IV. ANALISA PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. ANALISA PERANCANGAN"

Transkripsi

1 IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller). Dalam perancangan bagian-bagian mesin perlu diperhatikan ruang yang tersedia agar tidak mengganggu pengoperasian traktor atau mesin tersebut. Mesin ini direncanakan menggunakan jarak tanam jagung cm dengan penanaman benih sebanyak 1-2 benih per lubang pada kedalaman cm. Pupuk urea, TSP, dan KCl dengan dosis 150 kg/ha urea, 200 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha KCl ditempatkan pada alur sedalam 7-10 cm dengan jarak 10 cm dari alur taman Dasar Modifikasi Dasar-dasar dan konsep yang digunakan dalam modifikasi prototipe-1 dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3. Dasar dan konsep modifikasi Kelemahan prototipe-1 Komponen Yang Harus Diperbaiki Konsep Modifikasi 1. Posisi poros metering device terlalu tinggi Rangka utama Rangka utama dimodifikasi sehingga posisi bearing poros metering device turun 5 cm 2. Dosis pupuk tidak dapat diatur Metering device pupuk Pembuatan metering device yang dilengkapi dengan pengatur dosis 3. Aplikasi pupuk hanya dalam satu alur untuk ketiga jenis pupuk Hopper, metering device, saluran, pembuka alur pupuk Tiap-tiap komponen unit pemupuk dibuat dua buah, yaitu untuk pupuk urea dan untuk campuran pupuk TSP dan KCl 4. Roda penggerak tidak mampu memutar metering device dengan baik Roda penggerak Memperbesar luas permukaan dan jumlah sirip, menambahkan pegas penekan roda penggerak 4.2. Rancangan Struktural Modifikasi Prototipe awal dari mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi terdiri dari unit penanam, pemupuk, dan pembuat guludan. Bagian-bagian tersebut dilakukan beberapa modifikasi pada unit penanam dan pemupuk untuk meningkatkan kinerja penanaman dan pemupukan.

2 Rangka Utama Rangka utama terbuat dari besi plat setebal 6 mm. Modifikasi rangka dilakukan untuk mengubah posisi poros metering device. Posisi metering device akan diturunkan 5 cm agar hopper benih dan pupuk tidak mengganggu penggunaan tuas-tuas pada traktor. Bentuk rangka disesesuikan dengan posisi unit penanam yang berada di bagian tengah. Perubahan posisi lubang poros juga mempertimbangkan posisi alat pembuat guludan yang nantinya juga akan dipasang bersamaan. Rancangan modifikasi rangka utama dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Bentuk rangka dan posisi metering device sebelum (a) dan setelah modifikasi (b) Penjatah Benih Prototipe mesin sebelumnya menggunakan penjatah tipe lempeng bercelah yang dipasang pada posisi miring. Penjatah ini memiliki kinerja yang cukup baik pada rancangan mesin sebelumnya. Masalah pada saat pengujian adalah benih tersangkut pada celah sehingga benih tidak dapat jatuh. Ukuran celah bagian bawah metering device dapat diperbesar agar benih yang masuk dapat jatuh dengan lancar. Jadi penjatah benih seperti pada Gambar 14 tetap dipakai pada perancangan mesin ini. Sistem transmisi digunakan untuk meneruskan daya putar dari roda penggerak menuju poros metering device (Gambar 15). Sistem ini juga berfungsi untuk mengatur jumlah putaran sehingga sesuai dengan kebutuhan poros metering device. Bagian ini tidak diubah karena tidak ada modifikasi sistem penjatahan benih. Jadi sistem transmisi yang digunakan adalah sproket, rantai, dan bevel gear. Pada poros roda penggerak menggunakan sproket dengan jumlah gigi sebanyak 14 buah dan 18 buah untuk poros penggerak metering device. Untuk mengubah arah putaran pada metering device benih digunakan 2 buah bevel gear dengan 14 buah gigi. Dengan celah metering device sebanyak 6 buah dan diameter roda penggerak sebesar 30 cm, maka jarak tanam benih menurut dapat dihitung menggunakan persamaan (1) (Syafri, 2010). 15

3 Gambar 14. Penjatah benih Gambar 15. Rancangan sistem transmisi yang digunakan *( ) ( ) ( ) ( )+ (1) Keterangan: J tanam G 1 G 2 b 1 b 2 j c = jarak tanam benih (cm) = jumlah gigi sproket pada poros roda penggerak (buah) = jumlah gigi sproket pada poros metering device (buah) = jumlah gigi bevel gear pada poros utama metering device (buah) = jumlah gigi bevel gear pada poros metering device benih (buah) = jumlah celah metering device benih (buah). = asumsi kemacetan roda penggerak. Dengan kombinasi beberapa ukuran sproket, hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. 16

4 Tabel 4. Data hasil perhitungan jarak tanam benih jagung No D roda Macet Roda G 1 G 2 b 1 b 2 C b J tanam (cm) (%) (buah) (buah) (buah) (buah) (buah) (cm) Untuk menghasilkan jarak tanam benih 20 cm, maka dipilih kombinasi sproket nomor 2, yaitu G 1 = 14, G 2 = 18, b 1 = 14, dan b 1 = Penjatah dan Pengatur Dosis Pupuk Pada prototipe-1, penjatah pupuk berbentuk rotor yang memiliki enam celah seperti terlihat pada Gambar 16. Sistem penjatahan pupuk ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu dosis pupuk tidak bisa diatur secara langsung. Bentuk metering device seperti ini juga sulit untuk membuat pengaturnya. Untuk memudahkan pembuatan metering device dan pengaturnya, maka bentuk metering device pupuk dimodifikasi seperti Gambar 17. Gambar 16. Metering device pupuk prototipe-1 Perancangan penjatah pupuk disesuikan dengan kebutuhan pupuk untuk tanaman jagung (150 kg/ha urea, 200 kg/ha TSP, 100 kg/ha KCl). Penjatahan pupuk dibagi menjadi dua, yaitu penjatah untuk pupuk urea dan penjatah untuk campuran pupuk TSP dan KCl. Jadi dosis campuran pupuk TSP dan KCL (2:1) adalah 300 kg/ha. Menurut Syafri (2010) dosis pupuk per meter alur pupuk dihitung mengunakan persamaan (2) dan dosis pupuk tiap satu putaran metering device pupuk dapat dihitung menggunakan persamaan (3). 17

5 Gambar 17. Sketsa rancangan metering device pupuk prototipe-2 (2) ( ) (3) Keterangan: P p P 1put D p a G 1 G 2 = dosis pupuk per meter alur tanaman (g/m) = dosis pupuk per satu putaran metering device (g/putaran) = dosis pupuk per hektar (kg/ha) = jarak antar baris tanaman (m) = jumlah gigi sproket pada poros metering device (buah) = jumlah gigi sproket pada poros roda penggerak (buah) Hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 5. Pupuk Tabel 5. Hasil perhitungan dosis pupuk per putaran D p (kg/ha) A (m) P p (g/m) P 1put (g/putaran) Urea TSP + KCl (2:1)

6 Penjatah pupuk merupakan poros stainless steel dengan diameter 22 mm dan panjang sirip 6 mm sebanyak 4 buah. Volume pupuk yang harus ditampung oleh metering device dihitung menggunakan persamaan (4) (Syafri, 2010). Panjang metering device ditentukan oleh dosis dan jenis pupuk menggunakan persamaan (5). (4) ( ) (5) Keterangan: V 1put = volume pupuk per satu putaran metering device (cm 3 ) p = massa jenis pupuk (g/cm 3 ) L r 1 r 2 l t n = panjang metering device (mm) = jari-jari pupuk yang mengisi metering device (mm) = jari-jari poros metering device (mm) = tebal sirip metering device (mm) = tinggi sirip metering device (mm) = jumlah sirip metering device (mm) Hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Hasil perhitungan panjang metering device Pupuk P 1put V 1put (g/putaran) (cm 3 ) (mm) Urea TSP + KCl (2:1) L mm. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 6, panjang bukaan metering device yang dibuat adalah 60 Gambar 18. Rancangan metering device dan pengatur dosis pupuk prototipe-2 19

7 Selubung rotor metering device dirancang berdasarkan bentuk metering device pupuk dan dibusat dari bahan polietilen agar mudah dalam pembuatnnya (Gambar 18). Pengatur dosis ini akan mengatur panjang metering device yang terisi pupuk dengan cara menggesernya Kotak (hopper) Benih dan Pupuk Selain posisinya (Gambar 19) yang dipindahkan di tengah dan posisi lubang pengeluaran berada di depan, tidak ada modifikasi pada bagian hopper pupuk. Bagian ini terdiri dari penutup hopper, dinding hopper benih, dan katup ruang penjatah. Kebutuhan volume hopper benih dan pupuk dihitung menggunakan persamaan (6) dan persamaan (7) (Syafri, 2010). Gambar 19. Posisi hopper benih sebelum (a) dan sesudah (b) modifikasi (6) Keterangan: V hb = volume hopper benih (cm 3 ) A = luas penanaman sekali mengisi hopper benih (1000 m 2 ) J = jumlah benih jagung setiap lubang tanam (1 biji) b = massa per butir benih jagung rata-rata (0.3 g) µ = jumlah unit mesin penanam dalam satu lintasan operasi (1 unit) b = kerapatan isi benih (0.676 g/cm 3 ) p l = jarak antar barisan tanam (75 cm) = jarak antar lubang tanam dalam barisan (20 cm) = 2958 cm 3 Jadi kebutuhan volume hopper benih adalah 2958 cm 3 (7) 20

8 Keterangan: V hp = volume hopper pupuk (cm 3 ) A = luas lahan pemupukan sekali mengisi hopper pupuk (1000 m 2 ) D = dosis pemupukan (kg/ha) µ = jumlah unit mesin pemupuk dalam satu lintasan operasi (1 unit) p = kerapatan isi pupuk (g/cm 3 ) Hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Hasil perhitungan kebutuhan volume hopper pupuk Pupuk Dosis (kg/ha) p (g/cm 3 ) V hp (cm 3 ) Urea TSP + KCl (2:1) Jadi kebutuhan volume hopper pupuk urea cm 3, sedangkan campuran pupuk TSP dan KCl adalah cm 3. Fungsi hopper pupuk pada prototipe sebelumnya adalah untuk menampung tiga jenis pupuk sekaligus. Bagian dalam hopper (Gambar 20) terdapat sekat untuk memisahkan dua jenis pupuk. Pembuatan sekat tersebut dimaksudkan untuk memisahkan pupuk urea dengan TSP dicampur dengan KCL. Pada saat beroperasi pencampuran pupuk tidak dapat dihindari karena pupuk tercampur saat berada pada metering device. Sekat hanya memisahkan kedua pupuk tersebut pada hopper pupuk. Selain itu getaran yang terjadi saat beroperasi mengakibatkan kebocoran pada sekat tersebut. Modifikasi yang dilakukan pada bagian ini adalah membuat dua hopper untuk pupuk urea dan untuk campuran pupuk TSP dan KCl. Selain untuk menghindari pengumpalan pupuk, pembuatan dua hopper ini akan menambah volume pupuk yang bisa ditampung. Pupuk KCl memiliki sudut curah yang paling besar, yaitu (Syafri, 2010). Sehingga sudut kemiringan hopper yang direncanakan adalah 45. Rancangan dan posisi hopper pupuk diperlihatkan pada Gambar 21. Gambar 20. Desain hopper pupuk prototipe-1 21

9 Gambar 21. Rancangan hopper pupuk prototipe Roda Penggerak Agar poros metering device dapat berputar dengan baik, roda penggerak harus mampu memberikan torsi yang diperlukan. Untuk mengetahui besarnya gaya yang diperlukan untuk memutar poros tersebut diukur kebutuhan torsi untuk memutar poros metering device setelah unit penanam dan pemupuk selesai dibuat. Kebutuhan torsi yang diperlukan untuk memutar metering device dapat diukur seperti yang diilustrasikan pada Gambar 22. Pada saat pengukuran, hopper pupuk dan benih dalam keadaan terisi. Dari hasil pengukuran, kebutuhan gaya paling besar adalah 4.15 kg dengan panjang lengan pengukuran 50 mm. Gambar 22. Pengukuran kebutuhan gaya pada metering device Setelah nilai W diketahui, dengan faktor koreksi (f c ) sebesar 1.5 kemudian dihitung besar torsi yang dibutuhkan pada poros metering device (T 1 ) dan roda penggerak (T 2 ) menggunakan persamaan (8) dan (9) berikut ini: (8) m 22

10 (9) Kebutuhan torsi pada roda penggerak tersebut dihasilkan dari tahanan gelinding (rolling resistance) yang besar nilainya dapat diduga berdasarkan Persamaan (10) (Gill dan Berg, 1967). Pada persamaan tersebut d adalah diameter roda penggerak (inci), b adalah lebar roda (inci), W adalah bobot roda (lb) dan K adalah proporsionalitas yang nilainya tergantung dari kondisi tanah. Tahanan gelinding (F RR ) yang dihasilkan tergantung pada berat roda penggerak. Untuk menambah gaya yang dihasilkan oleh berat roda penggerak maka ditambahkan gaya pegas (Fp). Besarnya tahanan gelinding yang dibutuhkan dihitung menggunakan persamaan (11). Mekanisme penggunaan pegas dapat dilihat pada Gambar 23 dan gaya-gaya yang bekerja pada roda penggerak dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 23. Mekanisme penggunaan pegas Gambar 24. Gaya-gaya yang bekerja pada roda penggerak ( ) (10) 23

11 (11) Nilai d = 30 cm, b = 10 cm, W = 5 kg, dan K = 1.3 (Gill dan Berg, 1967). Massa roda akan ditambahkan gaya vertikal (F y ) dari gaya pegas, maka: ( ) ( ) ( ) = 3.66 lb = 1.66 kg = N Besar sudut maksimal adalah 35, maka besar F p yang dihitung menggunakan persamaan (12). (12) = 5.87 kg = N Gaya pegas yang dibutuhkan roda penggerak sebesar N. Jadi pegas pada prototipe sebelumnya bisa digunakan, yaitu pegas yang memiliki koefisien pegas 0.5 kg/mm yang ditekan sejauh 12 mm. Untuk meningkatkan cengkeraman dengan permukaan tanah pada puncak guludan dengan permukaan tanah pada puncak guludan dilakukan modifikasi sirip roda seperti pada Gambar 25. Roda penggerak ditambahkan sirip radial dan luas permukaan sirip rodadiperbesar. Sirip radial pada tepi silinder roda berfungsi agar guludan tidak rusak akibat tekanan roda. Gambar 25. Rancangan modifikasi roda penggerak 24

12 Poros Metering device Besarnya torsi pada poros metering device adalah kg mm. Bahan poros adalah stainless steel dengan kekuatan tarik ( B ) 85 kg/mm 2. Dengan menggunakan safety factor (S f ) 6 dan 2 maka tegangan geser yang diijinkan ( a ) dapat dihitung dengan persamaan (13) dan diameter minimal poros dihitung menggunakn persamaan (14) (Sularso dan Suga, 1987). a = B /( S f1 S f1 ) (13) = 85 / (6 2) = 7.08 kg/mm 2 K t = 1 C b = 1.5 * + (14) * + = 6.95 mm Jadi diameter poros yang dipilih adalah 12 mm Poros Roda Penggerak Poros roda penggerak mengalami pembebebanan yang berasal dari pegas. Dengan digunakannya pegas dengan nilai koefisien pegas (k) 0.5 kg/mm dan besar lendutan maksimum 54 ( x) mm, gaya maksimum yang diberikan pegas (F p ) dihitung menggunakan persamaan (15). (15) = = 27 kg = N Jadi gaya maksimum yang diberikan pegas adalah 27 kg. Seperti yang terlihat pada Gambar 26, beban yang direncanakan terbagi dua di ujung-ujungnya masing-masing 13.5 kg. Momen pada titik A dan B sama besar dan arahnya berlawanan. Jadi besar momen (M) pada titik A dan B adalah 243 kg mm. Gambar 26. Gaya-gaya yang bekerja pada poros roda penggerak 25

13 Bahan poros mempunyai kekuatan tarik maksimum 48 kg/mm 2, beban dianggap statis, dan faktor keamanan 6, maka menurut Sularso dan Suga (1987) diameter minimum poros dapat dihitung dengan persamaan (16). * + (16) [ ] Poros yang digunakan adalah poros berulir dengan diameter dalam 9 mm disesuikan dengan diameter lubang bearing Saluran Penempatan dan Pembuka Alur Benih dan Pupuk Dari hopper, benih menuju tanah melalui selang yang terbuat dari plastik. Selang tersebut cukup lentur, sehingga mudah dibengkokkan mengikuti posisi pembuka alur. Bersama dengan pembuka alur, ujung saluran diletakkan 10 cm di depan alat pembuat guludan (Gambar 27). Pembuka alur terbuat dari plat stainless steel setebal 1 mm dan tangkai pembuka alur terbuat dari poros berulir. Kedalaman pembuka alur adalah 5 cm dengan lebar 4.7 cm. Poros tersebut disatukan dengan bagian rangka menggunakan mur, sehingga kedalaman penanaman dapat diatur. Panjang tangkai maksimum adalah 17 cm. Gambar 27. Desain pembuka alur benih Desain saluran penempatan pupuk berbeda dengan saluran penempatan benih (Gambar 28). Saluran pupuk sekaligus pembuka alur terbuat dari pipa baja. Di ujung saluran tersebut dipasang pembuka alur yang terbuat dari plat stainless steel setebal 1 mm. Letak saluran terletak di samping kiri dan kanan 10 cm dari pembuka alur benih dengan kedalaman 5 cm (Gambar 29). 26

14 Gambar 28. Desain pembuka alur pupuk Gaya yang bekerja pada alur pupuk dan benih dapat diduga menggunakan persamaan (17) (McKyes, 1985). Keterangan: = densitas tanah (kg/m 3 ) g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) q = tekanan vertikal pada permukaan tanah (Pa) c = kohesi tanah (Pa) d = kedalaman impleman (m) w = lebar implemen (m) ( ) (17) N, N c, N q adalah faktor gesekan tanah, geometri tanah,dan gesekan tanah dengan alat, q = 0 jika tidak ada tekanan yang bekerja pada permukaan tanah. Nilai N dan N c didapatkan dari grafik pada Lampiran 8. Parameter pengukuran kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Parameter pengukuran tanah d W c G (cm) (cm) d/w N N c (Pa) a (kg/m 3 ) a (m/s 2 ) ( ) a ( ) a ( ) a Syafri,

15 Gambar 29. Mekanisme pembuka alur Gaya untuk pembuka alur benih dan pupuk: P ( ) Gambar 30. Gaya yang bekerja pada rangkai pembuka alur benih Gaya yang bekerja pada tangkai pembuka alur benih dapat dilihat pada Gambar 30.Tangkai pembuka alur dirancang agar mampu menerima beban lentur dari tahanan tanah. Diameter minimum tangkai pembuka alur benih dapat ditentukan menggunakan persamaan (18). (18) 28

16 Tangkai pembuka alur benih menggunakan besi poros dengan kekuatan tarik maksimum sebesar Mpa. Dengan memimilih faktor keamanan 2, maka besar diameter minimum tangkai pembuka alur benih (d): = m = 8 mm Jadi tangkai pembuka alur benih yang digunakan adalah poros berulir dengan diameter dalam 9 mm dan diameter luar 12 mm Gambar 31. Gaya yang bekerja pada saluran pupuk. Kekuatan tarik besi pipa yang digunakan untuk tangkai pembuka alur dapat dihitung menggunakan persamaan (19). ( ) (19) Gaya yang bekerja pada tangkai pembuka alur pupuk dapat dilihat pada Gambar 31. Tangkai pembuka alur pupuk menggunakan besi pipa dengan kekuatan tarik maksimum sebesar 100 Mpa. Jika dipakai besi pipa dengan diameter luar (d 2 ) 26 mm dan dipilih faktor keamanan 2, maka besar diameter dalam (d 1 ) maksimum tangkai pembuka alur benih adalah: [ ] ( ) [ ] ( ) m = 25 mm Tebal pipa = d 2 - d 1 = = 1 mm 29

17 Rantai Sproket dan rantai yang digunakan adalah yang umum dipakai untuk sepeda, yaitu menggunakan rantai nomor 40. Rantai ini memiliki jarak bagi (p) 12.7 mm, batas kekuatan tarik ratarata ( ) 1950 kg, dan beban maksimum yang diijinkan (F u ) sebesar 300 kg. Jarak sumbu seproket (C) 390 mm dan sproket yang digunakan adalah sproket dengan jumlah gigi 14 dan 18. Dengan asumsi kecepatan maju sebesar 6 m/s, maka poros roda penggerak (n 2 ) akan berputar rpm dan poros metering device metering device (n 1 ) akan berputar rpm. Daya (P d ) pada poros metering device dapat dihitung menggunakan persamaan (20) (Sularso dan Suga, 1987). ( )( ) (20) ( ) ( ) Rantai dapat digunakan jika memenuhi syarat daerah kecepatan rantai (v) kurang dari 10 m/s, beban (F) kurang dari beban maksimum yang diijinkan, dan faktor keamanan (S f ) lebih dari 6. Berdasarkan Sularso dan Suga (1987) nilai tersebut dihitung menggunakan persamaan (21), persamaan (22) dan persamaan (23). (21) (22) (23) 30

18 Dengan nilai v = 0.47 m/s, F = 8.55 kg, dan S f = maka rantai nomor 40 dengan satu rangkaian dapat digunakan. Untuk menghitung panjang rantai (Lp) yang digunakan, dapat menggunakan persamaan (24) (Sularso dan Suga, 1987). [( ) ] (24) [( ) ] = Jadi sistem transmisi menggunakan rantai dengan panjang 78 mata rantai. 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN IV. PENDEKATAN PERANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga tarik traktor tangan ini dirancangan terintegrasi dengan alat pembuat guludan (furrower) dan alat pengolah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk Prototipe yang dibuat merupakan pengembangan dari prototipe pada penelitian sebelumnya (Azis 211) sebanyak satu unit. Untuk penelitian ini prototipe

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN

4 PENDEKATAN RANCANGAN 27 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan yang diperlukan untuk meneliti kinerja mesin pemupuk dosis variabel antara lain: rancangan fungsional dan rancangan struktural. Rancangan Fungsional Mesin pemupuk dosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL...iii. DAFTAR GAMBAR...iv. DAFTAR LAMPIRAN...vi PENDAHULUAN...1

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL...iii. DAFTAR GAMBAR...iv. DAFTAR LAMPIRAN...vi PENDAHULUAN...1 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...iii DAFTAR GAMBAR...iv DAFTAR LAMPIRAN...vi PENDAHULUAN...1 Latar Belakang...1 Tujuan Penelitian Umum...4 Tujuan Penelitian Khusus...4 Manfaat Penelitian...4 TINJAUAN

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK JAGUNG DAN FURADAN Jagung memiliki sifat fisik yang sangat beragam baik beda varietas maupun dalam varietas yang sama. Dalam penelitian uji peformansi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan

Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan Technical Paper Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan Evaluation of Driving System and Modification of Corn Planter Powered by Hand Tractor Wawan Hermawan,

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS Nama :Bayu Arista NPM : 21412385 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK Abstrak Suyadi, Sunarto, dan Faqihuddin Nur Rachman Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Perbaikan Desain Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Bertenaga Traktor Tangan

Perbaikan Desain Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Bertenaga Traktor Tangan Technical Paper Perbaikan Desain Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Bertenaga Traktor Tangan Design Improvement of Corn Planter and Fertilizer Applicator Powered by Hand Tractor Wawan Hermawan Abstract A

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan IV PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototype produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS PERANCANGAN

IV. ANALISIS PERANCANGAN IV. ANALISIS PERANCANGAN A. Rangka Analisis rangka dilakukan berdasarkan daya atau kekuatan tarik yang dimiliki ole traktor penarik (rotary and traktor Yanmar YZC). Besarnya daya tarik traktor diperole

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO

PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH OLEH : RIKO PRIANDHANY 2107 030 036 DOSEN PEMBIMBING : IR. SUHARIYANTO, M.T Abstrak Saat ini jamur ditemukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan transporter tandan buah segar tipe trek kayu dapat dilihat pada Gambar 39. Transporter ini dioperasikan oleh satu orang operator dengan posisi duduk. Besar gaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci