BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia. Keputusan memilih suatu karir dimulai saat individu berada pada masa remaja. Pada usia remaja, sekolah merupakan aspek penting dalam kehidupan karena pendidikan menyiapkan mereka dalam kondisi siap untuk mengambil keputusan karir. Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan meningkat. Kebanyakan pengambilan keputusan dibuat oleh para remaja yang mengalami perubahan yang menyulitkan dan tidak berguna. Seringkali remaja hanya mengetahui bahwa mereka menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang dibutuhkan, maka perlu bimbingan untuk mengarahkan keinginannya tersebut. Berkaitan dengan karir bahwa remaja mendambakan karir tertentu namun mereka belum memahami karir yang didambakan sesuai dengan kondisi diri, lingkungan serta segala sesuatu yang perlu dilakukan dalam pencapaiannya. Banyak siswa SMA yang sulit mengambil keputusan karena tidak tahu apa bakat dan minatnya, dan banyak yang belum menemukan potensi dirinya, tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri bahkan untuk hal-hal yang terkait dengan kepentingannya, sehingga bingung ketika harus memilih karir dan perguruan tinggi. Kesalahan pemilihan karir seperti di atas dapat mengakibatkan kegagalan dalam belajar dan juga dapat berpengaruh terhadap keputusan dalam karirnya.

2 2 Karir merupakan urutan-urutan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan dari perilaku, nilai serta aspirasi individu selama rentang hidup individu tersebut (Simamora, 2004). Efikasi diri memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan karir individu. Pada tahun 1983, Taylor dan Betz (dalam Ardiyanti, 2014), mempublikasikan artikel mengenai aplikasi efikasi diri dalam psikologi karir. Konsep efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir bukan mengenai konten atau gaya pengambilan keputusan individu tetapi mengacu pada kepercayaan diri individu terhadap kemampuannya untuk membuat keputusan karir dengan tepat. Efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya bahwa ia dapat sukses menyelesaikan tugastugas yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Efikasi diri remaja mempengaruhi pilihan aktivitas, tujuan dan usaha serta persistensi remaja tersebut. Dengan kata lain, efikasi diri juga mempengaruhi pembelajaran dan prestasi akademiknya (Ormrod, 2009). Secara umum Ormrod (2009) menyatakan bahwa efikasi diri remaja sebagai penilaian remaja mengenai kemampuan sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mengerahkan segenap kemampuannya dalam menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan Ardiyanti (2014) dalam penelitiannya terhadap 15 orang siswa kelas XII, diketahui bahwa 10 orang dari mereka mengalami keraguan dalam menentukan pilihan program studi. Ardiyanti juga melakukan survey terhadap 157 siswa kelas XI wilayah Yogyakarta, didapat 43% siswa yang masih belum yakin dan bingung dengan pilihan program studi di Perguruan Tinggi. Penyebab kurangnya

3 3 efikasi diri dalam pemilihan karir pada siswa adalah kurangnya pemahaman diri, kurangnya wawasan atau informasi karir dan ketidakmampuan dalam menetapkan tujuan dan rencana karir (Ardiyanti, 2014). Hal ini terjadi dikarenakan tidak semua siswa dapat dengan mudah membuat keputusan karir, banyak diantara mereka yang mengalami keraguan dalam mengambil keputusan karir. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) kepada tim konselor Detection, menunjukkan bahwa 167 siswa kelas XII masih belum memiliki kesiapan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapat hal-hal yang mengakibatkan belum adanya kesiapan dari para siswa tersebut dikarenakan tidak mengetahui informasi mengenai jurusan di Perguruan Tinggi, belum menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya, masih bingung ingin melanjutkan jurusan di Perguruan Tinggi, masih belum punya keyakinan dengan pilihan yang akan dipilih dan belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan berhubungan dengan efikasi diri. Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan efikasi diri didukung dengan hasil penelitian Burns, Jasinski, Dunn dan Fletcher (2013) dengan judul penelitian Academic Support Services and Career Decision-Making Self-Efficacy in Student Athletes. Penelitian yang yang meneliti hubungan antara evaluasi layanan dukungan akademik dan self efficacy pengambilan keputusan karir atlet mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa evaluasi layanan dukungan akademik secara positif berhubungan pada tingkat self efficacy pengambilan keputusan karir. Suatu permasalahan juga dapat timbul karena

4 4 dipengaruhi oleh efikasi diri yang berhubungan secara tidak langsung terhadap pengambilan keputusan dalam melakukan sesuatu. Menurut Taylor dan Betz (dalam Ardiyanti, 2014)), efikasi diri terhadap pengambilan keputusan karir mempengaruhi area-area dari perilaku pencapaian karir termasuk kemampuan untuk mengejar ketertarikan karir dan tingkatan ketekunan terhadap pencapaian suatu karir. Penelitian-penelitian para ahli mengenai efikasi dalam konteks karir menunjukkan bahwa aplikasi efikasi diri yang paling popular dalam perilaku karir adalah efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir (Betz, Klein & Taylor, 1996). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peneliti lebih banyak melakukan penelitian terhadap efikasi diri yang lain dengan mempertimbangkan pentingnya efikasi diri yang dimiliki individu dalam membuat keputusan-keputusan karir. Ketidakmampuan individu dalam membuat keputusan karir dapat dipengaruhi oleh efikasi diri terhadap pengambilan keputusan karir (Osipow, 1987; Betz et al, 1996). Efikasi diri yang rendah sehubungan dengan proses pembuatan keputusan karir terkait dengan kebimbangan dalam pembuatan keputusan karir, masalahmasalah dalam mengembangkan identitas vokasional yang jelas, dan ketidakpastian dalam menentukan pilihan yang ditunjukkan dengan seringnya individu bergantiganti pekerjaan. Individu dengan efikasi diri yang rendah dalam membuat keputusan karir dapat ditandai dengan ketidaktahuan terhadap kelebihan dan kelemahan dirinya, tidak mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan pencapaian karirnya, tidak dapat membuat tujuan dalam pencapaian karirnya, tidak dapat membuat perencanaan karir dan tidak mengetahui bagaimana memecahkan

5 5 permasalahan yang berhubungan dengan perjalanan karirnya. Efikasi diri yang rendah dapat menghalangi individu untuk mewujudkan ketertarikannya terhadap suatu karir karena merasa tidak memiliki kemampuan yang penting bagi karirnya. Mereka juga kurang dapat berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan, kurang berpengalaman dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi rintangan dalam mendapatkan pekerjaan dengan sukses (Collins dalam Lyon & Kirby, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fukuyama, Probert, Neimeyer, Nevill dan Metzler, 1988; McNeill, 1990; Luzzo dan Taylor, 1994, menunjukkan efektivitas intervensi karir dalam meningkatkan efikasi diri dalam membuat keputusan karir (dalam Betz & Luzzo, 1996). Intervensi karir dapat berupa konseling (Betz, 2000), perencanaan karir (Lyon & Kirby, 2000), kursus pengembangan karir (Reese & Miller, 2006). Kemampuan individu dalam pemilihan karir sangat diperlukan agar individu lebih terarah dan terfokus pada satu pilihan diantara banyak pilihan karir yang diperoleh dari berbagai pengenalan karir, sehingga individu memiliki wawasan yang luas dan tidak mengalami kebingungan dalam memilih karir yang dikehendaki. Banyak remaja yang tidak cukup banyak mengembangkan pemilihan karir mereka sendiri dan juga hanya sedikit menerima bimbingan karir dari pembimbing di sekolah mereka (Santrock, 2003). Upaya dalam pencegahan dan mengatasi masalah kebingungan dalam merencanakan karir adalah bimbingan karir dari konselor dan guru bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan karir merupakan program yang dirancang untuk memfasilitasi perkembangan karir terutama pengelolaan karirnya. Bimbingan karir dapat dilakukan

6 6 secara individual dan kelompok kecil antara klien dan konselor, yang menggunakan alat-alat khusus dengan tujuan membantu individu untuk mendapatkan pengetahuan akan dirinya (self knowledge), pengetahuan lingkungan kerjanya dan mengembangkan keterampilan yang mengantarkan individu menghadapi masa transisi dari sekolah kedunia kerja. Peneliti menggunakan bimbingan karir sebagai cara untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa. Menurut Juntika (2006) bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir. Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karir diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karir. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk mengambil keputusan karir dapat teratasi manakala peserta didik memiliki informasi yang memadai tentang dunia karir, maka dari itu perlunya bimbingan untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik bakat, minat, cita-cita, dan berbagai kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.sehingga pada gilirannya peserta didik mampu mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karir yang akan ditempuhnya kelak. Penentuan pilihan karir pada SMA untuk siswa yang mempunyai tingkat kelas lebih tinggi diasumsikan memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai informasi karir, sehingga ia mempunyai sikap dan kemampuan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan karir. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glaize dan

7 7 Myrick (dalam Purnamasari, 2005) menyimpulkan bahwa siswa yang diberi informasi pekerjaan yang lengkap dapat melihat dunia kerja lebih realistik dan makin berusaha mengembangkan karirnya. Bandura dan Schunk (1984) membuktikan dengan sangat meyakinkan adanya hubungan antara peningkatan pemecahan masalah dengan sistem pemberian informasi pekerjaan bagi sekelompok siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Supatmi (2014) tentang Pengembangan Bahan Informasi Bimbingan Pemilihan Karir untuk Meningkatkan Kemampuan PengambilanKeputusan Karir mengindikasikan bahwa bimbingan karir bisa dilakukan dengan memberikan informasi karir. Bahan informasi bimbingan pemilihan karir dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir bahan informasi bimbingan pemilihan karir efektif untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa sekolah menengah kejuruan rumpun jurusan ekonomi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pentingnya bimbingan karir dalam membantu siswa dalam menentukan karir apa yang akan dipilih. Kurangnya informasi yang berkaitan dengan pendidikan juga jabatan atau pekerjaan yang cocok dengan kemampuan siswa juga sebagai salah satu penghambat siswa tidak dapat mengambil keputusan karirnya secara tepat. Siswa bingung dengan jurusan yang akan diambilnya apabila akan melanjutkan pendidikannya serta apabila akan bekerja juga tidak tahu pekerjaan yang cocok baginya sehingga bagi siswa yang tidak melanjutkan banyak yang menganggur setelah siswa tersebut lulus dari bangku sekolah (Sukardi, 1994). Siswa yang mengalami hambatan tersebut membutuhkan bimbingan sehingga dapat menggunakan kemampuannya dalam proses penentuan karir. Dalam pemilihan karir

8 8 yang tepat tentunya harus disesuaikan dengan minat dan kemampuan dari siswa itu sendiri (Sukardi, 1994). Pada dasarnya siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga penanganan masalah yang dihadapi oleh siswa juga beragam. Ada siswa yang mengalami kesulitan yang dihadapi dengan baik tanpa bantuan orang lain, ada pula juga yang memerlukan bantuan orang lain. Disinilah peran efikasi diri itu memang sangat diperlukan dan bagaimana guru pembimbing diperlukan untuk membantu para siswa dalam melakukan keputusan pemilihan karir sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini berarti bimbingan karir secara tidak langsung sangat diperlukan oleh siswa SMA untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, karena dapat memberikan berbagai kemampuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat dan memberikan berbagai kemampuan dan ketrampilan khusus yang sesuai dengan potensi-potensi siswa dalam berbagai jenis pekerjaan tertentu yang secara langsung dapat diterapkannya (Sukardi, 1987). Orientasi tujuan (goals orientation) pada pembelajaran memilliki pengaruh meningkatkan efikasi diri pada individu (Wisudaningrum, 2012). Hal ini disebabkan oleh orientasi tujuan pembelajaran akan memberikan pemahaman yang positif, sehingga individu dapat memproses informasi dengan baik. Orientasi tujuan memberikan kerangka mental yang seseorang gunakan untuk menafsirkan dan menanggapi pencapaiandan kegagalan situasi (Dweck & Leggett, 1988) dan perbedaan individu yang berguna untuk membangun pemahaman terhadap pembelajaran, pelatihan dan hasil kinerja (Zweig & Webster, 2004). Dweck dan

9 9 Leggett (1988), menyatakan bahwa orientasi tujuan (Goal Orientation) terbagi atas dua orientasi pada tujuan performa (Performance Goals) dan orientasi tujuan pada pembelajaran (Learning Goals). Berdasarkan preliminary study yang dilakukan oleh Wisudaningrum (2012), lebih mengarah pada orientasi tujuan pembelajaran (Learning Goals). Orientasi ini disebut juga dengan orientasi tujuan pada penguasaan, yang berfokus pada peningkatan kompetensi, mendapatkan keahlian dan mengerjakan yang terbaik. Individu memiliki orientasi tujuan seperti ini biasanya akan mencari tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang menantang. Hal ini dikarenakan individu tersebut mempersepsikan tugas-tugas sebagai suatu peluang untuk mengembangkan kompetensinya. Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012), menyatakan bahwa ada dua gambaran dari hasil penelitian yang didapatkan, yaitu gambar pertama, pada high levels of student rating of parental support, hasilnya adalah signifikan dan terdapat hubungan positif yang kuat antara orientasi tujuan (learning goal orientation) dan efikasi diri dalam pemilihan karir (career decision making self efficacy). Sedangkan pada low levels of student rating of parential support, hasilnya tidak signifikan. Pada gambar kedua dari hasil penelitian Garcia, restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012), menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan hanya pada hubungan antara orientasi tujuan belajar (learning goal orientation) dan efikasi diri dalam pemilihan karir (career decision making self efficacy) untuk low parental ratings of support saja. Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka perlu kiranya dilakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh bimbingan karir terhadap efikasi diri dalam

10 10 pengambilan keputusan karir. Selain itu juga akan mengontrol orientasi tujuan penguasaan siswa dengan menjadikannya sebagai kovariabel agar hasil pengamatan menjadi cermat. Hal ini dilakukan sebab hasil penelitian di atas menunjukkan orientasi tujuan penguasaan siswa mempengaruhi efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Guna mendalami masalah efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir yang hendak diteliti, peneliti melakukan preliminary study pada tanggal 9 Februari Studi awal ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada salah seorang pembimbing di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Hasil preliminary study diketahui terdapat beberapa penyebab mereka belum memiliki keyakinan dalam menentukan pilihan karir, yang pertama siswa belum begitu mengetahui informasi mengenai pilihan karir yang akan dipilihnya. Kedua siswa kurang mampu membuat perencanaan karirnya, ketiga, tidak adanya jam masuk untuk bimbingan dan konseling, sehingga siswa harus mendatangi ruang konseling untuk mendapatkan informasi tentang karir. Keempat, kurangnya kesadaran siswa untuk datang ke ruang BK, sehingga hanya sebagian siswa yang mau datang ke ruang BK dan kelima, karir yang dipilih siswa karena keterpaksaan mengakibatkan orientasi tujuan mereka hanya pada nilai bukan pada penguasaan pelajaran.. Menurut salah seorang konselor dan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Depok, siswa SMA Negeri 1 Depok Babarsari Sleman Yogyakarta kelas XI, banyak yang mengalami kesulitan dan kebingungan dalam pemilihan karir, kenyataan yang nampak di sekolah yaitu siswa tidak bisa memilih karir dengan tepat karena siswa kebingungan dalam memilih karir karena mereka merasa bingung

11 11 dalam memilih karir. Sementara itu di SMA Negeri 1 Depok tidak ada jam khusus untuk BK, sehingga siswa kurang memperoleh informasi tentang karir. Tidak banyak siswa SMA Negeri 1 Depok kelas XI yang datang untuk berkonsultasi mengenai karir atau jurusan apa yang ingin diambilnya setelah lulus SMA. Bagi siswa yang tidak berkonsultasi mengenai karirnya padahal sebenarnya siswa membutuhkan informasi karir, masalah ini bisa menjadi masalah bila tidak dapat teratasi dengan baik. Dari permasalahan di atas bimbingan karir yang kemungkinan akan mempengaruhi efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Depok, Babarsari, Sleman, Yogyakarta, sehingga peneliti ingin mengetahui perbedaan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan karir. Selain bimbingan karir, peningkatan efkasi diri dalam pengambilan keputusan karir juga dipengaruhi oleh orientasi tujuan penguasaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah apakah bimbingan karir berpengaruh terhadap peningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan menyertakan orientasi tujuan penguasaan sebagai kovariabel? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan karir terhadap efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan menyertakan orientasi tujuan penguasaan sebagai kovariabel.

12 12 2. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi siswa Bimbingan karir akan membantu siswa untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa, dengan tetap mempertimbangkan orientasi tujuan penguasaan yang dimiliki siswa. Untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, siswa diharapkan mampu mengenal dirinya sendiri dan mengetahui berbagai jurusan sehingga siswa mampu merencanakan karirnya dengan baik sesuai dengan potensi yang siswa miliki dan tentunya sesuai dengan minatnya. b. Bagi Guru Memberikan pengetahuan yang lebih kepada guru dalam pemberian bimbingan karir dengan mempertimbangkan orientasi tujuan penguasaan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa. Hendaknya guru memberikan bimbingan karir kepada siswa agar keputusan karir yang diambil siswa sesuai dengan kemampuan dan minat siswa. D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Secara umum, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini ingin meneliti pengaruh bimbingan karir terhadap efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dan orientasi tujuan penguasaan sebagai kovariabel. Penelitian sebelumnya mengenai variabel-variabel tersebut telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya antara lain:

13 13 Penelitian yang dilakukan mengenai efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan Purnamasari dan Kumara (2006), dengan judul Efektivitas Pelatihan Perencanaan Karir untuk Meningkatkan Kejelasan Arah Pilihan Bidang Minat Karir pada Mahasiswa Semester III Fakultas Psikologi. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada efiktivitas pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan kejelasan arah pilihan bidang minat karir.perbedaan dalam penelitian ini, Purnamasari dan Kumara (2006) menggunakan Skala Arah Pilihan Bidang Minat Karir, lembar wawasan karir.sementara pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah Skala Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir dan Skala Orientasi Tujuan Penguasaan. Subjek penelitian siswa SMA, sedangkan subjek penelitian Purnamasari dan Kumara (2006) adalah mahasiswa. Penelitian Santoso dan Fathul (2014), tentang Pengaruh Berbagai Pengetahuan Perencanaan Karir terhadap Efikasi Diri dalam Keputusan Karir mendapatkan hasil bahwa berbagai pengetahuan mampu secara efektif meningkatkan efikasi diri dalam membuat keputusan karir para pencari kerja yang berdampak pada munculnya respon perilaku yang lebih positif terhadap tugas-tugas terkait karir pilihannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Santoso dan Fathul (2014) terletak pada variabel Bimbingan Karir dan Orientasi Tujuan Penguasaan. Penelitian Hartanto (2014), tentang keefektifan layanan bimbingan karir dengan melalui peta pikiran untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan karir dengan melalui

14 14 peta pikiran efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Wonogiri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Hartanto (2014) terletak pada variabel Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir dan Orientasi Tujuan Penguasaan serta subjek yang di teliti oleh Purwa (2014) siswa kelas VIII SMP, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini siswa SMA. Penelitian Setiyowati (2015) tentang hubungan efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara efektivitas bimbingan karir dengan pengambilan keputusan karir remaja, karena semakin tinggi efektivitas bimbingan karir semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bimbingan karir sangat efektif membantu siswa untuk menentukan pilihan karirnya.perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Setyowati (2015) terletak pada variabel Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir dan Orientasi Tujuan Penguasaan. Penelitian Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012) dengan judul Defferential Moderating Effects of Student and Parent Rated Support in the Relationship between Learning Goal Orientation and Career Decision Making Self Efficacy. Pada penelitian ini, peneliti hendak memprediksi uji beda mengenai peranan moderasi dukungan orangtua dari sudut pandang siswa dan sudut pandangan orangtua dinilai dengan mempertimbangkan pengaruh orientasi tujuan belajar siswa pada efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Peserta terdiri dari 114 mahasiswa yang terdaftar di sebuah Universitas besar di Filipina. Data juga

15 15 dikumpulkan dari orangtua wali dan peserta, yang terdiri atas 53 ayah, 79 ibu, 3 nenek, 4 wali dan 2 orang tidak melaporkan hubungannya dengan peserta. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subjeknya dan variabel Bimbingan Karir tidak ada. Subjek penelitian ini di SMA di daerah Yogyakarta, Indonesia. Penelitian Bell dan Kozlowski (2002) yang berjudul Goal Orientation and Ability: Interactive Effects on Self Efficacy, Performance and Knowledge. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan secara langsung antara goal orientation dan cognitive ability serta interaksi diantara keduanya dengan efikasi diri, performansi dan pengetahuan didalam konteks pembelajaran. Partisipan sebanyak 125 mahasiswa dari Midwestern yang terdiri dari 58% adalah wanita dan sisanya pria yang berusia tahun. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan memberikan tugas berupa simulasi permainan yang berupa TANDEM (Computer Bases Radar Situation) serta pemberian skala goal orientation, selanjutnya akan diukur efikasi diri, performansi yang dihasilkan dan pengetahuan yang diperoleh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pembelajaran dengan performance goal orientation dari siswa. Learning goal orientation, berhubungan positif dengan efikasi diri, performansi dan pengetahuan siswa, selain itu ternyata performance goal orientation berhubungan secara negatif dengan salah satu hasil performansi. Penelitian Wisudaningrum (2012) yang berjudul Pengaruh Orientasi Tujuan pada Pembelajaran terhadap Efikasi Diri Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi. Tujuan penelitian di atas adalah untuk melihat orientasi tujuan pada pembelajaran terhadap efikasi diri dengan mengikuti pelatihan peningkatan

16 16 kompetensi. Subjek yang disertakan sebanyak 42 orang yang terbagi atas 21 orang kelompok eksperimen dan 21 orang sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini memperoleh hasil peningkatan yang konsisten yaitu orientasi tujuan pada pembelajaran memiliki pengaruh untuk meningkatkan efikasi diri. Perbedaan penelitian ini adalah variabel Bimbingan Karir tidak disertakan dan subjek penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, terletak pada subyek penelitian, konteks penelitian, variabel yang digunakan dalam penelitian, objek penelitian, alat ukur penelitian dan lokasi penelitian. Jadi dapat dinyatakan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

17 17

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan

Lebih terperinci

Pengaruh Bimbingan Karier terhadap Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa

Pengaruh Bimbingan Karier terhadap Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY VOLUME 2, NO. 2, 2016: 86-100 ISSN: 2407-7798 Pengaruh Bimbingan Karier terhadap Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa Dyan Widyaningrum 1 & Thomas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan tugas akhir, salah satunya adalah skripsi. Hal tesebut dilakukan untuk memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai 2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki beberapa masa perkembangan dalam hidupnya. Salah satu masa perkembangan yang dialami yaitu masa remaja. Mengenai masa remaja, Zulkifli (2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan

Lebih terperinci

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, hal ini menyebabkan persaingan di dunia menjadi semakin ketat. Persaingan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada penelitian-penelitian psikologi yang terdahulu ditemukan bahwa inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para peneliti tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah pasti akan menghadapi penjurusan sesuai dengan yang ada di sekolahnya masingmasing. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi siswa SMP dalam memutuskan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya seorang siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan atau proses pembelajaran mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 12) menyatakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah komitmen yang kuat untuk belajar. Komitmen dalam konteks pendidikan dan belajar harus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PERENCANAAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI TERHADAP PILIHAN BIDANG MINAT KARIR PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA

PENGARUH PELATIHAN PERENCANAAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI TERHADAP PILIHAN BIDANG MINAT KARIR PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA Jurnal Psikologi Teori & Terapan 2015, Vol. 5, No. 2, 81-90, ISSN: 2087-1708 PENGARUH PELATIHAN PERENCANAAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI TERHADAP PILIHAN BIDANG MINAT KARIR PSIKOLOGI PADA MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yaitu dapat memperoleh hasil positif pada akademis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan menurut UU no. 20 tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama dari perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Muhibbu Abivian, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah, pengajaran di kelas pada sekolah menengah merupakan pengajaran yang diarahkan oleh guru. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan nilai-nilai positif, akhlak, moral, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata Kuliah Psikodiagnostik merupakan mata kuliah khas dari program studi Psikologi. Mata kuliah ini menjadi khas karena hanya program studi Psikologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ketika memilih jurusan. Pengambilan keputusan akan dilalui oleh setiap individu dalam memilih jurusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengemukakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siswa-siswi SMA merupakan individu yang berada pada taraf remaja. Kaum remaja pada umumnya telah mulai berpikir tentang perencanaan dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mengalami perubahan dalam aspek fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam setiap rentang kehidupan, individu akan senantiasa berkembang menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah faktor

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat

Lebih terperinci