KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN"

Transkripsi

1 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Permasalahan sosial dalam perkembangan pertanian akhir-akhir ini disadari sebagai faktor yang menentukan keberhasilan adopsi teknologi di tingkat petani. Di antara permasalahan sosial yang ada, kelembagaan merupakan salah satu faktor yang perlu dicermati untuk mengetahui kelembagaan yang perlu mendapatkan prioritas berkaiatan dengan upaya meningkatkan usahatani, khususnya usahatani pada kelompok tani sayuran yang dibina oleh International Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan. Menurut Taryoto (1995), analisis kelembagaan dalam bidang pertanian adalah analisis yang ditunjukkan untuk memperoleh deskripsi mengenai suatu fenomena sosial ekonomi yang berkaitan dengan hubungan antara dua atau lebih pelaku interaksi sosial ekonomi, yang mencakup dinamika, aturan-aturan yang berlaku dan disepakati bersama oleh para pelaku interaksi, dinamika perilaku yang ditunjukkan oleh pelaku interaksi disertai analisis mengenai hasil akhir yang diperoleh dari hasil interaksi. Interaksi dinamis, lebih dikenal sebagai komunikasi. Dalam perubahan sosial peran komunikasi ini menjadi penting, sehingga menjadi peubah kunci yang perlu diteliti. Dimana dalam penelitian ini ingin dipelajari seperti apa paradigma pola komunikasi pembangunan yang berlangsung pada pembinaan dalam bentuk pendampingan kewirausahaan petani sayuran oleh ICDF Taiwan di dua lokasi amatan. Berikut ulasan pola komunikasi pendampingan yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai peubah terikat. Paradigma Pola Komunikasi Kewirausahaan Petani Paradigma pola komunikasi kewirausahaan petani sebagai peubah Y 1 pada saat ini menurut Tufte dan Mefalopulos (2009) cenderung berbentuk: monologik, dan dialogik. Hanya saja kondisinya sekarang masih bersifat klasik, statis, menunggu, dan tradisional. Ke depannya diharapkan dapat lebih modern, dinamis dan mampu mengantisipasi perdagangan bebas. 51

2 52 Tabel 2. Penelitian awal tentang paradigma pola komunikasi kewirausahaan petani antara monologik dan dialogik di dua lokasi amatan Kondisi Sekarang 1. Pola komunikasi monologik statis, aspek-aspeknya lemah dalam hal : a. Pola klasik searah monoton b. Pola menunggu c. Pola tradisional 2. Pola komunikasi dialogik aspekaspeknya adalah lemah dalam hal : a. Pola klasik b. Pola menunggu c. Pola tradisional Pola komunikasi kewirausahaan Petani yang Ideal 1. Idealnya adalah pola komunikasi Petani monologik yang Dinamis, aspek-aspeknya kuat dalam hal : a. Kreatif dan berbagi b. Inisiatif c. Kemodernan inovasi 2. Idealnya adalah pola komunikasi Petani dialogik yang Dinamis, aspekaspeknya kuat dalam hal : a. Pola klasik b. Pola menunggu c. Pola tradisional Penggabungan Teori dengan Praktek: Multi-Track Model Multi-Track Model berasal dari kebutuhan untuk menggabungkan kompleksitas dan luasnya metode operasional dan tantangan menjadi sebuah kerangka metodologi komunikasi. Untuk menyoroti kefleksibilitasan dan adaptibilitas ke dalam berbagai situasi, model pendekatan komunikasi ini dibagi ke dalam dua kategori dasar: komunikasi monologik dan komunikasi dialogik. Tabel 3. Ciri-ciri utama dari pola komunikasi monologik dan dialogik Ciri Utama Komunikasi Monologik Komunikasi Dialogik Fungsi Tujuan utama Model yang direferensikan Metode atau media yang dianjurkan Komunikasi untuk disampaikan Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Satu arah (monologik) Dominan menggunakan media massa Komunikasi untuk membujuk Mempromosikan perubahan sikap dan sifat Satu arah (monologik) Dominan menggunakan media massa Sumber: Tufte dan Mefalopulos (2009) Komunikasi untuk ditelusuri Menilai, menyelidiki, menganalisa isu, menghindari konflik Dua arah (dialogik) Menitik beratkan penggunaan interpersonal Komunikasi untuk memberi kuasa Membangun kapasitas, melibatkan stakeholder Dua arah (dialogik) Menggunakan dialog untuk partisipasi

3 53 Komunikasi monologik terdiri dari metode satu arah seperti penyebaran informasi, kampanye media, dan metode difusi yang lain. Metode dialogik mengacu kepada komunikasi dua arah, dimana proses dan hasilnya berakhir terbuka dan pembahasan isu lebih mendalam dan menghasilkan pengetahuan dan solusi baru, dibandingkan hanya menyampaikan informasi. Paradigma Kapasitas Kewirausahaan Petani Indikator kapasitas kewirausahaan petani tinggi jika dalam melakukan usahatani sayuran, didukung oleh daya/kemampuan yang dimiliki pada diri petani dalam mengidentifikasi potensi usahatani, memanfaatkan peluang usahatani, dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dan menjaga keberlanjutan sumberdaya usahatani yang dikuasai tinggi pula. Kapasitas petani tersebut akan berpengaruh terhadap kemandirian berusahatani dan kedinamisan berusahatani. Paradigma kapasitas kewirausahaan petani sayuran saat ini dari pengamatan awal/hasil wawancara dengan para petani sayuran di bawah Taiwan di Indonesia telah terjadi kesenjangan antara technical skill, social skill dan managerial skill kondisi sekarang dengan technical skill, social skill dan managerial skill yang ideal pada petani di Indonesia pada umumnya. Hasil studi awal mengenai kesenjangan tersebut tersaji pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Kesenjangan technical, social and managerial skill kewirausahaan petani di lokasi amatan saat ini dibandingkan kondisi ideal Technical Skill, sosial skill dan managerial skill kewirausahaan petani Kondisi Sekarang Kondisi Ideal 1. Kebanyakan Petani Indonesia masih 1. Idealnya adalah Petani yang Dinamis, apatis, aspek-aspeknya adalah lemah dalam: a. Kreativitas b. Inisiatif aspek-aspeknya kuat dalam: a. Kreativitas b. Inisiatif c. Kemodernan inovasi. c. Keinovativan. 2. Kebanyakan Petani Indonesia sekarang kurang percaya diri dalam berwirausaha (tidak berani ambil resiko) takut kalah bersaing dengan produk/ komoditas impor. 2. Petani mempunyai rasa percaya diri dalam berwirausaha (berani mengambil resiko), tidak takut kalah bersaing dengan produk/ komoditas impor. 3. Kurang mengikuti perkembangan 3. Mengikuti perkembangan informasi informasi inovasi pertanian. 4. Belum mampu mandiri. inovasi pertanian 4. Mandiri.

4 54 Diharapkan petani di Indonesia dapat meningkatkan kapasitas technical skill, social skill dan managerial skill kewirausahaannya guna mengantisipasi perdagangan bebas pada globalisasi ekonomi ke depan bisa lebih dinamis dalam berbagai aspek-aspeknya yang inisiatif, berkreatif dan modern, mempunyai rasa percaya diri dalam berwirausaha (berani mengambil resiko) tidak takut kalah bersaing dengan produk/komoditas impor serta selalu mengikuti perkembangan informasi inovasi pertanian. Kedua peubah terikat, pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran (Y 1 ), dan pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran (Y 2 ) di atas kemudian dianalisis keterkaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini berupa peubah-peubah independen, sebagai berikut: X 1. Karakteristik petani peubahnya meliputi: X 1.1 Tingkat pendidikan X 1.2 Usia X 1.3 Jenis kelamin X 1.4 Pendapatan X 1.5 Kepemilikan aset X 1.6 Kekosmopolitan X 1.7 Pengalaman berusaha X 1.8 Berani mengambil resiko. X 2. Dinamika sosial peubahnya meliputi: X 2.1 Keanggotaan kelompok X 2.1 Ekologi kelompok X 2.3 Status dan kekuasaan X 2.4 Kepemimpinan kelompok X 2.5 Suasana/Iklim kelompok X 2.6 Jaringan komunikasi tradisional. X 3. Lingkungan fisik peubahnya meliputi: X 3.1 Infrastruktur/sarana komunikasi X 3.2 Ciri/karakteristik teknologi. X 4. Lingkungan sosial ekonomi peubahnya meliputi: X 4.1 Dukungan keluarga

5 55 X 4.2 Dukungan kelembagaan X 4.3 Dukungan sistem sosial X 4.4 Dukungan mitra usaha (Bisnis) X 4.5 Iklim kewirausahaan syariah X 4.6 Keberfungsian kearifan lokal. X 4,7 Keterbukaan pasar X 1.8 Informasi media massa. Keterkaitan antar peubah terikat dan independen yang diinvestigasi pada penelitian ini tersaji pada Gambar 4 berikut ini. Pertama, penelitian memfokuskan pengaruh peubah dinamika sosial, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan fisik terhadap pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, dan mengabaikan kaitan peubah karakteristik petani dengan peubah pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani sayuran. Kedua, yang menjadi perhatian adalah peubah X 3.1 X 3.2 Lingkungan Fisik (X 3 ) Infrastruktur/sarana Komunikasi Ciri/karakteristik teknologi Dinamika Sosial (X 2 ) X 2.1 Keanggotaan kelompok X 2.2 Ekologi kelompok X 2.3 Status & kekuasaan X 2.4 Kepemimpinan klpk X 2.5 Suasana/Iklim kelompok X 2.6 Jaringan komunikasi trad. Pola Komunikasi Kewirausahaan Petani Sayuran (Y 1 ) Y 1.1 Monologik Y 1.2 Dialogik Kapasitas Kewirausahaan Petani Sayuran (Y 2 ) Y 2.1 Keterampilan teknis Y 2.2 Keterampilan sosial Y 2.3 Keterampilan manajerial Karakteristik Petani (X 1 ) X 1.1 Tingkat pendidikan X 1.2 Usia X 1.3 Jenis kelamin X 1.4 Pendapatan X 1.5 Kepemilikan aset X 1.6 Kekosmopolitan X 1.7 Pengalaman berusahatani X 1.8 Keberanian ambil resiko Lingkungan Sosek (X 4 ) X 4.1 Dukungan keluarga X 4.2 Dukungan kelembagaan X 4.3 Dukungan sistem sosial X 4.4 Dukungan mitra usaha X 4.5 Iklim kewirausahaan syariah X 4.6 Keberfungsian kearifan lokal X 4.7 Keterbukaan pasar Informasi media massa X 4.8 Keberdayaan Petani Gambar 4. Kerangka berpikir pola komunikasi pada pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran

6 56 kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Peubah terikat ini diduga dipengaruhi oleh peubah bebas lingkungan fisik, karakteristik petani, lingkungan sosial ekonomi, dan pola komunikasi kewirausahaan petani. Sebenarnya, konseptuasi peubah dinamika sosial pun turut mempengaruhi peubah terikat kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Hanya saja peubah dinamikasi sosial tersebut diasumsikan mempengaruhi secara tidak langsung pada peubah terikat kapasitas kewirausahaan petani sayuran, yaitu melalui peubah pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani sayuran sebagai intermediate variable atau intervining variable. Diasumsikan bahwa semakin baik peubah-peubah bebas tersebut, maka semakin signifikan mempengaruhi pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani sayuran, yakni semakin meningkatkan kualitas komunikasi monologik dan meningkatkan mutu dan intensitas komunikasi dialogik di antara petani sayuran, antara petani dengan kelompoknya, dan antara petani dan kelompok tani dengan penyuluh atau pendamping dari misi teknik Taiwan. Apabila peubah pola komunikasi pendampingan kewirausahaan petani semakin baik, maka semakin signifikan mempengaruhi peubah kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Dengan kapasitas kewirausahaan petani sayuran yang semakin meningkat, untuk technical skill, social skill maupun managerial skill yang menjadi lebih baik, diharapkan akan berdampak pada keberdayaan petani yang semakin meningkat. Hanya saja penelitian ini, dibatasi pada peubah terikat kapasitas petani, tidak sampai kepada peubah keberdayaan petani sayuran. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka penelitian yang diuraikan di atas, maka dibangun dua hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang nyata antara lingkungan fisik, dinamika sosial dan lingkungan sosial ekonomi terhadap pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran. 2. Terdapat pengaruh yang nyata antara lingkungan fisik, karakteristik petani, lingkungan sosial ekonomi, dan pola komunikasi kewirausahaan petani terhadap kapasitas kewirausahaan petani sayuran.

7 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian sensus ex post facto, yaitu bentuk penelitian untuk menilai peristiwa yang telah terjadi untuk menemukan faktor-faktor penyebab melalui pengamatan atau penilaian kondisi faktual di lapangan. Pengamatan utama penelitian adalah mengkaji tentang pola komunikasi dalam meningkatkan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan petani, dimana penelitian ini lebih difokuskan pada menguji dan meneliti hubungan antar peubah. Adapun peubah yang diujikan adalah: (a) karakteristik petani; (b) dinamika sosial; (c) lingkungan fisik (d) lingkungan sosial ekonomi; dan (e) pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, pengaruhnya terhadap peningkatan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan petani sayuran di Indonesia. Metode sensus yang digunakan dalam penelitian ini, menyuratkan bahwa data diambil dari seluruh anggota petani yang mendapatkan bimbingan misi teknik Taiwan di Indonesia. Pengambilan data primer dengan cara wawancara melalui pengisian kuesioner dan wawancara mendalam. Lokasi, Obyek dan Waktu Penelitian Penelitian pada kasus pendampingan anggota kelompok tani oleh misi teknik Taiwan di Indonesia ini berlokasi di dua Kabupaten yaitu Boyolali (Jawa Tengah) dan Bogor (Jawa Barat). Alasan pemilihan lokasi dikarenakan kedua Kabupaten tersebut merupakan pilot project yang sedang di uji coba. Di Kabupaten Boyolali telah selesai dibimbing dan sekarang pembinaannya sudah diserahkan kepada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan melalui pembentukkan suatu Unit Pengelola Teknis. (UPT) Usaha Pertanian yang berkantor di KecamatanTeras. Adapun di Kabupaten Bogor masih dibimbing oleh misi teknik Taiwan sehingga sangat menarik untuk diteliti. Obyek penelitian adalah para petani anggota kelompok tani di dua kabupaten tersebut yang berdasarkan pengamatan awal patut diduga mempunyai peluang untuk berkembang, dan diduga mempunyai potensi turut meningkatkan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan mereka. 57

8 58 Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, mulai awal bulan Agustus sampai dengan akhir Oktober Unit Analisis Penelitian Pada penelitian ini pengambilan data dengan melakukan sensus terhadap seluruh petani yang merupakan representatif rumah tangga petani dan berusahatani sebagai unit analisis, yaitu mereka yang mendapat bimbingan dari misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor. Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga petani, yaitu kepala keluarga atau anggota keluarga nya. yang sekaligus sebagai pengusaha tani yang mendapatkan pendampingan dari para fasilitator misi teknik Taiwan di Kabupaten Boyolali dan Bogor dimana mereka merupakan pelaku komunikasi berpartisipasi dalam pengembangan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan petani di dua Kabupaten penelitian. Di Kabupaten Boyolali seluruh petani yang mendapat bimbingan dan misi teknik Taiwan sebanyak 78 orang petani Kabupaten Boyolali dan di Kabupaten Bogor sebanyak 46 orang petani. Jadi total unit analisis pada penelitian sensus ini adalah 124 orang petani. Data dan Instrumentasi Data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara, observasi, dokumentasi, dan diskusi (FGD) dengan nara sumber yang berkompeten pada bidang technical skill, social skill dan managerial skill kewirausahaan petani di Indonesia dengan menggunakan kuesioner. Selain data Primer, juga dikumpulkan data sekunder untuk memperkuat data yang diperoleh dari pemerintahan setempat serta instansi yang terkait. Data skunder diperoleh dari laporan-laporan dan dokumentasi yang ada di Dinas Pertanian dan Kehutanan di Kabupaten Boyolali dan Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Bogor serta lembagalembaga/asosiasi yang terkait dengan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan yang diteliti, seperti: kelompok tani, koperasi unit desa/kud, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Penyuluh pertanian Swadaya (PPS), Badan Pusat Statistik, Kamar Dagang dan Industri, lembaga-lembaga penelitian pertanian, di dua kabupaten tersebut.

9 59 Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner yang dikelompokkan menjadi enam bagian, Pertama: terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan aspek lingkungan fisik dengan indikator infrastruktur/sarana komunikasi dan ciri/karakteristik teknologi. Kedua, pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan dinamika sosial meliputi: (1) Keanggotaan kelompok, (2) Ekologi kelompok, (3) Status dan kekuasaan, (4) Kepemimpinan kelompok, (5) Suasana kelompok, (6) Jaringan komunikasi tradisional. Ketiga, terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik petani meliputi: (1) Tingkat pendidikan, (2) Usia, (3) Jenis kelamin, (4) Pendapatan, (5) Kepemilikan aset, (6) Kekosmopolitan, (7) Pengalaman berusahatani sayuranan, dan (8) Keberanian ambil resiko. Keempat, pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan lingkungan sosial ekonomi meliputi: (1) Dukungan keluarga, (2) Dukungan kelembagaan, (3) Dukungan sistem sosial, (4) Dukungan mitra usaha, (5) Iklim kewirausahaan syariah dan (6) Keberfungsian kearifan lokal, (7) Keterbukaan pasar, dan (8) Informasi media massa. Kelima, Pertanyaan dan/atau pernyataan yang berkaitan dengan peubah antara yaitu pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran, meliputi aspek pola komunikasi monologik, dan pola komunikasi dialogik. Bagian keenam berupa pernyataan yang berkaitan dengan peubah terikat, yaitu pengembangan kapasitas kewirausahaan petani sayuran: technical skill, social skill, dan managerial skill. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah berupa operasionalisasi konsep (construct) yang amat membantu peneliti. Dari informasi tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana cara mengukur peubah yang dipakai. Dengan kata lain definisi operasional suatu unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu peubah. Dalam hal ini konsep-konsep peubah dibuat terukur agar dapat diteliti secara empiris. Untuk itu, konsep peubah harus dioperasionalkan dengan merubahnya menjadi konstruk (konstruksi peubah), yang berarti sesuatu yang mempunyai variasi nilai.

10 60 Definisi Operasional Menurut Kerlinger dan Lee (2000) menyebutkannya sebagai upaya spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu peubah atau memanipulasinya. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan mendefinisikan peubah yang diteliti ke dalam definisi operasional, yang diambil dari beberapa sumber sebagai acuan. (1) Karakteristik petani. Menurut Herman Subagio (2008) kualitas petani yang tinggi akan dapat memanfaatkan ketersediaan inovasi dan akses pada informasi menjadi lebih baik. Peubah-peubah karakteristik individu petani yang diukur pada penelitian ini terdiri dari: tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pendapatan, kepemilikan aset, kekosmopolitan, pengalaman berusahatani sayuran, dan keberanian mengambil resiko. (2) Dinamika sosial, yang menurut Cartwright dan Zander (1968) dapat dipelajari dari proses mengembangkan dinamika kelompok (group dynamics). Dimana terdapat enam ciri dinamika kelompok sebagai sistem sosial yang mempengaruhi dinamika sosial (interaksi sosial di dalam wadah kelompok), yaitu: (1) Keanggotaan kelompok; (2) Ekologi kelompok; (3) Status dan kekuasaan dalam kelompok; (4) Kepemimpinan kelompok; (5) Suasana/Iklim kelompok; dan (6) Jaringan komunikasi tradisional. (3) Lingkungan Fisik menurut Rogers (2003) dalam bukunya Diffusion of Innovations lingkungan fisik terdiri dari infrastruktur/sarana komunikasi dan ciri/karakteristik inovasi/teknologi. (4) Lingkungan sosial ekonomi menurut Soekanto (2004), adalah lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang baik individu maupun kelompok yang berada di sekitar manusia, yang saling berinteraksi. Tidak saja interaksi dalam tatanan hubungan sosial antar manusia, melainkan juga aspek kelembagaan dan sistem sosial turut mempengaruhi dan mewarnai kehidupan antara manusia tersebut. Pendapat lain menyebutkan bahwa lingkungan sosial tersebut sering dikaitkan dengan lingkungan sosial budaya maupun sosial ekonomi. Slamet (2003) mendefinisikannya sebagai segala kondisi sosial (ekonomi) budaya yang berada di sekitar lingkungan organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi sebagai hasil interaksi antara

11 61 organisasi dengan lingkungan sosialnya. Hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorang, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang-perorang dengan kelompok manusia. Pada Penelitian ini lingkungan sosial ekonomi sebagai indikatornya meliputi: dukungan keluarga, dukungan kelembagaan, dukungan sistem sosial, dukungan mitra usaha, iklim kewirausahaan syariah, keberfungsian kearifan lokal, keterbukaan pasar dan informasi media massa. (5) Pola komunikasi kewirausahaan petani sayuran pada penelitian ini meliputi: pola monologik dan pola dialogik. (6) Kapasitas kewirausahaan petani sayuran sebagai peubah dependen kedua setidaknya ada tiga syarat keahlian yang harus dimiliki yaitu: technical skill, social skill dan managerial skill yang diharapkan dapat kapasitas kewirausahaan petani sayuran. Pengukuran Variabel meningkatkan Pengukuran variabel atau peubah dapat dijelaskan dengan melihat keterkaitan peubah atau peubah, indikator dan parameter masing-masing peubah yang tersaji pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Keterkaitan peubah, indikator dan parameter Peubah Indikator (1) (2) Karakteristik petani (X 1 ) Tingkat Jalur sekolah formal/pendidikan pendidikan terstruktur dan berjenjang yang (X 1.1 ) pernah diikuti responden Usia (X 1.2 ) Jenis kelamin (X 1.3 ) Umur responden sejak lahir hingga saat penelitian dilakukan, dalam satuan tahun (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori. Identitas seks atau jenis kelamin responden yang ditemui saat pene-litian dilakukan (skala nominal) Jumlah penghasilan responden per panen (omset) saat penelitian dilakukan dalam satuan rupiah (skala rasio), lalu diordinalkan menjadi tiga kategori. Parameter (3) Jumlah tahun pendidikan formal yang telah dijalani sampai dengan penelitian dilakukan. (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori. Lama hidup (tahun), dihitung dari tanggal lahir sampai dengan saat wawancara dilakukan, dibulatkan ke tanggal ulang tahun terdekat. Macam jenis kelamin, terdiri atas: laki-laki dan perempuan. Tingkat pendapatan (X 1.4 ) Penghasilan per panen atau berkisar minimal 10% dari nilai omset yang diperoleh dari on-farm maupun off-farm dalam setahun terakhir. Kepemilikan Nilai aset (tetap dan bergerak) (1) rumah dan lahan tegal,sawah

12 62 aset (X 1.5 ) Kekosmopolit an (X 1.6 ) Pengalaman beriwausaha/berusahatan i sayuran (X 1.7 ) Keberanian mengambil resiko (X 1.8 ) Dinamika Sosial (X 2 ) dalam satuan rupiah yang dimiliki responden saat penelitian dilakukan (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori. Keterbukaan responden terhadap informasi, melalui hubungan mereka dengan berbagai sumber informasi, tiga bulan terakhir saat penelitian dilakukan dengan satuan kali (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori. Lama responden berkecimpung dalam kewirausahaan/berusahatani sayuran dengan satuan tahun (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori. Tindakan keberanian yang dilakukan petani dalam kewirausahaan atau berusahatani sayuran dengan satuan tahun (skala rasio). Kemudian diordinalkan menjadi tiga kategori. (X 2.1 ) Keanggotaan kelompok merupakan keragaan ukuran dan kemampuan anggota kelompok dalam berdiskusi dan menerapkan inovasi dari misi teknik Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal). (X 2.2 ) Ekologi kelompok berkaitan dengan pengaturan posisi anggota kelompok dalam berdiskusi, pemberian penje-lasan, memberikan semangat kerjasama pada kelompok tani (2) mobil, motor, sepeda (3) alat pertanian, ternak, ikan (4) sarana komunikasi (5) tabungan. (1) frekuensi petani mengakses media massa (2) frekuensi petani mendatangi dinas terkait, termasuk misi teknik Taiwan di Indonesia (3) frekuensi kunjungan ke penyuluh (4) frekuensi diskusi dengan petani (maju) lain (5) frekuensi mendatangi lokasi percontohan di luar desa. Jumlah tahun berusahatani sayuran sampai dengan penelitian ini dilakukan. (1) Frekuensi petani melakukan perencanaan dan tindakan usaha berdasarkan analisis situasi (2) Frekuensi mencoba ide baru walaupun belum ada yang melakukannya (3) Frekuensi kegagalan yang selalu dinilai dan dapat diperbaiki (4) Frekuensi mencoba berusaha meraih pangsa pasar baru (1) besarnya keanggotaan kelompok (2) intensitas diskusi/komunikasi (3) kemampuan anggota kelompok menerapkan inovasi teknologi (1) berdiskusi (2) pemberian penjelasan (3) memberikan semangat kerjasama

13 63 Lingkungan fisik (X 3 ) Lingkungan sosial ekonomi (X 4 ) Taiwan (skala ordinal) (X 2.3 ) Status dan kekuasaan berupa kemampuan mempengaruhi orang lain dalam kegiatan komunikasi kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (X 2.4 ) Kepemimpinan kelompok yang dicirikan oleh ketua/pengurus kelompok dalam menjalankan tugas yang diemban (skala ordinal) (X 2.5 ) Suasana/iklim kelompok yang terjalin antar sesama anggota di dalam kelompok tani Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal) (X 2.6 ) Jaringan komunikasi tradisional yang ditetapkan berdasarkan jenis pesan dan arah interaksi yang terjadi dalam kegiatan komunikasi kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (X 3.1 ) Infrastruktur/sarana komunikasi yang digunakan anggota kelompok tani Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal) (X 3.2 ) Karakteristik teknologi yang digunakan anggota kelompok tani Taiwan di Indonesia saat penelitian dilakukan (skala ordinal) (X 4.1 ) Dukungan keluarga sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani (1) komunikasi terpusat (2) distribusi komunikasi (3) pengambilan keputusan (4) penyelesaian masalah kelompok (1) keteladanan (2) keterbukaan (3) kepercayaan (4) kepatuhan (5) mendelegasikan kewenangan. (1) perasaan (akrab/solid) anggota dalam kelompok (2) moral /semangat kelompok (3) iklim/kenyamanan kelompok (4) iklim pengambilan keputusan. (1) bentuk roda (2) bentuk rantai (3) bentuk Y (4) bentuk lingkaran (5) bentuk bintang (all-channel). (1) keterjangkauan secara lokal (2) kecukupan frekuensi/intensitas memanfaatkan (3) keterjangkauan biaya (4) kesesuaian dengan keterampilan menggunakan. (1) keuntungan relatif (2) keserasian (compatibility) (3) tidak rumit (less complexity) (4) dapat dicoba (trialability) (5) dapat dilihat langsung secara konkrit (observability). (1) dukungan moril anggota keluarga (2) pertentangan kebutuhan tugas di kelompok dengan rumahtangga.

14 64 Pola komunikasi kewirausahaa n petani sayuran (Y 1 ) Taiwan di Indonesia (skala ordinal) (X 4.2 ) Dukungan kelembagaan yang eksis sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (X 4.3 ) Dukungan sistem sosial sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (X 4.4 ) Dukungan Mitra usaha (bisnis) sebagai kekuatan pengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (X 4.5 ) Iklim Berwirausaha syariah sebagai sikap berusaha tani di kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal). (X 4.6 ) Kearifan lokal yang digunakan responden dalam penyelenggaraan kegiatan di kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal) (X 4.7 ) Keterbukaan pasar bagi responden dalam penjualan dan pemasaran produk (X 4.8 ) Informasi media massa tersedia bagi responden dalam mengakses informasi (Y 1.1 ) Pola komunikasi monologik, yang dilakukan responden petani sayuran dalam kegiatan di kelompok tani (1) integrasi dengan lembaga lain (2) Pertentangan kebutuhan/ kepentingan dengan kelompok lain (1) belief di masyarakat (2) sentimen/perasaan masyarakat (3) norma/nilai di masyarakat (4) sanksi masyarakat. (1) dukungan lembaga bisnis (2) insentif harga produk petani (3) insentif sarana produksi (4) keterjaminan pasar produk. (1) memanfaatkan modal (dana dan lahan) (2) transaksi usahatani (3) memasarkan produk. (1) pengetahuan lokal (2) keterampilan lokal (3) nilai-nilai lokal (1) Penjualan produk laku (2) mudah pemasaran produk. (1) Media cetak (2) Media elektronik (3) Internet persepsi petani sayuran tentang penyebaran informasi, kampanye media, dan metode difusi yang satu arah, diukur dengan empat skor jawaban: 1= tidak pernah, 2= jarang, 3= sering, 4 = selalu.

15 65 Kapasitas kewirausahaa n petani sayuran (Y 2 ) Taiwan di Indonesia (skala ordinal) (Y 1.2 ) pola komunikasi dialogik, yang dilakukan responden petani sayuran dalam kegiatan di kelompok tani Taiwan di Indonesia (skala ordinal) Kemampuan petani anggota kelompok tani pendampingan oleh misi teknik Taiwan di Indonesia dalam berusahatani dengan memperhatikan cara-cara berusaha atau berwirausaha secara (ekonomi) syariah, yang diukur berdasarkan kemampuan technical skill, social skill, dan managerial skill yang dimiliki (skala ordinal). persepsi petani sayuran tentang penyebaran informasi, kampanye media, dan metode difusi yang dua arah, dimana proses dan hasilnya berakhir terbuka dan pembahasan/diskusi. (1) kemampuan sosial skill (2) kemampuan technical skill (3) kemampuan managerial yang dituangkan dalam perilaku petani dalam bentuk: cognitive, affective dan psychomotoric (keterampilan). (Y 2.1 ) Technical skill persepsi petani sayuran tentang (1) pengetahuan (cognitive) kewira usahaan, teknik budidaya, dan cara pengelolaan pasca panen sayuran mereka (2) sikap (affective) petani terhadap usaha sendiri/wirausaha sayuran (3) keterampilan (psychomotoric)- nya melakukan wirausaha sayuran dalam setahun terakhir, dan mampu menyesuaikan dengan permintaan pasar. (Y 2.2 ) Social skill persepsi petani sayuran tentang (1) pengetahuan (cognitive) kerjasama, tatacara/teknologi budi daya tanaman sayuran, sistem pemasaran, mendapatkan bibit, pupuk dan berbagai input yang dibutuhkan (2) sikap (affective) petani terhadap sistem pemasaran, sistem penyediaan input, teknologi yang diterapkan (3) keterampilan (psychomotoric) melakukan dalam kepengurusan kelompok, keterlibatan langsung setiap pengambilan keputusan kelompok, dan terlibat dalam pengembangan pemasaran produk.

16 66 (Y 2.3 ) Managerial skill (1) persepsi petani sayuran tentang pengetahuan (cognitive) fungsi manajemen dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi budidaya sayuran; teknologi, jalur penyediaan input sampai pasca panen/pasar; kepemimpinan dalam kelompok (2) sikap (affective) petani terhadap cara para pendamping dalam memberikan semangat kerjasama, sistem pembinaan yang dilakukan pendamping, dan sistem pengelolaan dari budidaya sampai pasca panen/ pemasaran. (3) keterampilan (psychomotoric) partisipatif dalam setiap merencanakan kegiatan bersama para pendamping, mengambil keputusan, dan dalam usaha pengembangan kewirausahaan mandiri. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumen Terkait dengan keabsahan data dalam penelitian kuantitatif, maka merujuk pada validitas butir instrumen dan validitas intrumen/skala. Valid bermakna kemampuan butir-butir parameter dan indikator dalam mendukung konstruk suatu peubah dalam instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid (sah), apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya: meteran dinyatakan valid untuk mengukur panjang dan tidak dapat dianggap valid jika digunakan untuk mengukur berat atau isi suatu benda. Pengertian valid dapat dilihat dari dua segi. Pertama, apabila dalam menyusun suatu instrumen, penyusun berusaha memilih soal-soal secara logis diperkirakan dapat mengukur apa yang mau diukur, baik menurut pertimbangan sendiri maupun setelah bertukar pikiran (berkonsultasi) dengan orang lain atau bahkan ahli-ahli di bidang pengetahuan yang bersangkutan, instrumen tersebut dinyatakan telah memiliki content validity. Artinya, isinya diperkirakan sesuai dengan apa-apa yang seharusnya diukur, atau logical validity, yang berarti secara logis, butir-butirnya diperkirakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

17 67 Istilah lain yang berhubungan adalah face validity, yaitu kelihatan dari luar sudah valid. Kedua, bila instrumen yang telah dipergunakan, validitasnya dapat diukur dengan memperbandingkan hasil-hasil pengukurannya dengan hasil pengukuran lainnya. Cara ini menghasilkan apa yang dinamakan empirical validity, yang artinya secara empiris dibandingkan dengan hasil pengukuran lain yang telah diketahui atau dianggap valid atau statistical validity (karena dalam proses pembandingan ini biasanya diperlukan perhitungan-perhitungan statistik). Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila instrumen itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan adalah sahih sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Penggunaan istilah ini secara bergantian tidak menimbulkan masalah sebab semua orang memahaminya. Suatu intrumen dinyatakan valid apabila instrumen itu tepat tetapi istilah tepat belum dapat mencakup semua arti yang tersirat dalam kata valid dan kata tepat kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain. Akan tetapi, tambahan kata tepat dalam menerangkan valid dapat memperjelas apa yang dimaksud. Contoh, untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan sebagainya. Jadi, nilai yang diperoleh pada waktu ulangan bukan menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar (Arikunto, 2006). Istilah valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang diinginkan. Konsep valid ini secara sederhana mencakup pengertian bahwa skala atau instrumen yang digunakan dapat mengukur atau mengungkapkan hal-hal yang seharusnya diukur atau diungkapkan. Dengan begitu, jika peneliti ingin mengukur atau mengetahui tentang bagaimana kecerdasan spiritual, misalnya skala atau instrumen tersebut memang memuat pertanyaan atau pernyataan yang menyangkut kecerdasan spiritual. Tentunya dengan mengacu pada konsep teoritis tentang kecerdasan spiritual inilah peneliti mengembangkan skala/instrumen untuk proses pengambilan datanya.

18 68 Dari pemahaman di atas, konsep validnya sebuah instrumen turut menentukan valid tidaknya data yang diperoleh peneliti, dan menjadi rujukan pada ketepatan alat ukur/skala/instrumen yang digunakan oleh peneliti. Dalam bidang psikologi konsep validitas setidaknya memiliki tiga konteks yaitu: validitas penelitian (research validity), validitas soal (item validity), validitas alat ukur (test validity). Dalam pelaksanaan penelitian, ketiga konteks tersebut harusnyaa terpenuhi agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan data yang senyatanya, sebagaimana diharapkan sehingga proses pengambilan kesimpulannya juga memiliki nilai jaminan tinggi. Metode yang sering digunakan untuk mencari validitas instrumen adalah korelasi produk momen (product moment correlation, Pearson correlation), antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total sehingga sering disebut sebagai inter item-total correlation. Formula yang digunakan untuk itu adalah sebagai berikut: = Keterangan: X ij = skor responden ke-j pada butir pertanyaan i = rata-rata butir pertanyaan i. = rata-rata total skor t j = total skor seluruh pertanyaan untuk responden ke-j r 1 = korelasi antara butir pertanyaan ke-i dengan total skor. Pada dasarnya uji validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut. Penelitian ini menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka item-item yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat tes yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

19 69 Untuk menghitung validitas suatu alat tes salah satu caranya dengan melihat daya pembeda item (item discriminate). Daya pembeda item adalah metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis tes. Daya pembeda item dalam penelitian ini dilakukan dengan cara korelasi item-total. Korelasi itemtotal yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan, yang dalam penelitian ini menggunakan koefisien validitas dihitung dengan menggunakan rumus korelasi moment product Pearson (Ancok, 1998). Tingkat validitas suatu alat ukur dapat diketahui dari nilai koefisien validitasnya dengan rentang antara nol sampai satu, dimana nilai koefisien yang semakin mendekati satu menunjukkan bahwa validitas instrumen penelitian semakin sempurna. Dari uji validitas di salah satu lokasi di Kabupaten Bogor terhadap 10 responden dengan menggunakan 130 butir pertanyaan/pernyataan pada kuesioner ujicoba, didapatkan 10 butir pertanyaan/pernyataan yang tidak valid, dikarenakan nilai koefisien validitas (r hasil ) < dari nilai koefisien validitas kritis (r kritis = 0,564, pada α = 0.05). delapan pertanyaan dibuang, dan dua pertanyaan dimodifikasi. Hasil olahan uji validitas tersaji dalam Lampiran 1. Reliabilitas Instrumen Dalam pendekatan kuantitatif, keabsahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode statistik, yaitu mencari reliabilitas instrumen yang digunakan. Reliabilitas dalam pendekatan kuantitatif ini agak berbeda dengan pendekatan kualitatif. Pada pendekatan kualitatif, reliabilitas dilakukan saat data telah diperoleh yaitu dengan cara mengkonfirmasi pada subyek lain. Sementara itu, dalam pendekatan kuantitatif, reliabilitas dilakukan dengan cara mencari nilai koefisien reliabilitas instrumen, yaitu instrumen ujicoba yang telah diuji validitasnya dilanjutkan analisis tingkat kereliabelan instrumentasi tersebut yang dihitung secara statistik dengan menggunakan beberapa formula statistik. Sebelumnya perlu dipahami bahwa yang dimaksud reliabilitas instrumen adalah tingkat keterandalan instrumen saat digunakan kapan dan oleh siapa saja, sehingga akan cenderung menghasilkan data yang sama atau hampir sama dengan sebelumnya. Reliabilitas merupakan ketepatan atau consistency atau dapat

20 70 dipercaya. Artinya, instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut akan memberikan hasil yang sama meskipun diulang-ulang dan dilakukan oleh siapa dan kapan saja. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen harus diujicobakan berkali-kali. Hasil percobaan dilihat apakah menunjukkan adanya ketepatan atau keseragaman. Kalau hasil percobaan itu memperlihatkan ketepatan, instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Jadi suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila hasil pengukurannya mantap. Adapun kemantapan dapat dilihat dari tiga segi yaitu: a. Sebagai kemantapan hasil pengukuran ulangan dengan instrumen yang sama menghasilkan indeks stabilitas; b. Sebagai kemantapan hasil mengukur dengan dua buah instrumen yang paralel yang dianggap sama, menghasilkan indeks ekuivalensi atau kesamaan; c. Kemantapan hasil mengukur masing-masing item dihubungkan dengan kemantapan instrumen secara keseluruhan yang menghasilkan indeks konsistensi internal atau kemantapan internal. Instrumen/skala yang reliabel berarti instrumen/skala tersebut mempunyai sifat yang dapat dipercaya karena memberikan hasil yang tetap apabila diteskan atau diujicobakan berkali-kali. Jadi, apabila subyek yang diberikan instrumen yang sama pada waktu yang berlainan, subyek akan tetap berada dalam urutan yang sama dalam kelompoknya. Atau jika instrumen/skala tersebut diberikan kepada subyek dengan kelompok yang berbeda, tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama, tetap akan menghasilkan hasil yang hampir sama dengan subyek terdahulu. Inilah konsistensi hasil sehingga suatu instrumen (skala) dinyatakan mempunyai keajegan (reliability) apabila hasil pengukurannya sama di segala waktu, di setiap tempat dan setiap sirkumtansi. Sifat reliabel atau terandalnya sebuah alat ukur berkenaan dengan kemampuan alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten. Secara sederhana, maka reliabilitas adalah tingkat kepercayaan atau keterandalan alat ukur. Tingkat reliabilitas ditunjukkan dengan adanya keajegan (konsistensi) hasil skor yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang sama, atau diukur dengan alat ukur yang setara pada kondisi yang berbeda. Dengan demikian, unsur yang harus ada jika suatu alat ukur dinyatakan telah reliabel adalah adanya hasil

21 71 tetap (konsisten) saat alat ukur tersebut digunakan, kapan dan oleh siapa saja serta diterapkan pada subyek yang berbeda. Terkait dengan makna reliabilitas ini Trochim dalam Nasir (2005), menyatakan sebagai berikut: In research the term reliability means repeatability or consistency. A measure is considered reliable if it would give us the same result over and over again (assuming that what we are measuring isn t changing!). Jadi, dari pendapat ini jelas bahwa reliabilitas mengandung unsur keajegan (konsistensi) hasil pegukuran. Alat ukur dinyatakan reliabel jika memberikan hasil pengukuran yang sama, meski dilakukan berulang-ulang kali dengan asumsi tidak adanya perubahan pada apa yang diukur. Reliabilitas instrumen artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Kadangkadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Namun, ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement error). Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subyek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Di samping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada, artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat reliabilitas suatu alat ukur, salah satunya adalah dengan internal consistency dengan teknik Alpha Cronbach yang dianalisis dengan program SPSS ver 19.

22 72 Teknik ini untuk menguji reliabilitas pertanyaan atau pernyataan-pernyataan berbentuk skala interval dan rasio, yang mempunyai hubungan satu sama lain. Penilaian reliabilitas ditujukan untuk mengukur internal konsistensi pertanyaan atau pernyataan (Nazir, 2005). Hasil nilai koefisien reliabilitas instrumen ini kemudian dikelompokkan ke dalam 5 (lima ) kelas dengan range yang sama, ukuran kemantapan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Nilai kisaran 0,00 s/d 0,20 berarti kurang reliabel 2. Nilai kisaran 0,21 s/d 0,40 berarti agak reliabel 3. Nilai kisaran 0, 41 s/d 0,60 berarti cukup reliabel 4. Nilai kisaran 0,61 s/d 0,80 berarti reliabel 5. Nilai kisaran 0,81 s/d 1,00 berarti sangat reliabel. Dari Uji reliabilitas terhadap 10 responden dengan menggunakan alat uji Spearman-Brown (split half reliability test) didapatkan hasil r total sebesar 0,69 atau dalam kisaran kategori ke nomor 4 yaitu 0,61 s/d 0,80 berarti reliabel. Demikian juga menurut Nasir (2005), nilai kritis untuk koefisien korelasi Spearman-Brown dengan n = 10 adalah level signifikansi 0,05 sebesar 0,564 dan level signifikansi 0,01 sebesar 0,746, yang berarti reliabel sebagaimana tersaji dalam Lampiran 2. Pengumpulan Data Data pertama diambil dari para kepala rumah tangga petani, anggota keluarga tani, observasi lapangan yang diharapkan mampu memberikan masukan dalam hal harapan petani kaitannya dengan peningkatan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan petani di dua kabupaten di Indonesia, sebagai bahan untuk analisa data penelitian. Data kedua diambil dari responden pengusaha tani di dua kabupaten terpilih secara sengaja sebanyak 22 orang sebagai wakil dari para praktisi, lima orang pakar di bidang technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan dari kalangan intelektual perguruan tinggi yang mewakili para pakar dan terakhir lima orang dari kaum birokrat yang mewakili para pengambil keputusan di bidang peningkatan technical skill, social skill, dan managerial skill kewirausahaan di pemerintah daerah di dua kabupaten, yakni Kabupaten Bogor dan Boyolali. Dengan data primer ini diharapkan dapat memberikan informasi

23 73 untuk mengetahui kapasitas technical skill, social skill, dan managerial skill petani di Indonesia melalui indepth interview. Dengan perincian sebagai berikut: 1. Data primer: dengan pengisian questionair dan wawancara langsung dengan 124 orang anggota kelompok tani 2 (dua) kabupaten di Indonesia yang dibina oleh misi teknik Taiwan di Indonesia. 2. Pengamatan langsung ke lapangan kepada 22 orang anggota kelompok tani dari Taiwan di Indonesia. 3. Data sekunder dari pihak-pihak terkait (para pakar, responden, instansi terkait) seperti: para dosen, pejabat pada kantor kamar dagang dan industri daerah (Kadinda) Kota Bogor, pejabat Bappeda, pejabat pemerintah Kabupaten Bogor, dan Boyolali, para Penyuluh dan para Pejabat di Departemen Pertanian, Departemen Industri dan Perdagangan RI Jakarta. 4. Melakukan kajian dan penelaahan pustaka dan data lainnya. Selain itu, dilakukan pengumpulan data kualitatif, sebagai dukungan data kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dan informasi yang dihimpun dalam catatan harian dalam bentuk narasi. Untuk lebih detailnya, cara pengumpulan data kualitatif yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Kuesioner (questioner), yaitu sejumlah pertanyaan tertutup dalam mengukur peubah penelitian untuk diisi responden. 2. Wawancara (interview), yaitu melakukan tanya jawab lisan secara langsung dengan responden penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Wawancara dilakukan terhadap pelaku komunikasi inovasi (petani dan penyuluh/ pendamping) dan juga tokoh masyarakat yang terkait dengan kelembagaan. 3. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu melakukan tanya jawab lisan secara langsung dan mendalam guna memperdalam informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap pelaku komunikasi inovasi (petani dan penyuluh/pendamping) dan juga tokoh masyarakat yang terkait dengan kelembagaan. 4. Dokumentasi (documentation), yaitu mengumpulkan data dengan cara penelusuran dan pencatatan data, dokumen, arsip, maupun referensi yang relevan di instansi yang ada kaitannya dengan penelitian.

24 74 Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun & Effendi, 2006). Pengolahan data yang diperoleh dari lapangan melalui tahapan editing, coding, dan ditabulasi sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan analisis data dengan teknik statistik non parametrik, menggunakan program SPSS (Statistical Product and Services Solution) ver.19 for Windows. Untuk analisis statistik deskriptif digunakan frekuensi, persentase, rataan skor, total rataan skor dan persentil. Analisis statistik inferensial dilakukan untuk mengetahui hubungan antar peubah penelitian dan menemukan model empiris hubungan antar peubah dan faktor-faktor pendukungnya, dalam hal ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Menurut Sarwono (2006) analisis jalur merupakan teknik analisis sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika peubah bebasnya mempengaruhi peubah terikat tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung. Sebelum data variabel diolah menggunakan analisa regresi berganda,dan analisa jalur terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk setiap variabel. Hasil olahan uji normalitas data setiap variabel disajikan pada lampiran 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel- variabel X terhadap variabel variabel Y dilakukan analisa regresi berganda, hasil olahan analisa regresi berganda disajikan pada lampiran 4. Setelah dilakukan analisa regresi berganda sekaligus dilakukan analisa jalur untuk mengetahui efektifitas pengaruh variabel- variabel X terhadap variabel-variabel Y tersebut, hasil olahan analisa jalur disajikan pada lampiran 5. Dikarenakan lokasi penelitian dilakukan di dua kabupaten, sebagai analisa terakhir dilakukan uji beda untuk mengetahui perbedaan variabel Y 1 (pola komunikasi) dan Y 2 (kapasitas kewirausahaan Petani) di Kabupaten Boyolali dan Bogor. Hasil uji beda variabel Y 1 dan Y 2 disajikan pada lampiran 6.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2008 di Desa Jono Oge dan Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang dengan metode survei deskriptif-korelasional. Menurut Kerlinger dan Lee (2000), penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang besar dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 25 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Pasirmulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, karena desa ini merupakan binaan Yayasan Damandiri yang paling aktif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menjawab suatu permasalahan yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. Desain, Tempat dan Waktu 25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian 36 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks Perkantoran

Lebih terperinci

KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS

KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS 21 KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Hasil penelitian Marwan (2008) dan Sooknanan et al. (2002) menunjukkan bahwa dosen perguruan tinggi merupakan aktor (pengambil keputusan) utama yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 36 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai penelitian survey deskriptif korelasional yaitu melihat hubungan antara peubah secara mendalam. Peubah penelitian yang diamati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan teoritis pada Bab II, maka langkah berikutnya pada Bab III ini adalah menguji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model adopsi internet oleh guru SMA Negeri. Karena itu, tipe penelitian ini termasuk pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai metode survei yang menurut Singarimbun dan Effendi (2011) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN Metoda penelitian ini meliputi unsur-unsur: (1) populasi, sampel, dan responden, (2) desain penelitian, (3) data dan instrumentasi, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena hal ini menentukan berhasil atau tidaknya hasil penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan adalah berupa penelitian eksplanasif artinya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan adalah berupa penelitian eksplanasif artinya BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah berupa penelitian eksplanasif artinya penelitian yang menjelaskan secara keseluruhan dari obyek yang diteliti dalam batas-batas

Lebih terperinci

ABSTRACT CAHYONO TRI WIBOWO

ABSTRACT CAHYONO TRI WIBOWO ABSTRACT CAHYONO TRI WIBOWO, Communication Pattern on Vegetable Farmers Entrepreneurship Capacity development (Case: Taiwan Technical Mission Assistance). Supervised by SUMARDJO as Head of Supervisory

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif (quantitative research) dengan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk mengamati perilaku dari anak murid Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk mengamati perilaku dari anak murid Sekolah Dasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini beranjak untuk mengamati perilaku dari anak murid Sekolah Dasar yang menonton sinetron Raden Kian Santang. Berdasarkan objek penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini adalah pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 3 AA-BB Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. H. Juanda yang terletak disebelah utara Kota Bandung berjarak + 7 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. H. Juanda yang terletak disebelah utara Kota Bandung berjarak + 7 km dari pusat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang terletak disebelah utara Kota Bandung berjarak + 7 km

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan khususnya PT. Utama Jaya Perkasa Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dilaksanakan melalui pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sumber topik

BAB III OBJEK DAN METODOLGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sumber topik BAB III OBJEK DAN METODOLGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sumber topik untuk penulisan dalam menyusun suatu laporan. Penelitian ini mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang berarti sesudah fakta, maksudnya penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Disain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kausal (causal study), yang merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 22 3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT. 4. Terdapat hubungan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dengan responden pelaku usaha mikro kecil pada unit bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat. 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15 68 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu bentuk penelitian yang menilai peristiwa yang telah terjadi atau penilaian kondisi faktual di lapangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menyajikan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini, dengan cakupan uraian meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dalam bentuk correlation research yang bertujuan menjelaskan pola hubungan antar peubah melalui pengujian hipotesis. Di dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah merupakan suatu rangkain kegiatan ilmiah yaitu dalam rangka pemecahan suatu permalasahan. Hasil penelitian tidak perna dimaksudkan sebagai suatu pemecahan langsung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian kuantitatif adalah sebuah metodologi yang menggunakan cara pengukuran berdasarkan variabel yang ada. Metode ini adalah metode ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah explanatory (penjelasan) dengan analisis korelasional untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Fokus penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian untuk mengkaji populasi untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Kesehatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Sedangkan waktu yang dibutuhkan peneliti untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 1): Penelitian eksplanatif adalah suatu jenis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuki meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan subyek penelitian Penyusunan Instrumen Penelitian (kuesioner)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah preferensi konsumen smartphone merek Blackberry. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini, yaitu konsumen smartphone

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3.1.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain Penelitian merupakan rancangan penelitian yang menggambarkan pendekatan dan metode yang akan dipilih dalam penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu sejak Juni 2008 sampai September 2008 dilakukan di daerah tujuan wisata Jakarta Timur. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan salah satu dari tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan dalam mencari kebenaran dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang akan melakukan penelitian harus mengetahui serta menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena metode penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain penelitian survei, yaitu mengambil contoh dari suatu

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian explanatory research adalah jenis penelitian yang menyoroti hubungan antar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan

METODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan METODE PENELITIAN Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah Desa Pulosari dan Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan yang termasuk dalam wilayah kerja BKPH Pangalengan, KPH Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7), metode penelitian kuantitatif diartikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Proses metodologi penelitian ini adalah merupakan langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari proses pengumpulan data hingga pembuatan dokumentasi Tugas Akhir.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana menggabungkan antara dua metode, yaitu metode deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2).

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilimiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). Tujuan adanya metode

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan 43 BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah profesionalisme auditor internal dan pencegahan kecurangan. Penelitian dilakukan di PT. Bank Jabar Banten. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di UPT Balai Pengembangan Instrumentasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota di Kecamatan Bogor Timur yang berada di bawah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2 Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 5 Disain Penelitian.

METODE PENELITIAN. Gambar 5 Disain Penelitian. METODE PENELITIAN Disain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey bersifat explanatory, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kejelasan tentang sesuatu yang terjadi di masyarakat,

Lebih terperinci