BAB I PENDAHULUAN. sehingga membawa pengaruh pada nilai komersial. Dapat ditinjau secara
|
|
- Herman Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah air memiliki banyak sekali objek wisata yang potensial dan syarat makna. Nilai historis yang terkandung di dalamnya dapat dikembangkan sehingga membawa pengaruh pada nilai komersial. Dapat ditinjau secara signifikan bahwa sektor pariwisata menjadi industri yang banyak berkontribusi dalam memberi masukan devisa yang cukup tinggi bagi negara. Tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sekitar 7,6 juta. Sektor pariwisata tergolong sebagai lima besar penyumbang devisa setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan. Pariwisata membukukan devisa sekitar USD8,5 miliar atau naik 18%. Kenaikan ini juga sekaligus melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada level 6,5% dan pertumbuhan pariwisata dunia yang berkisar 4,5%. Berdasarkan draft RENSTRA (Rencana Strategis), pada tahun 2014 Indonesia akan memiliki lima belas destinasi wisata yang telah menerapkan tata kelola destinasi yang berkualitas. Untuk pariwisata berbasis pedesaan, ditargetkan tahun 2014 terdapat 822 desa, naik dibandingkan tahun 2011 yang hanya berjumlah 674 desa. (Majalah Event Guide, September 2012) Karena memiliki peran yang besar terhadap pengembangan ekonomi dan sosial bagi masyarakat, pariwisata menimbulkan dampak pengganda terhadap upaya menciptakan lapangan kerja, pendapatan, dan perbaikan lingkungan. Pariwisata Indonesia mulai dikenal mancanegara. Contohnya adalah Pulau Bali, 1
2 seluruh dunia sudah mengenal keeksotisannya yang khas Indonesia. Perhatian dunia terhadap Bali merupakan apresiasi di sektor destinasi yang sangat membanggakan. Namun ada baiknya pemerintah tidak cepat puas akan prestasi ini. Daerah wisata lainnya di jajaran kepulauan Indonesia perlu mendapat perhatian. Melihat potensi pengembangan pariwisata di Indonesia yang sangat tinggi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif khususnya di divisi Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata menggagas sebuah program baru yang bernama Destination Management Organization dengan tujuan untuk dapat mendukung pengembangan Pariwisata di lima belas destinasi yang telah ditentukan. Sebelumnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan penelitian yang bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana sistem kepariwisataan di Indonesia dan dapat menentukan model Destination Management Organization seperti apa yang pantas diterapkan dan dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan paradigma penelitian rasionalistik, sedangkan untuk mengukur dan menganalisis data yang didapat, menggunakan analisis kualitatif, dan untuk pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling. Berdasarkan hasil di lapangan, kawasan wisata memiliki beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan di lapangan kemudian dibandingkan dengan variabel dan parameter penelitian. Berdasarkan hasil pencocokan didapati apabila kawasan wisata akan lebih berkembang jika dikelola dengan program Destination Management Organisation di tingkat lokal. Untuk mendukung pengembangan kawasan wisata yang dikelola dengan 2
3 Destination Management Organisation di tingkat lokal, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan beberapa rekomendasi yang dapat membantu pengembangan pariwisata, antara lain para pemangku kepentingan di objek wisata Indonesia diberikan jobdesk dan kewenangan yang jelas dalam pengembangan kepariwisataan, penjabaran peran dan posisi Destination Management Organization (DMO) di dalam struktur organisasi, pembiayaan Destination Management Organisation di objek wisata, dan kajian tugas pokok Destination Management Organisation tersebut. Destination Management Organization (DMO) adalah struktur tata kelola destinasi pariwisata yang mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat di destinasi pariwisata. 1 Berdasarkan uraian di atas, ditarik kesimpulan bahwa DMO adalah strategi yang diambil dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk memajukan objek pariwisata melalui peran serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan komunikasi terpadu. Rumusan definisi DMO dapat diringkas dalam tindakan konkret dengan membenahi produk destinasi, membangun riset, menjalin komunikasi dengan jaringan marketing, dan yang tidak kalah penting adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia. 1 Istilah dan Pengertian DMO, (akses 12 Februari 2013 pkl 21.00) 3
4 DMO dibentuk karena lemahnya daya saing pariwisata di Indonesia, sebaran wisatawan nusantara maupun mancanegara pun belum merata, dalam artian daya tarik berbagai destinasi pariwisata dalam negeri membutuhkan manajemen yang kuat dan terorganisir. Oleh sebab itu pembentukan DMO sangatlah penting sebagai fasilitator destinasi pariwisata Indonesia. DMO merupakan suatu badan yang memiliki otoritas, kompetensi, dan tanggung jawab di dalam mengelola dan memasarkan destinasi pariwisata (WTO, 2004). 2 Sebagai suatu organisasi, DMO menghimpun sejumlah aktor yang kompeten dalam menjalankan pengelolaan destinasi. Pengelolaan yang efektif mensyaratkan adanya perencanaan yang matang, pelaksanaan yang konsisten, dan evaluasi yang berkesinambungan. Dengan kata lain DMO adalah organisasi yang berperan sebagai katalisator dan fasilitator untuk mewujudkan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Satu elemen yang dirasakan penting untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas dan daya saing destinasi pariwisata di Indonesia adalah dengan menggandeng komunitas sekitar. Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengumpulkan komunitas yang terdiri dari pelaku pariwisata, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar. Dari diskusi yang telah dilakukan dengan komunitas tersebut, diketahui bahwa masyarakat sekitar merasa kurang mendapat manfaat dari adanya objek wisata di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Selain itu infrastruktur seperti jalan tidak memadai, serta belum bersinerginya biro perjalanan dengan hotel. 2 Tata Kelola Destinasi Pariwisata Berbasis Nilai, (akses lima belas Mei 2013 pkl 12.00) 4
5 Gambar 1.1 Areas Of Interaction Tourism, Heritage, and Community Development Community * Economic develoment * Recreational facilities * Preservation of social values Tourism Industry * Tourism infrastructure *Visitor facilities * Heritage interpretatiion * Profit Site Managers * Protection of heritage sites and their presentation * Facilities management * Visitor management Sumber: Modul Management Training DMO. Jakarta, Juli Menurut Konferensi Nasional DMO, terdapat tiga unsur pelaku destinasi pariwisata yakni pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat. 3 Badan pengelola atau pemerintah yang berkontribusi sebesar 55% dan mempunyai fungsi tingkat kebijakan atau holding company, visitor management, attraction management, research information, coordination, crisis management, HRD, financial management, quality and visitor experience. Selanjutnya adalah pihak swasta yang berkontribusi sebesar 15% dalam melakukan promosi dengan strategi pemasaran seperti web marketing, event, direct sales, periklanan, publikasi, dan brosur. Dan yang terakhir adalah badan operasional yakni masyarakat yang memegang peranan sebesar 30% dalam memberdayakan sumber daya lokal. 3 Manajemen dan Bisnis yang Berkelanjutan dalam DMO, (akses 5 Maret 2013 pukul 22.00) 5
6 Menurut Destination Concultancy Group (2011), fungsi DMO dalam manajemen pariwisata diantaranya adalah kegiatan community relations, product development, marketing and promotions, research and planning, leadership and coordination, partnership and team building (Modul Management Training DMO, Juli 2012) Ada beberapa tahap dalam intervensi DMO. Tahap pertama merupakan gerakan peningkatan kesadaran stakeholders misalnya melalui diskusi bilateral untuk membangun kesadaran kolektif dalam membangun pariwisata. Tahap berikutnya pengembangan manajemen. Hal ini untuk menata perencanaan peta jalan agar jelas apa yang harus dilakukan ke depan. Tahap ketiga adalah pengembangan bisnis, yakni memunculkan kemampuan bisnis dan kewirausahaan. Tahap terakhir adalah penguatan organisasi kelembagaan. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa program pengembangan destinasi pariwisata dilakukan dengan mengajak komunitas untuk turut berpartisipasi. Hal ini dilakukan agar tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat terlaksana lebih cepat dan terarah, Maksudnya adalah melakukan strategi yang menyeluruh dan merata dengan adanya koordinasi dari segala pihak. Dan yang terpenting adalah peran masyarakat sekitar lokasi pariwisata sebagai komunitas. Terdapat lima belas wilayah DMO yaitu Sabang (Aceh), Toba (Sumatera Utara), Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jawa Barat), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), Derawan (Kalimantan Timur), Toraja (Sulawesi Selatan), Bunaken (Sulawesi 6
7 Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Raja Ampat (Papua). Semua wilayah itu termasuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah no. 50 tahun Tujuan dari diadakannya DMO adalah mengakselerasikan kebijakan pembentukan dan pengembangan DMO dengan memperhatikan kebijakan dalam Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun , Memberikan acuan atau pedoman untuk proses pembentukan dan pengembangan DMO di daerah-daerah dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan. Serta mengintegrasikan rencana pengembangan DMO pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota. 5 Alasan dipilihnya lima belas objek wisata DMO antara lain karena terjadi penurunan jumlah wisatawan di daerah-daerah itu. Alasan lainnya adalah karena daerah-daerah tersebut sudah termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang ditetapkan Rencana Strategis Kementarian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Destination Management Organization telah menyusun action plan dengan harapan dapat mengembalikan jumlah wisatawan ke angka tertinggi. Ukuran keberhasilannya adalah kunjungan wisatawan mancanegara di tahun Peran serta komunitas dalam memajukan objek wisata di daerahnya sangatlah penting. Maka dari itu perlu adanya pendekatan dengan masyarakat 4 PP No. 50 Tahun 2011: Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (akses 14 Mei 2013 pkl 11.00) 5 Tujuan dan Sasaran DMO, (akses 12 Februari 2013 pkl 21.00) 6 Kemenbudpar Uji Coba Program Destination Management Organization, (akses 5 Maret 2013 pukul 22.00) 7
8 untuk menyamakan visi misi DMO ini terlebih dahulu. Membangun komunikasi dan hubungan baik dengan komunitas organisasi merupakan bagian dari implementasi komunikasi program. Tidak sedikit masyarakat yang tinggal di sekitar daerah pariwisata. Sayangnya belum banyak yang menyadari bahwa setiap individu memiliki peran yang luar biasa dalam meningkatkan nilai jual pada daerah tempat tinggalnya. Di sisi lain, komunitas ini juga akan mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri, salah satunya adalah sumber pendapatan. Misalnya dengan membuka usaha rumah makan, penginapan, souvenir, tour guide, dan lain-lain. Dengan adanya program DMO ini diharapkan objek wisata memiliki nilai tambah, tidak hanya sekedar sebuah objek keindahan alami maupun buatan yang sudah ada sejak lama namun tidak terpelihara. Banyak kegiatan yang mendukung terlaksananya visi misi DMO, diantaranya adalah Forum Pengembangan Pariwisata yang fokus pada peningkatan kualitas SDM, pelestarian lingkungan, koordinasi lintas sektor, kemudian Local Writing Group dengan melakukan kegiatan pemetaan soft kompetensi dan outbond training, ada pula Konsinyering Kompetensi, Studi Banding, Bimbingan Teknis Tata Kelola Destinasi, Stakeholders Meeting, Workshop, dan sebagainya. Implementasi pengembangan Destination Management Organization terdiri dari koordinasi, keterlibatan pemangku kepentingan, kemitraan, kepentingan dan tujuan bersama, serta pencapaian indikator dan kinerja. Dalam menjalankan program Destination Management Organization, unit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan teknis adalah Direktorat Jenderal 8
9 Pengembangan Destinasi Pariwisata. Unit ini concern pada upaya pemberdayaan masyarakat sebagai komunitas dari destinasi pariwisata. Tugas dan fungsi ini sudah tertuang dalam kebijakan Kementerian. Kegiatan DMO ini juga di dukung oleh Pusat Komunikasi Publik selaku unit Public Relations dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang juga memiliki tugas untuk berinteraksi dengan para stakeholders dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam implementasinya sehari-hari, Public Relations di pemerintahan berbeda dengan Public Relations di perusahaan swasta. Porsi peran PR tidak sebanyak peran PR di swasta karena di institusi pemerintahan PR lebih berfungsi sebagai pelayanan informasi masyarakat dan Media Relations. Oleh karena itu, untuk melaksanakan program Destination Management Organization yang notabene merupakan tugas PR, di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif justru dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata. Dalam divisi ini, terdapat unit Perancangan Destinasi dan Pengembangan Masyarakat yang memang concern terhadap kegiatan Community Relations. Sehingga dibuatlah program DMO yang menitikberatkan keterlibatan komunitas organisasi untuk mencapai kepentingan dan manfaat bersama. Untuk melaksanakan program Community Relations digunakan implementasi komunikasi program. Kajian mendalam mengenai hal ini selanjutnya akan dijabarkan dalam bab pembahasan. Kemudian untuk Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai fungsi PR, terbagi dalam tiga unit kerja, yakni Publikasi dan Analisis Berita, Informasi Publik, dan Hubungan Antar Lembaga. Publikasi dan analisis berita bertugas melakukan koordinasi serta melaksanakan hubungan 9
10 dan kerjasama dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyajian pemberitaan dan publikasi. Selain itu juga melakukan hubungan dengan media massa, sebagai penanggung jawab dalam pameran dan pencitraan, dan melakukan analisis berita dan opini publik. Aktivitas yang dijalankan lebih mengarah pada Media Relations, antara lain media monitoring, press release, dan press conference. Unit publikasi bertugas untuk mendampingi media dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sekaligus mendokumentasikan sendiri kegiatan tersebut untuk kebutuhan informasi publik. Contoh program atau event yang sudah dijalankan diantaranya adalah APWI (Apresiasi Pewarta Wisata Indonesia), outbound dengan rekan media, senam sehat bersama komunitas, PPKI (Pekan Produk Kreatif Indonesia), dan tentu saja program DMO. Unit Informasi Publik bertugas untuk memberikan pelayanan informasi publik, melakukan pengemasan dan penyajian informasi, serta pengumpulan dan pengelolaan informasi dan dokumentasi. Aktivitas yang dilakukan antara lain membuat artikel untuk website dan social media, serta melakukan pendataan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan pariwisata dan ekonomi kreatif. Program yang sudah dijalankan oleh unit Informasi Publik adalah workshop standarisasi, FGD, dan konsinyering untuk dinas pariwisata daerah. Unit Hubungan Antar Lembaga melakukan koordinasi dalam melaksanakan hubungan dan kerjasama kehumasan dengan lembaga pemerintah, lembaga tinggi negara, dan lembaga non pemerintah. Unit ini juga bertugas untuk melakukan administrasi dan menyiapkan dokumentasi untuk berkomunikasi dengan stakeholders Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Program 10
11 yang sudah dijalankan adalah workshop dengan BAKOHUMAS (Badan Koordinasi Humas) Atas penjelasan itulah penelitian ini dibuat. Peneliti berupaya untuk mengidentifikasikan implementasi komunikasi dalam program DMO yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana implementasi komunikasi dari program DMO Kota Tua Jakarta sebagai pengembangan Heritage Tourism? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: Untuk mengetahui implementasi komunikasi dari program DMO Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk mengetahui bagaimana peran komunitas di Kota Tua Jakarta terkait program DMO. 11
12 1.4 Signifikansi Penelitian Signifikansi Akademik Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu komunikasi, serta dapat menambah literatur ilmiah yang berkaitan dengan ilmu komunikasi di bidang Public Relations, khususnya dalam mengidentifikasi implementasi komunikasi dalam sebuah program yang berkaitan dengan Community Relations Signifikansi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan organisasi lain dalam menjalankan implementasi komunikasi, mengingat besarnya manfaat yang dapat diperoleh perusahaan karena berhasil menjalankan implementasi komunikasi sesuai dengan yang diharapkan. 12
Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis
Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis Pariwisata i Nasional Oleh : Ir. Henky Hermantoro, MURP/MPA Sekditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION KEMENTERIAN PARIWISATA *1
MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION KEMENTERIAN PARIWISATA *1 Yustisia Kristiana Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Universitas Pelita Harapan Jl. M. H. Thamrin
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya
Lebih terperinciLatar belakang perencanaan dan pembangunan pariwisata
Pengantar Ilmu Pariwisata PENGANTAR PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PARIWISATA Luchman Hakim, S.Si., M.AgrSc., Ph.D. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Materi Kuliah Program Bisnis Pariwisata Fakultas
Lebih terperinciRENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen
Lebih terperinciKONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA BARAT! bappeda.ntbprov.go.id Kemajuan Nyata,Tantangan Baru 38 36 36 36 37 36 33 31 Gini
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis
Lebih terperinciRESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan
ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan devisa melalui upaya pengembangan dan pengelolaan dari berbagai
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan). Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sub ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kepariwisataan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang semakin tampak serta
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis Tahun 2013-2018, dibangun berdasarkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas
Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Di presentasikan pada : Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) II MINISTRY OF CULTURE AND TOURISM REPUBLIC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor utama dalam sumber penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi, kelapa sawit, batu bara, dan karet olahan.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas
Lebih terperinciPenguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Latarbelakang - Benjamin Abdurahman benrahman@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciPROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH
PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA OTORITAS WISATA USIA LANJUT/PENSIUNAN BALI (BALI RETIREMENT TOURISM AUTHORITY/BRTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini dunia pariwisata semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan pariwisata ini tidak hanya dirasakan di beberapa daerah saja namun telah menyebar ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran public relations officer saat ini sangat di butuhkan disetiap perusahaan swasta dan perusahaan milik negara termasuk di sebuah instansi pemerintah. Public
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman.
No.559, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK
Lebih terperinciMATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN
MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PARIWISATA 040 08 PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 040 08 Meningkatnya keragaman destinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata
BAB V PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis yang menghasilkan nilai serta tingkat kesiapan masing-masing komponen wisata kreatif di JKP. Pada bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai
Lebih terperinciPengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat
O.30 Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat Sri Suryo Sukoraharjo Luh Putu Ayu Savitri Chitra Kusuma Ariani Andayani Vivi Yovita Indriasari Hendra Yusran Siry Kementerian
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN MEKANISME KERJA FORUM KEPARIWISATAAN
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor jasa terutama pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar mengakibatkan banyak
Lebih terperinciKELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.108/KP.403/MP/2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi di instansi pemerintahan umumnya berisi tentang acara kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop
Lebih terperinciPROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang kebebasan informasi publik menjadi tantangan baru bagi pemerintah, karena secara nyata merupakan upaya mewujudkan transparansi
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN VISIT BELTIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 peranan Bali dengan sektor unggulan pariwisata telah memiliki posisi strategis pada
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciSulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran keberhasilan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepariwisataan dunia telah mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sektor pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA KERJA, PERSYARATAN, SERTA TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN UNSUR PENENTU KEBIJAKAN BADAN PROMOSI PARIWISATA DAERAH
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI MENGENAI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. 1. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
BAB III DESKRIPSI MENGENAI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA A. Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta (Dinparbud) 1. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan
Lebih terperinciDPD ASITA BALI PROGRAM KERJA PERIODE
DPD ASITA BALI PROGRAM KERJA PERIODE 2016-2020 A. Bidang Organisasi Perekrutan anggota baru dengan cara melakukan pendekatan persuasif diperlukan untuk keberlangsungan hidup organisasi dikarenakan masih
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci# Namun peranan PR tidak hanya sebatas menjalin hubungan baik dengan publiknya, baik publik internal maupun publik eksternal. PR juga memiliki tugas u
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini Public Relations menjadi salah satu bagian yang penting dalam perusahaan. Peran public relations diperlukan guna menunjang operasional
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hipotesis 1 yang menyatakan Kualitas Obyek Wisata berupa Atraksi (Attraction), Fasilitas dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam
Lebih terperinciProgram Strategis LLP-KUKM
Program Strategis LLP-KUKM 2014 www.smescoindonesia.com www.smescotrade.com LLP-KUKM Dalam rangka meningkatkan dukungan Pemasaran KUKM, Kementerian Koperasi dan UKM membentuk LLP-KUKM sebagai lembaga yang
Lebih terperinciRencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan
Lebih terperinci2.2.2 Promotion Mix Penelitian Sebelumnya BAB III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Objek Penelitian
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN... i HALAMAN PERSETUJUAN...... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN
Lebih terperinciPemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberi wewenang kepada daerah dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, khususnya di dalam upaya daerah untuk menggali
Lebih terperinciRANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM
111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK
Lebih terperinci2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In
No.1303, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. ORTA. Badan Pelaksana. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah
Lebih terperinciKEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Kebijakan Direktorat Museum Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap dampak positif yang muncul dari event harus dapat dikelola dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak perusahaan berlomba lomba menyelenggarakan sebuah event yang baik. Event event yang diselenggarakan tersebut sangat beragam, mulai dari launching
Lebih terperinci-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1
1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Aktivitas wisata dalam hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan tersier untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh rutinitas. Umumnya orang berlibur ketempat-tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima
Lebih terperinciPENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA.
PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA 1 Andre N. Rahmanto, 2 Susantiningrum, 3 Chairul Huda Atma D 1,2 Prodi PAP FKIP UNS 3 Prodi Magister Pendidikan Ekonomi UNS Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang diapit oleh dua Samudra dan juga dua Benua. Pada bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua
Lebih terperinciAdapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013
5. URUSAN KEPARIWISATAAN Sektor pariwisata sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang cukup penting mempunyai peran dalam memacu pembangunan. Pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan
BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber daya devisa yang besar bagi suatu negara. Menurut World Tourism Organization (UNWTO) (2013, p10) Kekuatan pariwisata diakui
Lebih terperinciT A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini meluangkan waktu untuk menikmati pesona alam milik negeri sendiri maupun mancanegara kini sudah menjadi salah satu kebutuhan. Berdasarkan data Kementerian
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam arti yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya Indonesia yang melimpah, merupakan modal yang kuat untuk Indonesia agar dapat meningkatkan lagi tarik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciB A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD
B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan
Lebih terperinciPROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS
PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif
Lebih terperinciKABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK
PEMERINTAH KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Kata Pengantar Rencana Kerja ( Renja ) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tahun 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh banyak kalangan pada saat ini, bahkan dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun keindahan alam. Kondisi demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang menjadi faktor penting dalam peningkatan ekonomi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma pembangunan di banyak negara kini lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah perkembangan industri pariwisata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World
Lebih terperinciKementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung
Rilis PUPR #2 8 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/547 Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung Jakarta -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.
Lebih terperinci