VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO"

Transkripsi

1 VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO 7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat digunakan sebagai petunjuk strategi penanganan risiko. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko, dapat diketahui mana saja risiko-risiko yang besar dan mana saja yang kecil. Sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko-risiko mana yang perlu diprioritaskan. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) dapat dihitung melalui persentase mortalitas benih pada tiap transaksi. Persentase mortalitas benih ini didapat dari data pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh PT MMN pada periode September 2010 hingga Januari Perbedaan jumlah pembelian dengan penjualan yang dilakukan mengindikasikan adanya risiko dalam usaha pemasaran benih ini. Perbedaan jumlah tersebut kemudian dijadikan dalam bentuk persen karena jumlah pengiriman benih yang dilakukan tidak sama setiap bulan, sehingga untuk menyamakan ukuran kerugian, angka tersebut diubah menjadi persen. Risiko yang ada pada kegiatan pemasaran benih ikan patin yang dilakukan oleh PT MMN adalah risiko operasional yang disebabkan oleh sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses. Analisis probabilitas risiko dilakukan dengan membandingkan tingkat probabilitas antara faktor-faktor penyebab terjadinya risiko operasional. Hasil perhitungan probabilitas risiko operasional pada faktor penyebab risikomenunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut pada PT MMN sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Probabilitas Sumber Risiko No. Sumber Risiko Kemungkinan (%) 1 Risiko Sumberdaya Manusia 22,4 2 Risiko Teknologi 0,05 3 Risiko Alam 48,4 4 Risiko Proses 41,7

2 Nilai probabilitas pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai probabilitas tertinggi dari keempat penyebab risiko operasional (sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses) adalah pada risiko alam (48,4) dan nilai probabilitas terendah adalah risiko teknologi (0,05). Tingkat kematian benih yang ditoleransi oleh perusahaan adalah sebesar 2 persen pada setiap pengiriman yang dilakukan PT MMN. Jadi selama persentase kematian benih ikan patin yang dikirim berkisar 2 persen dianggap wajar. Probabilitas atau kemungkinan tingkat mortalitas benih yang dikirim lebih dari 2 persen dapat diketahui dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Hasil perhitungan nilai z adalah sebesar 0,04. Nilai z positif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari rata-rata distribusi normal karena nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan nol (0). Nilai z sebesar 0,04 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,484. Nilai 0,484 menunjukkan bahwa alam memiliki kemungkinan 48,4 persen sebagai faktor penyebab tingkat mortalitas benih ikan patin pada tiap pengiriman diatas 2 persen. Kemungkinan terjadinya risiko alam menandakan usaha ini bergantung pada alam. Kegiatan penanganan dan distribusi sangat akrab dengan risiko alam. Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengadapi alam. Alam bisa menjadi sumber risiko menyangkut bencana alam (banjir yang bisa menyebabkan sarana umum rusak), kondisi alam (panas, lembab, perubahan suhu), dan makhluk alam (jamur dan protozoa yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup ikan). Alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Pengiriman melalui jalur udara sangat tergantung dengan kondisi cuaca baik di daerah pengiriman maupun tujuan. Terganggunya jadwal pesawat akibat adanya hujan, angin kencang, maupun kondisi cuaca lain yang menyebabkan pesawat tersebut tidak dimungkinkan untuk terbang membuat pengiriman tertunda. Tertudannya waktu pengiriman membuat benih ikan yang sudah dikemas memiliki kemungkinan untuk mati dijalan karena sudah melebihi perkiraan waktunya. Bencana alam yang pernah membuat jembatan putus pada jalur lintas sumatera membuat pengiriman via jalan darat tidak dapat dilakukan.

3 Adanya deviasi waktu membuat perkiraan waktu bertahan benih ikan dalam kemasan tidak lagi sesuai sehingga tingkat mortalitas benih menjadi tinggi. Nilai probabilitas risiko yang disebabkan oleh proses adalah 41,7 persen. Risiko sumberdaya manusia memiliki kemungkinan terjadinya terbesar ketiga yaitu sebesar 22,4 persen. Tingginya kemungkinan terjadinya risiko yang disebabkan oleh sdm menunjukkan bahwa sumberdaya manusia (sdm) merupakan aset terpenting dalam perusahaan, namun manusia dapat pula menjadi sumber risiko. Hasil perhitungan nilai z untuk tingkat mortalitas diatas 2 persen yang disebabkan oleh sdm adalah -0,758. Nilai z ini menunjukkan nilai probabilitas pada tabel z sebesar 0,224 dan berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal. Dengan kata lain, kemungkinan atau probabilitas kematian benih yang dikirim lebih besar dari 2 persen pada tiap pengiriman yang disebabkan oleh manusia adalah 0,224 atau 22,4 persen. Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, probabilitas risiko juga dapat dihitung berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 10. Tabel 10. Probabilitas Risiko berdasarkan Risiko per Kejadian No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Kemungkinan (%) Risiko Sumberdaya Manusia 1 Kelalaian 37,4 2 Ketidaktelitian dalam melakukan sampling 21,2 3 Kecelakaan 37,4 4 Pemilihan kendaraan yang salah 38,6 Risiko Teknologi 1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar 21,5 Risiko Alam Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat (delay) 1 karena kondisi cuaca 6,4 2 Bencana alam 41,3 Risiko Proses Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan 1 proses) 25,5 2 Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan jalanan berlubang) 9,9

4 Pada probabilitas risiko per kejadian, bencana alam, kesalahan penggunaan kendaraan, dan kecelakaan merupakan kejadian yang memiliki probabilitas terbesar. Kemungkinan tingkat mortalitas benih pada saat pengiriman diatas 2 persen yang disebabkan oleh bencana alam adalah sebesar 41,3 persen. Bencana alam yang terjadi disini adalah hujan besar yang terjadi di sumatera pernah menyebabkan jembatan lintas Sumatera putus, sehingga menimbulkan kemacetan dan kendaraan tidak dapat bergerak sama sekali. Tertahannya kendaraan membuat pengiriman tidak dapat dilakukan tepat waktu sehingga benih ikan tidak mampu bertahan dan mati. Kesalahan penggunaan kendaraan juga merupakan salah satu kejadian yang menyebabkan tingkat mortalitas benih pada waktu pengiriman lebih dari 2 persen. Alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan benih ikan patin antara lain pesawat terbang, bus, mobil, dan motor. Penggunaan kendaraan menjadi sumber risiko apabila kendaraan yang dipilih untuk mengantarkan pesanan benih ternyata tidak dapat mengantarkan pesanan sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan bus dipilih menjadi kendaraan pengangkut benih selain dapat menjangkau banyak wilayah di pulau jawa, tarif yang dikenakan juga lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan operasional perusahaan. Namun penggunaan bus menjadi risiko ketika bus tidak sampai di tempat tujuan tepat waktu. Adanya deviasi waktu membuat banyak benih ikan tidak mampu untuk bertahan. Begitu pula untuk penggunaan mobil, waktu tempuh yang sudah diperkirakan sebelumnya bisa berubah ketika jalanan macet dan waktu tempuh benih tentu saja akan lebih lama. Jika tanpa penanganan, dengan selisih waktu tempuh antara 1-2 jam benih ikan masih aman, untuk 2 hingga 4 jam akan terjadi kematian sedang, 4-6 jam jumlah kematian benih sudah masuk tahap parah, dimana benih ikan yang dikirim sudah lebih dari setengahnya mati, dan kematian total terjadi ketika deviasi waktu tempuh melenceng selama lebih dari 6 jam. Terkait dengan penggunaan kendaraan, hal lain yang dapat menjadi sumber risiko adalah kecelakaan. Kecelakaan menjadi sumber risiko yang memiliki kemungkinanan sebesar 37,4 persen penyebab tingkat mortalitas benih ikan patin lebih dari 2 persen. Pada kecelakaan besar yang terjadi di bulan Januari ini,

5 benih ikan patin mati dan supir yang membawa mobil ini juga ikut meninggal. 7.2 Analisis Dampak Risiko Operasional Pada saat terjadi risiko, maka akan memberikan dampak kerugian. Analisis dampak risiko menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian ketika risiko terjadi. Perbandingan dampak terjadinya risiko pada kegiatan pemasaran dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Dampak Terjadinya Risiko Terhadap Perusahaan No. Sumber Risiko Dampak (Rp) 1 Risiko Sumberdaya Manusia Risiko Teknologi ,78 3 Risiko Alam ,57 4 Risiko Proses ,27 Dampak atau kerugian terbesar terjadi pada risiko proses. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi risiko proses, maka perusahaan akan mengalami kerugian terbesar jika dibandingkan dengan terjadinya risiko lainnya. Pada risiko proses, hal yang dianggap merugikan adalah jika ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumberdaya dan perubahan lingkungan karena serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas untuk mencapai hasil yang diinginkan tidak terlaksana dengan baik. PT Mitra Mina Nusantara menetapkan 2 persen dari total pengiriman menjadi jumlah maksimal mortalitas benih yang dikirim. Jika pada proses pengiriman terjadi kematian lebih dari 2 persen maka hal ini dianggap sebagai kejadian yang berisiko. Kegiatan proses mulai dari penanganan hingga distribusi mengalami kerugian karena melebihi jumlah kematian yang ditoleransi terjadi sebanyak lima kali. Besarnya kerugian yang disebabkan oleh proses dengan menggunakan metode VaR sebesar Rp ,27. Tingkat keyakinan yang dipakai adalah 95 persen. Hal ini berarti dengan tingkat keyakinan 95 persen, kerugian yang diderita maksimal Rp ,27 namun ada 5 persen kemungkinan lebih besar dari Rp ,27. Dengan kata lain bisa dinyatakan dengan VaR Rp ,27 at 5 persen.

6 Dampak dari terjadinya risiko sumberdaya manusia merupakan dampak kerugian terbesar kedua setelah proses dengan kerugian sebesar Rp Besarnya dampak yang disebabkan risiko sdm terjadi karena manusia merupakan asset terpenting perusahaan. Jika terjadi risiko karena faktor sdm, maka dampaknya akan sangat mempengaruhi perusahaan. Dampak dari terjadinya risiko yang disebabkan oleh alam menempati urutan ketiga. Jika dibandingkan dengan probabilitasnya, alam mempunyai kemungkinan terjadinya risiko terbesar akan tetapi dampak yang disebabkannya tidak sebesar proses dan sdm. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang disebabkan oleh alam mempunyai kemungkinan terjadi paling besar namun dampak yang ditimbulkan tidak sebesar risiko yang disebabkan oleh proses dan sdm. Dampak dari terjadinya risiko terkecil terjadi pada risiko teknologi. Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, dampak terjadinya risiko juga dapat dihitung berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 12. Tabel 12. Dampak Terjadinya Risiko Berdasarkan Risiko per Kejadian No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Dampak (Rp) Risiko Sumberdaya Manusia 1 Kelalaian Ketidaktelitian dalam melakukan sampling ,93 3 Kecelakaan Pemilihan kendaraan yang salah ,98 Risiko Teknologi 1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar ,78 Risiko Alam Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat (delay) 1 karena kondisi cuaca Bencana alam Risiko Proses Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan 1 proses) ,82 2 Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan jalanan berlubang)

7 Pada dampak terjadinya risiko risiko per kejadian, penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses), kecelakaan, dan ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang memiliki dampak terbesar. Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan prosedur) memberikan dampak sebesar Rp ,82 merupakan dampak atau kerugian terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi risiko kesalahan prosedur dimana penanganan tidak dilakukan dengan baik maka perusahaan akan mengalami kerugian terbesar jika dibandingkan dengan risiko lainnya pada tingkat keyakinan 95 persen. Kecelakaan merupakan kejadian yang memberikan dampak atau kerugian terbesar kedua. Besarnya dampak adalah Rp dengan tingkat keyakinan 95persen. Probabilitas terjadinya kecelakaan juga cukup besar, artinya selain memiliki kemungkinan terjadinya besar, dampak yang ditimbulkan jika hal ini terjadi juga besar. Ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang memberikan kerugian terbesar ketiga sebesar Rp ,93. Ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang disebabkan oleh manusia. Ketidaktelitian dalam sampling berarti pekerja PT MMN tidak memilih benih ikan dengan baik sehingga benih yang dikirim tidak semua dalam kondisi baik. Hal ini menyebabkan benih yang dikirim akan sangat rentan dan kemungkinan besar akan mati pada saat pengiriman. 7.3 Status Risiko Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko. Dari status risiko akan diketahui mana risiko-risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai yang paling tidak berisiko. Status risiko didapat dari perkalian antara probabilitas dengan dampak. Metode nilai standar digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan metode VaR untuk menghitung dampak terjadinya risiko. Status risiko untuk risiko operasional dapat dilihat pada Tabel 13.

8 Tabel 13. Status Risiko Risiko (Kejadian yang Probabilitas Dampak Merugikan) Persen Rp Status Risiko Sumberdaya Manusia 22, ,97 Risiko Teknologi ,78 71,98 Risiko Alam , ,79 Risiko Proses 41, , ,34 Nilai status di Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai status tertinggi dari keempat faktor penyebab risiko operasional (proses, alam, sdm, dan teknologi) adalah pada risiko proses ( ,34). Nilai status terendah adalah risiko teknologi (71,98). Hal ini berarti risiko proses merupakan sumber risiko paling besar dan teknologi merupakan sumber risiko paling rendah. Status risiko juga dihitung berdasarkan risiko per kejadian, selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, yaitu risiko teknologi, alam, sdm, dan proses pada penanganan dan distribusi benih ikan patin sebagaimana pada Tabel 14. Tabel 14. Status Risiko per Kejadian Risiko No. Risiko (Kejadian yang Merugikan) Risiko Sumberdaya Manusia Kemungkinan Persen Dampak Rp Status 1 Kelalaian Ketidaktelitian dalam melakukan sampling 21, , Kecelakaan Pemilihan kendaraan yang salah , ,81 Risiko Teknologi ,33 1 Teknologi penanganan tidak sesuai standar 21, , ,07 Risiko Alam 1 Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat delay) karena kondisi cuaca ,80 2 Bencana alam Risiko Proses 1 Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses) 25, , ,56 2 Proses pengiriman terhambat kondisi jalan (macet dan jalanan berlubang)

9 Status risiko tertinggi terdapat pada risiko sumberday manusia yaitu pada risiko kecelakaan dengan nilai sebesar kemudian disusul oleh penanganan tidak dilakukan dengan baik pada risiko proses yang memiliki status risiko sebesar ,56. Posisi ketiga status risiko ditempati oleh kelalaian sebesar juga berasal dari risiko sumberdaya manusia. Kecelakaan, penanganan yang tidak dilakukan dengan baik, dan kelalaian memiliki nilai status tinggi disebabkan oleh nilai probabilitas dan dampak yang besar. Prioritas utama yang perlu dipertimbangkan untuk menghindari kerugian besar adalah penanganan pada kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya manusia yang memiliki risiko terbesar. Penanganan risiko kemudian berlanjut hingga pada risiko dengan nilai status terendah, yaitu kegiatan yang disebabkan oleh teknologi. Setelah diketahui status risiko untuk masing-masing risiko, diperlukan alternatif penanganan yang tepat berdasarkan pemetaan risiko. Alternatif penanganan risiko dapat dijadikan rekomendasi bagi perusahaan untuk menangani risiko sesuai dengan prioritas utamanya. 7.4 Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah membuat peta risiko. Batas antara kemungkinan besar dan kecil serta batas dampak besar dan kecil dari suatu risiko ditentukan dari rata-rata probabilitas dan dampak risiko yang terjadi pada PT Mitra Mina Nusantara. Penentuan menggunakan rata-rata ini dilakukan agar batasan risiko dapat lebih objekif dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Berdasarkan rata-rata probabilitas risiko, batasan antara risiko yang memiliki probabilitas besar dan kecil adalah 28,1. Risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 28,1 persen atau lebih adalah kemungkinan besar sedangkan dibawah 28,1 persen merupakan kemungkinan kecil. Demikian halnya dengan dampak, batas Rp adalah dampak besar dan dampak dibawah Rp merupakan dampak kecil. Peta risiko untuk risiko operasional yang terjadi pada PT MMN dapat dilihat pada Gambar 15.

10 Probabilitas (%) Kuadran Risiko Teknologi I Kuadran II Besar Risiko Alam Risiko Proses 28,1 % Kecil Kuadran III Risiko Teknologi Kuadran IV Risiko SDM Kecil Rp Besar Dampak (Rp) Gambar 15. Peta Risiko PT Mitra Mina Nusantra Risiko alam berada pada kuadran I yang berarti risiko tersebut dihuni oleh berbagai risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Namun biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul. Risiko proses berada pada kuadran II, merupakan area yang dihuni oleh risiko dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran II terdiri dari risiko-risiko yang masuk dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Risiko teknologi berada pada kuadran III dengan skala prioritas rendah. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran III cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut namun manajemen tetap perlu memonitor risiko dalam kuadran III. Suatu

11 risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran III bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal secara signifikan. Risiko sumberdaya manusia berada pada kuadran IV. Risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas rendah namun dampaknya tinggi bila risiko menjadi kenyataan. Artinya risiko SDM pada kuadran ini jarang terjadi, mungkin hanya sesekali namun apabila terjadi maka tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Selain berdasarkan keempat faktor penyangga utama dalam risiko operasional, pemetaan risiko juga dapat dipetakan berdasarkan risiko per kejadian dalam risiko proses, alam, sdm, dan teknologi seperti tercermin pada Gambar 16. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Bencana alam Kelalaian Pemilihan kendaraan yang salah Kecelakaan Kuadran II 28,1 % Kecil Kuadran III Ketidaktelitian dalam melakukan sampling Teknologi penanganan tidak sesuai standar Terganggunya jadwal keberangkatan pesawat Proses pengiriman terhambat kondisi jalan Kuadran IV Penanganan tidak dilakukan dengan baik Kecil Dampak (Rp) Besar Gambar 16. Peta Risiko Berdasarkan Risiko per Kejadian

12 Berdasarkan peta risiko per kejadian pada Gambar 16, dapat dilihat bahwa risiko yang dipetakan per kejadian menyebar ke dalam empat kuadran seperti halnya risiko berdasarkan keempat faktor penyebab risiko operasional. Risiko yang berada pada kuadran I, II, III, dan IV ini kemudian dapat dipisahkan berdasarkan penyangga utamanya. a. Risiko SDM berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko SDM terdiri dari kejadian-kejadian yang disebabkan oleh sumberdaya manusia dan merugikan perusahaan. Sumber-sumber risiko ini diidentifikasi dan dipetakan berdasarkan kejadian yang terjadi serta probabilitas dan dampak yang ditimbulkannya. Risiko sdm yang paling berisiko adalah kelalaian. Kelalaian menjadi salah satu kejadian berisiko yang disebabkan oleh manusia. Kelalaian ini terjadi terutama pada proses penanganan benih. Penanganan benih disini juga dapat berarti proses penanganan benih yang dilakukan di farm ketika supplai benih di petani berlebih. Penanganan benih yang tidak hati-hati akan meningkatkan risiko rusak dimana benih ikan akan lecet dan mati. Ketidaktelitian dalam melakukan sampling benih ikan berada pada kuadran III dimana probabilitasnya terjadinya rendah begitu pula dengan dampaknya. Ketidaktelitian ini berwujud pada benih ikan yang dikirim tidak dalam kondisi baik 100 persen, sehingga benih ikan akan mati pada proses pengiriman. Ketidaktelitian sampling juga membuat pelanggan akan mendapatkan ukuran yang tidak sama untuk beberapa benih ikan. Kecelakaan yang terjadi akibat manusia yang tidak berhati-hati berada pada kuadran II. Sedangkan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I dimana risiko ini memiliki probabilitas tinggi namun dampak yang ditimbulkan dari risiko ini kecil. Karyawan PT MMN perlu mengetahui dan memiliki budaya sadar risiko serta lebih teliti dan berhati-hati dalam bekerja. b. Risiko Teknologi berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko teknologi merupakan potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Teknologi bisa menjadi sumber risiko pada PT MMN dalam hal kesesuaian teknologi yang digunakan saat ini

13 tidak lagi dapat memberikan hasil yang maksimal, misalnya teknologi pengepakan yang sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Perubahan kualitas dan spesifikasi benih juga dapat menyebabkan teknologi pengemasan saat ini tidak lagi sesuai. Penurunan kualitas pada penerapan teknologi karena teknologi yang digunakan tidak sesuai standar dapat menimbulkan risiko pada perusahaan karena tidak sesuai dengan kondisi internal maupun eksternal perusahaan (lingkungan, keadaan di jalan). Risiko per kejadian dalam risiko teknologi berada dalam kuadran III. Risiko yang berada pada kuadran III tersebut adalah teknologi yang digunakan tidak sesuai standar. c. Risiko Alam berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam menghadapi alam. Alam bisa menjadi sumber risiko ketika kondisi alam atau cuaca mempengaruhi kegiatan pemasaran yang dilakukan PT MMN. Bencana alam menjadi sumber risiko ketika bencana tersebut mempengaruhi kegiatan di PT MMN. Pengiriman via udara sedikit banyak sangat dipengaruhi kondisi cuaca. Tertundanya pengiriman akan membuat benih ikan yang sudah dikemas memiliki kemungkinan untuk mati. Kedua risiko per kejadian pada risiko alam tersebar ke dalam kuadran I dan III. Bencana alam memiliki probabilitas tinggi namun memiliki dampak rendah sedangkan terganggunya jadwal keberangkatan pesawat karena kondisi cuaca memiliki probabilitas rendah dan dampaknya juga rendah. d. Risiko Proses berdasarkan Risiko per Kejadian Peta risiko proses menggambarkan posisi atau letak risiko per kejadian dalam risiko proses dan melihat penyebarannya. Risiko proses merupakan sumber risiko yang memiliki status risiko tertinggi. Hal ini juga tidak jauh berbeda jika risiko proses dipisah berdasarkan risiko per kejadian. Risiko per kejadian dalam risiko proses yang memiliki tingkat risiko paling tinggi adalah penanganan tidak dilakukan dengan baik.

14 Pemetaan risiko per kejadian ini akan memberikan alternatif penanganan yang lebih sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Prioritas penanganan risiko berdasarkan risiko proses, alam, teknologi, dan sdm tetap didasarkan pada nilai status risiko. 7.5 Strategi Penanganan Risiko PT Mitra Mina Nusantara belum menerapkan manajemen risiko perusahaan secara efektif. Manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risikorisiko tertentu saja. Strategi penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh PT MMN untuk memperkecil risiko adalah berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Strategi penanganan risiko operasional yang terjadi pada PT MMN berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko yang ada dalam usaha pemasaran benih ikan patin dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran peta risiko. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu: 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Tindakan preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko (Kountur, 2008). Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I & II sehingga bergeser ke kuadran III dan kuadran IV. Strategi preventif diharapkan mampu memperkecil kemungkinan terjadinya risiko yang ada pada kuadran I dan II. Strategi preventif yang umum dilakukan untuk mengendalikan risiko diantaranya membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumberdaya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Penanganan risiko berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa risiko yang kemungkinan terjadinya besar karena tidak mempunyai sistem dan prosedur yang jelas. Risiko alam yang berada pada kuadran I dapat ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumberdaya manusia. Pada risiko proses yang berada pada kuadran II

15 penyebabnya sedikit banyak dikarenakan sistem prosedur yang sudah ada belum maksimal dan masih harus diperbaiki. Strategi preventif risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 17. Probabilitas (%) Kuadran I Risiko Alam Kuadran II Risiko Proses PREVENTI Kuadran III Kuadran IV Kecil Rp 5 jt Dampak (Rp) Besar Gambar 17. Strategi Preventif Risiko Operasional Strategi penanganan risiko dapat dilakukan untuk semua risiko di PT Mitra Mina Nusantara yang teridentifikasi dan terpetakan, baik risiko secara keseluruhan maupun risiko berdasarkan kejadian kegiatan. Tujuannya agar penanganan bisa dilakukan dengan lebih terarah, maka strategi disesuaikan dengan risiko per kejadian seperti pada Gambar 18. Bencana alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I yang memiliki probabilitas tinggi namun berdampak kecil. Strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko yang ada di kuadran I akan bergeser ke kuadran III. Preventif untuk risiko yang ada di kuadran ini dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Ada banyak risiko yang disebabkan oleh manusia yang tidak kompeten, lalai, atau dengan sengaja melakukan hal-hal yang merugikan. Jika dengan sengaja melakukan atau kelalaian, bisa diperkecil dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur. Kelalaian biasanya dipicu oleh keaadaan dimana seorang karyawan merasa tidak diawasi dengan seksama atau deskripsi pekerjaan yang harus dilakukannya

16 terlupakan. Sistem dan prosedur yang dapat diperbaiki berupa pemberian secara tertulis deskripsi pekerjaan yang harus dilaksanakan serta pengawasan yang lebih ketat pada karyawan terutama ketika proses penanganan. Probabilitas (%) Kuadran I Bencana alam Kelalaian Pemilihan kendaraan yang salah Kecelakaan Kuadran II PREVENTIF Kuadran III Kuadran IV Kecil Rp 5 jt Dampak (Rp) Besar Gambar 18. Strategi Preventif Berdasarkan Risiko per Kejadian Risiko bencana alam dan pemilihan kendaraan yang salah dapat diminimalisir jika dibuat sistem pencatat transportasi yang tertata rapi dimana dalam sistem tersebut tertera berbagai macam kendaraan yang biasa dipakai untuk mengirim benih lengkap dengan estimasi ditambah deviasi waktunya. Sistem ini akan lebih baik jika selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi sekitar. Kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi cuaca beberapa hari terakhir sebelum pengiriman serta kondisi jalan yang akan dilewati pada proses pengiriman. Apabila cuaca sedang buruk dan jalan yang akan dilewati rawan bencana,

17 sebaiknya menunda pengiriman. Sistem ini juga dilengkapi dengan informasi mengenai kondisi jalan. Pengiriman via jalur darat menyesuaikan dengan keadaan di masyarakat dimana ketika libur, jalan menuju tempat wisata akan padat. Jalan yang digunakan untuk wilayah pengiriman yang sekiranya melewati tempat wisata sebaikya dihindari. Pada kuadran II terdapat risiko kecelakaan. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko ini adalah perbaikan sistem dan prosedur. Kecelakaan merupakan risiko yang memiliki kemungkinan dan dampak besar. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan adalah perbaikan prosedur pengiriman. Prosedur yang sudah dilaksanakan diantaranya menanyakan kondisi supir dan mengingatkannya untuk berhati-hati di jalan, memberikan surat jalan, laporan perjalanan, mengalihkan tanggung jawab kepada supir, memastikan supir membawa stnk, sim, surat jalan, nomor telepon penerima di daerah, dan terakhir menanyakan kondisi mobil (terakhir ganti oli, ban, rem, dongkrak, ban cadangan dalam kondisi baik dan pastikan ada dalam mobil). Sekian banyak prosedur yang harus dilakukan sebelum melakukan pengiriman belum menjamin proses pengiriman akan berjalan lancar. Prosedur ini harus didukung dengan sistem pencatat transportasi yang terdiri dari beberapa informasi serta sumberdaya manusia yang mendukung. Adanya prosedur ini diharapkan mampu meminimalisir tingkat kecelakaan yang terjadi. 2. Mitigasi Risiko Jika terjadi risiko di PT Mitra Mina Nusantara, maka perusahaan akan mengusahakan sedemikian rupa sehingga dampak yang ditimbulkan seminimal mungkin, yaitu dengan strategi penanganan secara mitigasi. Penanganan risiko yang selama ini dilakukan perusahaan adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat adanya risiko. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah dengan melakukan negosiasi dengan plasma dan pelanggan sehingga dampak kerugian dapat ditekan. Negosiasi dilakukan bila pengiriman benih terjadi dengan keberhasilan 0 persen, dimana semua benih ikan mati. PT MMN mensiasatinya dengan bernegosiasi dengan petani plasma untuk mendapatkan benih dengan pembayaran dimuka 30 persen, dimana dengan jumlah ini petani masih bisa

18 berproduksi. Benih tersebut kemudian dikirim kepada pelanggan dengan pembayaran Semua risiko yang berada pada kuadran II dan IV termasuk risiko yang memiliki dampak besar dan mengakibatkan kerugian ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran II dapat bergeser ke kuadran I, dan risiko-risiko yang berada pada kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 19. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kuadran II Risiko Proses 28,1 % Kecil Kuadran III Kuadran IV Risiko SDM Kecil Besar Gambar 19. Strategi Mitigasi Risiko Operasional MITIGASI Hasil pemetaan risiko menunjukkan kuadran yang memiliki dampak besar terisi oleh risiko proses dan sumberdaya manusia. Risiko yang berada pada kuadran II ini mempunyai kemungkinan terjadinya besar dan memiliki dampak yang besar. Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumberdaya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Risiko sumberdaya manusia berada pada kuadran IV. Risiko ini memiliki probabilitas rendah namun memiliki dampak besar.

19 Strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko pada kuadran II dan IV adalah dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Strategi diversifikasi yang selama ini dilakukan oleh PT MMN adalah dengan mengusahakan ikan jenis lain yaitu nila, mas, bawal, dan lele. Hal ini dilakukan untuk pencegahan kehilangan semua aset bila pengiriman ikan patin gagal. Bentuk diversifikasi lain yang dilakukan oleh PT MMN adalah dengan menjual benda mati berupa sarana produksi perikanan seperti peralatan yang berhubungan dengan ikan (pemotong kaca, akuarium, peralatan akuarium, ayakan, plastik, dan lain-lain) obat-obatan, dan pakan ikan. Strategi penanganan risiko dapat dilakukan untuk semua risiko di PT Mitra Mina Nusantara yang teridentifikasi dan terpetakan, baik risiko secara keseluruhan maupun risiko berdasarkan kejadian kegiatan. Tujuannya agar penanganan bisa dilakukan dengan lebih terarah, maka strategi disesuaikan dengan risiko per kejadian seperti pada Gambar 20. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II adalah kecelakaan dan risiko yang berada pada kuadran IV adalah penanganan tidak dilakukan dengan baik. Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Pengalihan risiko yang dipakai adalah asuransi. Kecelakaan membuat perusahaan merugi akibat rusaknya kendaraan operasional yang digunakan. Asuransi akan membuat dampak yang diterima perusahaan lebih sedikit dari jumlah seharusnya sehingga risiko yang berada pada kuadran II akan bergeser ke kuadran I. Risiko penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses) merupakan risiko yang terkait dengan kesalahan proses atau prosedur untuk menangani produk lebih lanjut di dalam perusahaan selama proses penanganan benih berlangsung hingga kegiatan distribusi benih. Perwujudan risiko proses pada unit pemasaran di PT MMN adalah tidak lengkapnya informasi yang diterima mengenai benih. Hal ini dapat menyebabkan tidak diketahuinya keadaan

20 mengenai benih, apakah benih ini sehat atau tidak sehingga menyebabkan kematian benih di tempat tujuan. Tingginya tingkat kepadatan pengiriman semakin mendukung kesalahan proses yang dilakukan. Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi dimana makhluk hidup yang menjadi sumber risiko digabungkan dengan pengiriman benda mati sehingga apabila benih yang dikirim tidak dapat bertahan karena kesalahan penanganan maka perusahaan masih memiliki sumber pendapatan lain. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kecelakaan Kuadran II 28,1 % Kecil Kuadran III Kuadran IV Penanganan tidak dilakukan dengan baik Kecil Besar MITIGASI Gambar 20. Strategi Mitigasi Risiko per Kejadian Strategi lain dapat digunakan selain menerapkan strategi preventif dan mitigasi risiko. Risiko operasional pada kegiatan pemasaran yang dilakukan PT MMN tersebar pada kuadran I, II, III, dan IV. Berdasarkan Hanafi (2006) dalam Trangjiwani (2008) memberikan alternatif strategi untuk menghadapi risiko dimana kuadran I termasuk dalam tahap monitor atau pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko tersebut. Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko yang ada pada kuadran ini untuk memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal. Kuadran II memiliki probabilitas besar dan dampak besar, atau berada pada tahap prevent at source. Tipe risiko ini jelas menunjukkan bahwa perusahaan tidak lagi bisa

21 mengendalikan risiko dan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kuadran III termasuk kategori low control dimana PT MMN dapat menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada kategori ini. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika PT MMN tidak perlu melakukan pengawasan yang berlebihan. Kuadran IV termasuk kategori detect dan monitor dimana perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar. Penanganan secara low control pada kuadran ini diprioritaskan pada risiko dengan nilai status tertinggi terlebih dahulu dilanjutkan pada risiko terendah. Dengan adanya prioritas penanganan ini diharapkan penanganan risiko dapat ditangani berdasarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko.

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN 6.1 Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pemasaran Benih Ikan Patin PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi risiko operasional. Risiko

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Wastukencana, Bandung dengan studi kasus pada Florist X yang beralamat di Jl.Wastukencana 34 b.7, Babakan Ciamis,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Risiko dan Manajemen Risiko Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

Seluk-Beluk Jasa Pengiriman Barang yang Perlu Diketahui

Seluk-Beluk Jasa Pengiriman Barang yang Perlu Diketahui Seluk-Beluk Jasa Pengiriman Barang yang Perlu Diketahui Jasa pengiriman barang kini merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat modern. Pemicunya adalah perubahan pola perilaku masyarakat dalam hal berbelanja.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Pada kegiatan usaha pembiakan anjing Labrador di D Sunflower Kennel, terdapat beberapa risiko produksi yang

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

4 KAJIAN RISIKO KPIH Opened Hull

4 KAJIAN RISIKO KPIH Opened Hull 4 KAJIAN RISIKO KPIH Opened Hull KPIH Opened hull telah digunakan sebagai moda untuk mengangkut benih ikan kerapu bebek. Transportasi benih ikan dengan menggunakan KPIH Opened hull adalah merupakan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL.. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x I. PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian.. 5 1.4

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG PENILAIAN RISIKO SIKLUS PENYELENGGARAAN SPIP Statement of Resposibility Penilaian Risiko 4 UNSUR SPIP (PP 60/ 2008) Penilaian Risiko Suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: BAB V PENUTUP Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: 5.1. Simpulan 5.1.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dapat didentifikasi

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Panduan ini menerangkan kondisi utama yang harus dipenuhi oleh pengemudi yang akan mengoperasikan kendaraan PMI (baik pengemudi yang merupakan karyawan PMI atau pun pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rekayasa Ulang Proses Bisnis Hammer dan Champy (1995, hal 27-30) mengatakan bahwa Rekayasa Ulang adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

SYARAT & KETENTUAN PENGGUNAAN JADIPERGI.COM

SYARAT & KETENTUAN PENGGUNAAN JADIPERGI.COM SYARAT & KETENTUAN PENGGUNAAN JADIPERGI.COM 1. RUANG LINGKUP LAYANAN a. Melalui situs atau aplikasi, JadiPergi.com menyediakan flatform yang memungkinkan anda menemukan informasi Paket Wisata, Tiket Pesawat,

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit atau terluka atau bahkan meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Bangunan atau pabrik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pada zaman dahulu manusia lebih terbiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pada zaman dahulu manusia lebih terbiasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini transportasi sudah menjadi salah satu bagian yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pada zaman dahulu manusia lebih terbiasa melakukan perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Dampak yang ditimbulkan dari krisis tersebut diantaranya

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 4 Manajemen Produksi Bisnis berusaha untuk memadukan manajemen dengan mesin sesempurna mungkin. Menciptakan dan memelihara keseimbangan antara manajemen dengan mesin-mesin produksi merupakan tugas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengolahan data dan analisis, maka diperoleh beberapa kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah kesimpulan

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya persaingan bisnis di Surabaya pada saat ini menandakan bahwa perkembangan dunia bisnis di kota Surabaya semakin pesat. Dapat dipastikan hampir semua bisnis,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi/angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara e-mail: najid29@yahoo.com mobile phone: 818156673 Abstract: Rapid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia memiliki potensi rawan akan bencana, baik bencana alam maupun bencana non-alam. Bencana dapat menimbulkan terancamnya keselamatan jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

Alat Transportasi Masa Lalu dan Masa Kini

Alat Transportasi Masa Lalu dan Masa Kini Alat Transportasi Masa Lalu dan Masa Kini Pembelajaran Kelas IV SD Negeri Wonosari Oleh : Khasanah Subyek Penelitian Tindakan Kelas 1. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, karena semua aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

Uji Model Pemetaan Kerentanan Fungsi Jalan

Uji Model Pemetaan Kerentanan Fungsi Jalan LAPORAN AKHIR 2434.003.001.107-A Uji Model Pemetaan Kerentanan Fungsi Jalan dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Jalan dan Jembatan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI A. Definisi Risiko RISIKO adalah : a. Risiko adalah kans kerugian b. Risiko adalah kemungkinan kerugian c. Risiko adalah ketidak pastian d. Risiko adalah penyimpangan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan cepat, hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Kebutuhan manusia yang beragam mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Kemungkinan manusia menghadapi kehilangan atau kerugian itu merupakan suatu risiko.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman bertujuan untuk mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Baraya travel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi yang saat ini melayani rute perjalanan Jakarta-Bandung.

Lebih terperinci

FINAL KNKT

FINAL KNKT FINAL KNKT-08-09-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TRUK KAYU PADI MAS NOMOR KENDARAAN EB 2144 AC MASUK JURANG DI JALAN JURUSAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Transportasi Menurut Warpani (1990), transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IX ASURANSI ANEKA

BAB IX ASURANSI ANEKA BAB IX ASURANSI ANEKA Jika di depan telah dipaparkan tentang asuransi jiwa dan asuransi kerugian secara panjang lebar, berikut ini akan dipaparkan asuransi aneka. Uraian-uraian berikut ini mencakup macam-macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sektor kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan resmi bernama Mitra Mina Nusantara pada tahun 2010, sebelumnya usaha pemasaran benih ikan air tawar yang dirintis sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dunia bisnis saat ini, persaingan merupakan hal yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dunia bisnis saat ini, persaingan merupakan hal yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dunia bisnis saat ini, persaingan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh semua perusahaan. Dalam mencapai tujuannya, perusahaan selalu dihadapkan

Lebih terperinci

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan suatu kebutuhan primer manusia untuk mempertahankan hidupnya. Seiring dengan

Lebih terperinci

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] Untuk keperluan kutipan versi AS, teks bahasa Inggris bersertifikasi PBB dipublikasikan dalam 52

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia. Hal ini mendorong masyarakat disekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci