HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia"

Transkripsi

1 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal daun dibuat dengan menggunakan metode parafin menurut Nakamura (1995). Potongan daun berukuran 1.0 x 0.5 cm, difiksasi di dalam larutan FAA (formaldehid 37% : asam asetat glasial : alkohol 50% = 5:5:90) selama 24 jam. Sampel daun kemudian didehidrasi bertingkat dengan larutan dehidran tahap dua sampai tujuh yang merupakan campuran larutan n-butanoletanol-akuades. Sampel direndam selama 1 jam pada setiap tahapan dehidrasi. Setelah dehidrasi dilakukan infiltrasi parafin secara bertahap. Kemudian blok parafin yang terbentuk dipotong setebal 10 µm dengan mikrotom putar (Yamato RV-240). Pita parafin diwarnai dengan pewarnaan ganda safranin 2% dan fastgreen 0.05%. Karakter anatomi yang diamati adalah tebal daun, tebal jaringan epidermis atas dan bawah, tebal jaringan palisade, tebal jaringan bunga karang, keberadaan hipodermis pada jaringan epidermis, dan diferensiasi jaringan mesofil. Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan enam ulangan untuk masing-masing karakter. Analisis Hubungan Kekerabatan Begonia Data karakter morfologi dan anatomi ditabulasikan dalam bentuk matriks, kemudian dilakukan analisis hubungan kekerabatan menggunakan teknik hirarki kluster agglomerative dengan metode average linkage (between-group linkage) pada program SPSS 15. Hasil analisis hubungan kekerabatan ditampilkan dalam bentuk dendrogram. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Morfologi Tanaman Begonia Berdasarkan hasil pengamatan ciri morfologi terlihat adanya perbedaan struktur tubuh antara Begonia alam dan budidaya. Begonia alam umumnya memiliki ciri fisik kurang menarik seperti bentuk daun dan warna daun yang kurang bervariasi. Berbeda dengan Begonia alam, Begonia budidaya memiliki daya tarik sebagai tanaman hias karena perawakan tanaman yang menarik dan memiliki bentuk dan warna daun bervariasi. Daun Begonia budidaya memiliki bentuk membulat, lanset, atau angel wing. Warna daunnya cerah seperti hijau, perak, merah, atau terdiri atas perpaduan warna hasil persilangan. Menurut Siregar (2005), Begonia budidaya umumnya tanaman hias yang berasal dari luar negeri seperti Brazil, Meksiko, dan Cina. Tanaman Begonia yang diamati berjumlah 11, sembilan spesies dan kultivar berhasil diidentifikasi, sedangkan dua spesies (Begonia sp. 1 dan sp. 2) belum berhasil diidentifikasi (Gambar 1). Sembilan tanaman yang berhasil diidentifikasi terdiri atas 6 spesies Begonia budidaya (B. acetosa, B. bowerae, B. listada, B. thelmae, B. semperflorens, dan B. maculata), dan 2 kultivar Begonia budidaya (B. Argenteo-Gutata Fanfare dan B. Orpha C. Fox ), serta 1 spesies Begonia alam (B. lepida). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui empat spesies Begonia yaitu B. acetosa, B. bowerae, B. listada, B. thelmae sesuai dengan deskripsi Tebbitt (2005) dan Siregar (2005), serta dua spesies yaitu B. semperflorens, B. maculata, dan dua kultivar yaitu B. Argenteo-Gutata Fanfare, dan B. Orpha C. Fox sesuai dengan deskripsi Siregar (2005). Identifikasi satu spesies Begonia alam yaitu B. lepida dilakukan di Herbarium LIPI Cibinong. Sebagian Begonia budidaya yang diamati bukan tumbuhan asli Indonesia tetapi dapat berasal dari Brazil (B. acetosa dan B. thelmae), Argentina (B. listada), dan Meksiko (B. bowerae) (Siregar 2005). Pengamatan terhadap 11 spesies dan kultivar Begonia yang diteliti memperlihatkan beberapa kesamaan ciri yaitu tipe daun tunggal, kedudukan daun berseling, bentuk pangkal daun berlekuk asimetris, letak bunga aksilar, dan kelamin bunga uniseksual. Disamping itu beberapa perbedaan karakter morfologi antar spesies dan kultivar tanaman juga ditemukan. Karakter tersebut adalah tipe pertumbuhan, ada tidaknya stipula, bentuk daun, jumlah tepal pada bunga jantan dan betina, susunan benang sari dan bentuk kepala putik. Menurut Tebbit (2005) dapat terjadi variasi ciri morfologi pada spesies Begonia seperti kelamin bunga biseksual, dan letak bunga terminal. Adanya bunga biseksual pada dua kelompok Begonia asal Afrika juga dilaporkan oleh Sosef (1994). Deskripsi Tanaman Begonia acetosa Herba, menjalar, perennial, tinggi cm, membentuk rhizoma. Rhizoma hijau, berambut, tidak bercabang. Daun

2 3 penumpu persisten, bentuk seperti lidah, panjang cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun merah kecokelatan, berambut; helai daun permukaan atas hijau, permukaan bawah merah, berambut di kedua permukaan, asimetris, membulat-bulat telur, 4-18 x cm, ujung tumpul, pangkal berlekuk asimetris, tepi rata, pertulangan menjari. Fase generatif tanaman B. acetosa yang diamati tidak muncul selama masa pengamatan. Berdasarkan deskripsi tanaman yang terdapat dalam Tebbitt (2005) diketahui deskripsi mengenai alat reproduksi B. acetosa. Berikut merupakan deskripsi tambahan bunga B. acetosa menurut Tebbitt (2005): Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, garis sampai lanset, 1-3 x 0.3 cm. Bunga jantan: tepal empat, putih, tepal luar ellips, x 5-8 mm, tepal dalam oval, 7-14 x mm; benang sari 20-30, tersusun simetris, tangkai sari berlekatan. Bunga betina: brakteola persisten, bentuk garis, 1-2 x 0.3 cm; tepal lima, putih, tepal luar dua, ellips, 6-10 x mm, tepal dalam tiga, ellips, x 4-5 mm; bakal buah putih, ellips, 6-11 x 3-5 mm, bersayap tiga, berlokus tiga, plasentasi aksial; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk spiral. Begonia bowerae Herba, menjalar, perennial, tinggi cm, membentuk rhizoma. Rhizoma hijau, gundul, tidak bercabang. Daun penumpu persisten, seperti lidah, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau, berambut, cm; helai daun permukaan atas hijau dengan tepi hitam, berambut, permukaan bawah merah, gundul, asimetris, bentuk angel wing, x 6-8 cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk asimetris, tepi bergigi, pertulangan menjari. Fase generatif tanaman B. bowerae yang diamati tidak muncul selama masa pengamatan. Deskripsi bunga pada B. bowerae diperoleh dari Tebbitt (2005). Berikut merupakan deskripsi bunga dari tanaman B. bowerae menurut Tebbit (2005): Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, bulat telur-ellips, x 1-14 mm, tepi bersilia. Bunga jantan: tepal dua, putih, permukaan bawah berbintik merah, x mm, benang sari 10-15, tersusun asimetris, tangkai sari tidak berlekatan. Bunga betina: brakteola persisten, dua, ellips, 2-3 x mm; tepal dua, putih, bulat telur terbalik, 5-9 x mm; bakal buah hijau, ellips sampai segitiga, x 4-5 mm, bersayap tiga, merah jambu, berlokus tiga; plasentasi aksial; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk bulan sabit. Begonia listada Herba, tegak, perennial, tinggi cm, tanpa rhizoma. Batang hijau sampai kemerahan, berambut, bercabang. Daun penumpu persisten, bulat telur sampai ellips, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau sampai merah muda, berambut, 4-6 cm; helai daun permukaan atas hijau kemerahan dengan warna kuning pada tulang daun, permukaan bawah merah, berambut tebal di kedua permukaan, asimetris, lanset, x 5-7 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk asimetris, tepi berombak, pertulangan menyirip. Fase generatif pada tanaman B. listada yang diamati tidak muncul selama masa pengamatan. Deskripsi bunga pada B. listada diperoleh dari Tebbitt (2005). Berikut merupakan deskripsi bunga dari tanaman B. listada menurut Tebbit (2005): Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea gugur, bulat telur sampai ellips, 6-7 x 3-4 cm. Bunga jantan: tepal empat, putih, tepal luar dua, ditutupi rambut merah, bulat telur sampai bulat, x cm, tepal dalam dua, bulat telur terbalik, x cm; benang sari 25-35, tersusun simetris, tangkai sari berlekatan. Bunga betina: brakteola absen; tepal lima, putih, bulat-ellips, tidak sama besar, x cm; bakal buah hijau dengan pola merah muda, ellips, 5-10 x mm, bersayap tiga, berlokus tiga; plasentasi aksial; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk spiral. Begonia thelmae Herba, memanjat, perenial, tinggi cm, tanpa rhizoma, perakaran pada buku. Batang hijau, berambut, bercabang banyak, buku tidak menggembung. Daun penumpu persisten, bulat telur, x cm, tepi berambut. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau, berambut, cm; helai daun permukaan atas hijau, permukaan bawah kemerahan, berambut di kedua permukaan, asimetris, lanset, 6-7 x 3-4 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk asimeris, tepi bergigi, pertulangan menjari. Fase generatif tanaman B. thelmae yang diamati tidak muncul selama masa pengamatan. Deskripsi bunga pada B. thelmae diperoleh dari Tebbitt (2005). Berikut merupakan deskripsi bunga dari

3 4 tanaman B. thelmae menurut Tebbit (2005): Bunga aksilar, uniseksual; braktea bulat telur, mm. Bunga jantan: tepal empat, putih, gundul, tepal luar dua, bulat telur sampai menjantung, 6-8 x mm, tepal dalam dua, ellips sampai bulat telur terbalik, x 2-3 mm; benang sari 10, tersusun simetris, tangkai sari berlekatan, bentuk kepala sari membulat. Bunga betina: brakteola persisten, dua, ellips, 1-2 x cm; tepal lima, putih, gundul, tepal luar ellips, x cm, tepal dalam ellips sampai bulat telur terbalik, x cm; bakal buah putih, menjadi hijau saat matang, gundul, ellips-bulat telur, cm, bersayap tiga, berlokus tiga; plasentasi aksial, tunggal; tangkai putik bercabang tiga. Begonia semperflorens Herba, tegak, perennial, tinggi 1.3 m, tanpa rhizoma. Batang hijau sampai merah, gundul saat dewasa, bercabang banyak, buku tidak menggembung. Daun penumpu gugur, bulat telur, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau sampai merah, gundul, cm; helai daun permukaan atas hijau mengkilat, permukaan bawah hijau, gundul, asimetris, membulat, x 5-9 cm, ujung tumpul, pangkal berlekuk asimetris, tepi bergigi, pertulangan menjari. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, bulat telur, 2-7 x mm, tepi begerigi dan berambut. Bunga jantan: tepal empat, putih sampai merah jambu, tepal luar membulat, 8-15 x 8-15 mm, tepal dalam bulat telur terbalik, x mm; benang sari 25-40, tersusun simetris, tangkai sari berlekatan. Bunga betina: brakteola persisten, segitiga, terletak 2 mm di bawah bakal buah, persisten, bulat telur terbalik, x cm, tepi berambut; tepal empat sampai lima, putih sampai merah, bulat telur, ellips atau bulat telur terbalik, 4-14 x 2-8 mm; bakal buah putih, hijau setelah matang, ellips, x cm, bersayap tiga, sayap terpanjang berada di atas tangkai putik, berlokus tiga; plasentasi aksial; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk spiral. Begonia maculata Herba, tegak, perennial, tinggi cm, tanpa rhizoma. Batang hijau, gundul, tidak bercabang, buku tidak menggembung. Daun penumpu persisten, seperti lidah, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau, gundul, 6-7 cm; helai daun permukaan atas hijau dengan bintik putih, permukaan bawah merah, gundul di kedua permukaan, asimetris, lanset, x 8-10 cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk asimetris, tepi bergelombang, pertulangan menjari. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk, terbatas; braktea gugur. Bunga jantan: brakteola persisten, dua, putih, bundar telur, x cm; tepal empat, putih, tepal luar dua, bundar telur, x cm, tepal dalam dua, ellips, x cm; benang sari 25-35, tersusun asimetris. Bunga betina: brakteola persisten, dua, merah muda, bulat telur, x cm; tepal lima, putih, tepal terluar dua, putih, bulat telur, x cm, tepal dalam dua, putih, bulat telur, x cm, tepal terdalam 1 putih, ellips, x cm; bakal buah bersayap tiga; plasentasi aksial; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk bulan sabit. Begonia Argenteo-Gutata Fanfare Herba, tegak, perenial, tinggi cm, bentuk seperti pohon, tanpa rhizoma. Batang hijau, gundul, bercabang, buku tidak menggembung. Daun penumpu persisten, bentuk segitiga sampai bulat telur 1-2 x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau, gundul, cm; helai daun permukaan atas hijau mengkilat, permukaan bawah merah, gundul di kedua permukaan, asimetris, lanset, 8-9 x 3-5 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk asimetris, tepi bergerigi, pertulangan menjari. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, dua, merah muda, bulat telur, 5-10 x 5-8 mm, tepi rata, gundul. Bunga jantan: brakteola gugur; tepal empat, merah, bundar telur, x cm; benang sari 15-20, tersusun simetris. Bunga betina: brakteola gugur; tepal empat, merah, bulat telur, x cm; bakal buah merah, bersayap tiga; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk bulan sabit. Begonia Orpha C. Fox Herba, tegak, perenial, tinggi tanaman cm, tanpa rhizoma. Batang hijau, gundul, bercabang, buku tidak menggembung. Daun penumpu persisten, seperti lidah, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun merah, gundul, 4-5 cm; helai daun permukaan atas hijau dengan bercak perak, permukaan bawah berwarna merah, gundul di kedua permukaan, asimetris, bentuk angel wing, 9-14 x 5-8 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk asimetris, tepi bergigi, pertulangan menjari. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; Bunga jantan:

4 5 tepal empat, merah muda, tepal luar dua, membulat, merah muda, x cm, tepal dalam dua, merah muda, bulat telur, x cm; benang sari 35-40, susunan kepala sari asimetris. Bunga betina: tepal lima, merah muda, tepal terluar dua, merah muda, membulat, x cm, tepal dalam satu, merah muda, membulat, x cm, tepal terdalam dua, merah muda, membulat, x cm; bakal buah bersayap tiga, berlokus tiga, plasentasi aksial, majemuk; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk bulan sabit. Begonia sp. 1 Herba, menjalar, perennial, tinggi cm, membentuk rhizoma. Rhizoma merah, berambut, tidak bercabang, buku tidak menggembung. Daun penumpu persisten, bentuk seperti lidah, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau, berambut, cm; helai daun permukaan atas hijau dengan tepi hitam, permukaan bawah hijau muda, berambut, asimetris, membulat, 9-14 x cm, ujung runcing, pangkal berlekuk asimetris, tepi bercangap menjari, pertulangan menjari. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, dua, hijau, x cm. Bunga jantan: brakteola gugur; tepal dua, merah muda, bulat telur, x cm, benang sari 20-25, tersusun asimetris. Bunga betina: brakteola gugur; tepal dua, merah muda, bulat telur, x cm; bakal buah hijau, bersayap tiga; plasentasi aksial. Begonia sp. 2 Herba, tegak, perennial, tinggi cm, membentuk rhizoma. Rhizoma hijau, berambut, tidak bercabang. Daun penumpu persisten, segitiga sampai ellips, 3-5 cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun hijau, berambut, cm; helai daun permukaan atas hijau, permukaan bawah merah, berambut di kedua permukaan, tekstur berkerut, asimetris, membulat, 9-11 x cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk asimetris, tepi bergerigi ganda, pertulangan menjari. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, bulat telur-ellips, x cm. Bunga jantan: brakteola gugur; tepal dua, putih, berambut di permukaan bawah, bulat telur, x cm; benang sari 20-30, tersusun simetris. Bunga betina: tepal dua, putih, berbulu di permukaan bawah, bulat telur, x 1-1.2; bakal buah hijau, bersayap tiga; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk bulan sabit. Begonia lepida Herba, tegak, tinggi cm, tanpa rhizoma. Batang cokelat, gundul, bercabang, buku tidak menggembung. Daun penumpu persisten, seperti lidah, x cm. Daun tunggal, berseling; tangkai daun cokelat, 1-3 cm; helai daun permukaan atas hijau tua, berambut, permukaan bawah hijau muda, gundul, asimetris, bulat telur, x cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk asimetris, tepi beringgit, pertulangan menyirip. Bunga aksilar, uniseksual, majemuk terbatas; braktea persisten, dua, bulat telur, x cm. Bunga jantan: tepal empat, merah muda, gundul, tepal luar bulat telur sampai membulat, 1-2 x cm, tepal dalam bulat telur terbalik sampai ellips, 2-3 x cm; benang sari 20-30, tersusun asimetris. Bunga betina: brakteola persisten, dua, merah muda; tepal empat, merah, gundul, bundar telur-ellips, 2-3 x cm; bakal buah merah, bersayap tiga; tangkai putik bercabang tiga, kepala putik bentuk bulan sabit. Analisis Hubungan Kekerabatan Berdasarkan Karakter Morfologi Tanaman Analisis hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi tanaman dilakukan menggunakan teknik hirarki kluster agglomerative dengan metode average linkage (between-group linkage) pada 31 karakter terpilih (Lampiran 1). Teknik hirarki kluster aglomerative berawal dari semua objek yang terpisah satu sama lain (pada jarak skala 0 banyaknya objek sama dengan banyaknya kluster). Pada setiap langkah dua kluster digabungkan, sehingga hanya satu kluster yang tersisa (Kaufman & Rousseeuw 1990). Metode linkage yang digunakan untuk pengelompokkan dalam analisis ini adalah average linkage (between group linkage). Metode ini memberikan hasil apabila dua kelompok digabungkan menurut jarak rata-rata semua pasangan anggota pada masing- masing himpunannya. Hasil analisis hubungan kekerabatan ditunjukkan dalam bentuk dendrogram. Cabang-cabang pada dendrogram menunjukkan masing-masing objek atau kluster. Cabang-cabang bergabung pada titik sepanjang sumbu jarak menyatakan tingkat penggabungan terjadi (Hartini 2004). Sumbu jarak menunjukkan kemiripan sifat yang dimiliki objek. Semakin kecil jarak penggabungan pada sumbu menunjukkan semakin besar kemiripan sifat yang dimiliki dan semakin dekat hubungan kekerabatannya.

5 6 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) Gambar 1 Sebelas spesies dan kultivar Begonia. (a) B. acetosa, (b) B. bowerae, (c) B. listada, (d) B. thelmae, (e) B. semperflorens, (f) B. maculata, (g) B. Argenteo-Gutata Fanfare, (h) B. Orpha C. Fox, (i) Begonia sp. 1, (j) Begonia sp. 2, dan (k) B. lepida.

6 7 Pada metode hirarki kluster tidak dapat ditentukan jumlah kluster yang akan dihasilkan dalam analisis. Nilai koefisien antar dua kluster yang berdekatan dapat digunakan untuk menentukan jumlah kluster yang paling baik yang dapat mewakili pengelompokkan dari data yang ada. Pembentukan kluster dapat dihentikan ketika ada peningkatan (untuk pengukuran jarak) atau penurunan (untuk pengukuran kemiripan) pada nilai koefisien yang besar antar dua penggabungan yang berdekatan (Aldenderfer & Blashfield 1984). Pada pengamatan hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi, nilai koefisien yang besar diamati pada jarak skala 16 dan 10. Kedua jarak ini dipilih sebagai titik untuk pengamatan pengelompokkan Begonia karena dianggap dapat mewakili pengelompokkan tanaman berdasarkan kekerabatan yang tidak terlalu dekat atau jauh. Empat kelompok tanaman diperoleh pada jarak skala kekerabatan 16 (Gambar 2). Kelompok pertama merupakan kelompok kekerabatan terbesar dengan anggota lima spesies yaitu B. maculata, B. thelmae, B. bowerae, B. listada, dan B. lepida, serta dua kultivar yaitu B. Orpha C. Fox dan B. Argenteo-Gutata Fanfare. Kelompok pertama disatukan karena memiliki 12 karakter yang sama yaitu daun penumpu persisten, tipe daun tunggal, kedudukan daun berseling, ujung daun meruncing, pangkal daun membulat asimetris, warna permukaan bawah daun hijau kehitaman, warna tulang daun permukaan atas kuning, warna tulang daun permukaan bawah kuning, tidak ada bercak daun, letak bunga aksilar, posisi bunga jantan dan betina dalam rangkaian terpisah, braktea persisten, dan susunan benang sari simetris. Kelompok kekerabatan tanaman kedua terdiri atas dua spesies yaitu B. acetosa dan Begonia sp. 2. Kelompok ini disatukan oleh 20 karakter yaitu pertumbuhan menjalar, memiliki rhizoma, tidak memiliki batang, tidak ada percabangan, stipula persisten, tipe daun tunggal, kedudukan daun berseling, bentuk daun membulat, pangkal daun membulat asimetris, tepi daun rata, warna permukaan bawah daun hijau kehitaman, terdapat rambut pada permukaan bawah daun, tidak ada bercak daun, letak bunga aksilar, posisi bunga jantan dan betina dalam rangkaian yang terpisah, braktea persisten, tepal bunga jantan empat, susunan benang sari simetris, kelamin bunga uniseksual, dan warna tepal bunga betina putih. Kelompok ketiga dan keempat masing-masing hanya terdiri atas satu spesies. Kelompok ketiga terdiri atas B. semperflorens dan kelompok keempat terdiri atas Begonia sp. 1. Kelompok pertama dan Gambar 2 Dendrogram hubungan kekerabatan 11 spesies dan kultivar Begonia berdasarkan karakter morfologi tanaman.

7 8 kedua memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Penggabungan kelompok ketiga dan keempat dengan kelompok pertama dan kedua pada jarak kekerabatan terjauh menunjukkan bahwa kemiripan sifat yang dimiliki antar kelompok kecil dan memiliki kekerabatan yang jauh. Analisis hubungan kekerabatan pada jarak skala yang lebih kecil yaitu pada jarak skala 10 menghasilkan kelompok kekerabatan yang lebih banyak (enam kelompok kekerabatan). Kelompok kekerabatan pertama terdiri atas dua spesies yaitu B. maculata dan B. thelmae, dan dua kultivar yaitu B. Orpha C. Fox dan B. Argenteo-Gutata Fanfare. Kelompok pertama disatukan oleh 15 karakter yaitu tipe pertumbuhan tegak, tidak memiliki rhizoma, memiliki batang, batang berwarna hijau, ada percabangan, stipula persisten, tipe daun tunggal, kedudukan daun berseling, pertulangan daun menjari, warna permukaan atas daun hijau, warna permukaan bawah daun hijau kemerahan, terdapat trikoma pada permukaan bawah daun, tulang daun permukaan bawah berwarna merah, letak bunga aksilar, dan posisi bunga jantan dan betina dalam rangkaian terpisah. Kelompok kekerabatan kedua hanya terdiri atas satu spesies yaitu B. bowerae. Kelompok ketiga terdiri atas dua spesies yaitu B. listada dan B. lepida. Kelompok ketiga memiliki 15 karakter yang sama yaitu tipe pertumbuhan tegak, tidak memiliki rhizoma, memiliki batang, ada percabangan, stipula persisten, tipe daun tunggal, kedudukan daun berseling, pangkal daun berlekuk asimetris, tepi daun beringgit, permukaan bawah daun berwarna hijau, terdapat trikoma pada permukaan bawah daun, tidak ada bercak daun, letak bunga aksilar, posisi bunga jantan dan betina dalam rangkaian terpisah, dan braktea persisten. Kelompok keempat terdiri atas dua spesies dan kultivar yaitu B. acetosa dan Begonia sp. 2. Kelompok kelima dan keenam masingmasing hanya terdiri atas satu spesies. Kelompok kelima terdiri atas B. semperflorens, sedangkan kelompok keenam terdiri atas Begonia sp. 1. Begonia semperflorens dan Begonia sp. 1 memiliki hubungan kekerabatan yang jauh dengan sembilan spesies dan kultivar lainnya dikarenakan kemiripan sifat yang kecil antara dua spesies ini dengan sembilan spesies dan kultivar lainnya. Pada analisis hubungan kekerabatan, apabila kelompok yang dihasilkan jumlahnya masih terlalu banyak, hal ini menunjukkan kurang efektifnya pengelompokan yang dilakukan. Pengelompokan yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan sebelum dilakukan pengelompokkan. Struktur Anatomi Daun Begonia Tipe Keberadaan Stomata Stomata hanya ditemukan pada permukaan bawah daun (abaksial) pada semua tanaman Begonia yang diamati. Hal ini sesuai dengan laporan Mauseth (1998) yang menjelaskan salah satu ciri khas Begonia adalah memiliki stomata hanya pada abaksial daun. Terdapat tiga tipe keberadaan stomata yaitu stomata tunggal, berkelompok, dan tunggalberkelompok pada satu permukaan daun (Gambar 3, Tabel 1). Keberadaan stomata tunggal terdapat pada B. thelmae, B. maculata, B. Argenteo-Gutata Fanfare, B. Orpha C. Fox, dan B. lepida. Stomata berkelompok terdapat pada B. acetosa, B. semperflorens, dan Begonia sp. 1. Keberadaan stomata tunggal-berkelompok terdapat pada Begonia sp. 2, B. bowerae, dan B. listada. Keberadaan stomata berkelompok (stomatal cluster) merupakan karakter yang tidak biasa dan terdapat terbatas pada beberapa tumbuhan tingkat tinggi. Stomata berkelompok dapat terdiri atas dua sampai enam stomata yang letaknya berdekatan dalam satu kelompok. Menurut Hoover (1986) yang meneliti karakteristik stomata dua spesies Begonia yang tumbuh pada habitat berbeda, menemukan ukuran stomata berkelompok yang lebih besar pada populasi Begonia yang tumbuh pada bebatuan di dekat air terjun dibandingkan populasi yang tumbuh di tanah. Ukuran stomata berkelompok yang lebih besar diduga berperan dalam konservasi air. Selain pada Begonia, stomata tunggal dan stomata berkelompok juga dapat ditemukan pada daun Cinnamomum camphora (Zhao et al. 2005). Spesies Begonia dengan pola stomata tunggal memiliki tipe stomata anisositik karena dikelilingi oleh tiga sel tetangga dengan ukuran berbeda dan salah satu sel tetangga berukuran lebih kecil dibandingkan dengan dua sel lainnya. Pada spesies dengan stomata berkelompok, setiap kelompok stomata dapat dikelilingi oleh enam sampai sepuluh sel tetangga. Menurut Sosef (1994) tipe stomata yang umum pada Begonia adalah helikositik dan dijelaskan lebih lanjut oleh Prabhakar (2004) bahwa tipe stomata helikositik merupakan sinonim dari tipe anisositik.

8 9 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) Gambar 3 Stomata 11 spesies dan kultivar Begonia. (a) B. maculata, (b) B. Argenteo-Gutata Fanfare, (c) B. thelmae, (d) B. Orpha C. Fox, (e) B. lepida, (f) B. acetosa, (g) B. semperflorens, (h) Begonia sp. 1, (i) B. bowerae, (j) B. listada, dan (k) Begonia sp. 2. ((a)-(e) : stomata tunggal, (f)-(h) : stomata berkelompok, (i)-(k) : stomata tunggal-berkelompok). Garis skala : 10 µm.

9 10 Tabel 1 Karakteristik stomata 11 spesies dan kultivar Begonia Ukuran stomata (µm)* Tipe Kerapatan stomata Spesies/Kultivar keberadaan (jumlah/mm²)* Panjang Lebar stomata B. acetosa 59.3± ± ±0.4 Berkelompok B. bowerae 59.1± ± ±0.5 Tunggalberkelompok B. listada 37.2± ± ±0.4 Tunggalberkelompok B. thelmae 67.0± ± ±0.4 Tunggal B. semperflorens 70.9± ± ±0.7 Berkelompok B. maculata 33.1± ± ±0.6 Tunggal B. Argenteo-Gutata 45.5± ± ±0.4 Tunggal Fanfare B. Orpha C. Fox 23.2± ± ±0.5 Tunggal Begonia sp ± ± ±0.3 Berkelompok Begonia sp ± ± ±0.2 Tunggalberkelompok B. lepida 43.0± ± ±0.4 Tunggal *Nilai rata-rata ± galat baku Ukuran Stomata Stomata 11 spesies dan kultivar Begonia yang diamati memiliki panjang berkisar antara µm dan lebar µm (Tabel 1). Ukuran stomata terbesar terdapat pada B. maculata dengan panjang 46.7 µm dan lebar 30.4 µm, sedangkan B. listada memiliki ukuran terkecil dengan panjang 35.0 µm dan lebar 22.9 µm. Stomata tunggal umumnya memiliki ukuran stomata lebih besar dibandingkan dengan stomata yang terdapat berkelompok. Kerapatan Stomata Nilai kerapatan stomata tertinggi terdapat pada Begonia sp. 1 yaitu 108.7/mm², sedangkan nilai terendah pada B. Orpha C. Fox (23.2/mm 2 ) (Tabel 1). Nilai kerapatan stomata dipengaruhi oleh besarnya ukuran stomata, semakin kecil ukuran stomata semakin besar nilai kerapatannya (Willmer 1983). Selain itu, tipe keberadaan stomata juga dapat mempengaruhi nilai kerapatan stomata. Stomata berkelompok akan memiliki nilai kerapatan yang lebih besar daripada stomata tunggal. Tebal Daun Berdasarkan irisan transversal, helai daun ke 11 spesies dan kultivar Begonia terdiri atas epidermis atas, hipodermis atas, mesofil, hipodermis bawah, dan epidermis bawah (Gambar 4). Begonia listada memiliki tebal daun paling besar yaitu µm, sedangkan tebal daun terkecil dimiliki oleh B. lepida yaitu µm (Gambar 5). Adanya perbedaan tebal daun ini diduga berhubungan dengan adaptasi spesies pada tempat tumbuhnya. Tebal daun (µm) Spesies dan kultivar Gambar 4 Tebal helai daun 11 spesies dan kultivar Begonia. Epidermis Daun Jaringan penyusun daun 11 spesies dan kultivar Begonia yang diamati terdiri atas satu lapis epidermis atas dan bawah, satu lapis hipodermis atas dan bawah dengan sel-sel yang berukuran besar, dan jaringan mesofil (Gambar 5). Beberapa jenis Begonia dapat memiliki epidermis berlapis (epidermis multiseriat) yang dapat berfungsi sebagai tempat menyimpan air (Neubauer 1967, diacu dalam Hoover 1986). Pada tanaman, hipodermis dapat muncul pada salah satu permukaan daun, kedua permukaan atau tidak terdapat pada kedua

10 11 (a) epidermis atas hipodermis atas palisade bunga karang hipodermis bawah epidermis bawah (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) Gambar 5 (k) Jaringan daun 11 spesies dan kultivar Begonia. (a) Begonia sp. 1, (b) B. acetosa, (c) B. bowerae, (d) B. listada, (e) B. thelmae, (f) B. semperflorens, (g) B. maculata, (h) B. Argenteo-Gutata Fanfare, (i) B. Orpha C. Fox, (j) Begonia sp. 2, (k) B. lepida. Garis skala = 10 µm.

11 12 Tebal jaringan penyusun daun (µm) permukaan daun. Hipodermis dari 11 spesies dan kultivar Begonia yang diamati ditemukan pada kedua permukaan daun, umumnya terdiri atas satu lapis sel berukuran besar yang terdapat di bawah lapisan epidermis. Tebal total epidermis dan hipodermis permukaan atas daun berkisar antara µm. Tebal total epidermis dan hipodermis permukaan atas terbesar terdapat pada B. listada dan terkecil pada B. lepida. Tebal total epidermis dan hipodermis permukaan bawah berkisar antara µm. Begonia sp. 1 memiliki tebal total epidermis dan hipodermis permukaan bawah terbesar dan B. lepida memiliki tebal total epidermis dan hipodermis terkecil (Gambar 6). Lapisan epidermis yang tebal diduga berhubungan dengan fungsi penyimpanan air Spesies dan kultivar Epidermis dan hipodermis atas Mesofil Epidermis dan hipodermis bawah Gambar 6 Tebal jaringan penyusun daun 11 spesies dan kultivar Begonia. Mesofil Daun Jaringan mesofil yang terdiferensiasi menjadi parenkima palisade dan bunga karang hanya terdapat pada 10 spesies dan kultivar Begonia yaitu B. acetosa, B. bowerae, B. thelmae, B. listada, B. semperflorens, B. maculata, B. Argenteo-Gutata Fanfare, B. Orpha C. Fox, Begonia sp. 1, dan Begonia sp. 2. Tebal mesofil ke sepuluh spesies dan kultivar ini berkisar antara µm. Tebal mesofil terkecil terdapat pada Begonia sp. 1 dan Begonia sp. 2, sedangkan tebal mesofil terbesar terdapat pada B. Argenteo- Gutata Fanfare. Jaringan mesofil umumnya terdiri atas jaringan parenkima fotosintetik yang terdiferensiasi menjadi parenkima palisade dan bunga karang (Fahn 1990). Jaringan palisade pada spesies dan kultivar Begonia yang diamati hanya terdapat pada bagian adaksial daun Menurut Fahn (1990) daun yang hanya memiliki jaringan palisade pada satu sisi disebut daun bifasial atau dorsiventral. Jaringan palisade terdiri atas satu lapis sel, umumnya berbentuk silindris. Sel palisade agak membulat ditemukan pada B. listada dan B. Orpha C. Fox. Berbeda dengan kesepuluh spesies dan kultivar Begonia, jaringan mesofil B. lepida tidak terdiferensiasi, tetapi tersusun atas selsel parenkima berbentuk membulat dengan ketebalan jaringan 65 µm. Hubungan Kekerabatan Berdasarkan Karakter Anatomi Daun Analisis hubungan kekerabatan 11 spesies dan kultivar Begonia dilakukan menggunakan sembilan karakter anatomi terpilih (Lampiran 2). Pengamatan hubungan kekerabatan berdasarkan karakter anatomi daun 11 spesies dan kultivar Begonia dilakukan pada skala jarak kekerabatan 16 dan 10. Analisis hubungan kekerabatan berdasarkan karakter anatomi daun pada skala jarak 16 menunjukkan adanya tiga kelompok kekerabatan tanaman (Gambar 7). Kelompok pertama merupakan kelompok kekerabatan terbesar yang terdiri atas lima spesies yaitu B. bowerae, B. semperflorens, B. thelmae, Begonia sp. 2, dan B. lepida. Kelompok pertama disatukan oleh empat karakter yaitu panjang stomata yang berkisar antara µm, tebal total epidermis dan hipodermis bagian atas daun berkisar antara µm, tebal mesofil daun berkisar antara µm, dan terdapat diferensiasi jaringan mesofil. Kelompok kedua terdiri atas satu spesies yaitu B. maculata, serta dua kultivar yaitu B. Argenteo-Gutata Fanfare, dan B. Orpha C. Fox. Kelompok kedua disatukan oleh tiga karakter yaitu memiliki stomata tunggal, tebal mesofil daun berkisar antara µm, dan terdapat diferensiasi mesofil daun. Kelompok kekerabatan ketiga terdiri atas tiga spesies yaitu B. acetosa, Begonia sp. 1, dan B. listada. Kelompok ini disatukan oleh dua karakter yaitu memiliki ukuran stomata berkisar antara µm dan terdapat diferensiasi jaringan mesofil daun. Pada jarak skala 16, kelompok pertama memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kelompok kedua dibandingkan dengan kelompok ketiga. Analisis hubungan kekerabatan pada jarak skala 10 menunjukkan adanya empat kelompok kekerabatan tanaman. Kelompok pertama terdiri atas lima spesies yaitu

12 13 Gambar 7 Dendrogram hubungan kekerabatan 11 spesies dan kultivar Begonia berdasarkan karakter anatomi daun B. bowerae, B. semperflorens, B. thelmae, Begonia sp. 2, dan B. lepida. Kelompok kekerabatan pertama memiliki empat karakter pemersatu yaitu ukuran panjang stomata berkisar µm, tebal total epidermis dan hipodermis bagian atas berkisar antara µm, tebal jaringan mesofil berkisar antara µm, dan terdapat diferensiasi jaringan mesofil daun. Kelompok kedua terdiri atas satu spesies yaitu B. maculata, serta dua kultivar yaitu B. Argenteo-Gutata Fanfare dan B. Orpha C. Fox. Kelompok kekerabatan kedua disatukan oleh tiga karakter yaitu memiliki stomata tunggal, tebal mesofil daun berkisar antara µm, dan terdapat diferensiasi jaringan mesofil daun. Kelompok ketiga terdiri atas dua tanaman yaitu B. acetosa dan Begonia sp. 1. Kelompok ketiga disatukan oleh karakter stomata tunggal-berkelompok, lebar stomata berkisar µm, dan terdapat diferensiasi jaringan mesofil daun. Kelompok keempat hanya terdapat satu spesies yaitu B. listada. Kelompok pertama memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kelompok kedua dibandingkan dengan kelompok ketiga dan keempat. Berdasarkan dendrogram hasil analisis hubungan kekerabatan sembilan karakter anatomi yang diamati, B. lepida yang merupakan Begonia alam tidak memisah dengan 10 spesies Begonia budidaya, dan memiliki kekerabatan yang dekat dengan B. thelmae dan Begonia sp. 2. Analisis Hubungan Kekerabatan Berdasarkan Karakter Morfologi Tanaman dan Struktur Anatomi Daun Analisis hubungan kekerabatan 11 spesies dan kultivar berdasarkan karakter morfologi tanaman dan struktur anatomi daun menggunakan 31 karakter morfologi dan sembilan karakter anatomi. Dendrogram hasil analisis kekerabatan 11 spesies dan kultivar Begonia pada jarak skala 16 menunjukkan empat kelompok kekerabatan tanaman (Gambar 8). Kelompok pertama terdiri atas dua kultivar yaitu B. Orpha C. Fox dan B. Argenteo-Gutata Fanfare, serta enam spesies yaitu B. maculata, B. semperflorens, B. lepida, B. thelmae, Begonia sp. 2, dan B. bowerae. Kelompok pertama disatukan oleh 18 karakter yang terdiri atas 17 karakter morfologi dan satu karakter anatomi (Lampiran 3). Kelompok pertama merupakan kelompok kekerabatan terbesar dibandingkan dengan tiga kelompok kekerabatan lainnya. Kelompok kedua, ketiga, dan keempat masing-masing hanya terdiri atas satu spesies. Kelompok kedua terdiri atas B. acetosa, kelompok ketiga terdiri atas B. listada, dan kelompok keempat terdiri atas Begonia sp. 1.

13 14 Gambar 8 Dendrogram hubungan kekerabatan 11 spesies dan kultivar Begonia berdasarkan karakter morfologi tanaman dan anatomi daun. Analisis pada jarak skala yang lebih kecil yaitu jarak 10 menunjukkan kelompok kekerabatan yang berbeda dengan pengelompokan yang lebih banyak. Pada skala 10 diperoleh enam kelompok kekerabatan. Kelompok pertama terdiri atas satu spesies yaitu B. maculata, serta dua kultivar yaitu B. Orpha C. Fox dan B. Argenteo-Gutata Fanfare. Kelompok kekerabatan pertama disatukan oleh 29 karakter, terdiri atas 25 karakter morfologi dan empat karakter anatomi. Kelompok kedua terdiri atas dua spesies yaitu B. lepida dan B. semperflorens. Kelompok kedua disatukan oleh 19 karakter yaitu 17 karakter morfologi dan dua karakter anatomi. Kelompok ketiga terdiri atas tiga spesies yaitu B. thelmae, B. bowerae, dan Begonia sp. 2. Kelompok ketiga disatukan oleh 17 karakter, terdiri atas 14 karakter morfologi dan tiga karakter anatomi. Kelompok keempat, kelima, dan keenam masing-masing terdiri atas satu spesies. Kelompok keempat terdiri atas B. acetosa, kelompok kelima terdiri atas B. listada, dan kelompok keenam terdiri atas Begonia sp. 1. Pada jarak skala 10 kelompok dua dan tiga memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat. Kedua kelompok ini memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kelompok satu dibandingkan dengan kelompok keempat, kelima, dan keenam. Berdasarkan dendrogram yang didapat diketahui bahwa B. lepida yang merupakan Begonia alam memiliki kekerabatan yang dekat dengan B. semperflorens. Begonia lepida diketahui memiliki banyak kesamaan karakter dengan Begonia budidaya yang diamati. Analisis hubungan kekerabatan 11 spesies dan kultivar Begonia berdasarkan karakter morfologi tanaman, anatomi daun, dan gabungan kedua karakter menghasilkan dendrogram yang berbeda. Perbedaan tampilan dendrogram dan pengelompokan tanaman dapat disebabkan oleh perbedaan pemilihan karakter atau sifat yang diamati. Pada umumnya dalam pengelompokkan tanaman digunakan gabungan karakter morfologi dan anatomi ataupun karakter tambahan lainnya yang dapat mengelompokkan atau memisahkan satu spesies dengan spesies lainnya. Pengelompokkan berdasarkan beberapa karakteristik akan membantu dalam memberikan deskripsi tanaman secara lengkap sehingga didapat kelompok-kelompok tanaman yang memiliki ciri khas sebagai pembeda. Pengelompokkan berdasarkan karakter anatomi dan morfologi telah dilakukan oleh Sosef (1994) pada studi hubungan filogenetik kelompok tanaman Begonia asal Afrika.

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN ANATOMI BEBERAPA SPESIES DAN KULTIVAR Begonia SERTA ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATANNYA DANIA RETNO WULANDARI

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN ANATOMI BEBERAPA SPESIES DAN KULTIVAR Begonia SERTA ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATANNYA DANIA RETNO WULANDARI KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN ANATOMI BEBERAPA SPESIES DAN KULTIVAR Begonia SERTA ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATANNYA DANIA RETNO WULANDARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN Pertemuan Ke-5 Bunga Buah Biji Daun Akar Batang AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka( Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN JARINGAN MERISTEM STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. CIRI-CIRI : 1.Dinding

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL dan dihitung status air medianya (Lampiran 1). Pengukuran kadar air relatif dilakukan dengan mengambil 1 potongan melingkar dari daun yang telah berkembang penuh (daun ke-3 dari atas) dengan diameter 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 1-9 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF BUAH GENDULA GENDULU (Breynia sp) DAN PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV Materi Pembelajaran Ringkasan Materi: Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV Berikut ini adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar kelas IV yaitu tentang bagian-bagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Menurut Setyosari (2010) penelitian deskriptif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan dengan cara memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Famili Cucurbitaceae merupakan salah satu anggota tumbuhan menjalar yang memiliki peran penting terutama dalam tumbuhan sayur. Anggota famili ini secara umum merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Kentang Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik

DUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik DUNIA TUMBUHAN Ciri-ciri tumbuhan : - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik - Beradaptasi terhadap lingkungan darat - Mempunyai pergiliran keturunan : - Generasi saprofit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI TANAMAN KEDELAI {Glycine max (L.) Merrill} Klasifikasi Verdcourt genus Glycine tdr 3 sub genera: Glycine Willd, Bracteata Verde, Soja (Moench) F.J. Herm. Subgenus Soja merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,

Lebih terperinci

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo' Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies

BAB I PENDAHULUAN. Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies tanaman yang berbeda dari bentuk morfologi daunnya ataupun buahnya. Tanaman dari genus Cucumis ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi morfologi Ipomoea batatas Lamk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi morfologi Ipomoea batatas Lamk. digilib.uns.ac.id 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Morfologi Ipomoea batatas Lamk. Karakterisasi morfologi Ipomoea batatas Lamk. dilakukan dengan mengamati organ tanaman seperti ubi, batang,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung pada bulan Agustus tahun 2015. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Tinggi Dosen Pengampu : Rabiatul Adawiyah, M.Pd KELOMPOK 6 Aulia Mahfuzah : 306.14.24.018 Megawati : 306.14.24.003

Lebih terperinci

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b).

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b). BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Gunung Merapi meletus pada tanggal 26 Oktober 2010. Letusan gunung ini mengeluarkan gas dan materi vulkanik. P2PL (2010) melaporkan bahwa letusan Gunung Merapi mengeluarkan berbagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI KELAS: VIII E KELOMPOK TIKUS NAMA ANGGOTA : I KADEK ANGGA PRIMANTARA PUTRA ( 1 ) NI PUTU BELDA KUSUMANING SRI DEWI ( 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's Lampiran. Hasil Karakterisasi tiap OTU's No. Parameter/ciri morfologi Karakterisasi 5 5 5 5 5 5 5 Lebar Kanopi (m) Tinggi Pohon (m) Bentuk Kanopi. m., -,0 m., m. m., -,0 m., m. Bulat. Oval. Abu-Abu Bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 di laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Lampiran 1 Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Daerah I TERBUKA (1180 1280 ) m dpl Ketin ggian Plot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Anatomi Batang Patah Tulang Pengamatan anatomi secara mikroskopis pada tanaman patah tulang dilakukan untuk melihat susunan sel penyusun organ tanaman.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN

POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN Daun merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat fotosintesis. Secara morfologi bentuk, ukuran serta struktur daun sangat bervariasi. Daun dapat berbentuk tunggal atau majemuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci