BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Liana Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan. Sebagai sebuah proses, motivasi tidak dapat dilihat secara langsung, untuk itu motivasi dapat dilihat dan disimpulkan dari perilaku, seperti pilihan tugas, usaha, ketekunan dan verbalisasi. Motivasi melibatkan adanya tujuan yang mengarahkan dan mendorong untuk melaksanakan suatu tindakan. Motivasi juga melibatkan adanya aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Aktivitas fisik yang dimaksud berupa usaha, ketekunan dan berbagai tindakan nyata dan aktivitas mental adalah berbagai tindakan yang melibatkan kognisi, seperti merencanakan, mengorganisasikan, memonitoring, membuat keputusan dan menyelesaikan masalah (Pintrich & Schunk, 2002). Motivasi berasal dari bahasa lain yaitu movere yang berarti bergerak. Penggunaan Istilah bergerak (move) didasarkan pada pandangan umum mengenai motivasi, yaitu sesuatu yang membuat individu tetap bertindak, bergerak dan membantu individu untuk terus menyelesaikan pekerjaan. Sebaliknya, individu mengetahui dirinya sedang tidak termotivasi ketika 13
2 dirinya tidak menyelesaikan pekerjaannya dan hanya bermalas-malasan (Pintrich & Schunk, 2002). Menurut Santrock (2011) motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Sehingga, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang berenergi, terarah dan bertahan dalam waktu yang lama. Motivasi menyebabkan individu memiliki kekuatan dan menyebabkan individu bertindak atau berbuat untuk memenuhi motifnya. Sejalan dengan Santrock, Woolfolk (2004) mendefinisikan motivasi sebagai kondisi internal yang merangsang, mengarahkan dan mengatur perilaku. Motivasi juga diartikan sebagai konstruk teoritis yang dipergunakan untuk menjelaskan intensi, inisiatif, ketekunan dan kualitas dari sebuah perilaku, khususnya perilaku yang goal-directed (Maehr & Meyer dalam Brophy, 2004). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam hal belajar. Menurut Uno (2014), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil penguatan perilaku yang berlandaskan suatu tujuan dan demi mencapai tujuan tersebut. Menurut Brophy (2004), belajar mengacu pada permrosesan informasi, pemaknaan dan pemahaman atau penguasaan yang didapatkan melalui pengetahuan dan skill tertentu. Belajar juga dapat diartikan sebagai pengaruh permanen terhadap perilaku, pengetahuan, dan keterampilan dalam berpikir yang diperoleh dalam pengalaman (Santrock, 2011). Motivasi dapat mempengaruhi apa, kapan dan bagaimana individu dalam belajar (Schunk dalam Pintrich & Schunk, 2002). Individu yang 14
3 termotivasi dalam mempelajari suatu hal akan terikat dalam suatu aktivitas yang diyakini dapat membantunya dalam belajar seperti memperhatikan instruksi dengan baik, mengumpulkan dan mengorganisasikan materi yang akan dipelajari, membuat catatan, memeriksa tingkat pemahaman dan meminta bantuan ketika tidak memahami materi (Zimmerman & Martinez- Pons dalam Pintrich & Schunk, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses yang mengarahkan individu pada suatu tujuan, yang mendorong individu melaksanakan aktivitas belajar, tetap melakukan kegiatan belajar dan membantu individu dalam melaksanakan aktivitas belajar yang kesemua perilakunya dapat terlihat dari perilaku pemilihan tugas, usaha, ketekunan dan prestasi individu. 2. Indeks Motivasi Indeks motivasi atau disebut juga dengan indexes of motivation merupakan indeks atau indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur motivasi (Pintrich & Schunk, 2002). Indeks motivasi ini terdiri dari pilihan tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Sebagai sebuah proses, indeks motivasi ini akan menunjukkan ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu (Pintrich & Schunk, 2002). Berikut ini akan dijabarkan mengenai masing-masing indeks tersebut. 15
4 a. Pilihan Tugas Teori motivasi ini memperhatikan alasan individu memilih suatu aktivitas dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Pilihan tugas yang dimaksud adalah pemilihan tugas oleh individu dalam kondisi bebas atau tanpa syarat. Saat berada pada kondisi bebas untuk memilih tugas yang harus dikerjakan, individu akan memilih tugas yang berhubungan dengan apa yang menjadi ketertarikan mereka dan dengan demikian akan menunjukkan letak motivasinya. Mahasiswa afirmasi yang memilih melaksanakan aktivitas belajar ketika berada di kondisi bebas untuk memilih (misalnya saat memiliki waktu senggang) dapat dikatakan termotivasi untuk belajar, sedangkan mahasiswa afirmasi yang memilih untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan aktivitas belajar dapar dikatakan tidak termotivasi untuk belajar. b. Usaha Rajin belajar tentu tidak mudah untuk dilakukan. Individu yang memiliki motivasi tentunya mengeluarkan banyak usaha agar berhasil dalam belajar. Usaha sangat diperlukan terutama pada tugas yang sulit. Pelajar dituntut untuk mengeluarkan usaha mental yang lebih keras dalam proses belajar, yaitu dengan penggunaan strategi kognitif yang akan meningkatkan pembelajaran, seperti mengatur informasi, mengawasi tingkat pemahaman dan menghubungakan materi yang dipelajari satu sama lain. Namun, indikator ini dibatasi oleh skill atau kemampuan individu, 16
5 sehingga dalam beberapa kasus, individu bisa memperoleh hasil yang baik dengan usaha yang tidak begitu keras. Mahasiswa program afirmasi yang temotivasi untuk belajar tentunya akan mengeluarkan usaha maksimal dalam melaksanakan aktivitas belajar, misalnya dengan bertanya apabila tidak mengerti dengan materi perkuliahan, mempersiapkan diri sebelum mengikuti perkuliahan dengan terlebih dahulu membaca materi, mencatat materi perkuliahan yang pernting, dan sebagainya. Sebaliknya, mahasiswa program afirmasi yang tidak termotivasi tidak akan berusaha dengan maksimal dalam belajar. c. Ketekunan Ketekunan adalah waktu yang dihabiskan untuk terlibat dalam tugas belajar. Individu yang tetap berusaha meskipun kesulitan dikatakan sebagai individu yang memiliki motivasi yang tinggi, dengan belajar tekun maka individu akan memperoleh hasil yang memuaskan. Namun, sama dengan indikator usaha, ketekunan selalu dibatasi oleh kemampuan individu. Pada beberapa kondisi, individu tidak memerlukan waktu yang lama untuk belajar namun bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Ketekunan sangat bermakna dalam proses belajar dan utamanya ketika individu menghadapi tantangan dalam belajar. Mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar tentunya akan menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam aktivitas belajar, walau menghadapi banyak kesulitan mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar akan tetap berusaha dan terus melaksanakan 17
6 aktivitas belajar. Sebaliknya mahasiswa program afirmasi yang tidak termotivasi tidak menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam tugas belajar dan akan menyerah ketika merasa kesulitan dalam belajar. d. Prestasi Prestasi merupakan dampak tidak langsung dari motivasi. Individu yang memilih untuk terlibat dalam suatu tugas, mengeluarkan banyak usaha, dan tekun akan memiliki prestasi yang baik pula. Akan tetapi indikator ini tidak boleh dipandang sebagai cerminan dari apa yang dipelajari oleh individu atau kualitas dari kemampuan kognitif dari individu. Mahasiswa program afirmasi yang termotivasi untuk belajar tentunya akan melaksanakan aktivitas belajar pada saat senggang, mengeluarkan usaha maksimal dalam belajar dan tentunya akan menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam aktivitas belajar dan ketiga hal tersebut akan membuat mahasiswa program afirmasi memiliki prestasi yang memuaskan, namun apabila mahasiswa program afirmasi lebih memilih untuk tidak melaksanakan aktivitas belajar pada saat senggang, mengeluarkan usaha minimum dan hanya menghabiskan sedikit waktu untuk belajar, maka prestasi yang ditunjukkan juga tidak akan memuaskan dan menunjukkan bahwa mahasiswa program afirmasi tidak termotivasi untuk belajar. 18
7 3. Fungsi Motivasi Pada dasarnya motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku belajar (Uno, 2014). Motivasi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran (Parsons, Hinson & Brown, 2001). Tidak hanya dalam belajar, motivasi juga akan mempengaruhi perfoma individu melalui kemampuan belajar, perilaku dan strategi belajar yang dialami sebelumnya (Pintrich & Schunk, 2002). Pintrich & Schunk (2002) menjelaskan bahwa motivasi dengan belajar dan performa memiliki hubungan timbal balik. Motivasi dapat mempengaruhi belajar dan performa individu dan apa yang dipelajari oleh individu dapat mempengaruhi motivasi individu. 4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam melaksanakan berbagi hal, salah satunya dalam hal belajar. Tran (2013), berpendapat bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti lingkungan yang tidak mendukung, keterlibatan orang tua, dukungan teman sebaya dan kondisi sekolah yang tidak mendukung. Sejalan dengan itu, Ullah,dkk (2013) menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah teman sebaya dalam pembelajaran. Jika teman sebaya memberikan dukukan dan motivasi dalam pembelajaran maka individu juga akan terdorong untuk belajar. 19
8 Motivasi merupakan kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Uno (2014) ada 2 faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan. a. Faktor Faktor Pribadi dalam Motivasi Menurut Uno (2014) ada dua hal yang berasal dari dalam diri yang mempengaruhi motivasi, diantaranya : 1) Motif berprestasi Motif berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam melakukan sesuatu. Motif ini sangat berpengaruh teradap performansi individu. Individu yang memiliki motif berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda pekerjaannya. 2) Menghindarkan kegagalan Inidividu menghindari kegagalan karena memiliki ketakutan yang bersumber dari kegagalan tersebut. Individu mungkin akan bekerja dengan tekun karena jika tidak maka ia akan mendapatkan malu dari orang lain atau diolok-olok oleh temannya atau dihukum oleh orang tuanya. b. Faktor Faktor Lingkungan dalam Motivasi Menurut Uno (2014) motif individu untuk melakukan sesuatu bisa dikembangkan, diperbaiki atau diubah melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan mampu mempegaruhi individu melalui respon lingkungan terhadap suatu perilaku. Respon tersebut bisa melalui penguatan seperti 20
9 pujian, bantuan, nasihat dan penghargaan terhadap individu atau hukuman yang akan memperlemah suatu perilaku. B. Dukungan Sosial Teman Sebaya 1. Definisi Dukungan Sosial Teman Sebaya Dukungan sosial merupakan bantuan, penghargaan, perhatian dan kenyaman yang diperoleh individu dari orang lain atau dari kelompok sosial yang dimiliki individu (Sarafino, 2011). Individu yang mendapatkan dukungan akan merasa bahwa ia dicintai, berharga dan merasa menjadi bagian dari sebuah jaringan sosial. Dukungan sosial memiliki efek kausal dalam proses psikologis. Bahkan hebatnya dukungan sosial dapat digunakan untuk membantu orang yang sedang mengalami stress (Davidson,Neale & Kring, 2002). Menurut Cohen (2004) dukungan sosial mengacu pada sumber daya materi, informasi dan psikologis yang berasal dari jaringan sosial individu, dimana individu dapat memperoleh bentuan guna menghadapi masalah/stress yang dialaminya. Hogg&Vaughan (2011) menjelaskan bahwa dukungan sosial sangat diperlukan oleh individu. Untuk itu individu perlu memiliki jaringan dukungan sosial, yaitu orang-orang yang tahu dan peduli mengenai kita dan mereka yang siap untuk membantu pada saat mengalami kita sedang mengalami tekanan. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber. Orang-orang terdekat seperti orang tua, teman, sahabat dan saudara bisa menjadi sumber dukungan sosial. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan 21
10 sosial yang bersumber dari teman sebaya. Menurut Santrock (2009) teman sebaya adalah individu yang memiliki kesamaan usia atau tingkat kematangan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) teman atau disebut juga dengan kawan, sahabat atau orang yang sama-sama berbuat/bekerja dan sebaya diartikan sebagai sama atau sejajar, misalnya usia, kemampuan atau pendidikannya. Dari pengertian tersebut bisa dikatakan bahwa teman sebaya merupakan kawan yang sama atau sejajar dengan kita, baik usia, status maupun tingkatan pendidikannya. Teman sebaya yang dimaksudkan dalam pelitian ini adalah teman yang memiliki kesamaan daerah, jurusan dan tempat tinggal. Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya adalah suatu bantuan, perhatian, penghargaan dan kenyamanan yang diperoleh individu dari teman sebaya yang membuat individu penerima bantuan merasa terbantu, nyaman, diperhatikan dan merasa sebagai bagian dari kelompok sosial. 2. Bentuk Dukungan Sosial Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa individu perlu untuk mendapatkan dukungan sosial, namun yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dapat diberikan oleh dukungan sosial kepada individu. Untuk itu, berikut akan dijelaskan bentuk-bentuk dukungan sosial dan bentuk dukungan yang diberikan (Sarafino, 2011). 22
11 a. Dukungan Emosional Dukungan emosional adalah dukungan yang diberikan oleh teman sebaya dalam bentuk ekspresi perhatian (caring and concern) dan dorongan (encouragement) kepada individu. Individu yang menerima dukungan ini akan merasakan nyaman, diperhatikan, penghargaan, belongingness dan merasa bahwa dirinya dicintai. b. Dukungan Instrumental Dukungan ini diberikan dalam bentuk instrumen atau materi. Misalnya individu yang sedang kekurangan uang diberikan pinjaman uang. Dengan menerima dukungan jenis ini akan membantu individu dalam waktu tersebut dan juga akan merasa terbantu secara materi. c. Dukungan Informasional Dukungan sosial yang dapat diberikan adalah dukungan berupa nasehat, arahan, petunjuk atau feedback terhadap sesuatu yang dilakukan oleh individu. d. Dukungan Persahabatan Dukungan ini berupa ketersediaan orang lain untuk berbagi waktu dengan individu. Dukungan sosial ini membuat individu merasa sebagai anggota dalam suatu kelompok, ia bisa berbagi perasaan, informasi dan ketertarikannya. 23
12 3. Sumber Dukungan Sosial Dukungan sosial bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya seperti keluarga, teman, rekan kerja, dokter, psikolog atau kelompok dukungan (Sarafino, 2011). Akan tetapi, ketersediaan dukungan sosial ini berbeda-beda tergantung pada gender, hubungan antara pemberi dan penerima dukungan sosial, konteks sosiokultural dan karakteristik kepribadian pemberi dukungan sosial (Cohen, 1992). Orang yang mendapatkan dukungan sosial yakin bahwa mereka dicintai dan beharga dan bagian dari jaringan sosial seperti keluarga atau kelompok dukungan dapat membantnya saat sedang membutuhkan pertolongan atau saat sedang dalam bahaya (Sarafino, 2011). 4. Faktor yang Mempengaruhi Perolehan Dukungan Sosial Tidak semua orang bisa memperoleh dukungan sosial ketika membutuhkannya (Sarafino, 2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan dukungan sosial menurut Sarafino (2011). Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Penerima dukungan sosial yang potensial Individu yang tidak socialable cenderung tidak suka menerima dukungan sosial, begitu juga dengan individu yang tidak suka menolong orang lain, walau ia mengetahui bahwa ada yang sedang memerlukan bantuan. Ada juga individu yang tidak asertif menyatakan bahwa ia membutuhkan bantuan, merasa independen dan merepotkan orang lain dan juga tidak tahu siapa yang dapat dimintai tolong. 24
13 b. Pemberi dukungan sosial yang potensial Ada individu yang tidak sensitif dengan keadaan orang lain, tidak mempunyai sumber daya yang diperlukan atau berada dibawah tekanan, dalam keadaan tersebut individu tidak bisa mendapatkan dukungan sosial. Namun, perlu diingat bahwa ketersediaan dukungan sosial juga bergantung pada jaringan sosial yang dimiliki oleh individu. Ukuran, komposisi, kedekatan dan frekuensi pertemuan dengan individu dalam jaringan sosial akan mempengaruhi dukungan sosial yang diperoleh. c. Gender dan Sosiokultural Gender dan sosiokultural juga turut mempengaruhi dalam menerima dukungan sosial. Berdasarkan penelitian Greenglass&Noguchi (dalam Sarafino, 2011) dikatakan bahwa wanita menerima lebih sedikit dukungan sosial dari pasangannya, dibandingkan dengan lelaki dan lebih mendapatkan dukungan sosial dari temannya (sesama laki-laki). Faktor sosiokultural juga mempengaruhi, dibuktikan dengan penelitian Gottlieb&Green (dalam Sarafino, 2011), yang menyatakan bahwa orang kulit hitam memiliki jaringan sosial yang lebih kecil dibandingkan dengan orang yang berkulit putih dan orang Hispanik. Hispanik cenderung memperoleh dukungan sosial dari keluarga besarnya, sementara orang kulit hitam memperoleh dukungan sosial dari keluarga dan kelompok di gereja dan orang kulit putih memiliki banyak teman dan rekan kerja sebagai sumber dukungan sosialnya. 25
14 5. Dampak Dukungan Sosial Dukungan sosial memiliki dampak positif terhadap motivasi, hal ini dibuktikan dalam penelitian Tezci,dkk (2015) mengenai dukungan sosial dan motivasi. Menurut Tezci,dkk (2015) dukungan sosial memiliki peran yang signifikan terhadap motivasi dan pencapaian akademik individu. Dukungan, apresiasi dan pujian dari keluarga, teman sebaya dapat meningkatkan motivasi dan tingkat pencapaian akademik individu. Dukungan sosial memiliki dampak baik positif maupun negatif. Dukungan sosial dirasa berdampak positif apabila, dukungan sosial dapat membantu individu untuk mengatasi tekanan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Cohen dan Wills, dalam Sarafino, 2011). Menurunkan tingkat kecemasan individu (Sarason, Pierce, Sarason, dalam Sarafino, 2011) dan meningkatkan perasaan diterima (sense of acceptance). Ketika lingkungan di sekitar individu sangat mendukung individu dalam waktu tertentu, maka tingkat kecemasan yang rendah serta rasa keberhargaan diri (self worth) akan menjadi bagian yang stabil dalam kepribadian individu. Dukungan sosial juga dapat memberikan dampak negatif, ada kondisi tertentu yang membuat individu tidak selalu merasakan dukungan sosial yang diterima adalah dukungan (Dunkel-Schetter & Bennet, 1990; Wilcox, Kasl, & Berkman dalam Sarafino, 2011). Hal ini terjadi apabila bantuan yang diberikan tidak sesuai atau diberikan dengan cara yang salah, atau individu merasa tidak membutuhkan bantuan. Terkadang individu juga 26
15 menganggap menerima bantuan adalah pertanda bahwa individu dianggap tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya dan akan mengakibatkan penuruan self-esteem (Lepore dalam Sarafino, 2011). C. Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Afirmasi Papua di. Motivasi merupakan elemen yang sangat penting dan bahkan krusial dalam proses belajar (Parsons, Hinson, Brown, 2001). Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan apa, kapan dan bagaimana individu belajar (Pintrich & Schunk, 2002). Dengan adanya motivasi maka individu bisa memiliki penguat dalam belajar, memperjelas tujuan belajar dan memiliki ketekunan dalam belajar (Uno, 2014). Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menunjukkan performa belajar (Iskandar, 2009) yang kemudian akan mempengaruhi hasil belajarnya. Puluhan mahasiswa program Afirmasi yang berasal dari Papua berada di USU, mahasiswa program afirmasi ini merupakan mahasiswa ras minoritas di USU dan dalam proses perkuliahannya mahasiswa program afirmasi menghadapi berbagai tantangan, seperti adaptasi dan stigma. Menariknya, sebanyak 18,3% mahasiswa afirmasi sudah berhenti kuliah dan mahasiswa program afirmasi yang bertahan memiliki prestasi belajar yang kurang memuaskan. Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah karena rendahnya motivasi. Menurut Sardiman (2014) individu melakukan sesuatu karena adanya motivasi adanya 27
16 motivasi yang baik dalam belajar tentunya akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Rendahnya motivasi bisa disebabkan berbagai hal, berdasarkan informasi yang diperoleh dari mahasiswa yang berasal dari Papua, proses adaptasi, jauh dari orang tua, orang tua yang kurang memberikan dukungan dan perasaan berbeda menjadikan mahasiswa yang berasal dari Papua malas kuliah dan belajar. Berbagai penelitian menunjukkan pelajar minoritas menunjukkan motivasi yang rendah, seperti penelitian Tran (2013) yang menyatakan bahwa pelajar etnis minoritas memiliki motivasi yang rendah karena rendahnya kepercayaan terhadap pendidikan, sikap para pengajar terhadap individu, pengaruh dukungan orang tua, dukungan teman sebaya dan kurangnya kepercayaan individu terhadap sistem pendidikan. Motivasi juga bisa dipengaruhi oleh banyak hal, salah satu hal yang bisa mempengaruhi motivasi adalah dukungan yang diperoleh untuk belajar (Iskandar, 2009). Dukungan ini bisa berupa banyak hal, salah satunya adalah dukungan sosial teman sebaya. Dukungan sosial merupakan bantuan berupa bantuan fisik maupun psikologis yang diperoleh individu dari teman sebayanya yang membuat individu merasa terbantu dan nyaman (Sarfino, 2011). Dukungan sosial memiliki empat bentuk, yang pertama adalah dukungan emosional. Dukungan ini berupa perhatiaan, empati maupun dorongan kepada individu. Bentuk dukungan kedua adalah dukungan instrumental, yaitu bantuan berupa benda maupun tenaga yang diterima oleh individu pada saat dibutuhkan. Bentuk dukungan yang ketiga adalah dukungan informasional, yaitu bantuan 28
17 berupa nasihat atau arahaan dan yang terakhir adalah dukungan persahabatan, yaitu dukungan berupa kehadiran teman sebaya pada saat dibutuhkan (Sarafino,2011). Bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut juga diperoleh oleh mahasiswa program afirmasi di USU. Misalnya, ketika sudah tidak memiliki uang lagi karena beasiswa yang tidak cair selama beberapa bulan, beberapa mahasiswa afirmasi memperoleh bantuan dari teman sebayanya berupa donasi uang. Tak jarang bantuan emosional juga diperoleh mahasiswa afirmasi melalui kata-kata penyemangat yang disampaikan oleh teman-temannya pada saat merasa tidak semangat atau pada saat sedih. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh teman sebayanya tersebut membuat mahasiswa afirmasi merasa nyaman, terbantu dan juga lebih bersemangat. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Sarafino (2011), bahwa bantuan yang diperoleh pada saat individu benar-benar membutuhkannya akan berdampak positif pada individu, Penelitian Tezci,dkk (2015) menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki dampak positif terhadap motivasi. Hasil penelitian Tezci (2015) juga mengindikasikan bahwa dukungan sosial memiliki peran yang krusial dalam kesuksesan kehidupan pendidikan individu. Individu yang menerima dukungan sosial teman sebaya akan merasa lebih berharga dan bahagia. Dengan dukungan sosial dari teman sebaya berupa nasihat, materi dan penghargaan terhadap usahanya untuk belajar mahasiswa diharapkan menjadi lebih termotivasi, seperti yang diungkapkan oleh Iskandar (2009) adanya dorongan dan penghargaan bagi 29
18 peserta didik akan mendukung peserta didik untuk belajar dan mengadakan perubahan perilaku. D. Hipotetsis Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sumatera Utara. 30
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperincijuga kelebihan yang dimiliki
47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang
BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self Regulation Menurut Schunk (dalam Susanto 2006), regulasi adalah kemampuan untuk mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Optimisme 2.1.1 Definisi Optimisme Optimisme merupakan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kegagalan sosial dalam kehidupannya (Myers, 2008). Dalam keadaan yang memicu stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mengalami perubahan dalam aspek fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan hidup matinya indutri tersebut. Berbagai jenis perusahaan mulai dari perusahaan yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata Kuliah Psikodiagnostik merupakan mata kuliah khas dari program studi Psikologi. Mata kuliah ini menjadi khas karena hanya program studi Psikologi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang adalah masa yang penuh dengan persaingan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya pendidikan formal. Dilihat berdasarkan prosesnya pendidikan formal dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berpotensi membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. Sebagai lembaga pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara harfiah adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, untuk mewujudkan tercapainya perubahan tingkahlaku, budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak belajar tentang banyak hal, sejak lahir ke dunia ini. Anak belajar untuk mendapatkan perhatian, memuaskan keinginannya, maupun mendapatkan respon yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu
1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan tonggak penting pembangunan manusia. Melalui pendidikan, dapat dibentuk sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang telah berkembang pesat di negara-negara maju. Matematika dianggap penting karena menjadi dasar ilmu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam menentukan arah perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memperbaiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara
BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia
1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap
Lebih terperinciHubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali
BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)
BAB II LANDASAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciLAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version
LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi merupakan karya tulis dan penelitian mandiri mahasiswa, yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi akademik untuk menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI Ushfuriyah_11410073 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan waktu yang paling lama dialami setiap manusia dalam rentang kehidupan. Menurut Hurlock (2012) tugas perkembangan pada masa dewasa yang
Lebih terperinciAnanda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang
PERBEDAAN MOTIVASI SISWA MEGIKUTI BELAJAR TAMBAHAN DI SEKOLAH ANTARA SISWA LAIK-LAKI DAN PEREMPUAN SERTA IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan
Lebih terperinciJurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN
Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Minat Membaca A. Minat Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan
Lebih terperincitersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap
BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesehatan mental dikaitkan dengan tidak adanya gangguan psikologis daripada psikologis yang berfungsi positif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, Manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap individu dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress
PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah Dasar(SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas(SMA), maupun Perguruan Tinggi(PT),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi yang diawali dengan perubahan biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja ditandai
Lebih terperinciterhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar
Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kreativitas Siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui Motivasi Belajar Yunita Rahmasari 11410031 A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia, menurut Munandar, masih berorientasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya Manusia tetunya menjadi focus perhatian semua kalangan masyarakat untuk bisa semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar terus menerus terjadi dalam kehidupan manusia. Belajar adalah suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta
Lebih terperinci