PELATIHAN PERENCANAAN KARIER DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK. Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN PERENCANAAN KARIER DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK. Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P."

Transkripsi

1 1 PELATIHAN PERENCANAAN KARIER DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P. Nugraha INTI SARI Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh pelatihan perencanaan karir dalam meningkatkan kematangan karir pada siswa SMK. Siswa yang digunakan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki kematangan karir yang rendah dan sedang berdasarkan skala inventory kematangan karir. Partisipan dalam penelitian ini adalah 36 siswa SMKN I Depok kelas XII yang terbagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengukuran kematangan karir menggunakan skala inventory kematangan karir (Crites & Savickas,1995), dilakukan pada saat 3 hari sebelum pelatihan dan 3 hari setelah pelatihan. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen, dengan rancangan pre-test post-test. Hasil analisis data menggunakan t-test menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan pelatihan perencanaan karir dengan kelompok yang tidak diberikan pelatihan perencanaan karir (t= , p < 0,001). Kata Kunci : Pelatihan perencanaan karir, kematangan Karir.

2 2 TRAINING FOR CAREER PLANNING TO IMPROVE CAREER MATURITY ON STUDENT AT SMK Titin Chomariah Sukarti, Sumedi P. Nugraha ABSTRACT This research aimed to examine the influence of training career planning to enhance career maturity on vocational students. Students who are used as subjects in this study were the students who have low career maturity. Participants in this study were 36 students of SMKN I Depok class XII which are divided into experimental group and control group. Measurement of career maturity, career maturity inventory scale (Crites & Savickas, 1995), carried out during the three days before training and three days after training. Using quasiexperimental research design, with pre-test post-test design. Results using t-test showed significant differences between groups that received training career planning with those who were not given proper training career planning (t = , p <0.001). key : Training Career Planning, Career Maturity

3 3 I. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lingkungan sosial yang berpengaruh dalam menentukan pilihan karir pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kenyataan menunjukkan bahwa kematangan karir tidak dapat dicapai secara langsung, melainkan melalui tahapan yang direncanakan siswa SMK sejak masih sekolah. Kematangan karir merupakan kesiapan sikap untuk dapat melakukan pilihan karir yang tepat dan objektif (Crites, 1974). Konsep kematangan karir siswa menurut tujuan kurikulum SMK adalah siswa dapat lulus ujian akhir sekolah pada tiap-tiap mata pelajaran dengan nilai minimal delapan. Selanjutnya studi ini akan memfokuskan pada SMKN I Depok. Untuk mengetahui tentang gambaran kematangan karir siswa SMKN I Depok, DIY, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap 5 orang siswa (30 Januari 2010). Hasilnya menunjukkan bahwa 5 orang siswa tersebut (100%) tidak dapat mengambil keputusan dalam menentukan karir setelah mereka lulus. Mereka merasa tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang pekerjaan guna menunjang karir mereka. Hasil wawancara terhadap tiga orang siswa lainnya (1 Februari 2010), menggambarkan bahwa mereka merasa bingung dan belum siap saat harus melakukan kerja praktek di perusahaan. Siswa saat praktek kerja tidak ditempatkan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Siswa jurusan Akuntansi yang magang kerja di perusahaan, misalnya, ditempatkan di bagian resepsionis; siswa Administrasi Perkantoran pada saat magang kerja ditempatkan di bagian kasir; siswa jurusan Pemasaran

4 4 pada saat magang kerja di sebuah swalayan ditempatkan di bagian penitipan tas. Dari wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa siswa kurang memiliki informasi dan wawasan tentang karir, bingung dan tidak dapat mengambil keputusan mengenai karir yang akan dipilih setelah lulus sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kematangan karir yang dimiliki siswa SMK masih rendah. Setelah wawancara, dilanjutkan dengan membagikan angket kepada 100 orang siswa, dengan tujuan untuk mengetahui (a) latar belakang ekonomi dan pendidikan orang tua, (b) tujuan siswa masuk ke SMK, serta (c) cita-cita dan perencanaan siswa (2 Februari 2010). Hasil lengkap analisis dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3. Berikut ini adalah hasil ringkasan tabel-tabel tersebut. (a) Sebagian besar pekerjaan orang tua (ayah dan ibu) adalah buruh. Artinya tidak heran jika latar belakang ekonomi siswa berasal dari kelas menengah ke bawah. Faktor pendukung siswa masuk SMK adalah ingin cepat bekerja karena ingin membantu ekonomi keluarga. Latar belakang pendidikan orang tua adalah SMK. (b) Tujuan awal siswa masuk SMK umumnya ingin bekerja setelah lulus sekolah. Namun, informasi yang dimiliki oleh siswa mengenai pengetahuan dunia kerja masih rendah, seperti pengetahuan tentang tugas-tugas pekerjaan dan hal-hal yang terkait dengan dunia kerja. Disisi lain siswa juga belum mampu mengenali dirinya sendiri (untuk memilih pekerjaan yang cocok bagi dirinya). Jadi, siswa belum sanggup mengenali kemampuan dirinya dengan tepat sehingga siswa bingung dan ragu-ragu

5 5 dalam mengambil keputusan berkaitan dengan karirnya. Tyler (dalam Crites, 1969) menyatakan bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada tujuan karirnya sering disebabkan oleh ketidakmatangan karirnya. (c) Sebagian besar siswa setelah lulus sekolah belum memiliki pilihan pekerjaan. Sebagian siswa ada yang telah mempunyai minat dan pilihan pekerjaan, namun terkadang pilihan pekerjaan yang dibuat oleh sebagian besar siswa kurang relevan dengan jurusan yang dipilih. Misalnya, siswa jurusan Akuntansi ingin bekerja menjadi perawat, siswa jurusan Pemasaran ingin bekerja menjadi teknisi dan siswa jurusan Administrasi perkantoran ingin bekerja menjadi psikolog. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan tentang bidang pekerjaan yang dimiliki oleh siswa masih rendah, sehingga terkadang tidak ada relevansi antara bidang ilmu yang diinginkan dengan jenis pekerjaan yang dipilih setelah lulus sekolah. Menurut Crites (1969) hal itu terjadi karena siswa memiliki banyak pilihan, dan ia tidak dapat menetapkan salah satu di antaranya untuk dijadikan tujuan. Siswa tidak dapat mengambil satu kemungkinan pilihan yang cocok baginya. Dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa banyaknya siswa yang belum mempunyai perencanaan (berkaitan dengan karir serta pilihan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya) merupakan indikator rendahnya kematangan karir yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya, data diperkuat dengan mengetahui tujuan kurikulum SMKN I Depok, DIY, sudah tercapai atau belum. Peneliti menyebarkan angket tentang: (a) kegiatan bimbingan karir di sekolah, dan (b) sumber

6 6 informasi siswa tentang karir (2 Februari 2010). Hasil lengkap analisis angket dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Berikut ini adalah hasil dari ringkasan tabel-tabel tersebut, ditambah dengan wawancara dan observasi kepada siswa dan guru. (a) Ada bimbingan karir di sekolah. Persoalannya adalah para siswa merasa tidak cukup dengan bimbingan karir yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Bimbingan karir yang dilaksanakan oleh guru BK menggunakan metode konseling kelompok, dilaksanakan hanya pada waktu akan praktek kerja dan menjelang kelulusan sekolah. Kegiatan yang berhubungan dengan karir (mendukung kompetensi siswa), seperti seminar, workshop dan kunjungan keperusahaan juga tidak dilaksanakan oleh pihak sekolah. Temuan ini membuktikan bahwa pengetahuan siswa SMK tentang bidang pekerjaan yang dimiliki masih kurang sehingga mereka tidak memiliki informasi dan wawasan tentang dunia kerja. Akibatnya, kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan yang akan dipilih setelah lulus sekolah terasa kurang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan karir merupakan indikator kematangan karir yang dimiliki siswa SMKN I Depok masih rendah. (b) Dalam hal mencari pekerjaan, siswa lebih banyak memanfaatkan media elektronik dibandingkan dengan media cetak. Hal ini membuktikan bahwa siswa belum dapat memanfaatkan sumber sumber informasi yang tepat sebagai sarana informasi tentang karir. Siswa masih belum dapat memanfaatkan secara maksimal untuk melakukan eksplorasi mengenai

7 7 pekerjaan dan karir. Siswa yang memiliki pengetahuan luas akan memiliki informasi lebih banyak, termasuk informasi mengenai karir sehingga siswa memiliki lebih banyak informasi tentang bidang pekerjaan. Begitu pula sebaliknya, siswa yang kurang memiliki pengetahuan tentang karir maka informasi tentang bidang pekerjaan otomatis akan menjadi kurang. Efeknya siswa menjadi ragu-ragu dan bingung dalam mengambil keputusan mengenai karir yang akan dipilih. Akibatnya, banyak siswa SMK setelah lulus sekolah tidak bekerja. Hal ini dapat dicermati dari data statistik BPS pada tahun 2007 hingga Tabel 6. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan (%) Tingkat pendidikan Agustus Februari Agustus SD SMP SMA SMK DIPLOMA UNIVERSITAS Keterangan: Data dari BPS. Diambil dari http //: leases/files/naker-05jan10.pdf. Tabel 6 menjelaskan tingkat pengangguran dari tingkat sekolah dasar hingga universitas yang terjadi pada tahun 2007 hingga Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS RI, ), jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) didominasi lulusan SMK. Jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2007 sebesar 21%, tahun 2008 sebesar 14.8% dan tahun 2009 sebesar 17.26%. Fakta di atas menunjukkan banyaknya lulusan SMK yang tidak bekerja. Banyaknya siswa SMK dan

8 8 tingginya minat siswa yang ingin bersekolah di SMK, menyebabkan jumlah lulusan SMK juga semakin banyak. Disisi lain, jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja pada setiap tahunnya, akibatnya lulusan SMK juga banyak yang menganggur. Banyaknya jumlah pengangguran terbuka kemungkinan disebabkan siswa tidak tahu informasi pekerjaan atau kurangnya perencanaan terkait dengan karirnya. Crites (1973) menegaskan bahwa sebanyak 30% siswa bingung memilih studi dan memasuki dunia kerja. Keragu-raguan dan kebingungan ini menurut Crites (1973) merupakan indikator dari belum matangnya karir. Penelitian oleh Upma Kaur Dhildon dan Rajender (2005) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kematangan karir dengan konsep diri, motivasi berprestasi dan locus of control. Penelitian Hasan (2006) menyimpulkan ada hubungan positif antara konsep diri, minat aspirasi, dan jenis kelamin dengan kematangan karir. Simpulan tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Creed, Patton, dan Prideaux (2006) yang mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu banyaknya pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia, serta tingginya jumlah pencari kerja. Banyaknya remaja yang menganggur merupakan problem yang dihadapi oleh sekolah di Indonesia, terutama SMK. Berdasarkan data sekunder (media cetak, elektronik dan survey) dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan yang terjadi di SMK pada umumnya mencakupi, (a) banyaknya minat siswa yang bersekolah di SMK,

9 9 meskipun lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah lulusan setiap tahunnya, (b) tujuan kurikulum SMK yang menjanjikan akan mencetak tenaga terampil yang siap kerja belum tercapai secara maksimal, dan (c) harapan siswa yang tinggi saat bersekolah di SMK tidak tercapai karena pada kenyataan banyak siswa SMK yang memiliki kematangan karir rendah, sehingga menghambat siswa dalam memperoleh pekerjaan karena siswa tidak siap bekerja. Dari ketiga permasalahan di atas, peneliti ingin memfokuskan kepada siswa yang memiliki kematangan karir yang rendah. Kematangan karir yang rendah disebabkan kurikulum bimbingan karir di sekolah tidak berjalan dengan optimal. Indikator kematangan karir rendah yang ditemukan peneliti di SMKN I Depok meliputi (a) siswa belum memiliki perencanaan ketika lulus sekolah, (b) siswa belum mampu menilai dirinya sendiri dengan tepat, (c) kurangnya informasi mengenai bidang pekerjaan, (d) pemikiran tentang karir masih belum mantap, dan (e) siswa belum mandiri dalam mengambil keputusan berkaitan dengan karir yang dipilihnya. Selanjutnya, kelima indikator kematangan karir yang rendah akan digunakan sebagai acuan dalam pelatihan perencanaan karir. Salah satu cara agar siswa memiliki kematangan karir yang baik adalah dengan memberikan bimbingan karir kepada siswa. Bimbingan karir dapat berupa konseling (Bezt, 2000), perencanaan karir (Lyon dan Kirby, 2000), dan kursus pengembangan karir (Rease dan Miller, 2006). Penelitian Pritchard (1984) menunjukkan bahwa bimbingan karir membuat siswa menjadi lebih paham terhadap pilihan karirnya. Pavlak dan Post-Kammer

10 10 (1986) melakukan penelitian eksperimental dan hasilnya menunjukkan adanya pengaruh positif layanan bimbingan terhadap kematangan karir dan konsep diri bagi pemuda delinquent American dan American-African. Penelitian Jonas Masdonati dan Koorosh Massoudi Jerome Rossier (2009) dan Andreas Hirschi dan Damian Lage (2008), membuktikan bahwa bimbingan karir terbukti efektif untuk mengurangi kesulitan dalam pengambilan keputusan dan tipe kepribadian, di samping meningkatkan kepuasan hidup bagi siswa sekolah menengah yang bekerja. Penelitian Abimayu (dalam Partino, 1990) dan Partino (dalam Partino, 1990) menemukan bahwa layanan bimbingan karir berkorelasi signifikan dengan kematangan karir siswa sekolah menengah. Penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Ryan, Whiston, Sexton dan Lasoff menyatakan bahwa intervensi karir lebih efektif dalam mengatasi permasalahan karir dibandingkan dengan tidak adanya intervensi apapun. Brown dan Krane (2004) mengadakan penelitian meta analisis dan hasilnya terdapat lima komponen dalam intervensi karir yang efektif, yaitu (1) membantu individu dalam menetapkan tujuan hidup dan karirnya, (2) menyediakan interpretasi dan umpan balik individu, (3) memberikan gambaran yang realistik mengenai karir yang diminati oleh individu, termasuk keuntungan dan kerugiannya, (4) menyediakan model atau mentor yang sukses dalam karirnya, dan (5) membantu individu dalam membangun jaringan kerja. Tiga dari komponen tersebut harus ada dalam intervensi karir. Selanjutnya kedua ahli tersebut menyatakan bahwa empat dari kelima komponen berkaitan dengan upaya membantu individu dalam

11 11 membangun jaringan kerja, meningkatkan lima arena kompetensi pada efikasi diri dalam membuat keputusan (dikutip oleh Rease dan Miller, 2006). Pelatihan merupakan kegiatan yang cocok untuk menstimulus kegiatan bimbingan karir di sekolah agar terlaksana secara optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memberikan intervensi karir melalui sebuah pelatihan perencanaan karir kepada siswa agar dapat meningkatkan kematangan karir siswa SMK. Simamora (2001) menyatakan bahwa perencanaan karir seseorang diawali dengan penilaian diri (selfassessment) agar dapat membuat tujuan yang realistik dan siswa dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan karir terfokus pada individu untuk menentukan siapa saya dari segi potensi dan kemampuannya. Tujuan akhir yang ingin dicapai dari pelatihan perencanaan karir ini adalah meningkatnya kematangan karir siswa yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengetahui kondisi internal dalam dirinya (memahami kelebihan dan kekurangan, kepribadian, ketrampilan, fisik, kemampuan, minat dan pengalaman) dan kondisi eksternal dirinya (informasi karir, dukungan keluarga dan lingkungan) agar siswa mampu mengambil keputusan yang tepat dan objektif berkaitan dengan karir yang akan dipilih siswa setelah lulus sekolah. Pelatihan perencanaan karir merupakan proses di mana siswa dapat menyeleksi tujuan karir dan arah untuk mencapai tujuan karirnya. Perencanaan karir merupakan aktivitas yang bertujuan untuk menyiapkan jenis pekerjaan dan jenjang pekerjaan (karir) di masa mendatang, meliputi:

12 12 pemilihan jenis pekerjaan, jenis penugasan kerja, dan jenjang karir maksimal yang ingin dicapai oleh seseorang. Perencanaan karir yang matang akan mengurangi resiko kegagalan karena didalam perencanaan karir ditetapkan beberapa pilihan dalam urutan prioritas (Winkel, 2004). Pernyataan tersebut mendukung temuan yang dilakukan oleh Heer (1996) bahwa orang yang tidak memiliki perencanaan karir yang matang akan mengalami kegagalan dalam tugas karirnya. Pelatihan perencanaan karir ini dipilih karena dilakukan dengan suatu pelatihan dengan metode tertentu, seperti lewat permainan, eksplorasi diri, studi kasus, role play dan diskusi kelompok. Dalam kegiatan tersebut terjadi proses belajar (experiental learning), sehingga diharapkan konsep yang diberikan dapat lebih mudah dipahami dan dirasakan oleh siswa SMK. Menurut Kirtpatrick (dikutip oleh Salas dan Bowers, 2001), pelatihan merupakan suatu metode pembelajaran yang efektif dan bertujuan mengubah aspek kognitif, afektif serta hasil ketrampilan dan keahlian. Pelatihan yang dilakukan berbeda dengan bimbingan karir yang disampaikan oleh guru BK di sekolah karena pelatihan tersebut disampaikan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode pelatihan lebih efektif dan efisien dari segi waktu, biaya, serta tenaga dibandingkan dengan metode tes psikologi maupun konseling individual. Metode tes psikologi membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak karena meliputi pemberian alat tes, skoring interpretasi dan pembuatan laporan individual. Disisi lain, konseling individual memerlukan beberapa

13 13 kali pertemuan tatap muka, melibatkan seorang klien membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Perencanaan Karier dalam Meningkatkan Kematangan Karir pada Siswa SMK. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karir pada Siswa SMK 1. Pengertian Kematangan Karir Super (1974) mendefinisikan kematangan karir sebagai konsep yang digunakan untuk menunjukkan tingkat perkembangan karir, yaitu tahap yang dicapai individu pada kontinum perkembangan karir mulai dari tahap pertumbuhan sampai dengan tahap kemunduran. Super tidak membahas tahap pertumbuhan, terutama perkembangan karir untuk anak anak dan tahap kemunduran bagi usia lanjut (Super, 1990). Menurut Powell dan Luzzo (1998) kematangan karir adalah kesiapan bagi individu untuk membuat keputusan karir yang sesuai dengan usianya (age appropriate) berdasarkan informasi yang cukup, serta menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan perkembangan karirnya. Definisi ini mencakup juga kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang tepat, juga adanya kesadaran (awareness) akan persyaratan yang dibutuhkan untuk membuat pilihan karir tersebut, serta derajat pilihan karir tersebut realistis dan konsisten sepanjang waktu. Yost dan Corbishly mendefinisikan kematangan karir sebagai kemampuan untuk melakukan negosiasi terhadap tugas-tugas dan transisi dari perkembangan karirnya,

14 14 serta kesiapan untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan usia (age-appropriate) dan tahapan (stage-appropriate) (dalam Seligman, 1994, p. 28). Crites (1974) menegaskan bahwa kematangan karir merupakan tingkat kesiapan sikap dan kompetensi individu dalam mengambil keputusan karir yang tepat dalam suatu rentang kehidupan sejak tahap ekplorasi sampai pada tahap kemunduran. Crites (1986) menggambarkan model kematangan karir ke dalam dua dimensi, yakni afektif dan kognitif. Dimensi afektif terdiri dari lima aspek yakni, a) keterlibatan dalam pengambilan keputusan, b) orientasi menuju kerja, c) konsep dalam pengambilan keputusan, d) kemandirian dalam pengambilan keputusan, dan e) minat terhadap jenis jenis pekerjaan. Dimensi kognitif terdiri dari lima aspek yakni, a) pemecahan masalah, b) perencanaan, c) informasi pekerjaan, d) penilaian diri dan e) pilihan tujuan. Konsep kematangan karir Crites (1986) ini lebih luas digunakan untuk memahami tingkat kematangan karir. Di samping itu, konsep Crites (1986) secara konsisten telah digunakan selama berpuluh puluh tahun lamanya. Mau (2000) dalam kajiannya mengemukakan bahwa model kematangan karir Crites digunakan secara luas, baik di sekolah-sekolah formal (setingkat SMA), mahasiswa dan golongan minoritas yang kurang beruntung (gay dan lesbian, cacat atau kelemahan fisik). Inventori kematangan karir Crites tetap menjadi pilihan favorit para peneliti kematangan karir. Mau (2000) dan Lundborg dkk (1997) bahwa model kematangan karir Crites telah digunakan secara luas, termasuk dalam

15 15 penelitian eksperimen Crites (1986) terbukti paling populer dibandingkan dengan instrumen kematangan karir lainnya (Croesrtse & Schepers, 2004). Berbagai definisi kematangan karir dari para ahli Psikologi Karir, peneliti memilih batasan Crites untuk konsep kematangan karir, Crites (1986) sederhana dan singkat namun cakupannya memadai. Jadi, dapat disimpulkan kematangan karir adalah kesiapan sikap dan kompetensi individu dalam melakukan pilihan karirnya secara tepat dan objektif. 2. Komponen Kematangan Karir Hasil penelitian kematangan karir Super dengan menggunakan Career Pattern Study (CPS) mendorong Gribbon dan Lohness (dalam Crites, 1969) ikut dalam mengembangkan konsep kematangan karir. Mereka mengemukakan bahwa kematangan karir terdiri atas delapan dimensi. Dimensi kematangan karir tersebut meliputi faktor-faktor (a) pemilihan kurikulum, (b) pemilihan pekerjaan, (c) kekuatan dan kelemahan diri, (d) ketepatan penilaian diri, (e) bukti-bukti rating, (f) minat, (g) nilai dan (h) kemandirian pilihan. Dimensi dimensi kematangan karir menurut Crites (1986) dibagi menjadi dua yaitu dimensi sikap (afektif) pilihan karir dan dimensi kompetensi (kognitif) pilihan karir. Dimensi tersebut dapat dipahami dari model-model kematangan karir. Secara umum, individu yang matang karir adalah mereka yang menunjukkan kemampuannya dalam menguasai secara efektif tugastugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya guna mempersiapkan tugas-tugas perkembangan karir berikutnya yang lebih

16 16 kompleks (Psynet, 2001). Sebagaimana perkembangan pada umumnya, mereka yang tidak mampu mengerjakan tugas-tugas perkembangan karir pada tahap tertentu akan mengakibatkan tahap perkembangan karir berikutnya tertunda. Setiap terjadi penundaan tahap perkembangan karir akan secara relatif diikuti oleh penundaan tahap perkembangan karir berikutnya. Dimensi sikap (afektif) pilihan karir adalah sebagai berikut: a. Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Proses perkembangan karir dialami oleh semua individu namun individu yang matang akan menjadi lebih mampu untuk membuat keputusan karir tanpa melibatkan lingkungannya seperti guru, orangtua, teman dll. Misalnya: jika ada siswa mempunyai sahabat dan bercita-cita ingin masuk sekolah sekretaris, maka siswa tersebut ingin ikut temannya yaitu masuk ke sekolah sekretaris. b. Kemandirian Dalam Pengambilan Keputusan Individu yang matang karirnya maka dapat mengambil keputusan sendiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Pada dimensi ini, individu yang belum matang karirnya menunjukkan keragu-raguan dalam membuat keputusan karirnya. c. Orientasi Menuju Kerja Individu menyadari harapan sosial yang diinginkan dalam dunia kerja supaya dapat menyusun pilihan karir yang tepat, karena harapan sosial akan menentukan alasan untuk memilih pekerjaan yang paling cocok untuk setiap individu. Proses orientasi terhadap dunia kerja dimulai saat

17 17 individu mulai mengembangkan kesadaran dan meningkatkan orientasinya untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan kurikulum sekolah, kerja paruh waktu dan bidang pendidikan yang akan diambil di sekolah. Proses orientasi menuju dunia kerja dapat berupa keikutsertaan anak dalam aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang dipilihnya misalnya siswa jurusan pemasaran, maka sebelum lulus dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler koperasi yang ada di sekolah. d. Konsep Yang Diperlukan Dalam Pengambilan Keputusan Konsep yang diperlukan dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi kualitas pemilihan karirnya. Semakin berkembang dan akan terintegrasinya kemampuan dan sikap individu, maka akan semakin besar untuk menghadapi tugas-tugas perkembangan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan pilihan minat karirnya. e. Minat Terhadap Jenis Jenis Pekerjaan Fantasi karir anak dipengaruhi oleh informasi yang mereka peroleh tentang dunia dan itu dimulai dari ketertarikan mereka terhadap sesuatu. Pada masa kanak kanak ketertarikan akan sesuatu terkadang tidak memperdulikan rintangan yang mereka hadapi untuk dapat memperoleh apa yang mereka inginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya minat membantu perkembangan kompetensi, tetapi kompetensi diri juga membantu perkembangan minat, minat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang mendukung minat tersebut dan mereka menyadari bahwa hal tersebut sangat penting. Kesadaran akan pentingnya minat membantu individu tentang apa yang

18 18 mereka sukai atau tidak sukai, dari sinilah terbentuknya self concept yang sangat penting dalam proses pemilihan karir. Dimensi Kognitif yaitu : a. Pemecahan Masalah Individu yang matang karirnya maka akan dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan karir yang dipilihnya. Dimensi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk menentukan pilihan yang realistik dan konsisten dengan tugas-tugas pribadinya. Dimensi ini juga menunjukkan hubungan antara pilihan, kemampuan, aktifitas, minat terhadap suatu pekerjaan. b. Perencanaan Setiap individu mempunyai impian dan harapan tertentu yang terkadang dikhayalkan dalam fantasinya. Individu melalui khayalan dan fantasinya akan membayangkan masa depan dan pekerjaannya pada waktu yang akan datang dan lebih termotivasi untuk mewujudkan impian karirnya sehingga mempunyai pilihan karir yang lebih pasti dan menetap. c. Informasi Pekerjaan Individu belajar mengenal dirinya dengan bertambahnya usia sehingga semakin banyak informasi yang diperoleh tentang pekerjaan dan cara mendapatkan pekerjaan. Informasi yang diperoleh akan meningkatkan relevansi dan spesifikasi yang digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Informasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan karir, informasi yang membantu merupakan informasi yang diperoleh dari luar dirinya yang kemudian

19 19 diinternalisasikan dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk aspek-aspek yang ada dalam diri individu tersebut. Informasi tentang jenis karir dan informasi tentang kemampuan diri, bisa didapat dari sekolah melalui layanan informasi. Assesment Psikologi dapat membantu siswa dalam proses kematangan karirnya sehingga dalam hal ini diharapkan peran yang maksimal dari sekolah untuk memfasilitasi kebutuhan siswa. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (dalam Karneli, 2009) Informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan. d. Penilaian Diri Pada masa kanak kanak individu tidak merasa bertanggung jawab terhadap perilakunya, mereka melakukan sesuatu tugas seperti apa yang diminta oleh guru/orang tuanya dengan kata lain mengikuti aturan yang berlaku. Mereka mengendalikan lingkungan mereka. Dugaan bahwa kontrol diri berpengaruh pada penilaian diri dan juga kemampuan seseorang mengambil keputusan karir merupakan suatu hal yang menarik. Menyeimbangkan kontrol diri dan kontrol dari luar bisa dilakukan dengan adanya konseling untuk mengendalikan emosi. Mengendalikan perilaku bisa membantu anak menyadari apa yang mereka suka dan apa

20 20 yang mereka tidak sukai. Naidoo (1998) melakukan review terhadap beberapa penelitian mengenai Locus of control dan hasilnya terbukti efektif mempengaruhi kematangan karir seseorang. e. Pilihan Tujuan Merupakan dimensi sikap yang menentukan pilihan akhir pekerjaannya. Individu sudah mengetahui secara pasti apa yang menjadi pilihan karirnya dengan mempertimbangkan berbagai hal dan menggunakan informasi pekerjaan yang dimilikinya untuk menentukan pilihan pekerjaan dan fokus pada pilihan pekerjaannya tersebut. Dari dimensi kematangan Crites (1986) dan temuan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir pada remaja adalah : a) keterlibatan dalam pengambilan keputusan, b) orientasi menuju kerja, c) konsep dalam pengambilan keputusan, d) kemandirian dalam pengambilan keputusan, e) minat terhadap jenis jenis pekerjaan, f) pemecahan masalah, g) perencanaan, h) informasi pekerjaan, i) penilaian diri, dan j) pilihan tujuan.

21 21 Career choice competence Career Choice attitude Planning Self Appraisal orientation Preference Problem Solving Involvement Independence Conception Informational Goal Selectioan occopational Bagan 1 Model Kematangan Karir Remaja (Crites,1986) Jadi, dapat disimpulkan bahwa individu yang matang karirnya adalah individu yang memiliki kemampuan kognitif dan afektif yang baik sehingga dapat melakukan pilihan karir secara tepat dan objektif. 3. Tahap Perkembangan Karir Remaja Tugas perkembangan karir pada tahap yang satu berbeda dengan tugas perkembangan karir tahap lainnya. Siswa Sekolah Menengah tergolong pada tahap perkembangan eksplorasi dengan tugas perkembangan memilih pekerjaan secara tentatif (Super dalam Jhonson, 2001). Pada tahap ini, remaja mulai banyak melakukan penjajagan atau mengeksplorasi karir apa yang cocok dengan dirinya. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengkristalisasi, menspesifikasi dan mengimplementasikan pilihan karir. Siswa SMK kelas tiga memiliki

22 22 kematangan karir yang baik jika mereka telah memiliki pilihan karir dan memiliki perencanaan yang matang. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan karir yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran orang dewasa. Menurut Havinghurst tugas perkembangan karir remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Pada saat ini remaja juga telah masuk pada tahap membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson & Wiko. 2006; Creed, Patton, & Priedeaux, 2006). Remaja membuat rencana karir dengan cara eksplorasi dan mencari informasi tentang sejumlah pekerjaan yang diminati (Bardick, Bernes, Magnusson & Witko, 2006). Remaja dihadapkan pada situasi yang membuat mereka dituntut membuat pilihan karir tanpa memiliki banyak pengalaman aktual/nyata di dalam dunia kerja (Newman & Newman, 1979). Studi ini melibatkan remaja pada tingkat SMK karena siswa SMK berada pada tahapan eksplorasi. Remaja pada tahap ini, banyak melakukan penjajagan atau mengeksplorasi karir apa yang cocok dengan dirinya. Menurut Super (1990) tugas perkembangan remaja adalah mengkristalisasi, menspesifikasi dan mengimplementasikan pilihan karir. Tahap ini dibagi menjadi tiga sub tahap, yaitu: a. Sub Tahap Sementara (14 17 thn). Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengkristalisasi pilihan pekerjaan. Individu mulai dapat menggunakan self-preference untuk melihat kesesuaian suatu bidang dan tingkat pekerjaan dengan dirinya.

23 23 b. Sub Tahap Peralihan (17 21 thn). Perkembangan pada sub tahap ini adalah mengkhususkan pilihan pekerjaan. c. Sub Tahap Ujicoba (21 24 thn). Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengimplementasikan pilihan pekerjaan. Masa remaja merupakan masa di mana mereka membuat komitmen mengenai jenjang pendidikan mereka sesuai dengan pilihan karirnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan karir adalah berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak ini penting sebagai salah satu faktor yang memfasilitasi perencanaaan karir seseorang. Peaget (1977), pada tahap ini remaja mulai menjalankan proses yang gradual dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan membuat perencanaan jangka panjang. Proses memasuki suatu pekerjaan dan menyeleksi pekerjaan yang dirasa sesuai, dapat menolong remaja untuk lebih realistis dalam berpikir (Inhelder & Piaget, 1958). Menurut Ginzberg (Sharf, 2006) remaja sesuai dengan tahap perkembangan karir termasuk dalam tahap tentative. Pada tahap ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karir, di antaranya : a. Perkembangan Minat ( Development of interest) Perkembangan minat seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang ada di lingkungannya, misalnya tokoh panutan atau informasi yang dimiliki. Perkembangan minat ini merupakan hal yang penting dalam perkembangan karir seseorang. Oleh karena itu perkembangan ini harus di stimulus dengan hal-hal yang dapat membantu seseorang dalam menentukan pilihan karir sesuai dengan minatnya.

24 24 b. Perkembangan Kemampuan (Development of capacities) Untuk menentukan pilihan karir yang tepat seseorang sebaiknya terlebih dahulu mengenali kemampuan yang dimilikinya. Proses belajar baik formal di sekolah ataupun informal merupakan salah satu faktor yang bisa membantu seseorang dalam mengenali kemampuannya. Melalui proses belajar tersebut mereka bisa mengenali mana yang menjadi kelemahan dan kekuatan yang mereka miliki, sehingga berpengaruh terhadap ketepatan dalam menentukan pilihan karir. c. Perkembangan Nilai (Development of value) Ketika memasuki masa remaja, individu biasanya mulai menentukan pilihan karirnya sesuai dengan tujuan dan nilai yang mereka miliki. Perkembangan nilai ini biasanya dapat dilihat motiv seseorang dalam melakukan atau menentukan suatu pilihan. Misalnya jika seorang remaja menentukan pilihan pekerjaan hanya atas dasar keinginan atau minat maka remaja perkembangannya lambat laun akan menentukan pilihan karir dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kemampuan, minat dan nilai-nilai yang mereka pegang. Komponen kamatangan karir yang dikemukakan oleh Crites (1986) dapat digunakan sebagai acuan pokok dalam mengindentifikasi ciri-ciri utama kematangan karir. Perkembangan siswa sekolah menengah berada pada tahap eksplorasi (Super, 1994; Employments Service, 2001). Ciri-ciri siswa sekolah menengah yang memiliki kematangan karir yang baik adalah: (a) pilihan karirnya relatif konsisten, (b) pilihan karirnya lebih realistik, (c), mampu melakukan pilihan karir yang tepat, dan (d)

25 25 menerima sikap yang positif dalam melakukan pilihan karir. Keajegan pilihan karir dapat ditilik dari segi waktu, bidang dan tingkat. Segi waktu mengacu pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Bidang pilihan menunjuk pada jenis-jenis sekolah, jurusan atau program studi dan pekerjaan yang dipilih. Tingkat pilihan berkaitan dengan persyaratan urutan pilihan pekerjaan, yakni tingkat pekerja kasar, setengah terampil, terampil, menengah sampai pekerjaan profesional. Berdasarkan Ciri-ciri yang dimaksud, data yang ditemukan oleh peneliti pada siswa SMKN I Depok antara lain: (a) belum memiliki perencanaan ketika lulus sekolah, (b) belum mampu menilai dirinya sendiri dengan tepat, (c) kurangnya info mengenai bidang pekerjaan, (d) pemikiran tentang karir masih belum mantap, dan (e) belum mandiri dalam mengambil keputusan berkaitan dengan karir yang dipilihnya. B. Pelatihan Perencanaan Karir 1. Pelatihan Perencanaan Karir Perencanaan adalah alat yang penting yang digunakan oleh guru dalam proses relajar mengajar (Parkay & Mass, 2000 dalam Santrok, 2007). Desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut termasuk di dalamnya paket pelajaran kegiatan uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Syukur, 2008). Pelatihan ini menggunakan model pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Gerlack dan Ely (1971) sebagai pedoman untuk perencanaan pengajaran. Langkah-

26 26 langkah tersebut diantaranya: (1) merumuskan tujuan instruksional, (2) merumuskan isi materi yang telah disesuaikan dengan tujuan instruksional khusus, (3) menentukan kemampuan awal peserta didik dengan melakukan pretest, (4) menentukan teknik dan strategi, (5) pengelompokan belajar, (6) menentukan media pembelajaran, (7) menentukan ruang, (8) memilih media intruksional yang sesuai, (9) mengevaluasi hasil belajar, (10) menganalisis umpan balik (dalam Syukur, 2008). Pelatihan perencanaan karir merupakan proses pembelajaran student centered. Proses pembelajaran berubah dari teacher-centered Instruction paradigm menuju student-centered Learning paradigm. Paradigma pembelajaran melibatkan penciptaan lingkungan dan pengalaman yang memungkinkan para siswa mencari, menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam proses pencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannya sendiri. Melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa maka fungsi guru berubah dari pengajar (teacher) menjadi mitra pembelajaran (fasilitator). Pendekatan teori belajar yang digunakan pada pelatihan ini adalah menggunakan teori kognitif sosial Bandura. Teori kognitif sosial menekankan bahwa faktor kognitif, faktor sosial dan faktor perilaku berperan penting dalam proses pembelajaran (Santrok, 2007). Faktor kognitif menekankan pada keyakinan siswa telah menguasai ketrampilan sesuai dengan standar yang berlaku. Faktor sosial menekankan pada

27 27 modeling dan imitasi, di dalam proses pengamatan di antaranya meliputi: atensi, retensi, reproduksi motorik (umpan balik) dan proses motivasi. Faktor perilaku kognitif menekankan pada siswa untuk dapat memonitor, mengelola dan mengatur perilakunya sendiri, dalam hal ini termasuk juga model pembelajaran regulasi diri. Dalam pembelajaran regulasi diri akan menentukan tujuan dan self evaluation. Hal tersebut merupakan dorongan untuk meraih harapan. Bandura (1986, 1997, 2000, 2001 dalam Santrok, 2007) menyatakan bahwa siswa ketika belajar dapat mentransformasikan pengalaman secara kognitif. Pelatihan perencanaan karir meliputi berbagai macam aktifitas yang melibatkan peserta secara langsung, misalnya menggunakan metode ceramah, mengisi lembar kerja, diskusi, persentasi, role play serta permainan. Melalui metode ceramah peserta diberikan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah strutur kognitif yang ada dalam diri sehingga sesuai dengan tujuan pelatihan. Melalui aktivitas problem solving, peserta diminta untuk mencoba menempatkan diri dalam situasi dan kemudian diminta untuk mempraktekkan pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan sebelumnya. Pelatihan perencanaan karir dirancang berdasarkan teori experiental learning. Menurut Afiatin (2004), melalui pendekatan belajar dan pengalaman, proses pembelajaran akan menjadi semakin efektif karena individu mendapatkan stimulasi yang berulang melalui berbagai indera, baik penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan (kinestetik). Jadi belajar tidak hanya dengan mendengarkan, dukungan

28 28 proses penglihatan dan perabaan. Akan tetapi juga meningkatkan kualitas penglihatan, sehingga pelatihan perencanaan karir ini mampu mengubah struktur kognitif, sikap serta ketrampilan yang dimiliki oleh peserta. Menurut experential learning, individu akan dapat menerima materi dan keterampilan dengan lebih baik jika berada dalam suatu kelompok dibandingkan dengan saat menerima materi seorang diri. Menurut Jhonson dan Jhonson (2001) metode pelatihan berdasarkan prinsip experiental learning, merupakan hasil pengalaman yang terlebih dahulu dimodifikasi untuk menambah efektifitas dan semakin lama perilaku kita menjadi suatu kebiasaan dan berjalan dengan otomatis serta individu semakin berusaha memodifikasi perilaku yang sesuai dengan berbagai situasi. Melalui pelatihan perencanaan karir, siswa diajak untuk dapat memahami diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk dapat membuat rencana yang sesuai agar dapat mengelola diri lebih efektif untuk memilih pekerjaan, mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja. Perencanaan karir merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk menyiapkan jenis pekerjaan dan jenjang pekerjaan (karir) di masa mendatang, yang meliputi: pemilihan jenis pekerjaan, jenis penugasan kerja, dan jenjang karir maksimal yang ingin dicapai oleh orang yang bersangkutan. Perencanaan karir mempunyai manfaat bagi siswa untuk menyelidiki minat, motivasi, mengembangkan kemampuan pribadi, meningkatkan ketrampilan, mengubah perilaku, mampu memasarkan diri sendiri, meningkatkan pengalaman kerja, menetapkan tujuan realistis,

29 29 membangun relasi, mengumpulkan informasi dan membuat pilihan atas karirnya. Perencanaan karir akan membuat siswa berusaha untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai dirinya, terutama mengenai kelebihan-kelebihan, hal-hal yang disukai dan nilai-nilai yang diyakini dalam diri atau bahkan kekurangan diri dan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan. Perencanaan karir adalah sebuah aktivitas yang dilakukan secara terarah dan terfokus dengan berdasarkan pada potensi (minat/bakat/kemampuan/keyakinan/nilai-nilai) yang dimiliki. Jadi dapat di simpukan bahwa pelatihan perencanaan karir adalah proses pembelajaran experiential learning yang bertujuan untuk membantu siswa agar mampu menyeleksi tujuan karir dan arah untuk mencapai tujuan karir tersebut. 2. Metode Bimbingan Perencanaan Karir Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk memberikan bimbingan karir, di antaranya (Blum & Balinsky, 1970) : a. Tes psikologi Tes psikologi yang digunakan untuk memberikan bimbingan karir adalah : Tes intelegensi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki individu. Tes kepribadian yang digunakan untuk menentukan seberapa baik seseorang individu melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan kemampuannya.

30 30 b. Konseling Konseling yang diberikan dalam bimbingan karir bisa menggunakan metode konseling individual maupun konseling kelompok. c. Pelatihan/Training Individu yang diberikan melalui training atau pelatihan, belajar tidak hanya sekedar mendengarkan materi yang dipelajari tetapi juga ikut mengalami dan melakukan sesuatu yang dipelajari. Individu yang mengikuti training selain diberikan materi juga diberi kesempatan untuk mempraktekkan materi yang dipelajari. Berdasarkan pendapat Blum dan Balinsky (1970) ada tiga metode bimbingan karir, yaitu tes psikologi, konseling dan training/pelatihan. Metode pelatihan melibatkan sekelompok peserta sehingga cukup efektif dan efisien dari segi waktu, tenaga dan biaya jika dibandingkan dengan metode tes psikologi dan konseling. 3. Tujuan Perencanaan Karir Menurut Holland (1973) tujuan dari pencernaan karir meliputi : 1. Mencocokkan individu dengan pekerjaan, baik dalam segi pemilihan pekerjaan maupun pemilihan training/pelatihan yang sesuai. 2. Membantu individu dalam merencanakan aktivitas karir untuk meningkatkan kualitas individual. 3. Membantu individu dalam membuat keputusan karir yang tepat dan efektif. 4. Membantu individu untuk memahami dirinya serta pekerjaannya.

31 31 5. Membantu individu untuk mendapatkan kepuasan kerja. Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short range goals). Yang termasuk dalam jangka waktu panjang adalah gaya hidup yang ingin dicapai, dan nilai nilai kehidupan (values) yang ingin direarilisasikan dalam hidup. Yang termasuk dalam jangka waktu pendek misalnya diploma atau sertifikat yang ingin diperoleh dalam rangka mempersiapkan diri memegang jabatan tertentu kelak di kemudian hari. Kegunaan dari perencanaan yang matang adalah meminimalkan kemungkinan membuat kesalahan yang berat dalam memilih diantara alternative-alternative yang tersedia. Hasil dari perencanaan karir adalah keputusan tentang sesuatu yang dipilih secara sadar, biasanya diantara sejumlah alternative yang dapat dipilih (Winkel: 2004). 4. Program Perencanaan Karir a. Program Bimbingan Perencanaan Karir Menurut Lapan dan Konscluek (2001) Program bimbingan karir harus mampu merancang suatu sistem yang mampu mengatasi hambatan dan membuka kesempatan bagi siswa untuk membuat pilihan karir yang tepat dengan mempertimbangkan keadaan atau demografis, geografis, tingkat sosial ekonomi atau status kesehatan. Bimbingan karir sebaiknya bukan hanya untuk siswa atau mahasiswa yang sudah lulus saja, namun juga bagi mahasiswa yang masih belum lulus kuliah (Lapan & Konsciuek, 2001).

32 32 Bluestin, philips, Jabin-Davis. Fiinkelberg dan Roarke (dalam Lapan & Konsciuek, 2001) menekankan pentingnya eksplorasi diri dan pemahaman diri individu sebelum memutuskan suatu pilihan karir agar mampu beradaptasi dengan karir yang dipilihnya. Individu sering mengalami kesulitan dalam masa transisi saat menentukan pilihan karir. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bluestin, Philips, Jabin-Davis. Fiinkelberg dan Roarke (dalam Lapan & Konsciuek, 2001) menunjukkan individu yang berhasil melewati masa transisi dengan baik adalah individu yang matang secara fisik maupun emosional, yaitu individu yang aktif mengikuti berbagai macam permasalahan atau tantangan yang muncul pada masa remaja akhir dan masa dewasa awal. Model pengembangan karir yang baik adalah sistem pengembangan karir yang mengutamakan pentingnya pemahaman individu akan pemahaman diri, pemahaman pekerjaan serta orientasi terhadap dunia kerja, sehingga akan menghasilkan suatu keputusan pilihan karir yang relatif menetap, yang biasa disebut dengan kristalisasi pilihan karir. Astin, Bezt dan Hackett, Bluestein, Farmer, Fassinger, Hyot, Lent, Brown, Richardson (dalam Lapan & Konsciuek, 2001) merancang suatu program pengembangan karir untuk dapat menolong individu agar dapat memahami diri dalam hubungannya dengan dunia kerja, isinya : a. Motivasi dan harapan b. Komitmen dan kematangan karir c. Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki d. Mempersepsikan kesempatan dan pilihan kerja

33 33 e. Berkembangnya pilihan karir dengan arah tujuan yang jelas f. Pemahaman akan kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Program perencanaan karir yang dirancang mempertimbangkan lima komponen utama, yaitu (Lapan & Konsciuek, 2001) : a. Prestasi akademik b. Self efficacy c. Pemilihan tujuan dan aksi, perilaku kesiapan kerja dan ketrampilan sosial. d. Job-self compatibility judment, yaitu perbandingan antara kemampuan yang dimiliki individu dengan kemungkinan keberhasilan karir yang dicapai. e. Minat terhadap suatu pekerjaan atau karir tertentu. Pada pelatihan perencanaan karir yang disusun oleh peneliti pada siswa SMK menggunakan komponen pemilihan tujuan dan aksi, Job-self compatibility judment, minat terhadap suatu pekerjaan atau karir tertentu. b. Program Bimbingan Karir Siswa Menengah Tingkat Atas Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Bimbingan Karir dalam Walgito Untuk sekolah lanjutan tingkat atas, program bimbingan karir meliputi a. Pemahaman diri di antaranya : 1. Pengantar pemahaman diri 2. Bakat, potensi dan kemampuan 3. Minat

34 34 4. Cita cita atau gaya hidup c. Nilai nilai, di antaranya : 1. Nilai nilai kehidupan 2. Saling mengenal nilai nilai orang lain 3. Pertentangan nilai nilai dalam diri sendiri 4. Pertentangan nilai nilai sendiri dengan nilai nilai orang lain 5. Nilai nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat 6. Menemukan alternative 7. Bertindak atas nilai nilai sendiri d. Pemahaman lingkungan di antaranya : 1. Informasi pendidikan 2. Kekayaan daerah dan pengembangannya 3. Informasi jabatan e. Hambatan dan mengatasi hambatan di antaranya : 1. Faktor pribadi 2. Faktor lingkungan 3. Manusia dan hambatan 4. Cara-cara mengatasi hambatan f. Merencanakan masa depan, di antaranya 1. Menyusun informasi diri 2. Mengelola informasi diri 3. Mempertimbangkan alternative 4. Keputusan dan rencana 5. Merencanakan masa depan

35 35 Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah suatu rancangan untuk membantu individu dalam membuat pilihan karir yang tepat dengan mempertimbangkan kondisi diri internal dan kondisi diri eksternal. C. Pengaruh Pelatihan Perencanaan Karir dalam Meningkatkan Kematangan Karir bagi Siswa SMK Karir tidak serta merta dicapai dengan mudah, tetapi harus direncanakan sejak duduk dibangku sekolah. Pada masa remaja, proses perkembangan karir merupakan masa transisi dari tahap fantasi pada anak-anak menjadi pengambilan keputusan realistik pada remaja (Santrock, 1998; Rice & Dolgin, 2008). Bekerja merupakan salah satu penanda masuknya seseorang kedalam gaya hidup orang dewasa (adult life style). Remaja dihadapkan pada situasi diharuskan membuat pilihan karir tanpa memiliki banyak pengalaman aktual/nyata di dalam dunia pekerjaan (Newman & Newman, 1979). Pada tahap ini, salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000). Siswa Sekolah Menengah tergolong pada tahap perkembangan eksplorasi dengan tugas perkembangan memilih pekerjaan secara tentatif (Super dalam oleh Jhonson, 2001). Siswa SMK kelas tiga memiliki kematangan karir yang baik jika mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dalam memilih pekerjaan setelah lulus sekolah. Kematangan karir merupakan kesiapan sikap dan kompetensi individu dalam melakukan pilihan karir secara tepat (Crites, 1974), dan kesiapan individu untuk mengambil keputusan yang realistik (Lundberg dkk, 1997).

36 36 Kematangan karir sebagai sebuah konstruk memiliki dua dimensi, yakni afektif dan kognitif (Crites, 1986). Dimensi afektif kematangan karir dilukiskan oleh sikap terhadap proses pengambilan keputusan karir, sedangkan dimensi kognitif digambarkan oleh kompetensi pilihan karir, yakni ketrampilan mengambil keputusan karir. Salah satu cara yang dapat membentuk kematangan karir dengan baik adalah dengan memberikan bimbingan karir. Blum dan Balinsky (1970) berpendapat bahwa ada tiga metode bimbingan karir, yaitu tes psikologi, konseling, dan training/pelatihan. Metode pelatihan melibatkan sekelompok peserta sehingga cukup efektif dan efisien dari segi waktu, tenaga, dan biaya jika dibandingkan dengan metode tes psikologi dan konseling. Menurut Kirtpatrick (dalam Salas & Bowers, 2001), pelatihan adalah suatu metode pembelajaran yang efektif dan bertujuan mengubah aspek kognitif, afektif, serta hasil ketrampilan dan keahlian. Metode tes psikologi dan konseling membutuhkan waktu cukup lama sehingga tidak menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Metode bimbingan perencanaan karir melalui tes psikologi meliputi pemberian alat tes, skoring, interpretasi, dan pembuatan laporan individual yang membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Metode konseling individual bagi bimbingan perencanaan karir memerlukan beberapa kali pertemuan tatap muka dan hanya melibatkan seorang klien sehingga waktu dan tenaga yang dibutuhkan cukup banyak. Oleh karena itu, studi ini memberikan intervensi pelatihan perencanaan karir kepada siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Bluestein (1998) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karir seseorang adalah perencanaan karir. Dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting

Lebih terperinci

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai 2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG 1 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG Muhammad Antos Riady Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA 31 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA Iman Setiyanto 1) Dra. Louise B. Siwabessy, M.Pd 2) Dr. Gantina Komalasari, M.Psi 3) Abstrak Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan ekonomi di Indonesia sedang meningkat, pertumbuhan ekonomi di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY TRIADIK, VOLUME 15, No.2, OKTOBER 2016: 30-42 PROFIL KECENDRUNGAN PEMILIHAN MINAT KARIR BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN SISWA SMA SE-KOTA BENGKULU Ambar Dewi Wulandari, I Wayan Dharmayana, Anni Suprapti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 62 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada Bab. III tentang Metode Penelitian ini akan diawali dengan pembahasan tentang metode penelitian, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lokasi dan subjek penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan merasa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka

Lebih terperinci

PENINGKATAN ARAH PERENCANAAN KARIR SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI

PENINGKATAN ARAH PERENCANAAN KARIR SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI Peningkatan Arah Perencanaan Karir.(Ramtia Darma Putri) PENINGKATAN ARAH PERENCANAAN KARIR SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI Oleh: Ramtia Darma Putri (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : tyadhuarrma27@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (SMK) dikembangkan berdasarkan faktor-faktor tantangan ekternal dan internal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (SMK) dikembangkan berdasarkan faktor-faktor tantangan ekternal dan internal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikembangkan berdasarkan faktor-faktor tantangan ekternal dan internal. Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Peneliti menjelaskan mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi. Simpulan merupakan kombinasi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Implikasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Pemahaman Kepribadian Siswa Kelas X... 25 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi di era globalisasi yang menuntut mahasiswa untuk terus belajar. Pendidikan

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015 PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rentang kehidupan manusia, terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. Masa remaja merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Peran pendidikan dalam rangka membentuk karakteristik bangsa adalah suatu kewajiban yang harus dibudayakan pada setiap insan manusia di Indonesia, merujuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Muhibbu Abivian, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempersiapkan masa depan, terutama karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya (Havighurst, dikutip Hurlock, 1999). Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA

PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA Novi Wahyu Hidayati Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP-PGRI Pontianak Jl Ampera Kota Baru No. 88 Telp.(0561)748219

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KARIER DALAM MEMBANTU PENGEMBANGAN KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Gambaran Kematangan Karir Siswa di SMK Musik Perguruan Cikini 137 GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Vika Rusmania 1 Dra. Indira Chanum Chalik, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN (Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

Lebih terperinci

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 3 Number 2 December 2017. Page 8-14 p-issn: 2443-2202 e-issn: 2477-2518 Homepage: http://ojs.unm.ac.id/index.php/jppk Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Pengertian Kematangan Karir Menurut (Hurlock, 1980) Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan

Lebih terperinci

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning. ABSTRAK Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain

Lebih terperinci

Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK

Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 3 (1) December 2015 CONSILIUM Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK Rani Indri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAYU ADHY TAMA K

BAYU ADHY TAMA K PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN SISWA KELAS X SMA NEGERI PUNUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: BAYU ADHY TAMA K3109019

Lebih terperinci