LAKIP. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAKIP. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia"

Transkripsi

1 2 LAKIP 2015 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Republik Indonesia

2 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata (LAKIP) Tahun 2015 merupakan wujud pertanggungjawaban Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri dalam mencapai misi dan tujuan. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Akuntabilitas adalah untuk pelaksanaan akuntabilitas di Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri dalam rangka mendorong terwujudnya Pemerintah yang baik dan terpercaya. Capaian kinerja yang termuat dalam LAKIP merupakan realisasi kinerja dari targettarget kinerja yang termuat dalam Penetapan Kinerja Tahun Kami sampaikan bahwa pada umumnya capaian kinerja Tahun Anggaran 2015 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah sebesar 96,27% untuk realisasi capaian kinerja dan % untuk realisasi anggaran. Keberhasilan capaian kinerja Tahun Anggaran 2015 tentunya tidak terlepas dari peran aktif selurah jajaran pejabat dan staf di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Menyadari bahwa masih banyak yang perlu dibenahi untuk mewujudkan Indonesia yang berdaya saing di bidang pariwisata, maka diperlukan usaha, sinergi dan komitmen yang kuat untuk membangun destinasi dan industri pariwisata dari berbagai pihak. Semoga Laporan Akuntabilitas Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata ini bermanfaat untuk menentukan arah kebijakan dan program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata di tahun-tahun mendatang. Jakarta, Februari 2016 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata DADANG RIZKI RATMAN ii

3 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. SEKILAS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA...1 B. RENCANA STRATEGIS...3 C. ISU STRATEGIS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA DESTINASI PARIWISATA...6 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 8 A. PERJANJIAN KINERJA...8 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ) Capaian dan Analisis Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat B. Analisis Penggunaan Sumberdaya ) Sumberdaya Keuangan ) Analisis Penggunaan Sumber Daya ) Analisis Program/Kegiatan BAB IV PENUTUP iii

4 BAB I PENDAHULUAN A. SEKILAS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata merupakan Unit Eselon I yang bertanggungjawab langsung di bawah Menteri Pariwisata sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata mempunyai tugas penyiapan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, serta peningkatan daya saing industri pariwisata, dengan fungsi sebagai berikut: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; b. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan analisis kegiatan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; d. pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan perintisan daya tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan pengembangan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing pariwisata; e. pelaksanaan administrasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata; 1

5 f. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; g. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; h. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; dan i. pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dibantu oleh 6 (enam) unit Eselon II: a. Sekretariat Deputi; b. Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem; c. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya; d. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan; e. Asisten Deputi Industri Pariwisata; dan f. Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat. 2

6 Adapun struktur organisasi Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dilihat pada diagram di bawah ini: B. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata merupakan turunan dari Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun Adapun visi, misi, tujuan, sasaran serta arah kebijakan dan strategi dalam pengembangan destinasi dan industri pariwisata sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah : VISI Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong MISI Berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun dan dalam 9 Agenda Prioritas Nawa Cita tersebut, disusunlah 4 (empat) Misi Pembangunan Pariwisata tahun , dengan mengadaptasi empat elemen pengembangan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Pembangunan Pariwisata Tahun adalah: 3

7 1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan mewujudkan masyarakat yang mandiri; 2. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; 3. Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar Internasional; dan 4. Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan. TUJUAN Berdasarkan misi Pembangunan Pariwisata Tahun , maka berikut ini adalah tujuan pembangunan pariwisata tahun dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata yaitu : 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional ; 2. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya; 3. Memasarkan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif sehingga kinerja pemasaran pariwisata mencapai produktifitas maksimal; dan 4. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran 4

8 Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas maksimal Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan daya saing industri pariwisata, melalui : 1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; 2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi; 3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata; 4) Pengembangan industri pariwisata antara lain meliputi peningkatan kemitraan usaha pariwisata dan investasi pariwisata, pengembangan standar usaha pariwisata dan sertifikasi usaha pariwisata, peningkatan keragaman dan daya saing produk jasa pariwisata di setiap destinasi pariwisata, dan pembinaan usaha pariwisata bagi masyarakat lokal. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai salah satu eselon I pada Kementerian Pariwisata sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. 5

9 Adapun Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun memiliki 3 (tiga) sasaran strategis yaitu : 1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang ditandai dengan 4 (empat) indikator utama yaitu : a. Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem; b. Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan; c. Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata; d. Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat. 2. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama yaitu : Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional. 3. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama yaitu : Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata. C. ISU STRATEGIS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA DESTINASI PARIWISATA Pengembangan destinasi dan industri pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan daya saing industri pariwisata melalui pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, pengembangan wisata alam, budaya dan buatan, peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat serta pengembangan industri pariwisata. Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pariwisata Tahun , dalam kerangka pengembangan destinasi wisata terdapat beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu : (1) perubahan iklim dan bencana alam, (2) ketersediaan konektifitas dan infrastruktur yang belum optimal; (3) kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal; (4) kemudahan investasi yang masih belum optimal. Dan dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industri 6

10 pariwisata, antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha ariwisata yang belum optimal; (2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3) kemitraan usaha pariwisata yang belum optimal; (4) pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih belum optimal. Kendala-kendala tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi pengembangan pariwisata di Indonesia. 7

11 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberian amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, akan tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 3 Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)

12 Sasaran strategis dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah : 1. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 3. Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata Ketiga sasaran tersebut sesuai dalam Rencana Strategis Tahun Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. 9

13 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA 1) Capaian dan Analisis Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata berdasarkan pada Perjanjian Kinerja dengan membandingkan target dan realisasi. Adapun secara ringkas capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 3.1 Capaian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN REALISASI % 1 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 3 Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) * ** *Sumber : BKPM, 2015 ** Sumber : Kementerian Pariwisata , angka estimasi 10

14 Analisis capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata berdasarkan pada Perjanjian Kinerja tahun Berikut analisis capaian kinerja dari Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan : SASARAN 1 MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA Investasi merupakan salah satu dari 6 pilar pengembangan destinasi pariwisata. Meningkatnya investasi di bidang pariwisata menjadi salah satu faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur. Realisasi kontribusi investasi di sektor pariwisata terhadap total investasi nasional tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) Dari tabel di atas dapat terlihat realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional adalah sebesar 2.4%. Jika dibandingkan dengan target sebesar 3.6%, nilai capaiannya adalah sebesar 67%. Berdasarkan pada data realisasi investasi tahun 2015, nilai investasi nasional adalah sebesar US$ dan nilai investasi sektor pariwisata sebesar US$ 1.048,66. Nilai investasi pariwisata tersebut telah memberikan kontribusi terhadap total investasi nasional sebesar 2,4%. 11

15 Berikut adalah tabel nilai realisasi investasi pada tahun 2015 : Tabel 3.2 Nilai Realisasi Investasi Realisasi Investasi * Total Investasi Bidang Pariwisata 1.048,66 Total Investasi Nasional * PMA dan PMDN dalam Juta US$ Sumber : BKPM, 2015 Adapun perbandingan capaian nilai realisasi investasi bidang pariwisata terhadap investasi nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.3 Perbandingan Nilai Realisasi Investasi % % kon kon No Investasi tri tri busi busi 1 Pariwisata PMA 462, ,91 732,46 PMDN 140, ,29 316,20 Total PMA & PMDN % kon tri busi 602,700 1,63 939,20 2, ,66 2,4 Pertumbuhan 56% 11.65% 2 Nasional PMA , , PMDN , , Total PMA & PMDN , , Pertumbuhan 16% 1% * Data realisasi investasi pariwisata 2013 dihitung dari 8 jenis usaha pariwisata, sedangkan tahun 2014 & 2015 dihitung dari 18 jenis usaha pariwisata Sumber : BKPM, Dari tabel di atas dapat terlihat nilai realisasi investasi sektor pariwisata pada tahun 2015 sebesar US$ 1.048,66 dan nilai total investasi nasional sebesar US$ Nilai realisasi investasi pariwisata tersebut mengalami peningkatan 12

16 jika dibandingkan dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2015 adalah sebesar 11.65% jika dibandingkan dengan tahun Jika dikaitkan dengan perbandingan capaian kontribusi investasi pariwisata terhadap total investasi nasional pada Indikator Kinerja Utama pada tahun , capaiannya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini : NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) % % % REALISASI REALISASI REALISASI CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa realisasi kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional pada tahun 2015 sebesar 2.4% meningkat sebesar 10% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar 2.18% pada tahun 2014 dan realisasi pada tahun 2015 meningkat sebesar 47% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar 1.63% pada 2 tahun sebelumnya yaitu tahun Secara umum, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), peningkatan investasi di Indonesia pada tahun 2015 disebabkan antara lain oleh adanya berbagai paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor, termasuk fasilitasi atas permasalahan yang dihadapi investor. Selain itu, terkait dengan sektor pariwisata, melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI Pemerintah berkomitmen untuk mempermudah investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Insentif dan kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan Properti 13

17 Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak terlepas dari adanya komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang pariwisata sesuai dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas), adanya dukungan dari berbagai pihak (Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan stakeholder terkait), serta ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tahun 2015 untuk mendukung sasaran meningkatkan investasi di sektor pariwisata adalah sebagai berikut : 1) Penyusunan Proposal Investasi Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi potensi investasi pariwisata untuk selanjutnya dapat dilakukan promosi investasi baik dengan melakukan penyebaran informasi maupun melalui pertemuan-pertemuan bisnis dengan investor potensial, baik dalam maupun luar negeri. Dengan adanya proposal Investasi dapat tersedia informasi peluang investasi di destinasi pariwisata dan dapat mendorong daerah yang memiliki potensi investasi untuk berkembang. Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah lokasi sebanyak 3 tempat, tahun 2013 sebanyak 4 tempat, dan tahun 2014 sebanyak 6 tempat. Pada tahun 2015 telah tersusun proposal investasi pada 16 Kabupaten/Kota di 55 lokasi potensial investasi. Proposal-proposal investasi tersebut telah berhasil menarik minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di bidang pariwisata (hotel, resort, marina) antara lain di Wakatobi, Maluku Tenggara Barat, Sabang, dan Lombok Barat. 14

18 2) Promosi Investasi Pariwisata Promosi investasi pariwisata bertujuan untuk meningkatkan awareness calon investor pada sektor pariwisata baik investor dalam negeri maupun luar negeri. Dengan adanya promosi investasi dapat membantu penyebaran informasi terkait potensi sebuah destinasi pariwisata dan peluang-peluang investasi di dalamnya. Pada tahun 2015 telah dilakukan promosi investasi pariwisata melalui pertemuan bisnis di Dubai, Bali, Milan, Hongkong, serta event investasi pariwisata THINC di Bali. No Kegiatan Tempat 1 Pertemuan Bisnis dengan Investor Timur Tengah 2 Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC) 3 Pertemuan Bisnis dalam acara Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC) 4 Partisipasi dalam Indonesia Investment Day 5 Pertemuan Bisnis dalam Rangka Pengembangan Wisata Bahari Waktu Pelaksanaan Hasil Dubai 3 6 Mei 2015 Tindak lanjut rencana investasi di KEK Mandalika dan KEK Tanjung Lesung Bali 2 3 September 2015 Bali Milan Hongkong 2 September September Desember 2015 Kawasan Potensi Investasi (KPI) menjadi Kawasan Siap Investasi (KSI) di Sabang oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) 5 (lima) investor menyatakan ketertarikannya menanamkan modal di bidang pariwisata di Indonesia, rencana site visit di lokasi potensi investasi Rencana pertemuan bisnis dan mendatangkan investor Italia ke Indonesia untuk melihat potensi investasi pariwisata Investasi Meridian Capital untuk membangun marina dan fasilitas pendukungnya, hotel, resort dan pusat aktivitas bahari di Raja Ampat Suasana Pertemuan Bisnis di Hongkong 15

19 SASARAN 2 MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL Pariwisata merupakan sektor yang memberikan dampak luas bagi sektorsektor lainnya, termasuk terhadap penyerapan tenaga kerja baik itu tenaga kerja langsung (direct), tenaga kerja tidak langsung (indirect), maupun tenaga kerja ikutan (induce) di sektor pariwisata. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (tenaga kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan). Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional telah ditetapkan indikator kinerja utama yaitu jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata. Adapun realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut pada tahun 2015 adalah sebagai berikut : NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) * * Sumber : Kemenpar , angka estimasi Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata di tahun 2015 tercapai melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 12,16 juta orang atau tercapai sebesar 107,6 %. 16

20 Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, capaian jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata terus mengalami kenaikan. Perbandingan capaian tersebut (dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015) dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) REALISASI Sumber : Kementerian Pariwisata, % CAPAIAN REALISASI % CAPAIAN REALISASI % CAPAIAN Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa realisasi jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata pada tahun 2015 adalah sebesar juta orang, meningkat sebesar 18% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar juta orang pada tahun Dan jika dibandingkan dengan realisasi pada 2 tahun sebelumnya, realisasi pada tahun 2015 meningkat sebesar 27% dari realisasi sebesar 9.61 juta orang pada tahun Meningkatnya jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata antara lain disebabkan oleh : 1) Kemudahan Investasi Pemerintah telah berkomitmen mempermudah investasi pariwisata, melalui berbagai paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor, termasuk fasilitasi atas permasalahan yang dihadapi investor. Selain itu, pemerintah juga telah berkomitmen mempermudah investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang ditetapkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI. Insentif dan 17

21 kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan Properti Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan. Terkait dengan realisasi investasi, nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2015 tercatat mencapai angka US$ 1.048,66 Juta. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi investasi pariwisata tahun 2014 yang mencapai angka US$ 939,20 Juta. Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata, dapat meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja memberikan dampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. 2) Meningkatnya Jumlah Akomodasi Hotel merupakan salah satu dalam 56 jenis usaha pariwisata. Perkembangan hotel dan akomodasi menjadi hal penting dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam beberapa tahun ini, jumlah hotel berbintang dan akomodasi lainnya mengalami pertumbuhan signifikan seiring dengan peningkatan investasi pada usaha akomodasi. Peningkatan jumlah akomodasi terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.4 Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun TAHUN HOTEL AKOMODASI BERBINTANG LAINNYA Total Total Sumber : BPS,

22 Meningkatnya jumlah hotel dan akomodasi lainnya memberikan dampak terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, rata-rata pekerja di setiap usaha hotel berbintang mampu menyerap sebanyak 92.3 orang dan pada usaha akomodasi lainnya sebanyak 8.1 orang. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tahun 2015 untuk mendukung sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Standar Usaha Pariwisata Tenaga kerja di bidang pariwisata tidak dapat terlepas dari usaha pariwisata. Sesuai amanat Undang-undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009, telah ditetapkan 13 bidang usaha pariwisata. Untuk meningkatkan kualitas industri pariwisata, pada tahun 2014 telah ditetapkan 28 standar usaha pariwisata melalui Peraturan Menteri dan pada tahun 2015 telah diselesaikan 28 (dua puluh delapan) rancangan standar usaha pariwisata, di antaranya 7 (tujuh) rancangan standar usaha telah ditetapkan menjadi Permen Pariwisata, yaitu: Wisata Memancing (Permen Pariwisata, Nomor 19 tahun 2015), Pramuwisata (Permen Pariwisata, Nomor 13 tahun 2015), Sanggar Seni (Permen Pariwisata, Nomor 21 tahun 2015), Lapangan Tenis (Permen Pariwisata, Nomor 18 tahun 2015), Gelanggang Renang (Permen Pariwisata, Nomor 16 tahun 2015), Panti Pijat (Permen Pariwisata, Nomor 20 tahun 2015), dan Gedung Pertunjukan Seni (Permen Pariwisata, Nomor 17 tahun 2015). 2. Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi Peningkatan usaha pariwisata yang memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja tidak dapat terlepas dari peran serta peningkatan investasi pariwisata. Upaya untuk mendorong peningkatan 19

23 penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri terhadap usaha pariwisata dilakukan melalui penyusunan proposal investasi di lokasi-lokasi yang memiliki potensi investasi serta melalui promosi investasi, baik dalam negeri maupun luar negeri. 3. Tata Kelola Destinasi Pariwisata dan Pemberdayaan Masyarakat Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja bidang pariwisata antara lain melalui peningkatan kualitas tata kelola destinasi pariwisata yang dilakukan di 25 cluster prioritas. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk pengembangan tata kelola destinasi pariwisata. Selain itu, telah dilakukan upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat yaitu melalui pengembangan potensi usaha masyarakat di bidang pariwisata. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat pelaku usaha pariwisata. SASARAN 3 MENINGKATNYA KUALITAS DESTINASI PARIWISATA Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata, melalui : (1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan 20

24 pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata. Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata yang diukur dengan indikator jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem, jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan, jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat, merupakan sasaran dan indikator baru dan merupakan tahun pertama Renstra Kementerian Pariwisata Tahun , sehingga jika dibandingkan capaiannya dengan tahun sebelumnya, sasaran dan indikator tersebut belum memiliki pembanding. Adapun capaian dari masing-masing indikator dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini. 1. Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi pariwisata merupakan hal penting dalam pengembangan destinasi pariwisata. Semakin banyak destinasi pariwisata yang memiliki infrastruktur (akses, amenitas, sarana dan prasarana) yang berkualitas, diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah lain serta mampu meningkatkan daya saing. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut: 21

25 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) Dari tabel capaian Indikator Kinerja Utama di atas, dapat dilihat pada tahun 2015 dari target 27 provinsi telah tercapai sebanyak 28 provinsi yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata (daftar provinsi terlampir). Walaupun indikator yang diukur berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah : Peningkatan Ekonomi di Banyuwangi, Jawa Timur Adanya pengembangan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur melalui koordinasi dan dukungan dari Kementerian Perhubungan telah memberikan dampak pada peningkatan jumlah penumpang, peningkatan jumlah wisatawan, yang kemudian memberikan dampak ekonomi yang positif kepada masyarakat, diantaranya adalah meningkatnya pendapatan per kapita. Peningkatan jumlah penumpang dapat dilihat pada tabel berikut : Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015 Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dalam periode tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Wisatawan Peningkatan Nusantara % Mancanegara % Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015 (hasil verifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata) 22

26 Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan per kapita di Banyuwangi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita di Banyuwangi mengalami peningkatan sebesar 229% selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sebesar Rp 14,7juta (per tahun) menjadi Rp 33,7 juta (per tahun) pada tahun Hal tersebut dapat dilihat pada grafik berikut : Peningkatan Minat Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal menyatakan minat investasi untuk sektor pariwisata dan Kawasan Ekonomi Khusus mengalami peningkatan hingga 102,89 persen pada periode Oktober 2014 hingga Juni Sepanjang periode Oktober 2014-Juni 2015, minat investasi melalui pengajuan izin prinsip untuk sektor pariwisata dan kawasan sebesar Rp 168,9 triliun, atau naik 102,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 83,24 triliun. Adanya dukungan pengembangan infrastruktur di KEK Mandalika di Nusa Tenggara Barat dan KEK Tanjung Lesung di Banten ikut 23

27 memberikan peran dalam peningkatan minat untuk berinvestasi di bidang pariwisata pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Tercapainya Target Prioritas Presiden Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU-PR) pada tahun 2015 merupakan kegiatan prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil Presiden. Janji Presiden/Wakil Presiden tersebut dalam implementasinya oleh Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab, dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi yang dilakukan periodik setiap 3 bulan telah tercapai hasil psoitif untuk Kementerian Pariwisata pada periode B-06 : 100% (hijau), B-09 : 100% (hijau), dan B-12 : 100% (hijau). Untuk mendukung pencapaian target jumlah daerah yang difasilitasi pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut : 1) Dukungan Amenitas di 28 provinsi Fasilitasi pengembangan infrastruktur dengan dukungan amenitas dilakukan melalui Tugas Pembantuan berupa pembangunan fasilitas pariwisata di 28 Provinsi. Jenis fasilitas pariwisata yang telah dibangun antara lain fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, dan pusat informasi pariwisata (tourism information center), pembangunan dan penataan kawasan pariwisata (aula kesenian, kios cinderamata, kios kaki lima, panggung terbuka, rest area, stand jajanan/kuliner, gazebo), dan penunjuk arah/papan informasi wisata/rambu lalu lintas wisata (tourism sign and posting). 24

28 2) Peningkatan Aksesibilitas di 25 KSPN prioritas Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata merupakan salah satu janji Presiden pada tahun untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang berdaya saing. Pada tahun 2015 telah tercapai dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan infrastruktur di 25 KSPN, diantaranya sebagai berikut : (a) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas bandara, (b)pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN, (c) Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan. (a) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN sepanjang 460,29 Km, (b) Pengembangan kawasan pemukiman, sistem penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA. 2. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan Menurut data dari Passenger Exit Survey (PES) tahun 2014, kontribusi wisatawan terbesar ada pada destinasi wisata budaya (wisata warisan budaya dan sejarah, belanja dan kuliner, kota dan desa) yaitu sebesar 60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata, petualangan) yaitu sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga, kawasan terintegrasi) sebesar 5%. 25

29 Terkait dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata melakukan upaya pengembangan destinasi pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk destinasi tersebut yaitu destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan adalah sebagai berikut : NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan (lokasi) TARGET REALISASI % CAPAIAN Dari tabel di atas dapat dilihat dari target sebanyak 15 lokasi KSPN yang difasilitasi terkait peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan, telah tercapai sebanyak 16 lokasi yaitu (1) Weh, Prov. Aceh (2) Toba, Prov. Sumatera Utara, (3) Pangandaran, Prov. Jawa Barat, (4) Kota Tua, Prov DKI Jakarta (5) Borobudur, Prov Jawa Tengah (6) Bromo Tengger Semeru, Prov. Jawa Timur (7) Sanur, Prov. Bali (8) Batur, Prov. Bali (9) Rinjani, Prov. NTB (10) Flores, Prov. NTT (11) Tanjung Puting, Prov. Kalimantan Tengah (12) Bunaken, Prov. Sulawesi Utara (13) Toraja, Prov. Sulawesi Selatan (14) Wakatobi, Prov. Sulawesi Tenggara, (15) Derawan, Prov. Kalimantan Timur dan (16) Raja Ampat, Prov. Papua Barat. Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam dan buatan di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah : 26

30 World Halal Travel Awards Pada tahun 2015, Indonesia mendapatkan penghargaan World Halal Travel Summit dalam kategori World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination untuk Lombok, mengalahkan pesaing terberat yaitu Malaysia dan Turki. UNWTO Award for Innovation in Public Policy Dalam penghargaan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Awards ke-12 di Madrid - Spanyol, Banyuwangi menghasilkan capaian yang sangat positif bagi pariwisata di Indonesia, yaitu menjadi pemenang dalam UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola, sukses mengalahkan pesaingnya seperti Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico. Pemerintah Banyuwangi dengan berbagai potensi wisata yang dimilikinya, dinilai mampu menjaga kearifan lokal dalam pengembangan pariwisata bersama stakeholder. 27

31 Gunung Sewu dalam Global Geopark Network UNESCO Gunung Sewu yang merupakan kawasan karst istimewa di Jawa, dan berada di 3 provinsi yaitu DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur telah resmi menjadi anggota Global Geoparks Network (GGN) UNESCO pada tanggal 19 September 2015 pada acara Asia Pasific Geoparks Network San iin Kaigan Symposium yang berlangsung di Jepang. World Best Snorkeling Destination Raja Ampat di Papua Barat dan Taman Nasional Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur dinobatkan sebagai destinasi snorkeling terbaik dunia atau Worlds Best Snorkeling Destination berdasarkan survei CNN pada tahun Adanya pengakuan dan publikasi dari media internasional merupakan capaian yang positif untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke Raja Ampat dan Pulau Komodo sebagai destinasi bahari berkualitas di Indonesia. 28

32 Kemudahan Wisatawan Asing ke Indonesia Koordinasi dan sinergi lintas sektor telah dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia melalui pengembangan wisata bahari. Dalam upaya tersebut telah dihasilkan performansi positif berupa regulasi yaitu Perpres Nomor 105 Tahun 2015 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia dan Perpres Nomor 104 Tentang Bebas Visa Kunjungan yang memberikan kemudahan bagi wisatawan asing/kapal wisata asing (yacht)/kapal pesiar asing (cruise) untuk berkunjung ke Indonesia. Layanan kemudahannya antara lain adalah penghapusan Clearance Approval for Indonesia Territory (CAIT) yang selama ini dianggap menjadi penghambat bagi kapal wisata Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan yaitu : 1) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya Untuk mengembangkan destinasi wisata budaya dilakukan fasilitasi pada destinasi wisata sejarah dan religi, destinasi wisata perdesaan dan perkotaan, destinasi wisata tradisi dan seni budaya. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain Launching Jalur Samudera Chengho, pengembangan wisata ziarah Walisongo. Menteri Pariwisata dalam Launching Jalur Samudera Chengho 29

33 2) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata alam dan buatan Fasilitasi pengembangan destinasi wisata alam dan buatan antara lain meliputi identifikasi/pemetaan potensi pariwisata, focus group discussion, workshop, bimtek, koordinasi dalam rangka pengembangan percontohan/model destinasi wisata alam dan buatan serta penyusunan rencana aksi pada destinasi wisata bahari, destinasi ekowisata dan petualangan, destinasi wisata konvensi, olahraga dan rekreasi, serta destinasi wisata kawasan terpadu. 3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Peningkatan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan peningkatan kualitas tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal. Tata Kelola Destinasi Pariwisata/Destination Management Organization (DMO) mencakup pengelolaan Destinasi (pembangunan 6 pilar destinasi : perwilayahan, aksesibilitas, daya tarik wisata, amenitas, pemberdayaan masyarakat, dan investasi) dengan Management (financial, operational, marketing, human resources, innovation) dan Organisasi yang terstruktur. 30

34 Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dapat dilihat dalam tabel berikut ini : NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) TARGET REALISASI % CAPAIAN Pada tahun 2015 telah dilakukan program pengembangan tata kelola destinasi pariwisata melalui Destination Management Organization (DMO) di 16 lokasi prioritas yaitu Sabang, Danau Toba. Kota Tua Jakarta, Tanjung Puting, Pangandaran, Borobudur, Bromo-Tengger- Semeru, Danau Batur, Rinjani, Flores, Wakatobi, Derawan, Toraja, Bunaken, Raja Ampat, Sanur, dan 9 lokasi baru yaitu Muaro Jambi, Palembang Kota, Kepulauan Seribu, Menjangan - Pemuteran, Sentarum, Bangka Belitung, Nias, Maluku Utara, dan Pulau Komodo, sehingga pada tahun 2015 ini telah tercapai fasilitasi di 25 lokasi. Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster DMO memberikan peranan yang strategis terhadap pembangunan kepariwisataan, salah satunya adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Hal tersebut dapat terlihat grafik di bawah ini: Grafik 3.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun

35 Dari grafik di atas terlihat peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yakni sebesar 152%. Berikut tabel detail jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di 16 cluster : Tabel 3.5 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun Tahun 2014 Tahun 2015 No. Cluster Wisman Wisnus Total Wisman Wisnus Total 1. DMO Batur 447, , , , , , DMO Borobudur 254,082 3,182,738 3,436, ,494 3,885,443 4,131, DMO BTS 23, , ,615 16, , , DMO Bunaken 34, , ,458 40,205 1,073,136 1,113, DMO Derawan 10,728 77,574 88,302 2,872 53,141 56, DMO Flores 80,273 55, ,381 12,633 50,324 62, DMO Kota Tua 116, , ,735 41,761 1,241,504 1,283,265 Jakarta 8. DMO 5, , ,095 31,775 3,089,055 3,120,830 Pangandaran 9. DMO Raja 10,427 2,961 13,388 6,674 1,401 8,075 Ampat 10. DMO Rinjani 15,827 26,364 42,191 25,733 67,706 93, DMO Sabang 3, , ,556 5, , , DMO Sanur*** 154, , ,340 4,001,654 5,263,766 9,265, DMO Tanjung 10,986 5,703 16,689 9,576 2,577 12,153 Puting 14. DMO Toba 30, , , , , DMO Toraja 61, , ,816 40,312 84,545 40, DMO Wakatobi 9,704 4,568 14,272 8,854 9,194 18,048 TOTAL 1,268,411 7,086,701 8,355,114 5,028,877 16,017,571 21,046,448 Sumber : Kementerian Pariwisata, 2015 Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu sebagai berikut : 1) Penguatan dan Penataan Organisasi Pengelolaan Destinasi Fokus utama dalam tahapan penguatan dan penataan organisasi pengelolaan destinasi adalah terbentuknya Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) di 16 lokasi. FTKP terdiri dari berbagai stakeholder terkait dalam pengembangan pariwisata, yaitu SKPD 32

36 terkait pariwisata, industri, dan masyarakat. Hingga tahun 2015 telah terbentuk FTKP yaitu FTKP Sabang, FTKP Bunaken, FTKP Toba, FTKP Kota Tua, FTKP Wakatobi, FTKP Toraja, FTKP Bromo Tengger Semeru, FTKP Batur, FTKP Sanur, FTKP Rinjani, FTKP Raja Ampat. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting, convergence meeting, workshop dan dukungan peningkatan tata kelola destinasi pariwisata. Hasil kegiatan tesebut adalah adanya identifikasi, rekomendasi dan komitmen terkait pengembangan destinasi pariwisata di masing-masing cluster yang dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. 2) Sosialiasi program tata kelola destinasi pariwisata dan pembentukan Kelompok Kerja Lokal atau Local Working Group (LWG) Langkah-langkah strategis yang telah dilakukan di tahapan awal pengembangan 9 lokasi DMO baru yaitu melalui Stakeholder s Mapping, Baseline Assessment, serta Penanaman Ownership dan Involvement untuk menghasilkan kesadaran para pemangku kepentingan. 4. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dalam strategi pengembangan destinasi pariwisata. Masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam pariwisata. Masyarakat merupakan tuan rumah bagi wisatawan yang berkunjung ke daerahnya. Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi kegiatan peningkatan sadar wisata dan potensi usaha masyarakat di bidang pariwisata. Realisasi capaian jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat yaitu : 33

37 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) TARGET REALISASI % CAPAIAN Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa dari target 34 provinsi telah tercapai fasilitasi di bidang pemberdayaan masyarakat sebesar 100% yakni di 34 provinsi. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas destinasi pariwisata yang pada akhirnya memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat. Capaian-capaian penting pada tahun 2015 diantaranya adalah : ASEAN Homestay Award Pada acara ASEAN Homestay Award yang merupakan rangkaian kegiatan ASEAN Tourism Forum di Manila pada awal Januari 2016, Indonesia memperoleh penghargaan pada 5 homestay Indonesia (Homestay Sudirman12 Bangka Belitung, Homestay Oma Sumatera Barat, Homestay Acacia - Jawa Tengah, Homestay Omah Tembi DIY, Homestay Panglipuran Bali). Homestay tersebut sekaligus merupakan peringkat pemenang terbaik dalam kegiatan Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata tahun Penerima ASEAN Homestay Award 34

Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis

Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis Pariwisata i Nasional Oleh : Ir. Henky Hermantoro, MURP/MPA Sekditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Lebih terperinci

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. iii

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. iii LAKI P 2 0 1 6 La por a nak unt a bi l i t a ski ner j a Deput ibi da ngpengemba nga ndes t i na s i da ni ndus t r ipa r i wi s t a a LAKIP 2016 Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.108/KP.403/MP/2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga membawa pengaruh pada nilai komersial. Dapat ditinjau secara

BAB I PENDAHULUAN. sehingga membawa pengaruh pada nilai komersial. Dapat ditinjau secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah air memiliki banyak sekali objek wisata yang potensial dan syarat makna. Nilai historis yang terkandung di dalamnya dapat dikembangkan sehingga membawa pengaruh

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PARIWISATA 040 08 PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 040 08 Meningkatnya keragaman destinasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.109/UM.001/MP/2016 TENTANG INDIKATOR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA 1. Nama Unit Organisasi : Kementerian Pariwisata 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PARIWISATA 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Latarbelakang - Benjamin Abdurahman benrahman@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

Denpasar, Juli 2012

Denpasar, Juli 2012 Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung Rilis PUPR #2 8 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/547 Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung Jakarta -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS SUB BIDANG PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN KEMENTERIAN PARIWISATA Lantai 19, Gedung Sapta Pesona Jl. Medan Merdeka Barat No. 17

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Di presentasikan pada : Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) II MINISTRY OF CULTURE AND TOURISM REPUBLIC

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN NOMOR : PM. 27/HK.001/MKP/2011 TANGGAL : 25 April 2011 STAF AHLI MENTERI KEBUDAYAAN DAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian yang dikaji dan berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN VISIT BELTIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 105) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

Bangun Infrastruktur di Destinasi Wisata, Kementerian PUPR Mengacu Pada Rencana Induk

Bangun Infrastruktur di Destinasi Wisata, Kementerian PUPR Mengacu Pada Rencana Induk Rilis PUPR #1 22 Maret 2018 SP.BIRKOM/III/2018/136 Bangun Infrastruktur di Destinasi Wisata, Kementerian PUPR Mengacu Pada Rencana Induk Jakarta Sektor pariwisata menjadi salah satu program prioritas Kabinet

Lebih terperinci

TAWARKAN 100 DESTINASI DIGITAL DAN NOMADIC TOURISM, STRATEGI BARU MENPAR DATANGKAN 17 JUTA WISMAN DAN 275 JUTA WISNUS DI TAHUN 2018

TAWARKAN 100 DESTINASI DIGITAL DAN NOMADIC TOURISM, STRATEGI BARU MENPAR DATANGKAN 17 JUTA WISMAN DAN 275 JUTA WISNUS DI TAHUN 2018 12-05-2018 1/6 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id TAWARKAN 100 DESTINASI DIGITAL DAN NOMADIC TOURISM, STRATEGI BARU MENPAR DATANGKAN 17 JUTA WISMAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata kini menjadi sebuah kebutuhan dan gaya hidup seiring dengan kemajuan dan perkembangan global. Kegiatan pariwisata ini mampu membuat jutaan manusia untuk

Lebih terperinci

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Jakarta, 15 April 2016 Multilateral

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA BARAT! bappeda.ntbprov.go.id Kemajuan Nyata,Tantangan Baru 38 36 36 36 37 36 33 31 Gini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. World Tourism Organization (WTO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun keindahan alam. Kondisi demikian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Deputi Menteri Bidang Produksi Jakarta, Desember 2014

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian Industri pariwisata merupakan sektor terpenting untuk setiap Negara karena dapat meningkatkan perekonomian dan devisa negara. Banyaknya penduduk disuatu

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION KEMENTERIAN PARIWISATA *1

MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION KEMENTERIAN PARIWISATA *1 MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION KEMENTERIAN PARIWISATA *1 Yustisia Kristiana Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Universitas Pelita Harapan Jl. M. H. Thamrin

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1978, wilayah DKI Jakarta di bagi menjadi 5 (lima) wilayah kota administrasif.

Lebih terperinci

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2017 Jakarta, 4 Mei 2017 Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Safri Burhanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumedang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2017 Masalah Dan Tantangan Pembangunan Pariwisata Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kata Pengantar Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, terlihat dari bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar Udara Internasional Kuala Namu merupakan sebuah bandar udara Internasional yang terletak di kawasan Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bandara ini menggantikan

Lebih terperinci

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DINAS PARIWISATA KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Latar belakang perencanaan dan pembangunan pariwisata

Latar belakang perencanaan dan pembangunan pariwisata Pengantar Ilmu Pariwisata PENGANTAR PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PARIWISATA Luchman Hakim, S.Si., M.AgrSc., Ph.D. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Materi Kuliah Program Bisnis Pariwisata Fakultas

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In No.1303, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. ORTA. Badan Pelaksana. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI)

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Duta Besar Nur Syahrir Rahardjo Wakil Ketua Harian Pokja Penguatan Diplomasi Ekonomi Bidang Pariwisata

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY

INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY World Best Halal Destination World Best Halal Culinary Destination World Best Halal Tour Operator GENERAL DESCRIPTION OF PADANG CITY SAUDI ARABIA DUBAI PADANG FREMANTLE

Lebih terperinci

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi:

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi: RINGKASAN Alasan untuk memilih kajian pembangunan pariwisata di pulau-pulau kecil (PPK) karena nilai strategis PPK antara lain: 80-90 persen output perikanan nasional berasal dari perairan dangkal/pesisir

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LK) DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LK) DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Komplek Perkantoran Terpadu Manggarawan Jl. Raya Gantung, Kec. Manggar - Belitung Timur 33511 Kep. Bangka Belitung Telepon./Faks. (0719)

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pembangunan kebudayaan dan pariwisata, dengan ini menginstruksikan : Kepada

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016

Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 Jakarta, Februari 2017 Kata Pengantar Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-nya, sehingga penyusunan buku

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, tiga perempat wilayahnya terdiri atas laut. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci