TEKNOLOGI PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM. Suyanti. Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Pacet - Ciherang, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Cianjur 43253

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNOLOGI PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM. Suyanti. Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Pacet - Ciherang, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Cianjur 43253"

Transkripsi

1 TEKNOLOGI PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM Suyanti Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Pacet - Ciherang, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Cianjur ABSTRAK Salah satu kendala dalam agribisnis bunga potong adalah menurunnya kualitas bunga sebagai akibat dari proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam keragaan. Pewarnaan bunga potong sedap malam dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pewarna makanan. Warna yang dihasilkan tergantung jenis pewarna, konsentrasi dan lama perendaman. Periode kesegaran bunga yang pendek dapat diperpanjang dengan pemberian nutrisi dan bahan pengawet. Pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan metode "pulsing" maupun "holding" dengan larutan sukrosa 15% dan 6% ditambah germisida. Minyak bunga sedap malam dapat dibuat dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut menguap dan enfleurasi. Rendemen minyak hasil ekstraksi dipengaruhi oleh varietas, tingkat kemekaran bunga, waktu dan lama ekstraksi. Rendemen minyak hasil enfleurasi dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan. Rendemen minyak hasil enfleurasi lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi. Sampai saat ini kebutuhan minyak bunga untuk parfum dan kosmetik masih impor dengan harga yang mahal. Pengembangan industri minyak berbahan baku bunga sangat diperlukan untuk pasar dalam negeri dan ekspor. Kata kunci: Polianthes, pewarnaan, kesegaran, minyak wangi ABSTRACT Postharvest technology of tuberose One of the major constraints in cut flower business is low quality of flower due to respiration, transpiration, and nutrient deficiency during fresh performance. The prospect however is quite promising because of its acceptance as cut flowers as well as raw material in perfume industries. White lower of tuberose can be coloured by using various food colouring substances. The result may be varied according to the kind of colouring substance, concentration, and dipping period. The vase life of tuberose cut flower can be prolonged by giving nutrition and germicide. We can give the nutrition by either pulsing or holding method with 15% and 6% sucrose solution added with germicide. Vaporing solution along with enfleuration can perform the extraction absolute of tuberose. The yield of absolute from extraction is depend on the grade of blooming, variety and period of extraction process. The oil yield resulted from extraction process is influenced by the use of adsorbent. The oil yields obtained from enfleuration process was more concentrated compared to those from extraction process. Until now, the demand of flower oil for perfume and cosmetic purposes are still imported with high price. The development of flower oil industry are required to fulfill market demands. Keywords: Polianthes, coloration, vase life, flower oil Tanaman sedap malam berasal dari Mexico dengan daerah penyebaran mencakup Eropa, Afrika, Asia, dan sebagian Cina sampai ke Pulau Jawa (Backer, 1968). Sedap malam bukan tanaman asli Indonesia, tetapi tanaman ini telah cukup lama dikenal di Indonesia dan tersebar di berbagai daerah. Produksi bunga sedap malam pada tahun 1999 mencapai tangkai dan menduduki urutan ke tiga setelah bunga mawar dan melati (Badan Pusat Statistik, 1999). Luas pertanaman sedap malam adalah m 2 dengan sentra produksi antara lain Jawa Timur ( m 2 ), Jawa Barat ( m 2 ), Jawa Tengah ( m 2 ), dan Sumatera Utara ( m 2 ). Luasnya pertanaman sedap malam di Jawa Timur ini telah mendorong pemerintah setempat untuk menetapkan bunga sedap malam sebagai "Maskot Flora Jawa Timur" (Sekretaris Daerah Jawa Timur, 1992). Sedap malam merupakan tanaman hias populer. Bentuk bunganya indah dan harum, sehingga disukai oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Bunga sedap malam potong tidak saja dijumpai di rumahrumah, tetapi juga di gedung-gedung pertemuan, hotel-hotel berbintang bahkan rumah sakit. Keharuman bunga ternyata mampu mengobati stres, sehingga mendorong berkembangnya penyembuhan penyakit dengan aroma terapi. Selain digunakan sebagai bunga potong, sedap malam banyak dimanfaatkan sebagai bunga tabur dan bahan baku industri minyak atsiri. Sejalan dengan tingginya variasi manfaat, permintaan sedap malampun terus meningkat. Pada hari Raya Idul Fitri, Natal, Imlek, dan hari besar lainnya, permintaan sering tidak terpenuhi. Hal ini terbukti dengan tingginya volume penjualan bunga sedap malam di pasar Rawa Belong, Jakarta. Pada tahun 1999, volume penjualan bunga sedap malam selama bulan Januari-Maret sebesar tangkai dan menduduki urutan ke tiga setelah bunga aster Holand dan gladiol (Badan Pusat Statistik, 1999). 24 Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

2 Kondisi demikian merupakan peluang bagi petani untuk mengusahakan sedap malam secara optimal. Berdasarkan susunan bunga, sedap malam dibedakan menjadi bunga bersusun petal selapis (tunggal), petal berlapis (ganda), dan bunga semiganda. Bunga jenis tunggal banyak ditanam di daerah Pasuruan (Jawa timur), sedangkan bunga ganda banyak ditanam di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ditinjau dari jumlah daun, jumlah tangkai per tanaman, panjang tangkai bunga, jumlah hari yang dibutuhkan untuk berbunga dan jumlah umbi yang dihasilkan per tanaman, jenis bunga tunggal secara komersial paling banyak disukai diikuti dengan kultivar ganda dan varigata (Bankar dan Mukhopadhyay, 1980). Sampai saat ini pemasaran bunga sedap malam hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, terutama untuk bunga segar. Bunga yang berasal dari Jawa Timur dipasarkan ke daerah sekitar Pasuruan dan Bali, bunga yang berasal dari daerah Grabag (Magelang) dipasarkan ke daerah sekitar Jawa Tengah dan Jakarta, sedangkan bunga yang berasal dari Cianjur, Sukabumi, dan Wanayasa (Purwakarta) dipasarkan ke Jakarta dan sekitar daerah Wanayasa. Peluang pemasaran bunga sedap malam ke luar negeri cukup besar, mengingat saat ini bunga-bunga tropis beraroma mulai diminati oleh masyarakat manca negara. Pewarnaan bunga sedap malam dengan pewarna makanan disukai dan dapat meningkatkan keindahan rangkaian bunga. Pemanfaatan bunga menjadi minyak juga menguntungkan. Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan industri kosmetik, parfum, dan sabun, minyak atsiri berbahan baku bunga masih diimpor dari luar dengan harga yang cukup mahal. KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN BUNGA SEDAP MALAM SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR Kendala dalam bisnis sedap malam adalah keterbatasan teknologi penanganan pascapanen yang tersedia bagi masyarakat luas. Hal ini menyebabkan bunga banyak yang rusak dan tidak tahan lama selama transportasi dan penyimpanan. Kendala lain adalah teknologi produksi yang belum memadai, sehingga hasil panen bunga sedap malam belum optimal dengan kualitas yang rendah. Tangkai bunga banyak yang pendek dan tidak lurus. Hal ini sangat mempengaruhi mutu dan juga harga jual bunga. Tuntutan untuk menghasilkan bunga dengan kualitas prima belum menjadi prioritas, karena sasaran pemasarannya terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Teknologi budi daya sedap malam untuk memperoleh bunga dengan tangkai yang lurus, bunga yang kompak, serta produksi yang kontinu telah tersedia. Namun penerapan teknologi ini perlu dibarengi dengan penanganan pascapanen yang memadai untuk mendapatkan bunga berkualitas prima. Bunga sedap malam hanya berwarna putih dengan umur keragaan sangat singkat. Bunga yang telah mekar akan layu dalam 2 3 hari, sehingga akan mengurangi keindahan bunga. Keberadaan bunga yang berwarna warni juga diperlukan agar rangkaian bunga lebih semarak dan indah. Untuk mendapatkan bunga sedap malam yang berwarna-warni dapat dilakukan dengan mencelupkan tangkai bunga ke dalam larutan pewarna. Pemanfaatan bunga sedap malam sebagai bahan baku minyak atsiri belum dilakukan, walaupun prospeknya cukup cerah. Peluang pengembangan industri minyak berbahan baku bunga di Indonesia cukup besar. Banyak bunga beraroma ditanam oleh masyarakat Indonesia seperti mawar, melati, cempaka, kenanga, kantil, kemuning, dan kamboja yang berpotensi untuk bahan baku industri. Kebutuhan minyak atsiri dari bunga alami terus meningkat setiap tahun. Hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya volume impor atsiri. Pada tahun 1995, impor minyak atsiri berbahan baku bunga mencapai kg dengan nilai US$ dan pada tahun 1999 meningkat menjadi kg dengan nilai US$ (Badan Pusat Statistik, 1995; Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga Rawa Belong Jakarta, 1999). Kendala utama pengembangan produk minyak bunga sedap malam adalah terbatasnya pengetahuan petani tentang proses produksi minyak berbahan baku bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Penelitian Tanaman Hias sejak tahun 1995 telah melakukan penelitian pascapanen bunga sedap malam yang meliputi karakterisasi mutu, cara memperpanjang daya simpan bunga, pewarnaan bunga, pembuatan minyak dan pembuatan granula untuk pengawet bunga sedap malam. TEKNIK PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM PEMANENAN DAN PER- LAKUAN PENGAWETAN KESEGARAN Sedap malam mulai berbunga pada umur hari setelah ditanam (Sharga, 1982) dan bunga mulai dapat dipanen setelah 1 2 kuntum bunga mekar. Mutu bunga dianggap baik apabila sepertiga bagian kuntum bunga dalam setiap malainya mekar. Namun, bunga dengan tingkat kemekaran tersebut tidak tahan selama dalam pengangkutan, karena bunga yang telah mekar, sepalnya rapuh. Untuk pengangkutan jarak jauh, panen bunga yang tepat adalah apabila 1 2 kuntum bunga dalam setiap malainya telah mekar. Bunga yang masih kuncup l saat dipanen akan mekar selama dalam keragaan. Pemanenan dilakukan dengan mencabut atau memotong tangkai bunga. Bunga yang telah dipanen dikumpulkan kemudian dibawa ke bangsal pengemasan untuk disortasi dan dipilah-pilah berdasarkan ukuran malainya. Sortasi dan "Grading" Bunga sedap malam adalah bunga majemuk dengan jumlah bunga berkisar kuntum pada setiap malainya. Panjang tangkai bunga dan ketegaran tangkai merupakan salah satu kriteria mutu bunga sedap malam. Mutu bunga sedap malam dalam perdagangan sangat dipengaruhi oleh panjang tangkai serta persyaratan lain yang menyangkut penampilan dan kondisi fisik lainnya. Bunga yang telah dipanen kemudian disortasi dan dipisah-pisahkan sesuai dengan panjang pendeknya tangkai bunga. Menurut Anonimous (1996) terdapat lima kategori kelas mutu bunga sedap malam, yaitu kelas super, panjang, medium, pendek, dan mini. Panjang tangkai bunga pada masing-masing kelas tersebut disajikan pada Tabel 1. Jurnal Litbang Pertanian, 21(1),

3 Tabel 1. Berbagai kriteria ukuran kelas bunga sedap malam. Kelas Panjang tangkai bunga (cm) Super > 95 Panjang Medium Pendek Mini Sumber: Anonimous (1996). Selain panjang tangkai, kekokohan dan kelurusan tangkai bunga berpengaruh terhadap mutu bunga sedap malam. Untuk kualitas super, tangkai bunga harus benar-benar lurus dan kokoh. TEKNIK PEWARNAAN BUNGA Bunga sedap malam hanya mempunyai warna tunggal yaitu putih. Agar tampilan rangkaian bunga tampak semarak, bunga yang berwarna putih dapat diberi warna. Pewarnaan bunga sedap malam dapat dilakukan dengan mencelupkan tangkai bunga ke dalam larutan pewarna. Pewarna yang digunakan adalah pewarna makanan dengan konsentrasi 4 8 g untuk jenis pewarna bubuk dan 40 cc untuk pewarna cair untuk setiap liter larutan (Gambar 1). Tidak semua jenis pewarna makanan yang dijual di pasaran dapat memberikan respons yang positif. Agar respons tanaman terhadap pewarnaan dapat berjalan lebih cepat, ke dalam larutan pewarna perlu ditambahkan gula dan asam sitrat. Untuk setiap 1 liter larutan pewarna dapat ditambahkan gula 6% dan asam sitrat teknik 1 g (ph 3,50). Lama pencelupan tergantung kondisi bunga dan jenis pewarna yang digunakan. Respons bunga sedap malam terhadap beberapa jenis pewarna disajikan dalam Tabel 2 dan 3. Warna bunga yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis pewarna, konsentrasi, dan lama perendaman. Konsumen umumnya menyukai bunga sedap malam yang diberi warna. Jenis pewarna kuning lebih disukai dibandingkan jenis pewarna lainnya, karena warna bunga tampak lebih merata dan lebih kompak. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi konsentrasi pewarna yang digunakan, warna bunga yang dihasilkan menjadi Gambar 1. Bunga sedap malam yang sudah diwarnai. Tabel 2. Jenis pewarna/ buatan Respons beberapa jenis pewarna terhadap perubahan warna dan warna bunga yang dihasilkan. Respons Lama pencelupan (menit) Warna bunga yang dihasilkan Cap kuda terbang (tepung) Pewarna kuning + 30 Amber yellow 505/3 Pewarna merah cabai + 30 Venetian Pink 420/1 Pewarna merah jingga Putih Pewarna hijau + 85 Sky grey 449/3 Cap kupu (tepung) Pewarna kuning tua Putih Pewarna kuning muda + 60 Barium yellow 503/3 Pewarna hijau tua + 60 Crysocolla green 56/3 Pewarna hijau muda + 60 Verdigris 655/2 Pewarna coklat + 60 Pastel mauve 433/2 Pewarna grape/ungu + 60 Verdigris 655/3 Pewarna jingga + 60 Salmon 412/2 Pewarna merah tua + 60 Venetian pink 420/2 Pewarna merah jingga Putih Cap kupu (cair) Pewarna grape/ungu + 45 Wistana blue 640/2 Pewarna hijau tua + 60 Cyprus green 59 Pewarna hijau muda + 60 Cyprus green 59/1 Pewarna kuning muda + 60 Straw yellow 604 Pewarna merah cabai + 60 Down pink 523 Pewarna merah jingga Putih Pewarna coklat + 45 Salmond 412/3 Pewarna tepung Pewarna biru buatan Inggris + 17 Persin bule 647/1 Pewarna biru buatan Belanda + 15 Jade green 54/3 Pewarna carmoisin buatan Belanda + 55 Venetian pink 420/1 Pewarna tartrazine buatan Belanda + 65 Naples yellow 604 Pewarna kuning muda buatan Belanda + 90 Straw yellow 503 Pewarna sanset yellow + 60 Marigold orange 11/3 Pewarna merah cabai buatan Belanda + 70 Chinese coral 614/3 Pewarna grape buatan Inggris Sky grey 449/3 Wantek biru (pewarna tekstil) Putih Sumber : Suyanti dan Murtiningsih (1996). 26 Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

4 Tabel 3. Pengaruh konsentrasi larutan pewarna terhadap warna bunga sedap malam tunggal. Jenis pewarna Konsentrasi pewarna (g/l) Warna yang dihasilkan Biru 2 Jade green 54/2 4 Jade green 54/1 6 Indian blue 51/1 8 Indian blue 51 Carmoisin 2 Camelia rose 622/3 4 Camelia rose 622/2 6 Camelia rose 622/1 8 Camelia rose 622/1 Azorobin 2 Dawn pink 523/3 4 Dawn pink 523/2 6 Dawn pink 523/1 8 Dawn pink 523 Tartrazine 2 Uranium green 63/3 4 Uranium green 63/3 6 Uranium green 63/2 8 Uranium green 63 Orange yellow 2 Marigold orange 11/3 4 Marigold orange 11/2 6 Marigold orange 11/1 8 Marigold orange 11/1 Egg yellow 2 Mimosa yellow 602/2 4 Mimosa yellow 602/1 6 Empire yellow Chrome yellow 605 Hijau 2 Cyprus green 59/1 4 Cyprus green 59/1 6 Cyprus green 59 8 Cyprus green 59 Ponco 2 R 2 Porcelain rose 620/3 4 Porcelain rose 620/2 6 Porcelain rose 620/1 8 Porcelain rose 620 Sumber: Suyanti dan Dondy (1999). pemberian nutrisi dilakukan sebelum pengemasan, agar bunga tetap prima sampai ke tangan konsumen. Pemberian nutrisi dilakukan dengan mencelup tangkai bunga 4 12 jam sebelum pengangkutan. Karena waktu perendaman yang singkat, konsentrasi nutrisi yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan larutan peraga. Konsentrasi sukrosa yang digunakan untuk larutan perendam adalah 15% dan 6% untuk larutan peraga. Sukrosa dengan konsentrasi rendah merupakan sumber mikroba. Untuk menekan pertumbuhan mikroba, perlu ditambahkan pengawet agar pertumbuhan mikroba dapat ditekan. Pertumbuhan mikroba dalam larutan peraga maupun perendam sangat tidak diharapkan karena mikroba akan menutupi permukaan tangkai bunga dan xilem, sehingga menghambat laju penyerapan air. Padahal, air sangat dibutuhkan oleh tangkai bunga untuk menggantikan air yang menguap akibat transpirasi. Berbagai jenis bahan kimia dapat digunakan sebagai pengawet, di antaranya adalah asam sitrat, AgNO 3, sodium benzoat, sodium meta bisulfit, "hydro quinolin citrate", aluminium sulfat, etanol, crysal, dan physan. Formula pengawet larutan perendam dan peraga disajikan pada Tabel 4. TEKNIK PRODUKSI MINYAK ATSIRI BUNGA SEDAP MALAM semakin gelap (tua). Jumlah larutan pewarna yang diserap oleh tangkai bunga berkisar 3 4 cc. TEKNIK MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA Bunga sedap malam yang telah dipotong tetap menjalankan aktivitas hidupnya. Agar kualitas bunga tetap prima sampai ke tangan konsumen, bunga perlu diberi nutrisi dan bahan pengawet, baik ke dalam larutan perendam maupun larutan peraga. Nutrisi sangat diperlukan oleh bunga untuk melakukan aktivitas hidupnya, mempertahankan warna bunga, menghambat kelayuan, meningkatkan ukuran bunga mekar, dan menambah kemekaran bunga. Nutrisi yang ditambahkan dapat berupa sukrosa sebagai sumber karbohidrat dan dikombinasikan dengan germisida, zat pengatur tumbuh, mineral dan zat penghambat etelen (Nowak dan Rudnicki, 1990). Penyusunan formula nutrisi dan pengawet dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan, yaitu : 1) Larutan peraga ("holding"), yaitu larutan nutrisi dan pengawet yang digunakan selama peragaan di dalam vas. 2) Larutan perendam ("pulsing") digunakan untuk merendam tangkai bunga segera setelah panen, sebelum dikemas. "Pulsing" dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh atau penyimpanan. Nutrisi yang ditambahkan ke dalam larutan perendam dan larutan peraga berbeda. Untuk pengangkutan jarak jauh, Minyak bunga sedap malam dapat diproduksi melalui dua cara yaitu ekstraksi menggunakan pelarut menguap dan ekstraksi menggunakan adsorben lemak dingin (enfleurasi). Pada ekstraksi bunga menggunakan pelarut menguap diperoleh "concret" dalam bentuk padatan yang mengandung minyak atsiri bunga. Selanjutnya "concret" diproses menjadi absolut dengan menambahkan etanol, dihilangkan kandungan lilinnya dan didistilasi pada kondisi vakum. Pada proses ekstraksi dengan teknik enfleurasi, minyak atsiri bunga yang dihasilkan dikenal dengan nama absolut. Rendemen absolut yang dihasilkan dengan teknik enfleurasi lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut menguap. Mutu minyak yang diproduksi dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut menguap dipengaruhi oleh mutu Jurnal Litbang Pertanian, 21(1),

5 Tabel 4. Beberapa formula pengawet larutan perendam dan peraga untuk bunga potong sedap malam. Jenis larutan Konsentrasi Lama Pengawet Daya sukrosa perendaman simpan (%) (jam) Jenis Konsentrasi (hari) "Pulsing" 15 2 AgNO ppm 6 "Holding" 6 Selama peragaan AgNO 3 50 ppm 7 "Holding" 6 Selama peragaan SMB 200 ppm 12 Asam sitrat 500 ppm "Holding' 4 Selama peragaan Physan 200 ppm 7 Crysal 6 Hydro Quinon 8 Sodium benzoat 7 Aluminium sulfat 6 "Holding" 6 Selama peragaan Etanol 1% 8 "Pulsing" 15 2 Sodium benzoat 200 ppm 7 gunakan pelarut menguap. Rendemen minyak sedap malam hasil enfleurasi berkisar antara 0,52 0,72%. Rendemen minyak tertinggi diperoleh dengan menggunakan jenis "sortening snow white" (0,72%) dan terendah dihasilkan oleh adsorben campuran lemak sapi dan minyak bunga matahari dengan rendemen minyak 0,52% (Tabel 6). Tabel 6. Rendemen minyak sedap malam hasil enfleurasi dengan menggunakan beberapa jenis adsorben. Sumber: Murtiningsih et al. (1999); Suyanti dan Murtiningsih (1999); Sunarmani et al. (1997); Sunarmani dan Suyanti (1998); Suyanti et al. (1997). "sortening" untuk kue dan roti yaitu campuran lemak sapi dan lemak nabati. Rendemen absolut yang dihasilkan dengan cara enfleurasi lebih besar dibandingkan dengan cara ekstrasi mengbahan baku bunga, varietas, tingkat kemekaran, teknik pemrosesan, waktu ekstraksi, lama ekstraksi, dan bulan panen. Rendemen absolut (minyak) bunga sedap malam varietas tunggal yang diekstrak dengan pelarut menguap berkisar antara 0,03 0,11%, lebih tinggi dibanding sedap malam varietas ganda (0,02 0,04%). Rendemen "concret" sedap malam varietas mexican single lebih tinggi dibanding jenis hybrid single, hybrid double, dan perl double (Srivinash et al., 1996). Rendemen tertinggi diperoleh pada bunga dengan tingkat kemekaran 50 75%, lama ekstraksi 24 jam, perbandingan heksan dan bunga 1:1, dan waktu ekstraksi malam hari (Suyanti et al., 1997; 1998). Bulan panen juga dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Bunga sedap malam yang diekstrak pada bulan Oktober menghasilkan rendemen "concret" yang lebih besar (0,14%) dibandingkan pada bulan Maret (0,13%). Rendemen minyak sedap malam dari beberapa tingkat kemekaran, lama ekstraksi, waktu ekstraksi, varietas, dan bulan panen disajikan pada Tabel 5. Mutu minyak yang diproduksi dengan cara enfleurasi sangat dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan dan frekuensi penggantian bunga. Jenis adsorben yang paling baik adalah campuran lemak babi dan lemak sapi (1:2). Namun, metode enfleurasi dengan menggunakan adsorben lemak babi sangat sulit untuk diterapkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Sebagai penggantinya dapat digunakan, jenis Tabel 5. Perlakuan Jenis adsorben Rendemen minyak sedap malam dari beberapa tingkat kemekaran, lama ekstraksi, waktu ekstraksi, varietas, dan bulan panen. Rendemen (%) Concret 1 Absolut 2 Sumber Ekstraksi malam hari Mekar 5 25% 0,22 0,04 Suyanti et al. (1999) Mekar 25 50% 0,22 0,05 Mekar 50 75% 0,29 0,11 Mekar 100% 0,31 0,07 Ekstraksi siang hari Mekar 5 25% 0,26 0,03 Suyanti et al. (1999) Mekar 25 50% 0,23 0,04 Mekar 50 75% 0,27 0,04 Mekar 100% 0,24 0,05 Lama ekstraksi 12 jam 0,03 Suyanti et al. (1998) 24 jam 0,03 36 jam 0,02 Panen bulan Oktober Hybrite single 0,14 Srivinash et al. (1996) Mexican single 0,14 Hybrite double 0,11 Pearl double 0,11 Panen bulan Maret Hybrite single 0,13 Srivinash et al. (1996) Mexican single 0,13 Hybrite double 0,10 Pearl double 0,10 1 Concret: minyak kasar bentuk padat mengandung lilin. 2 Absolut: minyak murni, hasil pemurnian concret. Rendemen (%) "Snow white" 0,72 Lemak sapi + minyak bunga 0,52 matahari Fat bland 0,68 Lemak sapi + minyak wijen 0,71 Lemak sapi + minyak kelapa 0,65 sawit Sumber: Sailah et al. (2000). 28 Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

6 KOMPOSISI MINYAK BUNGA SEDAP MALAM Total komponen dan komposisi minyak bunga sedap malam dipengaruhi oleh varietas dan cara pemrosesan. Secara umum proses pembuatan minyak bunga sedap malam disajikan pada Gambar 2. Bunga sedap malam varietas tunggal baunya lebih wangi dibandingkan varietas ganda. Setelah diekstraksi menggunakan pelarut menguap, kandungan total komponen minyak bunga sedap malam tunggal lebih tinggi dibandingkan varietas ganda, tertinggi (46,26%) adalah pada bunga dengan tingkat kemekaran 75% dan diekstrak pada malam hari (Tabel 7). Pada varietas ganda total komponen minyak tertinggi (8,82%) diperoleh dari bunga dengan tingkat kemekaran 75% dan lama ekstraksi 12 jam (Tabel 8). Komponen minyak yang diproduksi dengan menggunakan proses enfleurasi dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan. Tabel 9 menunjukkan bahwa penggunaan adsorben campuran lemak sapi dan minyak kelapa sawit menghasilkan total komponen minyak lebih tinggi (12,59%) dibanding adsorben dengan campuran lemak sapi dan minyak bunga matahari (2,86%), minyak wijen (6,30%), "snow white" (4,32%) maupun "fat bland" (5,83%). Komponen kimia dominan pada minyak bunga sedap malam varietas ganda hasil enfleurasi adalah farnesol (0,75 7,94%) dan metil salisilat (1,04 3,23%). Total komponen kimia bunga sedap malam tunggal hasil ekstraksi dengan pelarut menguap berkisar antara 17,87 46,26%. Komponen dominan minyak sedap malam tunggal hasil ekstraksi dengan pelarut menguap adalah benzil benzoat, geraniol, farnesol, dan indol. Kandungan indol dan benzil Bunga sedap malam mekar 50 75% Ekstraksi dengan pelarut heksan 1: 1 24 jam Lemak adsorben oleskan di atas lempengan kaca bagian dari chasis tebal 0,50 cm Ampas bunga Penyaringan Pelarut heksan mengandung minyak Taburkan bunga di atas adsorben tutup biarkan 12 jam Lilin Distilasi vakum "Concret" dilarutkan dengan alkohol panas dinginkan endapan disaring. Pengendapan dilakukan berulangulang sampai bebas endapan Distilasi vakum Angkat bunga gantikan dengan bunga baru, tutup biarkan 12 jam. Penggantian bunga diulang 3 9 kali. Lemak angkat tampung dalam wadah, larutkan dengan alkohol panas dinginkan 12 jam. Penyaringan dan pengendapan dilakukan berulang kali pada suhu rendah sampai bebas lemak rendah Absolut/minyak sedap malam Larutan bebas lemak didistilasi vakum Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan minyak bunga sedap malam (Suyanti et al., 1999; Sailah et al., 2000). Jurnal Litbang Pertanian, 21(1),

7 Tabel 7. Komponen kimia minyak bunga sedap malam tunggal hasil ekstraksi dengan pelarut menguap. Kandungan komponen kimia (%) Komponen Ekstraksi malam hari Ekstraksi siang hari Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar 25% 50% 75% 100% 25% 50% 75% 100% Indol 9,08 6,27 9,54 6,37 4,75 7,71 5,11 6,31 Farnesol 6,80 7,27 9,49 7,13 2,78 4,60 5,28 4,59 Benzil alkohol 4,99 3,74 4,72 7,14 0,60 2, ,87 Eugenol 0,56 0,67 0,93 0,57 0,47 0,49 0,92 0,61 Benzil benzoat 13,59 7,34 13,78 6,77 7,39 8,25 13,53 10,04 Geraniol 1,52 1,73 5,25 3,12 0,82 0,64 4,41 0,96 Nerol 0,71 1,16 1,45 1,11 0,76 0,68 1,11 0,76 Metil antranilat 0,51 0,35 1,21 0,59 0,32 0,49 0,59 0,58 Total ester 14,10 7,69 14,88 7,35 7,71 8,74 14,23 10,61 Total alkohol 14,59 14,58 21,84 19,06 5,42 9,14 10,94 10,79 Total indol 9,76 6,27 9,54 6,37 4,75 7,71 5,11 6,31 Total komponen 38,45 28,54 46,26 32,78 17,88 25,59 30,28 27,71 Sumber: Suyanti et al. (1999). Tabel 8. Komponen kimia minyak sedap malam ganda hasil ekstraksi dengan pelarut menguap. Kandungan komponen kimia (%) Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Komponen 12 jam 24 jam 36 jam Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar 0 25% 25 50% 75% 0 25% 25 50% 75% 0 25% 25 50% 75% Nerol 0, ,40 0 0,25 0,25 0,25 0,05 Benzil alkohol 0,55 0,81 0,57 0,59 0,51 0,20 0,23 0,23 0,18 Geraniol 0 0 0,29 0,28 0,23 1,65 0,53 0,53 1,87 Eugenol 0 0 0, ,95 1,95 0,21 Metil antranilat 0,40 1,99 1,50 3,40 2,46 2,30 0,96 0,96 0,17 Asam fenil 0,83 0,33 0,73 0,42 0,79 2,29 0,72 0,72 1,29 acetat Farnesol 0,38 0 0,79 1,34 0,80 2,98 0,35 0,35 0 Benzil benzoat 1,04 3,78 3,11 0,91 1,24 2,65 2,08 2,08 1,71 Indol 0,84 0 0,89 0,26 1, ,38 Total komponen 4,28 6,91 8,82 7,60 7,66 12,32 7,07 7,07 5,86 Sumber : Suyanti et al. (1998). Tabel 9. Komponen kimia minyak sedap malam ganda hasil enfleurasi. Kandungan komponen (%) Komponen Jenis adsorben SW FB LS+MS LS+MW LS+MBM Asam butirat 0,01 0,01 0,02 0,29 0,01 Nerol 1,34 2,18 0,53 1,47 0,61 Geraniol 0,10 0,15 0,11 0,15 0,15 Benzil alkohol 0,30 0,06 0,07 0,22 0,09 Eugenol 0,15 0,06 0,37 0,27 0,12 Metil salisilat 1,38 2,18 3,23 2,53 1,04 Farnesol 0,93 0,79 7,94 1,11 0,75 Metil antranilat 0,11 0,40 0,32 0,26 0,09 Total komponen 4,32 5,83 12,59 6,30 2,86 SW = "sortening snow white"; FB = "sortening fat bland". LS+MS = adsorben yang terbuat dari campuran lemak sapi dan minyak sawit. LS+MW = adsorben yang terbuat dari lemak sapi dan minyak wijen. LS+MBM = adsorben yang dibuat dari lemak sapi dan campuran minyak bunga matahari. Sumber : Sailah et al. (2000). benzoat pada absolut yang dihasilkan dari bunga sedap malam tunggal dengan tingkat mekar 75% dan diekstrak malam hari adalah paling tinggi, yaitu masingmasing 9,54% dan 13,78%. KESIMPULAN 1) Daya simpan bunga sedap malam dapat diperpanjang dengan perlakuan "pulsing" dan "holding" dengan menggunakan larutan nutrisi mengandung sukrosa 6% dan 15% dan germisida (AgNO 3, sodium meta bisulfit, benzoat, dan etanol). 2) Pewarnaan bunga sedap malam dapat dilakukan dengan mencelup tangkai bunga dalam larutan yang mengandung pewarna makanan. Warna yang dihasilkan tergantung pada jenis dan konsentrasi pewarna serta lama perendaman. 3) Bunga sedap malam dapat digunakan sebagai bahan baku minyak sedap malam. Rendemen minyak tergantung metode ekstraksi, waktu esktraksi, jenis dan tingkat kemekaran bunga. Cara enfleurasi dapat meningkatkan rendemen minyak dari 0,11% menjadi 0,72%. DAFTAR PUSTAKA Anonimous Pasar komoditas dalam Buletin Asbindo no 17 bulan Januari. 4 hlm. Backer Flora of Java. Groningen, Netherland. 118 p. Badan Pusat Statistik Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor/Imports. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 350 hlm. Badan Pusat Statistik Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor/Imports Badan Pusat Statistik Jakarta Indonesia. 350 hlm. Badan Pusat Statistik Statistik Tanaman Obat-obatan dan Hias. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 35 hlm. Bankar and G.J. Mukhopadhyay Varietal Trial on Tuberose. South Indian Horticultural Research. Bangalore, India. Murtiningsih, Suyanti, dan Setyajit Pengaruh "pulsing" dan "holding" terhadap umur keragaan bunga sedap malam (Polianthes tuberose L.) potong. Buletin Pascapanen Hortikultura 2(1): Nowak, J. and R.M. Rudnicki Postharvest Handling and Storage of Cut Flower, Florist Greens and Potted Plant. Timber Press, Portland Oregon. 210 p. 30 Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

8 Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga Rawa Belong Jakarta Laporan bulanan, bulan Januari-Maret. Sailah, I., S. Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti Ekstraksi minyak atsiri dari bunga sedap malam. Laporan Hasil Penelitian Kerja Sama Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sekretaris Daerah Jawa Timur Sedap malam Maskot Flora Jawa Timur. BHM. SEKDA Jawa Timur, Surabaya. p Sharga, A.N Effect of bulb size on vegetatif growth and floral characters tuberose (Polianthes tuberose L.). Prog. Hort. 14(4): Srivinash, M., N. Murthy, and M.V. Chandravadana Genotype and seasonal variation for concrete content in tuberose (Polianthes tuberose L.). J. Essent. Oil 8: Suyanti dan Murtiningsih Penggunaan beberapa jenis pewarna makanan dan tekstil untuk pewarnaan bunga potong sedap malam (Polianthes tuberose L.). Prosiding Seminar Nasional Tanaman Hias Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir Pengaruh pewarnaan usai panen terhadap mutu bunga sedap malam. Jurnal Hortikultura 7(2): Suyanti, Sunarmani, dan I. Muhajir Pengaruh komposisi kimiawi larutan perendam terhadap kualitas bunga sedap malam potong. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta. 11 hlm. Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir Pengaruh tingkat kemekaran dan lama ekstraksi terhadap kandungan atsiri bunga sedap malam cv Ganda. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 10 hlm. Suyanti dan A.S.B. Dondy Kajian konsentrasi bahan pewarna terhadap tingkat kesukaan bunga sedap malam cv tunggal hasil pewarnaan. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 6 hlm. Suyanti dan Murtiningsih Memperpanjang kesegaran bunga potong sedap malam tunggal. Buletin Pascapanen Hortikultura 1(2): Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir Teknik produksi minyak bunga sedap malam berbunga tunggal. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 10 hlm. Sunarmani, Suyanti, dan I. Muhajir Pengaruh larutan "holding" terhadap kesegaran bunga potong sedap malam. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 56 hlm. Sunarmani dan Suyanti Pengaruh konsentrasi larutan etanol terhadap kesegaran bunga sedap malam potong. Monograf Risalah Seminar Nasional Tanaman Hias Jurnal Litbang Pertanian, 21(1),

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK Minyak melati merupakan salah satu produk minyak atsiri yang paling mahal dan banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong dapat diartikan sebagai bunga yang dipotong dari tanamannya dengan tujuan sebagai penghias ruangan atau karangan bunga. Menurut Widyawan dan Prahastuti

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEDAP MALAM METODE MASERASI - DESTILASI VAKUM

EKSTRAKSI MINYAK SEDAP MALAM METODE MASERASI - DESTILASI VAKUM Teknologi dan Pangan ISBN : 979-498-467-1 EKSTRAKSI MINYAK SEDAP MALAM METODE MASERASI - DESTILASI VAKUM Roni Maryana UPT. Balai Pengembangan Proses Teknologi Kimia - LIPI Jl. Jogja - Wonosari Km 32, Yogyakarta,

Lebih terperinci

FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN TINGKA T KEMEKARAN TERHADAP MUTU MINYAK ATSIRI BUNGA SEDAP MALAM KULTIV AR TUNGGAL (Polianthes tuberos val'. Gracilis) Oleh RIZA NOP ALAS F 31.0726 1999 FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

Jean Baptiste Grenouille bergegas menuju Grasse, kota kecil di selatan

Jean Baptiste Grenouille bergegas menuju Grasse, kota kecil di selatan 1 MINYAK ASIRI Tiga Cara Panen Minyak Bunga Jean Baptiste Grenouille bergegas menuju Grasse, kota kecil di selatan Perancis demi belajar penyulingan mawar pada Madame Amulfi. Begitulah nukilan film The

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor nonmigas yang dibutuhkan di berbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malam cukup tinggi yang disebabkan adanya variasi manfaat. Keharuman bunga

BAB I PENDAHULUAN. malam cukup tinggi yang disebabkan adanya variasi manfaat. Keharuman bunga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sedap malam merupakan salah satu jenis bunga yang banyak dikembangkan oleh pengusaha bisnis bunga potong. Hal ini karena permintaan akan bunga sedap malam cukup tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI

PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI PKMP-2-11-1 PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI Kelik Kurniawan, Vita Nindya H., Erna Rahmawati, Iva Nur Rhomadia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM Donald Sihombing, Wahyu Handayati dan R.D. Indriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI MELATI DENGAN METODE ENFLEURASI DAN EKSTRAKSI PELARUT MENGUAP

PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI MELATI DENGAN METODE ENFLEURASI DAN EKSTRAKSI PELARUT MENGUAP SEMINAR SKRIPSI PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI MELATI DENGAN METODE ENFLEURASI DAN EKSTRAKSI PELARUT MENGUAP Oleh : Nazma Sabrina Sani 2310 105 004 Rofiah Rachmawati 2310 105 019 Dosen Pembimbing : Prof.

Lebih terperinci

Formula Larutan Perendam (Pulsing) untuk Bunga Potong Mawar

Formula Larutan Perendam (Pulsing) untuk Bunga Potong Mawar Formula Larutan Perendam (Pulsing) untuk Bunga Potong Mawar Dwi Amiarsi 1) dan R.Tejasarwana 2) 1) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 Bogor. Telp/fax.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: enfleurasi, bunga kamboja cendana, jenis lemak, jenis minyak nabati, Plumeria alba.

ABSTRAK. Kata kunci: enfleurasi, bunga kamboja cendana, jenis lemak, jenis minyak nabati, Plumeria alba. Sasha Patrisia. 1311205043. 2017. Pengaruh Jenis Lemak dan Minyak Nabati pada Proses Ekstraksi Sistem Enfleurasi terhadap Karakteristik Minyak Atsiri Bunga Kamboja Cendana (Plumeria alba). Dibawah bimbingan

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh FARADILLAH CHAIRUNNISA

(Skripsi) Oleh FARADILLAH CHAIRUNNISA PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTAN PERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.) KULTIVAR WONOTIRTO (Skripsi) Oleh FARADILLAH CHAIRUNNISA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Jurnal Agrijati V. 14 (1); Agustus, 2010

Jurnal Agrijati V. 14 (1); Agustus, 2010 Pengaruh Konsentrasi Gula dan AgNO 3 dalam Larutan Pulsing terhadap Mutu Keragaan Bunga Mawar Potong (Rosa sinensis L.) Oleh : Siti Wahyuni Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga potong adalah bunga yang kini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan rangkaian bunga salah satunya adalah Bunga Krisan. Hasil observasi di Pasar

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga mawar sangat pantas menyandang julukan si Ratu Bunga karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga yang cantik menawan dengan aneka ragam

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN BASAH BENGKUANG MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Penggunaan Larutan Perendam Pulsing Untuk Mempertahankan Kesegaran Bunga Sedap Malam Dalam Suhu Ruang

Penggunaan Larutan Perendam Pulsing Untuk Mempertahankan Kesegaran Bunga Sedap Malam Dalam Suhu Ruang Penggunaan Larutan Perendam Pulsing Untuk Mempertahankan Kesegaran Bunga Sedap Malam Dalam Suhu Ruang Dwi Amiarsi dan Sunarmani Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara

Lebih terperinci

No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan

No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan Þ«²¹ б ±²¹ Ó Bunga mawar sebagai bunga potong bermanfaat untuk dekorasi ruangan baik perkantoran, hotel, maupun restoran tampil baik secara tunggal, bergerombol,

Lebih terperinci

Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016 P - ISSN : ; E - ISSN :

Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016 P - ISSN : ; E - ISSN : PENGARUH RASIO BUNGA DENGAN PELARUT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK MELATI (JASMINUM SAMBAC) MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI PELARUT MENGUAP (SOLVENT EXTRACTION) (The Effect of Flower-Solvent Ratio to The

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI MINYAK ATSIRI (2) TEKNOLOGI PROSESING 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI A. Expression

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dengan Larutan Perendam Sukrosa dan Asam Sitrat

Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dengan Larutan Perendam Sukrosa dan Asam Sitrat Agritrop, 26 (3) : 129-135 (2007) issn : 0215 8620 C Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DAN ASAM SITRAT UNTUK MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM

PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DAN ASAM SITRAT UNTUK MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DAN ASAM SITRAT UNTUK MEMPERPANJANG KESEGARAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose) Hairurraziqin 1), Budi Santosa 2), Kgs Ahmadi 3) Program Studi Teknologi Indunstri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi

Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi Sunarmani dan D. Amiarsi: Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong... J. Hort. 21(2):191-196, 2011 Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi Sunarmani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA. UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG

PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA. UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG SEDAP NIALAM (Polianthes tuberose L.) Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Supardi. F. 29.0098. Perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) ABSTRACT ABSTRAK

PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) ABSTRACT ABSTRAK PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) Riva R. Rengkuan ) Ireine A. Longdong STP, MP ) Dr. Ir Lady C. Ch. Lengkey, MSi ) ABSTRACT Effects

Lebih terperinci

KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM

KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM Donald Sihombing 1), Suskandari Kartikaningrum 2) danwahyu Handayati 1) 1). BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso

Lebih terperinci

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Jurnal Bahan Alam Terbarukan Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623 PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH (Clove Oil) MENGGUNAKAN PELARUT n-heksana DAN BENZENA Saiful Hadi Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN:

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN: JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PENGARUH JENIS ABSORBEN TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI PADA DUA KULTIVAR BUNGA SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa) THE EFFECT OF ABSORBEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

PENGAWETAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM DENGAN LARUTAN PERAK NITRAT

PENGAWETAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM DENGAN LARUTAN PERAK NITRAT PENGAWETAN BUNGA POTONG SEDAP MALAM DENGAN LARUTAN PERAK NITRAT Riyanto Program Studi Agroteknologi,Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The Tuberose (Polianthes tuberosa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mawar Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub- Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ::'/TliIJ l--ocd 00.-1.:; SKRIPSI KARAKTERISASI ADSORBEN SEBAGAI MEDIA PADA ENFLEURASI BUNGA SEDAP MALAM (Poliantltes tuberose L.) OLEH: PUJIONO, F03498903 2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius, seperti

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur, Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. SOP Pascapanen Mawar

KATA PENGANTAR. Direktur, Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. SOP Pascapanen Mawar KATA PENGANTAR Mawar merupakan jenis tanaman berbunga indah yang sangat diminati pasar dimana bunga ini memiliki aneka ragam warna yang sangat memikat serta semerbak baunya. Oleh karena itu, guna menjaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae

Lebih terperinci

Pengawet untuk Menjaga Kualitas Bunga Potong Mawar Selama Penyimpanan

Pengawet untuk Menjaga Kualitas Bunga Potong Mawar Selama Penyimpanan J. Hort. Vol. 21 No. 3, 2011 J. Hort. 21(3):274-279, 2011 Pengawet untuk Menjaga Kualitas Bunga Potong Mawar Selama Penyimpanan Amiarsi, D. 1) dan R. Tejasarwana 2) 1) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu kelompok tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan warna yang menarik,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 74 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):74-79, 2013 Vol. 1, No. 1: 74 79, Januari 2013 PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH III. PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan

Lebih terperinci

Fisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG

Fisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG Oleh : Siswadi PENDAHULUAN Anggrek merupakan tanaman yang sangat banyak jenisnya, terutama keindahan bunganya. Bentuk, ukuran variasi warna, dan corak bunga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga merupakan komoditas buah yang mudah rusak. Kerusakan buah mangga dapat disebabkan karena ketidak hati-hatian

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa dan Waktu Perendaman Terhadap Kesegaran Bunga Potong Oleander (Nerium oleander L.)

Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa dan Waktu Perendaman Terhadap Kesegaran Bunga Potong Oleander (Nerium oleander L.) Biocelebes, Juni 2011, hlm. 71-81 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 1 Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa dan Waktu Perendaman Terhadap Kesegaran Bunga Potong Oleander (Nerium oleander L.) Eny Yuniati 1) dan

Lebih terperinci

Teknik Enfleurasi dalam Proses Pembuatan Minyak Mawar

Teknik Enfleurasi dalam Proses Pembuatan Minyak Mawar Yulianingsih et al.: Teknik Enfleurasi dalam Proses J. Hort. 17(4):393-398, 2007 Teknik Enfleurasi dalam Proses Yulianingsih 1), D. Amiarsi 1), dan Sabari S. 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Hias, Jl. Raya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat beragam. Umbi-umbian yang dihasilkan banyak yang diekspor. Salah satu jenis umbi-umbian yang cukup

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 Rata-rata volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 2. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi chitosan tidak memberikan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

Kajian Imbangan Bunga dengan Adsorben terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Kamboja (Plumeria obtusa) Hasil Ekstraksi dengan Metode Enfleurasi

Kajian Imbangan Bunga dengan Adsorben terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Kamboja (Plumeria obtusa) Hasil Ekstraksi dengan Metode Enfleurasi Kajian Imbangan Bunga dengan Adsorben terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Kamboja (Plumeria obtusa) Hasil Ekstraksi dengan Metode Enfleurasi Sarifah Nurjanah* 1, Sudaryanto Zain 1 dan Ema Komalasari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai Buletin 16 Teknik Pertanian Vol. 16, No. 1, 2011: 16-20 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili TEKNIK PENGUJIAN TINGKAT SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat ini karena dapat menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin, minyak tanah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan

Lebih terperinci

Peningkatan Lama Kesegaran Bunga Gerbera dengan Penambahan 8-Hidroquinolin Sulfate, Sukrosa dan Asam Sitrat pada Larutan Perendam

Peningkatan Lama Kesegaran Bunga Gerbera dengan Penambahan 8-Hidroquinolin Sulfate, Sukrosa dan Asam Sitrat pada Larutan Perendam Peningkatan Lama Kesegaran Bunga Gerbera dengan Penambahan 8-Hidroquinolin Sulfate, Sukrosa dan Asam Sitrat pada Larutan Perendam Syariful Mubarok *), Ade Salimah, Farida, Nursuhud dan Ai Yanti Rismayanti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

Memperpanjang Masa Kesegaran Bunga Potong Alpinia purpurata

Memperpanjang Masa Kesegaran Bunga Potong Alpinia purpurata Memperpanjang Masa Kesegaran Bunga Potong Alpinia purpurata Di Indonesia, Alpinia purpurata belum begitu populer dikarenakan minimnya petani membudidayakan tanaman hias ini. Padahal tanaman tersebut, cantik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Bahan Pengawet Chrysal terhadap Kesegaran Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa)

Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Bahan Pengawet Chrysal terhadap Kesegaran Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa) AGROTROP, 7 (1): 79-88 (2017) ISSN: 2088-155X Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi Bahan Pengawet Chrysal terhadap Kesegaran Bunga Sedap

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. I.1 Perkembangan Industri Minyak Asiri dari Bunga Melati. Bab I - Pendahuluan

BABI PENDAHULUAN. I.1 Perkembangan Industri Minyak Asiri dari Bunga Melati. Bab I - Pendahuluan Bab I - Pendahuluan I - I BABI PENDAHULUAN I.1 Perkembangan Industri Minyak Asiri dari Bunga Melati 1.1.1. Latar belakang Minyak atsiri adalah komponen minyak yang didapat dari ekstrak bahanbahan alami,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DALAM TRANSPORTASI UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG ALPINIA

TEKNIK PENGEMASAN DALAM TRANSPORTASI UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG ALPINIA TEKNIK PENGEMASAN DALAM TRANSPORTASI UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG ALPINIA (Alpinia purpurata) PACKAGING TECHNIQUES IN TRANSPORTATION TO RETAIN THE QUALITY OF ALPINIA (Alpinia purpurata) CUT FLOWERS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Menurut Sheehan (1992) anggrek merupakan tanaman hias yang unik. Tanaman ini memiliki perbedaan vegetatif yang luas. Berdasarkan taksonomi, anggrek termasuk famili yang

Lebih terperinci

2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN Oleh : GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014 2007

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci