BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Hendra Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan pengembangan; definisi konseptual dan operasional dari penelitian yang berjudul Pengembangan Panduan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal setting untuk Guru BK. A. Latar Belakang Masalah Bimbingan adalah bagian integral dari proses pendidikan, sehingga perlu dikembangkan (Henderson, 2012). Gysbers dan Henderson (2012) mengemukakan bahwa program bimbingan dan konseling perkembangan disajikan secara reguler dan sistematis sehingga siswa akan memiliki kompetensi yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Disamping itu, Gysbers dan Henderson (2012) juga menegaskan lima presmis utama yang harus dipahami oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling perkembangan: (1) guidance and counseling is program; (2) guidance and counseling programs is developmental and comprehensive; (3) guidance and counseling programs feature is team approach;, (4) guidance and counseling programs are developed through a systematic process of planning, designing, implementing, evaluating, and enhancing, dan (5) guidance and counseling programs have established leadership. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Guidance and counseling is program adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu siswa dalam mendefinisikan tujuan melalui tahapan pencapaian kompetensi secara bertahap. Guru BK harus secara kontinyu melakukan evaluasi terhadap efektivitas program. Guidance and counseling programs is developmental and comprehensive adalah guru BK harus mengatur aktivitasaktivitas program dalam sebuah layanan dasar yang terencana untuk membantu seluruh siswa menguasai kompetensi yang terangkum dalam 1
2 2 kurikulum bimbingan. Fokus pertama adalah program bimbingan dan konseling harus mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan dan layanan untuk membantu seluruh siswa untuk tumbuh dan berkembang. Fokus kedua adalah layanan untuk siswa siswa yang memiliki permasalahan yang khusus. Guru BK seharusnya melakukan analisis kebutuhan siswa terlebih dahulu sebelum memberikan layanan, agar layanan yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa. Guidance and counseling programs feature is team approach adalah secara keseluruhan sistem manajemen dan fasilitas yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling harus mampu melibatkan berbagai komponen sekolah untuk melakukan konsultasi dan berkolaborasi. Sebagai contoh, dalam mendistribusikan materi layanan dapat diintegrasikan dengan beberapa mata pelajaran yang terkait dengan materi layanan bimbingan dan konseling. Disamping itu, komponen penting yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah pihak orang tua serta pihak-pihak yang terkait seperti komunitas orang tua (dewan sekolah), dan lembaga-lembaga yang bisa bekerjasama. Guidance and counseling programs are developed through a systematic process of planning, designing, implementing, evaluating, and enhancing adalah bimbingan dan konseling merupakan proses pengembangan yang sistematik meliputi perencanaan, perancangan, implementasi, evaluasi, dan peningkatan program bimbingan dan konseling itu sendiri. (5) Guidance and counseling programs have established leadership adalah bimbingan dan konseling harus memiliki ukuran tingkat akuntabilitas program bimbingan dan konseling dan unjuk kerja kepemimpinan oleh para staff. Peran guru BK sangat diperlukan dalam membantu siswa mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja. Yusuf (2006) mengemukakan tugas guru BK yaitu: (1) memahami konsep-konsep bimbingan dan konseling, serta ilmu bantu lainnya; (2) memahami karakteristik pribadi siswa, khususnya tugas-tugas perkembangan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; (3) mensosialisasikan program layanan bimbingan dan konseling; (4) merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling; (5) melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling, yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan responsif,
3 3 layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem; (6) mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier); (7) menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi, (8) menjadi guru dan konsultan bagi guru dan orang tua siswa; (9) bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait; (10) mengadministrasian program layanan bimbingan,(11) menampilkan pribadi secara matang, baik menyangkut aspek emosional, sosial, maupun moral spiritual; (12) memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa; (13) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada kepala sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling komprehensif belum dilaksanakan secara maksimal oleh guru BK. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK mengatakan bahwa: Guru BK masih kesulitan dalam mencari panduan yang digunakan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling sehingga acuannya kurang jelas. Disamping itu, guru BK juga jarang melakukan need assessment kepada siswa bahkan tidak pernah. Hal ini karena keterbatasan waktu dan wawasan guru BK sehingga layanan yang diberikan oleh guru BK bersifat monoton dan kurang mengikuti perkembangan kebutuhan siswa. (16 April 2016) Keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil masih perlu ditingkatkan. Belum semua lulusan SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Hal ini karena adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Selain keterampilan, siswa SMK belum sepenuhnya memiliki kesiapan kerja karena masih banyak lulusan SMK yang masih menganggur seperti yang tertera dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2016 mencapai 128,3 juta orang, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 mencapai 7,56 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka untuk lulusan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi, yaitu 12,65% dari total tingkat pengangguran terbuka dibanding dengan lulusan pendidikan lulusan SMA
4 4 sebesar 10,32%, lulusan SD sebesar 2,74%, lulusan SMP sebesar 6,22%, Diploma I/II/III sebesar 7,54%, dan lulusan Perguruan tinggi sebesar 6,40% dari total tingkat pengangguran terbuka ( Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pendidikan kejuruan yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja siswa menjadi kurang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru Bimbingan dan Konseling (BK) mengatakan bahwa: Banyak lulusan SMK yang memang masih belum terserap maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu ketidakcocokan minat dengan lowongan pekerjaan yang ada, ketidaksiapan dalam memasuki dunia kerja, dan faktor tuntutan orang tua yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Ketidakcocokan minat dengan lowongan pekerjaan yang ada sering ditimbulkan karena kurangnya wawasan yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa merasa belum mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ketidak-siapan dalam memasuki dunia kerja juga menjadi penyebab banyaknya lu-lusan SMK yang belum terserap maksimal. Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya bimbingan karier yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah. Selanjutnya, faktor tuntutan orang tua yang ti-dak sesuai dengan kemampuan siswa sangat berpengaruh terhadap pengam-bilan keputusan karier siswa. Orang tua menginginkan anaknya bekerja de-ngan penghasilan tinggi, akan tetapi pekerjaan yang ada di lapangan belum bisa memenuhi sehingga anak kesulitan untuk menyesuaikan dengan kondisi tersebut. (16 April 2016) Holland (Gani, 1986) juga menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan penting. Disamping itu, Holland juga merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan kepada 3183 responden tentang tingkat kebutuhan dan kepentingan layanan pengembangan BK bidang akademik, karier, pribadi, sosial, dan spiritual kepada siswa SMK di tingkat Karesidenan Surakarta menurut siswa, orang tua, dan guru BK. Hasil survei menunjukkan bahwa 63,83% sangat membutuhkan dan 63,84% sangat merasa penting terhadap pengembangan keterampilan kesiapan kerja. Hasil ini memang tinggi karena lebih dari 50%. Hal ini bisa dijelaskan
5 5 bahwa keterampilan kesiapan kerja bagi siswa sangat dibutuhkan dan penting untuk diberikan oleh guru BK dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Orang tua siswa juga membutuhkan dan merasa penting bahwa keterampilan kesiapan kerja memang harus diberikan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, panduan kesiapan kerja siswa SMK sangat dibutuhkan dan penting untuk dibuat sehingga dapat dijadikan acuan atau pedoman guru BK dalam memberikan layanan. Permasalahan karier merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Upaya yang dilakukan agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan baik yaitu siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karier yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang setiap individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya sehingga siswa siap untuk memasuki dunia kerja. Dalam bidang pendidikan kejuruan, bimbingan karier merupakan salah satu jenis layanan dari program bimbingan dan konseling. Secara kelembagaan, bimbingan dan konseling itu adalah bagian dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, yang ditujukan untuk membantu atau memfasilitasi siswa agar tercapai perkembangan diri yang optimal. SMK merupakan lembaga pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Proses membentuk sikap serta mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan melalui bimbingan dan konseling yang didalamnya ada bidang bimbingan karier. Secara khusus, tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkem-bangan siswa agar memiliki kemampuan dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (Winkel, 2007: 51), informasi karier adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan
6 6 kesesuaian dengan konsep dirinya. Selanjutnya, bisa dikatakan informasi karier tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan. Oleh karena itu, setiap siswa perlu dibantu untuk mengenal potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu. Pada SMK, siswa dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan atau kompetensi, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran, maupun yang berhubungan dengan pengembangan diri pribadi, sosial, dan karier kehidupannya. Berdasarkan penjelasan tersebut kesiapan kerja bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu permasalahan yang dialami siswa SMK setelah menyelesaikan studinya adalah menyangkut pemilihan karier dan pekerjaan. Goal setting adalah keterampilan berharga yang memfasilitasi perkembangan remaja sehat. Penelitian tentang penetapan tujuan pada masa remaja telah menemukan bahwa memiliki tujuan yang positif berkaitan dengan prestasi akademis dan lebih khusus untuk kinerja pekerjaan dan akurasi (Gaa, Miller &Trammel,1979). Hal ini berarti bahwa goal setting sangat berpengaruh terhadap perilaku dalam mencapai tujuan khususnya dalam hal kinerja pekerjaan dan ketelitian. Goal setting sangat dibutuhkan dalam membantu siswa SMK dalam menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. Teori Goal setting juga dijelaskan oleh Locke telah mulai menarik minat dalam berbagai masalah dan isu organisasi. Locke (1968) telah menunjukkan adanya pengaruh signifikan dalam perumusan tujuan. Spesifik dan sulit merupakan atribut dari teknik goal setting. Umumnya semakin sulit dan spesifik tujuan yang ditetapkan, semakin tinggi tingkat prestasi yang akan dihasilkan. Teknik goal setting dapat digunakan untuk membantu kesiapan kerja siswa SMK. Hal ini karena didalam teknik ini akan ada beberapa hal mengenai perumusan tujuan agar siswa benar-benar mampu untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan yang diinginkan. Goal setting theory (Locke & Latham, 1990) juga mengatakan bahwa dengan teknik goal setting ini klien akan terbangun motivasi diri, self efficacy, dan ego envolment untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan uraian di
7 7 atas, maka perlunya produk mengenai kesiapan kerja untuk dikembangkan secara ilmiah. Atas pertimbangan tersebut, maka dibuatlah penelitian dengan judul Pengembangan Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menggunakan Teknik Goal setting untuk Guru Bimbingan dan Konseling (BK). B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, dirumuskan bahwa tujuan penelitian dan pengembangan ini ialah: 1. Untuk mendeskripsikan kebutuhan dan kepentingan siswa terhadap pengembangan keterampilan kesiapan kerja. 2. Untuk menghasilkan prototipe satu Buku Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menggunakan Teknik Goal Setting untuk Guru Bimbingan dan Konseling (BK). C. Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini berwujud Buku Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal setting (PLK2S2-TGS) untuk Guru BK. Produk ini dirancang berdasarkan hasil kajian teoritik dan kajian empirik. Buku panduan yang dikembangkan hanya akan membahas mengenai keterampilan komunikasi dalam bekerja. Buku panduan terdiri dari 5 bagian yaitu bagian I (pendahuluan), bagian II (pentingnya menetapkan tujuan dalam kesiapan kerja), bagian III (kurikulum), bagian IV (satuan layanan bimbingan dan konseling dan materi), dan bagian V (penutup, daftar pustaka, dan lampiran). Buku panduan akan digunakan oleh guru BK di sekolah dalam mempersiapkan kerja siswa SMK. Buku panduan kesiapan kerja memiliki sistematika produk sebagai berikut : 1. Cover 2. Kata Pengantar 3. Daftar isi 4. Bagian I Pendahuluan
8 8 5. Bagian II Pentingnya Menetapkan Tujuan Kesiapan Kerja 6. Bagian III Kurikulum 7. Bagian IV Satuan Layanan dan Materi a. Satuan layanan bimbingan dan konseling b. Materi 8. Bagian V a. Penutup b. Daftar Pustaka c. Lampiran D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan sangat penting dalam skripsi kami. Hal ini karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada siswa SMK, orang tua, dan guru BK menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan kesiapan kerja sangat dibutuhkan dan sangat penting bagi siswa SMK. Melalui data yang peneliti peroleh ini sehingga perlunya dibuat panduan mengenai kesiapan kerja yang dapat membantu guru BK dalam mempersiapkan siswa SMK sebelum memasuki dunia kerja. Diharapkan melalui penelitian dan pengembangan ini pan-duan yang dihasilkan pun benar-benar bisa membantu guru BK dalam memberi-kan keterampilan kesiapan kerja kepada siswa SMK. Disamping itu, melalui panduan kesiapan kerja ini dapat memberikan sumbangan dan wawasan kepada guru BK dalam mempersiapkan diri siswa memasuki dunia kerja sehingga dapat mengambil langkah tepat dalam pemberian layanan bimbingan dan usaha me-ningkatkan kesiapan kerja siswa. Selanjutnya bagi orang tua siswa, melalui panduan kesiapan kerja ini mampu memberikan masukan mengenai pentingnya kesiapan kerja siswa sebelum memasuki dunia kerja. Dengan demikian, orang tua dapat lebih termotivasi dalam mengupayakan yang terbaik dan sungguh-sungguh untuk masa depan anakanaknya. Disamping itu, orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anaknya agar bisa menerima keadaan yang ada dan memotivasi agar lebih percaya diri dalam rangka mencapai kesuksesan masa depan yang diharapkan.
9 9 E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan 1. Asumsi Pengembangan Dalam penelitian ini, panduan kesiapan kerja menggunakan teknik goal setting dikembangkan berlandaskan asumsi sebagai berikut: a. Kesiapan kerja sangat penting dimiliki oleh siswa SMK untuk memasuki dunia kerja dan menjadi salah satu layanan bimbingan karier. b. Penetapan tujuan akan merealisasi energi, memberikan arah hidup, memberikan fokus, dan mengarahkan perilaku seseorang. 2. Keterbatasan Pengembangan Dalam pengembangan prototipe panduan kesiapan kerja terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: a. Pengembangan hanya dilakukan sampai tahap pembuatan prototipe satu yaitu Buku Panduan mengenai Kesiapan Kerja Siswa SMK menggunakan Teknik Goal setting untuk Guru BK yang disusun berdasarkan kajian empirik melalui studi pendahuluan kebutuhan dan kepentingan siswa serta kajian teoritik mengenai kesiapan kerja. b. Keterampilan kesiapan kerja memiliki 4 keterampilan yaitu keterampilan profesional, komunikasi, bekerja sama dalam tim, dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti membatasi hanya pada aspek keterampilan komunikasi saja. F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual a. Panduan Panduan adalah pedoman yang dijadikan acuan bagi pembaca untuk melakukan tahapan atau kegiatan tertentu. b. Kesiapan Kerja Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja yang meliputi keterampilan profesional,
10 10 keterampilan bekerja sama, keterampilan komunikasi, dan keterampilan memecahkan masalah. c. Teknik Goal setting Teknik goal setting adalah teknik yang terdiri dari tahapan menentukan tujuan yang ingin dan bisa dicapai, menentukan langkah-langkah mencapai tujuan, menentukan ukuran tujuan tercapai dan tidaknya serta, membagi tujuan kedalam tujuan-tujuan jangka pendek agar mudah pelaksanaannya. d. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah individu yang berada pada masa usia sekolah menengah pada umumnya yang berada pada usia remaja akhir (12 18 tahun) yang diberikan berbagai keterampilan sebelum memasuki dunia kerja. 2. Definisi Operasional e. Panduan Kesiapan Kerja Panduan kesiapan kerja adalah pedoman yang berisi pentingnya menetapkan tujuan dalam kesiapan kerja, kurikulum, satuan layanan bimbingan dan konseling dan materi yang diberikan siswa oleh guru BK dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. f. Keterampilan Komunikasi Keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang dimiliki seseorang dalam hal menulis, mendengarkan pendapat orang lain, dan menyampaikan pendapat kepada orang lain. g. Teknik Goal setting Teknik goal setting adalah kegiatan penetapan tujuan yang terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu tahap menumbuhkan motivasi dan menanamkan nilainilai serta tahap mengembangkan keterampilan komunikasi. Berdasarkan tahapan goal setting tersebut dapat dijabarkan dengan langkah langkah se-bagai berikut : (1) menumbuhkan motivasi, (2) menanamkan nilai nilai, (3) perkenalan awal mengenai tujuan jangka panjang, (4) mengidentifikasi tujuan jangka pendek, (5) menentukan prioritas, (6) menentukan target waktu capaian, (7) menentukan langkah-langkah
11 11 mencapai tujuan jangka pendek, (8) menentukan indikator ketercapaian tujuan, (9) menuliskan hambatan hambatan dalam mencapai tujuan, (10) menentukan solusi mau-pun alternatif pemecahan masalah dari setiap tujuan, (11) mengevaluasi hasil dan perbaikan sasaran tujuan.
Pengembangan Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal Setting
CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 4 (2) December 2016 CONSILIUM Pengembangan Panduan Layanan Kesiapan Kerja Siswa SMK Menggunakan Teknik Goal Setting Dewi Mustikawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan konselor kepada individu yang sedang mengalami masalah melalui interaksi, saran, gagasan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk di dunia pada tahun 2010 mencapai 6.868.638.152 jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi dan Industrialisasi dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia telah banyak menimbulkan permasalahan, salah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan
Lebih terperinciPROFESIONALISME KONSELOR : EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH
PROFESIONALISME KONSELOR : EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH Agus Supriyanto Email: agus.supriyanto@bk.uad.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah sumber daya manusia di Indonesia dapat dikatakan cukup banyak, namun sebagian besar masih memiliki kualitas yang tergolong rendah. Hal ini dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan untuk memberikan bekal keterampilan dan keahlian khusus pada siswa agar memiliki kesiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan
Lebih terperinci2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, juga dapat menghasilkan SDM yang mampu menjadi ahli dan dapat bekerja dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Salah satu bentuk pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah sekolah menengah kejuruan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pembangunan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas, nantinya akan menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen program bimbingan dan konseling merupakan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Siklus tersebut senantiasa saling berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif,
Lebih terperinciModel Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran
Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia pekerjaan. Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang muncul dalam era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini di Indonesia adalah menyempitnya lapangan pekerjaan. Orang yang mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Bertambah pesatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam era globalisasi dan industrialisasi telah menimbulkan banyak permasalahan. Salah satunya adalah pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
Lebih terperinciKemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k
FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi
Lebih terperinci2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat perkembangan dan kemajuannya. Hal tersebut menuntut sumber daya manusia di suatu negara berkompetisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan hidup. Di dalam masyarakat secara luas terdapat berbagai jenis pekerjaan, tetapi pekerjaan-pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran adalah salah satu permasalahan yang cukup besar yang kini dihadapi bangsa Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah pengangguran pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR
MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi, pembentukan manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas
Lebih terperinciOleh : Sugiyatno, M.Pd
Oleh : Sugiyatno, M.Pd Dosen PPB/BK- FIP- UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA sugiyatno@uny.ac.id Sugiyatno. MPd Jln. Kaliurang 17 Ds. Balong, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Hp. 08156009227 Beriman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,
BAB I PENDAHULUAN Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode penelitian,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Selain itu pengangguran terjadi disebabkan karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan karier merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karier peserta didik, agar peserta didik mampu merencanakan kariernya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciPerspektif Historis Konseling
Perspektif Historis Konseling di Sekolah Oleh : Nandang Rusmana Sejarah School Counseling Periode I : Bimbingan Vokasional, 1900-1925 Periode II : Kesehatan Mental, 1930-1942 Periode III : Penyesuaian
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan beberapa hal penting sebagai dasar dalam penelitian. Bab ini membahas latar belakang mengenai topik atau isu yang diangkat dalam penelitian, rumusan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu hal yang dinamis. Dikatakan dinamis karena pendidikan mengikuti perkembangan zaman yang meliputi perkembangan teknologi serta ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan disengaja untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik yang berlangsung sepanjang masa. Melalui pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik dan dikelola dengan perencanaan yang matang akan menciptakan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL INFORMASI KARIR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TKR) SMK NEGERI 26 JAKARTA
87 PENGEMBANGAN MODUL INFORMASI KARIR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TKR) SMK NEGERI 26 JAKARTA Praditya Rizky Hutama 1 Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
IMPELEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013 Disampaikan bagi Koordinator Bimbingan dan Konseling DKI Jakarta, 4 Juni 2013 Oleh Prof. Dr. Uman Suherman AS., M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil
244 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan inferensi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan ekonomi di Indonesia sedang meningkat, pertumbuhan ekonomi di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dan mengembangkan kepribadian dan potensi (bakat, minat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciSigit Sanyata
#2 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung (tatap muka) atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4 Salah satu kebijakan pemerintah tentang sekolah menengah adalah penggalakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dan sampai saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati diri, eksistensi untuk
Lebih terperincidikembangkan suatu sistem pengembangan faktor-faktor psikologis siswa.2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah menciptakan kebijaksanaan dalam pendidikan sebagai sarana pengembangan bangsa, meliputi kemanusiaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin pesat sekarang ini, menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan. Diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang melanda Amerika sejak akhir tahun 2008 yang diawali dengan ambruknya sektor perbankan di USA dan merambat ke berbagai sektor di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup
Lebih terperinciKata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir
PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP PEMILIHAN KARIR (CAREER CHOICE) PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Oleh : Ahmad Roni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi siswa SMP dalam memutuskan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya seorang siswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari
Lebih terperinci