BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain. Akan tetapi, kesepian bukan termasuk kelainan jika masih dalam intensitas yang rendah. Moustakas (1961) berpendapat bahwa ada kesepian berupa kenyataan dalam diri dari kehidupan manusia dimana perasaan sedih yang berkepanjangan dan rasa sakit dalam dirinya. Kesepian diri yaitu ketika seseorang menyadari bahwa dirinya adalah orang yang terisolasi dan sendiri dalam kesepian. Weiss (1973), kesepian tidak disebabkan oleh kesendirian tetapi adanya hubungan namun tidak adanya kepastian hubungan yang dibutuhkan dan semacam keterampilan untuk mengatur hubungan. Banyak kasus kesepian adalah tanggapan terhadap tidak adanya hubungan dekat.hal. Rendahnya kemampuan berkomunikasi perlu menjadi pertimbangan lain. Peplau dan Perlman (1982) mengungkapkan bahwa kesepian adalah respon yang diberikan seseorang terhadap ketidakselarasan antara yang diinginkan dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. Proses kognitif terutama atribusi memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pengalaman kesepian.kesepian lebih diartikan sebagai efek dari pada respon kaena mempunyai pengaruh negatif. Menurut Hawkey & Cacioppo (2010), kesepian merupakan pengalaman emosional yang tidak 14

2 15 menyenangkan yang dihasilkan dari tingkat memadai atau rendahnya kualitas hubungan sosial. Ini adalah pengalaman yang umum di seluruh rentang kehidupan dengan sebanyak 80 persen anak-anak dan remaja dan 40 persen orang yang berusia di atas 65 tahun melaporkan merasa kesepian. Anak-anak pada dasarnya belum mempunyai banyak pengalaman untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial sehingga merupakan sebuah hal biasa dibandingkan dengan orang dewasa atau remaja. Bruno (2000) menyatakan bahwa kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Penelitian ini mengambil definisi teori yang diungkapkan oleh Russel, dkk (1980) Kesepian adalah perasaan subjektif individu dikarenakan tidak adanya keeratan hubungan. Kondisi tersebut dapat berupa keadaan sementara yang disebabkan oleh perubahan yang kronis dalam kehidupan sosial individu. Kesepian emosional disebabkan karena kegagalan menjalin kelekatan dalam hubungan dan kegagalan untuk berintegrasi secara sosial. Berdasarkan beberapa definisi variabel di atas, maka dapat ditemukan kesimpulan bahwa, kesepian merupakan sebuah keadaan yang menyedihkan di mana seseorang merasa terisolasi dan jauh dari hubungan sosial secara langsung maupun komunikasi dengan orang di sekitar.

3 16 2. Aspek-aspek kesepian Peneliti menggunakan skala yang disusun oleh Russel, dkk (1980) yaitu R-UCLA Loneliness scale. Pada skala ini terdapat 20 aitem pernyataan berdasarkan pada aspek: a) Personality atau kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu dari sistem psikofisik yang menentukan karakteristik perilaku dan berpikir. b) Social Desirability adalah kebutuhan individu untuk berintegrasi dan diterima oleh lingkungan sosial di mana individu berada. c) Depression atau depresi merupakan sikap dan perasaan yang dicirikan dengan adanya perasaan tidak berharga, tidak bersemangat, murung, bersedih hati dan cenderung pada kegagalan. Bruno (2000) bahwa kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain.teori ini digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan karena teori yang diungkapkan relevan dengan tujuan penelitian ini bahwa rendahnya kualitas hubungan sosial menjadi penyebab kesepian. Subjek penelitian yang akan dilakukan adalah mahasiswa yang selalu bertemu dengan banyak orang di lingkungan kampus namun masih ada mahasiswa yang merasa kesepian karena kurangnya hubungan yang berkualitas dengan teman-temannya.

4 17 Kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang dicirikan dengan adanya perasaan terasingkan dan hubungan yang kurang bermakna dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bruno (2000) yang menjadi aspek-aspek kesepian, yaitu: a) Isolasi Suatu keadaan dimana seseorang merasa terasing dari tujuan tujuan dan nilai-nilai dominan dalam masyarakat kemenangan, agresivitas, manipulasi merupakan faktor-faktorpemicu munculnya keterasingan. b) Penolakan Penolakan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak diterima, diusir dan dihalau oleh lingkungannya. Seseorang yang kesepian akan merasa dirinya ditolak dan ditinggalkan walaupun berada ditengah-tengah keramaian. c) Perasaan Kesepian Perasaan kosong dalam diri. Banyak orang disekitarnya tetapi ia merasakan kehammpaan dalam diri. d) Keterasingan Mempunyai banyak orang yang dikenal namun tidak mempunyai hubungan dekat. Tidak dapat menjalin hubungan yang erat dan menghindari adanya kelekatan dengan orang lain. e) Merasa disalah mengerti Suatu keadaan dimana seseorang merasa seakan-akan dirinya disalahkan dan tidak berguna.seseorang yang selalu merasa disalah

5 18 mengerti dapat menimbulkan rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri dan merasa tidak mampu untuk bertindak. f) Merasa tidak dicintai Suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan kasih sayang, tidak diperlukan secara lembut dan tidak dihormati, merasa tidak dicintai akan jauh dari persahabatan dan kerjasama. Suatu perhatian dalam analisis transaksi adalah suatu unit pengakuan.unit ini adalah merupakan penghargaan atau bukti utama dari cinta atau kasih sayang.setiap orang membutuhkan perhatian supaya dapat berkembang disetiap tahapan umurnya. Perhatian yang diperoleh secara teratur adalah cara terbaik untuk mengatasi kesepian. Tanpa adanya perhatian seseorang dapat menjadi terasing secara emosional. g) Gelisah Suatu keadaan dimana seseorang merasa resah, tidak nyaman dan tentram didalam hati atau merasa selalu khawatir, tidak senang, dan perasaan galau dilanda kecemasan. h) Bosan Suatu perasaan seseorang yang merasa jenuh tidak menyenangkan tidak menarik, merasa lemah, orang-orang yang pembosan biasanya orangorang yang tidak pernah menikmati keadaan-keadaan yang ada.

6 19 i) Tidak mempunyai sahabat Tidak ada seseorang yang berada disampingnya, tidak ada hubungan, tidak dapat berbagi.orang yang paling tidak berharga adalah orang yang tidak mempunyai sahabat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepian adalah keadaan psikologis berupa afektif maupun kognitif yang berhubungan dengan isolasi, penolakan, perasaan kesepian, yang meliputi keterasingan, tidak diterima orang lain, merasa disalah mengertikan, merasa tidak dicintai, gelisah, bosan, tidak mempunyai sahabat. Russel, dkk (1980) Kesepian adalah perasaan subjektif individu dikarenakan tidak adanya keeratan hubungan. Kondisi tersebut dapat berupa keadaan sementara yang disebabkan oleh perubahan yang kronis dalam kehidupan sosial individu. Kesepian emosional disebabkan karena kegagalan menjalin kelekatan dalam hubungan dan kegagalan untuk berintegrasi secara sosial. Aspek-aspek kesepian yaitu: personality, social desirability, depression. Variabel kesepian diukur menggunakan R-UCLA loneliness scale (Russel dkk, 1980) merevisi skala dengan 20-item mengukur kesepian yang berisi dua subskala yang bernama "intimate others" dan "social others". Koefisien konsistensi internal 0,94. Skala signifikan berkorelasi dengan pengukuran depresi (nilai r koefisien 0.50) dan kecemasan (pada nilai r 0.30) (russel dkk., 1980).

7 20 B. Pengungkapan Diri (Self-Disclosure) 1. Pengertian Pengungkapan Diri Pengungkapan diri (self-disclosure) pertama kali diungkapkan oleh Jourard (Joinson dan Paine, 2006) yaitu suatu proses dimana seseorang dapat diketahui keadaan dan kondisinya melalui informasi yang diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapan diri terlihat tidak mudah karena adanya interaksi secara langsung dengan cara bertatap muka, sedangkan saat ini pengungkapan diri lebih mudah dikarenakan adanya sarana media sosial internet, meskipun tidak mendalam. Menurut Derlega, dkk (1987) pengungkapan diri merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengembangkan hubungan dekat seperti persahabaan dan keintiman. Pengungkapan diri akan lebih berguna dalam hubungan antara dua orang sebagai pasangan untuk menjalin keintiman dengan cara berkomunikasi. Untuk menjalin keintiman dengan seseorang yang dekat diperlukan pengungkapan diri, pengungkapan diri yang dilakukan yaitu secara verbal. Menurut Altman & Taylor (1973) pengungkapan diri adalah proses memberitahu oranglain tentang perasaan seseorang seperti kedekatan, sikap, dan pengalaman. Collin dan Miller (1994) berpendapat bahwa, pengungkapan diri dapat diartikan sebagai informasi tentang diri sendiri yang secara verbal diungkapkan kepada orang lain dan berbentuk sebuah komunikasi. Dalam

8 21 penelitian yang relevan dengan konteks kekinian, pengungkapan diri tidak hanya dialakukan secara verbal tetapi dapat berupa tulisan melalui media sosial internet. Pengungkapan diri adalah pesan-pesan tentang diri yang dikomunikasikan kepada orang lain. Dengan kata lain, Pengungkapan diri adalah cara menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita dan apa saja yang kita inginkan (Wheeless & Grotz, 1976 dalam Leung, 2002) Berdasarkan uraian di atas, pengungkapan diri dalam penelitian ini dimaknai sebagai proses memberitahukan informasi tentang diri kepada orang lain berupa pendapat, pengalaman, dan harapan dengan tujuan agar orang lain mengetahui kondisi dan keadaan pelaku pengungkapan diri. 2. Aspek-Aspek Pengungkapan Diri Pengungkapan diri akan berbeda setiap masing-masing individu. (Wheeles & Grotz dalam 1978dalam Leung,2002) mengungkapkan komponen pengungkapan diri sebagai berikut: a. Jumlah (amount) Jumlah dari pengungkapan diri dapat diukur melalui banyaknya frekuensi dan juga durasi waktu yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan diri terhadap orang lain. Pengungkapan diri yang baik adalah pengungkapan diri yang banyak tetapi membutuhkan waktu yang sedikit untuk mengutarakan maksud atau tujuan.

9 22 b. Valensi (valence) Valensi merupakan hal positif atau negatif yang dinyatakan dalam pengungkapan diri.pernyataan yang baik dalam pengungkapan diri meliputi hal-hal yang menyenangkan didengar ataupun yang tidak menyenangkan dari diri individu. c. Ketepatan dan kejujuran (accuracy and honesty) Ketepatan pengungkapan diri individu dipengaruhi oleh seberapa besar individu memahami tentang dirinya.pemahaman yang besar individu tentang dirinya akan membuat informasi yang diungkapkan semakin tepat. Pengungkapan diri yang baik adalah ketika individu tidak menambah atau mengurangi informasi yang sebenarnya sehingga lawan bicaranya dapat mengetahui informasi dengan jelas dan tepat. d. Maksud (intention) Kemampuan individu untuk mengutarakan informasi yang ingin diungkapkan kepada orang lain,serta kemampuan individu untuk mengontrol informasi yang sedang diungkapkan. Semakin luas informasi yang diungkapkan maka akan semakin akrab hubungan yang terjadi. e. Kedalaman (intimacy) Seberapa dalam individu mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri.apakah individu hanya mengungkapkan hal-hal yang

10 23 bersifat permukaan bersifat umum atau pengungkapan diri tentang informasi yang bersifat intim atau pribadi.pengungkapan diri yang baik adalah pengungkapan diri yang bersifat pribadi tentang dirinya sendiri. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri Devito (1989) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengungkapkan diri, yaitu: a. Faktor Internal 1. Jenis kelamin (gender) Dalam berbagai situasi tidak ada perbedaan antara lakilaki dan perempuan dalam hal pengungkapan diri.laki-laki dan perempuan dapat sama-sama terbuka ketika mengungkapkan diri. 2. Ras, kebangsaan, dan umur Ras kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri dibandingkan dengan individu kulit putih.dilihat dari kebangsaan, individu di Amerika lebih mengungkapkan diri daripada individu di Jerman, Inggris atau Timur Tengah. Pada usia tahun pengungkapan diri meningkat dan menurun setelah usia tersebut.

11 3. Topik 24 Topik dalam pengungkapan diri mencakup tentang halhal kehidupan baik pribadi maupun umum. Seperti kepribadian, pendapatan, keadaan fisik, minat, opini, sikap, kehidupan sosial, pekerjaan. b. Faktor Eksternal 1. Pengungkapan diri dari orang lain (the dyadic effect) Pengungkapan diri dari orang lain menjadi sebuah rangsangan secara langsung yang diterima oleh seseorang sehingga memiliki keinginan untuk melakukan pengungkapan diri juga. Pengungkapan diri akan semakin baik jika bersifat positif dan saling menguatkan. 2. Jumlah pendengar Pengungkapan diri akan lebih efektif jika dilakukan terhadap jumlah pendengar yang sedikit. Pengungkapan diri akan lebih bersifat interaktif jika terjadi antara dua orang saja misalnya pengungkapan diri yang dilakukan oleh pasangan suami isatri. Pengungkapan diri seseorang akan lebih mudah menghadapi reaksi satu orang dibandingkan dengan menghadapi reaksi sekelompok orang. Umumnya informasi yang diungkapkan adalah sesuatu yang bersifat personal dan privasi, jika informasi diungkapkan terhadap banyak orang maka pengungkapan diri akan dianggap sebagai sesuatu yang

12 25 umum dan kurang mendapatkan respon. Oleh karena itu, pengungkapan diri dengan satu orang akan lebih mudah mendapatkan respon dan memudahkan pengontrolan terhadap pengungkapan diri yang dilakukan. 3. Nilai Nilai yaitu apa yang diungkapkan adalah hal yang bersifat positif atau negatif. Pengungkapan diri berkaitan dengan hal positif lebih disukai daripada hal yang negatif. 4. Hubungan dan penerimaan informasi Seseorang yang menjadi patner mengungkapkan diri akan mempengaruhi kemungkinan dan frekuensi pengungkapan diri. Individu cenderung akan mengungkapkan diri pada seseorang yang hangat, penuh perhatian, memberikan dukungan dan mau menerima individu apa adanya. Pengungkapan diri merupakan kesadaran seseorang untuk memberikan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Faktor-faktor seperti hubungan dan penerimaan informasi, ras, kebangsaan dan umur, jenis kelamin, nilai, topik, jumlah pendengar, serta pengungkapan diri orang lain mempengaruhi seseorang untuk mengungkapkan diri. Adanya faktor-faktor tersebut, seseorang akan mempertimbangkan bagaimana, kapan, di mana, serta dengan siapa pengungkapan diri harus dilakukan.

13 26 C. Hubungan Antara Kesepian dan Pengungkapan Diri Menurut Sullivan (1955), kesepian merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain. Weiss (1973) berpependapat bahwa, kesepian tidak disebabkan oleh kesendirian tetapi adanya hubungan namun tidak adanya kepastian hubungan yang dibutuhkan dan sebuah keterampilan untuk menjalin hubungan dekat.dalam banyak kasus kesepian adalah tanggapan terhadap tidak adanya hubungan dekat.rendahnya kemampuan berkomunikasi perlu menjadi pertimbangan lain. Jones (Peplau dan Perlman, 1982), menyebutkan bahwa orang yang kesepian pada umumnya menunjukkan pola pengungkapan diri yang tertutup atau kurang intim.menurut Darlega dan Grzelak (Peplau dan Perlman 1982), timbulnya keintiman bergantung dari keterbukaan diri. Pearson (1983) menjelaskan bahwa terdapat beberapa keuntungan yang didapat secara langsung dari keterbukaan diri, keuntungan tersebut antara lain adalah seseorang akan lebih dapat memahami dan menerima dirinya sendiri, juga lebih dapat menerima dan memahami orang lain sehingga dapat mengembangkan hubungan yang lebih mendalam dan. Artinya, komunikasi yang terjadi menggunakan media sosial internet hanyalah komunikasi yang mentah. Seseorang hanya sekedar memberitahukan dan tidak ada keinginan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi. Oleh karena itu, komunikasi yang terjadi hanya sebatas orang tahu jika ia mempunyai masalah dan kemungkinan untuk terjadi pengungkapan diri yang mendalam sangat kecil.

14 27 Pengungkapan diri menjadi kurang berfungsi optimal ketika seseorang hanya melalui secara berlebihan menggunakan jejaring sosial. Sears, Freedman dan Peplau (1994) mengatakan apabila seseorang merasa kehilangan hubungan yang dekat, kurang adanya perhatian satu dengan yang lain, meskipun ia berinteraksi dengan orang banyak, dia akan merasa kesepian. Penelitian yang dilakukan oleh Solano, Batten dan Parish (Sears, Freedman & Peplau, 1994) menyatakan bahwa mahasiswa yang kesepian biasanya memiliki pola pengungkapan diri yang tidak wajar, mencurahkan isi hati kepada seseorang yang baru saja dikenal atau mengungkapkan hal yang luar biasa sedikit tentang dirinya sendiri. Para peneliti menyatakan bahwa tingkat pengungkapan yang tidak tepat ini bisa mengganggu pengembangan hubungan yang akrab. Inilah fenomena yang terjadi di media sosial di mana seseorang mengungkapkan dirinya kepada semua orang, bahkan kepada orang yang tidak dikenal sama sekali. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, yaitu ada hubungan antara kesepian dan pengungkapan diri melalui media internet pada mahasiswa.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. secara empiris hipotesis tersebut maka variabel yang akan diteliti adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. secara empiris hipotesis tersebut maka variabel yang akan diteliti adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kesepian dan pengungkapan diri mahasiswa melalui media sosial internet. Untuk membuktikan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berpacaran merupakan hal yang lazim dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai perasaan kekurangan dan ketidakpuasan pada individu akibat adanya

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai perasaan kekurangan dan ketidakpuasan pada individu akibat adanya BAB II LANDASAN TEORI II. A. Kesepian II. A. 1. Pengertian Kesepian Perlman & Peplau (dalam Brehm et al, 2002) mendefinisikan kesepian sebagai perasaan kekurangan dan ketidakpuasan pada individu akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. mudah diabaikan dan digantikan dengan fasilitas media sosial.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. mudah diabaikan dan digantikan dengan fasilitas media sosial. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Hidup dalam era teknologi menjalin hubungan sudah serba difasilitasi. Komunikasi yang mengharuskan untuk saling tatap muka telah menjadi hal yang mudah diabaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengungkapan Diri 1. Defenisi pengungkapan diri Wrightsman (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan pengungkapan diri merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA MERANTAU YANG TINGGAL DI TEMPAT KOST Sitta Yuhana Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ab

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA MERANTAU YANG TINGGAL DI TEMPAT KOST Sitta Yuhana Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ab SELF DISCLOSURE OF RELATIONSHIPS WITH LONELY AT THE STUDENTS STAY IN PLACE WANDER KOST Sitta Yuhana Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana individu mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana individu mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self Disclosure 1. Pengertian Self Disclosure Menurut Devito (2010) self disclosure adalah jenis komunikasi di mana individu mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel kualitas persahabatan (X1) dan self

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel kualitas persahabatan (X1) dan self BAB III METODE PEELITIA A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi dengan menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan penelitian yang memiliki dua variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN Ditya Ardi Nugroho, Tri Dayakisni, dan Yuni Nurhamida Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap situasi yang sedang dihadapinya serta memberikan informasi tentang

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap situasi yang sedang dihadapinya serta memberikan informasi tentang BAB II LANDASAN TEORI II. A. Self Disclosure II. A. 1. Pengertian Self Disclosure Self disclosure adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapinya serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam bertingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

KESEPIAN DAN PENGUNGKAPAN DIRI MELALUI MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA. Muhammad Lathief Syaifussalam Susilo Wibisono. Intisari

KESEPIAN DAN PENGUNGKAPAN DIRI MELALUI MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA. Muhammad Lathief Syaifussalam Susilo Wibisono. Intisari KESEPIAN DAN PENGUNGKAPAN DIRI MELALUI MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA Muhammad Lathief Syaifussalam Susilo Wibisono Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kesepian pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas yang tersedia. Salah satu fasilitas tersebut adalah internet. Dengan internet manusia

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas yang tersedia. Salah satu fasilitas tersebut adalah internet. Dengan internet manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, manusia tidak lepas kaitannya dengan berbagai macam teknologi dan fasilitas yang tersedia. Salah satu fasilitas tersebut adalah internet. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan Oleh : Nurliah Dosen Pembimbing : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.Si BAB 1 Tugas perkembangan:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lain.

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lain. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kesepian II.1.1. Definisi Kesepian Hampir semua orang, tak terkecuali remaja pernah merasa kesepian. Banyak sekali definisi mengenai kesepian yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Loneliness 2.1.1 Definisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook. 1. Pengertian Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook

BAB II LANDASAN TEORI. A. Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook. 1. Pengertian Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook 1. Pengertian Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook Sarwono (2000) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Loneliness (Kesepian) yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki (Perlman & Peplau,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Loneliness (Kesepian) yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki (Perlman & Peplau, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Loneliness (Kesepian) 1. Defenisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa indikator kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya mungkin menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial

BAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang kemajuan internet sungguhlah pesat, terutama di jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Peran internet menjadi kebutuhan sumber informasi utama pada berbagai kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah menggunakan internet untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain (Santrock, 1992 : 113), maka

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. A. Latar

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sosial memberikan gambaran kepada kita bagaimana sebuah hubungan akan muncul dan berkembang, baik itu sebuah hubungan pertemanan biasa atau persahabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan suatu permasalahan yang dialami oleh seseorang, yang terjadi akibat hubungan interpersonal saat ini tidak sesuai dengan harapan yang telah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke sebuah Perguruan Tinggi, salah satu tujuan yang ingin dicapainya adalah memiliki prestasi akademik yang memuaskan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Berikut ini akan dijelaskan perihal profil dari para responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja, dimulai dari pergaulan bebas hingga tawuran antar pelajar. Untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan, terutama dalam kehidupan manusia. Tanpa berkomunikasi orang tidak akan bisa mengerti apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.

Lebih terperinci

PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP

PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP PENGARUH LONELINESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING PRODUK FASHION PADA MAHASISWI KONSUMEN ONLINE SHOP Mariatul Qibtiyah_11410027 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman atau pun bercerita dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari proses komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi merupakan sebuah peristiwa sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,

Lebih terperinci

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b.

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b. LAMPIRAN 80 Lampiran 2 : Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Tabel 4.13 Penjelasan Item-Item Alat Ukur Personal Style Inventory Tipe Kepribadian No item Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesepian (loneliness) 2.2.1 Pengertian Kesepian (loneliness) Loneliness diartikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE Modul ke: 09 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keakraban. persahabatan yang terjalin dengan baik, meliputi orang-orang yang saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keakraban. persahabatan yang terjalin dengan baik, meliputi orang-orang yang saling BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keakraban 1. Definisi Keakraban Keakraban menurut Smith Dkk (2000), didefinisikan sebagai ikatan emosional positif dimana didalamnya termasuk saling pengertian dan dukungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat media massa dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan hasil penelitian utama yang menjawab rumusan masalah adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan hasil penelitian utama yang menjawab rumusan masalah adalah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian utama yang menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang berkepribadian introvert,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi di abad modern ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi di abad modern ini tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi di abad modern ini tidak dipungkiri memiliki berbagai macam pengaruh terhadap kehidupan manusia, terlebih yang hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang didalamnya mencakup hubungan seksual, pengasuhan anak, serta pembagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini adalah orang yang smartphone addiction berjumlah 100 orang. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini adalah orang yang smartphone addiction berjumlah 100 orang. Tabel 4.1 42 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subjek, yaitu jenis kelamin, usia, status pekerjaan, lama penggunaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Bertens, 2004) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat oleh perkawinan atau darah dan biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anakanak. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci