BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan Definisi Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih suatu tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif pilihan yang ada. Menurut Janis dan Mann (1979) pengambilan keputusan sangat penting untuk diperhatikan karena terdapat resiko dari segala keputusan yang diambil. Menurut Bazerman (2002) pengambilan keputusan adalah sebuah proses keputusan yang berpikir secara rasional dan akan mengarahkan pada hasil yang optimal dan memberikan akurasi terhadap nilai keputusan serta resiko terhadap keputusan. Dari beberapa pengertian mengenai pengambilan keputusan penulis menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu cara atau proses keputusan yang diambil dari berbagai alternatif yang berasal dari aspek kognitif sehingga akan menimbulkan dampak bagi setiap keputusan yang diambil serta memahami resiko dari keputusan yang diambil Aspek Dalam Mengambil Keputusan Terdapat aspek-aspek dalam pengambilan keputusan, menurut Kemdal dan Montgomery (dalam Ranyard, Crozier, dan Svenson, 1997) mengemukakan 5 aspek pengambilan keputusan, yaitu: 10

2 11 1. Keadaan (Circumstances) Dalam pengambilan keputusan individu akan menerima masukan dari orang lain dan pandangan lingkungan sekitar mengenai keputusan yang akan dibuatnya. Sama halnya dengan individu yang ingin mengambil keputusan dalam pemilihan jurusan, individu akan mendapatkan masukan dari orang lain dan pandangan lingkungan sekitar mengenai jurusan yang akan dipilihnya, jadi dalam aspek ini berhubungan dengan adanya pengaruh eksternal dari individu yang akan menyebabkan individu akan dapat mengambil keputusan karena mendapat masukan dari orang lain dan pandangan lingkungan sekitar. Contoh, ketika saya ingin memilih jurusan psikologi, saya mendapat banyak masukan dari orang disekitar saya mengenai jurusan psikologi dan pandangan lingkungannya. 2. Preferensi (Preferences) Dalam pengambilan keputusan, individu sudah memliki tujuan, harapan dan keinginan yang akan dicapai dari keputusannya. Sama dengan halnya mengambil keputusan dalam memilih jurusan, individu dalam memilih jurusan sudah memiliki tujuan, harapan dan keinginan akan jurusan yang akan dipilihnya. Contoh, saya yakin memilih jurusan kedokteran karena tujuan saya menjadi dokter dan bisa menyembuhkan banyak orang. 3. Emosi (Emotions) Emosi dapat mendorong individu untuk berpikir dan bertindak pada berbagai alternatif pilihan yang ada dan emosi dapat memberikan umpan balik terhadap alternatif pilihan pada keputusan. Reaksi dari emosi dapat berupa reaksi positif (senang, bahagia dan nyaman) atau rekasi negatif

3 12 (sedih, takut dan marah) terhadap setiap alternatif pilihan dan situasi yang berbeda. Dalam hubungannya dengan pemilihan jurusan, emosi dari individu dapat menentukan pilihan individu mengenai jurusan yang akan dipilihnya, tergantung dari rekasi setiap situasi yang ada. Contoh rekasi positif, pilihan jurusan saya adalah ekonomi dan saya senang ketika orang tua menyetujui keputusannya, jadi saya akan memilih jurusan ekonomi. Contoh reaksi negatif, pilihan jurusan saya adalah ekonomi dan saya sedih ketika orang tua tidak menyetujui keputusannya, karena itu saya menjadi ragu-ragu untuk memilih jurusan ekonomi. 4. Tindakan (Action) Dalam mengambil keputusan, perlu adanya sesuatu hal yang mendukung, oleh karena itu individu akan berusaha mencari informasi, membuat rencana, bertanya kepada orang lain guna mendukung keputusannya. Dalam hubungannya membuat keputusan jurusan, individu perlu mencari informasi, membuat rencana dan bertanya orang lain mengenai jurusan yang akan dipilihnya, hal ini akan membuat individu dapat membuat keputusan dalam memilih karena mendapat informasi yang berguna akan pilihan jurusannya. Contoh, setelah saya mencari informasi dan bertanya kepada orang lain mengenai jurusan akuntansi, saya semakin yakin akan memilih jurusan akuntansi. 5. Hipotesis individu (Beliefs) Dalam membuat keputusan, individu harus memiliki hipotesa, keyakinan dan mengetahui konsekuensi dari keputusan yang akan diambil. Sama halnya dengan pemilihan jurusan, individu harus memiliki hipotesa,

4 13 keyakinan dan mengetahui konsekuensi dari setiap pilihan jurusan yang akan. Contoh, saya memiliki hipotesa dan mengetahui konsekuensi dari jurusan komunikasi, sehingga semakin yakin pilihan jurusan komunikasi Proses Mengambil Keputusan Dalam membuat keputusan untuk suatu tindakan perlu adanya suatu identifikasi masalah, analisis dalam mengambil setiap tindakan, karena tindakan yang diambil akan membawa dampak baik atau buruk bagi individu tersebut. Dampak baik atau buruk yang diambil tersebut tergantung dari individu dalam menentukan langkah-langkah yang tepat. Menurut Bazerman (2002) terdapat 6 proses dalam mengambil keputusan: 1. Mendefinisikan masalah (define the problem) Individu harus mengetahui dan memahami masalah yang sedang dihadapi agar tidak terjadi kesalahan dalam memecahkannya. Individu harus mendefinisikan masalah dengan berfokus pada pencarian solusi masalah, mendiagnosa masalah dengan melihat gejalanya. Dalam hubungannya dengan pemilihan jurusan, individu harus mengetahui bahwa masalah yang saat ini dihadapi oleh murid kelas XII adalah saat-saat untuk memilih jurusan untuk melanjutkan studi. 2. Identifikasi kriteria (identify the criteria) Dalam membuat keputusan harus memikirkan beberapa kriteria untuk memilih keputusan tersebut. Seperti dalam memilih jurusan individu perlu membuat kriteria dalam memilih jurusan seperti biaya kuliah, fasilitas di jurusan atau ketersediaan lapangan kerja. Kriteria ini harus

5 14 dibuat secara rasional agar kriteria yang didapat relevan dengan kenyataan. 3. Menimbang kriteria (weight the criteria) Perbedaan kriteria akan sangat penting dalam membuat keputusan. Individu harus mengetahui kriteria yang cocok setiap pengambilan alternatif yang ingin dipilih walaupun terdapat pro dan kontra dalam menimbang kriteria. Dalam hubungannya dengan pemilihan jurusan adalah individu perlu menimbang kriteria yang telah dibuat dan kriteria perlu disesuaikan dengan pemikiran rasional dan nilai dari kriteria, seperti individu sudah memiliki kriteria dan lebih membutuhkan kriteria ingin jurusan yang memiliki banyak lapangan pekerjaan atau jurusan yang sesuai dengan minat. 4. Membuat alternatif (generate alternatives) Individu harus mengidentifikasi beberapa alternatif pilihan dari kriteria yang telah dibuat. Pada tahap ini akan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melihat alternatif dan berusaha untuk membuat keputusan yang efektif. Hubungannya dengan pengambilan keputusan adalah individu mulai membuat pilihan alternatif dari kriteria yang telah dibuat, dicocokkan dengan jurusan yang hampir sesuai dengan kriteria yang ada dan berusaha untuk memlih jurusan yang efektif. 5. Memberi nilai pada setiap alternatif dan kriteria (rate each alternative on each criterion) Tahap ini individu perlu melihat pilihan alternatif dapat sesuai dengan kriteria yang telah dibuat atau tidak. Hal ini merupakan tahap paling sulit

6 15 bagi individu karena berpengaruh pada masa depannya. Individu perlu menilai setiap alternatif dan kriteria secara rasional sehingga dapat mengetahui konsekuensi setiap alternatif yang ada. Hubungannya dengan pemilihan jurusan adalah pilihan alternatif jurusan diusahakan hampir sama dengan kriteria yang telah dibuat. Individu perlu menilai setiap alternatif, kriteria secara rasional dan mengetahui konsekuensi dari setiap pilihan jurusan yang ada. 6. Menghitung keputusan yang optimal (compute the optimal decision) Setelah individu melewati lima tahap sebelumnya, dalam tahap ini individu perlu menghitung keputusan yang optimal dengan cara menghitung nilai pada kriteria ditambahkan alternatif yang cocok dengan kriteria dan pada akhirnya dapat memilih alternatif yang sesuai dengan kriteria dan menghasilkan keputusan yang optimal. Hubungannya dengan pilihan jurusan adalah setelah individu menghitung kriteria jurusan yang diinginkan dan alternatif jurusan yang telah dipilih. Pada akhirnya individu dapat memilih jurusan sesuai dengan penghitungan yang tertinggi. Dari keenam tahapan ini dapat menjadi cara-cara untuk mengambil keputusan. Keputusan ini akan dapat berkembang jika individu sering menghadapi tantangan untuk membuat keputusan, jadi individu akan semakin berwaspada setiap keputusan yang akan diambil.

7 Hambatan Dalam Membuat Keputusan Pada Remaja Setiap individu dalam mengambil keputusan selalu memiliki keterbatasan untuk memilih karena banyak faktor yang mempengaruhi, karena banyak fakor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan maka individu akan memikirkannya secara lebih ekstra. Keterbatasan dalam membuat keputusan tersebut dikemukakan oleh Mulyadi (dalam Sutjahjanti, 2010) yaitu: 1. Jawaban alternatif yang tersedia dalam memilih keputusan memiliki konsekuensinya masing-masing. Jadi apabila individu memilih suatu pilihan maka individu harus menerima konsekuensinya. 2. Gaya kognitif (kemampuan untuk berpikir secara kritis dan analitis untuk memikirkan banyak alternatif keputusan) dengan asumsi bahwa alternatif yang satu tidak lebih baik dari pada alternatif yang lain karena dalam situasi masalah. 3. Perubahan struktur nilai pengambil keputusan. Adanya perubahan nilai dari alternatif-alternatif yang ada dalam mengambil keputusan. 4. Kecenderungan untuk mengambil keputusan yang memuaskan, bukan yang optimal. Jadi individu akan memikirkan keputusan yang ingin memuaskan dirinya, dapat memuaskan dirinya belum tentu keputusannya optimal.

8 Dukungan Sosial Definisi Menurut Beckler, Olson, Wiggins (2006) dukungan sosial adalah orangorang yang dapat diharapkan bantuan saat dibutuhkan seperti keluarga, teman, dan masyarakat. Jadi individu mendapat bantuan yang diharapkan dari keluarga dan teman sekitar disaat membutuhkannya. Bantuan yang didapat individu menurut Winemiller (dalam Noller, Feeny dan Peterson, 2007) adanya lima bentuk yaitu (a) dukungan emosional, (b) dukungan penghargaan, (c) dukungan instrumental, (d) dukungan informatif, (e) dukungan jaringan sosial. Dukungan sosial menurut Noller, Feeny dan Peterson (2007) dukungan sosial di dapat dari masyarakat dan temanteman yang dekat dengan individu. Lalu juga terdapat dukungan sosial menurut Casel (dalam Ristianti, 2008) dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa individu dicintai, diperhatikan dan merupakan bagian dari kelompok sosial yaitu keluarga, rekan kerja dan teman dekat. Dari pengertian para ahli mengenai definisi dukungan sosial, penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk perhatian dan dicintai yang dirasakan oleh individu dari keluarga, teman dan orang lain yang merasa akrab dengan individu Aspek Dukungan Sosial Setelah membahas pengertian dari dukungan sosial, dalam dukungan sosial terdapat aspek yang mempengaruhi dukungan sosial. Pernyataan aspek ini dikemukaakan oleh Weiss (dalam Fibrianti, 2009) yang menyebutkan untuk

9 18 mengukur dukungan sosial yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain terdapat terdapat 6 aspek yang terkait yaitu: a. Kasih sayang yang merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan rasa aman yang didapat dari individu dari orang lain. b. Integrasi sosial merupakan perasaan menjadi bagian dari kehidupan sosial didalam masyarakat. Individu merasa diterima dalam kehidupan sosial. c. Penghargaan pengakuan meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan individu. d. Ikatan hubungan yang dapat diandalkan meliputi kepastian bahwa individu dapat mengharapkan ikatan hubungan dengan orang lain untuk membantu dalam semua keadaan. e. Bimbingan merupakan nasihat dan pemberian informasi dari oran lain terhadap individu. f. Kemungkinan dibantu merupakan perasaan individu akan tanggung jawab mendapat bantuan dari orang lain terhadap kesejahteraan individu Bentuk Dukungan Sosial Berdasar dari definisi menurut para ahli dan aspek dukungan sosial, maka terbentuklah lima bentuk dukungan sosial. Bentuk-bentuk dukungan sosial ini akan didapat oleh setiap individu, maka dari itu bentuk dukungan sosial ini akan penulis gunakan sebagai pengukuran untuk mendapatkan besaran dukungan sosial yang didapat. Menurut Winemiller (dalam Noller, Feeny dan Peterson, 2007), terdapat 5 bentuk dukungan sosial, yaitu:

10 19 a. Dukungan emosional Dukungan ini melibatkan ekspresi dan memberikan dorongan dalam bentuk kehangatan, kasih sayang, perhatian, empati, memberi semangat dan rasa percaya ke individu sehingga individu merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini dapat berupa ketersediaan orang lain yang memiliki hubungan dengan individu untuk mendengarkan keluhan individu sebagai sarana melepaskan emosi yang negatif atau dalam suatu keadaan yang tertekan untuk membuat individu merasa nyaman, diperhatikan dan dicintai. b. Dukungan penghargaan Dukungan ini merupakan pengungkapan penghargaan maupun penilaian yang positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa individu dengan orang lain. Jadi ide-ide yang diungkapkan individu dapat dibandingkan dengan individu lain secara positif sehingga hasil yang didapat dari perbandingan tersebut individu dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya. Dukungan ini dapat membangun kompetensi serta membantu individu untuk merasa dirinya berharga, mampu dan dihargai oleh orang lain. c. Dukungan instrumental Dukungan ini melibatkan adanya bantuan langsung atau nyata yang dapat berupa bantuan jasa, barang dan finansial. Misalnya seperti individu mendapat bantuan jasa dari orang lain dalam mencari informasi jurusan di salah satu universitas yang ingin dilihat oleh individu. Dukungan ini

11 20 membantu individu dalam mewujudkan apa yang menjadi harapan individu. d. Dukungan informatif Dukungan yang bersifat informasi dapat berupa saran, nasihat, petunjuk, pengarahan dan umpan balik yang dapat membantu individu dalam memecahkan suatu masalah. Dukungan ini dapat membuka wawasan individu akan permasalahan yang dihadapinya dan memampukan individu dalam mengambil keputusan. Misalnya individu mendapat informasi dari orang lain yang dekat dengan individu mengenai jurusanjurusan yang menjadi pertimbangan dalam memilih jurusan. e. Dukungan jaringan sosial Dukungan jaringan yang dikondisikan perasaan individu sebagai anggota dalam suatu kelompok yang saling berbagi minat dan kegiatan sosial. Dukungan ini juga dapat disebut sebagai dukungan persahabatan yang merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan individu lain yang dapat membuat individu menghabiskan waktu dalam suatu aktivitas sosial maupun hiburan. Misalnya individu tergabung dalam suatu kelompok sekolah yang saling berbagi minat khususnya dalam pembagian informasi jurusan, hal ini dapat membuat individu merasa diterima dalam kelompoknya karena kesaaman dalam minat Sumber Dukungan Sosial Individu akan mendapatkan dukungan sosial dari sumber-sumber yang telah dipercaya, apabila individu mendapat dukungan sosial dari sumber yang salah maka

12 21 dukungan sosial tersebut tidak akan berguna. Jadi individu harus mendapatkan sumber dukungan dari orang-orang yang dekat dengan individu tersebut. Menurut Taylor (2006) sumber dukungan sosial berasal dari pasangan, keluarga, temanteman, dan komunitas yang memiliki hubungan akrab dengan individu. Jika individu mendapatkan dukungan dari orang yang sudah akrab, maka dukungan tersebut akan sangat membantu dalam mencapai keinginannya. 2.3 Remaja Remaja merupakan tahap perkembangan yang bisa disebut masa transisi dari anakanak menjadi dewasa yang berawal dari umur 15 hingga 18 tahun, hal ini seperti yang dikatakan oleh Sullivan (dalam Feist dan Feist, 2008) bahwa umur 15 hingga 18 tahun merupakan tahap pada masa remaja akhir. Dari usia tersebut dapat terlihat banyak hal perubahan yang dialami oleh individu, terlihat dari suara yang semakin berat bagi lakilaki dan suara semakin tinggi bagi perempuan, bentuk fisik yang terlihat dari laki-laki seperti tumbuhnya kumis, janggut dan jakun, dari perempuan berkembangnya payudara dan bentuk tubuhnya, hal ini terjadi saat masa usia remaja. Erikson (dalam Feist dan Feist, 2008) berpendapat bahwa masa remaja berawal dari sekolah hingga kuliah dan dimulai dari tahap pubertas hingga masa dewasa muda dan periode ini dianggap krusial karena adanya pencarian identitas untuk membentuk dirinya. Pada usia 17 hingga 18 tahun remaja masih bersekolah SMA kelas XII yang masih dalam masa pubertas dan pencarian identitas. Pencarian identitas ini salah satunya mencari minat dan bakat dari individu, dalam mengetahui minat dan bakat ini diperlukannya keluarga ataupun teman sebayanya untuk membantu mengetahui minat dan bakatnya. Oleh karena itu dalam masa ini remaja suka berkumpul dengan

13 kelompoknya yang sebaya, karena dengan teman sebaya, individu dapat mengetahui perilaku dan mengevaluasi diri Kerangka Berpikir Pengambilan keputusan perlu diambil oleh murid SMA kelas XII khususnya dalam memilih jurusan. Dalam membuat keputusan perlu adanya proses sehingga dapat membuat keputusan. Proses ini akan dilalui oleh setiap individu, oleh karena itu menurut Bazerman (2002) terdapat enam proses yang dapat membuat suatu keputusan, yaitu (a) mendefinisikan masalah (define the problem), individu mengetahui masalah yang dihadapi saat kelas XII yaitu mulai mencari jurusan untuk melanjutkan studi; (b) identifikasi kriteria (identify the criteria), individu membuat kriteria yang dibutuhkan sebelum memilih jurusan; (c) menimbang kriteria (weight the criteria), setelah membuat kriteria, individu perlu menimbang kriteria yang sangat dibutuhkan dalam memilih jurusan; (d) membuat alternatif (generate alternatives), setelah memilih kriteria yang dibutuhkan, individu mulai mencari jurusan dan pilihan alternatif sesuai dengan kriteria yang telah dibuat; (e) memberi nilai pada setiap alternatif dan kriteria (rate each alternative on each criterion), individu menilai alternatif dan kriteria jurusan yang telah dibuat secara rasional, sehingga individu juga mengetahui konsekuensi dari setiap pilihan jurusan yang ada; (f) menghitung keputusan yang optimal (compute the optimal decision) individu perlu menghitung dari nilai yang diberikan pada setiap alternatif dan kriteria. Setelah individu menghitung kriteria jurusan yang diinginkan dan alternatif jurusan yang telah dipilih. Pada akhirnya individu dapat memilih jurusan sesuai dengan penghitungan yang tertinggi dan membuat keputusan yang optimal. Langkah-langkah ini sekaligus penulis gunakan untuk pengukuran proses pengambilan keputusan.

14 23 Dalam proses pengambilan keputusan ini perlu dukungan sosial dari orang terdekat seperti orang tua, teman dan guru agar dalam proses keputusan dalam memilih jurusan akan menghasilkan keputusan yang optimal. Orang tua, teman dan guru termasuk dalam sumber dukungan sosial. Dukungan sosial ini sangat dibutuhkan oleh individu untuk memilih jurusan. Individu tersebut dapat menggunakan dukungan sosial untuk menimbang pilihan-pilihan jurusan. Diharapkan dengan dukungan sosial dapat membantu individu dalam membuat keputusan memilih jurusan. Dalam dukungan sosial terdapat bentuk-bentuk yang didapat oleh individu dalam memperoleh dukungan, bentuk dukungan tersebut dikemukakan oleh Winemiller (dalam Noller, Feeny, dan Peterson, 2007) yaitu (a) dukungan emosional, yang melibatkan ekspresi dan memberikan dorongan dalam bentuk kehangatan, kasih sayang, perhatian, empati, memberi semangat dan rasa percaya ke individu sehingga individu merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan; (b) dukungan penghargaan, yang melibatkan penghargaan maupun penilaian yang positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa individu dengan orang lain; (c) dukungan instrumental, melibatkan adanya bantuan langsung atau nyata yang dapat berupa bantuan jasa, barang dan finansial; (d) dukungan informatif, melibatkan informasi dapat berupa saran, nasihat, petunjuk, pengarahan dan umpan balik yang dapat membantu individu dalam memecahkan suatu masalah; (e) dukungan jaringan sosial, yang melibatkan perasaan individu sebagai anggota dalam suatu kelompok yang saling berbagi minat dan kegiatan sosial. Bentuk dukungan sosial ini sekaligus penulis gunakan dalam mengukur gambaran dukungan sosial pada murid kelas XII.

15 24 Dukungan Sosial Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Instrumental Dukungan Informatif Dukungan Jaringan Sosial hubungan Proses Pengambilan Keputusan Mendefinisikan Masalah Identifikasi Masalah Menimbang Kriteria Membuat Alternatif Memberi Nilai Pada Setiap Alternatif Dan Kriteria Menghitung Keputusan Yang Optimal Apabila dukungan sosial yang didapat individu rendah maka dalam proses pengambilan keputusan individu akan menjalaninya dengan tarik ulur. Apabila dukungan sosial yang didapat individu tinggi maka dalam proses pengambilan keputusan individu akan menjalaninya dengan lancar. Gambar 2.1 Kerangka berpikir

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas atau yang disebut SMA merupakan tahap akhir dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas atau yang disebut SMA merupakan tahap akhir dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Atas atau yang disebut SMA merupakan tahap akhir dalam masa-masa sekolah sebelum melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Dalam melanjutkan jenjang perkuliahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. F 8 Mendefinisikan masalah Mengetahui dan memahami masalah UF 26 F 14 F 20 F 2 UF 9

LAMPIRAN. F 8 Mendefinisikan masalah Mengetahui dan memahami masalah UF 26 F 14 F 20 F 2 UF 9 LAMPIRAN Lampiran 1 Dimensi Dukungan Sosial Dimensi Indikator UF/F Urut UF 1 F 8 Mendefinisikan masalah Mengetahui dan memahami masalah UF 26 F 14 F 20 F 2 UF 9 Identifikasi Kriteria Membuat kriteria jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 83 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab Pendahuluan telah dijelaskan bahwa peneleitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengambilan keputusan untuk bekerja pada penderita SLE lakilaki. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Enung Fatimah (dalam Khusnia, S., & Rahayu, S. A, 2010) mengartikan kepercayaan diri sebagai sikap positif seorang individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia remaja terbagi dalam tiga fase, yaitu fase remaja awal (usia 12 tahun sampai 15 tahun), fase remaja tengah (usia 15 tahun sampai 18 tahun), dan fase remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara lakilaki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah satunya yaitu thalassemia. Thalassemia adalah penyakit darah bawaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian remaja Remaja atau adoloscense (Inggris) berasal dari bahasa Latin adoloscere yang berarti tumbuh ke arah kematangan, yakni kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- ge

Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- ge Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- gerakan tubuh menyediakan beberapa informasi, tetapi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih BAB II LANDASAN TEORI A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian pengambilan keputusan Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif bagaimana cara bertindak dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Karakteristik siswa SMA Negeri 2 Kediri pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN HIJAB SYAR I PADA WANITA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN HIJAB SYAR I PADA WANITA DEWASA AWAL HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN HIJAB SYAR I PADA WANITA DEWASA AWAL NAMA NPM : 15511997 PEMBIMBING : Restiyani Rizki Utami : Dr. M. Fakhrurrozi, M.Si, Psi. & Astri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah menginjak usia 14-18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Bertens, 2004) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu periode perkembangan yang penting, dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock (1980:206) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada masa ini sangatl dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

Gambaran Pengambilan Keputusan untuk Bekerja pada Penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Laki-Laki

Gambaran Pengambilan Keputusan untuk Bekerja pada Penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Laki-Laki 1 Gambaran Pengambilan Keputusan untuk Bekerja pada Penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Laki-Laki The Description in Decision Making to Work on Man s Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Patient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Optimisme 2.1.1 Definisi Optimisme Optimisme merupakan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kegagalan sosial dalam kehidupannya (Myers, 2008). Dalam keadaan yang memicu stress

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa karena hasil skripsi menentukan lulus atau tidaknya seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa karena hasil skripsi menentukan lulus atau tidaknya seorang mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi adalah bagian dari persyaratan kelulusan penuntas pendidikan akademis jenjang S1 bagi mahasiswa (Yulianti, 2010). Tahap ini merupakan tahap yang paling krusial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia bukan hanya ingin sekedar memperbaiki kelemahan mereka. Mereka menginginkan kehidupan yang bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput. Beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan suatu proses yang ada dalam diri manusia dan dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun informal. Belajar secara

Lebih terperinci

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia, BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Periode ini adalah ketika seorang anak muda harus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emotional Eating 2.1.1 Definisi Emotional Eating Menurut Arnow (1995) emotional eating adalah keinginan untuk makan ketika timbul perasaan emosional seperti frustrasi, cemas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah Seluruh responden merupakan remaja yang rentang usianya antara 15-19 tahun di RW 19 Kelurahan Jebres. Sebagian besar responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci