BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian serta analisis masing-masing modul dari spesifikasi sistem secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang dapat memberikan hasil sesuai dengan harapan dalam hal ini sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditulis, sedangkan analisis digunakan untuk membandingkan hasil perancangan dengan spesifikasi. Pengujian dilakukan pada setiap bagian maupun keseluruhan sistem. 4.1 Pengujian Sensor GY-521 Sensor GY-521 tersambung dengan komunikasi I2C dengan frekuensi standar sebesar 400k Hz terhadap Arduino nano. Dalam komunikasi I2C, arduino nano akan bertindak sebagai master dan GY-521 bertindak sebagai slave. Konfigurasi yang digunakan untuk accelerometer jangkauan ±8g dan gyro ±250 deg/s. Pengujian sensor GY-521 dilakukan dengan dua kondisi, yaitu kondisi saat diam dan kondisi saat bergerak. Saat kondisi diam, bertujuan untuk mengetahui nilai offset sebuah sensor yang bisa digunakan untuk menambah tingkat akurasi pembacaan sensor. Saat kondisi bergerak, bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat perubahan sudut yang terjadi dengan menggabungkan data gyro. Pengujian sensor kondisi diam juga bisa digunakan sebagai penentuan nilai offset sebagai bentuk cara dalam kalibrasi sensor. Vektor sumbu x, y, dan z merupakan indikator dalam pengujian accelerometer. Apabila GY-521 diletakan tegak lurus dengan arah gaya gravitasi bumi, maka pengukuran data keluaran sensor akan mendapatkan data mentah. Jika ingin meningkatkan tingkat akurasi sensor, bisa dilakukan dengan cara membuat seluruh data bernilai 0 untuk vektor sumbu x dan y, sedangkan sumbu z bernilai Untuk menampilkan data raw digunakan komunikasi serial dengan kecepatan baudrate dari Arduino nano yang memproses data dari GY-521. Data yang sudah ditampilkan akan dianalisa dan dijadikan nilai rata-rata untuk menentukan nilai offset pada data raw. 35

2 Tabel 4.1. Data Raw Sensor Accelerometer GY-521 No Sumbu (n) X Y Z x Secara teori, apabila sensor GY-521 diletakan dengan posisi vektor x=90, y=90 dan z=0, maka nilai sumbu x=0, y=0 dan z= Nilai rata-rata yang didapatkan pada tabel 4.1, dapat digunakan sebagai kalibrasi sensor. Nilai tersebut akan menjadi nilai offset untuk data raw. datax = datax datax off datay = datay datay off dataz = dataz dataz off Jika datax off = 306, datay off = 276, dan dataz off = datax = datax datax off = = 0 36

3 datay = datay datay off = = 0 dataz = dataz + (dataz dataz off ) = = Pada realitanya nilai offset untuk masing sumbu sangat jarang sekali mendekati nilai 0, hal ini dikarenakan banyaknya noise yang terjadi. Setelah melakukan kalibrasi dengan menggunaan data raw dan mendapatkan nilai offset untuk data tersebut, selanjutnya mengubah nilai data raw menjadi besaran gravitasi dengan satuan g. Pengujian dilakukan dengan cara melatakan sensor sejajar dengan waterpass. Secara teori, hasil nilai gravitasi yang akan didapatkan apabila sejajar dengan arah gravitasi bumi adalah 8g. Sedangkan apabila tegak lurus pada arah gravitasi bumi, maka pembacaan sensor akan menghasilkan nilai yang mendekati 0g. Posisi vektor dibagi menjadi tiga yaitu θ, ψ, dan φ. Tabel 4.2. Data Percepatan Gravitasi Sensor Accelerometer GY-521 No Posisi Vektor Nilai percepatan gravitasi (g) θ ψ φ X Y Z Nilai yang didapat pada sumbu x, y, dan z mendekati nilai 0g dan 8g, namun jarang sekali mendapatkan nilai tepat 0g dan 8g dikarenakan banyaknya noise dari sensor itu sendiri maupun dari lingkungan luar. Nilai-nilai tersebut dapat juga digunakan sebagai nilai offset percepatan gravitasi yang bisa digunakan untuk meningkatkan akurasi 37

4 sensor, dengan cara meletakan posisi sensor θ=90, ψ=90, dan φ=0, maka nilai acuan percepatan gravitasi yang harus didapatkan sumbu x=0g, y=0g, dan z=0g. a = a a offset Jika ax offset = 0.02, ay offset = 0.01, dan ax offset = 0.08 ax = ax ax offset = 0.02g 0.02g = 0g ay = ay ay offset = 0.01g 0.01g = 0g az = az az offset = 7.92g ( 0.08)g = 8g Setelah didapatkan nilai percepatan gravitasi, dapat ditentukan besarnya sudut θ, ψ, dan φ. Namun, dalam perancangan ini menggunakan nilai roll θ dan pitch ψ. Percepatan gravitasi merupakan besaran vektor yang memiliki arah dan satuan, sehingga dapat menghasilkan nilai sudut dari besaran-besaran vektor tersebut, dengan menggunakan persamaan: θ = tan 1 [ a 2 y a x + a 2 z ] ψ = tan 1 [ a y a 2 x + a 2 z Untuk contoh perhitungan mengunakan data pada Tabel no 4.2 ] θ = tan [ ] 2 38

5 θ = tan 1 [ ] θ =0.024 rad θ =1.43 ψ = tan 1 [ ] ψ = tan 1 [ ] ψ = rad ψ = Pengujian selanjutnya adalah menghitung nilai sudut dengan cara membandingkan nilai sudut aktual pada busur dengan sudut pembacaan sensor. Pengujian dilakukan dua kali, dengan kondisi menggunakan filter dan tanpa filter. Filter yang digunakan dalam pengujian adalah compelementary filter. Pengambilan data pada tabel 4.3, setiap sudut dilakukan sepuluh kali pengambilan data yang kemudian hasilnya akan diratarata. Diberikan nilai error sudut sebagai selisih sudut pembacaan sensor terhadap sudut aktual busur. Compelementary filter menggunakan nilai dari gyro. Nilai besarnya sudut pada gyro dapat dicari dengan menggunakan persamaan : g x = ( g raw Sg ) dt SUDUT (DERAJAT) N acc gyro Gambar 4.1. Grafik Perbandingkan Nilai Accelerometer dan Gyro Saat Berotasi 39

6 Tabel 4.3. Pembacaan Sensor Accelerometer tanpa Menggunakan Compelementary Filter No Sudut aktual θ Sudut sensor accelerometer sumbu x Sudut sensor accelerometer sumbu y Error sudut sumbu x Error sudut sumbu y Rata-rata Error Tabel 4.4.Pembacaan Sensor Accelerometer dengan Menggunakan Compelementary Filter No Sudut pengukuran Sudut sensor accelerometer sumbu x Sudut sensor accelerometer sumbu y Error sudut sumbu x Error sudut sumbu x

7 9 Persentase Error dalam(derajat) Sudut (derajat) acc x acc y comp x comp y Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Error Sudut Menggunakan dan Tanpa Compelementary Filter SUDUT (DERAJAT) N Comp Acc Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Sudut Menggunakan dan Tanpa Compelementary Filter Saat Diam 41

8 60 40 Sudut(derajat) n comp acc Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Sudut Menggunakan dan Tanpa Compelementary Filter Saat Berotasi. Complementary filter menggunakan nilai antara data yang didapat dari accelerometer dengan gyroscope. Penggunaan filter ini dapat mereduksi noise yang dihasilkan dari sensor itu sendiri. Pada dasarnya, pembacaan sudut dalam pengujian ini menitik beratkan pada pembacaan sensor accelerometer, karena accelerometer mengukur gerakan linier dengan acuan gravitasi serta dapat memberikan pengukuran kemiringan sudut yang akurat dalam keadaan diam dengan kalibrasi melalui nilai offset. Saat berotasi, accelerometer akan mengalami pembacaan sensor yang tidak akurat karena tidak dapat membaca dalam keadaan yang cepat dan memiliki noise. Sensor gyro saat posisi dirotasi akan menampilkan data sesaat pengukuran sudut, tetapi nilainya tidak akan kembali menjadi sama. Data sudut yang didapatkan dari gyro hanya dalam waktu singkat dan nilainya akan berubah pada waktu yang lama. Oleh sebab itu diperlukan complementary filter yang memiliki persamaan : cax t = k (cax t 1 + g x d t ) + (1 k) θ Complementary filter sangat efektif karena menggabungkan keuntungan dari pembacaan accelerometer dan gyroscope. Dalam jangka waktu yang singkat, dapat 42

9 menggunakan data dari gyroscope, karena data yang didapat sangat presisi dan tidak terpengaruh gaya dari luar. Dalam jangka waktu yang panjang, menggunakan data dari accelerometer karena sangat stabil dalam kondisi diam. Data dari gyro terintegrasikan setiap waktu dengan data pengukuran sudut saat itu, setelah data tersebut dikombinasikan dengan data dari accelerometer yang diproses melalui persamaan trigonometri menggunakan tan -1. Dalam penggunaannya, complementary filter harus digunakan dalam perulangan program yang tanpa batas. Setiap data pitch dan roll akan diperbarui dengan nilai data dari gyroscope dalam setiap waktu. Nilai konstanta k yang digunakan adalah Konstanta tersebut merupakan faktor pengali pada nilai sudut, dan dapat disesuaikan nilainya. Saat berotasi, complementary filter akan membandingkan dengan pembacaan data sebelumnya, oleh sebab itu,terjadi pereduksian error saat pembacaan. Filter akan mengoreksi apabila bersarnya gaya yang terbaca pada accelerometer memiliki nilai murni vector percepatan gravitasi. Apabila nilai tersebut terlalu kecil atau besar, nilai tersebut bukan nilai yang diperlukan, dan tidak perlu dimasukan dalam perhitungan. Setiap waktu nilai roll dan pitch akan selalu diperbaharui dengan persentase nilai accelerometer sebesar 93% saat terbaca dan 7% nilai accelerometer sebelumnya. Hal ini akan mengukur nilai yang tidak akan berubah-ubah terlalu drastis dalam pengambilan data saat sensor berotasi. Data-data yang ditampilkan dalam tabel dan grafik membuktikan bahwa dengan menggunakan sensor GY-521 dapat menghasilkan data output sudut dengan tepat melalui pengurangan data yang terukur dengan nilai offset. Nilai error akan semakin tinggi apabila sensor membaca sudut pada kemiringan yang besar, seperti pada kemiringan 30 hingga 80. Hal ini dapat disebabkan oleh dari sensor itu sendiri yang memiliki keterbatasan dalam pengambilan data, terlalu banyak noise, dan kesalahan pembacaan sensor yang membandingkan data dengan sudut busur, serta kesalahan pembulatan angka pada program. 43

10 Tabel 4.5.Pembacaan Sensor Accelerometer dengan Menggunakan Compelementary Filter dengan memberikan nilai offset No Sudut pengukuran Sudut sensor accelerometer sumbu x Sudut sensor accelerometer sumbu y Error sudut sumbu x Error sudut sumbu y Error sudut (derajat) Sudut (derajat) finx finy compx compy Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Error Sudut Menggunakan Compelementary Filter dan Compelementary Filter yang Sudah Diberi Nilai offset 44

11 4.2 Pengujian Perangkat Keras Gambar 4.6. Perancangan Wearable device Perkembangan perangkat keras, data yang berasal dari sensor GY-521 akan dimasukan dalam modul sd card setiap lima detik. Setelah mendapatkan data yang terukur, data tersebut akan dimasukan sebagai masukan program MATLAB. Dalam perangkat keras digunakan interupt untuk menghentikan program yang sedang berjalan. Hal ini dibutuhkan apabila saat pengambilan data, orang yang menjadi sampel data merasa tidak nyaman dan membutuhkan istirahat sebelum dilakukan pengukuran selanjutnya. Perangkat keras ini sudah dicoba dengan menggunakan power supply berasal dari power bank, dalam satu kali pengisian baterai power bank dapat menghidupkan perangkat keras elektronik selama 30 jam. Saat pengujian, terdapat dua buah mode, yaitu mode observasi dan mode siaga. Mode observasi akan memonitoring sudut yang terbentuk saat kebiasaan duduk, sedangkan mode siaga merupakan kondisi saat responden harus menegakkan tulang belakang apabila ada notifikasi dari buzzer. Alat ini akan memberikan notifikasi apabila responden membungkuk dengan sudut 70 hingga

12 10% 30% 60% Lebih Baik Baik Kurang Baik Gambar 4.7. Pie Chart Uji Responden Terhadap Apa yang Dirasakan Responden pada Tulang Belakang Mode Siaga Wearable Monitoring Device 2D 23% 77% Ya Tidak Gambar 4.8. Pie Chart Uji Responden, Apakah Responden Merasa Lebih Fokus atau tidak dengan Menggunakan Mode Siaga Wearable Monitoring Device 2D. 46

13 Pengujian selanjutnya dilakukan oleh responden untuk mengisi quisioner. sehingga didapatkan pie chart pada gambar 4.7 dan 4.8. Lebih dari 50% responden merasa bahwa tulang belakang mereka lebih baik. Responden merasa bahwa tulang belakang mereka lebih tegak, saat mereka duduk menggunakan mode siaga alat ini. Saat responden menegakkan tulang belakang mereka secara sadar, mereka melakukan terapi fisik. Terapi tersebut membantu untuk memposisikan tulang belakang untuk tegak. Ketika tulang belakang ditegakkan maka aliran darah yang menuju ke otak lebih lancar dibandingkan ketika membungkuk, sehingga pasokan oksigen yang dibawa oleh darah menuju ke otak lebih banyak. Oleh sebab itu, dengan adanya quisioner ini membuktikan bahwa ketika tulang belakang tegak, responden akan merasa lebih fokus. Data uji responden pada gambar 4.8 menunjukan bahwa lebih dari 50% responden merasa fokus dengan menggunakan mode siaga Wearable Monitoring Device 2D. Gambar 4.9. Pengujian berat alat Pengujian juga dilakukan dengan menimbang alat, sebagai alat wearable device diusahakan total berat alat kurang dari satu kilogram untuk meningkatkan kenyamanan responden memakai alat. Total keseluruhan berat untuk wearable monitoring device 2D adalah gram. 47

14 4.3 Pengujian Perangkat Lunak Perangkat lunak digunakan untuk analisis data lebih mendalam, memberikan perhitungan kalkulasi data. Gambar Halaman utama. Gambar Menampilkan Data Rekam Medik yang tersimpan pada file Microsoft excel. Halaman utama perangkat lunak akan menampilkan data dalam bentuk tabel. Tabel berisikan data yang diambil dari pembacaan sensor GY-521 roll dan pitch. Data yang ditampilkan dalam mode observasi dan mode siaga. Data dapat dengan mudah divisualisasikan kedalam grafik dengan memilih tombol analysis. 48

15 Gambar Halaman hasil. Gambar Perangkat Lunak Menampilkan Diagnosa. 49

16 Pada halaman hasil, perangkat lunak akan membuat statistik sebagai dasar dalam mendiagnosis responden. Diagnosis menampilkan data tingkatan stadium. Tingkatan stadium berfungsi untuk meningkatkan kewaspadaan responden. Semakin tinggi tingkat stadium berarti responden mengalami kifosis yang parah, sehingga kewaspadaan responden harus semakin tinggi juga untuk memperhatikan posisi tulang belakang saat duduk. Penentuan stadium berdasarkan distribusi nilai sudut, dapat dilihat berdasarkan tabel 4.6. Tabel 4.6. Status Tingkat Kifosis. No Jenis Sudut Keterangan 1 Stadium Normal 2 Stadium Waspada 3 Stadium Siaga 4 Stadium Awas 5 Stadium Terkena kifosis Diagnosis juga menampilkan data responden bahwa tubuhnya lebih sering condong ke kiri atau ke kanan, dalam pengembangan kedepannya kegunaan data ini untuk mengidentifikasi skoliosis. Sudut tulang belakang sebelum terapi fisik merupakan sudut yang didapatkan dari rata-rata sudut dari mode observasi, sedangkan sudut tulang belakang setelah terapi fisik merupakan sudut rata-rata dari mode siaga. Apabila dicari selisih kedua sudut antara sudut rata-rata mode observasi dengan sudut rata-rata mode siaga maka sudut tersebut adalah sudut untuk menunjukan perbaikan tulang belakang dengan menggunakan alat ini. Alat ini diuji oleh responden yang berjumlah 30 orang yang berumur produktif di usia 15 hingga 25 tahun. Pada rentang umur tersebut, mereka sering berhadapan dengan komputer, dan menghabiskan waktu mereka didepan komputer untuk bekerja, bermain game, dan lain-lain. Tabel 4.7 menunjukan hasil dari pengujian wearable monitoring device 2D dengan menganalisa data yang didapatkan dari perangkat keras, kemudian diolah sedemikian rupa dengan menggunakan MATLAB. Alat ini dapat memperbaiki sudut tulang belakang dari 5.45 hingga dengan bantuan terapi fisik. 50

17 No Nama Tabel 4.7. Hasil Uji Responden. Stadium Kecondongan tubuh Rata-rata Mode observasi Rata-rata Mode siaga Perbaikan sudut tulang belakang 1 Tora 1 kanan Febrian 1 kanan Yiska 1 kanan Anri 3 kanan Wahyudi 1 kiri Fahri 2 kiri Bima 2 kanan Yesaya 1 kiri Denny 2 kanan Frans 0 kanan Yohanes Angga 1 kiri Bodhi 1 kiri Attar 1 kiri Loki 2 kiri Adi 2 kiri Satria 2 kiri Sukma 2 kanan Kipli 1 kanan Reinhart 1 kiri Lindu 1 kiri Bayu Samudra 1 kiri Agung 1 kiri Mario 3 kanan Valen 1 kiri Ferry 1 kanan Wimas 2 kanan Albert Tara 2 kiri Okta 1 kanan Vela 1 kiri Riska 1 kiri

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Sistem ini bertujuan untuk mengambil data sudut kemiringan tubuh bagian tulang belakang, dirancang dengan accelerometer dan gyro yang dapat dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak pada perancangan skripsi ini. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi

Lebih terperinci

WEARABLE MONITORING DEVICE DUA DIMENSI PADA TULANG BELAKANG SEBAGAI ALAT BANTU PENCEGAHAN GEJALA KIFOSIS POSTURAL

WEARABLE MONITORING DEVICE DUA DIMENSI PADA TULANG BELAKANG SEBAGAI ALAT BANTU PENCEGAHAN GEJALA KIFOSIS POSTURAL WEARABLE MONITORING DEVICE DUA DIMENSI PADA TULANG BELAKANG SEBAGAI ALAT BANTU PENCEGAHAN GEJALA KIFOSIS POSTURAL oleh Fa Brian Ganda Pratama NIM: 612012041 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Pada bab ini akan ditampilkan dan penjelasannya mengenai pengujian sistem dan dokumuentasi data-data percobaan yang telah direalisasikan sesuai dengan spesifikasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Hasil perancangan pada sistem ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu hasil perancangan quadrotor, embedded system dan ground control. 4.1.1 Hasil Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan wireless

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan tentang perancangan, gambaran sistem serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan pada tongkat tunanetra. 3.1. Gambaran Alat Alat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Analisis dan Pengujian Analisis merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil dari sistem yang telah dibuat dapat berjalan sesuai

Lebih terperinci

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien dapat bekerja tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, agar USART bekerja dengan baik dan sempurna, maka error harus diperkecil sekaligus dihilangkan. Cara menghilangkan error tersebut digunakan frekuensi

Lebih terperinci

Pengaruh Sudut Roll Terhadap Perubahan Sudut Pitch Pada Sensor Accelerometer

Pengaruh Sudut Roll Terhadap Perubahan Sudut Pitch Pada Sensor Accelerometer Pengaruh Sudut Roll Terhadap Perubahan Sudut Pitch Pada Sensor Accelerometer Abdurrahman Nurhakim 1, Hendri Maja Saputra 2, Nanang Ismail 3 1,3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1. Gangguan noise pada sensor 4.1.1.Filter Gambar 4.1. Perbandingan sudut diam Gambar 4.1 menunjukan potongan data dimana sistem seharusnya dalam kondisi datar, tetapi ternyata

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem yang dirancang. Teori-teori yang digunakan dalam realisasi skripsi ini antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat 1. Nama : Timbangan Bayi 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital 3. Berat : 5 Kg 4. Display : LCD Character 16x2 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 6. Sensor : Loadcell

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Secara Umum Sistem pada penelitian ini akan menyeimbangkan posisi penampang robot dengan mengenal perubahan posisi dan kemudian mengatur kecepatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif PERTEMUAN VI 1.1 Latar Belakang Zat cair dalam tangki yang bergerak dengan kecepatan konstan tidak mengalami tegangan geser karena tidak adanya gerak relative antar partikel zat cair atau antara partikel

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. Blok diagram penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut.

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. Blok diagram penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut. BAB III METODE PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Blok diagram penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut. Perancangan Pengumpulan Informasi Analisis Informasi Pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 55 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT Untuk tahap selanjutnya setelah melakukan perancangan dan pembuatan alat maka langkah berikut nya adalah pengujian dan menganalisa alat yang telah dibuat, agar tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan videografi saat ini sangat dituntut untuk dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan videografi saat ini sangat dituntut untuk dapat menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan videografi saat ini sangat dituntut untuk dapat menghasilkan gambar atau rekaman video yang rapi dan stabil. Namun untuk menghasilkan rekaman video yang stabil

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai analisis dan perancangan sistem. Pada prinsipnya perancangan dengan sistematika yang baik akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR DT-AVR Application Note AN225 Running Away Game Controlled With Accelerometer And Gyroscope Oleh: Tim IE Perangkat elektronika telah banyak berkembang dan dilengkapi dengan berbagai sensor. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup. Hal tersebut telah merambah segala bidang termasuk dalam bidang kedokteran.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. Abstract. viii BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. Abstract. viii BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ii LEMBAR PERNYATAAN iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii Intisari xvii Abstract xviii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

Pemanfaatan 3 axis Gyroscope L3G4200D untuk pengukuran Sudut Muatan Roket

Pemanfaatan 3 axis Gyroscope L3G4200D untuk pengukuran Sudut Muatan Roket 177 Pemanfaatan 3 axis Gyroscope L3G4200D untuk pengukuran Sudut Muatan Roket Mochammad Rif an, Waru Djuriatno, Nanang Sulistiyanto, Ponco Siwindarto, M Aswin dan Vita Nurdinawati Abstrak - Kompetisi Muatan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras, serta perangkat lunak robot. 3.1. Gambaran Sistem Sistem yang direalisasikan dalam skripsi ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana hasil perancangan alat yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi pada sistem ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu spesifikasi perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Pengaturan keseimbangan robot merupakan suatu cara agar robot dapat setimbang. Dengan menggunakan 2 roda maka akan lebih efisien dalam hal material dan juga karena tidak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisis dari alat yang telah dibuat. Pengujian meliputi pengujian gerak kursi roda elektrik, pengujian cepatan kursi roda

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam Robot Pengirim terdapat sistem elektronis dan sistem mekanis di dalamnnya, dalam hal ini sistem mekanis di kendalikan oleh sistem elektronis seperti

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BLUETOOTH HC-05 UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

IMPLEMENTASI BLUETOOTH HC-05 UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR 1 IMPLEMENTASI BLUETOOTH HC-05 UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR Fadila N. Eritha 1, Nurussa adah, Ir, MT 2 dan Akhmad Zainuri, ST, MT 3 1 ASASAAS Abstrak Banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM

BAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM 32 BAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM 3.1 Pergerakan rotasi wahana terbang Wahana terbang seperti pesawat terbang dan helikopter mempunyai sistem salib sumbu x, y, dan z di mana masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Penggunaan UAV dikategorikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Pengendali Ketinggian Meja Otomatis Dengan Kontrol Smartphone Android Menggunakan Media Koneksi Bluetooth.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 40 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Sistem Analisis sistem bertujuan untuk memecah sistem ke dalam komponen-komponen subsistem yang lebih kecil untuk mengetahui hubungan setiap komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Internasional Batam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat terbang model UAV (Unmanned Aerial Vehicle) telah berkembang dengan sangat pesat dan menjadi salah satu area penelitian yang diprioritaskan. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SENSOR PERCEPATAN DAN GYROSCOPE UNTUK MENENTUKAN TRAJECTORY ROKET MENGGUNAKAN INERTIAL NAVIGATION SYSTEM(INS)

PEMANFAATAN SENSOR PERCEPATAN DAN GYROSCOPE UNTUK MENENTUKAN TRAJECTORY ROKET MENGGUNAKAN INERTIAL NAVIGATION SYSTEM(INS) bidang TEKNIK PEMANFAATAN SENSOR PERCEPATAN DAN GYROSCOPE UNTUK MENENTUKAN TRAJECTORY ROKET MENGGUNAKAN INERTIAL NAVIGATION SYSTEM(INS) BOBI KURNIAWAN,ST.,M.Kom Program StudiTeknik Elektro FakultasTeknikdanIlmuKomputer

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan 31 BAB III PERANCANGAN ALAT Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan mekanik alat, perancanga elektronik dan perancangan perangkat lunak meliputi program yang digunakan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. PERNYATAAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. PERNYATAAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR TABEL... vi DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LISTING PROGRAM... xiv DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.2-2012 PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Hidayat 1, Usep Mohamad Ishaq 2, Andi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM

IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM Aretasiwi Anyakrawati, Pembimbing : Goegoes D.N, Pembimbing 2: Purwanto. Abstrak- Pendulum terbalik mempunyai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi pembahasan mengenai perancangan terhadap sistem yang akan dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa pendekatan dan analisis mengenai sistem yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Termometer Digital Dengan Output Suara. b. Jenis : Termometer Badan. d. Display : LCD karakter 16x2.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Termometer Digital Dengan Output Suara. b. Jenis : Termometer Badan. d. Display : LCD karakter 16x2. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat a. Nama : Termometer Digital Dengan Output Suara b. Jenis : Termometer Badan c. Temperature : Range 30 39,9 o C, d. Display : LCD karakter 16x2. e.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bergerak kearah horizontal untuk menentukan arah dan menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. dan bergerak kearah horizontal untuk menentukan arah dan menurunkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Crane merupakan alat pengangkat dan pemindah material berat yang mana material tersebut tidak bisa dipindahkan hanya dengan menggunakan tenaga manusia. Crane bekerja

Lebih terperinci

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi 48 BAB 4 HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Prinsip Kerja Alat Hasil yang diperoleh dari perancangan ini yaitu sebuah prototip alat Pemutus Daya Siaga Otomatis. Alat ini berfungsi untuk memutus peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan Informasi. Analisis Informasi. Pembuatan Desain Alat. Perancangan & Pembuatan Alat.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan Informasi. Analisis Informasi. Pembuatan Desain Alat. Perancangan & Pembuatan Alat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Diagram blok penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut: Mulai Pengumpulan Informasi Analisis Informasi Pembuatan Desain Alat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem ditujukan untuk melakukan pengukuran jumlah langkah dengan, jarak langkah dan konsumsi energi pada aktivitas berjalan dengan menggunakan akselerometer MMA7260Q

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN MODUL. Nama Alat : Simulasi Pengukuran Timer Pada Terapi Inframerah. Menggunakan ATmega16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN MODUL. Nama Alat : Simulasi Pengukuran Timer Pada Terapi Inframerah. Menggunakan ATmega16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN MODUL 4.1. Spesifikasi Alat Nama Alat : Simulasi Pengukuran Timer Pada Terapi Inframerah Menggunakan ATmega16 Tegangan Frekuensi Daya : 220 V : 50-60 Hz : 300 Watt 4.2. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 57 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Spesifikasi Hasil Penelitian a. Sumber daya robot vision disupply oleh baterai Lipo 12 v 3s. b. robot vision mampu mengolah dan mengidentifikasi objek berwarna

Lebih terperinci

Miniatur Palang Pintu Kereta Api Otomatis dengan Menampilkan Kecepatan Kereta Serta Waktu Tunggu Menggunakan Arduino

Miniatur Palang Pintu Kereta Api Otomatis dengan Menampilkan Kecepatan Kereta Serta Waktu Tunggu Menggunakan Arduino Jurnal Teknik Elektro Vol. 8. 1 ISSN 1411-0059 Miniatur Palang Pintu Kereta Api Otomatis dengan Menampilkan Kereta Serta Waktu Tunggu Menggunakan Arduino M. Azzam Firdaus 1 dan Aryo Baskoro Utomo 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3. 1. Spesifikasi Sistem Pada tugas akhir ini, penulis membuat sebuah prototype dari kendaraan skuter seimbang. Skuter seimbang tersebut memiliki spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics

Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 281 Remote Control Robot Kaki Enam (Hexapod) Berbasis Android dengan Menggunakan Metode Inverse Kinematics Hasbullah Ibrahim

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengukuran Jarak Dengan Sensor Ultrasonik Pengujian dilakukan pada sensor ultrasonik PING))), untuk menentukan jarak sensor terhadap dinding. Data yang diambil merupakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING DETAK JANTUNG MELALUI FINGER TEST BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK. Marti Widya Sari 1), Setia Wardani 2)

RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING DETAK JANTUNG MELALUI FINGER TEST BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK. Marti Widya Sari 1), Setia Wardani 2) RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING DETAK JANTUNG MELALUI FINGER TEST BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK Marti Widya Sari 1), Setia Wardani 2) 1), 2) Program Studi Teknik Informatika Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara

Lebih terperinci

Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik

Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik Jurnal Teknik Elektro, Vol. 9, No. 2, September 2016, 43-48 ISSN 1411-870X DOI: 10.9744/jte.9.2.43-48 Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik Daniel Christian Yunanto, Handry Khoswanto, Petrus

Lebih terperinci

A364. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

A364. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A364 Sistem Restorasi Gerak Sendi Siku Menggunakan Functional Electrical Stimulation Erwin Setiawan Widjaja, Achmad Arifin, Fauzan Arrofiqi dan Mohammad Nuh Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri,

Lebih terperinci

BALANCING ROBOT BERBASIS FUZZY LOGIC Sumantri K Risandriya, ST, MT (1), Rifqi Amalya Fatekha, S.ST (2), Irda Zusmaniar (3)

BALANCING ROBOT BERBASIS FUZZY LOGIC Sumantri K Risandriya, ST, MT (1), Rifqi Amalya Fatekha, S.ST (2), Irda Zusmaniar (3) BALANCING ROBOT BERBASIS FUZZY LOGIC Sumantri K Risandriya, ST, MT (1), Rifqi Amalya Fatekha, S.ST (2), Irda Zusmaniar (3) Mechatronics Engineering, Batam Polytechnics Parkway Street, Batam Centre, Batam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kecepatan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kecepatan BAB II DASAR TEORI Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang sistem forensik digital pada kendaraan bermotor khususnya disini sepeda motor.

Lebih terperinci

Signal Conditioning Test for Low-Cost Navigation Sensor

Signal Conditioning Test for Low-Cost Navigation Sensor Signal Conditioning Test for Low-Cost Navigation Sensor Iwan Tirta 1,Romi Wiryadinata 2 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon, Indonesia 1 iwantirta7777@gmail.com, 3 romi@wiryadinata.web.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Android merupakan subset perangkat lunak untuk ponsel yang meliputi sistem operasi berbasis Linux, Middleware dan aplikasi kunci yang dirilis oleh Google [1].

Lebih terperinci

BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS

BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS A. Pengertian Pesamaan Garis Lurus Persamaan garis lurus adalah suatu fungsi yang apabila digambarkan ke dalam bidang Cartesius akan berbentuk garis lurus. Garis lurus ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Hasil Pada bab ini, penulis akan menampilkan tampilan hasil perancangan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dari perancangan dan implementasi robot keseimbangan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan kinerja

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan kinerja BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Nano

BAB II DASAR TEORI Arduino Nano BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI COVER...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT SEBAGAI ALAT BANTU PENJELAJAH BAWAH AIR

RANCANG BANGUN ROBOT SEBAGAI ALAT BANTU PENJELAJAH BAWAH AIR Rancang Bangun Robot Sebagai Alat Bantu Penjelajah Bawah Air....Kadri Hawari, dkk RANCANG BANGUN ROBOT SEBAGAI ALAT BANTU PENJELAJAH BAWAH AIR Kadri Hawari, Aidi Finawan 2 dan M. Kamal 3 1 Prodi Instrumentasi

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perkembangan teknologi yang popular adalah teknologi bidang robotika. Robot mengambil peran yang penting dalam menangani tugas-tugas yang biasanya ditangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, karena jantung merupakan organ utama yang mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Jantung memompakan darah ke

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Pembahasan Pembuatan proyek akhir ini bertujuan untuk merealisasikan perangkat keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Deteksi Gerakan Kepala Sebagai Kontrol Pergerakan Kursi Roda Berbasis Embedded System

Pengembangan Sistem Deteksi Gerakan Kepala Sebagai Kontrol Pergerakan Kursi Roda Berbasis Embedded System Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 333-341 http://j-ptiik.ub.ac.id Pengembangan Sistem Deteksi Gerakan Kepala Sebagai Kontrol

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Lahan Percobaan Pengujian sifat fisik tanah dilakukan di balai penelitian tanah kota bogor. Pengujian tanah berupa nilai pf tanah, sifat fisik tanah,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1.Analisa Masalah Dalam perancangan dan implementasi robot keseimbangan dengan menggunakan metode PID, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM PERANCANGAN

BAB 3 SISTEM PERANCANGAN BAB 3 SISTEM PERANCANGAN 3. Diagram Blok Rangkaian Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan perangkat keras serta perangkat lunak pendukungnya. Rangkaian yang digunakan terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT. 4.1 Pengujian Articifial Horizon dan Heading Indicator

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT. 4.1 Pengujian Articifial Horizon dan Heading Indicator BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Pengujian Articifial Horizon dan Heading Indicator Setelah semua komponen terpasang dan program selesai disusun, maka langkah berikutnya adalah melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

Implementasi Sensor Fusion untuk Peningkatan Akurasi Sensor GPS

Implementasi Sensor Fusion untuk Peningkatan Akurasi Sensor GPS Implementasi Sensor Fusion untuk Peningkatan Akurasi Sensor GPS T. A. Nugroho, M. Hutagalung, M.A. Susantio, V. Jeremias, Y. Yonata Institut Teknologi Harapan Bangsa tunggul@gmail.com Abstract. Pada sektor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. program pada arduino secara keseluruhan yang telah selesai dibuat. Mulai dari

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. program pada arduino secara keseluruhan yang telah selesai dibuat. Mulai dari BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari aplikasi android pada smartphone serta program pada arduino secara

Lebih terperinci

Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID

Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID Journal of Electrical Electronic Control and Automotive Engineering (JEECAE) Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID Basuki Winarno, S.T., M.T. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian sistem yang telah direalisasikan beserta analisis dari hasil pengujian. Pengujian sistem ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. berasal dari motor. Selain kuat rangka juga harus ringan. Rangka terdiri dari beberapa bagian yaitu:

BAB III PERANCANGAN ALAT. berasal dari motor. Selain kuat rangka juga harus ringan. Rangka terdiri dari beberapa bagian yaitu: BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Rangka Drone Rangka atau frame merupakan struktur yang menjadi tempat dudukan untuk semua komponen. Rangka harus kaku dan dapat meminimalkan getaran yang berasal dari motor.

Lebih terperinci

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Menekan tombol Switch ON, maka LCD akan menyala dengan kalimat. 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Menekan tombol Switch ON, maka LCD akan menyala dengan kalimat. 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. 37 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Pemakaian 1. Menekan tombol Switch ON, maka LCD akan menyala dengan kalimat pembuka setting timer. 2. Melakukan setting timer yang terdiri dari 3 pemilihan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali

Lebih terperinci