Perancangan Awal Robot Ulat Dan Pembuatan Prototipe Dengan Menggunakan 3D Printer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Awal Robot Ulat Dan Pembuatan Prototipe Dengan Menggunakan 3D Printer"

Transkripsi

1 Perancangan Awal Robot Ulat Dan Pembuatan Prototipe Dengan Menggunakan 3D Printer Aditya Prakoso, Bagus Arthaya, Hanky Fransiscus Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung Abstrak Tidak dapat dipungkiri bencana merupakan sesuatu yang sering terjadi di sekitar kita. Salah satu bencana alam yang paling mematikan di seluruh dunia adalah gempa bumi dan tsunami. Pada umumnya korban gempa bumi cedera atau bahkan meninggal akibat tertimpa runtuhnya objek atau bangunan. Proses pencarian korban yang tertimbun bangunan cukup lambat dilakukan karena perlu memindahkan terlebih dahulu objek atau bangunan yang berada di permukaan agar korban dapat ditemukan. Selain itu, tim penyelamat tidak mengetahui posisi korban secara pasti. Padahal korban harus mendapat pertolongan yang cepat agar dapat selamat. Akses dan kondisi lokasi bencana yang berbahaya sering menyebabkan proses pencarian korban menjadi terhambat. Saat ini dengan berkembangnya teknologi, drone mungkin dapat digunakan juga untuk mencari korban bencana. Namun, drone hanya dapat mencari korban yang berada di permukaan saja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk membantu proses pencarian korban bencana alam di dalam reruntuhan. Dibuatlah sebuah robot untuk membantu proses pencarian korban bencana alam di dalam reruntuhan. Penelitian diawali dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh robot pembantu proses pencarian korban bencana di dalam reruntuhan. Terdapat empat buah kebutuhan utama yang perlu dimiliki robot, yaitu dapat dikendalikan secara wireless, dapat membawa peralatan identifikasi korban seperti kamera dan microphone, berukuran cukup kecil untuk masuk ke dalam reruntuhan dan dapat bergerak cukup fleksibel di dalam reruntuhan. Setelah itu, ditentukan spesifikasi serta mekanisme yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Mekanisme yang dianggap memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah mekanisme pergerakan ulat. Iterasi desain dilakukan untuk mengadopsi pergerakan ulat menjadi mekanisme pergerakan robot. Iterasi dimulai dengan membuat desain, membuat prototipe dan melakukan evaluasi terhadap desain tersebut. Prototipe dibuat dengan menggunakan teknik rapid prototyping atau 3D Printing. Iterasi desain dilakukan sebanyak empat kali dan prototipe akhir yang dibuat terdiri dari lima buah modul dengan panjang sekitar 1000 mm, lebar 140 mm dan tinggi 120 mm. Kata kunci: Robot, Pencarian Korban, Pergerakan Ulat, Prototype, 3D Printing Pendahuluan Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana pasal 1 disebutkan bahwa, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. (Presiden Republik Indonesia, 2007). Gambar 1. Jumlah kematian akibat bencana alam di seluruh dunia

2 Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa gempa bumi dan tsunami merupakan salah satu bencana alam yang paling mematikan di seluruh dunia. Gempa bumi menjadi salah satu yang paling mematikan karena gempa bumi tidak dapat diprediksi dan memiliki dampak area yang cukup besar. Menurut Antosia dan Cahill (2006), sangat jarang terjadi kematian ataupun cedera yang terjadi akibat efek langsung dari pergerakan tanah. Cedera dan kematian paling banyak terjadi akibat jatuhnya objek ketika orang sedang menyelamatkan diri. Tindakan penyelamatan korban yang terjebak di dalam reruntuhan tidak mudah dan dapat dilakukan dengan waktu yang cukup lama. Hal tersebut terjadi karena tidak diketahui secara pasti lokasi korban yang membutuhkan bantuan. Pada proses pencarian korban sekarang umumnya masih mengandalkan teriakan dari korban, perkiraan keberadaan korban dan penciuman anjing. Seiring berjalannya waktu korban akan mengalami kelelahan sehingga tidak mampu lagi berteriak. Akses yang berbahaya juga menyebabkan manusia ataupun anjing tidak diperkenankan memasuki area bencana. Dengan teknologi sekarang, drone mungkin dapat digunakan untuk membantu proses pencarian. Namun, terbatas pada yang ada di atas permukaan saja. Oleh karena itu diteliti suatu robot untuk membantu proses pencarian korban di dalam reruntuhan. Dalam pembuatan robot terdapat banyak hal yang harus diperhatikan seperti mekanisme pergerakan, algoritma pergerakan, sampai cara komunikasi antar robot. Oleh karena itu, penelitian ini fokus mengenai desain awal robot. Dalam tahap pembuatan prototipe akan digunakan 3D printer. Menurut Stratasys (2009) pembuatan prototipe dengan menggunakan 3D printer dapat mengurangi lead time sebesar 90%. Dengan menggunakan 3D printer juga dapat dicoba lebih banyak desain, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan penemuan desain komponen akhir yang lebih baik (Stratasys, 2010). Metode Penelitian Penelitian dimulai dengan identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan dilakukan agar diketahui kebutuhan-kebutuhan atau fungsi yang harus dipenuhi dari produk yang akan dibuat. Terdapat beberapa metode yang umum untuk melakukan identifikasi kebutuhan seperti interview, focus group discussion, pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, menganalisis dan menginterpretasi data. Pada penelitian ini identifkasi kebutuhan dilakukan dengan melakukan analisis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses pencarian dan penyelamatan korban. Identifikasi kebutuhan selanjutnya akan dikembangkan menjadi spesifikasi produk. Spesifikasi merupakan deskripsi dari apa yang produk mampu lakukan. Spesifikasi terdiri dari metric dan value. Metric merupakan karakteristik dari produk tersebut seperti dimensi, massa dan lain-lain. Sedangkan value merupakan nilai dari karakteristik tersebut. Pembuatan konsep dilakukan dengan pencarian solusi secara internal dan eksternal. Kemudian ditentukan konsep yang dianggap paling baik untuk memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Perancangan prototype dilakukan berdasarkan konsep yang telah ditentukan. Pada perancangan prototipe dilakukan proses iterasi desain agar ditemukan rancangan atau desain yang paling baik. Pada proses iterasi desain dilakukan pembuatan desain, pembuatan prototipe dan evaluasi prototipe. Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan. Identifikasi Kebutuhan Pada tahap identifikasi kebutuhan dilakukan proses identifikasi berdasarkan fenomena yang terjadi. Pada proses pencarian dan penyelamatan korban gempa di Italia pada tanggal 24 Agustus 2016, gempa susulan menyebabkan petugas harus pergi dari titik

3 penyelamatan. Oleh karena itu, didapatkan suatu kebutuhan bahwa robot harus dapat dikendalikan secara wireless atau nirkabel agar proses pencarian korban tetap dapat dilakukan tanpa membahayakan petugas. (BBC, 2016) Agar dapat melakukan pencarian korban, maka diperlukan berbagai peralatan seperti, microphone untuk mendengar teriakan atau pukulan korban, kamera untuk melihat point of view, sensor pernafasan dan lain-lain. Oleh karena itu, kebutuhan kedua yaitu robot harus mampu membawa berbagai peralatan identifikasi korban. Pada proses pencarian korban sekarang umumnya digunakan alat berat untuk memindahkan puing-puing. Namun, seringkali terhambat akibat kurangnya alat berat ataupun sulitnya akses menuju lokasi. Oleh karena itu, kebutuhan ketiga yaitu dimensi robot harus cukup kecil agar dapat memasuki reruntuhan tanpa perlu memindahkan puing-puing terlebih dahulu. Agar robot dapat mencari korban di dalam reruntuhan, tentunya robot harus bergerak. Oleh karena itu, robot harus fleksibel dalam bergerak di dalam reruntuhan. Tabel 1 merupakan rekapitulasi kebutuhan untuk robot yang akan diteliti. Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan No Kebutuhan Robot harus dapat dikendalikan secara 1 wireless atau nirkabel Robot harus mampu membawa peralatan 2 identifikasi Robot harus memiliki dimensi yang cukup 3 kecil 4 Robot harus fleksibel dalam bergerak Penentuan Spesifikasi Setelah kebutuhan-kebutuhan diidentifikasi, dilakukan penentuan metric untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tabel 2. Metric Metric Need No. Nos. 1 1 Metric Units Komunikasi robot menggunakan wireless dan Binary ketersediaan power supply Tabel 2. Metric (lanjutan) Metric No. Need Nos. Metric Units Minimum torsi 2 1, 2 motor N-m Dimensi modul 3 3 robot mm 4 4 Mekanisme pergerakan List Untuk memenuhi kebutuhan pertama yaitu robot harus dapat dikendalikan secara wireless maka dibutuhkan komunikasi secara wireless dan ketersediaan power supply pada robot. Unit yang digunakan pada metric ini adalah binary karena dapat diukur dengan tersedia atau tidaknya komunikasi wireless dan power supply tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan pertama dan kedua dibutuhkan metric minimum torsi motor yang digunakan. Kebutuhan pertama dan kedua akan menambah beban yang harus dibawa oleh motor. Oleh karena itu, terdapat suatu nilai minimum torsi dari motor yang dihasilkan dan dapat diukur dengan unit N-m. Untuk memenuhi kebutuhan ketiga yaitu dimensi yang dimiliki cukup kecil maka metricnya adalah dimensi modul robot tersebut. Ukuran masing-masing komponen dari modul yang akan dibuat maksimal sebesar 200 x 200 x 200 mm. Ukuran tersebut merupakan ukuran maksimum sebuah objek yang dapat dibuat dengan menggunakan 3D printer XYZ DaVinci 1.0. Selain itu ukuran maksimal tersebut ditentukan agar ukuran modul akhir tidak terlalu besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan ketiga. Untuk memenuhi kebutuhan keempat, mekanisme pergerakan yang dianggap memenuhi adalah mekanisme pergerakan ulat. Menurut Hopkins, Spranklin dan Gupta (2009) binatang tidak berkaki seperti ulat memiliki keunggulan seperti dapat memasuki celah yang kecil, dapat memanjat bebatuan dan permukaan vertikal serta stabil. Oleh karena itu dibuatlah sebuah konsep robot yang mengadopsi mekanisme pergerakan ulat.

4 Ilustrasi dari pergerakan ulat tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa modul 1 (M1) tidak pernah terangkat. Sehingga pada modul 1 akan dibutuhkan roda untuk membantu pergerakannya. Hal tersebut menyebabkan akan dibuat dua buah kelompok modul yaitu modul belakang dan modul tengah. Modul depan (M5) merupakan modul tengah yang ditaruh secara terbalik. Gambar 2. Ilustrasi pergerakan robot dari tampak samping Agar dapat menghasilkan pergerakan seperti pada Gambar 2, maka dibutuhkan beberapa komponen untuk menggerakkan robot tersebut. Komponen tersebut yaitu roda, microcontroller, motor dan power supply. Roda yang digunakan yaitu roller Tamiya berukuran 13 mm. Microcontroller yang digunakan yaitu Arduino Uno. Pada awalnya motor yang akan digunakan yaitu TowerPro SG90 (dengan torsi sebesar 0,18 N-m) namun diganti menjadi TowerPro MG995 yang menghasilkan torsi lebih besar (1,10 N-m). Serta power supply yang digunakan adalah baterai dengan tegangan 9 volt. Gambar 3 menunjukkan peletakan motor yang akan digunakan untuk mengungkit modul. Motor tersebut akan digunakan untuk mengangkat modul-modul sehingga pergerakan seperti Gambar 2 dapat direalisasikan. Pada modul 1 juga akan terdapat motor yang berfungsi untuk menaikturunkan roda. Modul dibuat secara modular atau terbagi menjadi komponen-komponen agar mempermudah proses printing. Bila modul dibuat secara unibody maka dibutuhkan banyak support dalam pembuatannya. Selain itu, pemasangan rangkaian elektrik seperti motor, baterai dan microcontroller akan menjadi sangat sulit bahkan tidak mungkin dilakukan. Algoritma Pergerakan Algoritma pergerakan dibuat berdasarkan pergerakan yang terdapat pada Gambar 2. Pergerakan dimulai dengan menurunkan roda pada modul 1. Kemudian modul 2 akan naik sehingga menyebabkan jarak antara modul 1 dan modul 3 semakin kecil. Hal tersebut akan menyebabkan modul 1 bergerak maju. Pada saat modul 2 berada di atas, roda pada modul 1 akan turun untuk memperbesar gesekan sehingga diharapkan modul 1 tidak akan kembali ke tempat asalnya. Kemudian modul 2 akan turun dan modul 3 akan naik. Hal tersebut diulang sampai modul paling depan sudah turun. Ketika modul paling depan sudah bergerak maka modul tersebut akan mengirimkan signal ke modul pertama atau modul paing belakang untuk memulai kembali siklus gerak robot. Algoritma pergerakan robot yang akan diteliti dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 3. Peletakan motor untuk mengungkit modul

5 Gambar 4. Algoritma Pergerakan Robot Pada algoritma di atas terdapat dua buah subproses yang terjadi. Subproses pertama adalah modul N naik dan modul N turun. N merupakan nomor modul yang akan bergerak naik atau turun pada saat tertentu dan x merupakan jumlah modul yang terdapat pada robot. Jumlah modul yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 5 buah modul. Subproses untuk menaikkan modul N adalah modul N-1 mengirimkan signal ke modul N agar modul N siap untuk bergerak naik. Kemudian modul N-1 akan menggerakkan motor pengungkitnya untuk naik 60 derajat. Ketika modul N menerima signal dari modul N- 1 maka modul N akan menggerakkan motor pengungkitnya untuk turun sebesar 60 derajat. Hasil pergerakan kedua motor tersebut maka modul N akan terangkat. Subproses untuk menurunkan modul N adalah modul N mengirimkan signal ke modul N-1 agar modul N-1 siap untuk menurunkan modul N. Kemudian modul N akan menggerakkan motor pengungkitnya untuk kembali ke 0 derajat. Ketika modul N-1 menerima signal dari modul N maka modul N-1 akan menggerakkan motor pengungkitnya untuk kembali ke 0 derajat. Hasil pergerakan kedua motor tersebut maka modul N akan turun. hasil prototipe akhir. Pada evaluasi iterasi pertama didapatkan hasil yaitu ketebalan komponen terlalu besar (10 mm) sehingga dilakukan proses iterasi kedua untuk memperkecil ketebalan komponen menjadi 5 mm. Hal ini dilakukan mengingat prototipe yang dibuat akan menggunakan material Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), dimana ABS merupakan salah satu jenis plastik yang paling kuat sehingga ketebalan 5 mm dianggap cukup. Selain itu, bila dilakukan proses printing dengan ketebalan 10 mm maka waktu proses printing akan menjadi sangat lama dan menggunakan terlalu banyak material. Pada evaluasi iterasi kedua diketahui bahwa motor TowerPro SG90 yang digunakan untuk menaik-turunkan roda tidak mampu melakukan tugasnya. Sehingga diganti menjadi motor TowerPro MG995. Kemudian perlu ada bagian yang dipisah dari komponen modul bagian base karena terdapat bagian yang patah akibat struktur honeycomb menerima gaya dari arah yang tidak tepat. Bagian yang patah tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Bagian komponen base patah Pada desain iterasi ketiga, dibuat tiga buah kelompok komponen penyusun modul yaitu, kelompok khusus untuk modul belakang, kelompok untuk seluruh modul dan kelompok untuk selain modul belakang. Gambar 6 merupakan komponen base untuk modul belakang. Pembuatan Desain Pada proses pembuatan desain ini dilakukan empat buah iterasi hingga didapatkan

6 Gambar 6. Komponen base hasil iterasi ketiga Pada komponen base hasil iterasi ketiga ini, bagian yang patah pada iterasi sebelumnya telah dipisah dari bagian base. Bagian tersebut menjadi komponen tangkai penyangga motor. Gambar 7 merupakan komponen tangkai penyangga motor. belakang akan terdapat microcontroller Arduino Uno, satu buah TowerPro SG90 sebagai motor pengungkit, dua buah TowerPro MG995 sebagai motor untuk menaik-turunkan roda serta lima buah baterai 9 volt sebagai power supply. Gambar 8 merupakan contoh hasil assembly untuk modul tengah. Pada modul tengah akan terdapat microcontroller Arduino Uno dan satu buah TowerPro SG90 sebagai motor pengungkit. Gambar 8. Hasil assembly modul tengah Gambar 6. Komponen tangkai penyangga motor hasil iterasi ketiga Komponen tangkai penyangga motor ini akan dibuat dengan menggunakan struktur rectilinear agar tidak akan patah seperti pada iterasi kedua. Sedangkan komponen base akan dibuat dengan menggunakan struktur honeycomb agar lebih ringan dan menggunakan material yang lebih sedikit. Modul kemudian di-print dan ditimbang untuk mengetahui massa modul tersebut. Didapatkan massa modul tersebut bersama sebuah arduino uno dan motor TowerPro SG90 adalah sebesar 300 gram. Kemudian dilakukan perhitungan momen yang dibutuhkan untuk mengangkat modul. Perhitungan dilakukan dengan dua skenario. Skenario pertama adalah pengangkatan modul depan dan skenario kedua adalah pengangkatan modul tengah. Berdasarkan perhitungan motor TowerPro SG90 tidak mampu untuk mengangkat modul depannya sehingga akan diganti menjadi motor TowerPro MG995. Massa motor MG995 memiliki massa 55 gram. Akibat penggantian motor tersebut maka pusat massa modul akan berubah. Gambar 9 menunjukkan pergeseran titik pusat massa modul. Gambar 7. Hasil assembly modul belakang Gambar 7 merupakan contoh hasil assembly untuk modul belakang. Pada modul

7 Gambar 9. Titik pusat massa modul dengan motor TowerPro MG995 Dilakukan perhitungan pusat massa baru dengan menggunakan Pers 1. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka diketahui bahwa motor TowerPro MG995 mampu untuk mengangkat modul depannya karena torsi maksimum yang dimiliki yaitu 1,10 N-m lebih besar dibandingkan momen yang diperlukan yaitu sebesar 0,5275 N-m. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk skenario kedua. Ilustrasi skenario kedua pengangkatan modul dapat dilihat pada Gambar 11. X = Σ(m i x i ) Σ m i Pers 1. X = 0,055 12,5 + 0, , ,291 Dimana: X : Koordinat pusat massa total m i : massa komponen i xi : koordinat komponen i = 52,45 Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa pusat massa baru berada pada koordinat 52,45. Sehingga dilakukan perhitungan momen yang dibutuhkan untuk mengangkat modul untuk kedua skenario. Gambar 10. Ilustrasi skenario satu perhitungan momen dengan motor TowerPro MG995 Dilakukan perhitungan momen untuk mengangkat modul sebelah kiri pada gambar. Asumsi percepatan gravitasi sebesar 10 m/s 2. M = 0,346 kg 10 m 0,15245 m s2 = 0, 5275 N m Gambar 11. Ilustrasi skenario dua perhitungan momen dengan motor TowerPro MG995 Dilakukan perhitungan momen untuk mengangkat modul sebelah kiri pada gambar. Asumsi percepatan gravitasi sebesar 10 m/s 2. Fa > 0,346 kg 10 m s 2 M2 0, M1 > 3,46 N 0, ,16755 M + 0,05245 M > 0, N m M > 0, N m Dimana: F a : besar gaya yang dihasilkan M1 dan M2 pada titik A. M1 : besar momen yang dihasilkan motor 1 M2 : besar momen yang dihasilkan motor 2 M : besar momen yang dibutuhkan Berdasarkan hasil perhitungan momen yang dihasilkan oleh TowerPro MG995 mampu untuk mengangkat modul tersebut. Oleh karena itu, dilakukan desain iterasi keempat untuk mengganti komponen yang berhubungan langsung dengan motor pengungkit sehingga dapat dipasang dengan baik dengan motor MG995. Pengujian Prototipe Prototipe diuji coba untuk berjalan pada permukaan yang rata. Pada uji coba ini

8 permukaan tersebut terbuat dari kardus. Gambar 12 merupakan posisi awal pengujian prototipe. Gambar 12. Posisi awal pengujian prototipe Prototipe tersebut kemudian dijalankan selama 2 menit. Dalam jangka waktu 2 menit tersebut, prototipe berhasil bergerak maju sejauh 140 mm. Posisi akhir prototipe dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 15. Posisi akhir pengujian prototipe Pada pengujian ini terdapat beberapa pergerakan yang sudah sesuai dengan algoritma yang telah ditentukan. Namun terdapat beberapa pergerakan juga yang tidak sesuai, yaitu pergerakan roda pada modul 1 serta pergerakan modul 4 dan modul 5. Kesimpulan Desain awal robot ulat untuk membantu proses pencarian korban bencana alam di dalam reruntuhan adalah desain dengan dua buah kelompok modul yaitu modul belakang yang akan memiliki mekanisme untuk menaikturunkan roda, modul tengah dan modul depan yang merupakan modul tengah yang ditaruh secara terbalik. Desain tersebut mampu digunakan sebagai tempat motor MG995, microcontroller Arduino Uno dan baterai dengan tegangan 9 volt. Desain tersebut merupakan hasil desain iterasi ketiga dan keempat. Desain yang mempertimbangkan teknik 3D printing dalam proses pembuatannya adalah desain modular dengan lubang yang akan diprint menghadap arah atas dan bila terdapat lubang dengan ukuran yang berbeda pada sisi berlawanan maka lubang dengan dimensi lebih besar berada di atas. Saran Saran yang dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya adalah: 1. Dalam pembuatan desain robot, pertimbangkan jalur kabel yang akan digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen elektrik. 2. Sebelum melakukan pembuatan objek dengan menggunakan 3D printer sebaiknya kelemahan-kelemahan serta karakteristik printer diketahui dan dipelajari dengan baik agar dapat dihasilkan desain yang memang sesuai dengan kebutuhan dan dapat dibuat dengan menggunakan mesin 3D printer tersebut. 3. Berbagai peralatan yang akan dibutuhkan mungkin dapat dicoba untuk dimasukkan ke dalam list komponen agar dapat diletakkan dengan baik dalam robot yang dibuat. 4. Pada bagian bawah robot sebaiknya terdapat material seperti kulit atau karet atau material lain yang dapat menghasilkan gaya gesek yang cukup besar agar pergerakan robot semakin baik. Daftar Pustaka Antosia, R. E. & Cahill, J. D. (2006). Bioterrorism and Disaster Medicine. New York, USA: Springer. BBC. (2016, 26 Agustus). Upaya Penyelamatan Korban Gempat Italia Terhambat Gempa Susulan. BBC. Diunduh dari Presiden Republik Indonesia. (2007). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Diunduh dari

9 bs/1.pdf, pada tanggal 25 Agustus Stratasys. (2009). FDM Helps Bell Helicopter Build Quality Prototypes. Diunduh dari Studies/Aerospace-FDM-Technology-Case- Studies/Bell-Helicopter.aspx, pada tanggal 19 Agustus Stratasys. (2010). FDM reduces tooling costs by 99% and prototyping costs by 73%. Diunduh dari Studies/Consumer-Product-FDM- Technology-Case-Studies/Akaishi.aspx, pada tanggal 19 Agustus 2016.

PERANCANGAN AWAL ROBOT ULAT DAN PEMBUATAN PROTOTIPE DENGAN MENGGUNAKAN 3D PRINTER SKRIPSI

PERANCANGAN AWAL ROBOT ULAT DAN PEMBUATAN PROTOTIPE DENGAN MENGGUNAKAN 3D PRINTER SKRIPSI PERANCANGAN AWAL ROBOT ULAT DAN PEMBUATAN PROTOTIPE DENGAN MENGGUNAKAN 3D PRINTER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri Disusun

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang ini, menuntut manusia untuk terus menciptakan kreasi baru di bidang teknologi. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan 31 BAB III PERANCANGAN ALAT Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan mekanik alat, perancanga elektronik dan perancangan perangkat lunak meliputi program yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan aplikasi dengan menggunakan metodologi perancangan prototyping, prinsip kerja rangkaian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem pneumatik dengan aplikasi pada mobile robot untuk menaiki dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem pneumatik dengan aplikasi pada mobile robot untuk menaiki dan 96 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Sistem pneumatik dengan aplikasi pada mobile robot untuk menaiki dan menuruni tangga yang dirancang mempunyai spesifikasi/karakteristik antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi di dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama di bidang robotika. Saat ini robot telah banyak berperan dalam kehidupan manusia. Robot adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang, menuntut manusia untuk terus menciptakan inovasi baru di bidang teknologi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini perkembangan teknologi telah mengalami perkembangan yang pesat hingga berbagai sisi dari kehidupan manusia. Seperti telah tersedianya perangkat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkah langkah praktek, kemudian menyiapkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini Bluetooth sebagai alat komunikasi penghubung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PRINTER 3D MENGGUNAKAN KONTROLLER ARDUINO MEGA Kampus UMK Gondangmanis PO.BOX 53.Kudus. *

RANCANG BANGUN PRINTER 3D MENGGUNAKAN KONTROLLER ARDUINO MEGA Kampus UMK Gondangmanis PO.BOX 53.Kudus. * RANCANG BANGUN PRINTER 3D MENGGUNAKAN KONTROLLER ARDUINO MEGA 2560 Moh. Dahlan 1 *, Budi Gunawan 1, F. Shoufika Hilyana 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Kampus UMK Gondangmanis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkah langkah praktek, kemudian menyiapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menambahkan PID (Proportional-Integral-Derivative) sebagai metode. kendali didalam base motor pada robot tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menambahkan PID (Proportional-Integral-Derivative) sebagai metode. kendali didalam base motor pada robot tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, permasalahan utama yang dihadapi dalam pengendalian robot adalah masalah gerakan robot yang masih kurang halus dalam pergerakannya berhubungan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi pembahasan mengenai perancangan terhadap sistem yang akan dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa pendekatan dan analisis mengenai sistem yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Gambaran sistem dapat dilihat pada blok diagram sistem di bawah ini : Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Berdasarkan blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

PELAPISAN PRODUK HASIL PRINTER 3 DIMENSI DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN CAT DAN PELAPIS RESIN

PELAPISAN PRODUK HASIL PRINTER 3 DIMENSI DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN CAT DAN PELAPIS RESIN Pelapisan Produk Hasil Printer 3 Dimensi... (Febriantoko dan Riyanto) PELAPISAN PRODUK HASIL PRINTER 3 DIMENSI DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN CAT DAN PELAPIS RESIN Bambang Waluyo Febriantoko *, Rachman Rio

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang yang menunjukkan masalah ini penting untuk diteliti dan diselesaikan, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik dan pemprograman. Maka terbentuklah alat perancangan buka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Pembahasan Pembuatan proyek akhir ini bertujuan untuk merealisasikan perangkat keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 2

Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 2 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI WIRELESS PADA PROTOTIPE ROBOT PELAYAN BERBASIS MIRKOKONTROLER Pandu Widiantoro 1, Novian Anggis Suwastika 2 1,2 Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

ROBOT MOBIL PENCARI RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN METODE STEEPEST ASCENT HILL CLIMBING

ROBOT MOBIL PENCARI RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN METODE STEEPEST ASCENT HILL CLIMBING ROBOT MOBIL PENCARI RUTE TERPENDEK MENGGUNAKAN METODE STEEPEST ASCENT HILL CLIMBING Thiang, Ferdi Ninaber Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Sistem Pengukuran Ketinggian Air Dengan Metode Sensor Kapasitif Sistem pengukuran ketinggian air pada tugas akhir ini memiliki cara kerja yang sama dengan sensor pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Umum Pada bab ini akan dibahas bagaimana proses perancangan mekanik, penyusunan elektrik, dan pemrograman. Kesatuan perangkat yang tersusun dari mekanik yang didalamnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik, dan pemrograman. Maka terbentuklah sebuah propeller display berbasis

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1.Analisa Masalah Dalam perancangan dan implementasi robot keseimbangan dengan menggunakan metode PID, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi penjelasan tentang metode dan prosedur pengujian yang dilakukan, serta hasil yang diperoleh dari masing-masing blok sistem tersebut. Pengujian dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik

Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik Jurnal Teknik Elektro, Vol. 9, No. 2, September 2016, 43-48 ISSN 1411-870X DOI: 10.9744/jte.9.2.43-48 Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik Daniel Christian Yunanto, Handry Khoswanto, Petrus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Penulisan ini didasarkan atas survey literatur, serta didukung dengan data perencanaan dengan berdasarkan pertimbangan effisiensi waktu pengerjaan dengan tahapan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA128

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini membahas perancangan sistem yang digunakan pada robot hexapod.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini membahas perancangan sistem yang digunakan pada robot hexapod. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini membahas perancangan sistem yang digunakan pada robot hexapod. Perancangan sistem terdiri dari perancangan perangkat keras, perancangan struktur mekanik robot, dan perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada skripsi ini akan dirancang sebuah kursi roda elektrik yang dikendalikan oleh suara berbasis voice yang dilengkapi dengan sistem pengereman otomatis untuk menambah kenyamanan pengguna.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE HILL CLIMBING PADA STANDALONE ROBOT MOBIL UNTUK MENCARI RUTE TERPENDEK

APLIKASI METODE HILL CLIMBING PADA STANDALONE ROBOT MOBIL UNTUK MENCARI RUTE TERPENDEK APLIKASI METODE HILL CLIMBING PADA STANDALONE ROBOT MOBIL UNTUK MENCARI RUTE TERPENDEK Thiang, Handry Khoswanto, Felix Pasila, Hendra Thelly Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan elektronika di segala bidang menjadi semakin penting dewasa ini. Dimulai dari yang diterapkan dalam rangkain elektronika analog, kemudian digital dan kini hampir

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulang dan memerlukan ketelitian lebih tinggi dari kemampuan manusia. dan mengurangi tingkat kecelakaan pada saat bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. ulang dan memerlukan ketelitian lebih tinggi dari kemampuan manusia. dan mengurangi tingkat kecelakaan pada saat bekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam dunia robot saat ini sangat pesat, hal ini terjadi karena adanya dorongan dalam bidang industri maupun penelitian. Robot dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat ini kebutuhan eksplorasi suatu tempat atau daerah terkadang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat ini kebutuhan eksplorasi suatu tempat atau daerah terkadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan eksplorasi suatu tempat atau daerah terkadang sangat dibutuhkan, baik itu untuk tujuan penelitian, penjelajahan, dokumentasi suatu tempat, atau

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK PERBAIKAN RUMAH MASYARAKAT DAN FASILITAS UMUM AKIBAT TERJADINYA BENCANA ALAM DAN BENCANA SOSIAL GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II ROBOT BERPINDAH (MOBILE ROBOT) Berdasarkan situs ensiklopedia Wikipedia, definisi mobile robot adalah jenis

BAB II ROBOT BERPINDAH (MOBILE ROBOT) Berdasarkan situs ensiklopedia Wikipedia, definisi mobile robot adalah jenis BAB II ROBOT BERPINDAH (MOBILE ROBOT) 2.1 Gambaran Umum Mobile Robot Berdasarkan situs ensiklopedia Wikipedia, definisi mobile robot adalah jenis robot yang memiliki kemampuan bergerak bebas/berpindah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem yang digunakan dari hasil penelitian, prosedur penggunaan alat, dan evaluasi sistem dari data yang di dapat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 1. Translasi dan rotasi 1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 2. Alat dan ahan Kereta dinamika : 1. Kereta dinamika 1 buah 2. eban tambahan @ 200 gram

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produk berkelanjutan merupakan suatu hal yang menjadi sangat penting dalam perkembangan dunia industri. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan target pasar

Lebih terperinci

PESERTA ROBOT DAN KELENGKAPANNYA

PESERTA ROBOT DAN KELENGKAPANNYA PESERTA 1. Peserta adalah siswa aktif SD 2. Masing-masing tim maksimal terdiri dari tiga orang. 3. Anggota tim berasal dari sekolah yang sama dan tidak ada batasan tim dari satu ROBOT DAN KELENGKAPANNYA

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm Ayi Ruswandi 1, Mochammad Arsyad Fauzan 2 (1) Dosen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 3.1. Perancangan Mekanik Robot Bagian ini

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisis dari alat yang telah dibuat. Pengujian meliputi pengujian gerak kursi roda elektrik, pengujian cepatan kursi roda

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. real time atau pada saat itu juga. Didorong dari kebutuhan-kebutuhan realtime

BAB I PENDAHULUAN. real time atau pada saat itu juga. Didorong dari kebutuhan-kebutuhan realtime BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telekomunikasi merupakan teknik pengiriman atau penyampaian informasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Dewasa ini kebutuhan informasi yang semakin meningkat mengharuskan

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 67 Telp & Fax. 5566 Malang 655 KODE PJ- PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fenomena alam gempabumi sering terjadi berbagai belahan dunia terutama di Indonesia. Setiap tahunnya, dapat terjadi lebih dari sepuluh gempabumi dengan magnitudo besar

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab 3 telah dibahas tahapan yang dilakukan dalam merancang sistem hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa keseimbangan, analisa pusat

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 TEN TANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009 Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar sistem, perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 2.1.Konsep Dasar Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia dibagian utara, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA. Jl. Ganesha No 10 Bandung Indonesia SOLUSI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA. Jl. Ganesha No 10 Bandung Indonesia SOLUSI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA Jl. Ganesha No 10 Bandung 4013 Indonesia A. PERTANYAAN SOLUSI MODUL TUTORIAL FISIKA DASAR IIA (FI-101) KE 0

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR RANCAN BANUN ALAT PEMOTON KABEL ROBOTIK TIPE WORM EAR Estiko Rijanto Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Kompleks LIPI edung 0, Jl. Cisitu No.1/154D, Bandung 40135, Tel: 0-50-3055;

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Dalam Memperkuat Struktur Bangunan Sekolah

Dalam Memperkuat Struktur Bangunan Sekolah Arah Kebijakan Kementerian PUPR Dalam Memperkuat Struktur Bangunan Sekolah MENUJU SEKOLAH AMAN BENCANA Indonesia merupakan wilayah yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Umum Pada bab ini akan dibahas bagaimana proses perancangan mekanik, penyusunan, dan pembentukan rangkaian untuk merealisasikan komponen alat. Dalam hal ini arduino

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam sehingga mengakibatkan timbulnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ROBOT AMPHIBI

BAB IV PENGUJIAN ROBOT AMPHIBI BAB IV PENGUJIAN ROBOT AMPHIBI 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan sistem kontrol, baik secara hardware yang akan digunakan untuk mendukung keseluruhan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci