BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan pengambilan keputusan oleh remaja seringkali jauh dari sempurna. Kemampuan untuk mengambil keputusan seringkali dipengaruhi dari luasnya pengalaman. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak keputusan-keputusan terjadi dalam atmosfir yang menegangkan, yang meliputi faktor-faktor hambatan waktu dan keterlibatan emosional (Santrock, 2002). Eccles, dkk (dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa banyak para ahli perkembangan yang memberikan perhatian pada tahapan transisi dari sekolah menengah menuju ke tingkat lanjutan. Pada dasarnya transisi ini adalah suatu pengalaman normatif bagi semua remaja, namun hal ini dapat menimbulkan ketegangan secara emosi (stres). Ketegangan secara emosi terjadi akibat adanya perubahan yang berlangsung secara bersamaan di dalam diri individu, di dalam keluarga, dan di sekolah (Santrock, 2002). Perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku menjadi tuntutan bagi remaja dalam melaksanakan tugas perkembangannya. Remaja diharapkan dapat menguasai tugas-tugas tersebut, sehingga remaja dapat meminimalisir masalah yang dapat ditimbulkan dari perubahan tersebut (Hurlock, 1999). Dikatakan penuh dengan masalah dan 1

2 2 ketegangan emosional karena pada masa ini individu mulai dihadapkan dengan masalah baru yang lebih banyak (Hurlock, 1999). Bandura (dalam Feist & Feist, 2010), merasa yakin bahwa manusia bersifat meregulasi diri, proaktif, merefleksikan diri dan dapat mengatur dirinya serta mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi tindakan dirinya sendiri untuk menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Seorang individu bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal balik dari perilaku, lingkungan dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka mampu melakukan suatu perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi. Bandura mengatakan efikasi diri seorang individu dapat mempengaruhi bentuk tindakan yang akan ia pilih untuk dilakukan, sebanyak apa usaha yang akan dikerjakannya ke dalam aktivitas ini, berapa lama ia akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketangguhannya dalam mengikuti kemunduran (Feist & Feist, 2010). Bandura juga menyebut ekspektasi ini sebagai efikasi diri (self-efficacy), yang didefenisikan sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian individu itu sendiri dan peristiwa di lingkungan (Feist & Feist, 2010). Efikasi diri remaja mempengaruhi pilihan aktivitas, tujuan dan usaha serta persistensi remaja tersebut. Dengan kata lain, efikasi diri juga mempengaruhi pembelajaran dan prestasi akademiknya (Ormrod, 2009b). Secara umum Ormrod (2009b) menyatakan bahwa efikasi diri remaja sebagai penilaian remaja mengenai kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau

3 3 mencapai tujuan tertentu. Remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mengerahkan segenap kemampuannya dalam menyelesaikan suatu tugas. Masa remaja sebagai periode peralihan sehingga remaja juga membutuhkan bantuan dari lingkungan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Lingkungan yang paling dibutuhkan oleh remaja adalah keluarga (orangtua). Orangtua merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri (Santrock, 2003). Orangtua merupakan dukungan yang paling besar di dalam lingkungan rumah. Orangtua diharapkan mampu memberikan kesempatan pada anak sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, dapat mengambil keputusan mengenai apa yang diinginkannya dan belajar untuk bertanggungjawab atas pilihannya. Keluarga mempunyai fungsi untuk berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, dan menolong serta melindungi. Anggota keluarga juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi didalam struktur keluarga dan perubahan lingkungan, serta dapat berinteraksi antar anggota keluarga tanpa hambatan (Setiono, 2011). Menurut Santrock (2002), dengan menjadikan pendidikan lanjutan sebagai kewajiban, orangtua memiliki kekuatan untuk menempatkan remaja pada posisi submisif/patuh dan menjadikan masuknya remaja ke dunia kerja orang dewasa menjadi lebih terarah. Ketika remaja duduk di sekolah menengah atas yang sering disebut sebagai siswa, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada diambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa, melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, atau menerima pelatihan kerja tertentu. Memasuki perguruan tinggi membuat siswa mulai menyadari akan tanggung jawab yang sebelumnya belum terpikirkan.

4 4 Menurut Bandura (dalam Feist & Feist, 2010), pembelajaran melalui observasi lebih efisien dibandingkan dengan belajar melalui pengalaman langsung. Dengan mengobservasi orang lain, seorang siswa tidak perlu mengalami berbagai hal secara langsung, karena berbagai respons tersebut dapat berakibat pada hukuman atau tidak menghasilkan penguatan sama sekali. Teori ini menekankan pada perilaku, lingkungan dan faktor kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan individu. Secara umum, teori ini mengatakan bahwa manusia bukanlah seperti robot yang tidak mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai dengan kehendak pembuatnya. Namun, manusia memiliki otak yang dapat digunakan untuk berpikir, menalar, menilai ataupun membandingkan sesuatu sehingga dapat memilih arah dan tujuan bagi dirinya sendiri (Izzaty dkk, 2008). Masa remaja merupakan tahapan yang akan dilalui oleh setiap individu. Masa ketika seorang individu harus mulai dapat memilih arah tujuan bagi dirinya sendiri. Salah satu arah tujuan dari remaja itu adalah mulai membuat perencanaan karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai melakukan pemilihan karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Super (dalam Brown & Associates, 2002) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan dalam perkembangan karir pada masa remaja, pada penelitian ini masuk pada tahap kedua yaitu eksplorasi (usia antara tahun). Pada masa ini individu mulai mempersempit pilihan karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu. Salah satu masalah yang mulai dihadapi adalah kebingungan dalam pemilihan karir/jurusan pendidikan tinggi. Menurut Bandura (1997), seorang siswa membutuhkan efikasi diri sebagai keyakinan terhadap kemampuannya dalam mengelola keinginannya untuk

5 5 berhasil. Saat seorang siswa memiliki efikasi diri maka siswa itu akan memahami lebih dalam mengenai kebutuhannya dan tindakan apa yang harus diambilnya, sehingga akan dapat mengarahkan pada pembentukan cita-citanya sendiri (Bandura, 1997). Hal ini berarti efikasi diri dalam pemilihan karir menjadi indikator yang penting pada diri individu, sehingga individu tersebut dapat menggapai kesuksesannya. Berdasarkan penelitiannya Yulianto (2012) berhasil membuktikan bahwa konseling karir secara kelompok dapat meningkatkan efikasi diri pengambilan keputusan studi lanjut. Hasil serupa menurut penelitian dari Ardiyanti (2014), bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada skor pengetahuan perencanaan karir peserta setelah mengikuti pelatihan PLANS. Efikasi diri dalam pemilihan karir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah orientasi tujuan (Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino & Rafferty, 2012), dan dukungan orang tua (Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino & Rafferty, 2012; Nawaz & Gilani, 2011). Pada umumnya individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah individu yang memperoleh dukungan sosial yang baik, sehingga kompetensi yang ada didalam dirinya-pun menjadi lebih baik dan meningkat. Seperti yang dikatakan oleh Green, Walker, Hoover-Dempsey & Sandler (2007) didalam penelitiannya bahwa peran orangtua jauh lebih meningkatkan efikasi diri anak dibandingkan dengan peran sekolah. Peningkatan yang terjadi ini tentu akan mempengaruhi orientasi individu dalam menentukan tujuan dari hidupnya. Penelitian Janssen & Van Yperen (2004), menyatakan bahwa orientasi tujuan mempengaruhi performa dan kepuasan kerja dalam penelitian mengenai tujuan berprestasi. Dweck & Leggett (1988), menyatakan bahwa orientasi tujuan

6 6 terbagi atas dua yaitu orientasi tujuan pada performa dan orientasi tujuan pada pembelajaran. Berdasarkan preliminary study penelitian ini lebih mengarah pada orientasi tujuan pada pembelajaran. Orientasi ini disebut juga dengan orientasi tujuan pada penguasaan, yang berfokus pada peningkatan kompetensi, mendapatkan keahlian, dan mengerjakan yang terbaik. Individu yang memiliki orientasi tujuan seperti ini biasanya akan mencari tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang menantang. Hal ini dikarenakan individu tersebut mempersepsikan tugas-tugas sebagai suatu peluang untuk mengembangkan kompetensinya (Wisudaningrum, 2012). Berdasarkan hasil wawancara awal Ardiyanti (2014) pada penelitiannya terhadap 15 orang siswa kelas XII, diketahui bahwa 10 orang dari mereka mengalami keraguan dalam menentukan pilihan program studi. Ardiyanti juga melakukan survey terhadap 157 orang siswa kelas XI wilayah Yogyakarta, didapat sebesar 43% siswa yang masih belum yakin dan masih bingung dengan pilihan program studi di Perguruan Tinggi. Penyebab kurangnya efikasi diri dalam pemilihan karir pada siswa adalah kurangnya pemahaman diri, kurangnya wawasan/informasi karir, dan ketidakmampuan dalam menetapkan tujuan dan rencana karir (Ardiyanti, 2014). Hal ini terjadi dikarenakan tidak semua siswa dapat dengan mudah membuat keputusan karir, banyak diantara mereka yang mengalami keraguan dalam mengambil keputusan karir (Creed, Patton & Prideaux, 2006). Hasil preliminary study yang dilakukan oleh Mulyana (2009), menyatakan bahwa pada umumnya individu seringkali mengalami permasalahanpermasalahan karir yang dimulai dari pencarian awal karir sampai pada tahap individu itu menjadi pekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.

7 7 Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada diri individu, yaitu mencakup kesulitan individu dalam mendapatkan karir pilihan, ketidaksesuaian pekerjaan yang dijalani dengan latar belakang pendidikan, minat, keahlian, dan penurunan performa yang mengakibatkan terjadinya permasalahan pada karir pilihan individu tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) kepada tim konselor Detection, menunjukkan bahwa 167 siswa kelas XII masih belum memiliki kesiapan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatlah hal-hal yang mengakibatkan belum adanya kesiapan dari para siswa tersebut dikarenakan oleh hal-hal berikut: tidak mengetahui informasi mengenai jurusan di Perguruan Tinggi, belum menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya, masih bingung mau melanjutkan jurusan di Perguruan Tinggi, masih belum belum yakin dengan pilihan yang akan dipilih, dan belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan. Guna mendalami permasalahan efikasi diri dalam pemilihan karir yang hendak diteliti, peneliti melakukan preliminary study pada tanggal 18 Februari Studi awal ini dilakukan dengan memberikan lembaran pertanyaan sebanyak 8 item kepada 5 orang siswa. Dalam melakukan preliminary study ini peneliti juga melakukan observasi terhadap 5 orang siswa tersebut. Hasil preliminary study diketahui terdapat empat penyebab mereka belum memiliki keyakinan dalam menentukan pilihan karir, yaitu: (1) siswa belum begitu mengetahui informasi mengenai pilihan karir yang akan dipilihnya, (2) pilihan karir yang diminati siswa sudah di arahkan semenjak mereka kecil oleh orang tuanya, membuat siswa merasa kurang yakin akan kemampuannya sendiri, (3) terbatasnya kapasitas penerimaan mahasiswa pada suatu program studi,

8 8 sehingga membuat siswa tersebut menjadi ragu akan pilihan karirnya, dan (4) program studi yang dipilih siswa karena keterpaksaan mengakibatkan orientasi tujuan mereka hanya pada nilai bukan pada penguasaan pelajaran. Tarmidi & Rambe (2010), mengatakan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara dukungan orang tua terhadap kemandirian dalam belajar pada siswa SMA. Semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh orang tua maka akan semakin tinggi pula kemandirian siswa dalam belajar. Nawaz & Gilani (2011), menyatakan bahwa dukungan orang tua jauh lebih kuat pengaruhnya dalam memprediksi efikasi diri pemilihan karir siswa dibandingkan dengan dukungan dari teman sebaya. Berdasarkan hasil penelitian dari Widanarti & Indati (2002), dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan efikasi diri. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang dimiliki remaja maka semakin tinggi pula efikasi diri remaja tersebut, sementara semakin rendah dukungan sosial keluarga yang dimiliki oleh remaja maka semakin rendah pula efikasi diri remaja tersebut. Dukungan orang tua ini menjadi penting, karena berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, kepercayaan diri, motivasi dan kesehatan mental (Corviile-Smith, Ryan, Adam & Dalicandro, 1998). Menurut Lee dan Detels (2007), dukungan sosial orang tua terbagi atas dua, yaitu positif dan negatif. Dukungan yang bersifat positif berupa perilaku positif yang ditunjukkan oleh orangtua, sedangkan yang bersifat negatif adalah perilaku yang dipandang negatif sehingga dapat mengarahkan anak pada perilaku yang negatif pula. Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012), menyatakan bahwa ada dua gambaran dari hasil penelitian yang didapatkan, yaitu: gambar pertama, pada high levels of student rating of parental support, hasilnya adalah

9 9 signifikan dan terdapat hubungan positif yang kuat antara orientasi tujuan (Learning goal orientation) dan efikasi diri dalam pemilihan karir (career decisionmaking self-efficacy). Sedangkan pada low levels of student rating of parential support, hasilnya tidak signifikan. Pada gambar kedua dari hasil penelitian Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino dan Rafferty (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan hanya pada hubungan antara orientasi tujuan belajar (learning goal orientation) dan efikasi diri dalam pemilihan karir (career decision making self-efficacy) untuk low parents ratings of support saja. Hasil penelitian ini terlihat sejalan dengan penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Wisudaningrum (2012), bahwa orientasi tujuan pada pembelajaran memiliki pengaruh untuk meningkatkan efikasi diri pada individu. Hal ini disebabkan oleh orientasi tujuan pembelajaran akan memberikan pemahaman yang positif, sehingga individu dapat memproses informasi dengan lebih baik. Berdasarkan pemaparan dari dinamika penyebab permasalahan diatas, tampak bahwa perilaku siswa mengalami ketidakmampuan dalam menentukan pilihan dalam pemilihan karir (program studi) didahului dengan adanya rasa tidak yakin atau keraguan individu, dengan kata lain efikasi diri yang dimiliki oleh siswa tersebut rendah. Efikasi diri yang rendah dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu orang tua. Faktor lingkungan (orangtua) menjadi pengaruh yang besar bagi efikasi diri siswa dalam menentukan pilihan karir. Faktor orientasi tujuan penguasaan juga dapat mempengaruhi efikasi diri individu (siswa) dalam menentukan pilihan karir, pengaruh yang ditunjukkan terlihat pada performa (usaha) yang akan dilakukan oleh individu (siswa) tersebut. Bandura (1986) mengungkapkan bahwa individu berperilaku tergantung pada resiprokal antara lingkungan dengan faktor personal individu itu sendiri. Siswa lebih mungkin

10 10 terlibat dalam perilaku tertentu ketika mereka yakin bahwa mereka akan mampu menjalankan perilaku tersebut dengan sukses, yaitu ketika mereka memiliki efikasi diri yang tinggi (Bandura, 1997). Berdasarkan paparan di atas, ditemukan pertanyaan secara empirik yaitu apakah orientasi tujuan penguasaan dan dukungan orangtua dapat menjadi prediktor efikasi diri dalam pemilihan karir siswa SMA. B. Rumusan Permasalahan Perilaku yang tampak dari diri remaja dipengaruhi oleh efikasi diri yang dimiliki oleh remaja tersebut. Efikasi diri ini menjadi pertahanan diri yang dimiliki oleh remaja dalam menentukan pilihan karir. Pada saat memilih karir remaja juga mengalami gejolak didalam hati dan pemikirannya. Bayang-bayang akan impian dan cita-cita masa depan menjadikan remaja harus lebih gigih dalam berjuang untuk mengejar karir yang diimpikannya. Dukungan orang tua dalam menentukan arah karir yang remaja harapkanpun menjadi modal yang harus dimiliki, agar efikasi diri dalam pemilihan karir remaja tinggi maka dibutuhkan juga orientasi tujuan penguasaan remaja yang tinggi. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah orientasi tujuan penguasaan dan dukungan orangtua dapat memprediksi efikasi diri dalam pemilihan karir?

11 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah orientasi tujuan penguasaan dan dukungan orangtua dapat memprediksi efikasi diri dalam pemilihan karir. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi ilmiah bagi ilmu psikologi, khususnya yang berkaitan dengan efikasi diri dalam pemilihan karir. Manfaat penelitian ini secara praktis, adalah sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para siswa mengenai gambaran efikasi diri dalam pemilihan karir, orientasi tujuan penguasaan dan dukungan orangtua yang mereka miliki. 2. Melalui hasil penelitian ini, para pendidik (guru) dapat mengetahui tingkat efikasi diri dalam pemilihan karir yang dimiliki oleh siswa-siswi mereka. Sehingga, mereka dapat berusaha meningkatkan orientasi tujuan penguasaan siswa-siswinya terhadap efikasi diri akan karir yang telah mereka pilih. D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai efikasi diri dalam pemilihan karir (career decision making self-efficacy) telah banyak diteliti, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari & Kumara (2006), dengan judul penelitian: Efektivitas pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan kejelasan arah pilihan bidang minat akhir pada mahasiswa semester III Fakultas Psikologi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari & Kumara (2006), peneliti berfokus pada efektivitas pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan kejelasan arah pilihan bidang minat karir. Perbedaan penelitian Purnamasari &

12 12 Kumara dengan penelitian ini sangat tampak jelas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian yaitu Skala Arah Pilihan Bidang Minat Karir, Lembar wawasan karir, hasil FGD, lembar evaluasi hasil pelatihan, lembar observasi pelatihan serta hasil in depth interview, dan pada subjek penelitian. Sementara pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah Skala efikasi diri dalam pemilihan karir, skala orientasi tujuan pembelajaran dan skala dukungan keluarga. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA sedangkan penelitian Purnamasari & Kumara adalah Mahasiswa. Penelitian Widyastuti & Pratiwi (2013) dengan judul penelitian: Pengaruh self-efficacy dan dukungan sosial keluarga terhadap kemantapan pengambilan keputusan karir siswa. Dalam penelitian Widyastuti & Pratiwi (20013), peneliti menyertakan 100 siswa yang diambil secara proporsional random sampling di SMA Negeri 22 Surabaya pada siswa kelas X. Dalam penelitian Widyastuti & Pratiwi, orientasi tujuan tidak termasuk menjadi variabel dalam penelitiannya. Widyastuti & Pratiwi memfokuskan penelitiannya pada besarnya pengaruh selfefficacy terhadap kemantapan pengambilan keputusan karir, mengetahui besarnya pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap kemantapan pengambilan keputusan karir, dan mengetahui hubungan simultan antara faktor self-efficacy dan dukungan sosial keluarga dengan kemantapan pengambilan keputusan karir. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti & Pratiwi adalah pada variabel orientasi tujuan pembelajaran. Penelitian Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino & Rafferty (2012) dengan judul: Defferential Moderating Effects of student-and parent-rated support in the relationship between learning goal orientation and career decision-making selfefficacy. Pada penelitian Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino & Rafferty,

13 13 peneliti hendak memprediksi uji beda mengenai peranan moderasi dukungan orangtua dari sudut pandang siswa dan sudut pandang orang tua dinilai dengan mempertimbangkan pengaruh orientasi tujuan belajar siswa pada efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada subjek penenlitiannya. Pada penelitian Garcia, Restubog, Toledano, Tolentino & Rafferty pesertanya terdiri atas 141 mahasiswa yang terdaftar di sebuah Universitas besar di Filipina. Data juga dikumpulkan dari orang tua wali dari peserta, yang terdiri atas 53 orang ayah, 79 orang ibu, 3 nenek, 4 wali dan 2 orang tidak melaporkan hubungannya dengan peserta. Perbedakan dengan penelitian ini terletak pada subjeknya. Subjek penelitian ini di SMA yang berada di Yogyakarta, Indonesia. Nawaz & Gilani (2011) dengan judul penelitian: Relationship of parental and peer attachment bonds with career decision making self-efficacy among adolescents and post-adolescent. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara obligasi orangtua dan teman sebaya terhadap efikasi diri dalam pemilihan karir pada remaja dan dewasa awal. Jumlah subjek yang disertakan sebanyak 300 orang laki-laki dan 250 orang perempuan dari berbagai Universitas di Pakistan. Hasil analisis menunjukkan bahwa obligasi orangtua dan teman sebaya memiliki hubungan yang positif dengan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Perbedaan penelitian ini adalah variabel orientasi tujuan pembelajaran tidak disertakan dan subjek yang digunakan, yaitu siswa SMA. Wisudaningrum (2012) dengan judul tesisnya: Pengaruh orientasi tujuan pada pembelajaran terhadap efikasi diri mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi. Tujuan penelitian pada tesis ini adalah untuk melihat pengaruh

14 14 orientasi tujuan pada pembelajaran terhadap efikasi diri dengan mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi. Subjek yang disertakan sebanyak 42 orang yang terbagi atas 21 orang kelompok eksperimen dan 21 orang lagi kelompok kontrol. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh hasil peningkatan yang konsisten yaitu orientasi tujuan pada pembelajaran memiliki pengaruh untuk meningkatkan efikasi diri. Perbedaan penelitian ini adalah variabel dukungan orang tua tidak disertakan dan subjek penelitian serta metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Creed, Patton, & Prideaux (2006) dengan judul penelitian: Causal relationship between career indecision and career decision-making self-efficacy: A longitudinal cross-lagged analysis. Creed, Patton & Prideaux menggunakan metode pengumpulan data dengan two-wave longitudinal panel design, sedangkan penelitian ini menggunakan regresi ganda dengan dua prediktor. Perbedaan lainnya dengan penelitian ini juga terdapat pada subjek. Subjek dari penelitian Creed dkk adalah menggunakan dua tahap yang dibedakan atas waktu pengambilan data. T1 ketika subjek berada di kelas 8 dan T2 saat subjek sudah berada di kelas 10, rentang waktu yang digunakan adalah dua tahun setelah data dikumpulkan pada subjek T1. Alat ukur yang digunakan Creed dkk adalah Career decidedness dan Career Decision-Making Self-Efficacy, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Skala Efikasi Diri dalam Pemilihan karir, Skala Dukungan Orangtua dan Skala Orientasi Tujuan Penguasaan. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini tidak memiliki kesamaan persis dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat dibuktikan keasliannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting

Lebih terperinci

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai 2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,

Lebih terperinci

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan

mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan -kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki beberapa masa perkembangan dalam hidupnya. Salah satu masa perkembangan yang dialami yaitu masa remaja. Mengenai masa remaja, Zulkifli (2009)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG 1 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG Muhammad Antos Riady Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Bimbingan Karier terhadap Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa

Pengaruh Bimbingan Karier terhadap Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY VOLUME 2, NO. 2, 2016: 86-100 ISSN: 2407-7798 Pengaruh Bimbingan Karier terhadap Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier pada Siswa Dyan Widyaningrum 1 & Thomas

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M. PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 12) menyatakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, hal ini menyebabkan persaingan di dunia menjadi semakin ketat. Persaingan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi, atau masa peralihan dari anak menuju dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, hal ini disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Algifari. (2013). Analisis regresi: Teori, kasus dan solusi (ed.2). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Algifari. (2013). Analisis regresi: Teori, kasus dan solusi (ed.2). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Algifari. (2013). Analisis regresi: Teori, kasus dan solusi (ed.2). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Alsa, A. (2007). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka lebih dari 237 juta jiwa dan 99,49 juta terdiri dari usia 15-19 tahun yang artinya penduduk usia remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA 31 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA Iman Setiyanto 1) Dra. Louise B. Siwabessy, M.Pd 2) Dr. Gantina Komalasari, M.Psi 3) Abstrak Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ketika memilih jurusan. Pengambilan keputusan akan dilalui oleh setiap individu dalam memilih jurusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yaitu dapat memperoleh hasil positif pada akademis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mengalami perubahan dalam aspek fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa sebagai remaja perlu dipersiapkan untuk menjadi orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa sebagai remaja perlu dipersiapkan untuk menjadi orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai remaja perlu dipersiapkan untuk menjadi orang dewasa yang mandiri, karena kehidupan dewasa berbeda dengan remaja. Salah satunya adalah kesiapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan. Dimana individu tersebut tidak lagi dianggap sebagai anak-anak, mulai diberi kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA Chelsea Sulastry Sianipar, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan atau proses pembelajaran mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA N 3 MAGELANG Amanda Luthfi Arumsari 15010113120067 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul Penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self- Efficacy Guru-Guru SMA X Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai Self-Efficacy pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG Rayhanatul Fitri 15010113130086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan

Lebih terperinci

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci