ANALISIS KELENGKAPAN KODE KLASIFIKASI DAN KODE MORPHOLOGY PADA DIAGNOSIS CARCINOMA MAMMAE BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELENGKAPAN KODE KLASIFIKASI DAN KODE MORPHOLOGY PADA DIAGNOSIS CARCINOMA MAMMAE BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011"

Transkripsi

1 ANALISIS KELENGKAPAN KODE KLASIFIKASI DAN KODE MORPHOLOGY PADA DIAGNOSIS CARCINOMA MAMMAE BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011 Lies Maesaroh 1, Rano Indradi Sudra 2, Mochammad Arief T.Q 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Dalam melakukan kodefikasi diagnosis Carcinoma Mammae ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu topografi, histology (morphology), dan sifat-sifat neoplasm. Berdasarkan survey pendahuluan di RSUD Kabupaten Karanganyar, kode diagnosis Carcinoma Mammae yang tidak lengkap masih ditemukan. Dalam pemberian kode diagnosis Carcinoma Mammae petugas coding belum mencantukan kode morphology yang menunjukkan sifat dari neoplasm. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan metode pendekatan restrospektif. Populasi yang digunakan adalah 49 dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis Carcinoma Mammae tahun 2011 dengan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, sehingga sampel yang digunakan sejumlah 49 dokumen rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan kodefikasi diagnosis Carcinoma Mammae menggunakan ICD-10 edisi revisi tahun 2004, kode diagnosis Carcinoma Mammae yang lengkap sebesar 0 (0%) dan kode diagnosis Carcinoma Mammae yang tidak lengkap sebesar 49 (100%). Berdasarkan 49 kode yang tidak lengkap dikarenakan petugas coding belum mencantumkan kode morphology. Ketidaklengkapan kode diagnosis Carcinoma Mammae disebabkan karena kesalahan coder tidak menerapkan prosedur pemberian kode berdasarkan ICD-10, tidak menerapkan prosedur pemberian kode penyakit yang ada, kartu indeks yang belum spesifik dan penggunaan buku bantu sehingga coder memberikan kode C50.9 untuk semua pasien Carcinoma Mammae. Hal ini dapat menyebabkan tindakan yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan tindakan yang seharusnya diterima oleh pasien sehingga dapat menimbulkan adanya malpraktik. Kodefikasi diagnosis Carcinoma Mammae sebaiknya menerapkan prosedur pemberian kode berdasarkan ICD-10 sehingga kode yang didapatkan lebih tepat, lengkap dan akurat. Buku bantu atau buku pintar sebaiknya dilakukan revisi dalam pembuatannya dengan memperhatikan prosedur pemberian kode penyakit berdasarkan ICD-10 serta mencantumkan pengelompokkan klasifikasi penyakit yang lebih spesifik. Kata kunci : Kelengkapan, Carcinoma Mammae, ICD-10 Kepustakaan : 13 ( I) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan SK MenKes RI No. 377/MenKes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, salah satu kompetensi seorang perekam medis adalah klasifikasi dan kodifikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis. Dalam menentukan kode diagnosis suatu penyakit, petugas koding mempunyai peranan penting dalam menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat, yang sesuai dengan klasifikasi International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem Revisi ke 10 (ICD- 10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan, khususnya Bab II tentang Neoplasm yang Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 1

2 berhubungan dengan diagnosis utama Carcinoma Mammae pada kode C50.9. Carcinoma adalah kelompok penyakit, dimana sel tumbuh berkembang, berubah dan menduplikasi diri diluar kendali. Jadi carcinoma mammae merujuk pada pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada jaringan payudara (Chyntia, 2009). Penulisan kode diagnosis carcinoma mammae yang tidak lengkap di RSUD Kabupaten Karanganyar masih ditemukan. Ketidaklengkapan itu disebabkan karena petugas koding belum menerapkan sepenuhnya aturan dan ketentuan pemberian kode diagnosis berdasarkan ICD-10. Dalam pemberian kode diagnosis carcinoma mammae petugas coding belum mencantumkan kode morphology yang menunjukkan sifat dari neoplasm. Hal ini menyebabkan kode diagnosis yang dihasilkan tidak lengkap. Pemberian kode pada diagnosis carcinoma mammae tanpa kode morphology maka tingkat keganasan carcinoma tidak bisa diketahui. Sehingga dapat menyebabkan tindakan yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan tindakan yang seharusnya diterima oleh pasien. Kode yang lengkap untuk diagnosis neoplasm harus mencantumkan kode klasifikasi dan kode morphology. Kode klasifikasi merupakan kode yang menunjukkan lokasi neoplasm sedangkan kode morphology menunjukkan sifat dari neoplasm. Kualitas data terkode merupakan hal penting bagi keputusan tenaga personal manajemen informasi kesehatan dan para professional manajemen informasi kesehatan. Ketepatan data diagnosis sangat krusial dibidang manajemen data klinis dalam upaya meningkatkan keakuratan dan konsistensi data yang terkode (Gemala, 2011). Tujuan penelitian adalah mengetahui kelengkapan kode klasifikasi dan kode morphology pada diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar Tahun Mengetahui tata cara kodefikasi diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun Mengetahui kelengkapan kode klasifikasi dan kode morphology pada diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun TINJAUAN PUSTAKA A. Diagnosis Pada Dokumen Rekam Medis 1. Definisi Diagnosis Diagnosis adalah penentuan bentuk gangguan atau masalah yang merupakan hasil kesimpulan dan kumpulan tanda-tanda, gejala-gejala, riwayat sakit, bila perlu disertai pemeriksaan laboratorium dan rontgen sesuai standart medis yang berlaku (WHO, 2004). 2. Macam Macam Diagnosis Menurut Gemala (2011), macammacam diagnosis meliputi: 2 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

3 a. Diagnosis Utama Diagnosis utama adalah kondisi atau diagnosis kesehatan yang menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakkan pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas kebutuhan sumber daya pengobatannya. b. Diagnosis Sekunder Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan. c. Diagnosis Komorbiditas Diagnosis komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi pasien saat masuk dan membutuhkan pelayanan atau asuhan khusus setelah masuk dan selama dirawat. d. Diagnosis Komplikasi Diagnosis komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa pengobatan dan memerlukan pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul sebagai akibat yang diberikan kepada pasien. B. Koding dan Indeksing 1. Tugas Pokok Koding dan Indeksing Tugas pokok koding dan indeksing meliputi: a. Mencatat dan meneliti kode penyakit dari diagnosis yang ditulis dokter, kode operasi dari tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas kesehatan lainnya dan kode sebab kematian dari sebab kematian yang ditetapkan dokter. b. Mencatat hasil pelayanan kedalam formulir indeks penyakit, indeks operasi atau tindakan medis, indeks sebab kematian dan indeks dokter sesuai dengan ketentuan mencatat indeks. c. Menyimpan indeks tersebut sesuai dengan ketentuan menyimpan indeks. d. Membuat laporan penyakit (morbiditas) dan laporan kematian (mortalitas) berdasarkan indeks penyakit, indeks operasi dan indeks sebab kematian (Shofari, 2002). 2. Fungsi Koding dan Indeksing Fungsi koding dan indeksing meliputi: a. Pencatat dan peneliti kode penyakit dari diagnosis yang ditulis dokter, kode operasi atau tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas kesehata lainya, kode sebab kematian dari sebab kematian yang ditetapkan dokter. b. Mencatat dan penyimpan indeks penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian dan indeks dokter. c. Penyedia informasi nomor-nomor rekam medis yang memiliki jenis penyakit, operasi atau tindakan medis yang bersangkutan untuk berbagai keperluan misalnya audit Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 3

4 medik, audit kematian dan audit keperawatan. d. Pembuat laporan penyakit dan laporan kematian berdasarkan indeks penyakit, operasi dan sebab kematian (Shofari, 2002). C. Analisis Kelengkapan Kodefikasi Analisis adalah penelaahan dan penguraian data hingga menghasilkan kesimpulan. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkara), penjabaran sesudah dikaji sebaikbaiknya, pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya (Depdiknas, 2008). Kelengkapan adalah ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Kode adalah tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan berita pemerintah) kumpulan peraturan yang bersistem, kumpulan prinsip yang bersistem (Depdiknas, 2008). Kode penyakit dapat diidentifikasikan menjadi kode yang lengkap dan tidak lengkap. Kode lengkap adalah penetapan kode penyakit yang tepat, lengkap dan sesuai dengan ICD-10, sedangkan kode tidak lengkap adalah penetapan kode penyakit yang tidak lengkap dan tidak sesuai dengan ICD-10. D. Carcinoma Mammae 1. Definisi Carcinoma Mammae Carcinoma adalah kelompok penyakit, dimana sel tumbuh berkembang, berubah dan menduplikasi diri diluar kendali. Jadi Carcinoma Mammae merujuk pada pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada jaringan payudara (Chyntia, 2009). 2. Tipe Penyakit Kanker Payudara Menurut Chyntia (2009), tipe penyakit kanker payudara dikategorikan dalam 2 bagian yaitu: a. Kanker Payudara Non Invasive Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan puting payudara}. Dalam bahasa kedokteran disebut ductal carcinoma in situ (DCIS), yang mana kanker belum menyebar kebagian luar jaringan kantung susu. b. Kanker Payudara Invasive Kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya, bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) ke bagian tubuh lainnya seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah. 3. Jenis Kanker Payudara Menurut Chyntia (2009), jenis kanker payudara yang umum terjadi meliputi: a. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) Kata in situ merujuk pada kanker yang tidak menyebar dari area dimana kanker mulai muncul. Pada LCIS pertumbuhan jumlah sel jelas 4 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

5 terlihat, berada didalam kelenjar susu (lobules). b. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) Merupakan tipe kanker payudara non invasive yang paling umum terjadi. DCIS seringkali terdeteksi pada mammogram sebagai microclacifications (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). c. Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC) Dikenal sebagai invasive lobular carcinoma. ILC mulai terjadi didalam kelenjar susu (lobules) payudara, tetapi sering menyebar (metastase) ke bagian tubuh yang lain. d. Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC) Dikenal sebagai invasive ductal carcinoma. IDC terjadi didalam saluran susu payudara dan menjebol dinding saluran, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan juga terjadi di bagian tubuh yang lain. 4. Stadium Penyakit Kanker Menurut Wilensky (2008), metode standar untuk menentukan stadium yang digunakan diseluruh dunia disebut sistem penentuan stadium TNM. Pada sistem TNM dinilai juga faktor utama T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu node atau kelenjar getah bening regional (bintil-bintil aksila) dan M yaitu metastasis atau faktor penyebaran jauh. Ketiga faktor T,N,M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Stadium Penyakit Kanker meliputi: a. Stadium 0 Kanker kanker yang bersifat tidak menyerang pada pipa saluran (lobula) atau penyakit paget pada puting. b. Stadium I 1) Tumor tidak lebih besar dari 2 cm. 2) Bintil bintil getah bening pada aksila tidak mengandung tumor. 3) Tidak ada bukti metastase. c. Stadium II 1) Tumor tidak lebih besar dari 2 cm namun bintil bintil aksila (ketiak) mengandung tumor. 2) Tumor sudah mencapai antara 2 5 cm, bintil bintil aksila mungkin atau tidak mungkin mengandung tumor. 3) Tumor lebih besar dari 5 cm, bintil asila tidak mengandung tumor. 4) Tidak ada bukti metastase. d. Stadium III 1) Tumor tidak lebih dari 5 cm, bintil bintil. 2) Tumor lebih besar dari 5 cm, bintil bintil aksila mengandung tumor. 3) Tumor dari setiap ukuran dengan perluasannya menuju Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 5

6 dinding dada dan atau kulit, ada status bintil bintil. 4) Tumor dari setiap ukuran (dengan atau tanpa perluasan), bintil bintil payudara internal mengandung tumor. 5) Tidak ada bukti metastase. e. Stadium IV 1) Tumor dari setiap ukuran terdapat status bintil bintil. 2) Adanya metastase. 5. Tanda-Tanda Carcinoma Mammae Menurut Taufan (2010), tanda-tanda yang perlu diperhatikan pada carcinoma mammae adalah sebagai berikut: a. Benjolan tidak terasa sakit dipayudara. b. Merah yang terus menerus disekitar puting susu. c. Puting susu berdarah atau mengeluarkan cairan yang tidak wajar. d. Kulit payudara berubah menjadi: 1) Bengkak dan berkerut 2) Lekukan 3) Berkerut e. Puting susu tertarik kedalam payudara. E. Koding Berdasarkan ICD Definisi ICD-10 International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) Revisi ke 10 adalah suatu klasifikasi penyakit yang disusun berdasarkan sistem pengkategorian penyakit yang penataannya sesuai kriteria yang ditentukan oleh WHO (WHO, 2004). 2. Tujuan dan Kegunaan ICD-10 a. Memungkinkan untuk membuat catatan yang sistematik, analitik, menterjemahkakn dan membandingkan peristiwa penyakit dan kematian yang telah dikumpulkan diberbagai tempat dan negara pada saat yang berlainan. b. Dapat dipergunakan untuk menterjemahkan diagnosis penyakit dan masalah kesehatan dari kata menjadi kode atau sandi alfanumerik sehingga memudahkan untuk disimpan, dicari dan dianalisis. c. Menjadi klasifikasi diagnosis standard internasional, untuk mencatat keperluan epidemiologi dan berbagai masalah upaya kesehatan (WHO, 2004). 3. Langkah Dasar Dalam Menentukan Kode ICD-10 Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode: a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alphabetical Index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI (Vol. I), gunakanlah ia sebagai lead term untuk dimanfaatkan sebagai paduan menelusuri istilah yang dicari pada seksi I indeks (Volume 3). Bila pernyataan adalah 6 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

7 penyebab luar (external cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada di Bab XX (Vol. 1), liat dan cari kodenya pada seksi II di Indeks (Vol. 3). b. Lead term (kata kunci) untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan sebagai kata panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada yang diekspresikan sebagai kata sifat atau eponym (menggunakan nama penemu) yang tercantum di dalam indeks sebagai lead term. c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah istilah yang akan dipilih pada Volume 3. d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung ( ) sesudah lead term (kata dalam tanda kurung = modifier tidak akan mempengaruhi kode). Istilah lain yang ada di bawah lead term (dengan tanda( - ) minus = idem = indent) dapat mempengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata diagnostik harus diperhitungkan). e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks. f. Lihat daftar tabulasi (Volume I) untuk mencari nomor kode yang paling tepat. Lihat kode 3 karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di dalam volume I dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks (Vol. 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas. g. Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori, atau sub kategori. h. Tentukan kode yang anda pilih. i. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode untuk pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang diagnosis utama di berbagai lembar formulir rekam medis pasien, guna menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan (Gemala, 2011). 4. Kategori Penyakit Neoplasma berdasarkan ICD-10 a. Kategori Penyakit Neoplasma Menurut Djoko Wiyono (2000), salah satu kategori penyakit Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 7

8 berdasarkan ICD-10 adalah Neoplasma. Kategori ini ada didalam Bab II pada kode C00 D48. Dalam kategori penyakit Neoplasma terdiri dari beberapa bagian yaitu: Malignant Neoplasm ( C00 C97 ) In Situ Neoplasm ( D00 D09 ) Benign Neoplasm ( D10 D36 ) Neoplasm of uncertain or unknown behavior ( D37 D48) b. Kekhususan Bab Neoplasma 1) Daftar urut alphabetic disusun berdasarkan sebutan istilah anatomi organ tubuh. Tersedia 5 lajur kode yang mungkin dipilih yaitu primer, sekunder, ganas, tidak ganas dsb dari Neoplasma terkait. Biasanya dari sebutan neoplasma bisa diketahui sifat neoplasmanya. Example: Malignant Melanoma of Skin Bila sebutan tidak menolong untuk menentukan pilihan maka telusuri melalui indeks dimana ada panduan untuk setiap sifat morphologinya. Example: Mesonephroma see Neoplasm, Malignant Bowen s diseases see Neoplasm Skin, In Situ 2) Tanda site dengan tanda baca # (ump. Face NEC #) harus diklasifikasi ke: a) Neoplasm malignant kulit site terkait apabila sel Neoplasmanya adalah squameous cell carcinoma atau carcinoma. Epidermoid b) Benign neoplasm dari site terkait apabila jenis neoplasmanya papiloma. adalah 3) Carcinoma dan Adenocarcinoma tipe apapun kecuali Intraosseus atau Odontogenic dengan site bertanda ^ (ump. Ischium ^ ) harus dijelaskan atau tidak dirinci) dan diberi kode C79.5 (WHO, 2004). Dibawah ini tabel hubungan antara kode diagnosis dengan sifat neoplasma: Tabel 1. ICD-O Behaviour Code and Correspondency Section of Chapter II ICD-10 Behaviour Code Term Chapter II /0 /1 /2 /3 /6 Benign Neoplasm Neoplasm of uncertain and unknown behaviour In Situ Neoplasm Categories D10 D36 D37 D48 D00 D09 C00 C76 C80 8 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

9 Malignant neoplasm, stated or presumed to be primary Malignant neoplasm, stated or presumed to be secondary 5. Malignant Neoplasm of Breast C97 C77 C79 Malignant Neoplasm of Breast terdapat pada kode C50 yang dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: C50.0 Nipple and aerola C50.1 Central Portion of Breast C50.2 Upper Inner quadrant of breast C50.3 Lower Inner quadrant of Breast C50.4 Upper Outer quadrant of Breast C50.5 Lower Outer quadrant of Breast C50.6 Axillary tail of Breast C50.8 Overlapping lesion of Breast C50.9 Breast, unspecified (WHO, 2004). 6. Kode Morphology Satu area yang memerlukan informasi spesifik yang detail mengenai keefektifan dan hasil pengobatan adalah onkologi, yaitu ilmu tentang tumor atau neoplasm. Tujuan dan fungsi kode morphology yaitu memberikan sistem klasifikasi untuk lapangan onkologi yang berisi cukup detail untuk mengkode topografi, histology (morphology), dan sifat-sifat neoplasm (Skurka, 2003). METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang menggambarkan tentang kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 9

10 Variabel Kelengkapan Kode Diagnosis Carcinoma Mammae Definisi Operasional Pemberian kode diagnosis Carcinoma Mammae yang tertulis dalam kolom kode diagnosis pada dokumen rekam medis secara tepat dan lengkap yang terdiri dari kode klasifikasi dan kode morphology. a. Kode Lengkap Pemberian kode diagnosis Carcinoma Mammae yang sesuai dengan ketentuan atau aturan ICD-10 secara tepat dan lengkap dengan mencantumkan kode klasifikasi serta kode morphology. b. Kode Tidak Lengkap Pemberian kode diagnosis Carcinoma Mammae yang tidak sesuai dengan ketentuan atau aturan ICD-10 yang tidak tepat dan lengkap dengan mencantumkan kode klasifikasi tanpa kode morphology atau mencantumkan kode morphology tanpa kode klasifikasi. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah dokumen rekam medis pasien dengan diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2011 sebanyak 49 dokumen. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2011 sebanyak 49 dokumen dengan menggunakan teknik sampling jenuh. D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang sudah tersusun dan terencana yang akan diajukan kepada petugas coding untuk mengetahui tata cara kodefikasi diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10. b. Pedoman Observasi Pedoman observasi berupa daftar pengamatan yang dibutuhkan dalam analisis data kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 yang dikerjakan petugas coding. 10 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

11 2. Cara Pengumpulan Data a. Wawancara Cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada petugas koding bagaimana tata cara kodefikasi diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar. b. Observasi Cara pengumpulan data dengan mengamati secara langsung kode yang dihasilkan dari tata cara kodefikasi diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar. E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Pengumpulan (Collecting) Mengumpulkan data yang berupa kode diagnosis carcinoma mammae yang tertulis lembar RM 1 dalam dokumen rekam medis pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Karanganyar. b. Edit (Editing) Setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikoreksi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae. c. Klasifikasi (Classification) Setelah melalui proses editing maka data dikelompokkan menjadi dua yaitu kode diagnosis carcinoma mammae lengkap dan kode diagnosis carcinoma mammae tidak lengkap beserta jumlahnya. d. Memaparkan (Narasi) Memaparkan hasil penelitian dalam bentuk kalimat, yaitu kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis diskriptif yaitu dengan cara mendiskripsikan data yang telah dikumpulkan dan diolah menjadi kelengkapan dan ketidaklengkapan kode diagnosis carcinoma mammae hasil dari proses kodefikasi ICD-10. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tata Cara Kodefikasi Diagnosis Carcinoma Mammae Berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Petugas koding di RSUD Kabupaten Karanganyar terdiri dari 2 petugas koding. Petugas yang pertama bernama Ade Novalia Susanti, Amd. PK. beliau adalah seorang alumni D3 Rekam Medis FKM Universitas Indonesia, beliau bekerja sebagai staff rekam medis bagian koding di RSUD Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang. Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 11

12 Petugas koding yang kedua bernama Bapak Sutarno beliau alumni dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang telah mengikuti pelatihan rekam medis dan ICD-10 berbasis komputer, beliau bekerja sebagai kepala instalansi rekam medis dan merangkap sebagai petugas koding di RSUD Kabupaten Karanganyar sejak tahun 1988 sampai dengan sekarang. Di RSUD Kabupaten Karanganyar, diagnosis utama carcinoma mammae ditulis pada formulir ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1) dan resume keluar (RM 44) oleh dokter yang merawat pasien. Diagnosis carcinoma mammae ini didapatkan dari penyakit utama yang diderita pasien setelah dilakukan pemeriksaan penunjang. Kemudian diagnosis utama carcinoma mammae dikodefikasi menggunakan ICD-10 dan kode yang dihasilkan ditulis pada formulir ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1) yang dilaksanakan oleh petugas koding. Tata cara pemberian kode yang dilakukan oleh petugas coding di RSUD Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: a. Menerima dokumen rekam medis yang sudah lengkap dari petugas assembling. b. Melakukan kodefikasi diagnosis carcinoma mammae berdasarkan ICD-10 dengan langkah-langkah berikut : 1) Menentukan bagian dari istilah diagnosis yang dijadikan kata kunci (lead term) untuk digunakan sebagai panduan dan menelusurinya di Alphabetical Index. 2) Memilih Alphabetical Index to Diseases and Nature of Injury. 3) Kemudian tentukan huruf awal dari lead term yang akan dicari dari diagnosis carcinoma mammae. 4) Menentukan pilihan nomor kode istilah diagnosis carcinoma mammae. 5) Mencocokkan nomor kode dengan yang ada di volume 1 ICD-10 dengan memperhatikan semua perintah, keterangan, includes, excludes, use additional code dan lain-lain yang menyertainya. 6) Menentukan nomor kode terpilih. c. Kode yang telah ditemukan ditulis pada kolom yang telah tersedia pada formulir ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1). d. Menyerahkan dokumen rekam medis ke bagian filing. 2. Kelengkapan Kode Klasifikasi dan Kode Morphology pada Diagnosis Carcinoma Mammae Berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Kode diagnosis carcinoma mammae dapat diidentifikasikan 12 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

13 menjadi kode yang lengkap dan tidak lengkap. Di RSUD Kabupaten Karanganyar diagnosis carcinoma mammae dikode dengan C50.9 untuk semua pasien tanpa melihat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu seperti spesifikasi bagian yang terkena kanker, tumor size dan metastase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kode diagnosis carcinoma mammae yang lengkap sebanyak 0 kode. Hal ini menunjukkan bahwa kode yang dihasilkan tidak lengkap semua. Dari semua kode yang tidak lengkap dikarenakan pemberian kode diagnosis carcinoma mammae belum mencantumkan kode morphology yang merupakan kode sistem klasifikasi untuk lapangan oncologi yang berisi cukup detail untuk mengkode topografi, histology (morphology), dan sifat-sifat neoplasm. Kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar dari 49 kode yang diteliti pada dokumen rekam medis rawat inap (Lampiran 18) didapatkan persentase kode diagnosis carcinoma mammae yang lengkap dan tidak lengkap terdapat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Analisis Kelengkapan Kode Diagnosis Carcinoma Mammae Ket. N o 1 2 Kelengka pan Kode Kode Jumlah Persen tase Lengkap 0 0% Kode Tidak Lengkap % Jumlah % Sumber Data : Data Sekunder RSUD Kabupaten Karanganyar Tahun Tidak menca ntunka n kode morph ology Berdasarkan tabel 3 dapat dianalisa hasil kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: a. Persentase Kode Diagnosis Carcinoma Mammae yang Lengkap Dari hasil penelitian kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae pasien rawat inap berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2011 terdapat 0 kode (0%) diagnosis carcinoma mammae yang lengkap atau sesuai dengan aturan kodefikasi ICD-10 pada formulir Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 13

14 ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1). b. Persentase Kode Diagnosis Carcinoma Mammae yang Tidak Lengkap Dari hasil penelitian kelengkapan kode diagnosis carcinoma mammae pasien rawat inap berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2011 terdapat 49 kode (100%) diagnosis carcinoma mammae yang tidak lengkap atau tidak sesuai dengan aturan kodefikasi ICD-10 pada formulir ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas coding, ketidaklengkapan kode carcinoma mammae di sebabkan karena petugas belum menerapkan prosedur pemberian kode berdasarkan ICD-10 karena masih mengikuti tata cara pemberian kode petugas coding yang senior, belum adanya sosialisasi tentang prosedur pemberian kode penyakit, kartu indeks penyakit yang belum spesifik dan buku bantu yang belum pernah direvisi. B. Pembahasan 1. Tata Cara Kodefikasi Diagnosis Carcinoma Mammae Berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Tata cara kodefikasi diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan petunjuk penggunaan ICD-10. Petugas koding sudah memperhatikan tunjuk silang (cross references) dan lihat see dan see also yang terdapat dalam indeks, selain itu juga sudah mengikuti inclusion dan exclusion term dibawah kode atau dibawah chapter untuk mendapatkan kode yang sesuai dengan diagnosis utama pasien rawat inap carcinoma mammae. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas coding, petugas coding di RSUD Kabupaten Karanganyar mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pemberian kode diagnosis carcinoma mammae, pemberian kode yang lengkap untuk diagnosis carcinoma mammae selain kode klasifikasi penyakit juga mencantumkan kode morphology yang menunjukkan sifat tumor. Petugas coding juga sependapat bahwa kode yang lengkap untuk diagnosis carcinoma mammae selain mencantumkan kode klasifikasi penyakit juga perlu mencantumkakn kode morphology sebagai pelengkap dan penjelasan dari sifat atau perangai tumor. Akan tetapi dalam pelaksanaan pemberian kode untuk diagnosis carcinoma mammae petugas coding tidak mencantumkan kode morphologynya. Upaya dalam melakukan kodefikasi diagnosis carcinoma mammae, petugas coding harus memperhatikan standar 14 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

15 prosedur pemberian kode penyakit yang ada di RSUD Karanganyar nomor S5P1 pada point 5 yang berbunyi penulisan kode (coding) nomor harus jelas di dalam kotak yang telah tersedia pada lembar rekam medis (RM 1), termasuk memperhatikan dua klasifikasi, morphology of neoplasm dan external cause of injury and poisoning. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya kesalahan kodefikasi pada diagnosis carcinoma mammae. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas coding, pemberian kode diagnosis carcinoma mammae belum sesuai dengan standar prosedur pemberian kode penyakit yang ada di RSUD Kabupaten Karanganyar. Ketidaksesuaian ini dikarenakan belum adanya sosialisasi standar prosedur pemberian kode penyakit. Dengan tidak disosialisasikannya standar prosedur pemberian kode yang ada menyebabkan petugas coding masih mengikuti pemberian kode yang diberikan oleh petugas coding yang lebih senior sehingga kode yang dihasilkan kurang lengkap. Untuk mendapatkan kode diagnosis utama carcinoma mammae yang lengkap, ada petunjuk sederhana dalam menentukan kode yaitu: a. Siapkan buku ICD-10 volume 1, 2 dan 3. b. Identifikasi formulir pada ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1) dan formulir pendukung lainnya pada dokumen rekam medis dengan melihat informasi penunjang pada lembar pemeriksaan laboratorium untuk mendukung kode diagnosis dan resume keluar. c. Memilih diagnosis utama yang tepat (apabila diagnosis pada RM 1 dan resume keluar berbeda, maka petugas coding menanyakan diagnosis utama yang tepat kepada dokter yang merawat). d. Bukalah buku ICD-10 volume 3 pada Alphabetical Index. e. Carilah diagnosis Neoplasma sebagai lead term. f. Kemudian memilih neoplasm pada breast untuk melihat kode tersebut. g. Lihat kode pada baris kolom tumor malignant primary. h. Jika ada, baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung sesudah lead term kemudian ikuti setiap catatan yang ada di bawah lead term dan setiap tunjuk silang (cross references) dan lihat see dan see also yang terdapat dalam indeks. i. Pilihlah kode yang tepat untuk kesesuaian nomor kode yang dipilih. j. Cocokkan kode yang dipilih dengan ICD-10 Volume 1. k. Ikuti inclusion dan exclusion term dibawah kode atau dibawah chapter. l. Tentukan kode yang dipilih. Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 15

16 2. Kelengkapan Kode Klasifikasi dan Kode Morphology pada Diagnosis Carcinoma Mammae Berdasarkan ICD-10 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Dari hasil penelitian pada dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2011 dapat diketahui bahwa persentase kode diagnosis carcinoma mammae yang lengkap adalah sebanyak 0 kode (0%) dan kode diagnosis carcinoma mammae yang tidak lengkap sebanyak 49 kode (100%). Angka ini menunjukkan bahwa kode yang dihasilkan tidak lengkap semua. Ketidaklengkapan pemberian semua kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar disebabkan karena kesalahan petugas coding tidak menerapkan prosedur pemberian kode carcinoma mammae berdasarkan ICD- 10 dan masih mengikuti prosedur pemberian kode penyakit dari petugas coding yang terdahulu atau seniornya tanpa memperhatikan standar prosedur pemberian kode penyakit yang ada di RSUD Karanganyar nomor S5P1 pada point 5 yang berbunyi penulisan kode (coding) nomor harus jelas di dalam kotak yang telah tersedia pada lembar rekam medis (RM 1), termasuk memperhatikan dua klasifikasi, morphology of neoplasm dan external cause of injury and poisoning, sehingga coder memberikan kode C50.9 untuk semua pasien carcinoma mammae dan tidak memberikan kode morphology pada setiap diagnosis carcinoma mammae. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi pemberlakuan standar prosedur pemberian kode yang ada di RSUD Kabupaten Karanganyar. Ketidaklengkapan pemberian kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar juga disebabkan karena adanya kartu indeks penyakit yang belum spesifik untuk indeks penyakit dengan diagnosis carcinoma mammae. Klasifikasi diagnosis carcinoma mammae tidak hanya C50.9 saja. Akan tetapi diklasifikasikan menjadi C50.1, C50.2, C50.3, C50.4, C50.5, C50.6, C50.8 dan C50.9. Indeks penyakit yang ada hanya C50.9. Hal ini menyebabkan petugas coding terpacu untuk memberikan kode diagnosis carcinoma mammae hanya dengan kode C50.9 saja tanpa memperhatikan informasi penunjang yang ada pada dokumen rekam medis. Petugas coding dalam mempermudah pemberian kode diagnosis carcinoma mammae juga menggunakan buku bantu atau buku pintar yang berisi jenis diagnosis yang sering muncul pada formulir ringkasan riwayat masuk dan keluar (RM 1) beserta kodenya berdasarkan ICD-10 yang disusun secara alphabetic. 16 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

17 Penggunaan buku bantu atau buku pintar juga dapat menyebabkan kesalahan pada kode diagnosis carcinoma mammae karena tidak melihat informasi penunjang yang ada pada dokumen rekam medis. Untuk mendapatkan kode yang lebih lengkap, dalam kodefikasi diagnosis carcinoma mammae, petugas coding sebaiknya menerapkan tata cara kodefikasi diagnosis carcinoma mammae yang benar berdasarkan ICD-10. Kode morphology pada kode diagnosis carcinoma mammae menunjukkan tingkat keganasan suatu diagnosis carcinoma mammae. Tingkat keganasan carcinoma mammae akan mempengaruhi tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Sebagai contoh pasien carcinoma mammae stadium IV sudah membutuhkan tindakan kemoterapi, akan tetapi pasien hanya diberi tindakan operasi. Hal ini sudah menunjukkan adanya malpraktik. Selain itu, juga akan berpengaruh pada aspek finansial, karena setiap tindakan mempunyai tarif pelayanan yang berbeda. Dalam upaya mencegah hal-hal diatas timbul sebagai masalah, maka dalam pemberian kode diagnosis carcinoma mammae perlu mencantumkan kode morphology. Pemberian kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar tidak mencantumkan kode morphology disebabkan karena tidak adanya lembar pemeriksaan patologi anatomi (PA) pada dokumen rekam medis pasien. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kode yang dihasilkan petugas coding. Hasil pemeriksaan patologi anatomi merupakan salah satu dokumen yang digunakan dokter untuk menegakkan suatu diagnosis penyakit. Selain itu petugas coding juga dapat mengetahui diagnosis penyakit yang lebih jelas dan spesifik sebagai pedoman untuk menentukan kode penyakit. Pada diagosis carcinoma mammae lembar pemeriksaan patologi anatomi dapat digunakan untuk melihat klasifikasi atau bagian yang lebih spesifik yang terkena kanker. Selain itu pada lembar pemeriksaan patologi anatomi juga dapat diketahui tingkat keganasan dari carcinoma mammae. Lembar pemeriksaan patologi anatomi sebaiknya dilampirkan atau digabungkan menjadi satu dengan dokumen rekam medis pasien dengan tujuan agar diagnosis penyakit pasien bisa dilihat dengan jelas dan lebih spesifik. Adanya diagnosis yang jelas dan lebih spesifik akan menghasilkan kode yang yang lebih spesifik, lengkap, tepat dan akurat. Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 17

18 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Pemberian kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar semua belum lengkap pada kode morphology sedangkan untuk kode klasifikasi sudah lengkap semua. 2. Ketidaklengkapan kode diagnosis carcinoma mammae di RSUD Kabupaten Karanganyar disebabkan oleh: a. Petugas coding belum menerapkan prosedur pemberian kode berdasarkan ICD-10. b. Belum adanya sosialisasi tentang prosedur pemberian kode penyakit. c. Belum adanya klasifikasi pengisian kartu indeks penyakit yang spesifik untuk diagnosis carcinoma mammae yaitu C50.1, C50.2, C50.3, C50.4, C50.5, C50.6, C50.8 dan C50.9. d. Buku bantu atau buku pintar yang belum pernah direvisi. e. Belum adanya lembar pemeriksaan patologi anatomi (PA) pada dokumen rekam medis. B. Saran 1. Dalam melakukan kodefikasi diagnosis carcinoma mammae, petugas coding sebaiknya menerapkan prosedur pemberian kode berdasarkan ICD-10 sehingga kode yang didapatkan lebih tepat, lengkap dan akurat. 2. Sebaiknya diadakan sosialisasi tentang prosedur pemberian kode penyakit yang ada di RSUD Kabupaten Karanganyar bagi petugas coding. 3. Sebaiknya pengisian kartu indeks penyakit dibuat lebih spesifik untuk mengetahui klasifikasi penyakit carcinoma mammae yang dikelompokkan kedalam C50.1, C50.2, C50.3, C50.4, C50.5, C50.6, C50.8 dan C50.9 dengan menambahkan digit ke empat pada kolom 6 pada kartu indeks penyakit (Lampiran 8). 4. Buku bantu atau buku pintar sebaiknya dilakukan revisi dalam pembuatannya dengan memperhatikan prosedur pemberian kode penyakit berdasarkan ICD-10 serta dalam penulisannya mencantumkan pengelompokkan klasifikasi penyakit yang lebih spesifik (Lampiran 20). 5. Sebaiknya lembar pemeriksaan patologi anatomi (PA) dilampirkan pada dokumen rekam medis pasien untuk mempermudah petugas coding menentukan kode diagnosis. 18 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.2, OKTOBER 2011, Hal 1-19

19 DAFTAR PUSTAKA Arikunto S Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: Chyntia E Akhirnya Aku Sembuh Dari Kanker Payudara. Maximus. Yogyakarta. Hal: Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kasim F. dan Erkadius Sistem Klasifikasi Utama Morbiditas dan Mortalitas yang Digunakan di Indonesia dalam Buku Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal: World Health Organization International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD), 10th. Volume 1, WHO. Geneva International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD), 10th. Volume 2, WHO. Geneva International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD), 10th. Volume 3, WHO. Geneva. Notoadmodjo S Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 27 Nugroho T Kamus Pintar Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Hal: 121 Shofari B Pengelolaan Sistem Rekam Medis Buku_02. PORMIKI. Semarang. Hal: 6-7 (Tidak Dipublikasikan) SK Menkes RI No. 377/MenKes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Jakarta. Skurka M. A Health Information Management. AHA Press.Chicago. Hal: 149 Wilensky J. L Kanker Payudara Diagnosis dan Solusinya. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. Hal: Analisis Kelengkapan Kode Klasifikasi...(Lies Maesaroh, Dkk) 19

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar ANALISIS KELENGKAPAN KODE TOPOGRAPHY DAN KODE MORPHOLOGY PADA DIAGNOSIS CARCINOMA CERVIX BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD Dr. MOEWARDI TRIWULAN IV TAHUN 2012 Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

Lebih terperinci

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010 Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010 Yuniana Eka Pratiwi Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar Yuniana_EP@ymail.com

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78 ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PPOK EKSASERBASI AKUT BERDASARKAN ICD 10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RSUD SRAGEN TRIWULAN II TAHUN 2011 Siti Nurul Kasanah 1, Rano Indradi Sudra 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011 ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011 Septina Multisari, Sri Sugiarsi, Nurifa atul Masudah Awaliah APIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

Lebih terperinci

LelimafiSetiyani, Tri Lestari, Putu Suriyasa APIKES Mitra Husada Karanganyar

LelimafiSetiyani, Tri Lestari, Putu Suriyasa APIKES Mitra Husada Karanganyar TINJAUAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT CRONIC RENAL FAILURE END STAGEBERDASARKAN ICD 10 DI RSUD DR. MOEWARDI BULAN JANUARI TAHUN 2013 LelimafiSetiyani, Tri Lestari, Putu Suriyasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter praktek swasta, balai pengobatan, klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN UPTD PUSKESMAS SAMBUNG MACAN II Jalan Raya Timur km 15 Banaran Sambungmacan Sragen Telp (0351) 671294, Kode pos 57253 KEPUTUSAN KEPALA UPTD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN

TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN 2012 Carlina Mahardika Loka,Rano Indradi Sudra, M. Arief

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

Lebih terperinci

ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O

ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Oktober 2014 ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG Pelaksanaan pengodean dilakukan oleh seorang profesional perekam medis dengan menggunakan standar klasifikasi

LATAR BELAKANG Pelaksanaan pengodean dilakukan oleh seorang profesional perekam medis dengan menggunakan standar klasifikasi KESESUAIAN HASIL PENENTUAN PENYEBAB KEMATIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN ATURAN DALAM ICD-10 DI RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010 Faqih Addin Saputra 1, Rano Indradi Sudra

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya keadaan sosial ekonomi dan pendidikan saat ini, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam Medis menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HAMID J410 111 013 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI Oleh: Darah Ifalahma APIKES Citra Medika Surakarta Email

Lebih terperinci

Lembar Pertanyaan. 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan?

Lembar Pertanyaan. 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan? Lampiran 1 Lembar Pertanyaan 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? 2. Bagaimana Pengkodean diagnosis di Rumah Sakit Atma Jaya terutama pada Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan?

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR Sofiana Kusniya Hanik 1, Rano Indradi Sudra 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh pasien, baik rawat jalan, rawat inap, maupun gawat darurat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean topografi dan morfologi neoplasma di lembar ringkasan riwayat masuk dan keluar pada berkas rekam

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI Rizky Astri Kharisma 1, Antik Pujihastuti 2, Riyoko 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan tujuan memperbaiki kesehatan seluruh lapisan masyarakat dengan meliputi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan perkembangan pelayanan kesehatan, pemerintah sedang menggalakkan pelaksanaan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS

Lebih terperinci

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS FRACTURE FEMUR PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PERIODE TAHUN 2012 DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS FRACTURE FEMUR PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PERIODE TAHUN 2012 DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG Fracture ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS FRACTURE FEMUR PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PERIODE TAHUN 2012 DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG Jeff bagaskoro 1, Rano indradi Sudra 2, Ninawati 3 APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA Izha Sukma Rahmadhani 1, Sri Sugiarsi 2, Antik Pujihastuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI ABSTRAK

TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI ABSTRAK TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI Oniek Mustika Wati 1, Antik Pujihastuti 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company.

DAFTAR PUSTAKA. Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company. 83 DAFTAR PUSTAKA Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Lebih terperinci

Siti Nurul Khasanah, Rano Indradi Sudra, Nurifa tul AM APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

Siti Nurul Khasanah, Rano Indradi Sudra, Nurifa tul AM APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PPOK EKSASERBASI AKUT BERDASARKAN ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN TRIWULAN II TAHUN 2011 Siti Nurul Khasanah, Rano

Lebih terperinci

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 20 Fitri Hastuti, Sri Sugiarsi 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam Medis menurut PERMENKES No. 269/MENKES/PER/2008 adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil

Lebih terperinci

Hanjrah Fatmawati,Rano Indradi Sudra,Nurifa atul M.A APIKES Mitra Husada Karanganyar

Hanjrah Fatmawati,Rano Indradi Sudra,Nurifa atul M.A APIKES Mitra Husada Karanganyar ANALISIS KELENGKAPAN DATA PENUNJANG DALAM PENENTUANKODE DIAGNOSISUTAMAGASTROENTERITIS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2011 Hanjrah Fatmawati,Rano

Lebih terperinci

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG Retno Dwi Vika Ayu*), Dyah Ernawati**) *) Asri Medical Center Yogyakarta

Lebih terperinci

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK ANALISIS KUANTITATIF PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PASIENINFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI UNIT RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALITRIWULAN I TAHUN 2011 Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES

Lebih terperinci

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Andreas Surya Pratama Abstract Based on the initial survey that has been conducted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit mempunyai tugas fungsi utama sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, selain itu rumah sakit dapat digunakan sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian a. Payudara Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa kompetensi pertama dari seorang petugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN INFORMASI MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk

Lebih terperinci

Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso

Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso Trifena Wulan Indriyani 1, Antik Pujihastuti 2, Rohmadi 2 Mahasiswa Apikes Mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan, karena rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, berfungsi sebagai pusat

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D ARTIKEL ILMIAH TINJAUAN KEAKURATAN PENETAPAN KODE DIAGNOSIS UTAMA BERDASARKAN SPESIFIKASI PENULISAN DIAGNOSA UTAMA PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG PERIODE 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan salah satu bagian penting dalam membantu pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi-organisasi termasuk organisasi pemerintah di Indonesia pada era informasi saat ini, mulai memikirkan berbagai cara untuk melakukan berbagai perubahan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mutlak dibutuhkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan baik individu

Lebih terperinci

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS JENIS FORMULIR REKAM MEDIS Formulir kertas Formulir elektronik Formulir elektronik merupakan ruang yang ditayangkan dalam layar komputer yang digunakan untuk mencatat data yang akan diolah dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Risa Umi Setiawati Abstrack The primary diagnosis code accuracy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara disebut juga carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan

Lebih terperinci

TINGKAT AKURASI KODEFIKASI MORBIDITAS RAWAT INAP GUNA MENUNJANG AKURASI PELAPORAN DI BAGIAN REKAM MEDIS RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN. Rudy J Mandels.

TINGKAT AKURASI KODEFIKASI MORBIDITAS RAWAT INAP GUNA MENUNJANG AKURASI PELAPORAN DI BAGIAN REKAM MEDIS RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN. Rudy J Mandels. TINGKAT AKURASI KODEFIKASI MORBIDITAS RAWAT INAP GUNA MENUNJANG AKURASI PELAPORAN DI BAGIAN REKAM MEDIS RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN Rudy J Mandels.,* Laurentius Calvin ** ABSTRAK Tingkat akurasi kodefikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 2016 TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL Oleh : Linda Handayuni Dosen Prodi D-3 RMIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis Rekam Medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat

Lebih terperinci

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II)

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) Apakah Klasifikasi Penyakit? Penyakit diklasifikasikan atau dibuat dalam grup yang kriterianya sudah ditentukan Contoh kriteria: Etiologi Anatomi Umur Patofisiologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010 KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 200 Dwi Nur Cahyaningsih, Rano Indradi Sudra 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia terdapat 237,6 juta jiwa dengan laju pertambahan penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan sekitar 30 ribu puskesmas.

Lebih terperinci

ANALISIS KEAKURATAN PENGISIAN KARTU INDEKS PENYAKIT KASUS FRACTURE RADIUS DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2010

ANALISIS KEAKURATAN PENGISIAN KARTU INDEKS PENYAKIT KASUS FRACTURE RADIUS DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2010 ANALISIS KEAKURATAN PENGISIAN KARTU INDEKS PENYAKIT KASUS FRACTURE RADIUS DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2010 Holy Yunita Nuraini 1, Rano Indradi Sudra 2, Dewi Lena Suryani K 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun 2016 RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan PENULISAN DIAGNOSA DAN TINDAKAN LENGKAP DAN SPESIFIK KETEPATAN KODING INA-CBG YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RS Ken Saras 1. Sejarah RS Ken Saras RS. Ken Saras dibangun pada tahun 2007 dengan ijin Bupati Semarang nomor 648/049761/2009. Terletak di Kecamatan Bergas, Ungaran,

Lebih terperinci

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015 ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015 Dita Ningias*), Arif Kurniadi*) *) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang di kembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan.sebuah rumah sakit baik

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengodean, Rekam Medis, JKN, Kejelasan dan Kelengkapan

Kata Kunci : Pengodean, Rekam Medis, JKN, Kejelasan dan Kelengkapan KETEPATAN PENGODEAN DIAGNOSA UTAMA PENYAKIT PADA REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIOANAL) DI RSI SITI RAHMAH PADANG TAHUN 2016 Oleh: Oktamianiza, SKM, M.Kes ABSTRAK Rekam medis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis

Lebih terperinci

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009 Kean Kode Diagnosa Utama... - Eko A, Lily K, Dyah E KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009 Eko Arifianto

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR Wahyu Untari Aji 1, Moch. Arief TQ 2, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

KAJIAN PENULISAN DIAGNOSIS DOKTER DALAM PENENTUAN KODE DIAGNOSIS LEMBAR RINGKASAN MASUK DAN KELUAR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN PENULISAN DIAGNOSIS DOKTER DALAM PENENTUAN KODE DIAGNOSIS LEMBAR RINGKASAN MASUK DAN KELUAR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN PENULISAN DIAGNOSIS DOKTER DALAM PENENTUAN KODE DIAGNOSIS LEMBAR RINGKASAN MASUK DAN KELUAR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI Sri Mariyati APIKES Mitra Husada Karanganyar Email: atickkrasivi@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis dan informasi kesehatan menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV. 04. 04. 04 SLAMET RIYADI SURAKARTA Puji Retnowati, Antik Pujihastuti, Rohmadi, APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Permenkes Nomor 269/Menkes/per/III tahun 2008 tentang Rekam Medis, terdapat 7 kompetensi pokok Rekam Medis yaitu Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek

Lebih terperinci

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Septi Nur Rayu, Sri Sugiarsi, M. Arief TQ APIKES Mirta Husada Karangnayar

Lebih terperinci

PENGARUH PENULISAN DIANOSIS DAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS

PENGARUH PENULISAN DIANOSIS DAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENGARUH PENULISAN DIANOSIS DAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS Rano Indradi Sudra 1 2 Abstract Keywords Abstrak Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011 PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011 Musarovah 1, Sri Sugiarsi 2, Moch Arief TQ 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, bahwa puskesmas

Lebih terperinci

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT Danik Lestari 1, Nuryati 2 1,2 Rekam Medis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada email: daniqq_27@yahoo.co.id, nur3yati@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 Eka Novi Astuti 1, Sri Sugiarsi 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA REKAM MEDIS DALAM PENGHITUNGAN BIAYA RAWAT INAP PENYAKIT SKIZOFRENIA PARANOID TAHUN 2010 DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PEMANFAATAN DATA REKAM MEDIS DALAM PENGHITUNGAN BIAYA RAWAT INAP PENYAKIT SKIZOFRENIA PARANOID TAHUN 2010 DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PEMANFAATAN DATA REKAM MEDIS DALAM PENGHITUNGAN BIAYA RAWAT INAP PENYAKIT SKIZOFRENIA PARANOID TAHUN 2010 DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Wijayanti 1, Sri Sugiarsi 2, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara disebut juga carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat adanya perubahan sel tubuh menjadi sel yang abnormal dan membelah diri di luar kendali yang dikenali sebagai sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemerintah disibukkan dengan penyakit kanker payudara yang saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN 29-211 Muhammad Sholeh S, Tri Lestari APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paradigma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

KETEPATAN RESELEKSI DIAGNOSA DAN KODE UTAMA BERDASARKAN ATURAN MORBIDITAS PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN INA-CBGS

KETEPATAN RESELEKSI DIAGNOSA DAN KODE UTAMA BERDASARKAN ATURAN MORBIDITAS PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN INA-CBGS KETEPATAN RESELEKSI DIAGNOSA DAN KODE UTAMA BERDASARKAN ATURAN MORBIDITAS PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN INA-CBGS Linda Widyaningrum APIKES Citra Medika Surakarta linda.ningrum@ymail.com Abstract One of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pengertian Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Christina Sulistiyorini 1, Tri Lestari 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 23 Susi Ernawati, Tri Lestari, Harjanti APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.com

Lebih terperinci

KONVENSI & TANDA BACA PADA ICD-10 ARIS SUSANTO

KONVENSI & TANDA BACA PADA ICD-10 ARIS SUSANTO KONVENSI & TANDA BACA PADA ICD-10 ARIS SUSANTO INCLUSIONS & EXCLUSIONS Inclusions Termasuk Berfungsi Sebagai : Tambahan Diagnostik yang dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok yang bersangkutan Exclusions

Lebih terperinci