KUNCI IDENTIFIKASI KELELAWAR DI SUMATERA: DENGAN CATATAN HASIL PERJUMPAAN DI KAWASAN BUKIT BARISAN SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUNCI IDENTIFIKASI KELELAWAR DI SUMATERA: DENGAN CATATAN HASIL PERJUMPAAN DI KAWASAN BUKIT BARISAN SELATAN"

Transkripsi

1 KUNCI IDENTIFIKASI KELELAWAR DI SUMATERA: DENGAN CATATAN HASIL PERJUMPAAN DI KAWASAN BUKIT BARISAN SELATAN Electronic Publication Version 1.0. released 09/01/2016 Citation Huang, Joe Chun-Chia, Eka Sulpin Ariyanti, Elly Lestari Rustiati, Kevin Daaras, Ibnu Maryanto, Maharadatunkamsi, Meyner Nusalawo, Tigga Kingston, Sigit Wiantoro Kunci Identifikasi Kelelawar di Sumatera: Dengan Catatan Hasil Perjumpaan di Kawasan Bukit Barisan Selatan. < Corresponding author Joe Chun-Chia Huang (Scientific representative): ecojoe.huang@gmail.com Sigit Wiantoro (Indonesia representative): wiantoro@gmail.com Elly Lestari Rustiati (Sumatra representative): ely_jazdzyk@yahoo.com Tigga Kingston (SEABCRU representative): tigga.kingston@ttu.edu Acknowledgement The authors are grateful to Acta Chiropterologica kindly arthorizes us for using the appendix of Huang et al. (2014) in the volume 16(2) of the journal. 1

2 Kata pengantar Keanekaragaman spesies kelelawar di Asia Tenggara sangat tinggi, lebih dari lebih 360 jenis atau sepertiga dari jumlah spesies mamalia yang ada di kawasan ini. Adanya perubahan status taksonomi dan hubungan kekerabatan kelelawar, memunculkan tantangan tersendiri dalam identifikasi kelelawar di lapangan, terutama di kawasan yang tidak memiliki informasi kunci identifikasi, seperti Sumatera. Berikut ini kami sajikan kunci identifikasi (dikotomi) untuk 89 spesies kelelawar yang ada Sumatera, serta beberapa spesies baru (dan kandidat) dari penelitian ini. Kunci identifikasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengidentifikasi kelelawar yang tertangkap dalam kondisi hidup berdasarkan morfologi tubuh bagian luar (morfologi eksternal). Namun, kunci identifikasi ini belum mencakup semua variasi ukuran morfologi dan karakter diaknostik karena jumlah sampel dari hampir seluruh spesies kelelawar di Sumatera masih sedikit. Selain itu, ada beberapa spesies kelelawar yang tidak dapat dibedakan berdasarkan karakter eksternal saja. Oleh karena itu, kami sampaikan spesies yang memiliki kemiripan dan menganjurkan penggunaan perbandingan karakter tengkorak dan gigi (craniodental) dan/atau analisis genetik. Kami sangat mengharapkan adanya saran terhadap buku identifikasi ini sebagai masukan untuk perbaikan kedepannya. Singkatan dari karakter eksternal dan deskripsi ukuran FA (panjang lengan bawah): dari ujung siku ke ujung pergelangan lengan dengan sayap terlipat. BM (berat tubuh). HB (panjang kepala dan tubuh): dari ujung moncong sampai dengan bagian atas tepi anus, pada posisi dorsal. TL (panjang ekor): dari ujung ekor ke bagian atas dari tepi anus. TB (panjang tibia): dari lutut ke pergelangan kaki. HF (panjang kaki belakang): dari ujung tumit ke ujung digit terpanjang cakar, tetapi tidak termasuk rambut. TU (panjang ibu jari): dari ujung pergelangan tangan ke ujung dari ibu jari termasuk cakar, tetapi tidak termasuk rambut. EL (panjang telinga): dari dasar tragus atau antitragus ke ujung daun telinga. TR (panjang tragus): dari pangkal ke ujung tragus. Semua pengukuran panjang dalam satuan milimeter (mm) dan berat tubuh dalam gram. Singkatan karakter craniodental dan deskripsi ukuran P 2 (premolar atas pertama), P 3 (premolar atas kedua), P 4 (premolar atas ketiga), P 2 (premolar bawah pertama), P 3 (premolar bawah kedua ), P 4 (premolar bawah ketiga). CBL (panjang condylobasal): dari kondilus exoccipital ke bagian anterior gigi seri atas. CCL (panjang condylocaninus): dari kondilus exoccipital ke alveolus anterior gigi taring atas. GLS (panjang tengkorak total): panjang antero-pos- anterior tengkorak, dari titik yang paling luar pada bagian depan dan belakang tengkorak. MH (tinggi mandibula): tinggi koronoideus mandibula. CM 3 (panjang baris gigi): dari bagian anterior dari gigi taring atas ke bagian posterior dari gigi gereham belakang ketiga atas. M 3 M 3 (lebar gigi geraham): jarak maksimum antara perbatasan luar geraham belakang atas ketiga. Semua ukuran dalam satuan milimeter (mm). Karakter ekolokasi F MAXE (frekuensi puncak): frekuensi ekolokasi dengan energi maksimum (khz), direkam pada saat posisi kelelawar istirahat (resting frekuensi), khususnya untuk kelelawar anggota genus Hipposideros dan Rhinolophus. 2

3 i. Kunci identifikasi tingkat famili untuk Ordo Chiroptera (* Diketahui tercatat di Sumatera tetapi tidak ditemukan di Bukit Barisan Selatan Landscape (BBSL)) 1.1. Wajah menyerupai anjing: pada jari kedua terdapat cakar (kecuali genus Eonycteris); bentuk telinga sederhana tanpa tragus atau antitragus, tepi telinga menyerupai cincin Pteropodidae (ii) 1.2. W ajah tidak menyerupai anjing; pada jari kedua tidak terdapat cakar; bentuk telinga kompleks dengan tragus di bagian dalam atau antitragus di bagian luar Wajah tampak kompleks, dengan struktur atau lipatan seperti daun pada wajah Wajah sederhana, tidak kompleks T elinga dengan antitragus T elinga dengan Daun hidung bagian tengah terdapat tonjolan (sella) diantara lubang hidung (nostrils); daun hidung belakang (lancet) lebih kurang berbentuk segitiga (triangular); sisi tepi atas dari antitragus membulat atau datar Rhinolophidae (iii) 4.2. Daun hidung bagian tengah tanpa sella; daun hidung belakang umumnya datar; sisi tepi atas dari antitragus meruncing ke sisi belakang (membulat untuk genus Coelops * ) Hipposideridae (iv) 5.1. Tragus panjang dan bercabang; tanpa banyak lipatan di wajah; ekor tidak tampak dari luar, jika ada terbenam di antara membran antar paha; telinga kanan dan kiri bersambungan di sisi atas kepala Megadermatidae (v) 5.2. Tragus pendek dan tidak bercabang; terdapat lipatan memanjang ke bawah di bagian tengah wajah, antara mata sampai rongga hidung (nostrils); ekor panjang, bagian ujung tulang ekor menyerupai bentuk huruf V atau T ; membran antar paha lebar; telinga kanan dan kiri tidak Nycteridae (vi) 6.1. Ekor seluruhnya atau hampir semuanya terbenam dalam membran antar paha Bagian ujung ekor muncul keluar dari membran antar Panjang tulang jari pertama pada jari sayap ketiga < 40% tulang jari kedua.; ujung telinga lebih rendah dibanding ujung rambut kepala atau Miniopteridae (vii) 7.2. Panjang tulang jari ketiga pada jari sayap ketiga sama dengan tulang jari kedua; ujung telinga melewati atau dekat dengan ujung rambut di kepala Vespertilionidae (viii) 8.1. Ekor menonjol dari tengah membran antar paha; jari sayap kedua tanpa tulang jari Emballonuridae (ix) 8.2. Ekor bebas mencuat/muncul di ujung selaput antar paha; jari sayap kedua dengan tulang jari Ekor lebih tebal, lebih pendek dibanding panjang badan (dari kepala sampai anus), kurang lebih separuh dari panjang ekor bebas dari membran kulit antar paha Molossidae (x) 9.2. Ekor seperti cambuk, lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya, sebagian besar ekor bebas dari membran antar paha; jari sayap kedua memiliki dua tulang jari Rhinopomatidae* (xi) 3

4 ii. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Pteropodidae (* Diketahui di Sumatera tetapi tidak 1.1. Jari sayap kedua tidak bercakar 2 (genus Eonycteris) 1.2. Jari sayap kedua bercakar FA mm; tonjolan pada gigi geraham depan atas pertama sama dengan tonjolan pada gigi seri atas kedua; geraham depan pertama terkadang tidak ada Eonycteris spelaea 2.2. FA mm; tonjolan gigi geraham depan pertama lebih besar dibanding tonjolan pada gigi seri kedua Eonycteris major * 3.1. Ekor ada, tapi pendek Ekor tidak ada atau tidak tampak/berukuran sangat pendek Gigi seri bawah sepasang; FA mm Penthetor lucasi 4.2. Gigi seri bawah dua pasang Gigi geraham atas memiliki permukaan datar dan relatif kecil; berjumlah lima buah (empat buah di beberapa individu) 6 (genus Rousettus) 5.2. Gigi geraham atas runcing dan kuat; berjumlah tiga sampai empat pasang Punggung gundul/tidak berambut; sayap bersambung di garis tengah tulang belakang Rousettus spinalatus * 6.2. Punggung berambut tebal; sayap tidak bersambung di garis tengah tulang belakang Gigi geraham bawah terakhir membulat ; FA mm Rousettus amplexicaudatus 7.2. Gigi geraham bawah terakhir berbentuk lonjong/elips (panjang ); FA mm Rousettus leschenaultii 8.1. Tepi telinga dan jari sayap berwarna keputih-putihan(individu dewasa); terdapat empat pasang gigi geraham atas 9 (genus Cynopterus) 8.2. Tepi telinga dan jari tidak berwarna keputih-putihan; terdapat tiga pasang gigi geraham atas 13 (genus Dyacopterus * ) 9.1. Ada tonjolan di gigi geraham bawah ketiga dan keempat; FA mm Cynopterus horsfieldii 9.2. Tidak ada tonjolan pada gigi geraham bawah Panjang telinga < 18 mm Panjang telinga > 18 mm Telinga tegak atau sedikit bertakik di bagian tepi belakang; individu dewasa umumnya sensitif dan gaduh; FA mm Cynopterus brachyotis Telinga melengkung ke belakang; individu dewasa umumnya tenang dan pendiam; FA mm Cynopterus minutus Kepala berwarna kemerah-merahan ; FA mm Cynopterus sphinx Kepala berwarna kehitaman; FA mm Cynopterus titthaecheilus* FA mm; kepala berukuran lebih kecil (CBL mm, MH mm) Dyacopterus spadiceus * FA mm; kepala berukuran lebih besar (CBL mm, MH mm) Dyacopterus brooksi * Ukuran tubuh kecil-medium, FA < 65 mm U kuran tubuh besar, FA > 100 mm 22 (genus Pteropus) Terdapat bintik kuning/putih di wajah dan sayap; FA mm Balionycteris maculata Tidak ada bintik di wajah dan sayap Kepala berwarna coklat terang, coklat muda keabu-abuan, coklat-kekuningan or coklat orange Kepala berwarna gelap, abu-abu gelap, atau coklat gelap keabu-abuan Moncong kekar; lidah pendek, lubang hidung berbentuk tabung; tepi telinga berwarna gelap dan kontras dengan bagian daun telinga yang lain; gigi geraham 4/5 18 (genus Megaerops) Moncong menyempit; lidah panjang; lubang hidung tidak berbentuk tabung; tepi telinga berwarna sama dengan bagian daun telinga yang lain; gigi geraham 5/6 19 (genus Macroglossus) TB > 15 mm; tulang jari pertama pada jari sayap keempat dan kelima berwarna coklat; FA mm Megaerops ecaudatus TB < 15 mm; tulang jari pertama pada jari sayap keempat dan kelima berwarna keputihan; ada berkas putih di leher pada beberapa populasi individu yang ditemukan di Peninsular Malaysia dan Borneo, mungkin ada di Sumatera tapi belum terkonfirmasi; FA mm Megaerops wetmorei* Tidak memiliki alur di bagian bibir atas; FA mm Macroglossus sobrinus M emiliki alur di bagian bibir atas dan terlihat seperti membelah bagian bibir menjadi dua bagian; FA 4

5 mm Macroglossus minimus * Memiliki sepasang gigi seri bawah; kepala berwarna abu-abu atau gelap keabu-abuan/coklat kemerahan; FA mm Aethalops alecto Memiliki dua pasang gigi seri bawah; wajah berwarna hampir gelap dan kontras dengan warna bagian bawah badan; FA mm 21 (genus Chironax) Bagian ujung telinga bundar, EL 11 mm; BM 15 g; FA mm C. melanocephalus bentuk telinga bundar Bagian telinga meruncing, EL > 12 mm; BM 19 g; FA mm C. melanocephalus bentuk telinga runcing FA > 170 mm; BM > 680 g; selaput antar paha menyempit di bagian tengah; geraham depan tidak memiliki tonjolan basal ledge Pteropus vampyrus FA < 170 mm; selaput antar paha tidak menyempit ke bagian tengah; geraham depan memiliki tonjolan basal ledge; hanya ditemukan di pulau-pulau di pantai Bagian punggung berwarna kehitaman; FA mm Pteropus melanotus * Bagian punggung tidak berwarna kehitaman; FA mm; BM < 300 g Pteropus hypomelanus * iii. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Rhinolophidae ( * Diketahui di Sumatera tetapi tidak ditemukan di BBSL, # menunjukkan hanya 1.1. Sella dengan lateral lappets Sella tanpa lateral lappets Hidung dan telinga berwarna kuning terang; FA Rhinolophus trifoliatus 2.2. Hidung dan telinga berwarna abu-abu gelap atau coklat FA mm; BM g Rhinolophus luctus 3.2. FA mm; BM 7 10 g Rhinolophus sedulus * 4.1. Daun hidung depan besar dan menutupi bibir atas; sella lebar dan panjang; FA mm Rhinolophus macrotis * 4.2. Daun hidung depan kecil dan tidak menutupi bibir atas; sella menyempit dan pendek Taju penghubung triangular/lancip, meruncing di bagian ujung Taju penghubung membulat di bagian ujung atau FA mm; BM g Rhinolophus acuminatus 6.2. FA < 44 mm; BM 8 g Rhinolophus lepidus/pusillus 7.1. Taju penghubung relatif kekar dengan membulat di bagian tengah Taju penghubung relatif kecil dan tidak membulat di bagian tengah Terdapat cekungan di bagian tengah sella; FA mm. Rhinolophus affinis 8.2. Sella sedikit meruncing, kedua sisinya hampir sejajar; FA 48 mm TL mm; FA mm Rhinolophus borneensis/celebensis # 9.2. TL < 20 mm TL mm; FA mm Rhinolophus stheno * TL 15.9 mm; FA 39.9 mm (n = 1) Rhinolophus sp. 2 # B entuk taju penghubung seperti busur/lengkungan; FA mm Rhinolophus arcuatus * Bentuk taju penghubung datar; FA 40.4 mm (n = 1) Rhinolophus sp. 1 # iv. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Hipposideridae (* Diketahui di Sumatera tetapi tidak ditemukan di BBSL, # menunjukkan hanya 1.1. Telinga membulat; ekor dan membran antar paha mereduksi; daun hidung depan memiliki takik yang dalam; FA mm Coelops frithii* 1.2. Bentuk telinga triangular atau ujung meruncing; ekor pendek-sedang; daun hidung depan tidak bertakik 2 (genus Hipposideros) 2.1. Memiliki 2 4 daun hidung tambahan (lateral leaflets) Tidak memiliki daun hidung tambahan (lateral leaflets) Memiliki 2 daun hidung tambahan Memiliki 3 4 daun hidung tambahan Setengah dari tepi daun telinga bagian depan berambut; ujung gigi seri konvergen; endemik di Pulau Mentawai Hipposideros breviceps* 4.2. Dua pertiga tepi daun telinga bagian depan berambut; ujung gigi seri tidak konvergen Daun hidung tengah lebih sempit daripada daun hidung belakang; TL mm; FA mm 5

6 Hipposideros cervinus 5.2. Daun hidung tengah lebih lebar daripada daun hidung bagian belakang; TL > 30 mm; FA mm Hipposideros galeritus # 6.1. FA mm; di kepala, bahu, dan sisi lateral belakang ada tanda berwarna krem atau orange; memiliki 3 4 daun hidung tambahan Hipposideros diadema 6.2. FA mm; rambut coklat atau coklat kelabu, tanpa tanda batas di atas kepala dan badan; 3 daun hidung tambahan Hipposideros larvatus 7.1. Sekat rongga hidung berbentuk lempengen seperti cakram (diantara daun hidung depan dan belakang), struktur lempengan cakram mm; FA mm Hipposideros orbiculus * 7.2. Tidak memiliki struktur seperti cakram di sekat rongga hidung Daun hidung belakang tidak memiliki internal septa; FA mm Hipposideros doriae 8.2. Daun hidung belakang terbagi menjadi 4 bagian oleh 3 septa Internarial septa tidak tegak/meruncing tapi lebih kurang mengembung atau menyempit di bagian tengah Internarial septa mendekati tegak atau sedikit meruncing Inernarial septa sedikit menggembung di bagian pangkal dan berangsur-angsur menyempit ke arah atas; FA mm Hipposideros ater Internarial septa internarial menggembung ke bagian tengah; FA mm Hipposideros cineraceus FA > 46 mm; TB > 20.5 mm; F MAXE <135.1 khz Hipposideros bicolor FA < 43.8 mm; TB < 19.3 mm; F MAXE > khz Hipposideros atrox * FA mm and TB mm and F MAXE khz intermediate form (Hipposideros atrox * /H. bicolor) v. Kunci identifikasi tigkat spesies untuk Famili Megadermatidae Famili ini hanya diwakili oleh tiga spesies di Asia Tenggara, dan hanya M. spasma yang diketahui ada di Sumatra. Daun hidung belakang berbentuk melonjong/elip, membulat di bagian atas, lebih sempit dibandingkan tepi posterior dari daun hidung tengah, dan panjangnya lebih pendek atau sama dengan panjang dari daun hidung tengah + daun hidung depan; FA mm; TB mm; BM g. vi. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Nycteridae Famili ini hanya diwikili oleh satu genus, Nycteris, dan N. tragata satu-satunya spesies yang ditemukan di Sumatera. FA mm; BM g; GLS > 21 mm. vii. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Miniopteridae (*Diketahui di Sumatera tetapi tidak 1.1. TB > 20 mm; FA 46 53; BM g Miniopterus magnater 1.2. TB < 20 mm FA mm; TB 16 mm; BM g; kulit wajah berwarna pink dan kuning Miniopterus australis 2.2. FA > 39 mm; TB 16.5 mm; BM 7 g; Kulit wajah berwarna coklat BM 7 10 g; FA mm; TB mm Miniopterus pusillus 3.2. BM g; FA mm; TB mm Miniopterus fuliginosus * viii. Kunci identifikasi tingkat subfamili untuk Famili Vespertilionidae (*Diketahui di Sumatera tetapi tidak ditemukan di BBSL, # menunjukkan hanya 1.1. Lubang hidung tubular (berbentuk seperti tabung), terbuka langsung kearah lateral/samping subfamily Murininae (A) 1.2. Lubang hidung tidak tubular, terbuka langsung kearah depan Telinga berbentuk corong; tragus sangat panjang, tipis, dan meruncing subfamily Kerivoulinae (B) 2.2. Bentuk telinga bervariasi tetapi tidak berbentuk corong; tragus meruncing dan panjang bervariasi, tapi tidak tipis seperti Kerivoulinae Tiga pasang gigi geraham depan atas (dua pasang pada M. ridleyi); tragus tidak terlalu runcing dan hanya sedikit condong kedepan subfamily Myotinae (C) 3.2. Satu atau dua pasang gigi geraham depan atas; tragus tidak selalu meruncing (jika meruncing, sangat tipis condong kedepan; lihat Scotophilus) subfamily Vespertilioninae (D) 6

7 A. Kunci identifikasi spesies untuk Subfamili Murininae 1.1. FA mm; gigi geraham belakang atas ketiga mereduksi atau tidak ada Harpiocephalus harpia 1.2. FA < 40 mm; gigi geraham belakang atas ketiga berkembang 2 (Genus Murina) 2.1. FA mm; BM g Murina peninsularis 2.2. FA 32 mm; BM < 5.5 g Bagian atas berwarna coklat gelap, ujung dengan warna emas kemilauan; area puncak dari P2 2/3 of P4; FA mm Murina rozendaali # 3.2. Bagian atas coklat pucat hingga orange (beberapa individu memiliki pola ujung rambut berwarna kekuningan kemilau-keemasan); area puncak dari P2 1/2 of P4; FA mm Murina suilla B. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk subfamili Kerivoulinae 1.1. Tragus bertakik di bagian pangkalnya; bagian luar gigi taring atas beralur; FA mm Phoniscus atrox 1.2. Tragus tidak bertakik; gigi taring tidak beralur 2 (Genus Kerivoula) 2.1. Sayap memiliki warna orange dan hitam; FA mm Kerivoula picta* 2.2. Sayap berwarna coklat pucat atau semi transparan Rambut bagian atas berwarna coklat gelap dengan ujung keemasan/perunggu; FA mm Kerivoula krauensis 3.2. Rambut bagian atas berwarna orange, coklat,coklat keabu-abuan, ujung rambut tidak keemasan/perunggu Hidung, tragus, dan area sekitar genitalia kekuningan; bibir, jari, ekor dan kaki berwarna pink; sayap semi transparan;; FA mm Kerivoula pellucida 4.2. Warna bagian atas coklat atau keabu-abuan di bagian pangkalnya TB < 15 mm; FA mm; rambut berwarna orange atau coklat Kerivoula minuta # 5.2. TB 14.5 mm; FA 30.0 mm; rambut coklat kekuningan, coklat atau coklat ke-abu-abuan FA 42 mm; rambut coklat kekuningan, coklat atau coklat keabu-abuan Kerivoula papillosa 6.2. FA < 42 mm FA mmb; rambut coklat ke-abu-abuan Kerivoula hardwickii 7.2. FA mm intermediate form (Kerivoula lenis # /K. papillosa) [K. hardwickii, K. lenis, and K papillosa sangat sulit untuk dibedakan berdasarakan ukuran, karena terjadi overlap. Kunci identifikasi terhadap kriteria FA berdasarkan banyak pengukuran, tetapi klasifikasi dari tiga spesies tersebut tetap belum cukup jelas. Lihat teks untuk mengetahui lebih detail] C. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk subfamili Myotinae 1.1. Membran sayap memiliki warna menyolok hitam dan orange; FA mm Myotis hermani* 1.2. Membran sayap coklat, abu-abu di bagian pangkalnya; FA 46 mm Membran sayap melekat pada pangkal jari kaki Membran sayap melekat pada pergelangan kaki atau di sisi kaki belakang FA mm; 2 pasang gigi geraham depan atas; rambut pendek dan lebat; BM g Myotis ridleyi* 3.2. FA > 30 mm; 3 pasang gigi geraham depan atas FA mm; BM 9 14 g Myotis cf. borneoensis # 4.2. FA 39 mm; BM 8 g P 3 berada pada alur gigi; FA mm Myotis muricola 5.2. P 3 terdesak ke dalam dari alur gigi FA mm Myotis ater* 6.2. FA mm Myotis sp. 1 # 7.1. Membran sayap melekat pada sisi kaki belakang; FA mm Myotis horsfieldii # 7.2. Membran sayap melekat di pergelangan kaki atau tibia atau membran menyempit di dekat pergelangan dan membentuk alur sampai ke metatarsus P 3 berada di alur gigi (atau sedikit terdesak); membran sayap melekat di pergelangan kaki atau tibia; FA mm Myotis adversus* 8.2. P 3 terdesak ke dalam dari alur gigi P 3 biasanya mereduksi atau tidak ada. Jika ada, terdesak ke dalam dari alur gigi dan berdekatan dengan tepi dari P 2 dan P4; P2 dan P 4 bersentuhan atau sangat dekat; permukaan P 3 0 1/3 dari P 2 ; membran sayap melekat di pergelangan kaki; FA mm Myotis hasseltii* 9.2. P 3 ada, sedikit mereduksi, sedikit terdesak ke dalam dari alur gigi; P 2 dan P 4 terpisah; permukaan P 3 c.1/3 dari P 2 ; membran sayap menyempit di dekat pergelangan kaki dan membentuk alur sampai di metatarsus; FA mm Myotis sp. 2 # 7

8 D. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk subfamili Vespertilioninae $ 1.1. Terdapat lapisan menebal (bantalan) di pergelangan tangan dan kaki belakang Tidak ada lapisan menebal (bantalan) di pergelangan tangan dan kaki belakang (di beberapa Pipistrellus spp., kulit di pergelangan tangan sedikit menebal) Bantalan di pergelangan tangan dan kaki berwarna seperti daging; kepala tidak gepeng genus Glischropus (a) 2.2. Bantalan berwarna abu-abu gelap; kepala sangat gepeng genus Tylonycteris (b) 3.1. Memiliki sepasang gigi geraham depan atas Memiliki 2 pasang gigi geraham depan atas Memiliki sepasang gigi seri atas ; FA mm; BM g Scotophilus kuhlii * 4.2. Memiliki dua pasang gigi seri atas (H. blanfordi, gigi seri kedua terdesak ke dalam, sehingga jika dilihat dari samping seperti hanya memiliki satu pasang gigi seri atas. Dapat dibedakan dari S. kuhlii dengan ukuran tubuhnya yang lebih kecil) Gigi seri atas pertama (bagian dalam) memiliki 2 tonjolan; FA mm; BM 8 13 g Philetor brachypterus 5.2. Gigi seri atas pertama (bagian dalam) memiliki 1 tonjolan; FA mm; BM g Hesperoptenus blanfordi* 6.1. Sayap berwarna gelap; tragus lebih memanjang daripada melebar, tumpul; calcar berlekuk... genus Pipistrellus (c) 6.2. Sayap keputihan, tembus cahaya (transparan); tragus persegi panjang, panjang hampir sama dengan lebar; calcar menyempit dan memanjang genus Hypsugo (d) * [ $ Genus Arielulus memiliki distribusi yang sangat luas membentang di dataran Sunda tetapi belum ada laporannya dari Sumatera. Arielulus dapat dibedakan dari spesies anggota Vespertilioninae berdasarkan bagian atas yang tampak gelap dengan ujung rambut berwarna orange dan keemasan. Hesperoptenus blanfordi merupakan catatan baru untuk Pulau Sumatera, yang dijumpai di Jambi oleh Ariyanti dkk (Eka Sulpin Ariyanti, Neil Jun Lobite, and Kevin Daaras unpublished data)] a. Genus Glischropus 1.1. FA < 31 mm); telinga dan tragus coklat; rambut coklat kemerahan Glischropus tylopus 1.2. FA > 32 mm (n = 1, 32.1 mm); telinga dan tragus hampir seluruhnya hitam; rambut coklat gelap Glischropus aquilus # b. Genus Tylonycteris 1.1. BM 3 5 g; FA mm Tylonycteris pachypus 1.2. BM 7 10 g; FA mm Tylonycteris robustula c. Genus Pipistrellus 1.1. FA mm; BM g; sayap menyempit pada jari kelima, panjang jari kelima (metakarpal + tulang jari) sama dengan panjang metakarpal jari keempat Pipistrellus stenopterus 1.2. FA 36 mm; BM < 7 g; panjang jari ke lima secara signifikan > metakarpal dari jari ke empat FA mm; HF 7.2 mm; BM g Pipistrellus javanicus 2.2. FA mm; HF 5 6 mm; BM 3 6 g Pipistrellus tenuis * d. Genus Hypsugo * 1.1. Kepala lebih pendek (CCL 10.8 mm); FA mm; BM 6 g Hypsugo vordermanni * 1.2. Kepala lebih panjang (CCL mm); FA mm Hypsugo macrotis * ix. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Emballonuridae (*Diketahui di Sumatera tetapi tidak 1.1. FA mm; 2 pasang gigi seri atas dan 3 pasang gigi seri bawah Emballonura monticola 1.2. FA > 53 mm; sepasang gigi seri atas dan 2 pasang gigi seri bawah 2 (Taphozous * /Saccolaimus * ) 2.1. FA mm; tidak memiliki kantong tenggorokan; sayap memiliki kantong radio-metakarpal Taphozous theobaldi * 2.2. FA < 70 mm Dagu berambut; kantong radio-metakarpal berkembang; kantong tenggorokan ada pada jantan dan betina; FA mm; BM g Taphozous melanopogon* 3.2. Dagu tidak berambut; kantong radio-metakarpal tidak ada atau kecil; kantong tenggorokan terlihat di 8

9 jantan tapi tidak ada di betina FA mm; BM > 35 g; kaki tidak berambut atau hanya sedikit berambut; kantong radio-metakarpal tidak ada atau kecil Saccolaimus saccolaimus* 4.2. FA mm; BM < 25 g; kaki berambut; kantong radio-metakarpal kecil Taphozous longimanus * x. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Molossidae (*Diketahui di Sumatera tetapi tidak 1.1. Telinga triangular; kulit telinga tipis; FA 38 mm Mormopterus doriae* 1.2. Telinga membulat; kulit telinga tebal Tidak ada rambut, hanya sedikit rambut dan tidak merata; FA mm; BM g Cheiromeles torquatus 2.2. Berambut, rambut tebal; FA < 52 mm; BM < 30 g Kulit penghubung pangkal telinga kanan dan kiri tebal, vertikal naik ke tengah, membentuk kantong di antara telinga; FA mm Chaerephon johorensis* 3.2. Kulit penghubung pangkal telinga kanan dan kiri tipis, tidak naik ketengah, tidak membentuk kantong Sebagian besar rambut dorsal coklat kemerahan; HF mm; BM g; satu gigi geraham depan atas; FA mm Mops mops* 4.2. Sebagian besar rambut dorsal coklat-keabuan; HF 8 9 mm; BM g; dua gigi geraham depan atas (P 2 sangat kecil dan unicuspid); FA mm Chaerephon plicatus * xi. Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Rhinopomatidae (*Diketahui di Sumatera tetapi tidak Famili ini diwakili oleh satu genus, Rhinopoma, dan R. microphylum * merupakan satu-satunya spesies yang diketahui ada di Sumatera, FA mm; lubang hidung datar, tanpa penggembungan. Literature associated Csorba, G., Görföl, T., Wiantoro, S., Kingston, T., Bates, P.J.J. & Huang, J.C.-C. (2015). Thumb-pads up a new species of thick-thumbed bat from Sumatra (Chiroptera: Vespertilionidae: Glischropus). Zootaxa 3980, Huang, J.C.-C., Jazdzyk, E.L., Nusalawo, M., Maryanto, I., Wiantoro, S. & Kingston, T. (2014). A recent bat survey reveals Bukit Barisan Selatan Landscape as a chiropteran diversity hotspot in Sumatra. Acta Chiropterologica 16, Saveng I., Bumrungsri, S., Thomas, N. M., Bates, P. J. J., Willette, D. A., Khan, F. A. A. Wonglapsuwan, M., Soisook, P., Maryanto, I., Huang, J. C.-C. & Neil M. Furey Geographical Variation of Rhinolophus affinis (Chiroptera: Rhinolophidae) in the Sundaic Subregion of Southeast Asia, including the Malay Peninsula, Borneo and Sumatra. Acta Chiropterologica, 18(1): Soisook, P., Karapan, S., Satasook, C., Vu, D.T., Khan, F.A.A., Maryanto, I., Csorba, G., Furey, N., Aul, B. & Bates, P.J.J. (2013). A review of the Murina cyclotis complex (Chiroptera: Vespertilionidae) with descriptions of a new species and subspecies. Acta Chiropterologica 15, Struebig, M.J., Francis, C.M., Huang, J.C.-C., Noerfaphmy, S., Mohamed, N.Z., Schöner, C.R. & Schöner, M.G. Forest surveys extend the range of the Krau woolly bat (Kerivoula krauensis) in the Malay-Thai Peninsula, Borneo and Sumatra. Mammalia, DOI: /mammalia

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar Kelelawar merupakan mamalia yang dapat terbang yang termasuk ordo Chiroptera. Hewan ini merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayap.

Lebih terperinci

Megaerops Peters, Megaerops ecaudatus (Temminck, 1837) Pteropodidae

Megaerops Peters, Megaerops ecaudatus (Temminck, 1837) Pteropodidae Megaerops Peters, 1865 Marga Megaerops Peters, 1865 terdiri tiga jenis, tetapi hanya dua jenis yang dijumpai di Pulau Sumatera yaitu Megaerops ecaudatus (Temminck, 1837) dan Megaerops wetmorei (Taylor,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK TUBUH BERBAGAI SPESIES KELELAWAR DI KOTA TUAL DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA SKRIPSI RESTU MONICA NIA BETAUBUN

PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK TUBUH BERBAGAI SPESIES KELELAWAR DI KOTA TUAL DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA SKRIPSI RESTU MONICA NIA BETAUBUN PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK TUBUH BERBAGAI SPESIES KELELAWAR DI KOTA TUAL DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA SKRIPSI RESTU MONICA NIA BETAUBUN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Hipposideros galeritus Cantor, Hipposideridae. Barong Cantor Status : LC Cantor s Leaf-nosed Bat. Intensitas Pertemuan : Habitat Potensial

Hipposideros galeritus Cantor, Hipposideridae. Barong Cantor Status : LC Cantor s Leaf-nosed Bat. Intensitas Pertemuan : Habitat Potensial Teknik Survei dan Identifikasi Jenis-jenis Kelelawar Agroforest Sumatra Hipposideros galeritus Cantor, 1846 Barong Cantor Status : LC Cantor s Leaf-nosed Bat Hipposideridae Hipposideros galeritus Cantor,

Lebih terperinci

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro Hendrik Nurfitrianto, Widowati Budijastuti,

Lebih terperinci

KELELAWAR SULAWESI. Jenis dan Peranannya dalam Kesehatan

KELELAWAR SULAWESI. Jenis dan Peranannya dalam Kesehatan KELELAWAR SULAWESI Jenis dan Peranannya dalam Kesehatan BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2014 KELELAWAR SULAWESI Jenis dan Peranannya dalam Kesehatan Penulis: Bernadus

Lebih terperinci

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage 69 Nama Spesies : Cynopterus brachyotis sunda lineage Nama Lokal : Codot Nama Inggris : Lesser Short-nosed Fruit Bat Deskripsi : Panjang lengan = 55-65 mm, Panjang ekor =8-10 mm, panjang telinga= 14-16

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011 SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV KARAKTERISTIK KOMUNITAS KELELAWAR PEMAKAN SERANGGA (Microchiroptera) DI WAY CANGUK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN Immanuel Kristianto 1, Agus Setiawan 2, Nuning

Lebih terperinci

Keanekaragaman kelelawar (Mammalia: Chiroptera) Stasiun Penelitian Pungut dan kontribusinya terhadap keberadaan kelelawar Siberut

Keanekaragaman kelelawar (Mammalia: Chiroptera) Stasiun Penelitian Pungut dan kontribusinya terhadap keberadaan kelelawar Siberut Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2014), Vol. 2 1 Keanekaragaman kelelawar (Mammalia: Chiroptera) Stasiun Penelitian Pungut dan kontribusinya terhadap keberadaan kelelawar Siberut Sabhrin Gita Aninta 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni Lampung Barat pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2012. Penelitian ini berada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kota Tual, desa Ohoira, desa Ohoidertawun dan desa Abean, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian lapang dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Kelelawar Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang dibedakan atas jenis pakannya. Ordo Chiroptera memiliki 18 famili, 188 genus, dan 970 spesies

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA) DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA. Skripsi

IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA) DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA. Skripsi digilib.uns.ac.id IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA) DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Sumatera Barat banyak ditemukan kawasan berkapur (karst) dengan sejumlah goa. Goa-goa yang telah teridentifikasi di Sumatera Barat terdapat 114 buah goa (UKSDA, 1999

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition David G. Itano 1 1 Pelagic Fisheries Research Programme, Honolulu, Hawaii Translation by

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA AJENG MIRANTI PUTRI

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA AJENG MIRANTI PUTRI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA AJENG MIRANTI PUTRI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut

Lebih terperinci

Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB

Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB Oleh: Siti Rabiatul Fajri 1, Agil Al Idrus 2, dan Gito Hadiprayitno 2 1) Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kelas : Mamalia Ordo : Primates Subordo : Anthropoidea Infraordo :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah karst sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG 1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG Istilah dugong sering dikacaukan dengan istilah lain seperti ikan duyung dan putri duyung. Dalam khasanah ilmiah, istilah dugong adalah satwa mamalia yang hidup di perairan

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK 1. Lokasi :... 2. Bangsa Sapi 1 :... 3. Identitas : (Kalung/No. Sapi/Nama Pemilik...) *) 4. Jenis Kelamin : ( / ) *) 5. Pengenalan

Lebih terperinci

SPESIES KELELAWAR PADA KAWASAN LAHAN BASAH DI DESA SIMPANG ARJA, KECAMATAN RANTAU BADAUH, KABUPATEN BARITO KUALA

SPESIES KELELAWAR PADA KAWASAN LAHAN BASAH DI DESA SIMPANG ARJA, KECAMATAN RANTAU BADAUH, KABUPATEN BARITO KUALA SPESIES KELELAWAR PADA KAWASAN LAHAN BASAH DI DESA SIMPANG ARJA, KECAMATAN RANTAU BADAUH, KABUPATEN BARITO KUALA Bat Species in Wetland Area of Simpang Arja Village, Rantau Badauh District, Barito Kuala

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS),

Lebih terperinci

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa MILLI-PEET, kunci identifikasi dan diagram alur, Page 1 F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa 1A Tubuh lunak, tergit mengandung rambut seperti kuas atau rambut sikat, sepasang kuas terdapat bagian

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H 18 KELIMPAHAN, SEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (Chiroptera) PADA BEBERAPA GUA DENGAN POLA PENGELOLAAN BERBEDA DI KAWASAN KARST GOMBONG JAWA TENGAH AMIN ASRIADI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA Diversity of Bats (Chiroptera) at The Mountain of Ambawang Forest Protected Areas

Lebih terperinci

Kekayaan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Kekayaan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat BIOEDUKASI Volume 7, Nomor 2 Halaman 5-9 ISSN: 1693-2654 Agustus 2014 Kekayaan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat The Richness of Bat Species Order

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat sumber: (http://www.google.com/earth/) Lampiran 2. Data spesies dan jumlah Amfibi yang Ditemukan Pada Lokasi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA 14 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 2 Tahun 2017 PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA ARRANGING OF ENRICHMENT MODULE OF

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM DI CAMP LEAKEY

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM DI CAMP LEAKEY BIOMA 12 (1), 2016 Biologi UNJ Press ISSN : 0126-3552 STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM DI CAMP LEAKEY KAWASAN TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING (TNTP), KALIMANTAN

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA DI GUA KANGKUNG DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWATENGAH NASKAH PUBLIKASI

STUDI KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA DI GUA KANGKUNG DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWATENGAH NASKAH PUBLIKASI STUDI KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA DI GUA KANGKUNG DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWATENGAH NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

DNA BARCODE KERAGAMAN GENETIK, DAN KONSERVASI FAUNA INDONESIA

DNA BARCODE KERAGAMAN GENETIK, DAN KONSERVASI FAUNA INDONESIA DNA BARCODE KERAGAMAN GENETIK, DAN KONSERVASI FAUNA INDONESIA Oleh M. Syamsul Arifin Zein Peneliti Madya Bidang Genetika Molekuler Laboratorium Genetika Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI All

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

KUNCI IDENTIFIKASI AMFIBI

KUNCI IDENTIFIKASI AMFIBI KUNCI IDENTIFIKASI AMFIBI Februari 12, 2011 oleh Noar Muda Satyawan KUNCI IDENTIFIKASI FAMILI AMFIBI 1a Tubuh seperti cacing, tanpa tungkai....ichthyophiidae Satu genus dan species Ichthyophis hypocyaneus

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae

Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae LAMPIRAN 81 82 Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae (contoh spesies: Aleurodicus pulvinatus (Maskell))

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT AKBAR SUMIRTO

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT AKBAR SUMIRTO KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT AKBAR SUMIRTO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Buku Penuntun untuk Identifikasi Madidihang dan Matabesar dalam Keadaan Segar, tetapi Kondisinya Kurang Ideal (v7)

Buku Penuntun untuk Identifikasi Madidihang dan Matabesar dalam Keadaan Segar, tetapi Kondisinya Kurang Ideal (v7) 1 Buku Penuntun untuk Identifikasi Madidihang dan Matabesar dalam Keadaan Segar, tetapi Kondisinya Kurang Ideal (v7) Siosifa Fukofuka Program Perikanan Oseanik Noumea New Caledonia dan David G Itano Program

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS.

KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS. KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS Oleh: FAUZIAH SYAMSI 09 21208 007 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rataan, simpangan baku, jumlah sampel, kisaran maksimum dan minimum ukuran tubuh dan tengkorak A. celebensis di Lamaya dan Kolono

Lampiran 1 Rataan, simpangan baku, jumlah sampel, kisaran maksimum dan minimum ukuran tubuh dan tengkorak A. celebensis di Lamaya dan Kolono LAMPIRAN 182 183 Lampiran 1 Rataan, simpangan baku, jumlah sampel, kisaran maksimum dan minimum ukuran tubuh dan tengkorak A. celebensis di Lamaya dan Kolono Ukuran Tubuh dan Tengkorak (mm) Lamaya Kolono

Lebih terperinci

KERAGAMAN KELELAWAR INSEKTIVORA SUB ORDO MICROCHIROPTERA DI STASIUN PENELITIAN WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

KERAGAMAN KELELAWAR INSEKTIVORA SUB ORDO MICROCHIROPTERA DI STASIUN PENELITIAN WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN KERAGAMAN KELELAWAR INSEKTIVORA SUB ORDO MICROCHIROPTERA DI STASIUN PENELITIAN WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (Insectivorous bats diversity of Microchiroptera Sub Order in Way Canguk

Lebih terperinci

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN

SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN Sumber informasi di presentasi ini: A Field Guide to the Indo-Pacific Billfishes Julian Pepperell and Peter Grewe (1999) Beberapa

Lebih terperinci

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah dimaksudkan untuk menyempurnakan bentuk wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk wajah ideal atau bentuk wajah oval (bulat telur

Lebih terperinci

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *) Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2011 bertempat di Stasiun Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH TIK : Dengan mengikuti kuliah ke-5 ini mahasiswa dapat menjelaskan tipe bangsa kerbau perah Sub Pokok Bahasan : 1. Asal usul bangsa kerbau perah 2. Sifat masing-masing bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelawar Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap tangan, karena tungkai depannya termodifikasi sebagai sayap, sehingga kelelawar memiliki kemampuan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs

Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs Merta, G.S. 1, Itano, D.G. 2 and Proctor, C.H. 3 1 Research Institute of Marine

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal

Lebih terperinci

BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN

BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN KEPUTUSAN KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Nomor : SK. 162 /Kpts/IV-T.10/KKH/2012 T e n t a n g PENETAPAN NAMA NAMA INDIVIDU BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) HASIL INVENTARISASI TAHUN 2011 DI TAMAN

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian tentang tanda keberadaan tidak langsung kelelawar pemakan buah telah dilakukan pada bulan Desember 2014 - Maret 2015. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kingston (2006) terdapat lebih dari 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kingston (2006) terdapat lebih dari 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Kelelawar Menurut Kingston (2006) terdapat lebih dari 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang polinasinya dibantu oleh kelelawar Megachiroptera. Kelelawar Megachiroptera memegang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni Nyamplung tentu tanaman itu kini tak asing lagi di telinga para rimbawan kehutanan. Buah yang berbentuk bulat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Kelelawar Khas Agroforest Sumatera

Jenis-Jenis Kelelawar Khas Agroforest Sumatera Teknik Survei & Identifikasi Jenis-Jenis Kelelawar Khas Agroforest Sumatera Pandam Nugroho Prasetyo Sephy Noerfahmy Hesti Lestari Tata World Agroforestry Centre Teknik Survei & Identifikasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging) BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS Kemampuan Fisik 1. Menggali (digging) Tikus terestrial akan segera menggali tanah jika mendapat kesempatan, yang bertujuan untuk membuat sarang, yang biasanya tidak melebihi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Peta kawasan kars Pracimantoro (sumber : Pemerintah Kab. Wonogiri)

Lampiran 1 : Peta kawasan kars Pracimantoro (sumber : Pemerintah Kab. Wonogiri) LAMPIRAN 36 Lampiran 1 : Peta kawasan kars Pracimantoro (sumber : Pemerintah Kab. Wonogiri) 37 Lampiran 2 : Dokumentasi kegiatan Lokasi Penelitian Gambar 2 : Telaga aliran sungai (Foto : Abdu) Gambar 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi dalam berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di seluruh wilayah yang

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,

Lebih terperinci

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka( Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA I. BESARAN MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)

Lebih terperinci

MENGENAL DUNIA KELELAWAR

MENGENAL DUNIA KELELAWAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN / KONSERVASI SERI 2.1 : Pengenalan Dunia Fauna PENGANTAR. MENGENAL DUNIA KELELAWAR Kelelawar sayapnya hitam Terbangnya di waktu malam dst group band Koes Plus.. Oleh : Ir. Sudarsono

Lebih terperinci