BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, bahwa puskesmas menggunakan konsep wilayah dan aplikasi informasi manajemen puskesmas (SIMPUS) untuk kodefikasi. Berbagai pengembangan yang dilakukan terhadap SIMPUS akan memungkinkan episode pelayanan kesehatan dapat diklasifikasikan dengan IPC dan persyaratan untuk keluarga aplikasi klasifikasi di dekade berikutnya dapat terpenuhi yaitu digunakannya konversi antara ICPC dan ICD-10. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50/MENKES/SK/I/1998 tentang pemberlakuan klasifikasi statistik internasional mengenai penyakit revisi kesepuluh, yaitu memberlakukan klasifikasi ICD-10 secara nasional di Indonesia dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 844/MENKES/SK/X/2006 tentang Penetapan Standar Kode Data Bidang Kesehatan, bahwa International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems Tenth Revision (ICD-10) merupakan acuan yang digunakan di Indonesia untuk mengode diagnosis. Pemberian kode adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya diindex agar memudahkan pelayanan data penyajian informasi untuk penunjangan fungsi perencanaan, manajemen, dan riset bidang kesehatan (Dirjen Yanmed, 2005). Selain itu, coding juga berfungsi memberi kode berdasarkan diagnosis utama yang sesuai dengan aturan ICD-10. Adapun tujuan penggunaan ICD- 10 tersebut adalah untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sedangkan, manfaat ICD-10 adalah untuk mempermudah pencatatan/perekaman yang sistematis, analisa, interpretasi dan perbandingan data, sedangkan dalam kegiatannya dapat

2 2 mempermudah pelayanan dan penyajian informasi untuk tujuan epidemiologi umum dan manajemen kesehatan. Pengodean diagnosis yang akurat, complete dan konsisten akan menghasilkan data yang berkualitas. Ketepatan dalam pemberian kode diagnosis merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis. Kualitas data terkode merupakan hal penting bagi kalangan personel Manajemen Informasi Kesehatan. Ketepatan data diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data klinis, penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan (Hatta, 2013). Pentingnya dilakukan analisis ketepatan pengisian kode diagnosis pada dokumen rekam medis karena apabila kode diagnosis tidak tepat atau tidak sesuai dengan ICD-10 maka dapat menyebabkan turunnya mutu pelayanan di puskesmas serta mempengaruhi data, informasi laporan, dan ketepatan tarif INA-CBG s yang pada saat ini digunakan sebagai metode pembayaran untuk pelayanan pasien. Tarif pelayanan kesehatan yang rendah tentunya akan merugikan pihak rumah sakit, sebaliknya tarif pelayanan kesehatan yang tinggi terkesan rumah sakit diuntungkan dari perbedaan tarif tersebut sehingga merugikan pihak penyelenggara jaminan kesehatan maupun pasien. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui Surat Keputusan MENKES/SK/II/1981. Data SP2TP berupa data Umum dan Demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan Pokok Puskesmas. Pelaporan terpadu puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Adapun folmulir laporan yang digunakan untuk SP2TP yaitu, laporan bulanan yang mencakup; Data Kesakitan (LB 1), Data Obat-obatan (LB 2), Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular (LB 3), serta Data Kegiatan Puskesmas (LB 4). Laporan bulanan Sentinel mencakup; laporan bulanan Sentinel (LB1S) dan Laporan Bulanan Sentinel (LB2S). Laporan Tahunan yang mencakup; Data Dasar Puskesmas (LT 1), Data Kepegawaian (LT 2), dan Data Peralatan (LT 3).

3 3 Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti laksanakan pada tanggal 20 Januari 2017 diketahui bahwa Puskesmas Sewon I Bantul hanya mempunyai 1 orang yang memiliki latar belakang pendidikan Rekam Medis, sedangkan di Puskesmas Sewon I Bantul pengodean diagnosis dilakukan oleh perawat maupun bidan yang menangani pasien. Terkait peraturan yang berlaku di Indonesia bahwa standar klasifikasi yang ditetapkan dan diberlakukan secara nasional di Indonesia adalah ICD- 10, telah dilakukan penelitian keakuratan kode diagnosis berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Sewon I Bantul. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 30 berkas rekam medis yang telah peneliti amati, ketidakakuratan kode diagnosis berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Sewon I Bantul mencapai 71,66% Selain itu terdapat beberapa masalah lain yang peneliti dapati di Puskesmas Sewon I Bantul. Dimana sering terjadinya error pada komputer, terlebih aplikasi I-HIS serta P-Care pada masa masa sibuk Puskesmas. Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Masalah dan Solusi Terkait Pemberian Kode diagnosis pada Rekam Medis Pasien di Puskesmas Sewon I Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apa penyebab masalah dan solusi apa untuk masalah pemberian kode diagnosis di Puskesmas Sewon I Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah serta solusi yang dapat digunakan pada masalah tidak tepatnya kode diagnosis pada berkas rekam medis pasien di Puskesmas Sewon I Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi masalah dan penyebab masalah yang ada di bagian rekam medis khususnya bagian pengodean diagnosis.

4 4 b. Mengidentifikasi solusi dari penyebab masalah yang terjadi di bagian rekam medis. c. Memilih solusi terbaik untuk masalah yang terjadi di bagian rekam medis. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan kegiatan rekam medus sehingga nantinya dapat diimplementasikan di Puskesmas Sewon I Bantul. informasi bagi pimpinan puskesmas serta petugas lainnya tentang pentingnya penggunaan keakuratan kode diagnosis. b. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan menambah pengalaman secara langsung dari Puskesmas mengenai berbagai permasalahan pada objek peneliti. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi untuk membandingkan dengan teori yang ada dengan prakteknya di lapangan. b. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi maupun acuan penelitian selanjutnya yang meneliti bidang puskesmas.

5 5 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Judul Persamaan Perbedaan 1. Analisis Sebab dan Akibat Ketidaksesuaian Pelaksanaan Pengodean Diagnosis Gangguan Jiwa di Unit Psikologi Puskesmas Godean II. (Kurniawati, 2017) 2. Evaluasi Kesesuaian Dan Keakuratan Kode Diagnosis Pasien Rawat Inap Kasus Bedah Antara Berkas Klaim INA-CBG s Dengan Berkas Rekam Medis Di RSUD Wates. (Afifah, 2017) 3. Faktor Penyebab Dan Dampak Ketidakterisian Kode Diagnosis Pada Lembar IGD di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. (Lestari. 2017) Identifikasi masalah pada bagian pengkodean diagnosis. Metode penilitian yang diagunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan fenomenologis. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan fenomenologis. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan fenomenologis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sebab masalah serta solusi yang dapat digunakan pada masalah pada bagian coding sedangkan penelitian Kurniawati (2017) bertujuan untuk mengetahui sebab dan akibat dari ketidak sesuaian pengodean diagnosis gangguan jiwa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sebab masalah serta solusi yang dapat digunakan pada masalah pada bagian coding sedangkan penelitian Afifah (2017) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengodean, menghitung persentase kesesuaian dan keakuratan kode diagnosis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sebab masalah serta solusi yang dapat digunakan pada masalah pada bagian coding sedangkan penelitian Lestari (2017) bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab dan dampak ketidakterisian kode diagnosis pada bagian pelaporan.

6 6 F. Gambaran Umum Berdasarkan Buku Profil Puskesmas Sewon I Bantul tahun 2016, gambaran umum Puskesmas Sewon I Bantul adalah sebagai berikut: Puskesmas Sewon I merupakan salah satu dari 27 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul yang terletak di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah kerja terdiri dari 2 desa yaitu desa Timbuharjo dan desa Pendowoharjo yang terbagi atas 32 Dusun dengan 43 Posyandu dan 216 RT dengan batas wilayah kerja yaitu : 1. Sebelah Utara: Wilayah kerja Puskesmas Sewon II 2. Sebelah Timur: Kecamatan Pleret 3. Sebelah Selatan: Kecamatan Bantul 4. Sebelah Barat: Kecamatan Kasihan Luas wilayah kerja Puskesmas Sewon I adalah 14,8 km2 yang terdiri dari desa Timbulharjo: 7,78 km2 dan desa Pendowoharjo: 6,98 km2. Visi : Mitra Utama Masyarakat Menuju Sewon Sehat Misi : 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata dan professional. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk menciptakan budaya dan lingkungan yang sehat Nilai-nilai: 1. Profesional: Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, Puskesmas selalu mendahulukan profesionalitas sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing tenaga kesehatan, dan dalam melaksanakan tugasnya selalu berpedoman pada aturan SOP yang telah ditetapkan, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparasi dan akuntabel. 2. Efektif: Semua program puskesmas harus menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang baik dan mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan mengedepankan efisiensi. 3. Terpadu: Pelayanan kesehatan melibatkan peran serta lintas sektor dan masyarakat demi terciptanya upaya kesehatan yang mandiri dan

7 7 produktif.program kesehatan puskesmas harus saling berkaitan sehingga mewujudkan pembangunan kesehatan yang komprehensif. Motto : Pelayanan Prima Untuk Kesehatan Anda.

8 8