BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA"

Transkripsi

1 67 BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA Bab ini membahas mengenai biaya yang dibutuhkan pada saat proses produksi serta pengelolaan rumah susun sederhana. Biaya pengadaan dan pematangan lahan sebagai salah satu komponen biaya produksi dalam perhitungan harga sewa maupun sewa-beli (harga jual) dalam bab ini tidak didasarkan pada data sekunder melainkan dari hasil wawancara kepada pihak pelaksana pembangunan menurut biaya yang berlaku pada saat konstruksi rumah susun. Dengan menggunakan dua pendekatan tersebut maka dapat dihitung besarnya harga sewa-beli untuk rumah susun studi dengan status sewabeli (milik) yaitu rumah susun Karet Tengsin dan Bendungan Hilir I dan status sewa untuk rumah susun Pasar Jumat Biaya Produksi, Pengelolaan Dan Penentuan Harga Sewa-Beli Rumah Susun Karet Tengsin I dan II Dalam subbab ini dijelaskan mengenai besarnya biaya produksi dan pengelolaan rumah susun Karet Tengsin. Biaya pengelolaan tidak dimasukkan secara langsung dalam penentuan harga sewa-beli namun besarnya biaya ini akan turut juga dibebankan kepada penghuni rumah susun sebagai salah satu komponen biaya tinggal di luar angsuran sewa-beli Biaya Produksi Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin Biaya produksi rumah susun sederhana Karet Tengsin I dan II terdiri dari komponen biaya pada tahap perencanaan dan komponen biaya pada tahap pembangunan (konstruksi) Biaya Tahap Perencanaan Biaya tahap perencanaan berdasarkan buku Nilai Kontrak Pembangunan Rumah Susun Karet Tengsin berdasarkan Keputusan Gubenur Kepala DKI Jakarta No.277 Tahun 1997 tentang penunjukan langsung pelaksana pekerjaan pembangunan rumah susun karet tengsin pada dasarnya tidak dijelaskan secara spesifik sehingga besarnya biaya

2 68 pengadaan lahan dan pematangan lahan didasarkan pada beberapa data sekunder yang diperoleh saat wawancara pada Dinas Perumahan DKI Jakarta. Beberapa komponen biaya pada tahap perencanaan yang dijelaskan di sini antara lain: 1) Biaya Pengadaan Lahan Pengadaan lahan yang ada di Rumah Susun Karet Tengsin dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta. Lahan yang digunakan sebagai lokasi pembangunan rumah susun ini merupakan lahan bekas perumahan kumuh yang terbakar sekitar tahun 1993 dengan biaya ganti rugi lahan sebesar Rp ,00 per m 2 (pendekatan NJOP) sehingga nilai pembebasan lahan seluas 2,708 ha adalah sebesar Rp ,00. Proses pembebasan lahan tersebut dilakukan oleh Dinas Perumahan DKI Jakarta 1. 2) Biaya Pematangan Lahan Dalam proses pematangan lahan, Dinas Perumahan menunjuk secara langsung PT. Manda Putra Nusantara sebagai pihak pelaksana pembangunan rumah susun 2. Pada tahap pematangan lahan ini biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,42. Proses pematangan lahan dilakukan sebelum proses konstruksi dilakukan. Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan pada tahapan perencanaan ini adalah sebesar Rp. 25,540,511, Biaya Tahap Pembangunan Biaya tahap pembangunan rumah susun karet tengsin I dan II akan terdiri dari biaya tahap konstruksi bangunan rumah susun sederhana dan pembangunan sistem Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU). Biaya-biaya tersebut secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Biaya Konstruksi Bangunan Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin I dan II Bangunan rumah susun sederhana karet tengsin I dan II didesain dengan unit SRS seluas 21 m 2 dan tinggi bangunan sebanyak lima lantai sehingga tidak membutuhkan lift 1 ) Biaya ini belum termasuk biaya pengukuran dan investigasi tanah di lapangan. 2 ) Informasi diambil berdasarkan Buku Surat Perjanjian (Kontrak) No: 62/ /1996 oleh Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta dengan rekanan PT. Manda Putra Nusantara

3 69 untuk transportasi vertikal para penghuninya. Biaya konstruksi pembangunan blok 1 dan 2 (Karet Tengsin I) adalah Rp ,18 sedangkan blok 3 dan 4 (Karet Tengsin II) adalah sebesar Rp ,20 sehingga biaya total keseluruhan konstruksi bangunan rumah susun sederhana tersebut adalah Rp. 3,709,763, Biaya ini didasarkan pada faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan bangunan (material), teknologi konstruksi bangunan bertingkat dan biaya lain yang berhubungan langsung dengan pembuatan bangunan rumah susun sederhana pada tahun ) Biaya Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Rumah Susun sederhana Karet Tengsin Pembangunan Prasarana penunjang yang ada di Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin 1 dan 2 antara lain terdiri dari biaya pembangunan warung/toko (lantai dasar), jembatan baja, pemasangan alat-alat pengamanan (hydrant, fire alarm, dan penangkal petir), pengolahan limbah (Sewage Treatment Plant), pekerjaan pemasangan listrik, dan instalasi plumbing yang terdiri dari pekerjaan pemasangan pipa, instalasi air bersih, instalasi air kotor (limbah tinja), instalasi air buangan (limbah domestik), serta instalasi air hujan (storm water). Total biaya secara keseluruhan pembangunan PSU penunjang adalah sebesar Rp. 868,820, Adapun secara rinci biaya masing-masing pembangunan PSU yang telah disebutkan dan biaya-biaya lain yang telah dijelaskan dari tahapan perencanaan dan pembangunan dapat dilihat pada tabel IV.1. Total biaya yang dikeluarkan pada tahapan pembangunan/konstruksi bangunan dan PSU penunjang adalah sebesar Rp. 4,578,584, Tabel IV.1 Rekapitulasi Biaya Produksi Pembangunan Rumah Susun Karet Tengsin I dan II No. Uraian Jumlah (Dalam Rupiah) 1 Biaya Pengadaan lahan 25,498,528, Biaya Pematangan Lahan 41,983, Biaya Pembangunan Rusuna Tahap 1 1,770,384, Biaya Pembangunan Rusuna Tahap 2 1,939,378, Biaya Pembangunan PSU 868,820, Pembangunan Prasarana dan Sarana Lt. 6 Dasar 27,080, Pembangunan Jembatan Baja 369,099, ) Biaya Konstruksi Rumah Susun Karet Tengsin tersebut sudah termasuk biaya tidak langsung berupa fee pembuatan desain bangunan dan perencanaan tapak.

4 70 8 Pembangunan Masjid 32,879, Pemasangan Listrik 137,574, Pemasangan Fire Alarm 41,714, Pemasangan Hydrant 16,166, Pemasangan Penangkal Petir 4,030, Pemasangan Plumbing sbb: 115,276, ) Instalasi Air bersih 32,883, ) Instalasi Air Kotor 28,391, ) Instalasi Air Buangan 23,950, ) Pemasangan Pipa 3,734, ) Instalasi Air Hujan 26,316, Pekerjaan Pengolah Limbah (STP) 125,000, Harga Dasar 30,119,096, PPn (10%) di luar harga lahan 462,056, TOTAL BIAYA (Sebelum Negosiasi) 30,581,153, Sumber: Buku Surat Perjanjian (Kontrak) No: 62/ /1996 Oleh Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta dengan Rekanan PT Manda Putra Nusantara Biaya Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin Biaya pengelolaan rumah susun karet tengsin terdiri dari biaya operasional dan biaya pemeliharaan bangunan dan PSU yang ada di dalamnya Biaya Operasional Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin I dan II Biaya operasional dalam pengelolaan rumah susun Karet Tengsin I dan II terdiri dari biaya personalia pengelola (anggota perhimpunan penghuni rumah susun), biaya retribusi sampah, biaya konsumsi, biaya operasional RT, biaya listrik kantor pengelola, biaya PAM, dan biaya telepon kantor. Dengan besarnya beberapa biaya operasional yang fluktuatif seperti biaya listrik dan biaya telepon kantor pengelola, biaya PAM, dan biaya-biaya lain yang tidak rutin maka dalam subbab ini diambil ratarata pengeluaran per bulan selama 1 tahun. Secara rinci besarnya tiap biaya operasional yang telah dijelaskan dapat dilihat pada tabel IV.2. Total biaya pengelolaan yang dibutuhkan untuk rumah susun Karet Tengsin I dan II per bulan adalah Rp. 7,304,240 atau setara dengan Rp. 87,650, per tahun.

5 Biaya Pemeliharaan dalam Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin I dan II Kegiatan pemeliharaan bangunan dan PSU yang dilakukan di rumah susun Karet Tengsin ada yang bersifat rutin dan tidak rutin. Kegiatan pemeliharaan yang bersifat rutin antara lain terdiri dari kegiatan pemeliharaan taman, pemeliharaan PSU seperti pengurasan reservoir, dan pembelian alat-alat kebersihan. Adapun kegiatan pemeliharaan yang bersifat tidak rutin antara lain kegiatan pengecatan dan perawatan gedung yang dilakukan bisa 1-2 kali dalam satu tahun serta kegiatan-kegiatan lain seperti perawatan lahan parkir. Besarnya tiap biaya pemeliharaan ini secara rinci dapat dilihat pada tabel IV.2. Total biaya rata-rata yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan ini adalah sebesar Rp ,00 per bulan atau setara dengan Rp. 14,725, per tahun. Secara keseluruhan total biaya pengelolaan yang terdiri biaya operasional dan biaya pemeliharaan adalah sebesar Rp per bulan atau setara dengan Rp. 74,707, per tahun. Tabel IV.2 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Rumah Susun Karet Tengsin No Uraian Jumlah (Dalam Biaya) 1 BIAYA OPERASIONAL 5,040, Biaya Honor Pegawai 1,810, Biaya Konsumsi 100, Dana Operasional RT 228, Retribusi Sampah 50, Biaya Listrik 701, Biaya PAM 2,084, Biaya Telepon 66,551 2 BIAYA PEMELIHARAAN 1,184, Pemeliharaan PSU (Dalam dan Luar bangunan) 130, Pembelian Alat-Alat Inventaris/Kebersihan 197, Pembangunan/Renovasi PSU Pendukung (Pengecatan dan Pembangunan) 671, Biaya Pemeliharaan Lahan Parkir 121, Pemeliharaan Taman dan Tanaman 63,462 TOTAL BIAYA PENGELOLAAN (per bulan) 6,225,602 Sumber: Laporan Tahunan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS) Karet Tengsin I dan II

6 72 Besarnya biaya pengelolaan pada dasarnya tidak mempengaruhi secara langsung harga sewa-beli yang akan dibebankan ke penghuni rumah susun Karet Tengsin. Akan tetapi, biaya pengelolaan nantinya akan juga dibebankan kepada penghuni sebagai biaya tinggal (living cost) yang harus dibayar selain biaya angsuran pembelian unit hunian rumah susun Karet Tengsin I dan II. Apabila biaya pengelolaan rumah susun Karet Tengsin tersebut dibagi untuk tiap unit hunian yang dibangun maka besarnya iuran pelayanan umum (surcharge) yang harus dibayar penghuni adalah sebesar Rp. 48,650 per bulan. Besarnya iuran pelayanan umum (surcharge) hasil perhitungan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan iuran yang berlaku di rumah susun Karet Tengsin sebesar Rp per unit Penentuan Harga Sewa-Beli Unit Rumah Susun Sederhana Karet Tengsin I dan II Setelah diketahui besarnya biaya produksi dan biaya pengelolaan maka selanjutnya dengan menggunakan formulasi yang telah dijelaskan sebelumnya akan dihitung besarnya harga sewa-beli (harga jual) per unit di rumah susun Karet Tengsin I dan II. Tabel IV.3 Rekapitulasi Biaya Produksi dan Penentuan Harga Sewa-Beli per unit Rusuna Karet Tengsin I dan II No Uraian Jumlah 1 Biaya Produksi Rp. 30,581,153, Jumlah Unit (SRS) 160 unit 3 Occupancy Rate (*) (80%) 128 unit 4 Harga sewa-beli minimum/unit (no.1/no.3) Rp.238,915,259 5 Pembulatan Harga Sewa-Beli Rp.239,000,000 Sumber: Hasil Analisis, 2008 Harga sewa-beli dengan menggunakan formulasi 1 adalah sebesar Rp (setelah dibulatkan). Besarnya harga sewa-beli ini kemudian akan diangsur memakai jangka waktu selama 5 tahun sampai dengan 20 tahun dengan memakai besarnya biaya uang muka sebesar 10%, dan angsuran KPR (Kredit Pemilikan Rumah) memakai suku bunga pinjaman sebesar 12.5% maka besarnya biaya angsuran per bulan adalah sebagai berikut:

7 73 Tabel IV.4 Angsuran Harga Sewa-Beli per unit Rusuna Karet Tengsin Hasil Perhitungan (Dalam Rupiah) Harga Sewa-Beli per unit Uang Muka KPR Angsuran KPR/Bulan selama (*) 5 tahun 10 Tahun 15 Tahun 20 Tahun 239,000,000 23,900, ,100,000 4,033,125 2,016,563 1,344,375 1,008,281 Sumber : Hasil Analisis, 2008 (*) Catatan: suku bunga pinjaman KPR sebesar 12,5% (didasarkan pada bunga KPR yang dipakai beberapa Bank) besarnya Secara lebih rinci, langkah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui Harga sewa-beli berikut angsuran per unit di rumah susun Karet Tengsin dapat dilihat pada lampiran 4. Perhitungan tersebut di dasarkan pada metode yang dijelaskan pada bab 2 (lihat subbab 2.3.1). Apabila kita bandingkan harga sewa-beli (jual) saat ini yang tertinggi di lapangan sebesar Rp (lihat lampiran 3) dengan harga sewa-beli (jual) hasil perhitungan sebesar Rp terdapat perbedaan harga yang sangat besar. Selisih perbedaan harga sebesar Rp dapat dipandang sebagai keuntungan yang akan diperoleh penghuni rumah susun apabila ia menjual kembali satuan unit rumah susun miliknya kepada pihak lain yang bukan merupakan masyarakat berpendapatan rendah. Dengan menggunakan harga sewa-beli yang berlaku saat ini (tabel IV.5) maka sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 3 sebelumnya, penghuni rusun sebagian besar berpendapatan pada kisaran pendapatan Rp sampai dengan Rp (menengah bawah). Tabel IV.5 Perhitungan Angsuran Harga Sewa-Beli per unit Rumah Susun Karet Tengsin yang Berlaku Harga Sewa-Beli Uang per Unit Tertinggi Muka (Lantai 1) KPR Angsuran KPR/Bulan selama (Rp) (Rp) (Rp) 5 tahun 10 Tahun 15 Tahun 20 tahun 12,100,000 3,620,000 8,480, , ,727 98,273 88,740 Sumber: Keputusan Gubenur KDKI No tahun 1995 Dengan membandingkan lebih lanjut harga sewa-beli dan angsurannya hasil perhitungan dan yang berlaku sebenarnya maka diperoleh temuan kisaran kelompok pendapatan masyarakat yang mampu tinggal di rumah susun Karet Tengsin I dan II sebagai berikut:

8 74 Tabel IV.6 Perbandingan Kelompok Pendapatan Masyarakat Berdasarkan Harga Sewa-Beli Rusuna Karet Tengsin I dan II Sebenarnya dan Hasil perhitungan Pembanding Besarnya Harga Sewa-Beli Harga Sewa-Beli Sebenarnya (Dengan Subsidi) Harga Sewa-Beli Hasil Perhitungan (Tanpa Subsidi) Rp Rp. 239,000,000 Keterangan Angsuran selama 5 tahun Iuran Pengelolaan (surcharge) Rp Rp Rp Rp. 48,650 Perbedaan selisih harga sewa-beli yang berlaku menurut pemerintah dengan hasil perhitungan adalah sebesar Rp Kelompok pendapatan masyarakat yang seharusnya tinggal di rumah susun karet (*) tengsin Kelompok pendapatan masyarakat yang tinggal di rumah susun karet tengsin Hasil Survei (Pada Bab 3) Dengan memakai angsuran selama 5 tahun ditambah surcharge maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp. 844,812 (pendapatan rendah) Sebagian besar (50%) penghuni berpendapatan antara Rp sampai dengan Rp (menengah bawah) Dengan memakai angsuran selama 5 tahun ditambah surcharge maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp (pendapatan tinggi) - Perbedaan (selisih) harga yang besar tersebut mampu berpotensi untuk terjadinya peralihan penghuni rumah susun akibat pemilik awal yang merupakan masyarakat berpendapatan rendah menjual/menyewakannya ke calon penghuni yang tergolong masyarakat ekonomi menengah atas Sumber : Hasil Analisis, 2008 (*) Catatan : perkiraan pendapatan didasarkan kepada angsuran harga sewa-beli selama 5 tahun dan prosentase pengeluaran masyarakat Propinsi DKI Jakarta untuk angsuran perumahan adalah 25% dari pendapatan total yang mereka miliki (1/4 pendapatan). Besarnya perkiraan golongan pendapatan masyarakat yang dapat masuk di rumah susun Karet Tengsin I dan II di dasarkan pada pendekatan bahwa 25% dari total pendapatan keluarga digunakan untuk membayar harga sewa maupun angsuran harga sewa-beli. Pendekatan persentase 25% dari total pendapatan tersebut diambil berdasarkan parameter pendapatan yang digunakan bank di Indonesia pada umumnya dalam menilai kelompok masyarakat yang layak memperoleh kredit kepemilikan rumah dan masih terletak pada kisaran persentase pengeluaran dari pendapatan keluarga untuk sewa rumah yang didefinisikan oleh US Departement of Housing and Urban Development (2001). Apabila selanjutnya harga sewa-beli hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat berpendapatan rendah yang menjadi target grup penghuni rumah susun, maka didapatkan temuan sebagai berikut:

9 75 Tabel IV.7 Perbandingan Harga Sewa-Beli Hasil Perhitungan dengan Kemampuan Daya Beli Masyarakat Berpendapatan Rendah No. Pembanding Harga Sewa-Beli Hasil Perhitungan (Dalam Rupiah) Harga Sewa-Beli bagi Masyarakat berpendapatan dibawah Rp ) Subsidi Pemerintah Persentase subsidi pemerintah (%) 1 Angsuran 4,033, ,000 3,608, Besarnya Harga Sewa-Beli Sumber : Hasil Analisis, ,000,000 25,185, ,814, Keterangan Dengan subsidi sebesar 89.46% maka memungkinkan penghuni yang awalnya MBR menjual atau menyewakannya kembali kepada penghuni lain yang bukan golongan MBR 4.2 Biaya Produksi, Pengelolaan Dan Penentuan Harga Sewa-Beli Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Dalam subbab ini dijelaskan mengenai besarnya biaya produksi dalam penentuan harga sewa-beli rumah susun Bendungan Hilir I. Dalam subbab ini biaya pengelolaan tidak dimasukkan secara langsung dalam penentuan harga sewa-beli namun biaya ini juga dibebankan kepada penghuni rumah susun sebagai salah satu komponen biaya tinggal di luar angsuran sewa-beli Biaya Produksi Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Biaya produksi rumah susun sederhana Bendungan Hilir I terdiri dari komponen biaya pada tahap perencanaan dan komponen biaya pada tahap pembangunan (konstruksi) Biaya Tahap Perencanaan Biaya pada tahap perencanaan pada dasarnya terdiri dari biaya pengadaan lahan dan biaya pematangan lahan. 1) Biaya Pengadaan Lahan Besarnya biaya pengadaan lahan yang ada di daerah sekitar Bendungan Hilir I adalah diperkirakan sebesar Rp /m 2 (hasil wawancara dengan Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta). Luas lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rumah susun Bendungan Hilir adalah 0,4 ha sehingga biaya keseluruhan yang dikeluarkan dalam proses pengadaan lahan adalah sebesar Rp. 3,800,000,000.

10 76 2) Biaya Pematangan Lahan Dalam proses pematangan lahan, Dinas Perumahan menunjuk PT. Kuningan Persada sebagai pihak pelaksana pembangunan rumah susun Bendungan Hilir I. Pada tahap pematangan lahan ini biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 6,500,000. Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan pada tahapan perencanaan mulai tahapan pengadaan hingga pematangan lahan adalah sebesar Rp. 3,806,500, Biaya Tahap Pembangunan Biaya tahap pembangunan rumah susun Bendungan Hilir I terdiri dari biaya tahap konstruksi bangunan rumah susun dan pembangunan sistem Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) penunjang. Biaya-biaya tersebut secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Biaya Konstruksi Bangunan Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Bangunan rumah susun sederhana Bendungan Hilir I didesain dengan unit SRS seluas 18 m 2 dan tinggi bangunan sebanyak lima lantai sehingga tidak membutuhkan lift untuk transportasi vertikal para penghuninya. Besarnya biaya konstruksi bangunan rumah susun Bendungan Hilir I yang terdiri dari 3 blok tersebut adalah sebesar Rp. 6,150,601, Biaya ini didasarkan pada biaya faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan bangunan (material), teknologi konstruksi bangunan bertingkat dan biaya lain yang berhubungan langsung dengan pembuatan bangunan rumah susun sederhana yang berlaku pada tahun ) Biaya Biaya Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Rumah Susun sederhana Bendungan Hilir I Pembangunan PSU penunjang yang ada di rumah susun sederhana Bendungan Hilir 1 antara lain terdiri dari biaya pembangunan toko/minimarket (lantai dasar), pembangunan masjid, pemasangan alat-alat pengamanan (hydrant, fire alarm), pengolahan limbah (Sewage Treatment Plant), pekerjaan pemasangan listrik, dan instalasi plumbing yang terdiri dari pekerjaan pemasangan pipa, instalasi air bersih, instalasi air kotor (limbah tinja), instalasi air buangan (limbah domestik), serta instalasi air hujan (storm water). Total biaya secara keseluruhan pembangunan PSU penunjang 4 ) Biaya Konstruksi Rumah Susun Bendungan Hilir tersebut sudah termasuk biaya tidak langsung berupa fee pembuatan desain bangunan dan perencanaan tapak.

11 77 adalah sebesar Rp. 495,800, Adapun secara rinci biaya masing-masing pembangunan PSU yang telah disebutkan dan biaya-biaya lain yang telah dijelaskan dari tahapan perencanaan dan tahapan pembangunan dapat dilihat pada tabel IV.7. Total biaya produksi yang dikeluarkan mulai pada tahapan pembangunan/konstruksi bangunan hingga PSU penunjang adalah sebesar Rp. 11,118,192, Biaya ini sudah termasuk PPn sebesar 10% dari biaya produksi total. Tabel IV.8 Rekapitulasi Biaya Produksi Pembangunan Rumah Susun Bendungan Hilir I No. Uraian Jumlah (Dalam Rupiah) 1 BIAYA TAHAP PERENCANAAN 3,806,500, Biaya Pengadaan lahan 3,800,000, Biaya Pematangan Lahan 6,500, BIAYA TAHAP PEMBANGUNAN RUSUNA 6,150,601, Biaya Pembangunan Rusuna Blok A (116 unit) 2,410,370, Biaya Pembangunan Rusuna Blok B (128 unit) 2,659,719, Biaya Pembangunan Rusuna Blok C (52 unit) 1,080,511, BIAYA TAHAP PEMBANGUNAN PSU 495,800, Pembangunan Prasarana dan Sarana Lt. Dasar (warung/toko) 28,010,000, Pembangunan Masjid 30,000, Pemasangan Listrik 139,000, Pemasangan Fire Alarm 41,800, Pemasangan Hydrant 17,200, Pemasangan Plumbing sbb: 1) Instalasi Air bersih 31,800, ) Instalasi Air Kotor 30,500, ) Instalasi Air Buangan 24,500, ) Pemasangan Pipa 4,000, ) Instalasi Air Hujan 27,000, Pekerjaan Pengolah Limbah (STP) 150,000, Harga Dasar 10,452,902, PPn (10%) diluar harga lahan 665,290, TOTAL BIAYA 11,118,192, Sumber : Buku Surat Perjanjian (Kontrak) Oleh Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta dengan Rekanan PT Kuningan Persada sebagai pelaksana pembangunan Biaya Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Biaya pengelolaan rumah susun Bendungan Hilir I terdiri dari biaya operasional dan biaya pemeliharaan bangunan dan PSU yang ada di dalamnya.

12 Biaya Operasional Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Biaya operasional dalam pengelolaan rumah susun Bendungan Hilir I terdiri dari biaya honor pegawai pengelola (anggota perhimpunan penghuni rumah susun), biaya retribusi sampah, biaya listrik kantor pengelola, dan biaya telepon kantor. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketua pengelola rumah susun bendungan hilir I diketahui total biaya operasional yang dibutuhkan dalam mengelola rumah susun Bendungan Hilir I adalah sebesar Rp. 7,200, per bulan. Secara rinci besarnya jumlah dana yang dibutuhkan untuk tiap biaya operasional di rumah susun Bendungan Hilir I dapat dilihat pada tabel IV Biaya Pemeliharaan dalam Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Kegiatan pemeliharaan bangunan dan PSU yang dilakukan di rumah susun Bendungan Hilir I ada yang bersifat rutin dan tidak rutin. Kegiatan pemeliharaan yang bersifat rutin antara lain terdiri dari kegiatan pemeliharaan taman, pemeliharaan PSU seperti pengurasan reservoir, dan pembelian alat-alat kebersihan. Adapun kegiatan pemeliharaan yang bersifat tidak rutin antara lain kegiatan pengecatan dan perawatan gedung yang bisa dilakukan 1 kali dalam satu tahun serta kegiatan-kegiatan lain seperti perawatan lahan parkir dan alat-alat kelistrikan. Total biaya rata-rata yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan ini adalah sebesar Rp per bulan. Secara keseluruhan total biaya pengelolaan yang terdiri biaya operasional dan biaya pemeliharaan adalah sebesar Rp per bulan atau setara dengan Rp per tahun. Tabel IV.9 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Rumah Susun Bendungan Hilir I per Bulan No Uraian Jumlah (Dalam Rupiah) 1 Biaya Operasional 7,200, Biaya Honor Pegawai (total 20 orang) 6,000, Biaya Retribusi Sampah 100, Biaya Listrik 800, Biaya Telepon 300, Biaya Pemeliharaan 2,000, Total Biaya Pengelolaan 9,200,000.00

13 79 Sumber: Hasil wawancara dengan Ketua Pengelola Rumah Susun Bendungan Hilir I (PPRS Bendungan Hilir I) Besarnya biaya pengelolaan pada dasarnya tidak mempengaruhi secara langsung harga sewa-beli yang dibebankan ke penghuni rumah susun Bendungan Hilir I. Akan tetapi, biaya pengelolaan tersebut juga dibebankan kepada penghuni sebagai biaya tinggal (living cost) yang harus dibayar diluar biaya angsuran pembelian unit hunian rumah susun Bendungan Hilir I. Apabila biaya pengelolaan rumah susun Bendungan Hilir I tersebut dibagi untuk tiap unit hunian yang dibangun maka besarnya iuran pelayanan umum yang harus dibayar penghuni adalah sebesar Rp per bulan. Besarnya iuran pelayanan umum (surcharge) hasil perhitungan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan iuran yang berlaku di rumah susun Bendungan Hilir I sebesar Rp per unit Penentuan Harga Sewa-Beli Rumah Susun Sederhana Bendungan Hilir I Setelah diketahui besarnya biaya produksi maka selanjutnya dengan menggunakan formulasi 1 yang telah dijelaskan sebelumnya dihitung besarnya harga sewa-beli (harga jual) per unit di rumah susun Bendungan Hilir I yang secara rinci dapat dilihat pada tabel IV.9. Tabel IV.10 Rekapitulasi Biaya Produksi dan Penentuan Harga Sewa-Beli per unit Rusuna Bendungan Hilir I No Uraian Jumlah 1 Biaya Produksi Rp. 11,118,192, Jumlah Unit (SRS) 296 unit 3 Occupancy Rate 80% 237 unit 4 sewa-beli minimum per unit (no.1/no.3) Rp. 46,912,205 5 Pembulatan Sewa-Beli Rp. 47,000,000 Sumber: Hasil Analisis, 2008 Harga sewa-beli dengan menggunakan formulasi 1 adalah sebesar Rp.47,000,000 (setelah dibulatkan). Besarnya harga sewa-beli ini kemudian akan diangsur memakai jangka waktu selama 5 tahun sampai dengan 20 tahun dengan memakai besarnya biaya uang muka sebesar 10%, dan angsuran KPR (Kredit Pemilikan Rumah) memakai suku bunga pinjaman sebesar 12.5% maka besarnya biaya angsuran per bulan adalah sebagai berikut:

14 80 Tabel IV.11 Angsuran Harga Sewa-Beli per unit Rumah Susun Bendungan Hilir I Hasil Perhitungan (dalam rupiah) Harga Sewa-Beli per Angsuran KPR/Bulan (*) selama Uang Muka KPR unit 5 tahun 10 Tahun 15 Tahun 20 Tahun 47,000,000 4,700,000 42,300, , , , ,281 Sumber: Hasil Analisis, 2008 (*) Catatan: suku bunga pinjaman KPR sebesar 12,5% (didasarkan pada bunga KPR yang dipakai beberapa Bank) Secara lebih rinci, langkah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya harga sewa-beli berikut angsuran per unit di rumah susun Bendungan Hilir I dapat dilihat pada lampiran 4. Perhitungan tersebut di dasarkan pada metode yang dijelaskan pada bab 2 (lihat subbab 2.3.1). Apabila kita bandingkan harga sewa-beli (jual) saat ini yang tertinggi di lapangan sebesar Rp (lihat lampiran 3) dengan harga sewa-beli (jual) hasil perhitungan sebesar Rp terdapat perbedaan harga yang sangat besar. Selisih perbedaan harga sebesar Rp. 34,900, dapat dipandang sebagai keuntungan yang akan diperoleh penghuni rumah susun apabila mereka menjual kembali atau menyewakan satuan unit rumah susun miliknya kepada pihak lain yang bukan merupakan masyarakat berpendapatan rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil survei yang telah ditunjukkan pada bab 3. Dengan menggunakan harga sewa-beli yang berlaku saat ini (tabel IV.11) maka sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 3 sebelumnya penghuni rusun sebagian besar berpendapatan pada kisaran pendapatan Rp Rp (menengah atas). Tabel IV.12 Angsuran Harga Sewa-Beli per unit Rumah Susun Bendungan Hilir I yang Berlaku (dalam rupiah) Harga Sewa-Beli Uang per Unit Tertinggi KPR Angsuran KPR/Bulan selama Muka (Lantai 1) (Rp) (Rp) (Rp) 5 tahun 10 Tahun 15 Tahun 20 tahun 12,100,000 3,620,000 8,480, , ,727 98,273 88,740 Sumber: Keputusan Gubenur KDKI No tahun 1995 Dengan membandingkan lebih lanjut harga sewa-beli dan angsurannya hasil perhitungan dan yang berlaku saat ini (tabel IV.11) maka diperoleh temuan kisaran kelompok pendapatan masyarakat yang mampu tinggal di rumah susun Bendungan Hilir I sebagai berikut:

15 81 Tabel IV.13 Perbandingan Kelompok Pendapatan Masyarakat Berdasarkan Harga Sewa-Beli Rusuna Bendungan Hilir I Sebenarnya dan Hasil perhitungan Pembanding Besarnya Harga Sewa-Beli Angsuran selama 5 tahun Iuran Pengelolaan (surcharge) Harga Sewa-Beli Sebenarnya (Dengan Subsidi) Harga Sewa-Beli Hasil Perhitungan (Tanpa Subsidi) Rp Rp. 47,000,000 Rp Rp Rp Rp. 38,850 Keterangan Perbedaan (selisih) harga sewa-beli yang berlaku menurut pemerintah dengan hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 34,900,000 Kelompok pendapatan masyarakat yang tinggal di rumah susun karet tengsin Seharusnya Kelompok pendapatan masyarakat yang tinggal di rumah susun karet tengsin (*) Hasil Survei Dengan memakai angsuran selama 5 tahun ditambah surcharge maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp. 964,812 (pendapatan rendah) Sebagian besar (38,1%) penghuni berpendapatan Rp Rp (menengah atas) Dengan memakai angsuran selama 5 tahun ditambah surcharge maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp. 3,327,900 (menengah bawah) - Perbedaan (selisih) harga tersebut mampu berpotensi untuk terjadinya peralihan penghuni rumah susun akibat pemilik awal yang merupakan masyarakat berpendapatan rendah menjual/menyewakannya ke calon penghuni yang tergolong masyarakat ekonomi menengah atas Sumber: Hasil Analisis (*) Catatan : perkiraan pendapatan didasarkan kepada angsuran harga sewa-beli selama 5 tahun dan prosentase pengeluaran masyarakat Propinsi DKI Jakarta untuk angsuran perumahan adalah 25% dari pendapatan total yang mereka miliki (1/4 pendapatan). Besarnya perkiraan golongan pendapatan masyarakat yang dapat masuk di rumah susun Bendungan Hilir I di dasarkan pada pendekatan bahwa 25% dari total pendapatan keluarga digunakan untuk membayar harga sewa maupun angsuran harga sewa-beli. Pendekatan persentase 25% dari total pendapatan tersebut diambil berdasarkan parameter pendapatan yang digunakan bank di Indonesia pada umumnya dalam menilai kelompok masyarakat yang layak memperoleh kredit kepemilikan rumah dan masih terletak pada kisaran persentase pengeluaran dari pendapatan keluarga untuk sewa rumah yang didefinisikan oleh US Departement of Housing and Urban Development (2001). Apabila selanjutnya harga sewa-beli hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat berpendapatan rendah yang menjadi target grup penghuni rumah susun, maka didapatkan temuan sebagai berikut:

16 82 Tabel IV.14 Perbandingan Harga Sewa-Beli Rumah Susun Bendungan Hilir I Hasil Perhitungan dengan Kemampuan Daya Beli Masyarakat Berpendapatan Rendah No. Pembanding Harga Sewa- Beli Hasil Perhitungan (Dalam Rupiah) Harga Sewa- Beli yang Terjangkau Menurut MBR (Pendapatan < Rp ) Subsidi Pemerintah Persentase subsidi pemerintah (%) Keterangan 1 2 Angsuran (selama 5 tahun) Besarnya Harga Sewa-Beli 793,125 47,000, ,000 25,185, ,125 21,814, Dengan subsidi sebesar 46.4% ternyata penghuni yang tinggal di rumah susun Bendungan Hilir adalah masyarakat berpendapatan tinggi. Sumber : Hasil Analisis, Biaya Produksi, Pengelolaan Dan Penentuan Harga Sewa Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Dalam subbab ini dijelaskan mengenai besarnya biaya produksi dan biaya pengelolaan yang diperlukan dalam penentuan harga sewa per bulan yang akan dibebankan ke penghuni rumah susun Pasar Jumat. Berbeda dengan dua rumah susun studi sebelumnya, rumah susun Pasar Jumat merupakan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) sehingga dalam perhitungan harga sewa, komponen biaya pengelolaan dimasukkan secara langsung ke dalam perhitungan (lihat perhitungan harga sewa formulasi 3 sampai 5 pada bab 1) Biaya Produksi Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Komponen biaya produksi rumah susun sederhana Pasar Jumat dapat dibagi ke dalam beberapa subkomponen biaya perencanaan dan pembangunan Biaya Tahap Perencanaan Biaya dalam tahap perencanaan ini pada dasarnya dibagi menjadi biaya dalam pengadaan lahan dan pematangan lahan. 1) Biaya Pengadaan Lahan Besarnya biaya pengadaan lahan yang ada di daerah sekitar Pasar Jumat (Jakarta Selatan) diperkirakan sebesar Rp /m 2 (hasil wawancara dengan pengelola rumah susun Pasar Jumat). Proses pembebasan lahan di lokasi rumah susun pasar Jumat ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Luas lahan yang dibutuhkan dalam

17 83 pembangunan rumah susun Pasar Jumat adalah 0,93 ha sehingga biaya keseluruhan yang dikeluarkan dalam pengadaan lahan adalah sebesar Rp. 8,572,740, ) Biaya Pematangan lahan Dari hasil wawancara terhadap asisten manager produksi Perumnas diketahui proses pematangan lahan yang dilakukan pada lokasi rumah susun Pasar Jumat diperkirakan memakan biaya sekitar Rp. 48,806, Biaya Tahap Pembangunan Biaya tahap pembangunan dibagi dalam menjadi 2 komponen yaitu biaya dalam pembangunan (konstruksi) bangunan rumah susun dan biaya dalam pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas penunjang. 1) Biaya Konstruksi Bangunan Rumah Susun Pasar Jumat Konstruksi bangunan rumah susun Pasar Jumat didesain dengan luas unit hunian seluas 21 m 2 dan tinggi bangunan sebanyak 10 lantai sehingga membutuhkan lift untuk transportasi vertikal para penghuninya. Besarnya biaya dalam pelaksanaan pembangunan rumah susun Pasar Jumat adalah sebesar Rp. 3,237,006, Biaya ini didasarkan pada faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan bangunan (material), teknologi konstruksi bangunan bertingkat dan biaya lain yang berhubungan langsung dengan pembuatan bangunan rumah susun sederhana pada tahun ) Biaya Pembangunan PSU Tahapan pembangunan PSU Pasar Jumat terdiri dari pemasangan mechanical electrical (listrik), pembangunan ground reservoir dan pompa air, pembangunan Sewage Treatment Plant (STP), pemasangan alat pengamanan (fire alarm, hydrant,dll), dan pembangunan lift. Secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam tahapan pembangunan PSU ini adalah sebesar Rp. 1,680,799, Biaya ini sudah termasuk biaya pemasangan listrik dan uang jaminan langganan listrik serta biaya langganan PAM. Adapun secara rinci biaya masing-masing pembangunan PSU yang telah disebutkan dan biaya-biaya lain yang telah dijelaskan dari tahapan perencanaan dan pembangunan dapat dilihat pada tabel IV.13. Total biaya yang dikeluarkan pada tahapan pembangunan/konstruksi bangunan dan PSU penunjang adalah sebesar Rp.

18 84 13,539,352, Dalam pelaksanaan di lapangan, terdapat biaya lain yang harus dikeluarkan untuk kegiatan pengawasan pembangunan sebesar Rp. 125,300,000 dan PPn sebesar 10% dari total biaya produksi (Rp. 1,366,465,200.81) sehingga total biaya yang dikeluarkan mulai dari tahap perencanaan sampai pembangunan adalah sebesar Rp. 15,031,117, Tabel IV.15 Rekapitulasi Biaya Produksi Pembangunan Rumah Susun Pasar Jumat No Uraian Jumlah (Dalam Rupiah) 1 BIAYA TAHAP PERENCANAAN 8,621,546, Biaya Pengadaan Lahan (0.93 ha) 8,572,740, Biaya Pematangan Lahan 48,806, BIAYA TAHAP PEMBANGUNAN (KONSTRUKSI ) BANGUNAN RUSUNA 2.1 Konstruksi Unit Hunian Blok Sakura (51 unit) 1,569,648, Konstruksi Unit Non Hunian Blok Sakura (10 unit) 40,290, Konstruksi Unit Hunian Blok Mawar (52 Unit) 1,598,865, Konstruksi Unit Non Hunian Blok Mawar (7 unit) 28,203, ,237,006, BIAYA TAHAP PEMBANGUNAN PSU 1,680,799, Pekerjaan ME (Mechanical Electrical) 559,563, Biaya Pemasangan Listrik (BP) dan Uang Jaminan 3.2 Langganan (UJL) Listrik 44,550, Pekerjaan Ground Reservoir dan Pompa Air 40,139, Biaya Langganan PAM 80,000, Biaya Sewage Treatment Plant (STP) 250,000, Pemasangan Alat Pengamanan dan Pekerjaan 3.6 Penyempurnaan Unit Rusuna 355,287, Biaya Pengadaan dan Pemasangan Lift 351,259, BIAYA NON-KONSTRUKSI (Pengawasan Pembangunan oleh Konsultan) 125,300, Harga Dasar 13,664,652, PPn (10%) 1,366,465, TOTAL BIAYA PRODUKSI 15,031,117, Sumber: Memorandum Tugas (Laporan Realisasi Keuangan Pembangunan) Asisten Manager Produksi Perumnas Biaya Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Biaya pengelolaan rumah susun Pasar Jumat terdiri dari biaya operasional dan biaya pemeliharaan bangunan dan PSU yang ada di dalamnya.

19 Biaya Operasional Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Biaya operasional dalam pengelolaan rumah susun Pasar Jumat terdiri dari biaya untuk gaji pegawai termasuk konsumsi, biaya listrik, retribusi sampah, telepon kantor, pemasukan kas kecil, THR bagi pegawai pengelola, biaya pembinaan penghuni, dan biaya untuk pembuatan brosur. Dengan besarnya beberapa biaya operasional yang fluktuatif seperti biaya listrik dan biaya telepon kantor pengelola, biaya PAM, dan biaya-biaya lain yang tidak rutin maka dalam subbab ini akan diambil rata-rata pengeluaran per bulan selama 3 tahun. Secara rinci besarnya tiap biaya operasional yang telah dijelaskan dapat dilihat pada tabel IV.14. Total biaya operasional yang dibutuhkan untuk rumah susun Pasar Jumat per bulan adalah Rp. 25,252, Biaya Pemeliharaan dalam Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Kegiatan pemeliharaan rumah susun Pasar Jumat pada dasarnya ada yang bersifat rutin dan tidak rutin. Biaya pemeliharaan yang bersifat rutin antara lain service lift, pembelian alat-alat kebersihan dan perbaikan, dan pembayaran polis asuransi. Adapun biaya pemeliharaan yang bersifat tidak rutin (dilaksanakan antara setahun 2-3 kali) antara lain penyedotan tinja, pengurasan ground dan roof tank serta peningkatan mutu unit antara lain seperti perbaikan taman, pengecatan pagar, pemeliharaan taman 5. Total biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan bangunan maupun PSU penunjang rumah susun Pasar Jumat adalah sebesar Rp. 11,778, Secara rinci total biaya pengelolaan rumah susun Pasar Jumat yang terdiri dari biaya operasional dan biaya pemeliharaan dapat dilihat pada tabel IV.14. Tabel IV. 16 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Rumah Susun Pasar Jumat No Uraian Jumlah Biaya per Bulan (Dalam Rupiah) 1 BIAYA OPERASIONAL 25,252, Gaji dan Upah Makan 16,619, Rekening Listrik 4,161, Restribusi Sampah 300, ) kegiatan pemeliharaan yang disebutkan berdasakan laporan keuangan pengelolaan rumah susun Pasar Jumat oleh Perum Perumnas di lapangan.

20 Telepon Kantor 132, Kas Kecil 1,000, THR 2,481, Biaya Pembinaan Penghuni 369, Biaya Lain-lain (Biaya Pembuatan Brosur) 187, BIAYA PEMELIHARAAN 11,778, Service Lift (Elevator) 700, Alat/Bahan Perbaikan 933, Alat/Bahan Kebersihan 538, Asuransi 208, Penyedotan Tinja 216, Pengurasan Ground R&Roof Tank 203, Peningkatan Mutu unit 8,977, TOTAL BIAYA PENGELOLAAN (Pengeluaran) 37,030, Sumber: Laporan Tahunan Keuangan Perumnas Pengelola Rumah Susun Pasar Jumat Periode 2006 sampai dengan Penentuan Harga Sewa Unit Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Pada rumah susun sederhana sewa besarnya biaya tinggal (sewa) sangat dipengaruhi oleh biaya produksi dan biaya pengelolaan sebagaimana yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya. Menurut perhitungan harga sewa yang dijelaskan pada bab 2 besarnya komponen biaya lahan terlebih dahulu dikenakan inflation rate dan selanjutnya didapatkan biaya produksi setelah dikenakan inflasi (BPn). Biaya produksi yang telah dikenakan inflasi ini kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan sehingga didapatkan harga sewa sebagai berikut: Tabel IV.17 Rekapitulasi Biaya Produksi dan Pengelolaan dalam Penentuan Harga Sewa per unit Rusuna Pasar Jumat No Uraian Jumlah Keterangan 1 Biaya Produksi sebelum komponen biaya lahan dikenakan inflasi (BP) Rp.15,031,117,208.92

21 87 2 Besarnya Inflation Rate dari Rata-rata tahun (i) 0.75% 3 Lama Pembangunan (tahun) (L) 4 tahun 4 5 Jangka Waktu Pengembalian Modal/BEP-Lama Pembangunan (n) Biaya Produksi Rumah Susun Setelah komponen biaya lahan Terkena Inflasi (BP n ) 28 tahun Rp ,88 BPn = BP (1 + i) n 6 Jumlah unit (occupancy rate 86%) 103 unit 6 Besarnya Biaya Sewa/unit murni (HSM) Rp Surcharge Rp HSM= (BPn) / ((n-l) x 12 Bulan x Unit) (Total Biaya Pengelolaan (BL) /unit) 8 Harga Sewa Total (HST) Sumber: Hasil Analisis, 2008 Rp Sewa Total= HSM Murni + (BL/unit) Secara lebih rinci, langkah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya harga sewa-beli berikut angsuran per unit di rumah susun Pasar Jumat dapat dilihat pada lampiran 3. Perhitungan tersebut di dasarkan pada metode yang dijelaskan pada bab 2 (lihat subbab 2.3.2). Apabila kita bandingkan harga sewa saat ini yang tertinggi di lapangan sebesar Rp (lihat lampiran 2) dengan harga sewa hasil perhitungan sebesar Rp terdapat perbedaan harga sebesar Rp. 178, dapat dipandang sebagai keuntungan yang akan diperoleh penghuni rumah susun apabila mereka menyewakannya kembali satuan unit rumah susun miliknya kepada pihak lain yang bukan merupakan masyarakat berpendapatan rendah. Dengan menggunakan harga sewa yang berlaku saat ini maka sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 3 sebelumnya penghuni rusun sebagian besar berpendapatan pada kisaran pendapatan Rp sampai dengan Rp (menengah bawah). Tabel IV.18 Perbandingan Kelompok Pendapatan Masyarakat Berdasarkan Harga Sewa Rusuna Pasar Jumat Sebenarnya dan Hasil perhitungan Pembanding Besarnya Harga Sewa Harga Sewa-Beli Sebenarnya (Dengan Subsidi) Harga Sewa-Beli Hasil Perhitungan (Tanpa Subsidi) Keterangan Rp Rp Perbedaan (selisih) harga sewa yang

22 88 Kelompok pendapatan masyarakat yang tinggal di rumah susun karet tengsin Seharusnya Kelompok pendapatan masyarakat yang tinggal di rumah susun karet tengsin (*) Hasil Survei Dengan memakai harga sewa yang berlaku maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun diperkirakan sekitar Rp. 3, (menengah bawah) Sebagian besar (40,6%) penghuni berpendapatan antara Rp sampai dengan Rp (menengah bawah) Dengan memakai harga sewa hasil perhitungan maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun diperkirakan sekitar Rp (menengah atas) - berlaku dengan hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 178, Perbedaan (selisih) harga ini mampu berpotensi terjadinya peralihan penghuni rumah susun dari masyarakat yang seharusnya berpendapatan rendah ke calon penghuni yang tergolong masyarakat ekonomi menengah atas. Sumber: Hasil Analisis (*) Catatan : perkiraan pendapatan didasarkan kepada angsuran harga sewa-beli selama 5 tahun dan prosentase pengeluaran masyarakat Propinsi DKI Jakarta untuk angsuran perumahan adalah 25% dari pendapatan total yang mereka miliki (1/4 pendapatan). Besarnya perkiraan golongan pendapatan masyarakat yang dapat masuk di rumah susun Pasar Jumat di dasarkan pada pendekatan bahwa 25% dari total pendapatan keluarga digunakan untuk membayar harga sewa. Pendekatan persentase 25% dari total pendapatan tersebut diambil berdasarkan parameter pendapatan yang digunakan bank di Indonesia pada umumnya dalam menilai kelompok masyarakat yang layak memperoleh kredit kepemilikan rumah dan masih terletak pada kisaran persentase pengeluaran dari pendapatan keluarga untuk sewa rumah yang didefinisikan oleh US Departement of Housing and Urban Development (2001). Apabila selanjutnya harga sewa hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat berpendapatan rendah yang menjadi target grup penghuni rumah susun, maka didapatkan temuan sebagai berikut: Tabel IV.19 Perbandingan Harga Sewa Rumah Susun Bendungan Hilir I Hasil Perhitungan dengan Kemampuan Daya Beli Masyarakat Berpendapatan Rendah Harga Sewa Menurut Perhitungan Harga Sewa yang Terjangkau menurut MBR (pendapatan < Rp ) Subsidi Pemerintah Persentase Subsidi Pemerintah (Dalam Persen) 928, , , Sumber : Hasil Analisis, 2008 Keterangan Dengan subsidi sebesar 54% tersebut tidak menutup kemungkinan adanya peralihan penghuni rumah susun kepada masyarakat yang bukan tergolong berpendapatan rendah.

23 89 Dari ketiga penjelasan mengenai besarnya harga sewa dan harga sewa-beli (jual) maka dapat disimpulkan secara umum bahwa perbandingan antara harga yang sebenarnya di lapangan dengan harga yang diperoleh secara normatif melalui perhitungan adalah berbeda. Harga sewa maupun sewa-beli hasil perhitungan ternyata jauh lebih besar dibandingkan harga yang berlaku saat ini di tiap rumah susun studi. Secara umum perbandingan harga sewa-beli dan sewa hasil perhitungan dengan yang berlaku saat ini di rumah susun studi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel IV.20.

24 90 Tabel IV.20 Perbandingan Harga Sewa-Beli (Jual) dan Sewa Hasil Perhitungan dengan yang Berlaku Saat ini di rumah Susun Studi (Kesimpulan Secara Umum) Perbandingan No 1. Nama Rumah Susun Studi Karet Tengsin I dan II Harga Sewa/Sewa-Beli yang Berlaku Rp angsuran per bulan selama 5 tahun sebesar Rp Surcharge sebesar Rp Kelompok Pendapatan Masyarakat yang Menjadi penghuni Rumah Susun (dengan subsidi) Kelompok Pendapatan masyarakat seharusnya (estimasi pendapatan): perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp. 844,812 (pendapatan rendah) Kelompok Pendapatan masyarakat Hasil Survei, tahun 2008 (lihat bab 3): Sebagian besar (50%) penghuni berpendapatan antara Rp sampai dengan Rp (pendapatan menengah bawah) Harga Sewa/Sewa-Beli Hasil Perhitungan Rp.239,000,000 angsuran per bulan selama 5 tahun sebesar Rp. 4,033,125 Surcharge sebesar Rp. 48,650 Estimasi Kelompok Pendapatan Masyarakat yang Menjadi penghuni Rumah Susun (tanpa subsidi) Dengan memakai angsuran selama 5 tahun ditambah surcharge maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp (pendapatan tinggi) Keterangan Perbedaan selisih harga sewa-beli yang berlaku menurut pemerintah dengan hasil perhitungan adalah sebesar Rp Perbedaan (selisih) harga yang besar tersebut mampu berpotensi untuk terjadinya peralihan penghuni rumah susun akibat pemilik awal yang merupakan masyarakat berpendapatan rendah menjual/menyewakannya ke calon penghuni yang tergolong masyarakat ekonomi menengah atas

25 91 2. Bendungan Hilir I Rp angsuran per bulan selama 5 tahun sebesar Rp Surcharge sebesar Rp Pasar Jumat Rp /bulan Sumber: Hasil Analisis, 2008 Kelompok Pendapatan masyarakat seharusnya (estimasi pendapatan): Perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp. 964,812 (pendapatan rendah) Kelompok Pendapatan masyarakat Hasil Survei, tahun 2008 (lihat bab 3): Sebagian besar (38,1%) penghuni berpendapatan di antara Rp Rp (menengah atas) Kelompok Pendapatan masyarakat seharusnya (estimasi pendapatan): Dengan memakai harga sewa yang berlaku maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun diperkirakan sekitar Rp. 3, (menengah bawah) Kelompok Pendapatan masyarakat Hasil Survei, tahun 2008 (lihat bab 3): Sebagian besar (40,6%) penghuni berpendapatan antara Rp sampai dengan Rp (menengah bawah) Rp. 47,000,000 angsuran per bulan selama 5 tahun sebesar Rp Surcharge sebesar Rp. 38,850 Rp. 928,700/bulan Dengan memakai angsuran selama 5 tahun ditambah surcharge maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun sekitar Rp. 3,327,900 (menengah bawah) Dengan memakai harga sewa hasil perhitungan maka perkiraan pendapatan calon penghuni rumah susun diperkirakan sekitar Rp (menengah atas) Perbedaan (selisih) harga sewa-beli yang berlaku menurut pemerintah dengan hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 34,900,000 Perbedaan (selisih) harga tersebut mampu berpotensi untuk terjadinya peralihan penghuni rumah susun akibat pemilik awal yang merupakan masyarakat berpendapatan rendah menjual/menyewakann ya ke calon penghuni yang tergolong masyarakat ekonomi menengah atas Perbedaan (selisih) harga sewa yang berlaku dengan hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 178, Perbedaan (selisih) harga ini mampu berpotensi terjadinya peralihan penghuni rumah susun dari masyarakat yang seharusnya berpendapatan rendah ke calon penghuni yang tergolong masyarakat ekonomi menengah atas.

26 92 Dari Tabel IV.20 tersebut harga sewa maupun sewa-beli hasil perhitungan ternyata lebih besar dibandingkan harga yang sebenarnya di rumah susun studi. Potensi selisih harga tersebut dapat dipandang sebagai keuntungan apabila penghuni baik pemilik (untuk rusunami) maupun tenants (untuk rusunawa) menjual/menyewakan/mengontrakkan kepada penghuni yang tergolong bukan lagi masyarakat berpendapatan rendah. Dengan melihat struktur pendapatan DKI Jakarta berdasarkan laporan indikator Kesejahteraan Rakyat oleh BPS Propinsi DKI Jakarta dan paramater klasifikasi masyarakat berpendapatan rendah, sedang, dan tinggi menurut laporan Survei Biaya hidup (SBH) dalam buku analisis pola konsumsi Masyarakat BPS propinsi DKI Jakarta maka diketahui bahwa harga sewa-beli serta harga sewa yang berlaku dan hasil perhitungan yang berbeda mengakibatkan kelompok masyarakat yang mampu menempati rumah susun tersebut akan berbeda pula berdasarkan tingkat kemampuan ekonominya. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 4.1. Dalam grafik pada gambar 4.1 terlihat bahwa kelompok pendapatan masyarakat yang dapat menghuni rumah susun dengan menggunakan harga sewa-beli atau sewa hasil perhitungan adalah kelompok pendapatan masyarakat menengah atas hingga pendapatan tinggi. Di sisi lain kelompok pendapatan masyarakat yang dapat menghuni rumah susun dengan menggunakan harga sewa-beli atau sewa yang berlaku adalah kelompok pendapatan masyarakat menengah bawah sampai pendapatan rendah. Gambar 4.1 Perbandingan kelompok Pendapatan Masyarakat yang Dapat menempati Rumah Susun Studi dengan Harga Sewa-Beli dan Sewa yang Berlaku dan Hasil Perhitungan Keterangan Tingkat Pendapatan Masyarakat DKI Jakarta Kelompok Pendapatan Masyarakat yang dapat menghuni Rusuna dengan Harga Sewa-Beli atau Sewa Hasil Perhitungan Kelompok Pendapatan Masyarakat yang dapat menghuni Rusuna dengan Harga Sewa-Beli atau Sewa Hasil Perhitungan Kelompok Pendapatan Masyarakat yang saat ini menempati rumah susun (berdasarkan hasil survei)

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2008 Penulis : Soly Iman Santoso Pembimbing : Ir. Haryo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota selalu diikuti dengan fenomena meningkatnya jumlah kebutuhan dasar akan perumahan. Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 113 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari studi yang telah dibahas pada bab 1 sampai dengan 5. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai kelemahan studi dan saran

Lebih terperinci

Gambar 5.2 Skema Pembiayaan Rumah Susun Studi dengan Menggunakan Pola Swasta

Gambar 5.2 Skema Pembiayaan Rumah Susun Studi dengan Menggunakan Pola Swasta 95 BAB 5 SIMULASI MODEL PEMBIAYAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Bab ini menjelaskan mengenai uji simulasi model pembiayaan pembangunan dan pengelolaan rumah susun studi dengan menggunakan mekanisme pola investasi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI 47 BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pembangunan, sistem pengelolaan serta gambaran sosial-ekonomi penghuni rumah susun yang distudi. 3.1. Rumah Susun

Lebih terperinci

PERENCANAAN BIAYA SEWA DAN BIAYA OPERASIONAL RUSUN SEDERHANA UNLAM. Retna Hapsari Kartadipura. Abstrak

PERENCANAAN BIAYA SEWA DAN BIAYA OPERASIONAL RUSUN SEDERHANA UNLAM. Retna Hapsari Kartadipura. Abstrak PERENCANAAN BIAYA SEWA DAN BIAYA OPERASIONAL RUSUN SEDERHANA UNLAM Retna Hapsari Kartadipura Abstrak Rumah susun sederhana sewa Unlam Banjarbaru dibangun di Jalan Unlam 1 yang berdekatan dengan Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Rumah Susun. Istilah Rumah susun berasal dari terjemahan kata flat dalam bahasa Inggris yang berarti rumah tinggal yang bertingkat dan beratap datar atau loteng

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA Oleh : Soly Iman Santoso 15404100 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

Analisa Luasan Area Parkir

Analisa Luasan Area Parkir Analisa Luasan Area Parkir Manajemen Pengelolaan Kehadiran dan keberadaan manajemen properti diperlukan baik oleh sektor privat maupun sektor publik yang memiliki dan/atau menggunakan properti, baik dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERHITUNGAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG DIBIAYAI APBN DAN APBD Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan tarif

Lebih terperinci

Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007

Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007 1 Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007 Tantio Cahyo Fajrin, Retno Indryani, Ir., MS. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS JAKARTA, 9 OKTOBER 2017 DATE KEBIJAKAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 10 Tahun 2010. TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pengelolaan rumah susun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

Oleh : Ratih Ayu ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA

Oleh : Ratih Ayu ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA Oleh : Ratih Ayu 3106. 100. 531 ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA Latar Belakang 1. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Surabaya, memicu

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.

Lebih terperinci

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah 4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca 4.2.1 Aset Lancar 1 Kas di Kas Daerah 116.164.546.318,61 68.969.942.094,24 Saldo Kas di Kas Daerah sebesar Rp 116.164.546.318,61 merupakan saldo Kas Pemerintah Kota Cimahi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM

PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BAPPENAS JAKARTA, 25 NOVEMBER 2013 Outline Isu dan Tantangan Perumahan dan Permukiman Kebijakan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007 TENTANG PEDOMAN BANTUAN STIMULAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Penetapan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut dengan Metode Permepera No.18 Tahun 2007

Penetapan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut dengan Metode Permepera No.18 Tahun 2007 Penetapan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut dengan Metode Permepera No.18 Tahun 2007 Oleh : Tantio Cahyo Fajrin 3109100021 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, MS. Latar Belakang Solusi Latar Belakang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 21/PRT/M/2016 TENTANG KEMUDAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUSUNAWA GUNUNGSARI DENGAN METODE TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT) BAB 1 PENDAHULUAN

PENENTUAN HARGA SEWA RUSUNAWA GUNUNGSARI DENGAN METODE TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT) BAB 1 PENDAHULUAN PENENTUAN HARGA SEWA RUSUNAWA GUNUNGSARI DENGAN METODE TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT) Nama Mahasiwa : F.X. Indra Hermawan S.P. NRP : 3109 106 053 Dosen Pembimbing 1 : Farida Rachmawati, ST., MT. Dosen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN SISTEM SANITASI RUMAH SUSUN DI KOTA PALEMBANG ABSTRAK

EVALUASI PENGELOLAAN SISTEM SANITASI RUMAH SUSUN DI KOTA PALEMBANG ABSTRAK EVALUASI PENGELOLAAN SISTEM SANITASI RUMAH SUSUN DI KOTA PALEMBANG Muhamad Saiful Islam, Joni Hermana, Andon Setyo Wibowo Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan ITS Email: isl4m_ms@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran No.1685, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. BLU. Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan. Angsuran Kredit/Pembiayaan. Skema. Selisih. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 OKTOBER 2016 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 OKTOBER 2016 (dalam rupiah) KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA 5 MAHKAMAH AGUNG 1 5 41256 PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO JENIS KD KANTOR DAERAH LAPORAN REALISASI BELANJA UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 OKTOBER 216 LRBSB 2 Jumat, 16 Desember 1 lu_lrabstkb

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Tahun

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA SKP13-S REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2013 BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) (2) 1. Provinsi : 2. Kabupaten/Kota*) : 3. Kecamatan : 4. Desa/Kelurahan*) : 5. Nomor

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TARIF SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERTELAAN, SERTIFIKAT LAIK FUNGSI DAN PENERBITAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN KARAWANG,

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA ` BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Dasar Kebutuhan Ruang Program dasar kebutuhan ruang pada rumah susun sederhana milik di RW 01 Johar Baru dapat diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTAYOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA COKRODIRJAN

PERATURAN WALIKOTAYOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA COKRODIRJAN WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTAYOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA COKRODIRJAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 AGUSTUS 2016 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 AGUSTUS 2016 (dalam rupiah) 5 1 26 411 PENGADILAN NEGERI JENIS KD KANTOR DAERAH LAPORAN REALISASI BELANJA BELANJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 AGUSTUS 216 LRBSB 2 4 September 216 1 lu_lrabstkb S/D S/D 1 TRANSAKSI KAS

Lebih terperinci

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH V-BUMD15 REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH 2013-2014 1. Daftar isian ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai profil dari Perusahaan BUMD Tahun 2013-2014.

Lebih terperinci

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO Evi Varida Mega Utari, Farida Rachmawati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Jl. Arief

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. di Indonesia salah satunya adalah gedung World Trade Centre ( WTC - 3).

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. di Indonesia salah satunya adalah gedung World Trade Centre ( WTC - 3). BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang semakin bertumbuh menyebabkan meningkatnya permintaan area gedung untuk perkantoran, dilatar belakangi

Lebih terperinci

Indonesia Urban Water, Sanitation & Hygiene (IUWASH) Aspek Keuangan Pengelolaan Air Limbah Domestik Melalui Penyedotan Terjadwal

Indonesia Urban Water, Sanitation & Hygiene (IUWASH) Aspek Keuangan Pengelolaan Air Limbah Domestik Melalui Penyedotan Terjadwal Indonesia Urban Water, Sanitation & Hygiene (IUWASH) Aspek Keuangan Pengelolaan Air Limbah Domestik Melalui Penyedotan Terjadwal April 2015 Kondisi Saat Ini Layanan Limbah Perpipaan (Kota Surakarta) Tarif

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN BANTUAN STIMULAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori RUSUN (rumah susun) merupakan model yang tepat dengan filosofi dasar untuk meningkatkan martabat masyarakat berpenghasilan rendah dengan penyediaan fasilitas

Lebih terperinci

EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA

EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Hal i v viii xi xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Perumusan masalah... 2 ix

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman PersetujuanPublikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 30 APRIL 2016 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 30 APRIL 2016 (dalam rupiah) KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 5 MAHKAMAH AGUNG : 1 : 1 : 4631 PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT LAPORAN REALISASI BELANJA UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 3 APRIL 216 : LRBSB 2 : 1 SEMULA S/D S/D 1 TRANSAKSI KAS

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2016 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2016 (dalam rupiah) KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 5 MAHKAMAH AGUNG : 1 : 1 : 4631 PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT LAPORAN REALISASI BELANJA UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 JANUARI 216 : LRBSB 2 : 1 SEMULA SETELAH 1 TRANSAKSI KAS

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN MEMIMPIN, MENGKOORDINASIKAN DAN MENGENDALIKAN TUGAS-TUGAS DIBIDANG PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAWASAN YANG MELIPUTI PENGEMBANGAN KAWASAN KHUSUS DAN KERJASAMA PENGEMBANGAN KAWASAN;

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI RIAU Oleh : Dr.Ir.H. DWI AGUS SUMARNO, MM., M.Si Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN) LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA ( RUSUNAWA ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 41 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG DI KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2. OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.0 (1) (1) Program Studi Teknik Sipil S2, Program Pascasarjana, Institut

Lebih terperinci

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN & PROGRAM BAB III PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1. PENDEKATAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUNAN SKTH 2013 KIP 1) : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN Provinsi : Kabupaten / Kota 2) : 3. Kecamatan : 4. Desa / Kelurahan 2) : 5. No. Registrasi

Lebih terperinci

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok. BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Deskripsi Perumahan Cipinang Elok Perumahan Cipinang Elok terletak di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perumahan ini memiliki dua pintu gerbang utama,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. LAPORAN PROYEKSI LABA RUGI. 1. Apartemen a. Tower I. Asumsi Penjualan 1. Pre Launching (10%) Waktu : 3 bulan

LAMPIRAN 1. LAPORAN PROYEKSI LABA RUGI. 1. Apartemen a. Tower I. Asumsi Penjualan 1. Pre Launching (10%) Waktu : 3 bulan LAMPIRAN 1. LAPORAN PROYEKSI LABA RUGI 1. Apartemen a. Tower I tipe 18 12 unit Rp 108,000,000.00 194 unit tipe 30 16 unit Rp 180,000,000.00 274 unit Total 468 unit Asumsi Penjualan 1. Pre Launching (10%)

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI... i BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1. LATAR BELAKANG... 1-1 1.2. PERMASALAHAN UMUM... 1-2 1.3. MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN... 1-2 1.3.1. Maksud... 1-2 1.3.2. Tujuan... 1-3 1.3.3. Sasaran...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

Analisa Pembeayaan Investasi Proyek Apartemen Puncak Kertajaya

Analisa Pembeayaan Investasi Proyek Apartemen Puncak Kertajaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Analisa Pembeayaan Investasi Proyek Apartemen Puncak Kertajaya M. Awallutfi Andhika Putra, Christiono Utomo dan Cahyono

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

Analisa Kelayakan Teknis dan Finansial pada Proyek Apartemen Dian Regency Surabaya

Analisa Kelayakan Teknis dan Finansial pada Proyek Apartemen Dian Regency Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-58 Analisa Kelayakan Teknis dan Finansial pada Proyek Apartemen Dian Regency Surabaya Leonardo Andos Roganda L.Gaol dan Farida

Lebih terperinci

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III DESTI RAHMIATI, ST, MT

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III DESTI RAHMIATI, ST, MT STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III DESTI RAHMIATI, ST, MT HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN & PROGRAM BAB IV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1. PENDEKATAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS KAWASAN PERUMAHAN, KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA, SERTA

Lebih terperinci

BAB 10 Membeli Rumah

BAB 10 Membeli Rumah BAB 10 Membeli Rumah Menggali informasi secara rinci dan lengkap tentang dana yang harus disiapkan sebelum membeli rumah secara kredit merupakan suatu keharusan. Bisa jadi apa yang disampaikan pengembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu hak yang mendasar bagi manusia dalam mencapai kehidupan yang lebih layak selain kebutuhan sandang dan pangan. Rumah atau tempat tinggal berfungsi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep tampilan eksterior dan interior bangunan berdasarkan hasil temuan analisis yang

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya urbanisasi di kota-kota besar dan metropolitan telah menyebabkan permasalahan keterbatasan terhadap ketersediaan lahan bagi perumahan. Untuk menyediakan

Lebih terperinci

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 Urusan Pemerintahan : 1.04 Perumahan 1.05 Penataan Ruang Organisasi : 1.05.02 Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci