Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis"

Transkripsi

1 Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang dihasilkan oleh motor menjadi gerak translasi oleh nut. Selain itu ball mampu menghasilkan gaya angkat yang besar dengan koefisien gesek yang kecil, sesuai dengan karakteristik ulir daya. Konstruksi perangkat gerak seperti yang ditunjukkan oleh desain 1,, dan 3 dimaksudkan untuk memindahkan titik beban dari sumbu putar teleskop. Dengan demikian torsi yang dibutuhkan lebih kecil, dan daya motor dapat diminimalkan. Semakin jauh jarak titik beban dari titik sumbu putar teleskop semakin kecil daya motor yang diperlukan. Namun panjangnya ball yang dibutuhkan untuk titik beban yang jauh tersebut juga menjadi bahan pertimbangan. Rasio diameter per panjang ball yang terlalu kecil dapat mengakibatkan buckling. Selain pertimbangan kekuatan dan kekakuannya, ball termasuk komponen mesin presisi yang relatif mahal. Semakin besar diameternya, semakin besar gaya yang mampu ditahannya, semakin mahal pula harganya Desain 1 Desain 1 ini menggunakan mekanisme 4 batang, meniru prinsip gerak dongkrak yang mampu menggerakkan beban yang berat. Seperti terlihat pada gambar 4. berikut ball diposisikan menghubungkan batang AB dan O 4 B. Sehingga pada titik B gaya-gaya batang gaya saling meniadakan. 1

2 A B O α O 5 O4 Gambar 4. 1 Konstruksi Desain 1 Dari gambar dapat terlihat bahwa desain 1 ini memposisikan salah satu ujung ball pada rangka konstruksi, dibutuhkan buah titik tumpuan gaya. Sehingga dalam pengaplikasiannya dibutuhkan pelat pencekaman yang ditumpukan kepada rangka konstruksi untuk meletakkan batang dan ball Desain Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dibandingkan dengan desain sebelumnya. Tanpa menggunakan batang penggerak tambahan, hanya menghubungkan ball dari rangka konstruksi ke titik A pada teleskop. Walaupun sederhana, konstruksi segitiga yang dibutuhkan untuk memperoleh kekakuan sistem penggerak masih tetap diperoleh. Titik

3 O 5 tetap membutuhkan ball bearing untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada sambungan pin. Gambar 4. Konstruksi Desain Perbandingan Dimensi Kedua Sistem Penggerak Berikut ini adalah jarak-jarak yang memisahkan titik tempat bekerjanya gaya-gaya, membandingkan jarak-jarak yang menyusun kedua desain mekanisme gerak yang telah dipaparkan sebelumnya: Batang Desain 1 Desain OA (teleskop) 110 cm 110 cm AB 87 cm O4B 105 cm O O4 () 90 cm 90 cm O O5 60 cm AC 43,5 cm BD 5,5 cm Dengan mengambil nilai dimensi yang sama untuk kedua desain, diharapkan dapat diketahui nilai gaya terkecil yang terjadi di antara dua desain tersebut. Sehingga dapat dipilih desain yang menghasilkan gaya minimum di antara kedua desain tersebut. 3

4 4. Analisa Gaya Statik pada Batang Penggerak Arah Deklinasi Untuk menggerakkan teleskop pada ujung eye-piece dibutuhkan gaya sebesar 10 kg atau setara dengan 98,1 N. Beban pada ujung eye-piece (dengan jarak,5 m dari sumbu) dipindahkan ke titik A (dengan jarak 1,1 m dari sumbu). Perubahan nilai beban memenuhi persamaan (13) sehingga didapatkan nilai beban yang terjadi di titik A sebesar 3 N. eye-piece.r eye-piece A.r A A eyepiece r. eyepiece r A (13),5 m A ( 98,1 N) 3 N 1,1m Beban yang diperlukan pada titik A untuk menggerakkan teleskop tersebut berasal dari gaya dalam arah tangensial terhadap batang O A. Agar ball dapat menggerakkan susunan batang (yang juga menggerakkan teleskop), gaya tangensial yang ditransmisikan oleh ball dalam proyeksi terhadap batang O A harus memenuhi: T 3 > 3 N Gaya untuk menggerakkan batang penggerak berasal dari ball yang digerakkan oleh motor. Untuk mengetahui berapa yang dibutuhkan untuk menggerakkan teleskop dengan beban 3 N pada titik A, dilakukan analisis gaya statik yang terjadi pada batang-batang penggerak Analisis Statik Desain 1 Secara kinematik desain 1 ini relatif sederhana, karena tersusun atas batang-batang gaya yaitu batang AB, batang O 4 B, dan batang ball. Tidak adanya gaya tangensial pada batang gaya menyederhanakan persamaan kinematik yang dibutuhkan untuk memperoleh nilai. Diagram benda bebas sistem mekanik perangkat gerak pointing dari teleskop Bamberg, yaitu sebagai berikut: 4

5 3 T 3 3 N 3B 3 N 3 T 3-3B 3-4B 4B Gambar 4. 3 Diagram Benda Bebas Desain Gambar 4. 4 Parameter posisi batang penggerak Posisi dari tiap batang yang membentuk sudut diformulasikan sebagai berikut (mengikuti variabel parameter gambar 4.5) 5

6 sudut yang membatasi gerak teleskop, α α + α O A 4 α3 cos γ cos θ cos ( O A) + ( OO4 ) ( O A)( OO4 ) ( ) + ( ) ( ) 1 O A O A O O 4 4 ( O A)( O A) ( AB) + ( O4 A) ( O4B) ( AB)( O A) -1 α 4 cos 4 sudut ( α3 + α 4) sudut β O B ( O A) + ( AB) ( O A)( AB) sudut ( α8 + α9) sudut γ O B 5 1 ( OO4 ) + ( O4B) ( OB) ( O O )( O B) ( O4O5 ) + ( O4B) ( O4O5 )( O4B) ( ) + ( ) ( ) 1 O B O B O O ( O B)( O B) α7 cos 4 5 sudut ( α5 + α6 + α7) sudut θ 1 4 ( O B) + ( AB) ( O A) ( )( ) 4 4 O4B AB 4 4 cos β 1 cos( α + α ) cosγ 1 Selanjutnya beban 3 T mengakibatkan adanya gaya reaksi pada titik A dan B cos( β 90 3 B 4 B sin(180 θ ) sin( α7) sin( α5 + α6) 4B 3B T sin(180 θ ) sin( α7) o sin(180 θ ) 3 sin( α7) cos( β 90 sin( α5 + α6) 3 sin( α7) cos( β 90 ) 3B T T o o ) ) (18) (19) (0) (1) () 6

7 Gambar 4. 5 Resultan batang gaya 4.. Analisis Statik Desain Pada desain yang lebih sederhana dibandingkan desain sebelumnya, dengan tetap menggunakan ball sebagai batang gaya didapatkan persamaan berikut: 3 T 3 N O Gambar 4. 1 Diagram Benda Bebas Desain 3 N 3 T 3 3 cos(90 β ) T 3 / N 3 tan(90 β ) β sudut antara batang O T (3) (4) A dan O A Perhitungan Gaya dan Kebutuhan Torsi Besarnya nilai didapatkan dari (14) (4) sehingga didapatkan grafik pada gambar 4. 7 berikut: 7

8 Sudut (α) Desain 1 Desain Panjang Ball yang Dibutuhkan (cm) sudut (α) desain 1 desain Gambar 4. Beban dan panjang ball yang dibutuhkan pada setiap sudut (α) Dari hasil plot dapat diketahui bahwa rentang gaya yang dibutuhkan desain 1 dan desain terlihat hampir sama di antara kedua desain. Namun, desain memerlukan ball yang lebih panjang dibandingkan dengan panjang ball yang dibutuhkan oleh desain 1. Atas dasar pertimbangan ini, dipilih desain 1 sebagai mekanisme perangkat gerak dalam arah pointing. Sebelum menghitung torsi yang dibutuhkan, dilakukan pemilihan ball yang sesuai dengan kondisi pembebanan dan operasi. Dari katalog dipilih rolled ball ball tipe tanpa preload tipe BLK Penghitungan nilai torsi yang dibutuhkan oleh motor, dilakukan dengan menggunakan rumus torsi yang dibutuhkan untuk menaikkan beban pada 8

9 ball saja (dengan pertimbangan T d < T u ). Nilai max didapatkan berdasarkan hasil plot grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.7. Diameter mayor : 45 mm Diameter minor : 39, mm Diameter pitch : 4,1 mm Lead : 1 mm max desain 1 : 468 N L cosα + πrμ dθ dz πr cosα μl d p T dθ dθ d P Lcosα + μπ d P T π d cosα μl 468N T ( ) ( P ) ( 4,1) ( 0,03π 33,5 + 10) ( 33,5π 0,03 10) T 135Nmm 1,3Nm (4) Untuk mengetahui besarnya torsi yang dibutuhkan agar ball berputar dan menghasilkan, digunakan persamaan ulir daya seperti tercantum pada persamaan (4). Dengan menggunakan persamaan tersebut didapatkan T max sebesar 1,3 Nm. Berdasarkan torsi maksimum yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem teleskop dalam arah pointing, dipilih servomotor yang sesuai dengan kondisi pembebanan Pemilihan Motor Sistem Penggerak Arah Deklinasi Dengan demikian, pemilihan DC servomotor didasarkan pada torsi maksimum (1,3 Nm) yang dibutuhkan untuk menggerakkan teleskop. Salah satu pilihan yang sesuai dengan pembebanan yang dibutuhkan yaitu yaskawa DC servomotor tipe SGMAH-08A. Walaupun pembebanan dalam gerak pointing hanya dibutuhkan pada saat set-up teleskop, tidak digunakan sepanjang pengoperasian teleskop. Namun pembebanan dikategorikan ke dalam zona pembebanan yang kontiniu, zona B pada gambar 4.7 (continous duty zone). 9

10 Pembebanan pada kecepatan putar di bawah 3000 rpm, torsi yang dihasilkan,39 Nm. Sehingga safety factor dari kondisi pembebanan yaitu 1,9. Gambar 4. 8 Karakteristik Servomotor Dengan demikian, perangkat gerak dalam arah deklinasi telah terpilih yaitu ball THK BLK dan servomotor yaskawa SGMAH-08A Alternatif Pemilihan Aktuator dan Komponen Gerak Dalam pelaksanaannya, untuk memasang komponen gerak ball THK BLK yang dikopling dengan servomotor yaskawa SGMAH-08A yang dipilih di atas beserta aksesorisnya agar perangkat gerak otomatis dapat berjalan sesuai fungsinya memerlukan proses yang cukup rumit. Menghubungkan poros motor dan poros ball, proses aligning dari kedua 10

11 poros, pemasangan ball bearing dan mounting tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Agar pemasangan komponen penggerak perangkat gerak otomatis teleskop dapat lebih mudah dilaksanakan, ada alternatif aktuator yang dapat dengan mudah dijumpai di pasaran dengan harga yang relatif terjangkau. Yang sesuai dengan rancangan mekanisme gerak di atas yaitu aktuator penggerak antena parabola, yang telah terangkai dengan lead. Salah satu yang memenuhi spesifikasi beban yaitu model TD18 GEOTRACK, yang menggunakan motor DC dengan sensor reed limits resolusi 18 atau 0,005 o. Spesifikasinya sebagai berikut: Tegangan Input : 36 V DC Beban Maksimum : 50 kg Panjang Langkah (stroke) : 450 mm Panjang Awal : 570 mm Sensor posisi : Reed switch Sistem transmisi Motor DC Batang silinder luar Batang silinder dalam Sensor limit switch Nut penggerak silinder dalam Gambar 4.9. Komponen Penyusun Aktuator dan Lead GEOTRACK Model TD18 GEOTRACK ini telah dilengkapi dengan aksesoris yang memungkinkan adanya gerakan berputar lead pada titik mounting. Pemasangan dapat dilihat pada gambar berikut: 11

12 Gambar Pemasangan TD GEOTRACK [11] 11 cm 90 cm B O 5 11 cm 135 cm B O 5 Gambar 4.11 Panjang langkah perangkat GEOTRACK Dari perhitungan panjang langkah yang dibutuhkan (O 5 B) dalam rentang 47 cm s.d. 86 cm, untuk menggerakkan teleskop pada sudut α 5 o 10 o. Sehingga pemasangan tumpuan pada batang lead terlihat pada gambar di atas. Pemasangan aktuator dan lead GEOTRACK pada pelat mounting dan konstruksi dapat terlihat pada gambar Titik O 5 dan titik B sesuai dengan rancangan merupakan titik tumpuan, dan titik pemasangan 1

13 terhadap perangkat gerak. Kedua titik ini dapat melakukan gerak rotasi untuk memenuhi kriteria gerak sistem Perancangan Komponen Pendukung Perangkat Gerak Pointing Perancangan Mounting Untuk pemasangan motor, bearing, dan batang penggerak pada konstruksi dibutuhkan pelat yang dapat menahan gaya-gaya yang berasal dari komponen-komponen tersebut. Pelat yang digunakan yaitu pelat material st 37-1 DIN 165 yang banyak tersedia di pasar, dengan kekuatan tarik 370 MPa. Salah satu tebal pelat yang tersedia yaitu 4 cm, pemasangan baut dan nut di posisi tersebut menyebabkan adanya konsentrasi tegangan pada posisi pemasangan baut tersebut. Pemilihan tebal pelat yang relatif besar untuk mencegah deformasi pada jangka waktu penggunaan yang lama. Gambar 4.1 Pembebanan yang terjadi pada baut 34 x 34 y 34 sin(180 γ ) P sin( α7) cos( α3 + α 4 90) sin( θ α7) P sin( α7) cos( α3 + α 4 90) x y cos(180 α7 γ ).sin(180 α7 γ ).sin( γ 90).cos( γ 90) 13

14 (a) (b) Gambar 4.13 Posisi pemasangan pelat mounting pada konstruksi teleskop Dua buah pelat mounting yang akan dirancang, satu pelat mounting menahan gaya di titik A, pelat mounting yang lain menahan gaya di titik O 4 dan O 5. Pemasangan pelat mounting seperti ditunjukkan oleh gambar 4.8. Sebagai aksesori digunakan washer JWPC13 berdasarkan standar JIS B 156, dengan diameter lubang 31 mm dan diameter luar 56 mm. [9] Berikut diagram benda bebas pembebanan dan batang O 4 B pada pelat mounting: 14

15 O O O shear-max Gambar Pembebanan pada pelat mounting Gaya-gaya maksimum yang terjadi pada titik O 4 dan O 5 diuraikan ke dalam komponen gaya dalam arah x dan y. Titik pusat gaya-gaya pada pelat mounting sumbu putar teleskop dalam arah deklinasi (titik O ). Dari perhitungan beban yang terjadi pada setiap sudut didapatkan beban maksimum pada awal pergerakan teleskop sudut α 5 o, yaitu: x y 63,97 N 15,94 N Pembagian gaya geser pada masing-masing baut mengikuti persamaan: x shear1 y shear1 shear x shear1 y shear1 x N y N Mri n r j 1 j 63,97N 39,56N 16 15,94N 0,996N 16 () (3) (4) 15

16 shear 34 shear shear ( 1616,3N )( 35,6cm) 8(47,5) cm ( 1155,N )( 8,5cm) 35,08N 4(48,1cm) + 4(5,6cm) + 4(65,4cm) + 4(68,8cm) Arah yang berlawanan antara 61,16N shear dan 34 shear 61,16N 35,08N 6,08N dalam arah berlawanan arah jarum jam Pada gambar 4.13 terlihat titik pembebanan pada lokasi pemasangan baut dinomorkan dari Resultan beban geser pada baut akibat gaya geser dan momen menunjukkan gaya geser terbesar terjadi pada baut nomor 7. Baut yang dipilih [9] yaitu baut pada kelas perancangan 8,8 (M30), material baja karbon rendah dengan kondisi sebagai berikut: Mounting pada teleskop di titik A menggunakan bended plate dengan material yang sama seperti pelat mounting pada konstruksi (st 37-1k DIN 165), yaitu kekuatan tarik maksimum 370 MPa. 16

17 P P Gambar 4.15 Pelat mounting pada teleskop Beban geser pada titik A terjadi di daerah pemasangan baut, sehingga tidak ada beban geser karena timbulnya momen. Satu-satunya beban geser adalah akibat beban P. Dengan menggunakan dimensi dan spesifikasi baut yang sama seperti rancangan mounting sebelumnya didapatkan: 4. 4 Perangkat Gerak Tracking Perangkat tracking yang digunakan selama ini merupakan penggerak dengan prinsip mekanik murni, menggunakan motor listrik untuk menaikkan beban. Beban seberat 165 kg ini kemudian turun karena gaya gravitasi, menggerakkan roller chain yang diteruskan hingga torsi tersebut sampai di rangkaian roda gigi (rangkaian transmisi gerak lebih lengkap dijelaskan pada bab 3). Kebutuhan torsi perangkat gerak tracking sulit untuk diperkirakan secara tepat. Hal ini disebabkan torsi yang dihasilkan beban 165 kg melalui rangkaian transmisi daya yang rumit dan panjang. Rasio transmisinya sulit untuk diketahui secara pasti, karena untuk menghitung berdasarkan gambar teknik komponen tidak dapat dilakukan. Banyak gambar teknik dari bagian sistem transmisi yang 17

18 hilang. Sementara untuk membongkar sistem transmisi dikhawatirkan akan timbul kesulitan dalam pemasangan kembali (re-assembly). Untuk itu kebutuhan torsi diperkirakan dengan mengikuti perancangan gerak dalam arah deklinasi, yaitu dengan perbandingan beban yang dibutuhkan untuk menggerakkan teleskop pada eye-piece. Dengan perkiraan beban untuk mendorong teleskop dalam arah sudut jam yaitu 10 kg pada jarak lengan,5 m, pada poros gerak tracking dibutuhkan torsi sebesar 45,5 Nm. Pemasangan aktuator dilakukan dengan memotong rantai transmisi menjadi: servomotor Roda gigi cacing Roda gigi lurus dan miring Gerak dalam arah sudut jam Pemasangan Servomotor Gambar 4.16 Posisi pemasangan servomotor pada perangkat gerak tracking Pemilihan Spesifikasi Aktuator Kebutuhan torsi sebesar 45 Nm pada poros sistem gerak tracking, sementara torsi motor yang dibutuhkan untuk dapat menggerakkan sistem seharusnya jauh lebih kecil mengingat sistem transmisi dimaksudkan untuk memperkecil kecepatan putar yang sekaligus meningkatkan torsi. Beberapa komponen roda gigi yang masih tersimpan gambarnya dapat dihitung rasio penguatan torsinya. 18

19 Dengan menggunakan persamaan rangkaian roda gigi. (5) Dari data gambar, sebagian dari rangkaian roda gigi lurus dan miring dapat digambarkan sebagai berikut: Arah sistem transmisi Diameter 105 mm Jumlah gigi 35 Modul 3 Diameter 105 mm Jumlah gigi 35 Modul 3 dilepas dari sistem Diameter 10 mm Jumlah gigi 70 Modul 3 Diameter 78 mm Jumlah gigi 6 Modul 3 Diameter 34 mm Jumlah gigi 78 Modul 3 Gambar Rangkaian Transmisi Roda Gigi [7] Torsi yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk menggerakkan teleskop yaitu 45 Nm. Reduksi kecepatan melalui roda gigi bevel, torsi yang dibutuhkan menjadi: Reduksi kecepatan melalui roda gigi cacing tidak diketahui rasionya, tetapi dengan memperhatikan roda gigi cacing pada gambar 4.16 rasionya tinggi. Pemasangan roda gigi cacing pada sistem mekanik dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan dan meningkatkan torsi secara signifikan, roda gigi cacing yang terdapat di pasaran rasio minimumnya adalah 15 [8]. Dengan demikian diasumsikan rasio roda gigi cacing pada konstruksi adalah 15, sehingga torsi yang dibutuhkan menjadi: 19

20 Selain itu, pada sistem dapat dilihat rangkaian roda gigi lain yang tidak dapat diketahui rasionya karena gambar teknik yang tidak tersedia, dan membongkar konstruksi adalah hal yang riskan. Untuk itu diasumsikan kebutuhan torsi tracking yaitu 1,8 Nm. Servomotor yang sesuai dengan kebutuhan torsi yaitu yaskawa SGMAH 08A, dengan nilai rated torque,39 Nm. [4] Gambar Roda gigi cacing yang langsung terhubung ke gerakan tracking teleskop Gambar Spesifikasi dan karakteristik torsi servomotor yang digunakan 0

21 4. 5. Kopling Baik perangkat gerak pointing maupun tracking membutuhkan kopling untuk menghubungkan poros motor dan poros output. Untuk mempermudah pemasangan dipilih kopling karet, mengingat perbedaan diameter yang cukup besar pada sistem pointing (14 mm diameter poros motor DC dan 45 mm diameter poros ball). Selain dapat mengatasi perbedaan diameter yang besar, toleransi mis-alignment pemasangan poros dengan kopling karet juga memenuhi kondisi kekakuan yang dibutuhkan. 1

Bab 5 Kesalahan Posisi dari Perangkat Gerak

Bab 5 Kesalahan Posisi dari Perangkat Gerak Bab 5 Kesalahan Posisi dari Perangkat Gerak 5. 1. Kesalahan Posisi Perangkat gerak tracking yang digunakan selama ini merupakan mekanisme mekanik yang tidak menggunakan daya yang berasal dari motor listrik.

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Dasar dan Tinjauan Pustaka

Bab 2. Teori Dasar dan Tinjauan Pustaka Bab 2 Teori Dasar dan Tinjauan Pustaka 2. 1 Mesin Presisi Mesin presisi didefinisikan sebagai mesin yang kontrol gerak maupun dimensinya mempunyai toleransi yang lebih sempit dibandingkan dengan mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR RANCAN BANUN ALAT PEMOTON KABEL ROBOTIK TIPE WORM EAR Estiko Rijanto Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Kompleks LIPI edung 0, Jl. Cisitu No.1/154D, Bandung 40135, Tel: 0-50-3055;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Observatorium Bosscha merupakan salah satu peninggalan pemerintahan kolonial Belanda, yang dibangun pada tahun 1923-1928. Pada tahun 1959, Observatorium Bosscha telah

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Bab 3. Teleskop Bamberg

Bab 3. Teleskop Bamberg Bab 3 Teleskop Bamberg 3. 1 Teleskop Refraktor Teleskop optik berfungsi mengumpulkan dan memfokuskan cahaya dari bagian spektrum cahaya tampak elektromagnetik agar dapat langsung melihat gambar yang diperbesar.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skematik Chassis Engine Test Bed Chassis Engine Test Bed digunakan untuk menguji performa sepeda motor. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1, skema pengujian didasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang dilakukan adalah studi literature, survey, perancangan dan eksperimen dengan dengan penjabaran berikut : 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kopling/Clutch Kopling adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada ke dua ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis.fungsi kopling

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PERANCANGAN PERANGKAT GERAK OTOMATIS DUA DERAJAT KEBEBASAN TELESKOP BAMBERG OBSERVATORIUM BOSSCHA LEMBANG BANDUNG TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT BAB 5 SAMBUNGAN BAUT Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar Sambungan mur baut (Bolt) banyak digunakan pada berbagai komponen mesin. Sambungan mur baut bukan merupakan sambungan tetap, melainkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL 1 SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL Dosen Pembimbing: Dr.Eng.Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

Perhitungan Roda Gigi Transmisi Perhitungan Roda Gigi Transmisi 3. Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 03 kw pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic.8L MT dan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB IV. kemudian diteruskan ke elemen mesin yang lain yang terdapat pada mesin automatic. Power (2.1)

BAB IV. kemudian diteruskan ke elemen mesin yang lain yang terdapat pada mesin automatic. Power (2.1) BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Perancangan 4.1.1 Menghitung torsi motor Torque limiter clutch bekerja meneruskan torsi yang diterima dari motor penggerak kemudian diteruskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kw (138 HP) pada putaran 5600 rpm. Pada mobil Opel Blazer DOHC dan direncanakan menggunakan roda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Perhitungan Pneumatik

Perhitungan Pneumatik Perhitungan Pneumatik A. Penentuan Kondisi Kerja 1. Tekanan kerja P = 6kgf. Masa gerak silinder t s =0s, t d =0 s 3. Arah pemasangan Vertikal dengan sudut kemiringan = 78 0 4. Koefisien friksi = 1 5. Frekuensi

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR Dwi Cahyo Prabowo 22410181 Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar Materi PASAK TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar 2. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat menyebutkan 3 jenis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNIK Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) TEKNIK MESIN Disusun oleh: Nama : Dhona Iwan Aryanto

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan analisa dinamik connecting rod. Geometri connecting rod sepeda motor yang dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERENCANAAN KONVAYOR SABUK UNTUK MEMINDAHKAN KAYU GERGAJIAN DARI PROSES PENGERGAJIAN SAMPAI KEPENGEMASAN PADA PABRIK PENGOLAHAN KAYU BALOK DENGAN KAPASITAS 30 TON/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN

RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN Disusun Oleh: HARUN ARROSYID NIM : D200030217 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Maret

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci