BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Minat Membaca A. Minat Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan menurut kamus psikologi (dalam Haru, 2015) menjelaskan bahwa minat dalam bahasa Inggrisnya interest merupakan salah satu istilah teknis psikologi, khususnya di dalam psikologi pendidikan. Minat memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Jadi, dapat dikatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan (Hurlock, 1980). Semiawan (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat dapat dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarahkan kepada situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan pada dirinya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement). Minat mempunyai karakteristik pokok, yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat 9

2 10 membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motovasi memilih hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat dengan perilaku. Minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu (Djaali, 2013). Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan (Sardiman 2012). Karateristik minat menurut Walgito (dalam Meilianawati, 2015) adalah: (1) menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek (2) adanya sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari suatu objek (3) mengandung suatu pengharapan yang menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya. Meichati (1978) menyatakan bahwa minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas. Sedangkan Hidi (dalam Siswati, 2010) menyatakan bahwa minat yang sifatnya individual biasanya terbentuk lama dan akan bertahan lama pula. Smith (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa membaca sebagai suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Kustaryo (dalam Sugiarto, 2002) menyimpulkan bahwa pengertian membaca adalah suatu kombinasi dari pengenalan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan dengan pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu pesan yang tertulis. Davies (dalam Sugiarto, 2002) memberikan pengertian membaca sebagai suatu proses mental atau proses kognitif yang didalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Hodgson (dalam Tarigan, 2008) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang

3 11 dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Minat baca adalah perasaan senang yang sangat kuat dalam kegiatan membaca yang membutuhkan stimulus untuk mewujudkannya menjadi suatu kebiasaan (Ginting, 2005). Rachmananta (2002) meyatakan bahwa minat baca berarti adanya perhatian atau kesukaan (kecenderungan hati) untuk membaca. Sedangkan Sandjaja (2006) menyatakan bahwa minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Minat membaca adalah sesuatu yang menarik perhatian untuk dibaca, tapi jika tidak menarik perhatian tidak akan dibaca. Oleh sebab itu, minat baca bukan merupakan faktor turunan tetapi suatu kegiatan atau proses yang dilatih secara terus-menerus, tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan serta kemampuan membaca (Sutarno, 2006). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah ketertarikan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan, memperhatikan, merasa menikmati dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga individu tersebut melakukan aktivitas membaca dengan

4 12 kemauan sendiri. Minat menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek, adanya sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari suatu objek, dan mengandung suatu pengharapan yang menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya. 2. Aspek-aspek Minat Membaca Hurlock (1978) menyatakan bahwa aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi. Minat membaca memiliki aspek-aspek sebagaimana dijelaskan oleh Harris dan Sipay (dalam Haru, 2015). Aspek-aspek tersebut sebagai berikut: a. Aspek kesadaran akan manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap seberapa jauh subjek menyadari, mengetahui dan memahami manfaat membaca. b. Aspek perhatian terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap perhatian dan ketertarikan subjek dalam membaca. c. Aspek rasa senang, yaitu aspek yang mengungkap seberapa besar rasa senang subjek terhadap kegiatan membaca. d. Aspek frekuensi, yaitu aspek yang mengungkap seberapa sering subjek melakukan aktivitas membaca. Menurut Stiggins (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif

5 13 adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang. Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu: a. Berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral kedua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif. c. Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah. Berdasarkan uraian di atas, maka aspek minat baca dalam penelitian ini mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Harris dan Sipay (dalam Haru, 2015). Aspek-aspek tersebut sebagai berikut; a) Aspek kesadaran akan manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap seberapa jauh subjek menyadari, mengetahui dan memahami manfaat membaca. b) Aspek perhatian terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap perhatian dan ketertarikan subjek dalam membaca. c) Aspek rasa senang, yaitu aspek yang mengungkap seberapa besar rasa senang subjek terhadap kegiatan membaca. d) Aspek frekuensi, yaitu aspek yang mengungkap seberapa sering subjek melakukan aktivitas membaca. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca Dalam perkembangannya, minat membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi minat membaca seseorang (Purves dan Beach dalam Harris dan Sipay, 1980) yaitu faktor personal dan institusional.

6 14 a. Faktor Personal Faktor personal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. 1) Usia Geeslin dan Wilson (dalam Harris dan Sipay, 1980) menyatakan bahwa minat membaca seseorang biasanya tidak tetap atau statis melainkan selalu berubah sesuai dengan perubahan usia seseorang. 2) Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku bacaan dan minat baca siswa (Harris dan Sipay, 1980). Pada umumnya anak-anak perempuan menyukai buku cerita dengan tema kehidupan keluarga dan sekolah. Anak laki-laki lebih menyukai buku cerita mengenai petualangan, kisah perjalanan yang seram dan penuh ketegangan, cerita kepahlawanan dan cerita humor (Munandar dalam Yetty, 2009). 3) Intelegensi Hubungan antara kecerdasan dan minat baca belum dapat dibuktikan secara jelas. Tetapi menurut Harris dan Sipay (1980), pada umumnya anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi membaca lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak yang tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata. Minat membaca pada anak-anak yang cerdas lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas.

7 15 4) Kemampuan Membaca Menurut Harris dan Sipay (1980), kemampuan membaca tidak berkorelasi langsung dengan minat membaca. minat sebaga satu faktor dalam pemahaman secara signifikan penting bagi para pembaca dengan kemampuan membaca yang masih rendah. Minat membaca rendah memiliki efek negatif pada pemahaman. Siswa yang berkemampuan membaca rendah dan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata cenderung memberikan perhatian lebih tinggi untuk bahan bacaan yang akan mudah bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. 5) Sikap Terhadap Membaca. Pada konteks tertentu, sikap seseorang berpengaruh terhadap minat membacanya (Harris dan Sipay, 1980). Jika membaca dapat memenuhi satu kebutuhan, sikap positif terhadap membaca biasanya bertumbuh. Sikap positif ini mendorong seseorang di dalam meningkatkan minatnya untuk membaca. 6) Kebutuhan Psikologis Harris dan Sipay (1980) menyatakan bahwa kebutuhan psikologis seseorang berkorelasi dengan minat membaca. minat membaca seseorang akan meningkat ketika kegiatan membaca tersebut dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya.

8 16 b. Faktor Institusional Faktor institusional, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial ekonomi, pengaruh orangtua, teman sebaya, guru atau dosen, dan televisi. 1) Tersedianya Buku-buku Minat membaca seseorang tergantung pada tersedia atau tidaknya bukubuku yang diperlukan. Napitupulu (dalam Haru, 2015), di dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara ketersediaan koleksi buku di perpustakaan dengan minat membaca pada mahasiswa. 2) Status Sosial Ekonomi Slavin (dalam Yetty, 2009) menemukan ada perbedaan aktivitas orangtua dalam membimbing anak antara keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi dengan yang berstatus sosial ekonomi rendah. Orangtua dengan status ekonomi tinggi memiliki harapan yang tinggi terhadap keberhasilan anak di sekolah dan mereka sering memberi penghargaan terhadap pengembangan intelektual anak. Mereka juga mampu menjadi model yang bagus dalam berbicara dan dalam aktivitas membaca. orangtua yang sering membaca bersama anak, memberikan pujian kepada anak saat anak membaca buku atas inisiatif sendiri, membawa anak ke toko buku dan mengunjungi perpustakaan dan mereka menjadi model bagi anak dengan lebih sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca. sebaliknya, orangtua dengan status sosial ekonomi rendah sering memberi contoh

9 17 negatif dalam berbicara, terutama saat mereka bertengkar karena keterbatasan keuangan keluarga. Mereka juga jarang memuji anak ketika anak membaca, bahkan orangtua memiliki pengharapan rendah terhadap keberhasilan sekolah anak sehingga mereka tidak mau terlibat untuk membantu pekerjaan rumah anak atau tugas sekolah yang lain. 3) Pengaruh Orangtua Dukungan orangtua merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki peran penting di dalam menumbuhkan minat membaca seorang anak (Widyawati, 2011). Dukungan yang tinggi dari orangtua akan meningkatkan minat membaca seorang anak. Sebaliknya, kurangnya dukungan orangtua dapat berpengaruh pula pada rendahnya minat membaca seorang anak. Orangtua merupakan lingkungan terdekat dari anak, oleh karena itu pemberian dukungan dalam berbagai bentuk sangat berarti bagi anak. Dukungan tersebut dapat berupa memberikan bantuan materi ataupun non materi, pemberian saran, nasehat, memberikan pujian, memberikan penghargaan ketika anak berprestasi, memberikan ekspresi kasih sayang, saling terbuka, saling bertanggung jawab terhadap kenyamanan keluarga, sehingga anak merasa diterima di keluarga dan berakhir dengan rasa nyaman sehingga anak akan mengikuti apa yang dicontohkan orangtuanya dan diharapkan memiliki minat membaca yang tinggi. Keterlibatan orangtua dalam kegiatan membaca akan menumbuhkan pola pikir yang lebih baik terhadap aktivitas membaca

10 18 sehingga membaca akan dijadikan sebagai kegiatan yang menyenangkan baik itu dalam bentuk membaca yang berhubungan dengan materi sekolah. 4) Pengaruh Teman Sebaya Teman sebaya merupakan salah satu faktor eksternal yang penting yang dapat mendorong timbulnya minat baca pada siswa (Harris dan Sipay, 1980). Siswa yang berminat terhadap kegiatan membaca akan lebih sering mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam kelas ataupun di perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif juga terhadap temannya. 5) Pengaruh Guru atau Dosen Peran guru atau dosen sangat mempengaruhi minat membaca pada siswa atau mahasiswa (Harris dan Sipay, 1980). Peran untuk mempengaruhi itu dapat ditunjukkan secara langsung melalui rekomendasi atau memberikan tugas-tugas yang mendorong siswa atau mahasiswa untuk membaca. peran untuk mempengaruhi itu dapat pula ditunjukkan secara tidak langsung dengan menunjukkan diri sebagai model (teladan) di dalam membaca. Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi minat baca dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Purves dan Beach (dalam Harris dan Sipay, 1980). Terdapat dua kelompok faktor yang mempengaruhi minat membaca, yaitu; faktor personal dan faktor intitusional. Faktor personal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis.

11 19 Sedangkan yang dimaksud faktor institusional, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial ekonomi, pengaruh orangtua, teman sebaya, guru atau dosen, dan televisi. Dimana dukungan sosial orangtua termasuk dalam kategori faktor-faktor di luar diri individu. Disebutkan bahwa faktor pengaruh orangtua yang cenderung mempengaruhi minat baca. B. Dukungan Sosial Orangtua 1. Pengertian Dukungan Sosial Orangtua Orangtua memiliki andil besar dalam hal mewarnai kehidupan anaknya, terutama dalam hal religiusitas. Turut serta orangtua dalam mendidik anaknya merupakan suatu bentuk dukungan sosial bagi anaknya dalam menjalani kehidupan kedepan. Johnson dan Johnson (dalam Wilastri, 2012) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah pertukaran sumber yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang mampu diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian. Tanggapan positif dari pihak penerima bahwa dukungan sosial akan membuat pihak penerima merasa aman, sejahtera, dapat memecahkan masalahnya, serta merasa diperhatikan. Sedangkan Farhati dan Rosyid (dalam Winarni, 2005) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang memiliki hubungan yang berarti dan akrab. Tujuan dukungan sosial ini ialah untuk mengatasi masalah yang terlalu rumit untuk disandang sendiri, sehingga

12 20 seseorang harus mencari bantuan pada pihak lain untuk meringankan bebannya. Bantuan tersebut dapat berupa informasi, perhatian emosional,penilaian, atau bantuan instrumental. Bantuan diberikan dengan cara tertentu sehingga pihak penerima bantuan merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai. Sarason (dalam Khusnia, 2010) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kepedulian, kesediaan dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi. Sedangkan Thoits (dalam Suparmi dan Goeritno, 2009) menyatakan bahwa dukungan sosial sebagai perasaan sosial dasar yang dibutuhkan individu secara terus-menerus yang dipuaskan melalui interaksi dengan orang lain. Dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang yang dapat dipercaya. Dari interaksi, individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari individu dan lingkungan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Dari interaksi ini sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga maupun orang lain yang berada disekitarnya. Johnson dan Johnson (1991) membagi dukungan sosial melalui perhatian penuh, bantuan instrumental, dan informasi yang dibutuhkan secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan penyesuaian diri dan kesejahteraan psikologis. Selanjutnya, Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang berarti (significant others) dengan individu yang membutuhkan bantuan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

13 21 a. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi individu. b. Mampu menyediakan kebutuhan individu (uang, materiil dan alat-alat, informasi dan nasehat). c. Mampu mengarahkan kemampuan psikologis yang dimiliki agar dapat mengatasi masalah. Sumber dukungan adalah orang-orang yang berarti yang ada di sekeliling individu. Dukungan biasanya diinginkan dari orang yang penting, memiliki derajat keterikatan yang erat, dapat merupakan sumber utama bagi penyesuaian diri individu, Caplan (dalam Cohen dan Symne, 1985). Thoist (1986) menyatakan dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu misalnya keluarga, teman maupun tetangga terdekat dengan rumah. Gore (dalam Suparmi dan Goeritno, 2009) menyatakan bahwa dukungan sosial lebih sering didapat dari relasi terdekat, yaitu keluarga atau sahabat. Keluarga adalah lembaga yang paling berpengaruh dalam perkembangan individu, karena keluarga merupakan sumber utama perlindungan, perawatan dan dukungan. Keluarga sebagai suatu system memiliki fungsi yang memungkinkan anggota keluarga bertindak sebagai sumber dukungan bagi individu. Keluarga adalah kelompok pertama yang dimasuki individu ketika hadir di dunia. Keluarga merupakan kelompok terdekat dengan individu. Keluarga merupakan tempat kembali individu setelah sibuk dengan aktivitasnya diluar rumah. Dengan demikian dukungan keluarga sangat berarti bagi individu dalam menghadapi kehidupan luar. Kecemasan atau masalah yang dihadapi diluar akan

14 22 menjadi ringan atau bahkan terlupakan sejenak ketika mendapat kehangatan dan hiburan dari orang-orang terdekat (Furrahman dalam Wilastri, 2012). Dari beberapa pendapat para ahli mengenai dukungan sosial dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua adalah pertukaran sumber yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang mampu diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian. Tanggapan positif dari pihak penerima bahwa dukungan sosial akan membuat pihak penerima merasa aman, sejahtera, dapat memecahkan masalahnya, serta merasa diperhatikan. 2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Orangtua Aspek-aspek dukungan sosial menurut Sarafino (dalam Khusnia, 2010) adalah sebagai berikut: a. Dukungan emosional, dukungan ini melibatkan ekspresi rasa simpati dan perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan. b. Dukungan penghargaan, dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, dan performa orang lain. c. Dukungan instrumental, dukungan ini melibatkan adanya bantuan langsung atau nyata yang dapat berupa bantuan fisik atau finansial. d. Dukungan informasi, dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana memecahkan persoalan.

15 23 Weiss (dalam Maslihah, 2011) melihat bentuk dukungan sosial dalam enam komponen yang meliputi; memberikan bimbingan, aliansi yang handal, kedekatan, penghargaan yang layak, integrasi sosial, dan kesempatan mengambil andil. Kemudian Weiss mengelompokkan keenam komponen tersebut menjadi dua komponen yaitu, dukungan instrumental atau material (instrumental/material support) dan dukungan emosi (emotional support). Berikut penjelasan pengelompokan keenam komponen tersebut (Maslihah dalam Al-Ajami, 2014): 1. Instrumental Support a. Reliable alliance, merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan. b. Guidance (bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah dilakukan individu. 2. Emotional Support a. Reassurance of worth; dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai. Contoh dari dukungan ini misalnya memberikan pujian kepada individu karena telah melakukan sesuatu dengan baik.

16 24 b. Attachment; dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima. Kedekatan dan intimasi merupakan bentuk dari dukungan ini karena kedekatan dan intimasi dapat memberikan rasa aman. c. Social integration; dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok. d. Opportunity to provide nurturance; dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain. Menurut Johnson dan Johnson (1991), dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut ini: a. Perhatian emosi, merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kehangatan, kepedulian, dan ungkapan empati sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang bersangkutan dicintai dan diperhatikan. b. Bantuan instrumental, yang dapat berwujud barang, pelayanan, dukungan keuangan, menyediakan peralatan yang dibutuhkan, memberikan bantuan dalam melaksanakan berbagai aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi lingkungan. c. Bantuan informasi, merupakan bantuan yang berupa nasehat, bimbingan dan pemberian informasi. Informasi tersebut membantu individu membatasi masalahnya sehingga individu mampu mencari jalan keluar untuk mengatasi masalahnya.

17 25 d. Penilaian, dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik, afirmasi (penguatan) dan perbandingan sosial yang dapat digunakan untuk evaluasi diri dan dorongan untuk maju. House (dalam Smet, 1994), menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari empat aspek yang berbeda sesuai dengan situasi yang dibutuhkan. Empat aspek tersebut adalah: a. Dukungan Emosional Dukungan emosional adalah ungkapan rasa empati, kepedulian dan perhatian seseorang terhadap orang lain serta memberikan rasa aman dan rasa mengasihinya. b. Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan adalah ungkapan rasa hormat, penghargaan, dorongan untuk maju atau persetujuan gagasan, perasaan, perbandingan positif orang tersebut dengan orang lain. Dukungan ini dapat dilakukan dengan menghargai orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. c. Dukungan Instrumental Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang meliputi bantuan secara langsung sesuai yang dibutuhkan seseorang, misalnya; memberikan uang kepada orang yang sangat membutuhkan. Menyediakan sarana guna

18 26 menunjang kelancaran aktivitas yang akan meringankan beban tanggung jawab seseorang, juga bentuk nyata dari dukungan instrumental. d. Dukungan Informatif Dukungan informatif merupakan dukungan sosial berupa pemberian nasehat, saran dan petunjuk serta umpan balik. Berdasarkan uraian di atas, maka aspek dukungan sosial dalam penelitian ini mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1991). Aspek-aspek tersebut terdiri dari perhatian emosi, bantuan instrumental, bantuan informasi, serta aspek penilaian. C. Keterkaitan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Minat Membaca Minat membaca individu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah dukungan sosial. Bagi seorang anak atau siswa, dukungan sosial orangtua dapat berpengaruh kuat terhadap minat membacanya. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haru (2015) tentang hubungan antara dukungan sosial dosen dan persepsi terhadap aktivitas membaca dengan minat membaca pada mahasiswa sekolah tinggi pastoral (STIPAS) St. Sirilus Roteng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan minat baca yang dapat diartikan dukungan sosial dapat mempengaruhi minat baca individu. Semakin tinggi dukungan sosial terhadap indivudu maka minat membaca juga cenderung tinggi. Penelitian selanjutnya yang

19 27 dilakukan oleh Wilastri (2012) tentang hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta. Hasil penelitian menujukkan adanya hubungan yang positif antara dukungan sosial orangtua dengan minat baca. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin tinggi minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta yang berarti dukungan sosial dapat mempengaruhi minat baca. Dukungan sosial orangtua berhubungan erat dengan minat membaca pada siswa SD. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa bentuk dukungan sosial yang dapat diterima individu yaitu perhatian emosi, bantuan instrumental, bantuan informasi dan penilaian (Johnson dan Johnson, 1991). Perhatian emosi orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian. Penelitian Maslihah (2011) mengenai dukungan sosial orangtua, penyesuaian lingkungan sosial di sekolah dan prestasi akademik siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan prestasi akademik. Semakin besar dukungan sosial orangtua yang dipersepsi siswa, semakin baik prestasi akademik yang dapat dicapai siswa. Adanya dukungan sosial khususnya dari orangtua akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis bagi anak. Karena dengannya anak akan merasa dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dalam hal ini orangtuanya. Selain perhatian emosi, bantuan instrumental juga dapat mempengaruhi secara positif minat membaca pada siswa SD, bantuan instrumental dapat diwujudkan sebagai bentuk pelayanan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan

20 28 penelitian Irkhamiyati dan Lasa (2007) mengenai persepsi mahasiswa terhadap kualitas pelayanan sirkulasi di perpustakaan Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi sebagian besar mahasiswa pelayanan sirkulasi di perpustakaan Stikes Aisyiyah Yogyakarta sudah baik, dengan hasil rata-rata 3,6 atau 71% sehingga penafsiran atau interpretasinya tergolong baik. Hal tersebut dapat diartikan ketika pelayanan berupa fasilitas yang memadai dapat mendorong individu untuk meningkatkan minat membacanya. Bantuan informasi juga dapat berpengaruh positif terhadap minat membaca yang diwujudkan sebagai bentuk pemberian informasi. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013). Hasil dari penelitian ini yaitu proses layanan sirkulasi yang ada di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara cukup mudah dan cepat dalam layanannya kepada pemustaka. Layanan sirkulasi sudah memanfaatkan teknologi sehingga memudahkan petugas dalam melayani pemustakanya. Petugas perpustakaan yang ada pada layanan sirkulasi umumnya sudah bersikap ramah dan merespon dengan baik apa yang dibutuhkan oleh pemustaka. Pemustaka merasa tertarik untuk mengunjungi perpustakaan karena koleksi yang tersedia di perpustakaan cukup lengkap dan memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Faktor lain yang mendorong minat membaca adalah penilaian yang diwujudkan alam bentuk penghargaan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi dan Rambe (2010) mengenai korelasi antara dukungan sosial orangtua dan self-directed learning pada siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara dukungan sosial

21 29 orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan diikuti pula dengan semakin tinggi kemandirian belajar dengan hasil korelasi sebesar 0,477. Selain itu, diperoleh hasil tambahan yang menunjukkan bahwa hubungan yang paling tinggi diantara dimensi-dimensi dukungan sosial orangtua adalah dari dimensi sosial penghargaan dan dimensi instrumental yaitu 0,470. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua memiliki hubungan positif dengan minat membaca pada siswa SD. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua, semakin tinggi minat membaca pada siswa SD. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua semakin rendah minat membaca pada siswa SD. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dan minat membaca pada siswa SD. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin tinggi minat membaca pada siswa SD. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua maka semakin rendah minat membaca pada siswa SD.

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata Motif, diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah suatu proses atau usaha yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengguna Narkoba 1. Pengertian Pengguna Narkoba Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang menggunakan narkotika atau psikotropika tanpa indikasi medis dan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), siswa berarti seorang anak yang sedang belajar dan bersekolah dan salah satu komponen dalam pengajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Optimisme 2.1.1 Definisi Optimisme Optimisme merupakan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kegagalan sosial dalam kehidupannya (Myers, 2008). Dalam keadaan yang memicu stress

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia, BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perceived Social Support. secara nyata dilakukan oleh seseorang, atau disebut received support,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perceived Social Support. secara nyata dilakukan oleh seseorang, atau disebut received support, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perceived Social Support 1. Pengertian Perceived Social Support Sarafino dan Smith (dalam Mumpuni, 20 14) menyatakan bahwa social support bukan hanya mengacu kepada perilaku yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini termaasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Sarwono (006) metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT GADING CEMPAKA GRAHA PALEMBANG MICHELINE RINAMURTI PRODI EKONOMI MANAJEMEN STIE MUSI PALEMBANG rina_angel2008@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terdapat perkembangan yang signifikan dari kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan publik menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa-masa sekarang ini, siswa di seluruh dunia semakin banyak dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI Ushfuriyah_11410073 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Teoritis

BAB II. Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoritis 2.1 Dukungan sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Dukungan sosial menurut Gottlieb (1983) adalah informasi atau nasehat verban dan/ non verbal, bantuan nyata, atau tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan psikis (rasa ingin tahu, rasa aman), setiap manusia selalu ingin memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan psikis (rasa ingin tahu, rasa aman), setiap manusia selalu ingin memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Sosial Orang Tua 1. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, manusia mempunyai kebutuhan, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha. didasarkan atas disiplin keilmuan dan pandangan masing-masing. Diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha. didasarkan atas disiplin keilmuan dan pandangan masing-masing. Diantara 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Berwirausaha 1. Pengertian minat Minat telah didefinisikan secara berbeda oleh para ahli, tetapi semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama, karena dimaklumi bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. untuk mengendalikan seperti halnya untuk menguasai, menerima, mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. untuk mengendalikan seperti halnya untuk menguasai, menerima, mengurangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Focused Coping 1. Pengertian Coping Coping adalah suatu usaha yang beriorentasi pada tindakan intrapsikis, untuk mengendalikan seperti halnya untuk menguasai, menerima,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri.

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Komitmen organisasional Komitmen organisasional merupakan satu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu beserta

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku sehat 1. Pengertian Perilaku sehat Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka

Lebih terperinci

Chairul Huda Al Husna

Chairul Huda Al Husna DIMENSI SOSIAL LANSIA Chairul Huda Al Husna PARADIGMA Lansia Proses menua Perubahan fisik Perubahan psikologis Perubahan sosial Stressor PARADIGMA Semakin tua partisipasi sosial & cakupannya menyempit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kreativitas Siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui Motivasi Belajar Yunita Rahmasari 11410031 A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia, menurut Munandar, masih berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke- 21, banyak pengembangan berbagai teknologi strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya trend Boarding School

Lebih terperinci

Sri Maslihah. Jurusan Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Abstrak

Sri Maslihah. Jurusan Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Abstrak STUDI TENTANG HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, PENYESUAIAN SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PRESTASI AKADEMIK SISWA SMPIT ASSYFA BOARDING SCHOOL SUBANG JAWA BARAT Sri Maslihah Jurusan Psikologi, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Keyword: Social Support, Counselor School, Deaf Students

Keyword: Social Support, Counselor School, Deaf Students 1 DUKUNGAN SOSIAL GURU BK PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SMK NEGERI 6 PADANG Okta Wilda 1, Rahma Wira Nita 2, Triyono 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini mendeskripsikan keseluruhan bab dari hasil penelitian yang telah didapatkan, dalam bentuk simpulan serta rekomendasi bagi berbagai pihak serta keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih suatu tindakan yang terbaik dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU ANGKATAN 2011

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU ANGKATAN 2011 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU ANGKATAN 2011 Mia Rizki Awalia 1, M.Yulis Hamidy 2, Devi Risma 3 ABSTRACT Social support is one of the factors

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya adalah masa remaja akhir (19-22 tahun) pada masa ini remaja ditandai dengan persiapan akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan parameter dalam suatu penelitian ilmiah, karena tinjauan pustaka merupakan dasar pijak membangun suatu konstruk teoritik sebagai acuan dasar dalam membangun

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah berkembang ditengah pesatnya kemajuan zaman. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci