soal- soal ujian nasional mata pelajaran bahasa indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS LABORATORIUM LANJUT PSIKOLOGI EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS 2015/2016 EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata -kata),dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Eksperimen adalah suatu penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yaitu analisis pearson product moment untuk mengetahui hubungan yang terjadi antar variabel Self (X) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 70 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis relevansi muatan lokal pengembangan potensi di. Analisis relevansi dilakukan terhadap relevansi eksternal antara tujuan muatan

Lebih terperinci

Tes Inventori: EPPS Test

Tes Inventori: EPPS Test Modul ke: Tes Inventori: EPPS Test Modul ini akan menjelaskan tentang definisi, kegunaan, dan metode tes Edward`s Personal Preference Schedule (EPPS) Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada metode penelitian ini akan dibahas mengenai model pengembangan inventori kesiapan kerja, prosedur pengembangan inventori kesiapan kerja, uji coba item, dan teknik analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penggunaan metode kuasi eksperimen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan sebagai penelitian kuantitatif. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

Lebih terperinci

VALIDITAS INSTRUMEN. Dalam teori tes klasik X = T + E

VALIDITAS INSTRUMEN. Dalam teori tes klasik X = T + E VALIDITAS DAN PENETAPAN MATERI-6 VALIDITAS INSTRUMEN Oleh : Amat Jaedun Pascasarjana UNY VALIDITAS Ketepatan Ketelitian Instrumen VALIDITAS Hasil Pengukuran VALIDITAS INSTRUMEN Validitas suatu tes adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang berlokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang berlokasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono yang berlokasi di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel- variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung : Psychological well-being 2. Variabel Bebas : Locus

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN

VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN Zulkifli Matondang Abstrak Instrumen merupakan suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari

Lebih terperinci

Novia Sinta R, M.Psi.

Novia Sinta R, M.Psi. Novia Sinta R, M.Psi. Dikenal di Indonesia dengan nama Skala Kecenderungan Kepribadian (K5) Diciptakan oleh Allen L. Edwards Tes ini tergolong sebagai tes kepribadian atau Personality Inventory Utk melihat

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS)

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata-kata),dan menggunakan metode forced choice technique (FCT) dengan pilihan alternatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara minat mahasiswa dalam membaca buku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-kecamatan Tulang Bawang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-kecamatan Tulang Bawang 54 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se-kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Waktu penelitian ini adalah pada semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa 162 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Rangkaian proses pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik pada remaja

Lebih terperinci

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode Bab III METODE A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini bersifat komparasional. Desain komparasional menurut Arikunto (2010 ) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan dua kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan

Lebih terperinci