PENGARUH PERBEDAAN UMUR POHON INDUK TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN, KUALITAS, DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PERBEDAAN UMUR POHON INDUK TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN, KUALITAS, DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.)"

Transkripsi

1 PENGARUH PERBEDAAN UMUR POHON INDUK TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN, KUALITAS, DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) oleh Novita Fardilawati A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 i

2 PENGARUH PERBEDAAN UMUR POHON INDUK TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN, KUALITAS, DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor oleh Novita Fardilawati A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii

3 RINGKASAN NOVITA FARDILAWATI. Pengaruh Perbedaan Umur Pohon Induk Terhadap Karakter Morfologi Tanaman, Kualitas, dan Produksi Buah Pepaya (Carica papaya L.). Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan WILLY BAYUARDI SUWARNO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan morfologi, kualitas, dan produksi buah pepaya genotipe IPB 6C pada empat populasi yang berbeda. Populasi yang ada terbentuk berdasarkan perbedaan umur pohon induk yaitu pohon induk berumur 2, 3, 5, dan 6 tahun. Tiap populasi terdiri dari tiga ulangan dan masing-masing ulangan memiliki sepuluh tanaman yang diambil lima tanaman sebagai tanaman contoh. Pengamatan kualitas buah menggunakan tiga buah per tanaman contoh. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2007 sampai Pebruari 2008 bertempat di Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda, Cibalagung-Bogor. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila terdapat beda nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter yang diamati maka dilakukan uji korelasi. Hasil sidik ragam dari sebelas karakter yang diamati hanya tiga yang berbeda nyata, yaitu tinggi kedudukan buah pertama, panjang buah, dan bobot buah. Buah yang berasal dari pohon induk berumur lima tahun (populasi tiga) memiliki ukuran panjang dan bobot buah terbesar yaitu cm dan 1.94 kg. Hasil tersebut berbeda nyata dengan buah pada populasi satu (benih berasal dari pohon induk berumur dua tahun) yang menghasilkan buah dengan panjang dan bobot terendah yaitu cm dan 1.65 kg. Buah dari populasi tiga tidak berbeda nyata dengan buah pada populasi dua dan empat (benih berasal dari pohon induk berumur 3 dan 6 tahun) yang masing-masing memiliki ukuran panjang dan bobot buah sebesar cm dan 1.75 kg; cm dan 1.84 kg. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa perbedaan umur pohon induk tidak berpengaruh terhadap kualitas dan produksi buah serta sebagian besar karakter morfologi tanaman pepaya genotipe IPB 6C. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa deskripsi pepaya genotipe IPB 6C adalah sebagai berikut: (1) diameter buah antara cm, (2) tebal daging buah cm, (3) kekerasan buah mm/102.5 g/5 detik, (4) PTT sebesar o Brix, (5) edible portion %, (6) lama masa Simpan sekitar hari (± 3-4 hari), (7) jumlah biji per buah butir, dan (8) produksi buah selama 3 bulan sekitar kg/5 pohon atau setara dengan kg/pohon. Berdasarkan uji korelasi diketahui bahwa jumlah biji per buah berkorelasi dengan bobot buah, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, dan produksi buah. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu kriteria dalam seleksi buah untuk keperluan produksi benih dapat dilihat dari ukuran buah. Semakin besar ukuran buah maka diharapkan semakin banyak benih yang dapat dihasilkan. iii

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : PENGARUH PERBEDAAN UMUR POHON INDUK TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN, KUALITAS, DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) : Novita Fardilawati : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Willy Bayuardi Suwarno, SP. MSi NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP Tanggal Lulus :..... iv

5 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 08 Nopember 1985 di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah Bapak Dede Somantri dan Ibu Ecin Kuraesin. Penulis tinggal di Jalan Serma Muchtar No. 109 Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara. Penulis lulus dari TK Kemala Bhayangkari Sumedang pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan formal di SD Negeri Panyingkiran 1 Sumedang dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Sumedang dan lulus pada tahun Pendidikan selanjutnya yang ditempuh penulis adalah SMU Negeri 1 Sumedang serta berhasil lulus tahun Selama menjadi siswi di SMU Negeri 1 Sumedang penulis aktif dalam organisasi Kelompok Ilmiah Remaja ADINIRA (KIR ADINIRA). Penulis diterima di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor (PMTTB IPB) melalui jalur SPMB pada tahun Semasa kuliah penulis aktif di organisasi daerah Wadah Pelajar Mahasiswa Lingga (WAPEMALA) Sumedang. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. v

6 vi KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul Pengaruh Perbedaan Umur Pohon Induk terhadap Karakter Morfologi, Kualitas, dan Produksi Buah Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Buah Buahan Tropika (PKBT). Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk membuktikan secara sistematis mengenai asumsi para petani yang beranggapan bahwa umur pohon induk yang akan dijadikan sumber benih dapat berpengaruh terhadap keragaan morfologi tanaman, kualitas, dan produksi buah yang dihasilkan pada generasi berikutnya. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS dan Willy Bayuardi Suwarno, SP. MSi. Yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta dan saudaraku (Teh Asi dan Icko) atas segala do a dan dukungannya selama ini, 2. Ir. Baran Wirawan, MSc. selaku dosen pembimbing akademik, 3. Dr. Muhamad Syukur, SP. MSi. sebagai ketua Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, 4. Dr. Desta Wirnas, SP. MSi. sebagai dosen penguji, 5. Staf pengajar Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih atas semua ilmu dan bimbingannya, 6. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) atas bantuan dana dan fasilitas selama penulis melaksanakan penelitian, 7. Bapak Baesuni dan petugas Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda, 8. Punk, Nini, K Cici, T Mawie dan M Sita yang selalu berbagi pengalaman, 9. K Amir yang selalu berkomentar dan memberi semangat, 10. Q_Family (Yuni, Ryan, Rika, Rahmasy, Nene, isa, Tulang, N cuse, Imenk, Arfan) atas persahabatan dalam perbedaan, 11. La_Sapie dan Edel z Crew atas semua bantuan serta dukungannya, 12. Team Begawat 07 (Krish, Abi, Mege, Lenny, Tri, Eka), vi

7 13. Teman-teman Pemulia Tanaman & Teknolog Benih 41 atas kegembiraan dan kekompakannya selama hampir empat tahun ini, dan 14. Semua pihak yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis juga bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2008 Penulis vii

8 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Tanaman Pepaya... 4 Syarat Tumbuh... 5 Pemuliaan Tanaman Pepaya... 5 Kualitas Buah Pepaya... 6 Umur Pohon Induk... 8 BAHAN DAN METODE... 9 Waktu dan Tempat... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakter Kuantitatif Vegetatif Tanaman Pepaya Genotipe IPB 6C Karakter Kuantitatif Buah Pepaya Genotipe IPB 6C Karakter Kualitatif Buah Pepaya Genotipe IPB 6C Korelasi Antar Karakter KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Mutu Buah Pepaya Malang Berdasarkan Beberapa Kriteria Mutu Buah Pepaya Malang Berdasarkan Bobot Buah Data Curah Hujan dan Jumlah Buah Abnormal yang Dipanen Rekapitulasi Nilai Uji F dan Koefisien Keragaman Beberapa Karakter Kuantitatif pada Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C Nilai Tengah Tinggi Kedudukan Buah Pertama dan Diameter Batang pada Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C Nilai Tengah Panjang, Bobot, Diameter, Tebal Daging, dan Produksi Buah Pepaya Genotipe IPB 6C pada Empat Populasi Nilai Tengah PTT, Edible Portion, Lama Masa Simpan, Kekerasan Buah, dan Jumlah Biji per Buah Hasil Uji Korelasi pada Beberapa Karakter Pengamatan Kuantitatif dan Kualitas Buah Pepaya genotipe IPB 6C Lampiran 1. Data Ekspor Buah Pepaya Tahun Hasil Uji F Karakter Vegetatif dan Generatif Beberapa Karakter Kuantitatif pada Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C ix

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C Buah Pepaya Genotipe IPB 6C (a). Buah Abnormal, (b) Buah Normal Kulit Buah Masak dan Daging Buah Pepaya Genotipe IPB 6C Lampiran 1. Permukaan Kulit Buah Pepaya Genotipe IPB 6C (a) Mengalami Pelukaan, (b) Buah yang Terserang Penyakit Embun Tepung (a) dan (b) Kulit Buah Pepaya Genotipe IPB 6C yang Terserang Rhizopus dan Fusarium, (c) Bercak Kebasahan pada Permukaan Kulit, (d) Buah yang Terserang Phytophthora Daging Buah Pepaya yang Terserang Antraknosa Busuk Buah yang Ditemui pada Buah Sewaktu di Pohon x

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman buah tropika yang memiliki banyak kegunaan dan potensi untuk terus dikembangkan terutama dalam bidang industri, makanan dan farmasi. Pepaya banyak diusahakan untuk keperluan konsumsi buah segar dan industri makanan kaleng serta sebagai bahan tambahan dalam saus tomat (Setyobudi dan Purnomo, 1999). Pepaya dikembangkan pula untuk diambil getahnya. Getah pepaya mengandung enzim proteolitik atau enzim pemecah protein, dikenal dengan sebutan papain yang biasa digunakan sebagai pelunak daging, menghilangkan perekat pada sutera, melembutkan wol, dan lain sebagainya. Pepaya juga mengandung karpaina, yaitu senyawa alkaloid yang dapat digunakan untuk mengurangi gangguan jantung, anti amuba, dan peluruh kencing (PKBT, 2004). Di Indonesia tanaman pepaya sudah menjadi tanaman pekarangan karena mudah dalam perawatan dan pemeliharaannya. Sentra produksi utama buah pepaya di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2005) berada di daerah Jawa Timur (Kabupaten Malang, Kediri, dan Banyuwangi), Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi, Bogor, dan Bandung), Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali, Wonogiri, Magelang, dan Yogyakarta), Sulawesi Selatan (Toraja), Sumatera Utara, Lampung Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Bali (Kabupaten Buleleng, Karangasem, dan Badung). Menurut Prihatman (2000) buah pepaya memiliki prospek ekspor cukup cerah terutama untuk memenuhi permintaan dari negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan Swedia yang mencapai ton/tahun. Kalie (2005) mengemukakan bahwa Indonesia telah mengekspor buah pepaya ke beberapa negara seperti Singapura, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Perancis, dan Belanda walaupun dalam jumlah yang relatif sedikit. Rata-rata volume ekspor buah pepaya dari tahun sekitar kg, sedangkan rata-rata nilai ekspor tahun sekitar US$ (Deptan, 2007). Volume dan nilai ekspor tersebut tidak memberikan gambaran yang cukup menggembirakan karena tiap tahunnya sangat berfluktuasi seperti yang terlihat pada Tabel Lampiran 1. Kondisi ekspor buah pepaya yang fluktuatif ini menurut Ashari (2006) disebabkan oleh jumlah buah yang labil, kualitas buah belum sesuai standar pasar Internasional, dan tidak adanya kontinuitas pengiriman.

12 2 Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan berbagai kegiatan penelitian yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan kualitas buah pepaya. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Varietas unggul pepaya dihasilkan melalui kegiatan pemuliaan tanaman yang tahapannya antara lain melalui kegiatan karakterisasi dan seleksi. Penentuan pohon induk merupakan tahap awal sebelum dilakukan karakterisasi dan seleksi. Kondisi pohon induk yang baik dan sehat diharapkan mampu menghasilkan benih dengan kualitas baik. Berdasarkan hasil survey Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT, 2005; 2006) umumnya petani pepaya menganggap umur pohon induk yang akan dijadikan sumber benih dapat mempengaruhi keragaan tanaman, kualitas, dan produksi buah yang dihasilkan pada generasi berikutnya sehingga petani hanya menggunakan benih dari pohon induk yang berumur lebih dari satu tahun. Oleh karena itu, hal ini perlu dilakukan pembuktian melalui kajian yang sistematis. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat-IPB (PKBT, LPPM-IPB) telah melakukan serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas buah pepaya. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PKBT-IPB adalah seleksi pohon induk berdasarkan umur atau tingkat kedewasaan untuk mengetahui kualitas benih dan tanaman pepaya yang dihasilkan. Penggunaan pohon induk yang unggul, benar varietas atau kultivarnya merupakan jaminan keberhasilan untuk mendapatkan benih pepaya yang berkualitas (PKBT, 2005; 2006). Dampak positif dari penggunaan benih pepaya yang terjamin kualitasnya diharapkan mampu mengatasi kendala utama dalam usaha tani pepaya yaitu produktivitas dan kualitas buah yang masih tergolong rendah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan morfologi tanaman, kualitas, dan produksi buah empat populasi tanaman pepaya genotipe IPB 6C berdasarkan umur pohon induk.

13 3 Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat perbedaan keragaan morfologi tanaman, kualitas, dan produksi buah pada keturunan berikutnya yang disebabkan oleh perbedaan umur pohon induk.

14 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pepaya Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko Selatan dan Amerika Selatan bagian utara. Secara alami tanaman pepaya berasal dari persilangan yang melibatkan Carica peltata Hook & Arn (Villegas, 1997). Tanaman pepaya termasuk dalam famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan Cyliocomorpha. Menurut Nakasone dan Paull (1998), genus Carica diketahui memiliki 21 spesies salah satunya adalah Carica papaya. Tanaman pepaya banyak ditanam di daerah tropis walaupun sebenarnya dapat tumbuh di daerah sub-tropis. Di daerah Dieng, Wonosobo terdapat jenis pepaya liar yaitu Carica montana dan Carica moniaca (Ashari, 1995). Pepaya merupakan tanaman perdu yang semua bagiannya mengandung getah (Samson, 1980). Buah pepaya tergolong ke dalam tipe buah buni, yaitu karakteristik buahnya antara lain memiliki kulit luar yang tipis, daging buah tebal dengan rongga besar di tengah, dan berasal dari bakal buah yang menumpang. Tanaman pepaya memiliki daun yang tersusun spiral melingkari batang, bersifat dioecious, dan pada umumnya batang tidak bercabang. Tanaman pepaya memiliki tiga macam bunga, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit (Villegas, 1997). Ketiga tipe bunga ini biasanya terdapat pada pohon yang berbeda. Bunga jantan adalah bunga yang hanya memiliki benang sari. Ovarium atau bakal buah mengalami rudimenter sehingga tidak menghasilkan buah. Bunga jantan berbentuk tabung ramping, panjangnya sekitar 2.5 cm, memiliki lima helai mahkota bunga berukuran kecil, dan memiliki 10 benang sari yang melekat pada leher tabung (Kalie, 2005). Pepaya jantan dikenal juga dengan sebutan pepaya Gantung. Ashari (1995) menjelaskan bahwa bunga betina tanaman pepaya bersifat uniseksual dengan kepala putik yang fungsional. Bunga betina berukuran agak besar dengan bakal buah membulat. Kalie (2005) menambahkan bahwa bunga ini memiliki lima pistillum (putik) yang membentuk alur pada buah. Bunga sempurna atau bunga hermaprodit bersifat biseksual. Ashari (1995) menjelaskan bahwa bunga hermaprodit dapat dibedakan menjadi empat jenis bunga, yaitu :

15 5 1. Hermaprodit elongata, yaitu bunga dengan tangkai putik panjang dan berkembang menjadi buah yang memanjang dengan 10 bunga jantan muncul pada bagian dalam mahkota bunga 2. Hermaprodit pentandria, yaitu bunga dengan bakal buah yang berbentuk lonjong dan berkembang menjadi lima sisi buah yang menonjol serta lima bunga jantan terletak pada dasar bakal buah 3. Hermaprodit intermedia, yaitu bunga dengan beberapa bunga jantan (2-10 bunga) telah berubah bentuk begitu pula bunga betinanya sehingga menghasilkan buah yang tidak beraturan (carpelloid) 4. Hermaprodit rudimenter, yaitu bunga hermaprodit dimana putik dan bakal buahnya tidak berkembang sempurna sehingga hanya terdapat alat kelamin jantan saja. Syarat Tumbuh Samson (1980) dan Ashari (1995) menjelaskan bahwa suhu minimum dimana tanaman pepaya dapat tumbuh adalah sekitar 15 o C, pada suhu yang lebih rendah tanaman dapat mati akibat embun es (frost). Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman pepaya sekitar o C dengan kisaran curah hujan mm/tahun. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai pada ketinggian 700 m dpl. Pepaya sangat sesuai ditanam pada tanah yang subur, bertekstur remah (gembur), memiliki drainase baik, dan ph tanah sekitar 6-7 (netral). Villegas (1997) menjelaskan bahwa tanaman pepaya dapat tumbuh baik pada tanah yang ringan, mudah dikeringkan, dan kaya bahan organik. Tanaman pepaya memiliki tingkat toleransi yang tinggi pada berbagai macam tanah. Kondisi pertanaman dengan drainase buruk akan menimbulkan genangan sehingga dapat menyebabkan tanaman layu dan kemudian mati. Pemuliaan Tanaman Pepaya Kegiatan pemuliaan tanaman pada umumnya memiliki tujuan untuk mendapatkan genotipe-genotipe unggul yang berdaya hasil tinggi dengan sifatsifat yang superior. Genotipe-genotipe hasil kegiatan pemuliaan tanaman diarahkan agar mempunyai ketahanan terhadap lingkungan ekstrim atau bercekaman, baik itu cekaman biotik seperti hama dan penyakit, maupun cekaman abiotik seperti kekeringan dan salinitas lahan. Menurut Sulistyo (2002)

16 6 dan PKBT (2004) kendala-kendala yang ditemui dalam budidaya pepaya antara lain produktivitas yang rendah, ukuran buah kurang sesuai harapan, terbatasnya varietas unggul yang berumur genjah dan berperawakan pendek, dan kemampuan adaptasi yang rendah terhadap cekaman lingkungan. Oleh karena itu, pembentukan varietas unggul pepaya lebih diarahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sunarjono (2003) menambahkan, varietas unggul pepaya harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya produksi tinggi tanpa dipengaruhi perubahan iklim, daging buah tebal, dan buahnya noncarpelloid. Sesuai dengan tujuan pemuliaan tanaman secara umum, kegiatan pemuliaan pada tanaman pepaya juga ditujukan untuk mendapatkan varietasvarietas unggul. Definisi varietas unggul pepaya menurut PKBT (2004) dan Kalie (2005) adalah pohonnya rendah, kuat, cepat menghasilkan, tahan terhadap hama dan penyakit, produksi buah tinggi, memiliki bentuk dan ukuran yang seragam, dan tahan selama dalam proses pengangkutan. Pepaya umumnya diperbanyak dengan menggunakan benih (Samson, 1980; Aquilizan, 1987). Oleh karena itu, pemilihan pohon induk yang akan dijadikan tetua menjadi langkah awal yang penting. Pohon induk yang akan dijadikan tetua harus memiliki sifat unggul yang diinginkan (PKBT, 2004). Saat ini, kegiatan pemuliaan tanaman di PKBT dalam rangka pengembangan varietas pepaya meliputi lima program, yaitu pemantapan koleksi plasma nutfah, pengembangan varietas unggul, studi ketahanan terhadap penyakit, analisis pewarisan sifat, dan studi DNA marker (penanda DNA) untuk penentu kelamin (PKBT, 2005). Kualitas Buah Pepaya Buah pepaya memiliki ciri-ciri yang khas seperti kulit buah yang tipis, daging buah tebal, lunak, dan berwarna kuning atau merah. Rasanya manis menyegarkan karena memiliki kandungan air yang tinggi dan nilai padatan terlarut total (PTT) sekitar 9 12 o Brix. Tanaman pepaya mengandung banyak provitamin A, vitamin C, dan mineral kalsium (Samson, 1980; Kalie, 2005). Buah pepaya memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga kualitas buah menjadi sangat penting dalam produksi dan pemasaran buah pepaya. Buah pepaya untuk keperluan ekspor atau pasar swalayan biasanya memiliki standar mutu tertentu. Mardiana (2003) menjelaskan bahwa kualitas buah secara keseluruhan dapat diukur melalui penampilan luar, tekstur, rasa, dan keamanan

17 7 bagi konsumen. Rosa (2004) menambahkan bahwa standar mutu buah pepaya di Indonesia mengacu pada Standar Mutu Nasional (SNI) No khusus untuk pepaya Malang seperti pada Tabel 1 dan 2. Standar mutu ini hanya berlaku untuk buah pepaya dengan ukuran sedang hingga besar, sedangkan untuk buah pepaya berukuran kecil memiliki standar mutu yang berbeda. Tabel 1. Mutu Buah Pepaya Malang Berdasarkan Beberapa Kriteria Spesifikasi Mutu I Mutu II Mutu III 3 strip 2-3 strip 1 strip 1. Tingkat ketuaan (jumlah strip jingga) 2. Kebenaran kultivar 3. Ukuran berat 4. Bentuk 5. Buah cacat dan busuk 6. Kadar kotoran 7. Ada tidaknya serangga 8. Tingkat keseragaman Benar 97% Seragam 97% Seragam 97% 0% 0% 0% Segar 100% Benar 95% Seragam 95% Seragam 95% 0% 0% 0% Segar > 25% Benar 90% Seragam 90% Seragam 90% 0% 0% 0% Segar < 25% Tabel 2. Mutu Buah Pepaya Malang Berdasarkan Bobot Buah Kelas A B C D Bobot Buah (kg) < 1.5 atau > 3 Faktor yang mempengaruhi kualitas buah segar adalah genetik dan lingkungan. Tanaman pepaya memiliki interaksi nyata antara faktor genetik dan lingkungan (G x E). Interaksi tersebut telah diketahui berpengaruh nyata terhadap produksi dan kualitas buah (Nakasone dan Paull, 1999). Muttaqin (2003) menyebutkan bahwa pada tanaman dioecious, perubahan suhu lingkungan tumbuh pepaya akan berpengaruh terhadap perubahan buah dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penampilan tanaman pepaya itu sendiri. Kalie (2005) menambahkan bahwa banyaknya jumlah bunga dan buah yang gugur, fruitset, serta terjadinya bunga steril dan buah karpeloid, selain mempengaruhi produksi buah per tanaman juga berpengaruh terhadap kualitas buah yang dihasilkan.

18 8 Umur Pohon Induk Umur pohon induk merupakan salah satu hal yang harus mendapat perhatian dalam usaha budidaya buah-buahan baik yang diperbanyak secara vegetatif maupun secara generatif. Pohon induk yang unggul, benar varietas atau kultivarnya merupakan jaminan keberhasilan untuk mendapatkan benih pepaya yang berkualitas (PKBT, 2005; 2006). Menurut Tohir (1981) dan Kalie (2005) pada usaha budidaya pepaya, benih yang digunakan harus berasal dari pohon induk yang telah dewasa agar diperoleh tanaman pepaya yang sesuai harapan. Penelitian mengenai umur pohon induk belum banyak dilakukan sehingga belum dapat diketahui dengan pasti umur pohon induk yang optimum. Berdasarkan laporan PKBT (2005, 2006) petani pada umumnya menggunakan benih pepaya yang berasal dari pohon induk berumur lebih dari satu tahun, karena menurut pengalaman mereka dapat menghasilkan tanaman pepaya yang tumbuh baik. Kalie (2005) menyatakan bahwa tanaman pepaya dapat tumbuh hingga umur 25 tahun lebih dengan tinggi mencapai 5-10 meter. Tanaman yang sudah terlalu tua akan menghasilkan buah dengan kualitas dan kuantitas kurang baik serta kondisi tanaman yang sudah terlalu tinggi akan menyulitkan dalam proses pemanenan. Oleh karena itu, umumnya petani membudidayakan tanaman pepaya hanya sampai empat tahun.

19 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2007 sampai dengan Pebruari 2008, berlokasi di Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda, Bogor, Jawa Barat. Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda berada pada ketinggian tempat ± 250 m dpl. Bahan dan Alat Materi genetik yang digunakan adalah empat populasi pepaya genotipe IPB 6C. Pepaya ini tergolong pepaya tipe sedang yang dikembangkan oleh PKBT-IPB. Populasi pepaya genotipe IPB 6C yang digunakan berasal dari hasil pemurnian pepaya asal Cibodas, Sukabumi. Populasi ini dibedakan atas empat umur pohon induk, yaitu : 1. Populasi 1, benih berasal dari pohon induk berumur dua tahun, 2. Populasi 2, benih berasal dari pohon induk berumur tiga tahun, 3. Populasi 3, benih berasal dari pohon induk berumur lima tahun, dan 4. Populasi 4, benih berasal dari pohon induk berumur enam tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, hand refractometer, hand penetrometer, meteran, jangka sorong, dan alat lainnya. Metode Penelitian Keempat populasi pepaya genotipe IPB 6C yang digunakan ditanam pada waktu dan lokasi yang sama menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan tiga ulangan yang ditempatkan secara acak. Tiap satuan percobaan terdiri dari sepuluh tanaman, diambil lima tanaman secara acak sebagai tanaman contoh. Setiap tanaman contoh diambil tiga buah/tanaman untuk analisis kualitas buah. Model rancangan kelompok lengkap teracak yang digunakan adalah : Keterangan lambang : Y ij = µ + a i + b j + E ij Y ij = nilai pengamatan pada umur pohon induk ke-i, ulangan ke-j µ = rataan umum a i = pengaruh umur pohon induk ke-i (i = 1, 2, 3, 4) b j = pengaruh ulangan ke-j (j = 1, 2, 3) E ij = pengaruh galat percobaan umur pohon induk ke-i, ulangan ke-j

20 10 Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur pohon induk terhadap karakter yang diamati. Apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara umur pohon induk yang diuji maka dilakukan uji lanjut menggunakan metode Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%. Untuk mengetahui keeratan hubungan antar peubah maka dilakukan uji korelasi. Besarnya nilai korelasi dihitung dengan software Minitab 13 atau dapat dihitung berdasarkan rumus di berikut ini (Gomez & Gomez, 1995): Keterangan lambang : r : koefisien korelasi x : peubah x y : peubah y n : jumlah pasang pengamatan Pelaksanaan Penelitian Pengamatan meliputi kondisi umum kebun dan kondisi tanaman pepaya. Keterangan mengenai kondisi umum kebun mencakup luas lahan, jarak tanam yang digunakan, umur tanaman pada saat diamati, ketinggian tempat, curah hujan, suhu, kelembaban, dan ph tanah. Pengamatan terhadap kondisi tanaman pepaya mencakup karakter kualitatif dan kuantitatif pada peubah vegetatif dan kualitas buah. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang telah dewasa yang berumur sekitar 27 bulan setelah tanam (BST). Pemanenan buah dilakukan setiap 10 hari sekali pada buah yang memiliki semburat kira-kira 20-25% kemudian disimpan pada suhu ruang o C hingga semburat menjadi 75-85% (layak untuk dikonsumsi). Buah yang diamati adalah buah yang berasal dari pohon hermaprodit. Pengamatan kondisi tanaman merujuk pada buku Descriptors for Papaya yang diterbitkan oleh International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) tahun Peubah-peubah yang diamati adalah :

21 11 1. Pengamatan Vegetatif Tanaman a. Tinggi kedudukan buah pertama (cm). Diukur dari permukaan tanah hingga bekas panen pertama yang ditandai dengan adanya lekukan agak dalam pada batang. b. Diameter batang (cm). Diukur 10 cm dari permukaan tanah melalui pengukuran lingkar batang yang dikonversi menggunakan rumus keliling lingkaran (K = ð d, ð = 3.14). 2. Pengamatan Kualitas Buah Karakter Kuantitatif Buah a. Panjang buah (cm). Diukur dari pangkal sampai ujung buah. b. Diameter buah (cm). Buah dibelah menjadi empat bagian kemudian diukur pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. Data yang digunakan adalah data rata-rata dari ketiga posisi tersebut. c. Tebal daging buah (cm). Diukur pada potongan buah bagian tengah dan diambil sisi bintang yang paling tebal. d. Kekerasan buah (mm/102.5 g/5 detik). Diukur menggunakan penetrometer Stanhope Setamatic. Pengukuran dilakukan pada sembilan titik yaitu pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah masing-masing tiga titik yang berbeda. e. Padatan terlarut total (PTT) ( o Brix). Diukur menggunakan hand refractometer dengan cara mengambil sari buah pada bagian ujung, tengah, dan pangkal daging buah. f. Jumlah biji per buah (butir). Biji yang dihitung adalah biji yang telah berkembang sempurna yaitu biji yang berwarna gelap dan keras. g. Bobot buah (kg). h. Lama masa Simpan (hari). Dihitung sejak buah dipanen hingga mencapai semburat %. i. Edible portion (%). Dihitung dengan cara menimbang buah yang telah dikupas. j. Produksi (kg/5 pohon). Buah yang dipanen selama tiga bulan.

22 12 Karakter Kualitatif Buah k. Warna kulit buah muda. Warna kulit buah muda menurut IBPGR (1988) dibedakan atas: yellow, light green, dan green. l. Warna kulit buah masak. Warna kulit buah masak menurut IBPGR (1988) dibedakan atas: yellow, deep yellow to orange, red/purple, yellowish green, dan green. m. Warna daging buah masak. Warna daging buah masak dikategorikan menjadi kuning, oranye, jingga, dan merah.

23 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kebun percobaan Pasir Kuda berada pada ketinggian tempat ± 250 m dpl dengan ph tanah 6 7, rata-rata suhu harian o C, kelembaban relatif (RH) 77-90%. Curah hujan pada Nopember 2007 sampai Pebruari 2008 berkisar pada mm/bulan (sumber: BMG, Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi, Darmaga-Bogor). Populasi pepaya genotipe IPB 6C ditanam pada lahan dengan ukuran seluas 68 m x 12 m menggunakan jarak tanam 2 m x 3 m. Secara umum kondisi tinggi tanaman empat populasi pepaya genotipe IPB 6C pada 27 BST relatif seragam dan kondisi pertanaman bagus (Gambar 1). Gambar 1. Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C Pada awal bulan Desember 2007, didapatkan beberapa pohon pepaya yang diamati menghasilkan buah dengan bentuk abnormal. Buah tersebut memiliki benjolan pada permukaannya seperti terlihat pada Gambar 2.(a), sedangkan buah pepaya genotipe IPB 6C normal dapat dilihat pada Gambar

24 14 2.(b). Kondisi buah abnormal tersebut diduga disebabkan oleh tiga hal, pertama karena kekurangan unsur Boron, kedua karena penyakit, dan penyebab ketiga karena curah hujan yang berfluktuasi. Perkembangan buah pepaya genotipe IPB 6C dari sejak antesis hingga panen rata-rata memerlukan waktu sekitar hari. Oleh karena itu, ketiga asumsi tentang penyebab buah abnormal ini masih perlu dipelajari lebih lanjut khususnya pengaruh curah hujan terhadap perkembangan buah. Data curah hujan dan jumlah buah abnormal yang ditemukan selama penelitian disajikan pada Tabel 3. (a) (b) Gambar 2. Buah Pepaya Genotipe IPB 6C (a) Buah Abnormal, (b) Buah Normal Tabel 3. Data Curah Hujan dan Jumlah Buah Abnormal yang Dipanen Bulan Curah Hujan Jumlah Jumlah Jumlah Buah (mm/bln) Hari Hujan Buah Abnormal Nopember Desember Januari Pebruari Sumber : BMG, Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi, Darmaga-Bogor Selama buah berada dalam penyimpanan, terdapat serangan beberapa cendawan penyebab busuk buah diantaranya adalah Fusarium sp., Rhizopus sp., Colletotrichum sp., Phytophthora sp. Disamping itu, terdapat beberapa jenis

25 15 cendawan yang tidak teridentifikasi karena gejala serangan yang kompleks (Gambar Lampiran 1, 2, dan 3). Penyakit busuk buah pada pepaya genotipe IPB 6C juga terjadi selama buah masih berada di pohon. Serangan cendawan penyebab busuk buah ini biasanya diawali dengan pelukaan pada permukaan kulit buah baik oleh serangga maupun kelelawar. Kulit buah yang terluka lebih mudah terinfeksi oleh cendawan dan bakteri. Kondisi buah yang mengalami busuk buah sewaktu di pohon dapat dilihat pada Gambar Lampiran 4. Karakter Kuantitatif Hasil uji F menunjukkan perbedaan nyata pada karakter tinggi kedudukan buah pertama, panjang buah, dan bobot buah. Hasil analisis uji F untuk karakterkarakter kuantitatif yang diamati selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam dan koefisien keragaman untuk karakter-karakter yang diamati disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Uji F dan Koefisien Keragaman Beberapa Karakter Kuantitatif pada Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C Peubah F hitung kk (%) 1. Tinggi Kedudukan Buah Pertama 5.45 * Diameter Batang 2.03 tn Panjang Buah 4.77 * Bobot Buah 4.91 * Diameter Buah 0.64 tn Tebal Daging Buah 2.65 tn Kekerasan Buah 0.29 tn Padatan Terlarut Total 1.35 tn Jumlah Biji per Buah 2.05 tn Edible Portion 1.14 tn Lama Masa Simpan 0.33 tn Produksi 1.44 tn Keterangan : *) berbeda nyata, tn ) tidak berbeda nyata Vegetatif Tanaman Pepaya Genotipe IPB 6C Hasil sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata diantara karakter tinggi kedudukan buah pertama pada keempat populasi pepaya genotipe IPB 6C yang digunakan. Koefisien keragaman untuk karakter tinggi kedudukan buah pertama dan diameter buah pada keempat populasi masing-

26 16 masing sebesar 3.09 dan 5.99%. Keragaman dalam populasi untuk kedua karakter tersebut relatif kecil karena memiliki nilai koefisien keragaman kurang dari 20% (Tabel 4). Hal ini kemungkinan karena populasi pepaya yang digunakan adalah sama, yaitu pepaya genotipe IPB 6C. Nilai tengah karakter tinggi kedudukan buah pertama dan diameter batang dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%, diketahui bahwa tanaman pada populasi satu (berasal dari pohon induk berumur dua tahun) memiliki kedudukan buah pertama cm, berbeda nyata dengan tanaman yang berasal dari populasi empat (pohon induk berumur enam tahun) yang memiliki tinggi kedudukan buah pertama cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan tanaman pada populasi dua dan tiga (berasal dari pohon induk berumur tiga dan lima tahun). Pada peubah diameter batang tidak terdapat perbedaan diantara keempat populasi pepaya genotipe IPB 6C yang nilainya berkisar antara cm. Tabel 5. Nilai Tengah Tinggi Kedudukan Buah Pertama dan Diameter Batang pada Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C Umur Pohon Induk (tahun) Keterangan : Tinggi Kedudukan Buah Pertama (cm) Diameter Batang (cm) a ab ab b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Dalam IBPGR (1988), tanaman pepaya dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi kedudukan buah pertamanya. Pengelompokan tersebut terbagi atas tiga kelompok, yaitu low bearing (tinggi kurang dari 1 m), intermediate (tinggi antara m), dan high bearing (tinggi lebih dari 1.5 m). Berdasarkan nilai tengah tinggi kedudukan buah pertama (Tabel 5), maka pepaya genotipe IPB 6C dapat dikategorikan ke dalam pepaya low bearing karena empat populasi tanaman tersebut memiliki tinggi kedudukan buah pertama kurang dari satu meter. Tinggi kedudukan buah pertama yang rendah merupakan suatu keuntungan tersendiri karena dapat mempermudah proses pemanenan buah pepaya dan memperpanjang umur ekonomis dari tanaman pepaya.

27 17 Selain tinggi kedudukan buah pertama yang rendah, ukuran diameter batang pun menjadi salah satu karakter yang dianggap penting dalam pemuliaan pepaya. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT, 2004) menetapkan bahwa salah satu arah pemuliaan tanaman pepaya adalah menghasilkan genotipe unggul dengan pohon rendah dan kuat. Diameter batang dapat dijadikan salah satu kriteria dalam melakukan seleksi terhadap genotipe pepaya yang memiliki batang kuat. Semakin besar ukuran diameter batang maka tanaman pepaya akan mampu tumbuh lebih kokoh dan kuat. Batang yang kuat sangat penting bagi pertumbuhan pepaya terutama pada genotipe genotipe yang berdaya hasil tinggi. Karakter Kuantitatif Buah Pepaya Genotipe IPB 6C Berdasarkan rekapitulasi hasil uji F pada Tabel 4, terdapat perbedaan nyata pada karakter panjang dan bobot buah dari empat populasi pepaya genotipe IPB 6C yang digunakan. Keragaan karakter panjang, bobot, diameter, tebal daging, dan kekerasan buah serta PTT, jumlah biji per buah, produksi buah, edible portion,dan lama masa simpan dalam masing-masing populasi tersebut cukup seragam. Hal ini ditunjukan oleh koefisien keragaman yang nilainya dibawah 20%, kecuali untuk karakter produksi dan jumlah biji per buah yang memiliki koefisien keragaman masing-masing sebesar dan 28.91%. Keragaman yang terdapat pada karakter jumlah biji per buah diduga disebabkan oleh pengaruh lingkungan terutama kondisi iklim khususnya curah hujan yang berfluktuasi selama penelitian berlangsung. Pada produksi buah, keragaman yang muncul selain karena pengaruh lingkungan juga karena komponen yang mengendalikan karakter hasil sangat kompleks. Daya hasil atau produksi merupakan karakter kuantitatif yang kompleks dan memiliki hubungan erat dengan karakter lain dalam meningkatkan potensi hasil, memelihara atau menurunkannya. Nilai tengah karakter buah pepaya genotipe IPB 6C yang meliputi panjang, bobot, diameter, tebal daging, dan produksi buah pada empat populasi pepaya berdasarkan umur pohon induk yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.

28 18 Tabel 6. Nilai Tengah Panjang, Bobot, Diameter, Tebal Daging, dan Produksi Buah Pepaya Genotipe IPB 6C pada Empat Populasi Umur Pohon Induk Panjang Buah Diameter Buah Tebal Daging Buah Bobot Buah Produksi Buah Selama 3 Bulan -- tahun cm kg kg/5 pohon b b ab ab a a ab ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Hasil uji nilai tengah menggunakan BNJ pada taraf 5% untuk karakter panjang buah dan bobot buah (Tabel 6) diketahui bahwa tanaman pada populasi yang berasal dari pohon induk berumur lima tahun menghasilkan buah lebih panjang dan bobot buah lebih berat (31.84 cm dan 1.94 kg) dibandingkan buah pada populasi yang berasal dari pohon induk berumur dua tahun (29.20 cm dan 1.65 kg). Buah yang berasal dari populasi pohon induk berumur lima tahun ini tidak berbeda dengan buah dari populasi pohon induk berumur 3 dan 6 tahun (masing-masing cm dan 1.75 kg; cm dan 1.84 kg). Kondisi tersebut menegaskan bahwa penggunaan benih dari pohon induk berumur 3, 5, ataupun 6 tahun menghasilkan ukuran panjang dan bobot buah relatif sama. Diameter buah IPB 6C pada empat populasi menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Ukuran diameter buah IPB 6C berkisar antara cm. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2003), rata rata ukuran diameter buah pepaya dengan kategori sedang adalah cm sedangkan berdasarkan hasil penelitian Kurniati (2004) ukuran diameter buah pepaya berkisar antara cm. Keempat populasi tanaman pepaya genotipe IPB 6C tidak berbeda nyata dalam ukuran tebal daging buah. Ukuran tebal daging buah berkisar antara cm. Buah yang memiliki daging buah yang tebal lebih disukai oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri dibandingkan dengan buah yang memiliki daging buah tipis. Berdasarkan hasil penelitian Mardiana (2003) dan Kurniati (2004), tebal daging buah pepaya berkisar antara cm. Produksi buah pepaya genotipe IPB 6C pada empat populasi tidak berbeda nyata. Produksi buah pepaya genotipe IPB 6C selama tiga bulan pengamatan pada 27 bulan setelah tanam (BST), berkisar kg/5 pohon atau sebanyak kg/pohon. Berdasarkan hasil penelitian Saryoko (2004), produksi buah

29 19 pepaya tergantung pada jumlah dan bobot buah per tanaman. Jumlah dan bobot buah per tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman pepaya pada saat panen. Menurut Kalie (2005), semakin tua umur tanaman pepaya maka jumlah buah yang dihasilkan akan semakin sedikit. selain itu, kedua karakter tersebut juga sangat ditentukan oleh persentase bunga yang menjadi buah (fruitset). Proses perkembangan bunga menjadi buah sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim dapat menyebabkan gugur bunga sehingga berpengaruh terhadap jumlah buah yang terbentuk. Karakter buah pepaya genotipe IPB 6C yang meliputi PTT, edible portion, lama masa simpan, kekerasan buah, dan jumlah biji per buah pada empat populasi berdasarkan umur pohon induk yang berbeda menunjukkan hasil tidak beda nyata berdasarkan uji F (Tabel 4). Nilai tengah karakter-karakter tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7.Nilai Tengah PTT, Edible Portion, Lama Masa Simpan, Kekerasan Buah, dan Jumlah Biji per Buah Umur Pohon Induk PTT Edible Portion Lama Masa Simpan Kekerasan Buah Jumlah Biji per Buah -- tahun -- - o Brix - --% hari -- - mm/102.5 g/5 det - -- butir Konsumen pepaya cenderung menyukai buah yang manis sedangkan data menunjukkan bahwa umumnya tanaman pepaya di Indonesia menghasilkan buah dengan kadar PTT dibawah 11 o Brix. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian Mardiana (2003) dan Kurniati (2004) yang menunjukkan nilai PTT beberapa genotipe buah pepaya berkisar antara 9 10 o Brix. Paull et al. (1997) menyatakan bahwa standar PTT minimal yang diinginkan konsumen adalah sekitar 11.5 o Brix. Berdasarkan Tabel 7, rata-rata nilai padatan terlarut total buah IPB 6C berkisar antara o Brix. Hal ini berarti bahwa genotipe pepaya genotipe IPB 6C merupakan salah satu genotipe pepaya yang dapat diunggulkan dalam hal rasa. Nilai PTT ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama ketersediaan air. Buah yang dipanen saat ketersediaan air

30 20 berlebih cenderung memiliki nilai PTT yang lebih rendah dibandingkan buah yang dipanen pada saat ketersediaan air cukup. Penentuan edible portion atau persentase bagian yang dapat dimakan sangat bersifat subjektif tergantung bagaimana kesukaan konsumen dalam memanfaatkan buah pepaya. Pada buah pepaya genotipe IPB 6C persentase edible portion berkisar antara %. Berdasarkan Tabel 7, rata-rata waktu yang diperlukan oleh buah pepaya genotipe IPB 6C hingga mencapai semburat 75 85% adalah hari setelah panen, hal ini sejalan dengan hasil percobaan Mardiana (2003) yang menyatakan bahwa rata-rata umur simpan buah pepaya adalah 3-5 hari sebelum buah akhirnya rusak akibat telah lewat matang ataupun busuk karena serangan cendawan. Nilai tengah jumlah biji per buah pepaya genotipe IPB 6C berkisar antara butir. Jumlah biji yang banyak lebih menguntungkan bagi produsen benih pepaya tetapi konsumen buah pepaya segar lebih menyukai buah pepaya dengan biji yang sedikit. Karakter Kualitatif Buah Pepaya Genotipe IPB 6C Karakter kualitatif buah diamati dengan berpedoman pada buku Descriptor for Papaya (IBPGR, 1988). Karakter-karakter kualitatif yang diamati yaitu mencakup warna kulit buah muda, warna kulit buah masak, dan warna daging buah masak. Buah pepaya genotipe IPB 6C pada empat populasi memiliki keragaan yang sama untuk karakter kualitatif yang diamati. Buah yang dihasilkan oleh empat populasi tersebut memiliki warna hijau (green) untuk kulit buah muda sedangkan kulit buah masak adalah kuning oranye (deep yellow to orange) dan daging buah masak berwarna jingga. Menurut Astuti (2008), warna daging buah masak IPB 6C adalah jingga kemerahan. Warna daging buah pepaya dipengaruhi oleh kadar air pada saat perkembangan buah. Buah yang dipanen pada saat curah hujan tinggi memiliki warna daging buah yang cenderung lebih pucat dibandingkan dengan buah yang dipanen pada musim kemarau. Warna kulit buah masak dan daging buah pepaya genotipe IPB 6C disajikan pada Gambar 3.

31 21 Gambar 3. Kulit Buah Masak dan Daging Buah Pepaya genotipe IPB 6C Korelasi Antar Karakter Falconer (1981) menjelaskan bahwa nilai korelasi fenotipik merupakan derajat keeratan antara dua karakter yang langsung diukur sedangkan nilai korelasi genotipik merupakan derajat keeratan antara total rata-rata pengaruh dari gen yang dikandungnya (breeding value). Menurut Johnson et al. (1955) dalam Permadi et al. (1993), korelasi antar karakter dapat mengukur derajat keeratan hubungan antara karakter-karakter. Pendugaan korelasi genotipik dan fenotipik berguna dalam perencanaan dan evaluasi program-program pemuliaan tanaman. Nilai korelasi dapat menjadi ukuran bahwa ada beberapa karakter kurang penting yang ternyata memiliki hubungan dengan perubahan yang terjadi pada karakter yang penting. Gomez & Gomez (1995) menjelaskan bahwa sidik korelasi (r) merupakan pengukuran derjat hubungan antar peubah dari hubungan yang diutarakan pada data yang sedang ditangani. Besarnya nilai koefisien korelasi berada di antara -1 dan +1, dengan nilai yang ekstrim menunjukkan hubungan linear yang sempurna dan nilai tengah nol menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua peubah. Mattjik dan Sumertajaya (2002) menyatakan bahwa koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih tetapi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah.

32 22 Berdasarkan hasil uji korelasi (Tabel 8) diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang sangat nyata pada karakter bobot buah dengan panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, dan persentase edible portion. Masing-masing nilai koefisien korelasi (r) antar karakter tersebut adalah 0.91, 0.69, 0.77, dan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin dan Mardiana (2003) yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara karakter panjang buah, diameter buah, dengan bobot buah. Bobot buah dipengaruhi oleh ukuran panjang, diameter, dan tebal daging buah. Semakin besar ukuran panjang, diameter, dan tebal daging buah maka akan memiliki bobot yang lebih besar pula. Bobot buah yang besar memungkinkan persentase edible portion yang besar pula. Korelasi positif yang nyata ditemukan antara karakter bobot buah dengan produksi buah (r = 0.56). Hubungan antara bobot buah dan produksi cukup erat karena salah satu komponen yang menentukan tingkat produksi buah pepaya adalah bobot buah. Semakin besar bobot buah maka produksi buah pun akan semakin tinggi. Karakter jumlah biji per buah menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan bobot buah, produksi, panjang buah, diameter buah, dan tebal daging buah. Nilai r untuk masing-masing korelasi tersebut adalah 0.91, 0.72, 0.83, 0.78, dan Hal ini berarti bahwa biji akan dihasilkan dalam jumlah banyak jika ukuran buah semakin besar dan produksi buah tinggi. Keadaan ini memudahkan untuk seleksi buah yang akan dijadikan sumber benih. Nilai korelasi tidak secara langsung dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antar karakter yang akan dijadikan sebagai salah satu kriteria seleksi. Anggraini (2004) menyatakan bahwa selain korelasi, nilai heritabilitas perlu juga diperhatikan dalam penentuan karakter untuk dijadikan kriteria seleksi. Hal tersebut sejalan dengan Margaret (2006) yang menyatakan bahwa nilai korelasi akan lebih berarti jika terdapat pengaruh nyata terhadap hasil. Disamping itu, penentuan karakter pengamatan sebagai kriteria tunggal untuk seleksi melalui nilai koefisien korelasi tidak dapat dilakukan secara otomatis karena tetap harus melihat nilai heritabilitas, keragaman genetik, dan koefisien keragaman genetik.

33 23 berapa Karakter Pengamatan Kuantitatif dan Kualitas Buah Pepaya genotipe IPB 6C ** * ** 0.78** 0.62** ) Padatan Terlarut Total 8) Jumlah Biji per Buah 9) Waktu Masak 10) Kekerasan Buah 11) Diameter Batang 12) Tinggi Batang ** Berbeda sangat nyata * Berbeda nyata 23

34 24 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa perbedaan umur pohon induk tidak berpengaruh terhadap kualitas dan produksi buah pepaya genotipe IPB 6C serta sebagian besar karakter morfologi tanaman. Seluruh karakter yang diamati memiliki koefisien keragaman kurang dari 20%, artinya bahwa keragaman yang ada dalam populasi pepaya genotipe IPB 6C yang diamati sangat rendah kecuali pada karakter jumlah biji per buah dan produksi (21.97% dan 28.91%). Tanaman yang berasal dari pohon induk berumur 3, 5, dan 6 tahun memiliki keragaan vegetatif dan kualitas buah yang lebih baik. Ketiga populasi tersebut memiliki tinggi kedudukan buah pertama yang rendah yaitu dibawah 90 cm serta memiliki ukuran panjang dan bobot buah yang relatif besar, masing-masing adalah cm, 1.75 kg; cm, 1.94 kg; dan cm,1. 84 kg. Jumlah biji per buah memiliki hubungan sangat nyata dengan bobot buah, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, dan produksi buah. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran buah dapat dijadikan salah satu kriteria dalam seleksi buah untuk keperluan produksi benih. Saran Perlu dilakukan penelitian serupa pada genotipe pepaya lainnya yang mewakili pepaya kecil, sedang, dan besar. Sebaiknya pengambilan data dilakukan sejak awal pertumbuhan agar pengaruh umur pohon induk terhadap karakter vegetatif lainnya dapat diketahui.

35 25 DAFTAR PUSTAKA Anggraini, C Analisis Keragaman dan Hubungan Kekerabatan serta Korelasi Antar Karakter pada 20 Genotipe Pisang (Musa sp.) Berdasarkan Penanda Fenotipe. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ashari, S Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. ANDI. Yogyakarta. Aquilizan, F. A Breeding System for Fixing Stable Papaya Inbred Lines with Breeding Potential for Hybrid Variety Production. Food and Fertilizer Technology Centre for the Asian and Pacific Region. Taiwan, Republic of China. BPS (8 April 2007) Deptan (8 April 2007) Falconer, D. S Introduction of Quantitative Genetics. Longman inc. New York. Gomez, K. A., dan A. A. Gomez Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan E. Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah. UI Press. Jakarta. 698 hal. IBPGR Descriptor for Papaya. International Board for Plant Genetic Resources. Roma. Kalie, M. B Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 halaman. Kurniati Pengkajian Umur Petik dan Kualitas Buah Sepuluh Genotipe Pepaya Koleksi PKBT. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mardiana, N Pengkajian Umur Petik dan Kualitas Buah Delapan Genotipe Pepaya. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Margaret, S Evaluasi Ketahanan Populasi F1 Double Cross Semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) terhadap Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. niveum) dan Karakter Kuantitatifnya. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mattjik, A. A. dan M. Sumertajaya Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. IPB Press. Bogor. 287 hal.

36 Muttaqin, T Evaluasi Beberapa Karakter Morfologi 19 Genotipe Pepaya (Carica Papaya L.) Hasil Pemuliaan Balitbu, Solok. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nakasone H. Y. dan R. E. Paull Tropical Fruits. Wallingford. CAB International Wallingford, p: Crop Production Science in Horticulture. Wallingford. CAB International Wallingford, p: Paull, R. E., K. Gross, and Y. Qiu Changes in papaya cells walls during fruit ripening. Postharv. Biol. and Tech. 16 (1999) : Permadi, Ceciliany, A. Baihaki, Murdaningsih H. K., dan T. Warsa Korelasi sifat komponen hasil tehadap hasil genotipe-genotipe F 1 dan F 1 resiprokal lima tetua kacang hijau dalam persilangan diallel. Zuriat 4(1) : PKBT Riset Unggulan Startegis Nasional Pepaya. Pusat Kajian Buahbuahan Tropika. LP2M Institut Pertanian Bogor.17 hal earch/rep_detail.php&rep_id=106&keywords=pepaya (8 mei 2007) Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT). Institut Pertanian Bogor Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT). Institut Pertanian Bogor. Prihatman, K Pepaya. (8 mei 2007) Rosa, M Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya dari Empat Populasi Pepaya di Wilayah Bogor. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Samson, J. A Tropical Fruits. Longman. London. Saryoko, A Karakterisasi Morfologi dan Evaluasi Daya hasil 20 Genotipe Pepaya. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Setyobudi, L. dan S. Purnomo Papaya research and development in Indonesia. p in: The Papaya Biotechnology Network of Southeast Asia : Biosafety Considerations and Papaya Background Information. ISAAA (The International Service for The Aquisition of Agri-biotech Applications). New York. Sulistyo, A Karakterisasi 15 Genotipe Pepaya (Carica Papaya L.) Hasil Eksplorasi PKBT. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

37 Sunarjono, H Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru Algensindo. Bandung. 209 hal. Tohir, K Bercocok Tanam Pohon Buah Buahan. Pradnya Paramitha. Jakarta. 326 hal. Villegas, Carica papaya L., hal Dalam E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). PROSEA, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah- Buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

38 28 LAMPIRAN

39 29 Tabel Lampiran 1. Data Ekspor Buah Pepaya Tahun Tahun Periode Total Volume Ekspor (Kg) Total Nilai Ekspor (US$) 2002 April-Nopember 1.214,00 737, Januari-Juli , , Januari-Juli , , Januari-Desember , , Januari-Desember , ,00 Rata-Rata , ,00 Tabel Lampiran 2. Hasil Uji F Karakter Vegetatif dan Generatif Beberapa Karakter Kuantitatif pada Empat Populasi Pepaya Genotipe IPB 6C SK db JK KT F hitung Tinggi Kedudukan Buah Pertama Ulangan ** Perlakuan ** Galat kk: 3.09% Diameter Batang Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 5.99% Panjang Buah Ulangan ** Perlakuan * Galat kk: 3.04% Bobot Buah Ulangan * Perlakuan * Galat kk: 5.29% Diameter Buah Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 5.93% Tebal Daging Buah Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 3.36% Keterangan : **) berbeda sangat nyata, *) berbeda nyata, tn) tidak berbeda nyata

40 30 Tabel Lampiran 2. Lanjutan SK db JK KT F hitung Kekerasan Buah Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 8.14% Padatan terlarut total Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 3.98% Jumlah Biji per Buah Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 21.97% Edible Portion Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 1.14% Lama Masa Simpan Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 12.62% Produksi Ulangan tn Perlakuan tn Galat kk: 28.91% Keterangan : **) berbeda sangat nyata, *) berbeda nyata, tn) tidak berbeda nyata

41 31 (a) (b) Gambar Lampiran 1. Permukaan Kulit Buah Pepaya Genotipe IPB 6C (a) Mengalami Pelukaan, (b) Buah yang Terserang Penyakit Embun Tepung (a) (b) (c) (d) Gambar Lampiran 2. (a) dan (b) Kulit Buah Pepaya Genotipe IPB 6C yang Terserang Rhizopus dan Fusarium, (c) Bercak Kebasahan pada Permukaan Kulit, (d) Buah yang Terserang Phytophthora

42 32 Gambar Lampiran 3. Daging Buah yang Terserang Antraknosa (a) (b) (c) (d) Gambar Lampiran 4. Busuk Buah yang Ditemui pada Buah Sewaktu di Pohon

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

EVALUASI KETAHANAN POPULASI F1 DOUBLE CROSS

EVALUASI KETAHANAN POPULASI F1 DOUBLE CROSS EVALUASI KETAHANAN POPULASI F1 DOUBLE CROSS SEMANGKA (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) TERHADAP LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporum f. sp. niveum) DAN KARAKTER KUANTITATIFNYA Oleh SWISCI MARGARET

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI Oleh Wahyu Kaharjanti A34404014 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 EVALUASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A34304035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DIMAS PURWO ANGGORO.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Famili Caricaceae ini terdiri dari empat genus yaitu Carica, Jarilla dan Jacaratial yang

Lebih terperinci

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1) Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim (Morphological Performance and Fruit Quality of Papaya on Four Locations at Bogor Areas in Two Seasons) Siti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Genus Carica merupakan tanaman asli Amerika tropika yang berasal dari persilangan alami Carica peltata Hook. & Arn. dari Amerika tropika dibawa ke Karibia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman asli Amerika tropis yang dibawa ke Kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjajahan Spanyol pada abad ke-16.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

Oleh A PEMULIAAN

Oleh A PEMULIAAN EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papayaa L.) DI ENAM LOKASI DI BOYOLALI Oleh WULANDARI SURYANING TYAS A34404028 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR HARAPAN PEGAGAN (Centella asiatica L. (Urban)) PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR HARAPAN PEGAGAN (Centella asiatica L. (Urban)) PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR HARAPAN PEGAGAN (Centella asiatica L. (Urban)) PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH Oleh Arfan Adi Nugroho A34404070 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu tanaman buah yang sangat penting dalam pemenuhan kalsium dan sumber vitamin A dan C (Nakasome dan Paull 1998). Selain dikonsumsi sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A34404022 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI APOKAD (Persea americana Mill.) DAN KONDISI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: JAJA MUHAMMAD FAZRI A

IDENTIFIKASI APOKAD (Persea americana Mill.) DAN KONDISI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: JAJA MUHAMMAD FAZRI A IDENTIFIKASI APOKAD (Persea americana Mill.) DAN KONDISI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: JAJA MUHAMMAD FAZRI A34303045 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN PENYIMPANAN SUHU DINGIN. Oleh Rika Rahmi Wulandari A

PENGUJIAN SIFAT BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN PENYIMPANAN SUHU DINGIN. Oleh Rika Rahmi Wulandari A PENGUJIAN SIFAT BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN PENYIMPANAN SUHU DINGIN Oleh Rika Rahmi Wulandari A34404063 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh A PEMULIAAN

Oleh A PEMULIAAN EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papayaa L.) DI ENAM LOKASI DI BOYOLALI Oleh WULANDARI SURYANING TYAS A34404028 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.), salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious (berumah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO Oleh Riyanti Catrina Helena Siringo ringo A34404062 PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK FOSFOR DAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PEP A Y A (Carica papaya L.)

PENGARUH PUPUK FOSFOR DAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PEP A Y A (Carica papaya L.) PENGARUH PUPUK FOSFOR DAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PEP A Y A (Carica papaya L.) Oleh: ARIPRAMONO A00400018 DEPARTEMEN BlIDI DA VA PERTANIAN FAKllLTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA oleh Purwati A34404015 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB LAMPIRAN 34 35 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Data analisa Kandungan Kriteria (*) ph (H 2 O 1:1) 5.20 Masam C-organik (%) 1.19 Rendah N-Total 0.12 Rendah P (Bray 1) 10.00

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP

SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP PENGEMBANGAN PISANG SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP LATAR BELAKANG Sumber pangan penting setelah, padi gandum dan

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A24080098 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN iptek hortikultura PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN Sebagai buah subtropis yang telah lama beradaptasi di Indonesia, Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu buah yang banyak digemari

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) Oleh : Ali Parjito F14103039 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci