Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2

3 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

4 Kata Pengantar Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penjelasan mengenai keberhasilan dan/atau kegagalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pencapaian tujuan dan sasaran selama Tahun Anggaran 2012, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor pembangunan yang saling terkait dan merupakan kombinasi sektor yang saling menguatkan satu sama lain. Pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan inisiatif baru pada bidang pembangunan ekonomi. Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain, ditunjukkan oleh kontribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan memperkenalkan produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional. Pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan peningkatan jumlah wisman dan peningkatan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2012 sebanyak 8,04 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2011 sebanyak 7,64 juta kunjungan wisman. Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81 atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,39% apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2011 sebesar US$ 1.118,26. Peningkatan jumlah wisman dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan akan meningkatkan devisa yang akan diperoleh oleh negara, yaitu total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2012 sebesar US$ 9.120,85 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,62% apabila dibandingkan dengan total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2011 sebesar US$ 8.554,39 juta. Pada tahun LAK KEMENPAREKRAF 2012 i

5 2012 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3,48% dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700 ribu rupiah. Pembangunan ekonomi kreatif difokuskan pada beberapa subsektor yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1) ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah seni dan budaya; dan (2) ekonomi kreatif berbasis desain, media, dan iptek., yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah desain, media, dan iptek. Selain itu sektor kuliner juga menjadi sektor utama untuk dikembangkan yang saat ini dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event. Keberhasilan yang telah dicapai ini bukan hanya milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tetapi keberhasilan kita semua. Pada kesempatan ini, ijinkan kami menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membangun dan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif. Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja. Jakarta, Maret 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sekretaris Jenderal Drs. Ukus Kuswara, M.M. LAK KEMENPAREKRAF 2012 ii

6 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DAFTAR ISI

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI i iii IKHTISAR EKSEKUTIF 1 BAB I PENDAHULUAN. 12 A. LATAR BELAKANG.. 12 B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR.. 15 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 17 A. RENCANA STRATEGIS B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA.. 25 C. ANGGARAN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA. 34 A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA BAB IV PENUTUP. 179 LAMPIRAN LAK KEMENPAREKRAF 2012 iii

8 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif IKHTISAR EKSEKUTIF

9 Ikhtisar Eksekutif IKHTISAR EKSEKUTIF Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis , maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 ini merupakan Laporan Akuntabilitas Kinerja yang pertama yang menyajikan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun Bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/industri kebudayaan dan pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang akan dicapai selama 2 tahun dari tahun 2012 sampai dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) 2012 dan Penetapan Kinerja 2012 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2012 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2012 yang memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2012 menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memenuhi Sasaran Strategis yang ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : LAK KEMENPAREKRAF

10 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 4,15 3,90 93,98 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) 8,03 9, ,00 8, ,66 34,60 273,3 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 4,43 3,97 89,6 8,96 9,12 101,7 171,50 171, LAK KEMENPAREKRAF

11 No. Sasaran Indikator 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 2012 Target Realisasi Capaian (%) ,81 103, Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi) 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) 8 8,04 101, ,04 4,03 99, LAK KEMENPAREKRAF

12 No. Sasaran Indikator 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 2012 Target Realisasi Capaian (%) Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%)) 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 63,5 53,35 115, ,29 104, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) Base Line (x) n/a n/a 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 7,29 4,68 (EKMDI) 6,908 3,468 (EKMDI) 94,76 74,10 (EKMDI) 2,5 (EKSB) 3,44 (EKSB) 137,6 (EKSB) LAK KEMENPAREKRAF

13 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 8,25 5,41 (EKMDI) 2,81 (EKSB) 6,34 - (EKMDI) 6,34 (EKSB) 76,85 - (EKMDI) 225,62 (EKSB) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 3,08 2 (EKMDI) 2,97 (EKSB) 2,6 1,18 (EKMDI) 1,42 (EKSB) 84,42 59 (EKMDI) 47,81 (EKSB) 11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 7,28 4,53 (EKMDI) 2,65 (EKSB) 9,81 2,29 (EKMDI) 7,52 (EKSB) 134,75 48,56 (EKMDI) 283,77 (EKSB) 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) (EKMDI) (EKSB) (EKMDI) (EKSB) 168,73 66,23 (EKMDI) 175,81 (EKSB) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) 9,26 9 (EKMDI) 7,65 (EKSB) 7,65... (EKMDI) 7,65 (EKSB) 82,61... (EKMDI) 100 (EKSB) 13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase) Base Line (x) Terciptanya ruang publik bagi masyarakat Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) ,33 LAK KEMENPAREKRAF

14 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) , ,3 17. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) (EKSB) 984 (EKMDI) (EKSB) 473 (EKMDI) 68,99 76,01 (EKSB) 48,07 (EKMDI) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) (EKSB) 316 (EKMDI) (EKSB) (EKMDI) 140,09 105,27 (EKSB) 391,14 (EKMDI) LAK KEMENPAREKRAF

15 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Masih dalam proses pemeriksa an BPK Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) B B Terselenggaranya Reformasi Birokrasi 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) 1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang) 2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang) , Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang) ,01 Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun Rp ,- LAK KEMENPAREKRAF

16 Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran Strategis. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (Lima) program dengan anggaran biaya Rp ,00,-. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa, hasil capaian kinerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata selama tahun 2012 telah memenuhi 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Mengembangkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, serta pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini. Sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2012 kami merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, yaitu sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada dalam lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, instansi pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan dibidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan. Melakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari indikator kinerja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan Tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Perencanaan kinerja tahun 2012 merupakan perencanaan tahunan yang LAK KEMENPAREKRAF

17 pertama dari rentang waktu periode Renstra , yang nantinya dalam laporan akuntabilitas kinerja tahun 2012 akan diinformasikan persentase pencapaian Tujuan organisasi tersebut. A. Capaian RPJMN Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L. Seperti diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Kementerian Pariwisata perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN sampai dengan Tahun No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 1. Meningkatnya jumlah desa wisata melalui PNMPN bidang pariwista Jumlah desa wisata Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun 1. Jumlah wisatawan mancanegara 2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara 8 juta orang 8,04 juta orang 100, LAK KEMENPAREKRAF

18 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 3. Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif 4. Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata 1. Partisipasi pada bursa pariwisata internasional, pelaksanaan misi penjualan (sales mission), dan pendukungan penyelenggaraan festival 2. Penyelenggaraan perwakilan promosi pariwisata Indonensia (Indonesia Tourism Promotion Representative Officers) di luar negeri 3. Penyelenggaraan promosi langsung (direct promotion), dan penyelenggaraan event pariwisata berskala nasional dan internasional Jumlah dukungan fasilitas pariwisata 76 event 126 event 165,79 13 kota 13 kota event 67 event lokasi 29 lokasi 100 LAK KEMENPAREKRAF

19 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 5. Meningkatnya kapasistas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwista lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawasan Asia 1. Jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata 2. Jumlah sumber daya yang dilatih di bidang kebudayaan dan kepariwisataan 3. Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan tinggi pariwisata Orang Orang Orang Orang Orang Orang 143,3 88,9 87,9 LAK KEMENPAREKRAF

20 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif BAB I PENDAHULUAN

21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun , dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus, yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi, insentif, pameran dan even. Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di tingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait. Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian oleh pemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan LAK KEMENPAREKRAF

22 sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkeadilan. Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1) pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif; (3) peningkatan peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4) peningkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang terkait dengan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari peran serta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi kreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepat pengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematangan atau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akan dikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah. Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di tahun 2011 sebesar Rp. 296,97 triliun, 4,00% dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) LAK KEMENPAREKRAF

23 Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaan akomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensidan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) Spa. Di tahun yang sama ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 524,91 triliun, 7,06% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2011, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 8,53 juta orang, 7,75% dari tenaga kerja nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 11,66 juta tenaga kerja, 10,63% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada kedua sektor. Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2012 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 9,12 miliar, meningkat dari US$ 8,55 miliar di tahun Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2012 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta di tahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di tahun Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi menyumbang ekspor yang jauh lebih tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi net trade, mencapai 6,91% dari total nasional, atau senilai Rp 115 triliun di tahun 2012 (Sumber BPS: angka sangat-sangat sementara). LAK KEMENPAREKRAF

24 B. Gambaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kelembagaan Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/ MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki tugas sebagai berikut: 1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif; 2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah; 5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 12 orang Eselon 1 yang terdiri atas Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, 4 orang Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta 4 orang Staf Ahli Menteri. C. Peran dan Fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dalam Pembangunan Lintas Sektor Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya, meliputi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada kelembagaan kepariwisataan adalah koordinasi yang lemah antara antar pemerintah pusat mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan kebijakan yang tidak sinkron LAK KEMENPAREKRAF

25 dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatan kedatangan wisman pasar Eropa tidak diikuti dengan kebijakan imigrasi untuk memudahkan perolehan visa Indonesia oleh warga negara Eropa. Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangka mengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkan investasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral, pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur kepariwisataan. Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan, berupa pendukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kepada instansi terkait terutama di bidang (a) pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c) prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh instansi terkait diantaranya untuk rencana aksi: 1) Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Pemda; 2) Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian, Kemenlu, Kemendag, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda). LAK KEMENPAREKRAF

26 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

27 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di atur melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun di dalamnya termuat 11 (sebelas) arah kebijakan yaitu: 1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah; 2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat; 3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata; 4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata; 5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif; 6. Penguatan industri kreatif; 7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif; 8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagi industri kreatif; 9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif; 10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 11. Penguatan Reformasi Birokrasi. Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun sebagai berikut: LAK KEMENPAREKRAF

28 Visi Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif. Misi 1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah; 2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah; 3. Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkualitas; 4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel. Tujuan 1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia; 2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia; 3. Peningkatan kontribusi ekonomi dari industri kreatif; 4. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif; 5. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi kreatif; 6. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 7. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf; 8. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf. Sasaran 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional; 2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional; 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata; 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; 5. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus; 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia; LAK KEMENPAREKRAF

29 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata; 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien; 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif; 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif; 11. Meningkatnya unit usaha di sektor ekonomi kreatif; 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia; 13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif; 14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat; 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata; 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan kebijakan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku ekonomi kreatif; 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); 21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi; 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf; 23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf. Penetapan tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Sasaran strategis adalah penjabaran dari Tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan Sasaran dirumuskan LAK KEMENPAREKRAF

30 lebih spresifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing. Sasaran strategis, indikator, dan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu tahun dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: No. Sasaran Indikator Program 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) LAK KEMENPAREKRAF

31 No. Sasaran Indikator Program 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) 5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi) 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata LAK KEMENPAREKRAF

32 No. Sasaran Indikator Program 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase) 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) Program Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif LAK KEMENPAREKRAF

33 No. Sasaran Indikator Program 11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) 17. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif LAK KEMENPAREKRAF

34 No. Sasaran Indikator Program 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) 1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IptekI Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf 2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang) LAK KEMENPAREKRAF

35 No. Sasaran Indikator Program 23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf B. Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah Perencanaan Kinerja 2012 yang merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan). Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2012 ditetapkan maka disusunlah Penetapan Kinerja 2012 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2012, antara lain: 1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya. 3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah. 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. LAK KEMENPAREKRAF

36 5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment). Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Dengan telah ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai indikator keberhasilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka IKU harus terdapat dalam perencanaan kinerja. Sasaran strategis tahun 2012, indikator kinerja dan target kinerja disajikan pada tabel berikut: No. Sasaran Indikator Target Program 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 4,15 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) 8,03 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 7,00 12,66 LAK KEMENPAREKRAF

37 No. Sasaran Indikator Target Program 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 4,43 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 8,96 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 171,5 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisnus (Juta perjalanan) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi) 4,04 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 15 LAK KEMENPAREKRAF

38 No. Sasaran Indikator Target Program 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) 29 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 1. Rasio konsentrasi 5 pasara utama asal wisatawam mancanegara ke Indonesia (persentase) 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) 63,5 Program Pemasaran Pariwisata Base Line (x) LAK KEMENPAREKRAF

39 No. Sasaran Indikator Target Program 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 7,29 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan 8,25 Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 3, Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 7, Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan 9,26 Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek 13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase) Base Line (x) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) 3 LAK KEMENPAREKRAF

40 No. Sasaran Indikator Target Program 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) 10 Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek LAK KEMENPAREKRAF

41 No. Sasaran Indikator Target Program 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) WTP B Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf 21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf 1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang) 2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang) 9 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang) 134 C. Anggaran 2012 Proses alokasi anggaran Tahun 2012 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari awal sampai dengan akhir, adalah sebagai berikut : LAK KEMENPAREKRAF

42 NO. URAIAN PAGU DASAR (Rp.) 1. Pagu Indikatif Rp ,- Keputusan Menteri Keuangan No. 215/KMK.02/2011 Tgl. 30 Juni Pagu Definitif Rp ,- Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-01/MK.02/2011 Tgl. 1 November Pemotongan Anggaran (-) Rp ,- Rp ,- Surat Menteri Keuangan No. S-163/MK.02/ Reward (+) Rp ,- 6. APBN-P (+) Rp ,- Tgl. 7 Maret 2012 Rp ,- Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK.02/2012 Tgl. 30 Maret 2012 Rp ,- Surat Menteri Keuangan No. S-381/MK.02/2012 Tgl. 28 Mei 2012 Dan alokasi anggaran sebesar Rp ,- tersebut terbagi dalam 4 (empat) jenis belanja, sebagai berikut : 1. Belanja Pegawai : Rp ,- 2. Belanja Barang : Rp ,- 3. Belanja Modal : Rp ,- 4. Belanja Bansos : Rp ,- Permasalahan Penyebab utama rendahnya penyerapan anggaran tahun 2012: 1. Tahun Anggaran baru dimulai sudah dilakukan kebijakan nasional untuk penghematan 10% atas pagu anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 2. Penyesuaian terhadap perubahan organisasi dari Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, yang membutuhkan penyesuaian/revisi program kegiatan dan alokasi anggaran; 3. Adanya blokir/tanda bintang pada sejumlah alokasi anggaran/kegiatan pusat maupun SKPD (daerah) yang membutuhkan waktu untuk proses pencairan dan penyesuaiannya; LAK KEMENPAREKRAF

43 4. Lemahnya koordinasi dalam penetapan perangkat pengelola keuangan khususnya SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kegiatan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan; Faktor Teknis Internal: 1. Masalah revisi POK yang berulang hampir diseluruh unit kerja, sehingga mempengaruhi jadwal kegiatan; 2. Adanya penyesuaian penetapan perangkat pengelola keuangan daerah; 3. Penerapan sistem perencanaan kas yang belum konsisten; 4. Terjadinya penumpukan SPM pada menjelang akhir tahun anggaran. Faktor Teknis Eksternal: 1. Proses pencaian tanda bintang yang memakan waktu cukup lama; 2. Penggantian pejabat teknis KPPN dapat mempengaruhi proses pencairan anggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga; 3. Revisi DIPA yang bisa memakan waktu 3-4 bulan penyelesaiannya; 4. Kekeliruan penulisan dalam DIPA masih terjadi; 5. Pagu APBNP untuk struktur organisasi baru di Ekonomi Kreatif, baru diterima pada bulan Agustus dan September Solusi Rekomendasi: 1. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing-masing otoritas KPA terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan yang ketat; 2. Masing-masing otoritas KPA menyusun jadwal kegiatan setiap bulan, triwulan disesuaikan dengan rencana penarikan pendanaan; 3. Menghindari pembayaran untuk konsultan (Pihak Ketiga) yang pembayarannya sekaligus pada menjelang akhir tahun anggaran (tidak sesuai amanat Perpres No. 70 Tahun 2012). 4. Masing-masing otoritas KPA dan pengelola dibawahnya secepatnya melakukan/menjaga cash flow melalui pencairan UP, TUP, sesuai perencanaan kas pada bendahara. LAK KEMENPAREKRAF

44 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

45 ab III Akuntabilitas Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Ikhtisar Capaian Kinerja 2012 Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.55/HK.001/MPEK/2012, tanggal 16 Juli 2012, tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun perencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja. Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012, yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Doemestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 4,15 3,90 93,98 2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 8,03 9, ,00 8, LAK KEMENPAREKRAF

46 No. Sasaran Indikator 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) 2012 Target Realisasi Capaian (%) 12,66 34,60 273,3 3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 4,43 3,97 89,6 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 8,96 9,12 101,7 171,50 171, Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) ,81 103,07 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 8 8,04 100, LAK KEMENPAREKRAF

47 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi(destination Management Organization (DMO))(Lokasi) 4,04 4,03 99, Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien 1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%)) 63,5 53,35 115,98 LAK KEMENPAREKRAF

48 No. Sasaran Indikator 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 2012 Target Realisasi Capaian (%) ,29 104, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) Base Line (x) n/a n/a 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 7,29 4,68 (EKMDI) 6,908 3,468 (EKMDI) 94,76 74,10 (EKMDI) 2,5 (EKSB) 3,44 (EKSB) 137,6 (EKSB) 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 8,25 5,41 (EKMDI) 2,81 (EKSB) 6,34 - *) (EKMDI) 6,34 (EKSB) 76,85 - *) (EKMDI) 225,62 (EKSB) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 3,08 2 (EKMDI) 2,97 (EKSB) 2,6 1,18 (EKMDI) 1,42 (EKSB) 84,42 59 (EKMDI) 47,81 (EKSB) LAK KEMENPAREKRAF

49 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 7,28 4,53 (EKMDI) 2,65 (EKSB) 9,81 2,29 (EKMDI) 7,52 (EKSB) 134,75 48,56 (EKMDI) 283,77 (EKSB) 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) (EKMDI) (EKSB) (EKMDI) (EKSB) 168,73 66,23 (EKMDI) 175,81 (EKSB) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) 9,26 9 (EKMDI) 7,65 (EKSB) 7,65... (EKMDI) 7,65 (EKSB) 82,61... (EKMDI) 100 (EKSB) 13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase) Base Line (x) Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) , , LAK KEMENPAREKRAF

50 No. Sasaran Indikator 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) 2012 Target Realisasi Capaian (%) ,3 17. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) (EKSB) 984 (EKMDI) (EKSB) 473 (EKMDI) 68,99 76,01 (EKSB) 48,07 (EKMDI) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) (EKSB) 316 (EKMDI) (EKSB) (EKMDI) 140,09 105,27 (EKSB) 391,14 (EKMDI) 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Masih dalam proses pemeriksaan BPK - LAK KEMENPAREKRAF

51 No. Sasaran Indikator 2012 Target Realisasi Capaian (%) 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) B B Terselenggaranya Reformasi Birokrasi 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) 1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang) 2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang) , Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang) ,01 *) Tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada Tingkat partisipasi angkatan kerja Catatan: n/a not applicable (tidak dapat dibandingkan) Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun Rp ,- LAK KEMENPAREKRAF

52 B. Capaian dan Analisis Kinerja 2012 Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan. 1 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, merupakan sasaran utama untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kepariwisataan terhadap pemasukan yang didapat oleh suatu negara khususnya Indonesia. Kegiatan pariwisata memiliki dampak pada kenaikan PDB di berbagai sektor ekonomi baik yang terkait langsung dengan pariwisata, seperti sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa lainnya khususnya industri hiburan, maupun yang tidak terkait langsung seperti: pertanian; listrik, gas dan air, konstruksi; perdagangan; industri; dan komunikasi. a. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh Puslitbang Kemenparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata. Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara total dampak PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. PDB nasional merupakan LAK KEMENPAREKRAF

53 nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi oleh Indonesia selama satu tahun, sedangkan dampak PDB dari sektor kepariwisataan adalah persentase dari total PDB dari seluruh aktivitas ekonomi yang terkait kepariwisataan secara langsung dan tak langsung yang dihitung melalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi sektor pariwisata dihitung sebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari PDB nasional. Aktivitas kepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran wisnus, investasi pariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi pariwisata. Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) 4,15 3,90 93,98 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 3,90%. Tidak tercapainya target dari sasaran Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ini dikarenakan adanya isu-isu keamanan di Indonesia serta kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan stakeholders yang terkait dengan kepariwisataan. Selain itu pula dikarenakan oleh adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di dunia. LAK KEMENPAREKRAF

54 Rata-rata kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional pada periode adalah sebesar 3,98%, dimana tahun 2012 diperkirakan total nilainya sebesar 321,57 triliun rupiah atau tumbuh dari tahun 2011 sebesar 3,90% dengan total nilai sebesar 296,97 triliun rupiah, sedangkan kontribusi kepariwisataan terhadap PDB Nasional tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,10 poin dari tahun 2011 sebesar 4%, yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan sektor lain seperti telekomunikasi. TABEL III.1 Perbandingan Pendapatan PDB No Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) * Pertumbuhan (%)* 1 Pertanian , , ,01 8,00 2 Pertambangan & Penggalian , , ,91 7,25 3 Industri , , ,05 9,21 4 Listrik, gas dan air 1.599, , ,83 8,34 5 Konstruksi , , ,77 4,32 6 Perdagangan , , ,69 8,00 7 Restoran , , ,59 7,75 8 Hotel , , ,20 7,56 9 Angkutan Darat , , ,01 16,39 10 Angkutan Air 2.683, , ,16 8,04 11 Angkutan Udara , , ,54 5,13 12 Jasa Penunjang Angkutan 5.544, , ,86 7,75 13 Komunikasi 5.907, , ,37 8,67 14 Jasa Lainnya , , ,50 9,38 Total , , ,49 8,28 PDB Nasional Harga Berlaku , , ,21 11,14 Persentase kontribusi 4,06% 4,00% 3,90% Sumber: Neraca Satelit Pariwisata Nasional Ket:* Angka Estimasi Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,37% terhadap kesempatan kerja nasional di tahun 2012 atau sekitar 9,28 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan. Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak LAK KEMENPAREKRAF

55 Triliun rupiah tidak langsung berada pada kisaran 3-4%. Berikut tabel dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan: GRAFIK III.1 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional Wisman Wisnus Wisnas Investasi Promosi dan Pembinaan Persentase Tahun 3.80 PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat. 2. Kurangnya air seat capacity dan penerbangan langsung (direct flight) baik dari penerbangan Internasional ke Indonesia maupun ke destinasi wisata yang ada di daerah, serta kurang siapnya destinasi dalam hal aksesibilitas untuk lebih meningkatkan tingkat kunjungannya. 3. Belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta termasuk masyarakat (public and private partnership). 4. Masih adanya isu isu negatif mengenai kondisi kemananan dan lingkungan yang terjadi di Indonesia. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Upaya upaya kerjasama pemasaran atau co-marketing dengan pihak-pihak berikut ini : LAK KEMENPAREKRAF

56 a. Maskapai penerbangan (airlines). b. Bank/Lembaga Keuangan. 2. Upaya-upaya pemasaran yang terintegrasi dilakukan bersama-sama dengan pihak swasta. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM terutama di bidang pariwisata. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- dan hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 90,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 93,49%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. 2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional, ditandai oleh banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan semakin banyaknya usaha-usaha di bidang pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan tenaga kerja di bidang tersebut. a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata, yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Sektor pariwisata memberi dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenaga LAK KEMENPAREKRAF

57 kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan). Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 8,03 9, Target jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata adalah 8,03 juta orang. Dari target tersebut, didapatkan angka realisasi sebesar 9,77 juta orang atau tercapai 122%. Pariwisata terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja baik tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan pariwisata. Dengan semakin tingginya jumlah usaha pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan sektor pariwisata terhadap jumlah tenaga kerja. b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional merupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlah pekerja nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikator ini merupakan cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaan lapangan kerja (penurunan tingkat pengangguran) dan pengurangan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi nilai kontribusi, maka semakin tinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: LAK KEMENPAREKRAF

58 No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 7,00 8, Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional mencapai 8,81%. Indikator ini merupakan perbandingan jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan. Data tenaga kerja di bidang pariwisata pada tahun 2012 adalah sebesar 9.27 juta orang. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa tenaga kerja sektor pariwisata menyumbang sebesar 8.81% terhadap total tenaga kerja nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata, antara lain Fasilitasi Bimbingan Teknis Usaha Pariwisata, advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan penyusunan rancangan Permen standar usaha pariwisata. c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata Kualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Produktivitas yang dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentuk melalui mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yang terkait pariwisata sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/tk/tahun) 12,66 34,60 273,3 LAK KEMENPAREKRAF

59 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata mencapai Rp 34,60 juta/tk/tahun. Penghitungan produktivitas tenaga kerja adalah besaran realisasi nominal PDB sektor pariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor pariwisata per tahun. Data PDB sektor pariwisata tahun 2012 adalah sebesar trilliun rupiah. Jika data PDB tersebut dibagi jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata, maka nilai produktivitas yang didapat adalah sebesar juta/tenaga kerja. Angka tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja Ditjen PDP tercapai 273.3%. Tingginya nilai produktivitas tenaga kerja mengindikasikan bahwa pariwisata memiliki peran nyata dalam penyerapan tenaga kerja nasional dan memberikan sumbangsih langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan: 1. Bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat. 2. Kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata. 3 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi di sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendorong investasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancangan profil investasi destinasi pariwisata, koordinasi dengan instansi pemerintah terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasi pariwisata Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total LAK KEMENPAREKRAF

60 investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasi pariwisata yang memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di destinasi tersebut. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional, yaitu persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadap total nilai investasi nasional. Investasi oleh pemerintah dialokasikan untuk barang modal yang berada pada perwilayahan pembangunan kepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1) aksesibilitas pariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatan dan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan, dan barang modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunan olah raga, rekreasi, hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukan tempat tinggal. Sedangkan investasi oleh swasta biasanya dialokasikan untuk barang modal: bangunan hotel dan akomodasi, restoran, serta bangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi pariwisata terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisata dan iklim usaha yang semakin baik. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 4,43 3,97 89,6 Investasi di bidang pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain dapat membuka lapangan kerja yang berimbas pada pengurangan pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam skala nasional, investasi di bidang pariwisata sangat menguntungkan dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Salah satu cara paling efektif untuk memaksimalkan pengembangan potensi pariwisata daerah adalah dengan menarik investor, baik dari dalam dan luar negeri untuk berinvestasi dalam bidang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik daya LAK KEMENPAREKRAF

61 tarik dan kondisi pada masing-masing daerah. Pada tahun 2012, total investasi pariwisata dari sektor hotel dan restoran serta sektor jasa lainnya hingga Bulan September adalah sebesar juta USD. Nilai investasi pariwisata tersebut menyumbang 3.97% dari total investasi nasional (24, juta USD). Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Promosi investasi bidang pariwisata melalui: a. Partisipasi dan pelaksanaan ASEAN Tourism Investment Forum Pada tanggal pada tanggal 7-8 November 2012, dilaksanakan ATIF di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Delegasi yang hadir pada ATIF 2012 berasal dari 6 negara, yaitu: Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Vietnam, serta perwakilan dari ASEAN China Centre (ACC). Sementara Singapura, Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam berhalangan hadir. Pada ATIF 2012, masing-masing delegasi memaparkan potensi investasi pariwisata di negaranya, serta dilakukan business meeting dengan investor. Beberapa perkembangan positif yang terjadi pada ATIF 2012 ini antara lain: 1) Pengusaha dari Vietnam tertarik untuk melakukan investasi marina di kawasan Lombok Tengah; 2) Delegasi Kamboja telah bertemu dengan pihak PT. BWJ untuk menawarkan kawasan Tanjung Lesung kepada investor Kamboja; 3) Delegasi dari Malaysia (Malaysia Investment Authority) membuka kesempatan untuk pertemuan lebih lanjut dalam rangka melakukan kerjasama promosi investasi pariwisata antara Malaysia dan Indonesia; 4) Untuk delegasi ASEAN China Centre telah menyatakan untuk membantu mempertemukan investor China dan pengembang kawasan pariwisata di Indonesia maupun negara ASEAN lainnya; 5) PT. ESL segera melakukan investasi pada lahan seluas 400 Ha, yang berada di dalam kawasan pemanfaatan hutan seluas 3000 Ha di LAK KEMENPAREKRAF

62 Kawasan Tanjung Ringgit, Lombok Timur. PT. ESL tertarik untuk konsep Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di kawasan dimaksud; 6) PT. BWJ menyatakan ketertarikannya terhadap kawasan Lombok Utara, Sumbawa dan kawasan sekitar Senggigi; 7) PT. Indo Sight akan melakukan penawaran proyek investasi pariwisata kepada jaringan investor mereka. b. Partisipasi Pada Event Investasi Pariwisata (TTI) Kegiatan partisipasi dalam even investasi pariwisata di luar negeri pada tahun 2012 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan promosi antara lain: 1) Even Annual Investment Meeting, di bulan April 2012 di Dubai Uni Emirat Arab 2) Even Tourism Trade Investment di 3 kota Madrid, Sevilla dan Barcelona Spanyol pada akhir bulan Mei 2012, yang bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. 3) Business Meeting dengan potensial investor di luar negeri diselenggarakan di Tokyo Jepang berupa pertemuan dengan prospektus Usaha Kawasan Pariwisata, serta Keidanren (organisasi KADIN di Jepang) Jepang, dan membahas tentang prospektus investasi pariwisata di Indonesia dan mengundang investor Jepang. 4) Business meeting di Seoul Korea Selatan, berupa pertemuan dengan pihak Samsung C&T yang membahas prospektus investasi pariwisata khususnya Bandara di Panimbang Banten dan Majalengka Jawa Barat dan Jalan Tol menuju Tanjung Lesung. 5) Business meeting di Indonesia dengan DAMAC HOLDING Co. Dubai. Kunjungan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, pada bulan Juli dan November Daerah potensial investasi pariwisata yang dikunjungi adalah Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung Banten, Mandalika Nusa Tenggara Barat, dan Lagoi Bay Pulau Bintan. c. Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media Pada tahun 2012, salah satu upaya peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata adalah melalui kegiatan Promosi Investasi Melalui Media, yang LAK KEMENPAREKRAF

63 dilakukan secara bertahap selama 5 edisi di Majalah Travel Club dan Indonesia Tourism Review. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan awareness masyarakat dan potensial investor terhadap peluang investasi pada beberapa kawasan/daerah di Indonesia yang potensial. d. Promosi Investasi Melalui Event (ITID/Indonesia Tourism Investment Day) Pada tanggal 22 Oktober 2012 di Hotel J.W Marriott Jakarta diselenggarakan even Indonesia Tourism Investment Day (ITID) 2012 yang bertujuan untuk menginformasikan peluang investasi pariwisata di Indonesia kepada investor potensial yang berasal dari dalam dan luar negeri. Pada kegiatan ITID 2012, ditandatangani nota kesepahaman antara: 1) PT. Banten West Java dengan Long Life International Business Investment, Co. tentang Providing & Managing Senior Housing in Tanjung Lesung. 2) PT. Banten West Java dengan Damac Holding Company tentang Tanjung Lesung Development. 3) PT. Bali Tourism Development Corporationd dengan PDAM tentang Penyediaan Sarana Air Bersih di Kawasan Mandalika 4) Nilai investasi yang terjadi pada kegiatan ITID 2012 ini diperkirakan Rp 2 triliun. ITID 2012 diselengggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Forum ini dihadiri oleh calon investor yang terdiri dari CEO, pengembang properti pariwisata di Indonesia, KADIN, Chambers of Commerce dari negara-negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat. Sementara dari Indonesia hadir perwakilan dari 7 Pengelola Kawasan Pariwisata (Anggota Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia/AKPI), 6 Kabupaten/Kota, serta 2 potensi investasi yaitu di kawasan pulau kecil dan di kawasan kehutanan. LAK KEMENPAREKRAF

64 4 Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia, ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia adalah Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah: Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara, Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan, dan jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan. a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaan devisa dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelum berwisata (pre-trip expenditure), selama berwisata (trip-expenditure), dan sesudah berwisata (post-trip expenditure). Pengeluaran pre-trip dan post-trip meliputi hotel dan akomodasi, restoran dan sejenis, angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk non makanan. Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip, ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata di Indonesia, seperti jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani. Dalam konteks wisman, pengeluaran pre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum perjalanan wisata ke Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di negara asal wisman setelah kembali dari Indonesia. Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan LAK KEMENPAREKRAF

65 nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar) 8,96 9,12 101,7 Pada tahun 2012, penerimaan devisa dari segi pariwisata sebesar 9.12 US$ Milliar atau tercapai sebesar 101,7% sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Meningkatnya devisa wisatawan disebabkan oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata meningkat. b. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk mampu menarik wisman yang berkualitas, namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011, terjadi peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan LAK KEMENPAREKRAF

66 nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakin meningkat dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 171,50 171, Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara mencapai Rp 171,50 triliun. Pengeluaran wisatawan merupakan faktor penting dalam pembangunan kepariwisataan. Semakin tinggi jumlah yang dikeluarkan oleh wisatawan, maka semakin besar pula pemasukan untuk negara dari segi pariwisata. Sejalan dengan hal itu, maka kesejahteraan masyarakat pun akan semakin meningkat. Indikator Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara berupa Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara pada tahun 2012 sebesar Rp trilliun atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengeluaran wisatawan nusantara tercapai 100%. Tercapainya nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan wisata ke berbagai daya tarik wisata yang ditawarkan. c. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan Jumlah pengeluaran per wisman per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang dimaksudkan sebagai kunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan sejak tiba di Indonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehingga walaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah di Indonesia selama selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawan tersebut akan terhitung sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisman di LAK KEMENPAREKRAF

67 Indonesia per kunjungan, maka semakin besar pula potensi devisa yang akan diperoleh negara. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) ,81 103,07 d. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan merupakan ratarata pengeluaran wisatawan nusantara dalam setiap perjalanan wisata yang dilakukannya. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan, maka semakin besar pula potensi pendapatan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat di lokasi destinasi pariwisata. Data rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (modul perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan Susenas. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf. Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan mencapai Rp 700 ribu atau tercapai 100%. LAK KEMENPAREKRAF

68 5 Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara, merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kepariwisataan Indonesia. Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2012 mencapai 8,04 juta sedangkan angka realisasi kedatangan wisman selama periode Januari November 2012 tercatat sudah mencapai 7,3 juta orang atau sekitar 91,25 % dari target kedatangan wisman tahun a. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan, dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan. Jumlah wisman dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/ Disembarkasi yang dilakukan di 73 pintu masuk Indonesia18 berdasarkan negara tempat tinggal wisatawan tersebut. Pengumpulan kartu E/D 73 pintu masuk Indonesia berada diseluruh area negara, terdiri dari 47 pelabuhan laut; 19 bandar udara; 3 jalur darat; serta 4 pintu masuk utama: Soekarno-Hatta (Jakarta), Ngurah Rai (Bali), Polonia (Medan) dan Sekupang (Batam). dilakukan oleh Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivals to Indonesia setiap tahunnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara adalah LAK KEMENPAREKRAF

69 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dan Jumlah perjalanan wisatawan nusantara. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) 8 8, Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 8,04 juta orang, seluruhnya telah tercapai. Indikator Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia terlihat jelas bahwa pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2012 meningkat di bandingkan dari tahun sebelumnya. Pencapaian ini juga melebihi dari target yang telah ditentukan yaitu sebesar 8 juta wisatawan dengan total jumlah kunjungan sebesar wisatawan mancanegara. Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk bulan Januari s.d. Desember 2012 berjumlah wisatawan mancanegara atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011 berjumlah wisatawan mancanegara. Berdasarkan kebangsaan secara kumulatif, wisatawan mancanegara bulan Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011 tercatat yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu: Mesir sebesar 31,21%, China sebesar 25,40%, Uni Emirat Arab sebesar 21,16%, Thailand sebesar 12,76% dan Philipina sebesar 10,11%. Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, pada tiga pintu masuk utama bulan Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011, yaitu: Ngurah Rai meningkat 4,07%, Soekarno-Hatta meningkat 6,25% dan Batam meningkat 5,00%. LAK KEMENPAREKRAF

70 900,000 Grafik III.2 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA 800, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,000 0,000 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin, Kemenparekraf 2012) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut,berbagai upaya telah dilakukan untuk menarik wisatawan mancanegara, antara lain menyelenggarakan event-event internasional, mempromosikan dan menjual paket-paket insentif pariwisata minat khusus. Promosi terutama dilakukan kepada pasar utama Indonesia yang menyumbang wisatawan paling banyak dan letaknya paling berdekatan dengan Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Event-event yang mendukung peningkatan kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, antara lain : 1. TOURNAMENT OF ROSES, 2-3 Januari 2012, Pasadena - Amerika Serikat Tournament of Roses 2012 dengan tema Just Imagine, merupakan penyelenggaraan yang ke 123 kalinya sejak pertama kali di selenggarakan pada tahun 1890 setiap awal Tahun Baru dan selalu dinantikan oleh publik penonton. Lokasi pelaksanaan yang telah dikenal luas, yakni Pasadena, merupakan salah satu lokasi terbaik untuk berpromosi dan menyebarkan berbagai informasi secara luas. Potensi penonton di dunia diperkirakan juta penonton, penonton di Amerika Serikat + 38 juta penonton dan penonton yang datang langsung menyaksikan + 2 juta penonton. Float atau kendaraan pawai Indonesia merupakan satu-satunya float yang mengatasnamakan negara melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemkot LAK KEMENPAREKRAF

71 Pagaralam, Sumatera Selatan. Sementara untuk float peserta lainnya mayoritas digawangi oleh perusahaan antara lain seperti Taiwan oleh China Airlines dan Thailand oleh perusahaan Dole. Dengan tema Wonderful Indonesia, Indonesia menampilkan dua float, yakni main float berwujud Garuda Wisnu Kencana, yang memiliki tinggi 30 kaki, lebar 18 kaki dan panjang 45 kaki. Sementara untuk satellite float berwujud penari dari Pagaralam memiliki tinggi 16 kaki, lebar 14 kaki dan panjang 14 kaki. Indonesia meraih penghargaan tertinggi ke-empat, yakni President s Trophy yang merupakan penghargaan untuk kategori peserta dengan penggunaan bunga yang paling efektif dengan presentasi yang baik. 2. ASEAN TOURISM FORUM (ATF), 8 15 Januari 2012, Manado, Sulawesi Utara ASEAN Tourism Forum merupakan event regional di kawasan ASEAN yang bersifat internasional, dilaksanakan setiap tahun secara bergiliran menurut alphabet. Pada tahun 2012 ini, ATF ke-31 berlangsung pada tanggal 8-15 Januari 2012,dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil tempat Manado, Sulawesi Utara. ASEAN Tourism Forum 2012 dihadiri oleh delegasi dari berbagai Negara meliputi; 443 buyers dari 51 negara (336 buyers dan 103 delegasi dagang), 174 media dari 37 negara (internasional & nasional), 896 sellers dari 10 negara ASEAN dan 270 delegasi VIP/NTO dari 15 negara. ATF 2012 meliputi 2 kegiatan yaitu: NTOs meeting yang dilaksanakan pada tanggal 8-12 Januari 2012 dan Travel Exchange (Travex) dilaksanakan pada tanggal Januari Opening Ceremony dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2012 bertempat di Convention Center, Grand Kawanua. Dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. Budiono, dihadiri oleh lebih kurang undangan terdiri dari Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri dari 10 negara ASEAN dan Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri dari Jepang, Korea, dan India, NTOs delegasi, buyers, sellers, media dan tuan rumah. LAK KEMENPAREKRAF

72 3. VAKANTIEBEURS, Januari 2012, Jaarbeurs, Utrecht - Belanda Vakantiebeurs merupakan salah satu bursa pariwisata internasional terbesar di Belanda. Event tersebut merupakan suatu wadah yang memberikan kesempatan bagi kalangan industri pariwisata (travel agent, hotelier, penerbangan) seluruh dunia untuk mengembangkan hubungan bisnis baru di bidang pariwisata sekaligus memelihara dan meningkatkan hubungan bisnis yang sudah ada secara efektif dan efisien. Paviliun Indonesia terletak di Hall 1. Musisi sasando dan penyanyi serta coffee corner selalu ramai mendapat perhatian pengunjung selama Vakantiebeurs berlangsung. Keikutsertaan Indonesia pada Vakantiebeurs diwakilkan oleh 19 perusahaan, termasuk 5 tour operator dan 1 majalah wisata dari Belanda. Pavilion Indonesia memiliki 2 counter Informasi didepan dan di belakang dan satu counter untuk coffee corner. Pelayanan informasi adalah dari Kemparekraf, Putri Pariwisata dan dibantu oleh beberapa mahasiswa yang belajar di Belanda. Pengunjung Vakantiebeurs yang mendatangi Paviliun Indonesia banyak yang menanyakan informasi spesifik mengenai Jawa dan Bali serta Maluku dan Papua. 4. ITB BERLIN, 7-11 Maret 2012, Berlin, Jerman Kegiatan ITB Berlin 2012 merupakan travel expo terbesar di dunia diikuti oleh exhibitor dari 187 negara di dunia dengan area seluas m 2 dan jumlah pengunjung Exhibitor. Kegiatan rutin yang dilaksanakan di Paviliun Indonesia dari tanggal 7-11 Maret 2012, meliputi Business meeting di 62 meja exhibitor; Demo membatik oleh 1st Runner Up Putri Batik Nusantara; Coffee Corner oleh BANDAR KOPI; Cultural Performance: permainan biola sambil menyanyikan lagu-lagu daerah Indonesia dan lagu-lagu populer mancanegara oleh 1st Runner Up Putri Batik Nusantara; persembahan tari jaipong kontemporer oleh Putri Pariwisata LAK KEMENPAREKRAF

73 Indonesia 2011; persembahan tarian daerah Papua, Bali, dll oleh tim kesenian persembahan KBRI Berlin dan Pemerintah Daerah Papua & Bali; dan Information desk dengan Putri Pariwisata, Putri Batik Nusantara, Abang & None Jakarta sebagai pemberi informasi; Setiap perusahaan rata-rata mendapatkan 28 prospective agreement dengan jumlah perolehan rata-rata wisman. Sehingga perkirakan total devisa yang dapat diperoleh dari keikutsertaan Indonesia pada event tersebut, sebagai berikut: Total wisman yang dihasilkan = 28 x = wisman. Apabila dengan asumsi pengeluaran per kunjungan US$ maka total devisa yang diharapkan adalah US$ atau Rp atau 2,14 triliyun. Jadi ekspektasi devisa yang dihasilkan dari keikutsertaan Indonesia pada ITB Berlin 2012 sebesar Rp. 2,14 triliyun. Selain press conference, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga diwawancarai secara eksklusif oleh beberapa media cetak dan elektronik. Sama seperti tahun 2011, Indonesia mendapatkan penghargaan Go Asia Award 2012, yaitu Cerftificate of Achievement sebagai Ranking ke-3 Most Popular Destination in Asia. 5. CRUISE SHIPPING MIAMI (CSM) 2012, Maret 2012, Miami, Florida, USA Cruise Shipping Miami (CSM) 2012 merupakan Pameran Internasional Industri Kapal Pesiar dan Destinasi Wisata Bahari terbesar di dunia yang berlangsung di Miami Beach Convention Center, Miami, Florida, USA. Program kegiatan yang dilaksanakan oleh Indonesia pada Pameran Internasional Cruise Shipping Miami (CSM) 2011 terdiri dari: Pameran/Exhibition meliputi pelayanan informasi dan pendistribusian bahan promosi pariwisata Indonesia, souvenir, goodie bag dan informasi; Travex/Travel Exchange; Awareness Campaign (Indonesia memasang iklan pada hari kedua dan ke-3 dalam LAK KEMENPAREKRAF

74 CSM Daily News); Indonesia Gathering dilaksanakan pada hari Rabu,14 Maret 2012 di Pavilion Indonesia yang dihadiri sekitar lebih 300 orang undangan terdiri dari cruise lines, travel agent dan lain-lain. Kehadiran Menparekraf pada event ini membawa dampak positif bagi para Cruise Liners untuk memprogramkan Indonesia sebagai destinasi dari kapal pesiar dunia. 6. FLORIADE 2012, 5 April 7 Oktober 2012, Venlo, Belanda Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berpartisipasi pada kegiatan Floriade 2012 yang diselenggarakan pada tanggal 5 April 7 Oktober 2012 di Kota Venlo, Belanda. Venlo 2012 Holland World Expo-Floriade 2012 merupakan expo berskala besar kelas dunia yang berlangsung selama 6 bulan. Event tersebut dibuka secara resmi oleh Ratu Beatrix. Floriade 2012 merupakan event 10 tahunan dan tahun ini merupakan keikutsertaan Indonesia yang ketiga kalinya setelah tahun 1992 dan Pada Floriade 2012, Indonesia akan menampilkan berbagai peluang pariwisata, perdagangan, dan investasi sebagai upaya memperkenalkan budaya dan pariwisata, meningkatkan ekspor serta menarik investasi ke Indonesia. Serangkaian acara pagelaran seni Arumba pimpinan Saung Udjo dipentaskan sepanjang hari. Tari-tarian tradisional nusantara juga dipentaskan di panggung paviliun Indonesia. Serangkaian dengan itu juga dilaksanakan perlombaan membatik yang diikuti oleh peserta asing. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- dan hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 94,10%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 101%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. b. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat di mana destinasi berada. LAK KEMENPAREKRAF

75 Wisnus adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak memandangapakah menginap atau tidak menginap di hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari 100 km (PP); (2) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial tetapi menginap dihotel/penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari 100 km (PP); dan (3) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100 km (PP). Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan sejak bulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah perjalanan wisatawan nusantara mencapai 245 juta perjalanan. Indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara, pada tahun 2012 perjalanan wisnus diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3.48% dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700 ribu rupiah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, perkembangan perjalanan wisatawan nusantara selalu meningkat tiap tahunnya. Dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut ini : LAK KEMENPAREKRAF

76 TAHUN Tabel III.3 PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA JUMLAH PERJALANAN (ribuan) PENGELUARAN PER PERJALANAN (ribu Rp) TOTAL PENGELUARAN (triliun Rp) ,58 58, ,09 68, ,56 70, ,85 71, ,97 74, ,24 88, ,95 108, ,33 123, ,30 137, ,76 150, ,68 156, *) ,00 171,50 Sumber : BPS Ket : *) Angka estimasi Kemenparekraf Grafik III.2 PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA Pencapaian jumlah perjalanan wisnus yang diperoleh selama setahun ini disebabkan banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/Sabtu, Minggu dan Senin) selain adanya liburan nasional. Selain itu faktor lainnya adalah munculnya LAK KEMENPAREKRAF

77 orang kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi juga teknologi informasi dan berkembangnya konektivitas antar pulau melalui angkutan udara. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. ASEAN JAZZ FESTIVAL, JUNI 2012, Habour Bay, Batam, Kepulauan Riau ASEAN JAZZ FESTIVAL 2012 (AJF) merupakan event tahunan yang ke-4 diselenggarakan oleh Kemenparekraf di Batam, melibatkan 50 musisi dari Negara : Amerika, Kanada, Republik Chech, Hungaria, Belanda, Venezuela, Spanyol, Italia, Vietnam, Filipina. Sebagai Festival Director adalah maestro musik Indonesia Dwiki Dharmawan dengan WPE (World Peace Ensemble). Konsep event ini diarahkan untuk menggerakkan perjalanan wisnus sekaligus sebagai AJF 2012 yang digelar selama 2 hari, dengan 3 panggung, dihadiri lebih kurang orang diantaranya ajang menarik wisman khususnya Singapura dan Malaysia ke Batam.wisman dari Malaysia dan Singapura. Keunikan Asean Jazz keempat ini menampilkan perpaduan antara musik jazz dan musik tradisional. Opening Ceremony dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Walikota Batam, Ketua Batam Tourism Board, Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Kepri, dan diliput oleh Media TVRI, SCTV, Trans TV, Trans 7, TV3 Malaysia, Kompas, Antara, Republika, Sindo, Sriwijaya Inflight Magazine, dan media lokal. LAK KEMENPAREKRAF

78 2. INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL, September 2012, Musium Puri Lukisan, Ubud - Bali INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL yang dilaksanakan di Daerah Ubud Propinsi Bali, Maharani Production dan Panitia pelaksana dari Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Keatif sepakat menggunakan 4 tempat/lokasi yaitu Museum Lukisan/Puri Lukisan, Puri Sarean, Royal Pita Maha, dan perkebunan Kopi. International Coffee Festival dibuka secara resmi oleh Bapak Putu Laksa Guna selaku Irjen Kementrian Parekraf. ICF bertujuan mempromosikan kopi Indonesia yang terkenal dengan keragamaan dan kekayaan varian dan cita rasa. Kami juga ingin mendorong kopi Indonesia supaya lebih dicintai di negerinya sendiri. Maka bukan saja petani kopi yangakan terangkat harkat martabatnya dan memiliki kesejahteraan, daerah penghasilkopi di Indonesia juga akan berpotensi sebagai kawasan agrowisata, sehingga dapat tercapainya eco tourism yang merupakan Ekonomi Kreatif dan go green. Agrowisata merupakan kegiatan wisata yang berlokasi di kawasan pertanian atau perkebunan. Di agrowisata, wisatawan akan diberi kesempatan untuk mengunjungi perkebunan, melihat proses penanaman hingga panen. Biasanya kebun-kebun yang dikunjungi khususnya perkebunan Kopi. Sehingga taraf kesejahteraan petani kopi Indonesia akan meningkat. Maka, mulai saat ini sebaiknya kita menjadi penikmat kopi dalam negeri. Penyelenggaraan International Coffee Festival dilaksanakan di 4 tempat/lokasi yaitu Museum Lukisan/Puri Lukisan, Puri Sarean, Royal Pita Maha, dan perkebunan Kopi Ubud Propinsi Bali pada tanggal September 2012 yang dihadiri oleh 50 orang yang terdiri dari 38 orang peserta yang mengikuti Barista Workshop dan 12 orang peserta yang mengikuti Bali Orign Tour (Kunjungan Ke Kebun Kopi), serta terdapat 11 peserta booth dan 14 peserta dari berbagai media. LAK KEMENPAREKRAF

79 Adapun beberapa kegiatan yang mendukung pencapaian target meningkatnya jumlah wisman dan perjalanan wisnus, diantaranya adalah sebagai berikut : LAK KEMENPAREKRAF

80 Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- dan hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. 6 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia World Economic Forum (WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Travel and Tourism Competitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia, yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatu negara berdasarkan 14 pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian. Semakin tinggi nilai daya saing kepariwisataan Indonesia (skala maksimum 7), maka diharapkan dapat meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia yang akhirnya dapat berdampak kepada peningkatan kunjungan wisman ke Indonesia. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur dengan indikator: daya saing kepariwisataan Indonesia, dan Jumlah lokasi Kawasan Strategis LAK KEMENPAREKRAF

81 Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization(DMO)). a. Daya saing kepariwisataan Indonesia Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang dilakukan oleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negara di dunia menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar, Kemenparekraf berperan sebagai leading sektor, sementara di pilar lainnya, Kemenparekraf perlu berkoordinasi dengan Kementerian untuk mendorong pembangunan di sektor yang terkait kepariwisataan. Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin baik pula citra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyak wisatawan ke Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 4,04 4,03 99,7 Daya saing atau competitiveness kepariwisataan Indonesia dinilai dari Tourism and travel index competitiveness. Pada tahun 2012, data WEF menunjukkan adanya peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia dari nilai 3.96 di peringkat 74 menjadi 4.03 di peringkat 70. Dapat disimpulkan target daya saing kepariwisataan Indonesia tercapai sebesar 99,7%. Indikator Daya saing kepariwisataan Indonesia berupa penilaian daya saing kepariwisataan, kepariwisataan Indonesia dinilai dari sumber daya alam dan budaya yang dimiliki. Selain itu, Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga, baik hotel, tiket, airport tax maupun harga bahan bakar. Daya saing kepariwisataan Indonesia pada tahun 2011 menempati posisi ke 74 dari 139 negara. Pada tahun 2012 tidak dilakukan penilaian terkait daya saing kepariwisataan. Asumsi pencapaian target tersebut diperoleh karena berbagai kegiatan dilakukan untuk pencapaian indikator tersebut, antara lain: LAK KEMENPAREKRAF

82 1. Rapat koordinasi pariwisata nasional, 2. Destination review, 3. Penataan fasilitas di daya tarik wisata, 4. Penyusunan standar usaha, 5. Advokasi tata cara pendaftaran usaha, 6. Penyusunan travel pattern, 7. Fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi, 8. Pengelolaan destinasi pariwisata (DMO), 9. Aktivasi zona kreatif, 10. Pemetaan wisata kuliner Indonesia, 11. Pengembangan 7 wisata minat khusus dan MICE, 12. Pengembangan desa wisata, 13. Bimtek sadar wisata. b. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tatakelola destinasi (Destination Management Organization(DMO)) Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui lokasi yang difasilitasi dengan skema peningkatan gerakan kesadaran kolektif stakeholders, pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan organisasi pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO) dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator lokasi DPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untuk mewujudkan peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konsep tata kelola destinasi yang berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyak lokasi DPN yang difasilitasi maka LAK KEMENPAREKRAF

83 semakin besar masyarakat yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata dengan tata kelola yang baik. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization(DMO)) (Lokasi) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) mencapai 15 lokasi, atau dengan capaian sebesar 100%. Indikator Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO) berupa lokasi/cluster. Kelima belas lokasi/cluster tersebut antara lain Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo- Tengger-Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua). Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Asistensi Pengelolaan Destinasi Pariwisata (DMO) Program Destination Management Organization (DMO) sejak tahun 2010 dilaksanakan secara berkelanjutan berbasiskan proses (dimulai dari perencanaan hingga operasional dan pemantauan) dalam perspektif Destination Management System melalui pembentukan dan pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata atau DMO. Lokasi pilihan yang dikembangkan dengan menerapkan konsep DMO, yaitu: Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger- LAK KEMENPAREKRAF

84 Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo- Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua). Fasilitasi tata kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO) pada tahun 2012 dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Management Training DMO Dalam rangka optimalisasi kualitas pengelolaan destinasi pariwisata melalui pembentukan dan pengembangan DMO dinilai perlu untuk melaksanakan Management Training DMO untuk memperkuat kompetensi personil yang terlibat dalam kegiatan pembentukan dan pengembangan DMO. Management Training DMO juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi/kecakapan konsep, pengetahuan, skill, leadership yang luas tentang DMO. Kegiatan Management Training DMO diselenggarakan 3 (tiga) kali di Jakarta dengan target peserta antara lain : Dinas Pariwisata di 15 lokus DMO Pokja DMO (fasilitator destinasi, fasilitator lokal, pelaksana teknis) LSM, akademisi, peneliti, asosiasi Pola partisipasi DMO diharapkan terjadi dengan dukungan dan peran seluruh stakeholder, pemerintah, pihak swasta maupun masyarakan di destinasi. 2. Konferensi Nasional DMO Konferensi Nasional DMO 2012 diselenggarakan untuk ke-3 (tiga) kalinya di Hotel Niagara Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara dengan tema menuju pengelolaan destinasi pariwisata yang berkelanjutan (Towards Sustainable Destination Management). Konferensi ini ditujukan untuk mewujudkan sinergi tata kelola destinasi diantara seluruh stakeholders pariwisata, membangun komunikasi lintas sektor dan daerah, melakukan sharing best practices tata kelola destinasi, mengukur dan menilai perkembangan/kemajuan setiap DMO, meningkatkan partisipasi dan intervensi stakeholders dan masyarakat dalam pengelolaan destinasi pariwisata, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemerintah daerah dalam tata LAK KEMENPAREKRAF

85 kelola destinasi pariwisata di Indonesia dan mendiseminasikan pengembangan tata kelola destinasi pariwisata di Indonesia. Acara yang dihadiri perwakilan pemerintah daerah di 15 lokasi DMO, pihak industri pariwisata (swasta), masyarakat, kalangan akademisi serta 15 cluster DMO Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, dilanjutkan pada hari kedua dengan pilihan technical visit ke Geopark Samosir dan Tobasa (Museum TB Silalahi dan Taman Eden). 3. Fokus Aktivitas (Bimbingan Teknis, Stakeholder Meeting, dll) yang sudah Dilakukan pada Setiap Cluster DMO Pencapaian fasilitasi tata kelola destinasi selanjutnya adalah pelaksanaan aktivitas baik berupa bimbingan teknis, stakeholder meeting, atau lainnya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman stakeholders dalam mengelola destinasi yang berkualitas, menemukenali permasalahan dan menjawab permasalahan serta mengidentifikasi potensi pariwisata yang ada di 15 DMO. Fokus aktivitas dari setiap cluster antara lain : a. Sabang : Koordinasi penyusunan rencana kerja dengan WEH green tourism working group, stakeholder meeting, Pelatihan pembuatan sabun ramah lingkungan (eco-soap) dan pengembangan industri kreatif, pelatihan pelayanan prima bidang restoran dan rumah makan, pelatihan bidang housekeeping dan front office, Penguatan kelompok kerja, b. Toba : Stakeholder Meeting Tingkat Kabupaten, Koordinasi Penataan Tata Ruang Danau Toba dengan Kementerian PU, Koordinasi penyesuaian tarif jasa angkutan Samosir, Koordinasi dengan kepala-kepala desa di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Kecamatan Ajibata, Workshop Lintas Sektor Tingkat Provinsi, Pelatihan peningkatan pelayanan prima (front office hotel dan food and beverages), Penyusunan Paket Wisata, Pelatihan peningkatan pelayanan pedagang buah, Pelatihan kewirausahaan dan pembuatan souvenir, Pelatihan untuk pemandu wisata di Kabupaten Toba Samosir, Penyusunan Tourism Management Plan Kabupaten Tobasa, Perencanaan Fasilitas pariwisata Kabupaten Tobasa, Pembuatan data baseline pariwisata Kabupaten Tobasa, Tes tour kepada buyers nasional dan LAK KEMENPAREKRAF

86 internasional (Jelajah Danau Toba), Kampanye kebersihan lingkungan berupa clean-up sekitar Danau Toba dan pemasangan publikasi. c. Pangandaran : Workshop stakeholders Penyelarasan Langkah Strategis DMO, Pelatihan Pengembangan Pariwisata Daerah untuk berbagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Ciamis, Stakeholder Meeting Persiapan Penataan Kawasan Pangandaran musim Lebaran 2012, Koordinasi Dengan Pemerintah Daerah, Lokakarya Pengembangan Produk Wisata Baru, Pengenalan Produk Pariwisata Pangandaran (Jelajah Pangandaran 2012), Penyusunan Skenario Penataan Destinasi Wisata Pangandaran pada Libur Tahun Baru 2013, Stakeholder Meeting : Pangandaran Bersih dalam Libur Tahun Baru d. Kota Tua : Stakeholder Meeting pembentukan dan strukturisasi organisasi LWG, Assessment soft competency dan talent mapping LWG, Penguatan kerjasama LWG melalui team building dan outbound, Pemetaan potensi industri kreatif, Pelatihan industri kreatif untuk pemanfaatan limbah menjadi barang kerajinan, Pelatihan peningkatan kompetensi pemandu wisata lokal, Kajian strategis dalam penyusunan Tourism Management Planning. e. Borobudur : Sosialisasi Program DMO Borobudur Lintassektor, Strukturisasi dan perumusan anggaran LWG DMO Borobudur, Penjajakan komitmen dengan Bupati Magelang, Koordinasi program stakeholders dengan PT. Coca Cola Indonesia dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT. TWCBP-RB), Penyusunan Tourism Management Plan dan draft komitmen pengembangan tata kelola destinasi, Pelatihan pembibitan dan penghijauan, Pembentukan kelompok kerja di setiap desa wisata. f. Bromo-Tengger-Semeru : Stakeholder Meeting, Memberikan dukungan kepada kelompok kerja lokal dalam rangka persiapan upacara Yadnya Kasodo, Pelatihan pembuatan cinderamata untuk pelaku pariwisata paguyuban pedagang kaki lima, Diskusi rencana penataan manajemen pengunjung di Bukit Penanjakan, Lautan Pasir dan Puncak Gunung Bromo. g. Bali Batur : Stakeholder Meeting, Pelatihan Tata Kelola Destinasi berbasis komunitas DMO kepada para stakeholders dan masyarakat di Kintamani, LAK KEMENPAREKRAF

87 Studi banding Pengelolaan DTW Tanah Lot dan Seafood Kedonganan, Penyusunan Prosedur Standar Operasi Untuk Berbagai Aktivitas Wisata Di Kawasan Pariwisata Kintamani, Pelatihan Pengembangan Pariwisata DTW Kintamani Menuju Green Tourism melalui Community Based Tourism. h. Rinjani : Stakeholder Meeting untuk dukungan pengembangan destinasi berlangsung Senaru-Lombok Utara dan Sembalun-Lombok Timur, Penguatan teknis kelompok kerja melalui perencanaan pariwisata berkelanjutan, Identifikasi Potensi Pengembangan Produk Ekowisata, Koordinasi dan sosialisasi penyusunan perencanaan pariwisata di kawasan Gunung Rinjani. i. Flores : Promosi Flores di event ATF Manado, Peresmian sekretariat DMO oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pelatihan untuk TMO tentang sistem komputer, sitem keuangan, brand manual, promosi dan distribusi, Pembuatan master Plan Pariwisata Flores, Pembuatan Produk buku-buku Flores & Kartu Pos, Pertemuan Bupati se Flores di Surabaya, Pelatihan Guide & Service utk Home Stay dan Restaurant di desa wisata Moni Ende, Pelatihan pembuatan Business Plan bagi TMO se Flores, Presentasi Business Plan di depan: Presidium, Pengurus TMO, Stakeholder, Advisory Board, Menteri pariwisata dan beberapa Bupati. j. Tanjung Puting : Penyusunan kegiatan tatakelola kunjungan, Pembuatan modul pelatihan pemandu berlisensi, Pelatihan pemandu SKKNI dan Pemandu Wisata Minat khusus, Pelatihan Pembuatan Paket wisata, Pelatihan online pariwisata melalui blog, Pelatihan untuk pemahaman tentang desa wisata dan kerajinan, Penyusunan SOP bersama dalam peningkatan pelayanan Klotok Wisata, Lokakarya lintas sektoral dan harmonisasi program kegiatan, Program penyadartahuan mengenai kawasan konservasi, pelestarian flora dan fauna serta kebudayaan dan adat istiadat kepada siswa sekolah serta masyarakat desa penerima PNPM mandiri pariwisata, Mengundang blogger pariwisata internasional dan nasional melalui kegiatan famtrip, Pembuatan media online (website) sebagai media komunikasi dan informasi, Penyusunan Tourism Management Plan (TMP), Perencanaan tatakelola daya tarik wisata Tanjung puting. LAK KEMENPAREKRAF

88 k. Derawan : Stakeholder Meeting, Dukungan Pencanangan Gerakan Indonesia Bersih (GIB) di pantai Derawan, Pencanangan Desa Derawan dan Maratua menjadi Desa Wisata oleh Menparekraf, Penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemkab Berau-Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tentang Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pengembangan Destinasi Pariwisata di Kep. Derawan selama 5 tahun, Dukungan pelaksanaan KKN Tematik mahasiswa UGM untuk tahun pertama di P. Maratua, Pengenalan destinasi Pulau Derawan, pulau Sangalaki, dan Pulau kakaban kepada wartawan nasional melalui famtrip, Koordinasi lintas sektor, Pelatihan kecakapan mengemudi sarana angkutan laut speed boat, Pelatihan pengelolaan sampah menjadi souvenir berbasis komunitas kampung, Pelatihan dan sertifikasi selam untuk Guide Selam, Pelatihan keselamatan penyelaman kepada pemandu, Koordinasi Lintas Sektor untuk penyusunan workplan, Penyusunan Tourism Management Plan (TMP), Penguatan Kelompok Kerja Nasional, Perencanaan Fasilitas Pariwisata dan eksplorasi data serta dokumentasi. l. Bunaken : Stakeholder Meeting, Pelatihan pengelolaan sampah dan limbah sebagai upaya mereduksi jumlah sampah yang ada di kawasan TN Bunaken, Pelatihan pendataan pariwisata dan pembuatan website, Penyusunan alternatif destinasi wisata selain kawasan Bunaken, Pelatihan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam seperti buah jamlang, kenari serta kayu-kayu bekas menjadi sesuatu bernilai ekonomis. m. Toraja : Penandatangan Nota Kesepakatan DMO Toraja, Stakeholders Meeting: Sinergitas Program DMO, Pelatihan pengelolaan daya tarik wisata/destinasi pariwisata budaya dan parwiisata berkelanjutan, Pelatihan pengelolaan hotel non bintang, Dukungan Pelaksanaan pertemuan atau musyawarah orang Toraja Toraya Makombongan, Koordinasi Rencana Tata ruang KSN Toraja. n. Wakatobi : Penyelenggaraan Dialog dan penyusunan draft kebijakan bersama dalam upaya mendorong kebijakan daerah yang mengakomodir hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir & laut, LAK KEMENPAREKRAF

89 Penilaian dan pendataan desa wisata prioritas bekerjasama dengan Bank Mandiri dan British Council, Pelatihan home industry: pembuatan souvenir dari anyaman daun pandan, pengemasan home stay, Pelatihan pelayanan prima untuk hotel, Pelatihan selam untuk pemandu wisata khusus, Koordinasi Lintas Sektor. o. Raja Ampat : Pelatihan peningkatan kualitas kerajinan tangan tempurung kelapa purung kelapa dan pemberian dukungan peralatan, Pelatihan hospitality bagi pengusaha homestay local, Pelatihan pembuatan paket wisata homestay, Pelatihan kerajinan kerang mutiara dan pemberian dukungan alat-alat bagi penduduk yang tinggal di sekitar perusahaan kerang mutiara, Memfasilitasi stand informasi DMO pada pameran di festival Raja Ampat, Stakeholder meeting untuk mendorong pembentukan kelompok kerja di tingkat masyarakat dan asosiasi homestay local, Pembentukan LWG dan penyusunan Tourism Management Planning Raja Ampat. 7 Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata adalah Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata, Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata, dan Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata, dapat diukur dengan indikator: Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata; Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata; dan Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan. LAK KEMENPAREKRAF

90 a. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yang didalamnya terdapat beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan. Setiap tahunnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengembangkan daya tarik wisata baik yang bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari daya tarik wisata yang ada. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata mencapai 29 daerah. Berdasarkan Rencana induk pengembangan pariwisata nasional, pembangunan kepariwisataan diarahkan di 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Pada tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan 29 DPN yang akan dikembangkan secara bertahap baik perencanaan maupun pembangunan fasilitas pariwisata. Indikator Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berupa pengembangan 29 daya tarik wisata tersebut, seperti DMO, bantuan TP/ Dekon, Travel Pattern, dll. Tujuan dari pengembangan ke-29 daya tarik tersebut adalah untuk menciptakan nilai tambah sehingga keunikan, keindahan dan nilai keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia dapat menjadi ciri khas destinasi pariwisata di Indonesia. Adapun ke-29 daya tarik wisata tersebut adalah Weh (Sabang), Nias, Oba, Mentawai (Siberut), Pulau Abang, Tanjung Lesung, Kep. Seribu, Kota Tua, LAK KEMENPAREKRAF

91 Pangandaran, Karimun Jawa, Candi Borobudur, Dieng, Merapi Sleman, Bromo Tegger Semeru, Batur, Rinjani, Tambora, Komodo, Kelimutu, Sentarum, Tanjung Putting, Derawan, Toraja, Togean, Tomini, Bunaken, Wakatobi, Banda (Bandaneira), dan Raja Ampat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui pengembangan daya tarik wisata alam, budaya dan buatan serta produk wisata minat khusus. b. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata Desa wisata yang difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yang dikembangkan melalui PNPM Mandiri. Pengembangan desa wisata dilakukan sebagai penerapan prinsip community based tourism untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata setempat. Semakin banyak desa yang dapat difasilitasi maka diharapkan desa tersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan dapat meningkatkan lama tinggal serta pengeluaran wisatawan di Indonesia. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata mencapai 978 desa atau 100%. Indikator Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan. LAK KEMENPAREKRAF

92 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Gerakan Nasional Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona. 2. Gerakan Indonesia Bersih. 3. Pembinaan dan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata. 4. Pembinaan Sadar Wisata di Kalangan Pramuka. 5. Penghargaan Toilet Bersih di Taman Rekreasi/Hiburan. 6. Kegiatan Lomba Foto Sadar Wisata. 7. Pemanfaatan Media Elektronik dan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat. 8. Pemanfaatan Media Tradisional dalam rangka Sadar Wisata. 9. Pemanfaatan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat. 10. Koordinasi Pencegahan Zoonosis di Lingkungan Pariwisata. 11. Sosialisasi Permen Budpar tentang PESA dan Pencegahan HIV/AIDS di Lingkungan Pariwisata. 12. Bimbingan Teknis Pengamanan di Destinasi Pariwisata. c. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan Pola perjalanan pariwisata adalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata. Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) LAK KEMENPAREKRAF

93 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan mencapai 17 pola. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan pemerataan pengembangan pembangunan pariwisata daerah dengan sasaran terwujudnya pola perjalanan wisata (travel pattern) melalui identifikasi dan pemetaan potensi obyek dan daya tarik wisata, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas menuju lokasi daya tarik wisata di destinasi pariwisata. Penyusunan pola perjalanan (travel pattern) yang didasarkan pada kebutuhan pasar wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara tersebut diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan dapat mendorong pengembangan dan meningkatkan daya saing pariwisata daerah. Selain itu, penyusunan pola perjalanan (travel pattern) merupakan langkah alternatif yang diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi tidak hanya bagi stakeholder, namun juga masyarakat luas. Dengan adanya kegiatan review ini diharapkan dapat diketahui jumlah paket wisata yang telah dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) berdasarkan pola-pola perjalanan wisata yang telah ditetapkan, pola-pola perjalanan wisata yang paling banyak diminati oleh BPW dalam pembuatan paket wisata, hambatan yang dihadapi dalam pembuatan paket wisata, dan solusi pemecahannya. Hasil yang diharapkan adalah dengan terwujudnya pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) yang mampu memberikan gambaran untuk keanekaragaman daya tarik wisata serta ketersediaan fasilitas pendukung dan aksesibilitasnya, selanjutnya akan menjadi acuan bagi para stakeholders dalam menyusun paket wisata yang lebih baik dan menarik bagi wisatawan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: kegiatan Penyusunan Travel Pattern untuk 3 daerah (Bali, DKI Jakarta, dan Jawa Barat), dan Review Penyusunan Travel Pattern untuk 10 daerah (Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTT, dan NTB). Kegiatan review merupakan evaluasi terhadap pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) sebagai hasil dari kegiatan Penyusunan Pola Perjalanan Wisata (Travel Pattern) yang dilaksanakan oleh Dinas LAK KEMENPAREKRAF

94 Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi bersama DPD ASITA sebelumnya, yang seluruhnya mencakup 13 (tiga belas) pola perjalanan wisata dan 4 pola perjalanan wisata tematik, yaitu trail of civilization, wisata pendidikan, wisata kesehatan dan wisata ziarah. Kegiatan ini dilaksanakan selama periode bulan September s.d. Desember Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien Di tahun 2012 ini sasaran Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien, ditandai oleh Pemasaran dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil yang maksimal serta tepat sasaran sesuai dengan permintaan pasar, bekerjasama dengan stakeholders yang terkait dalam pengembangan pemasaran pariwisata, dan penetapan pasar wisatawan sesuai dengan karakteristik daerah tujuan wisata Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien adalah: Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia, Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara, Produktivitas investasi pemasaran luar negeri, Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia. a. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia Rasio konsentrasi yang akan digunakan sebagai indikator adalah rasio konsentrasi 5 negara pasar wisatawan mancanegara (CR5), yang mengandung makna bahwa persentase jumlah wisatawan mancanegara dari 5 pasar utama wisatawan mancanegara dibandingkan dengan seluruh jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara Indonesia berasal dari 5 pasar tersebut. Hal ini berisiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadi LAK KEMENPAREKRAF

95 permasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkan jumlah wisatawan mancanegara Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasi pasar wisatawan mancanegara sehingga nilai CR5 semakin menurun. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%)) 63,5 53,35 115,98 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 53,35%. Menurunnya Rasio Konsentrasi Pasar Wisatawan mancanegara ke Indonesia merupakan sebuah capaian yang baik pada tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Pencapaian ini membuktikan bahwa Indonesia tidak tergantung pada konsentrasi pasar yang telah ditentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, akan tetapi mampu mendatangkan wisatawan mancanegara lainnya selain fokus-fokus pasar yang ditentukan. Realisasi wisman tahun 2012 berhasil mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 8 juta wisman. Kemudian jika melihat realisasi CR5 menurun dari target, artinya pencapaian target tersebut tersebar ke 16 pasar, bukan hanya 5 pasar utama saja. Adapun pasar diluar 5 pasar utama tersebut yang tumbuh cukup signifikan antara lain Amerika Serikat, Jerman, India dan Filipina. Indikator Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia berupa Realisasi kedatangan wisatawan mancanegara periode Januari- Oktober 2012 untuk lima fokus pasar utama sebanyak wisman atau mencapai 53,35% dari total kunjungan wisman periode Januari Oktober sebesar wisman sehingga pencapaian pertumbuhan rasio konsentrasi pemasaran pariwisata pada lima negara pasar utama mencapai 115,98%. Hal ini menunjukkan penyebaran kunjungan wisman naik dari pasar utama lainnya dan pasar-pasar baru. LAK KEMENPAREKRAF

96 Untuk menunjang promosi pariwisata Indonesia agar lebih dapat dikenal di pasar-pasar utama Ditjen Pemasaran menunjuk kantor perwakilan promosi pariwisata Indonesia di 12 negara pasar utama atau 13 lokasi (RRT terbagi atas dua lokasi, yaitu Beijing dan Guang Zhou). Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar Rp ,- maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali atau melampaui target sebesar 104%. Sedangkan untuk produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp ,- maka produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai kali atau melampaui target sebesar 129 %. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. NATAS Travel Fair Singapura 2. MATTA Fair Kuala Lumpur 3. Tournamen of Roses Pasadena 4. Vakantibeurs, Utrech Belanda 5. ITB Berlin Jerman 6. Indonesia Cultural Night, India 7. EMITT, Istanbul Turki 8. India MICE Gathering, India 9. Perth Holiday & Travel Expo, Australia 10. Pemasangan Iklan Media Cetak di FVW Daily 11. Festival Indonesia di Amerika 12. Miami Cruise Shipping, USA 13. Salon Du Mondial, Paris 14. Melbourne Travel Expo, Australia 15. Sydney Travel Expo, Australia 16. Pasar Malam Indonesia 17. Indofest, Australia LAK KEMENPAREKRAF

97 18. Pertunjukan Musik dan Budaya Et Cetera& Festival Indonesia di Adelaide, Australia 19. Venlo 2012 Holland World Expo, Floriade Belanda 20. Marine Diving Fair 21. Consumer Selling Selangor, Malaysia 22. Asian Diver Expo, Singapura 23. Brisbane Travel Expo, Australia 24. ITCC, China 25. COTTM, China 26. Indonesia Night 2012, China 27. Tong Tong Fair, Belanda 28. International Meeting Exhibition (IMEX), Jerman 29. World Islamic Tourism Mart, Malaysia 30. Asian Resort Expo, Singapura 31. Sales Mission Korea, Seoul Korea 32. Korea World Travel Fair (KOTFA), Korsel 33. MATTA Farir Johor Baru, Malaysia 34. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Jerman 35. Sales Mission Australia 36. Les Tonneres de Brest, Perancis 37. Sales Mission India 38. Busan International Travel Fair, Korea 39. Oceania Dive Ecotourism Expo, Sydney Australia 40. Festival Indonesia di Jepang 41. Shangahi Tourism Festival, China 42. Amazing Bali Fair, China 43. Top Resa, Paris 44. Otdykh Leisure, Rusia 45. JATA Travel Showcase, Jepang 46. ITB Asia, Singapura 47. Pagelaran Wayang Orang Banjaran Gatot Kaca, Paris 48. Taipe International Travel Fair 2012, Taiwan 49. Festival Batik Fashion Show & Cultural Night, Manila 50. Malaysia International Travel Mart, Malaysia LAK KEMENPAREKRAF

98 51. New York Marathon 2012, USA 52. Eat & Style, Munchen Jerman 53. Promosi Wonderful Indonesia di Rusia 54. World Travel Market, Inggris 55. DEMA Show, Orlando USA 56. Tourism, Trade Investmen, Jerman 57. CITM, Shanghai China 58. Sales Mission Filipina 59. Fashion Show Busana Muslim, Australia 60. Indonesia Year End Festive, Beijing b. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara VITO akan dikembangkan di 12 negara yang menjadi target utama pasar wisman ke Indonesia, yaitu: Australia (Sydney), China (Beijing, Guangzho), Japan (Tokyo), Jerman (Munich), India (New Delhi), Singapura, Malaysia (Kuala Lumpur), UAE (Dubai),Perancis (Paris), Belanda (Amsterdam), Rusia (Moskow), Korea (Busan). VITO memiliki tugas dan fungsi sebagai sumber informasi kepariwisataan Indonesia dan melakukan promosi penjualan pariwisata di negara bersangkutan. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) di mancanegara mencapai 13 lokasi, dipilih berdasarkan target pasar utama pariwisata Indonesia. Berikut ini ke 13 lokasi atau kota di dunia yang telah mempunyai kantor VITO, adalah sebagai berikut : LAK KEMENPAREKRAF

99 Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Tabel III.4 VISIT INDONESIA TOURISM OFFICER (VITO) No Visit Indonesia Tourism Officer Address 1 Australia c/o Aviareps Oceania Level 5 No. 68 Alfred Street,Milsons Point, Sydney, NSW, 2061, Australia Phone: Fax: Website: 2 China Beijing c/o Aviareps Marketing Garden Suite 81, Building 3 Jianguomenwai Diplomatic Compound No.1 Xiushuijie, Chaoyang District, Beijing, , P.R. China Phone: ext. 191 Fax: Website: 3 China Guangzhou c/o Travel Link Marketing Room 2412, South Tower, Guangzhou World Trade Centre, Huan Shi Dong Road, Guangzhou , P.R. China Phone: Fax: Website: 4 France c/o Interface Tourism 11 bis, rue Blanche, Paris, France Phone: Fax: Website: 5 Germany c/o MK Advertising Travel LAK KEMENPAREKRAF

100 No Visit Indonesia Tourism Officer Address Widenmayerstraße München Phone: Fax: India c/o OM Tourism G 1285, Chittranjan Park, New Delhi ,India Phone: Fax: Website: 7 Japan c/o Vacation Marketing Corporation (VMC) Tomii Bldg. 2Fl., 8-23 Sumiyoshi-cho, Shinjuku-ku, Tokyo , Japan Phone: Fax: Website: 8 Malaysia c/o Inspiring Destinations SDN BHD Lot 125, 1st Floor Wisma MPL Jalan Raja Chulan,50200 Kuala Lumpur, Malaysia Phone: Fax: Website: 9 Middle East c/o Marta Consulting Office 103, Arjaan Al Sufouh Tower Dubai Media City P.O.Box Dubai, UAE Tel.: Fax: Website: 10 Netherlands c/o TMC Netherlands Nieuwendammerkade 26G 1022 AB Amsterdam, The Netherlands Phone: Fax: Website: 11 Republic of Korea Seoul : Richensia A206, Yoido-dong, Youngdeungpo-gu, Seoul, Korea Tel: (82) , HP: (82) , Fax: (02) LAK KEMENPAREKRAF

101 No Visit Indonesia Tourism Officer Address Busan : 4th Fl. Busan Indonesia Center, No.1900, Geumgog-dong, Bug-gu, Busan, Tel:(82) , HP: (82) , Fax: (82) Rusia c/o Aviareps Tourism Olympik Plaza II 39, Prospect Mira, Bldg Moscow, Russia Phone: ext. 124 Fax: Website: 13 Singapore SS Tourism Marketing 390 Victoria Street, #03-40 Golden Landmark Shopping Centre Singapore, Phone: Fax: Website: Pencapaian Realisasi VITO ini dikarenakan adanya beberapa kegiatan, yaitu dengan melakukan analisa pasar potensial pariwisata luar negeri, co-marketing yaitu bekerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap mampu membantu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, seperti Airlines, KBRI dan lain sebagainya, serta kegiatan Familization Trip dengan mengundang para media dan pihak-pihak yang mampu memasarkan wpariwisata Indonesia di luar negeri. Beberapa kegaitan di ataslah yang dianggap mampu dalam mencapai peningkatan Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) diluar negeri. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 99,7%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. c. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran luar negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas ini dapat LAK KEMENPAREKRAF

102 diukur melalui rasio jumlah devisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran luar negeri. Semakin besar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisata Indonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunya akan dievaluasi setiap tahunnya dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi setiap tahunnya. Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) ,29 104,70 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Produktivitas investasi pemasaran luar negeri mencapai 496,29 kali. Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar ,- rupiah maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali atau melampaui target sebesar 104,70%. Hal ini dikarenakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara aktif melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia. Terbukti secara efektif kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain mampu menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, selain itu kerjasama yang kuat dengan KBRI, dan KJRI menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kegiatan promosi pariwisata di luar negeri dalam mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pemasaran dalam dan luar negeri mengalami peningkatan bahkan mencapai hasil melebihi target yang telah ditetapkan, hal ini terbukti dengan tercapainya target kunjungan wisatawan LAK KEMENPAREKRAF

103 mancanegara sebesar 8 juta wisatawan mancanegara serta jumlah pergerakan 245 juta pergerakan wisatawan mancanegara. Hal ini tidak terlepas dari programprogram terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada bulan-bulan sepi pengunjung (low season) untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Hasil lain juga terlihat pada indikator produktivitas investasi pemasaran dalam dan luar negeri yang memiliki pencapaian 105% dan 129% dimana hal ini juga membuktikan kegiatan pemasaran dan promosi pariwisata dalam dan luar negeri sangat efektif dilakukan pada tahun Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: WILAYAH ASEAN 1. Travel Tour Expo, SMX, Convention Center, Pasay City, Filipina, tanggal Pebruari NATAS Travel Fair, Singapore Expo, Singapore, tanggal Pebruari MATTA Fair Kuala Lumpur, Putera World Trade Center, Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal Maret Asian Diver Expo, Marina Bay Sands, Singapore, tanggal April Consumer Selling Selangor, Selangor-Malaysia, tanggal April Asia Resort Expo, Suntec International ECC-Singapore, tanggal 1 3 Juni Sales Mission ASEAN, Malaysia, Singapore, Thailand, tanggal Juni MATTA Fair Johor Bahru, Danga City Mall, Johor Bahru-Malaysia, tanggal Juli NATAS Holiday, Singapore Expo-Singapore, tanggal, Agustus Food Festival Indonesia di Malaysia, Kuala Lumpur-Malaysia, Agustus MATTA Fair Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal 7 9 September International Travel Expo (ITE) HCMC 2012, Ho Chi Minh City-Vietnam, tanggal September Sales Mission 4 Kota Malaysia, Malaka, Penang,Johor Baphru & Kinabalu- Malaysia, Nopember ITB Asia, The Sands Expo and Convention Centre, Marina Bay Sands- Singapore, tanggal Oktober LAK KEMENPAREKRAF

104 15. Malaysia International Travel Mart (MITM), Mid Valley Exhibition Centre Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal Oktober Sales Mission Filipina, Manila & Cebu-Filipina, Nopember Thailand Travel Expo, Queen Sirkit National Convention Center, Bangkok- Thailand, tanggal Nopember WILAYAH ASIA 18. Indonesia Cultural Night, Gujarat-India, tanggal Januari South Asia Travel & Tourism Expo (SATTE), Pragati Maiddan, New Delhi-India, tanggal Pebruari Outbound Travel Mart (OTM), Bombai Exhibition Centre Goregaon (East), Mumbai-India, tanggal Pebruari Sales Mission Cina (Taiwan), RRT, tanggal Pebruari Hongkong Flower Show, Hongkong-China, tanggal Maret Marine Diving Fair, Ikebukuro Sunshine City Convention Center, Tokyo-Jepang, tanggal 6 8 April China Outbound Tourism Travel Mart (COTTM), World Trade Center, Beijing- China, tanggal April World Travel Fair (WTF), Shanghai Exhibition Center, Shanghai-RRT, tanggal Mei Sales Mission Korea, Seoul & Busan-Korea, tanggal 4 6 Juni Korea World Travel Fair (KOTFA), COEX Convention & Exhibition Center, Seoul-Korea, tanggal 7 10 Juni Seles Mission India, Delhi, KOTFA, Chennai, Islamabad-India, tanggal Juli INNA Fair, Ghuangzhou-China, tanggal 29 Agustus 7 September Busan Internasional Travel Fair (BITF), Busan Exhibition & Conventioan Center (BEXCCO) Busan-, Korea, tanggal 7 10 September JATA Travel Showcase (JTS), Tokyo Big Sight, Tokyo-Jepang, tanggal September Festival Indonesia di Jepang, Roppongi, Tokyo-Jepang, tanggal 8 9 September PATA Travel Mart (PTM), SMX Convention Center, Manila-Filipina, tanggal September LAK KEMENPAREKRAF

105 34. Taipei International Travel Fair (TITF), Teipei World Trade Center, Teipei- Taiwan, tanggal Otkober China International Travel Mart (CITM), Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai-RRT, tanggal Nopember Sales Mission Jepang, Tokyo,Sapporo, Osaka-Jepang, tanggal September Diving Resort & Travel (DRT) Expo, Hongkong Convention & Exhibition Center, Hongkong, tanggal Desember Festival Dawai di Asia, India, Desember WILAYAH AMERIKA & PASIFIK 39. LA Travel & Adventure Show, Long Beach Convention Center, California-USA, tanggal Januari Perth Holiday & Travel Expo, Burswood Entertainment Complex, Perth-Australia, tanggal Pebruari Festival Indonesia di Amerika, The University Club & Asia Stage NYTTS, tanggal 1 Maret Melbourne Travel Expo, Royal Exhibition Building Carlton Garden, Melbourne- Australia, tanggal Maret Sydney Travel Expo, Royal Hall of Industries Fox Studios Moore Park, Sydney- Australia, tanggal Maret Brisbane Travel Expo, Brisbane Convention & Exhibition Centre, Brisbane- Australia, tanggal April Pertunjukkan Musik & Budaya Et Cetera & Festival Indonesia di Adelaide, Adelaide & Melbourne-Australia, tanggal 1 25 April Sales Mission Amerika, Los Angeles-New York, tanggal Juni Sales Mission Australia, Perth, Melbourne-Sydney, tanggal Juni Aceania Diva Exotourism Expo Sydnes-Austraia, tanggal 8 9 September Festival Indonesia di Melbourne, Melbourne-Australia, tanggal September Festival Indonesia di New Zealand, New Zealand, tanggal, Oktober ING New Marathon 2012, New York-USA, tanggal 4 Nopember DEMA Show, Orlondo-USA, tanggal Nopember LAK KEMENPAREKRAF

106 WILAYAH EROPA 53. Feria International Tourismo, Madrid-Spanyol, tanggal Januari Brussels Holiday Fair 2012, Brussel-Belgia, tanggal 2 6 Pebruari Indonesia Tourism Update, Berlin-Jerman, tanggal 6 19 Pebruari Borza Internationale de Turismo, Milan-Italia, tanggal Pebruari International Fair of Tourism, Belgrade Fair Grounds-Beograd-Serbia, tanggal Pebruari Salon Du Mondial, Paris-Perancis, tanggal Maret Ukraine International World Travel & Tourism, Kiev-Ukraina, tanggal Maret Pasar Malam Indonesia, Den Haag-Belanda, tanggal 29 Maret April Festival Indonesia di Swiss, Bern-Swiss, tanggal April Sales Mission Eropa Tengah, Beograd, Budapest, Praha, tanggal Mei Tong Tong Fair, Den Haag-Belanda, tanggal Mei Promosi Wonderful Indonesia Melalui Pelayaran Dunia KRI Dewaruci 2012, tanggal Oktober Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Berlin dan Belanda, tanggal Juni Les Tonnerres De Brest 2012, Brest-Perancis, tanggal Juli Top Resa, Paris Porte de Versailles, Paris Perancis, tanggal September Otdykh Leisure, IEC Crocus Expo, Moskow Rusia, tanggal September Promosi Tetap di Museum Vatikan, Vatikan Citye-Vatikan, September Word Travel Market, Excel London-UK, tanggal 5 8 Nopember WILAYAH AFRIKA DAN TIMUR TENGAH 71. East Mediterannean Int l Travel and Tourism (EMITT), Istambul-Turki, tanggal 9 12 Pebruari Sales Mission Turki, Istanbul, Ankara-Turki, tanggal Pebruari Destination Travel & Holiday Show, Abu Dhabi, PEA, tanggal April M.I.T. International Tourism Market, Tunisia, tanggal April LAK KEMENPAREKRAF

107 75. Sales Mission Arab Saudi, Jeddah, Mekah-Arab Saudi, tanggal April Arabian Travel Market, Dubai-UEA, tanggal 30 April Mei Kuwait Travel World Expo 2012, Kuwait City-Kuwait, tanggal Mei Indonesia Expo 2012, Amman-Jordania, tanggal 8 10 Juli The Getaway Show, Afrika Selatan, tanggal 31 Agustus September Sales Mission Afrika Selatan, Afrika Selatan, tanggal 3 5 September Malam Budaya Indonesia di Kuwait, Kuwait City-Kuwait, tanggal 6 8 Oktober Malam Budaya Indonesia di UEA, Abu Dhabi, Dubai-UEA, tanggal Oktober Travel Turkey Izmir, Izmir-Turki, tanggal 6-9 Desember Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 94%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 104,70%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. d. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas pemasaran dalam negeri yang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah pengeluaran wisnus dibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin besar jumlah pengeluaran wisnus yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran dalam negeri, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia di dalam negeri. Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: LAK KEMENPAREKRAF

108 No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri mencapai kali. Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, untuk produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp ,- maka produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai kali atau melampaui target sebesar 129%. Pencapaian realisasi di atas juga tidak lepas dari, kinerja Ditjen Pemasaran dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang sebelumnya, seperti Penyelenggaraan Even Berskala Nasional dan Internasional, Direct Promotion, dan Penyelenggaraan Even Seni Budaya di Daerah. Adapun event-event selama tahun 2012 yang mendukung peningkatan jumlah kegiatan promosi pariwisata dalam negeri adalah, antara lain : 1. Sabang International Jazz Festival I, Sabang, November Festival Seudati Aceh, Bireun, Aceh, Oktober Festival Danau Toba VI, Bintan, Nopember Tour de Bintan IV, Bintan, Nopember Gelar Busana Muslim II, Jakarta, tanggal 21 Juli 2012, 6. Festival Tangkuban Perahu, Tangkuban Perahu, Jawa Barat, tanggal 13 Mei 17 April Pasar Wisata Indonesia (TIME), Lampung, tanggal 9 12 Oktober Festival Bambu Nusantara VI, JCC, Jakarta, tanggal 1 2 September Penganugerahan Tahun Kunjungan Wisata 2012, Jakarta, tanggal 28 Desember Lomba Cipta Lagu Nusantara 11. Borobudur Jazz Festival, Borobudur, Nopember Apresiasi WIN, Jakarta, Desember Lomba Sumpit International II, Pontianak, Kalbar, tanggal 5 7 Oktober 2012 LAK KEMENPAREKRAF

109 14. Borneo Extravaganza, Jakarta, tanggal Oktober Dukungan Pemilihan Miss Coffee Indonesia, Jakarta, tanggal 31 Mei 6 Juni Penyelenggaraan Event Kemilau Sulawesi, Makassar, tanggal Juli Tomohon International Flower Festival, Sulut, tanggal 8 12 Agustus Festival Jepen III, Samarinda, Nopember Festival Tanjung Putting I, Tanjung Putting, Kalteng, tanggal Oktober Festival Seni Jembaran I, Jembaran, tanggal 30 Agustus 2 September Festival Kintamani II, Danau Batur, Bali tanggal Oktober Festival Wisata Perbatasan II, Atambua, NTT, tanggal Oktober Festival Kesenian Rakyat Mataraman III,Pacitan, tanggal 8 9 Nopember Komodo Karnaval I, Labuan Bajo, Nopember Festival Kelimutu I, Ende, Nopember Festival Sasando II Kupang, Desember 2012Direct Promotion Palembang di Batam, Batam, tanggal April Festival Budaya Asmat XXVIII, Asmat, tanggal 4 10 Oktober Festival Raja Ampat III, Raja Ampat, tanggal Oktober Ambon Jazz Festival IV, Ambon, tanggal Oktober Haluan Kepri Volley Ball Open Tournament VI Batam International 2012, Batam tanggal April Bintan Triathlon, Bintan, tanggal Mei Festival Tanjung Setia, tanggal 4 10 Juni Lampung Begawe, Lampung, tanggal Juni Festival Singkawang, Kalimantan Barat, Februari Jember Fashion Carnival, Jember, Jatim, tanggal 7 9 Juli Legian Beach Festival, Bali, tanggal 5 6 Juli Bali Mountain Bike, Bali, tanggal 7 8 Juli Festival Legu gam, Ternate, tanggal 1 21 April Festival Teluk Jailolo, Maluku Utara, tanggal Mei Festival Tidore, Maluku Utara, tanggal 9 12 Mei Sail Morotai, Maluku Utara, tanggal 15 September Festival Teluk Ambon, Maluku, tanggal Oktober Festival Danau Sentani, Jayapura, Papua, tanggal Juni 2012 LAK KEMENPAREKRAF

110 44. Festival Lembah Baliem, Wawena, Papua, tanggal 9 11 Agustus Festival Budaya Raja Ampat, Raja Ampat, Papua Barat, tanggal Oktober Festival Budaya Fak-Fak, Fak-fak, Papua, tanggal Nopember Direct Promotion Padang di Bandung, Bandung, tanggal Mei Direct Promotion Medan di Makassar, Makassar, tanggal Juni Direct Promotion Batam di Surabaya, Surabaya, tanggal 6 8 Juli Direct Promotion Jawa Barat di Batam, Batam tanggal April Direct Promotion Lampung di Yogyakarta, Yogyakarta, tanggal Mei Direct Promotion Jawa Timur di Bali, Bali, tanggal 28 Mei 1 Juni Direct Promotion NTT di Bali, Bali, tanggal 31 Agustus 2 September Direct Promotion NTB di Balikpapan, Balikpapan, tanggal Direct Promotion Papua dan Papua Barat di Bali, Bali, tanggal Mei Direct Promotion Maluku dan Maluku Utara di Batam, Kepri, tanggal 1 3 Juni Borobudur Interhash 2012, Mei 2012, Magelang, Jawa Tengah Borobudur Interhash 2012 merupakan penyelenggaraan Interhash ketiga kalinya yang diselenggarakan di Indonesia. Sebelumnya pada tahun 1982 di Jakarta dan 1988 di Bali. Dan penyelenggaraan kali ini merupakan The World 1st Heritage Interhash karena pertama kali diselenggarakan dengan latar belakang sejarah dan budaya. Borobudur Interhash 2012 dilaksanakan pada tanggal Mei di Magelang dan Yogyakarta. Diikuti oleh peserta dari 49 negara (AS, Australia, Austria, Bangladesh, Belanda, Belgia, Brunei, Ceko, China, Cyprus, Denmark, Estonia, Fiji, Filipina, Finland, Hongkong, India, Indonesia, Inggris, Irak, Irlandia, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Laos, Luxemburg, Malaysia, LAK KEMENPAREKRAF

111 Myanmar, New Zealand, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Portugal, Singapura, Skotlandia, Sri Lanka, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor Leste, Uganda, UAE, Vanwatu, Vietnam, Yordania). Opening Ceremony dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2012 di lapangan Brahma Candi Prambanan pukul WIB, sedangkan pada tanggal 26 Mei 2012 pukul dilaksanakan VVIP Walk di Candi Borobudur tepatnya di lapangan Tuksongo. VVIP Walk ini dihadiri oleh Presiden SBY, Gubernur Jateng, Menparekraf, Menpora, Menteri ESDM dan juga Duta Besar AS untuk Indonesia. Kemparekraf melalui Dit. Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, Dit. Pencitraan Indonesia serta Dit. Pemberdayaan Masyarakat, membawa serta beberapa media baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Media media tersebut yaitu TV3 Malaysia, E-Turbo News, MICE in Asia, Xinhua News Agency, The Daily Jakarta Shimbun, Eurosport, Metro TV, Majalah Swa, TVRI, Rakyat Merdeka, Travel Club, dan Delta Film. 2. TOUR DE SINGKARAK, 4 10 Juni 2012, Sumatera Barat Tour de Singkarak 2012 telah terlaksana untuk yang keempat kalinya dilaksanakan pada tanggal 4-10 Juni 2012 di Sumatera Barat yang melintasi 14 kabupaten/kota. TDS 2012 diikuti oleh 16 tim luar negeri dan 9 tim dalam negeri, jumlah peserta seluruhnya adalah 250 orang, terdiri dari 20 negara, yaitu China, Hongkong, Singapura, Jepang, Korea, Belanda, Philippina, Amerika, Taipei, Thailand, Malaysia, New Zealand, Inggris, Iran, Australia, Kanada, Prancis, Urbekistan, Kazakstan, Jerman dan Indonesia. Pada TDS tahun ini rute yang dilewati adalah Sawahlunto, Payakumbuh, Batusangkar, Bukittinggi, dan Padang. LAK KEMENPAREKRAF

112 Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2012 Sawahlunto menjadi tuan rumah pembukaan Tour de Singkarak 2012 dan kota Padang menjadi tuan rumah penutupan, yang merupakan Etape terakhir Tour de Singkarak Penutupan TDS 2012 berlangsung di Kota Padang. Setelah penamoilan kesenian tradisional dan sambutan dari Gubernur Sumatera Barat, Menteri Pemuda dan Olahraga menutup secara resmi acara Tour de Singkarak LOMBOK PEARL FESTIVAL, 29 Juni 1 Juli 2012, Lombok, NTB Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 1 Juli 2012 di Hotel Lombok Raya, Mataram. Lombok Sumbawa Pearl Festival kali ini diisi dengan berbagai kegiatan antara lain Lelang Mutiara, Pemilihan Putri Mutiara, Panen Mutiara, Pameran, Dialog Interaktif, dan Perlombaan-perlombaan (mewarnai, cukli, fotografi dan kreasi jilbab). Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu daerah penghasil mutiara tebaik di Indonesia. Pada tanggal Juni dilakukan Lelang mutiara yang mempertemukan antara sellers mutiara dari NTB, NTT, Bali, Maluku dan Papua dengan para buyers internasional yang berasal dari 9 negara yaitu Perancis, Hongkong, Jepang, Singapura, Philipina, Tahiti, Australia, Cina dan Inggris serta 10 buyers domestik. Dengan dipandu oleh ASBUMI lelang mutiara tahun ini menghasilkan transaksi sebesar US$ Selain itu juga digelar pameran mutiara yang diikuti oleh 13 stand perusahaan pengrajin perhiasan mutiara kelas tinggi, 15 UKM dan 3 stand demo tenun, cukli (kerajinan dengan menggunakan limbah kerang) dan gerabah. Sedangkan total transaksi yang dihasilkan adalah dari LAK KEMENPAREKRAF

113 penyelenggaraan Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 adalah sebesar US$ yang setara dengan 1,6 M, meningkat sebesar 33,33 % dari tahun 2011 yakni sekitar 1,2 M. 4. MUSI TRIBOATTON, 26 November 1 Desember 2012, Sumatera Selatan Musi Triboatton 2012 merupakan event perpaduan wisata penjelajahan dengan lomba dayung variatif menggunakan tiga jenis perahu meliputi rafting, canoeing dan Traditional Boat (perahu naga) yang melintasi Sungai Musi dari hulu ke hilir, yang meliputi Kabupaten Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Kota Palembang, sepanjang 500 kilometer lebih. Musi Triboatton merupakan cruising dengan penilaian kecepatan, ketahanan dan kekompakan tim peserta, penjelajahan dan penelusuran sungai. Event ini merupakan gagasan Bapak Sapta Nirwandar yang merupakan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemasaran Parwisata, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah Sungai Musi sebagai ikon pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Event ini diselenggarakan dengan semangat gotong royong antara Kementerian Parekraf, Pemda Sumatera Selatan, dan Kabupaten 4 Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Kota Palembang, serta Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 129%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. LAK KEMENPAREKRAF

114 e. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia Untuk menilai efektivitas pemasaran yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri, salah satunya dapat dianalisis berdasarkan persepsi masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia. Masih banyak masyarakat di dunia yang tidak mengetahui keberadaan Indonesia sehingga kegiatan pemasaran yang efektif sangatlah ditentukan oleh strategi komunikasi yang diimplementasikan. Kejelasan pesan yang ingin disampaikan, pemilihan media yang digunakan, konten dan desain sarana promosi yang digunakan, serta kesesuaiannya dengan target pasar sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran pariwisata yang akhirnya akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berwisata di Indonesia. Indikator keberhasilan yang kelima dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei) Base Line (x) n/a n/a Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia belum ada nilai surveinya. Untuk Nilai survei terhadap peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia pada tahun 2012 belum dapat dilaksanakan, sehingga belum dapat menyajikan data. 9 Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif LAK KEMENPAREKRAF

115 Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods and services, yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktu tertentu. PDB ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari 14 kelompok usaha industri kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3) Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) Pasar Barang Seni; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan; (10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisi dan Radio. Data PDB ekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan dari sumber data lainnya yang berasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor industri kreatif. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalah persentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Semakin besar persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakin besar pula kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, dengan kata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur produksi nasional. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase) 7,29 4,68 (EKMDI) 6,91 3,47 (EKMDI) 94,79 74,15 (EKMDI) 2,5 (EKSB) 3,44 (EKSB) 137,6 (EKSB) Pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian nasional juga tercermin dalam perbandingan kontribusi PDB berdasarkan sektor perekonomian lainnya. Rata-rata kontribusi PDB industri kreatif 7,74%, menempatkan industri kreatif menjadi sektor terpenting keenam di antara 10 sektor ekonomi nasional, lebih besar dari keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi; LAK KEMENPAREKRAF

116 serta Listrik, gas, dan air bersih. Agar kontribusi dari masing-masing lapangan usaha terhadap PDB nasional dapat terlihat, maka PDB dari masing-masing lapangan usaha akan dibandingkan dengan PDB nasional, termasuk dari lapangan usaha ekonomi kreatif. Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional mencapai 10,35 %. Kontribusi PDB merupakan rasio antara total PDB nominal tahunan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. Untuk tahun 2012 kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap PDB nasional adalah sebesar 3,44 %. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dapat melebihi target, karena para pelaku ekonomi kreatif sangat memahami akan kebutuhan masyarakat yang berada di kelas menengah. Indikator Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional, berupa kontribusi ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja. Di tahun 2010 ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah sebesar Rp.468,1 triliun, 7,29% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: PENGUATAN DATA DAN INFORMASI Konsep Ekonomi Kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Di Indonesia, gaung Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. LAK KEMENPAREKRAF

117 Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design Power yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang dapat diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi adalah kontribusi ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja. Untuk mengetahui perkembangan pencapaian target kinerja Ditjen EKMDI tersebut, perlu dilakukan perhitungan kontribusi ekonomi sektor-sektor industri kreatif yang berada dalam linkup kegiatan Ditjen EKMDI, untuk periode tahunan. Perhitungan kontribusi ekonomi ini juga penting bagi intelektual dan akademisi sebagai referensi informasi untuk mencermati perkembangan industri kreatif, yang akan menjadi dasar pengembangan usaha bagi pelaku usaha, dan dasar melakukan penelitian dan pengembangan bagi intelektual. Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui kerja sama di berbagai bidang, maka Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu institusi Pemerintah yang menangani bidang media, desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi di tanah air, pada tahun 2012 memprogramkan kegiatan Penyusunan PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memang masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan serta Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan. Namun, hadirnya sektor Ekonomi Kreatif sebagai alternatif ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas diharapkan mampu memberikan LAK KEMENPAREKRAF

118 kontribusi perekonomian yang cukup besar merupakan tugas dan tanggung jawab yang berat karena harus mengaktifkan cakupan industri kreatif sektor ekonomi kreatif. 2. Meskipun PDB yang dihasilkan oleh sektor Ekonomi Kreatif terbilang cukup besar, namun ternyata pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tidak secepat pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2011 adalah sebesar 6,46 persen, sedangkan pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif hanya sebesar 4,95 persen. Bahkan, pada tahun 2012 sektor Ekonomi Kreatif mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 4,29 persen, masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,41 persen. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah melaksanakan kegiatan yang dapat mengaktifkan cakupan industri kreatif sektor ekonomi kreatif secara bersamaan sehingga dapat langsung menumbuh kembangkan pembangunan di sektor ekonomi kreatif sehingga dapat mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) nasional cukup besar seiring dengan pertumbuhan PDB sektor ekonomi yang cepat. 10 Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah: 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif. Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerja di industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja di industri LAK KEMENPAREKRAF

119 kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat pada bagan di bawah ini Jumlah Total Penduduk Penduduk Usia Kerja (Usia Produktif) Penduduk Bukan Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja (Usia Produktif, Memilih Tidak Bekerja, Ibu RT, Mahasiswa Pekerja Penganggur Bagan: Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan Data ketenagakerjaan industri dapat diestimasi dari data statistik ketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya. Kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikator tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasio jumlah pekerja di kelompok industri kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruh industri di Indonesia. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia. Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur melalui indikator pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu pertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri kreatif. Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakin meningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakin baik pula. a. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif LAK KEMENPAREKRAF

120 Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peran sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek. Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini menunjukan peran sektor EKMDI terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 8,25 5,41 (EKMDI) 6,34 - *) (EKMDI) 76,85 - *) (EKMDI) 2,81 (EKSB) 6,34 (EKSB) 225,62 (EKSB) *) Tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada Tingkat partisipasi angkatan kerja Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif mencapai 6,34%. Tingkat partisipasi LAK KEMENPAREKRAF

121 tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Produktivitas tenaga kerja adalah rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Sementara untuk ekonomi berbasis media, desain dan iptek, tidak ada data realisasi, karena menurut BPS tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada adalah tingkat partisipasi angkatan kerja, sehingga tidak terhitung sektor ekonomi. Indikator Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berupa peran sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun Adapun target tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf tahun 2012 adalah sebesar 2,81%. Realisasi tahun 2012 adalah sebesar 6,34%. Dengan demikian realisasi melebihi dari target yang telah ditetapkan pada Renstra. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain Kegiatan yang mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah: 1. Masih banyaknya orang yang masuk usia angkatan kerja tapi belum menghasilkan di sektor ekonomi kreatif sehingga dalam penghitungan pendapatan perkapita bukan termasuk manusia yang produktif. 2. Masih banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja tapi memiliki pendidikan yang rendah da pengetahuan di bidang ekonomi kreatif sehingga tidak dapat memberikan kontribusi pada laju pertumbuhan PDB ekonomi kreatif LAK KEMENPAREKRAF

122 PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang ekonomi kreatif baik secara langsung atau melalui media. 2. Membuka lapangan pekerjaan dengan mengembangkan pembangunan di sektor konomi kreatif sehingga banyak masyarakat yang sudah masuk dalam angkatan kerja tidak menganggur. b. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif Kualitas penyerapan tenaga kerja ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase) 3,08 2 (EKMDI) 2,6 1,18 (EKMDI) 84,42 59 (EKMDI) 2,97 (EKSB) 1,42 (EKSB) 47,81 (EKSB) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif mencapai 2,6%. Indikator Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berupa peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Target pertumbuhan LAK KEMENPAREKRAF

123 produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB tahun 2012 adalah sebesar 2,97% sedangkan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 1,42%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa realisasi belum mencapai target. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain kegiatan yang mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi 11 Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif adalah Kontribusi unit usaha sektorekonomi kreatif terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produk dan jasa kreatif semakin meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang ingin bergerak di sektor ekonomi kreatif pun semakin meningkat. Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor EKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. LAK KEMENPAREKRAF

124 Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase) 7,28 4,53 (EKMDI) 9,81 2,29 (EKMDI) 134,75 48,56 (EKMDI) 2,65 (EKSB) 7,52 (EKSB) 283,77 (EKSB) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional mencapai 9,81%. Indikator Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional berupa kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Target kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional tahun 2012 adalah sebesar 2,65% dan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 7,52%. Dengan demikian disimpulkan bahwa kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional adalah 7,52%. 12 Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif, diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukkan adanya aksi nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia adalah Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar, dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri. LAK KEMENPAREKRAF

125 Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia adalah: Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar; dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokak di dalam negeri. a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung melalui fasilitasi pelaku kreatif untuk mengikuti pameran, memfasilitasi penyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan film untuk mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan sarana promosi bagi karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi, maka diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas akses pasar untuk produk dan jasa kreatif di dalam dan di luar negeri. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang) (EKMDI) (EKMDI) 168,73 66,23 (EKMDI) (EKSB) (EKSB) 175,81 (EKSB) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar mencapai orang. Indikator Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar berupa pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Dari tabel diatas dapat diamati bahwa capaian realisasi untuk tiap-tiap indikator yaitu: jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan akses pasar musik dan seni pertujukan adalah 830 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri adalah 548 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami akses pasar seni rupa adalah orang, jumlah penghargaan yang diberikan pada insan berprestasi subsektor seni pertujukan dan industri musik LAK KEMENPAREKRAF

126 adalah 10 penghargaan dan jumlah jenis penghargaan kepada insan film yang berprestasi sebanyak 3 penghargaan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: a. Inisiasi Penyelenggaraan Pekan Arsitektur dan Desain Interior Indonesia Inisiasi Penyelenggaraan Pekan Arsitektur dan Desainer Interior Indonesia, difokuskan untuk mendukung atau menginisiasi kegiatan ARCASIA Pendukungan kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses pasar dari bidang ekonomi kreatif. Selain itu juga memberikan dukungan bagi para pelaku atau stakeholders bidang ekonomi kreatif khususnya arsitektur. ARCASIA (Asian Congress of Architect) 2012 merupakan kegiatan kongres arsitek se-asia yang pada tahun 2012 ini, memilih Bali sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan. Tema yang diangkat pada Arcasia Bali 2012 ini adalah a modernism challenge: Asian Cities and Architecture Heritage in New paradigm. b. Dukungan Pekan Produk Kreatif Indonesia Bidang Mode Tujuan dari kegiatan adalah mendukung Pekan Produk Kreatif Indonesia yang merupakan event tahunan produk kreatif Indonesia yang menampilkan berbagai produk unggulan hasil karya anak bangsa, antara lain memperkenalkan sarung sebagai salah satu pakaian yang dapat digunakan dalam segala suasana dan usia. LAK KEMENPAREKRAF

127 c. Partisipasi Persiapan Dukungan Mengikuti London Fashion Week Tujuan kegiatan tersebut adalah : a. mempartisipasi Persiapan Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia agar dapat menunjukkan kemampuan dan belajar berbisnis pada skala internasional; b. memberikan kesempatan kepada desainer lokal yang berbakat namun belum mendapat kesempatan untuk menunjukkan diri; c. mempromosikan keindahan dan keunikan mode Indonesia yang berasal dari kekayaan budaya bangsa sehingga Indonesia dapat dijadikan sebagai tujuan fashion baru; d. menghadirkan rancangan terbaik dari desainer kenamaan Indonesia dan menghadirkan koleksi busana kreasi UKM dalam area pameran perdagangan fashion internasional sehingga diharapkan dapat memperkuat perekonomian Indonesia dari segi mode. e. Di dalam London Fashion Week, terdapat pembinaan untuk 8 desainer yaitu: Albert Yanuar, Dian Pelangi, Cotton Ink, Major Minor, Bretzel, Barli Asmara, Jeffry Tan, Yosafat Dwi Kurniawan,serta dibina oleh 4 (Empat) Narasumber yaitu: Toby Meado, Sanjeev Davidson, Angela & Wendy Malen yang berasal dari Centre Fashion Enterprise (CFE). Hasil pembinaan dan bimbingan tersebut akan ditampilkan dalam Jakarta Fashion Week (JFW). LAK KEMENPAREKRAF

128 PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Pada tahun 2012 kita hanya memiliki waktu yang singkat dalam melaksanakan kegiatan ini menjadi suatu kendala yang sangat besar. 2. Karena bidang ini merupakan suatu yang baru maka masih kurangnya data yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Melanjutkan program kegiatan yang telah berjalan pada tahun anggaran berikutnya dengan melihat kekurangan yang terjadi pada tahun sebelumnya sehingga dapat memperbaikinya dan mengoptimalkannya. 2. Melengkapi data untuk mengisi database yang ada sehingga dapat membantu pelaksanaan kegiatan. b. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitu persentase peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalam negeri oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi oleh individu, pemerintah, maupun perusahaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi ini merupakan salah satu dampak dari upaya peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta peningkatan akses pasar. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase) 9,26 9 7, ,61... LAK KEMENPAREKRAF

129 No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) (EKMDI) (EKMDI) (EKMDI) 7,65 (EKSB) 7,65 (EKSB) 100 (EKSB) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri mencapai 7,65%. Indikator Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri mengukur pertumbuhan konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Adapun pertumbuhan konsumsi terhadap produk EKSB tahun 2012 adalah 7,65%. Dengan demikian realisasi telah mencapai target yang sudah ditetapkan pada Renstra Kemenparekraf. 13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif Ekonomi kreatif merupakan terminologi baru di Indonesia, walaupun sektor yang ada di dalam ekonomi kreatif bukanlah sektor yang baru di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur dari kinerja Kemenparekraf. Pemahaman masyarakat terhadap sektor ekonomi kreatif tidaklah terbatas pada tahu atau mengenal ekonomi kreatif, tetapi lebih mengukur sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu ekonomi kreatif baik dari aspek perkembangan ekonomi kreatif, sektor ekonomi kreatif di Indonesia, mengapa ekonomi kreatif perlu dikembangkan dan sentra/zona kreatif, dan informasi lainnya LAK KEMENPAREKRAF

130 yang terkait dengan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang melakukan survei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga pada tahun 2012 perlu dilakukan survei yang ditetapkan sebagai dasar (base line) tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif yang akan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif, ditandai oleh Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB, untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB diukur untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase) Base Line (x) - - Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif mencapai -%. 14 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat LAK KEMENPAREKRAF

131 Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempat modal ini merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, oleh karena itu semakin banyak ruang publik yang dapat diciptakan dan diaktivasi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih banyak pelaku kreatif yang akan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas. Di tahun 2012 ini sasaran Terciptanya ruang publik bagi masyarakat, dapat ditinjau dari jumlah pengembangan ruang kreatif. Pengembangan ruang kreatif dilakukan melalui aktivasi taman budaya. Adapun pada tahun 2012 telah dilakukan aktivasi taman budaya di 4 (empat) provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh dan Bali. Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) ,33 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia mencapai 4 zona. Indikator Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia berupa Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Adapun target yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf tahun 2012 adalah 3 (tiga) ruang kreatif dan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 4 (empat) ruang kreatif. LAK KEMENPAREKRAF

132 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Aktivasi Taman Budaya Program Aktivasi Taman Budaya ini didasarkan pada program Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu II yang telah menetapkan bahwa Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi sebagai salah satu program prioritas nasional tahun Kemudian, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.27/UM.001/MPEK/2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun ; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Program Aktivasi Taman Budaya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemen Parekraf) merupakan implementasi salah satu program unggulan ynag mendukung pengembangan pusat dan ruang-ruang kreatif sebagai suatu wadah berekspresi, berkreasi, berapresiasi seni dan budaya. Melalui program ini, ruang-ruang kreatif akan ditingkatkan perannya sebagai sarana berkomunikasi dan berkolaborasi insan kreatif, seniman, budayawan, serta masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas karya seni dan budaya yang memiliki daya saing tinggi dan nilai tambah secara budaya, sosial, dan ekonomi. Salah satu ruang kreatif yang sudah ada di setiap provinsi adalah Taman Budaya dan Balai Budaya. Secara administratif, Taman Budaya berada sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi, dibawah dinas yang terkait. Taman Budaya dan Balai Budaya merupakan asset yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk peningkatan kualitas seni, sehingga dapat berpartisipasi bagi peningkatan citra di provinsi masing-masing daerah dan Indonesia. Sekaligus, program ini dapat menciptakan lapangan kerja baru atau job creation bagi insan-insan kreatif, seniman, dan pengelola pertunjukan. Melalui program aktivasi Taman Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi LAK KEMENPAREKRAF

133 Kreatif akan mendorong peran Taman Budaya sebagai center of excellence of Arts and Culture dan menjadi tujuan pariwisata budaya di Indonesia. Pada tahun 2012, Taman Budaya yang mendapat dukungan kementerian Parekraf berjumlah 4 lokasi yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Pada tahun 2013 adalah 14 Taman Budaya, kemudian tahun 2014 akan ada 25 lokasi. Dukungan ini disampaikan melalui dana Dekonsentrasi. Unit kerja penanggungjawab Aktivasi Taman Budaya di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya, sedangkan pelaksana teknis di lapangan yang mendampingi kegiatan Aktivasi Taman Budaya adalah Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik. Mengawali Aktivasi Taman Budaya adalah kegiatan pemetaan, yaitu sebuah survey pada bulan Oktober-November 2012 untuk mengetahui dan memahami potensi, masalah, dan kebutuhan Taman Budaya. Selanjutnya, tanggal 30 November sampai dengan 8 Desember 2012 telah dilaksanakan workshop, pelatihan, dan pergelaran kesenian di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Aceh. Di Taman Budaya Aceh, kegiatannya berupa Workshop Manajemen Program dan Produksi Kegiatan. Di Jawa Timur adalah Workshop Manajemen Program dan Produksi Pergelaran, di Bali adalah Workshop Penataan dan Pengelolaan Koleksi Museum, dan di Jawa Barat dilaksanakan Workshop Pengembangan Sistem Arsip dan Dokumentasi. Setiap workshop diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari perwakilan empat Taman Budaya dan komunitas kreatif serta perwakilan dari daerah. Perlu kami sampaikan bahwa program pengembangan Taman Budaya bukan untuk komersialisasi, tetapi untuk peningkatan karya-karya yang diproduksi memiliki kualitas tinggi dan daya saing, serta mendapatkan apresisasi dari masyarakat luas, baik dalam dan luar negeri. Faktor ekonomi yang dihasilkan adalah dampak dari penghargaan atas kualitas karya dan apresiasi masyarakat. Dari proses ini, diharapkan akan menghasilkan peningkatan kemampuan pengelolaan pertunjukan, peningkatan kesadaran budaya baik pelaku maupun apresiator dan peningkatan kerjasama pihak pengelola Taman Budaya, komunitas kreatif, dan seniman dengan stakeholder, meningkatkan kemampuan pendokumentasian karya seni, dan meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lembaga. LAK KEMENPAREKRAF

134 15 Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makasar, yang terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan lapangan kerja sektor pariwisata. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang) ,9 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja mencapai orang, dari target orang atau 87,9%. Hal tersebut disebabkan perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan sebagai alumnus (lulusan), sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi secara substansi jumlah lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja sebenarnya tercapai. LAK KEMENPAREKRAF

135 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Wisuda Pada tahun 2012 jumlah lulusan ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah meluluskan sebanyak dari target orang terdiri dari STP Bali 379 orang, STP Bandung 480 orang, Akpar Medan 258 orang, dan Akpar Makassar 99 orang. Hal ini sejalan dengan kebijakan zero unemployment yang telah dicanangkan bahwa selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun seluruh lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan tinggi kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah mendapatkan pekerjaan. 2. Job Fair Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata senantiasa melakukan upaya yang dapat menyalurkan para lulusannya untuk dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun internasional. Upaya tersebut antara lain kegiatan bursa kerja atau Job Fair yang melibatkan perusahaan peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo. Yang diterima dilapangan kerja melalui kegiatan Job Fair adalah 2820 orang, terdiri dari UPT Pendidikan Tinggi di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya orang dan dari Perguruan Tinggi Pariwisata lainnya orang. 3. Asia Tourism Forum (ATF) 2012 Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP) Bandung sebagai UPT Pendidikan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif LAK KEMENPAREKRAF

136 mendapatkan suatu kehormatan sebagai tuan rumah Asia Tourism Forum (ATF) Conference ke-10 yang diselenggarakan pada tanggal Mei Forum internasional ini merupakan pertemuan dua tahunan industri pariwisata seperti praktisi, akademisi, peneliti, birokrat pemerintah dan pembuat kebijakan pariwisata guna bersama-sama bertukar informasi penelitian untuk keberlanjutan perkembangan industri pariwisata di Asia. Forum ini bertujuan memfasilitasi pertukaran informasi dan membangun jaringan diantara para peneliti, praktisi industri pariwisata dan pembuat kebijakan untuk berkolaborasi dan membangun jaringan dengan tujuan besar guna membantu perkembangan pemasaran dan pengelolaan pariwisata di Asia. Adapun tema ATF Conference 2012 adalah RETHINKING TOURISM dengan fokus pada Strategy to Sustainable Development dengan mengangkat 19 Topik kajian yang mencakup: Sustainable tourism, creative tourism, economic sustainable, marketing, human resources, cultural and heritage tourism, education and training in tourism, tourism policy, regional cooperation in tourism, aviation policies, financial, tour operator and travel agency, Hotel industry, Quality service Restaurant and food service, Information Technology and Tourism planning. Keynote speaker dalam ATF Conference 2012 ini adalah Professor Caye Chon (Hongkong), Professor Haiyan Song (Hong kong), Professor Geoff Wall (Canada), Professor Abdul Kadir Haji Din (Malaysia) dan Professor Wiendu Nuryanti (Indonesia). Abstract sebanyak 70 dan Full paper presenter sebanyak 35 orang dari berbagai Institusi pendidikan dalam dan luar negeri. Dihadiri 16 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China, New Zeland, Inggris, Turki, India, Yunani, Macau, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab. Partisipan ATF sebanyak 350 orang dari berbagai institusi pendidikan pariwisata dari dalam dan luar negeri. LAK KEMENPAREKRAF

137 5. Certified Hospitality Educator (CHE) STP Bandung mengikuti program Certified Hospitalily Educator (CHE) dibawah Association Hotel and Lodging Educational Institute (AHLEI). Program pelatihan CHE adalah suatu program yang dirancang sebagai bentuk pengakuan yang menilai para dosen atau tenaga pendidik dari aspek pengetahuan (knowledge) pengalaman mengajar (experience) serta standar-standar lain yang telah ditentukan oleh institusi tersebut. Diharapkan dengan diperolehnya pengakuan professional CHE tersebut dapat meningkatkan kinerja dosen atau tenaga pengajar. Program CHE angkatan I dilaksanakan pada tahun 2011: 2 orang dosen STP Bandung yaitu Sdr. Anang Sutono dan Sdri. Ni Made Gusti Kerti Utami dinyatakan lulus dan 3 orang masih dalam penilaian video tape teaching presentation. Tahun 2012 diselenggarakan program CHE angkatan II yang diikuti oleh 15 peserta. Sertifikasi yang berlaku selama lima tahun tersebut diharapkan dapat memacu dan memicu kedua tenaga pendidik tersebut pada khususnya dan seluruh insan tenaga pendidik terutama di pendidikan tinggi kepariwisataan pada umumnya. Sangat diyakini bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama akan lahir serifikasi berikutnya terhadap para tenaga pendidik di Tourism and Hospitality demi membangun SDM Pariwisata yang berkelanjutan, yang World Class Standards. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 92,8% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 87,9%. 16 Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif LAK KEMENPAREKRAF

138 Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode adalah Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dan Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi. a. Jumlah standar kompetensi sektor pariwista dan ekonomi kreatif Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapat melakukan sertifikasi, maka diperlukan standar kompetensi kerja yang akan dijadikan referensi. Identifikasi unit kompetensi dan penyusunan standar kompetensi akan berpengaruh terhadap kualitas sertifikasi yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penyusunan standar kompetensi membutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku di bidangnya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara konsisten akan mengembangkan SKKNI dengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin banyak profesi yang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalisme tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif mencapai 6 naskah SKKNI. Target pada PK tingkat Kementerian tercatat 10 naskah namun sesuai dengan target pada PK di eselon I tercatat 4 naskah hal ini disebabkan adanya perubahan organisasi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementeriaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga dikhawatirkan apabila mengikuti target yang ada di PK tingkat Kementerian tidak tercapai. LAK KEMENPAREKRAF

139 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Workshop draft SKKNI bidang pekerja film dilaksanakan di: 1. Yogyakarta 2. Ujung Pandang 3. Jakarta 2. Workshop draft SKKNI bidang seni pertunjukkan (line dance) dilaksanakan di: Mengingat pentingnya SKKNI dan Sertifikasi ini, maka pada tahun 2013 Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Badan Pengembangan Sumber Daya akan menyusun 3 (tiga) SKKNI ekonomi kreatif, bidang film, musik, dan desain. Sementara itu dengan telah ditetapkannya SKKNI bidang film dan seni pertunjukkan, maka target yang akan dicapai untuk sertifikasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif sebanyak 500 orang untuk tahun PERMASALAHAN 1. Semarang 2. Batam 3. Pekanbaru 1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru; 2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar. PEMECAHAN MASALAH 1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi yang baru; 2. Perlu Diklat terknis verifator standar. LAK KEMENPAREKRAF

140 Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 93,2%. b. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi, yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang difasilitasi untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukan untuk menciptakan kompetensi yang unggul dan meningkatkan daya saing SDM di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di dalam dan luar negeri, sehingga dapat lebih bersaing dan profesional di bidangnya. Khususnya di sektor ekonomi kreatif, Kemenparekraf akan memulai sertifikasi pada tahun 2014 karena pada tahun merupakan inisiasi identifikasi unit kompetensi serta penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif. Kemenparekraf menargetkan jumlah pelaku yang akan disertifikasi cenderung meningkat, sehingga dengan semakin banyak pelaku yang disertifikasi, maka daya saing tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif semakin meningkat. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang) ,3 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah tenaga kerja pariwisata yang disertifikasi mencapai orang. dari target orang atau 143,3%. Hal tersebut di sebabkan tingginya dukungan pihak Hotel di setiap Daerah sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK), sehingga dalam mengikuti sertifikasi kompetensi peserta sangat antusias. Dengan demikian berkontribusi positif dalam penambahan jumlah capaian target kegiatan sertifikasi. LAK KEMENPAREKRAF

141 Indikator jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi meliputi bidang Hotel dan Restoran, Spa, Usaha Perjalanan Wisata, Pemandu Wisata, Jasa Boga MICE, Pemandu Wisata Selam, Pemandu Ekowisata, Pemandu Wisata Arung Jeram dan Pemandu Museum. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: a. Sertifikasi Kompetensi 1. Bidang Hotel dan Restoran, dilaksanakan di 33 Provinsi dengan Jumlah orang; 2. Bidang SPA, dilaksanakan di 16 Provinsi dengan Jumlah orang; 3. Bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW), dilaksanakan di 20 Provinsi dengan jumlah orang; 4. Bidang Pemandu Wisata, dilaksanakan di 27 Provinsi dengan jumlah orang; 5. Bidang Jasa Boga, dilaksanakan di 22 Provinsi dengan jumlah orang; 6. Bidang MICE, dilaksanakan di 10 Provinsi dengan jumlah 800 orang; 7. Bidang Pemandu Ekowisata, dilaksanakan di 14Provinsi dengan jumlah 500 orang; 8. Bidang Pemandu Arung Jeram, dilaksanakan di 5 Provinsi dengan jumlah 500 orang; 9. Bidang Pemandu Wisata Selam, dilaksanakan di 14 Provinsi dengan jumlah 650 orang; 10. Bidang Kepemanduan Museum, dilaksanakan di 7 Provinsi dengan jumlah 300 orang. Sebagai puncak pelaksanaan kegiatan sertifikasi ini secara simbolis Ibu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tanggal 29 November 2012 di LAK KEMENPAREKRAF

142 Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta telah menyerahkan Sertifikat Kompetensi kepada 250 orang tenaga kerja pariwisata perwakilan dari 33 propinsi di Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menilai sertifikasi dan standar kompetensi adalah penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya pariwisata dan mendukung daya saing pariwisata Indonesia. Mengingat pentingnya sertifikasi, maka pada tahun 2013 Kementerian Parekraf akan menargetkan kembali pelaksanaan sertifikasi kompetensi sebanyak orang tenaga kerja pariwisata di seluruh Indonesia. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru; 2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi yang baru; 2. Perlu Diklat terknis verifator standar. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 93,2%. LAK KEMENPAREKRAF

143 17 Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitian dan kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata, dan Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif. a. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwista Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor pariwisata. Ruang lingkup industri pariwisata yang dikelola oleh Kemenparekraf sangatlah luas, sehingga fokus kajian yang dilakukan akan ditentukan berdasarkan permasalahan yang mendesak dan penting untuk segera diselesaikan. Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat sehingga semakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisis untuk dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata mencapai 9 kajian atau 90%, nampak bahwa realisasi di tahun LAK KEMENPAREKRAF

144 2012 terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun Hal ini disebabkan pada tahun 2011 capaian kinerja penelitian mandiri digabungkan dengan penelitian utama. Sedangkan di tahun 2012 penelitian mandiri sudah dipisahkan menjadi indikator terpisah. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan MP3EI Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali dannusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Untuk mendukung percepatan pembangunan dalam rangka MP3EI itulah maka Puslitbangjakpar melakukan penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan MP3EI yang difokuskan pada Koridor 5 yaitu provinsi NTB dan NTT yang menitikberatkan kepada pertanian dan pariwisata. Penelitian bertujuan untuk mengetahui segala potensi dan hambatan-hambatan terhadap proses pelaksanaan investasi pariwisata di provinsi NTB dan NTT. LAK KEMENPAREKRAF

145 Pada tanggal 2-5 Oktober 2012 dilakukan penelitian di Provinsi NTB dengan fokus kepada kawasan Pantai Mandalika-Lombok dan dilanjutkan pada tanggal Oktober 2012 di Kupang dan Maumere di NTT. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapatnya potensi yang luar biasa di bidang pariwisata baik di provinsi NTB maupun NTT. Namun terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan investasi antara lain ruwetnya masalah pertanahan, belum tersedianya Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) aksesibilitas, pembinaan sadar wisata pada masyarakat, keamanan bagi wisatawan, kurangnya jalur direct flight dari luar negeri ke NTB dan NTT, kurang jelasnya kebijakan pengembangan kawasan wisata. 2. Penelitian Daya Saing Destinasi Kepariwisataan Indonesia Setiap tahun, Organisasi Kepariwisataan Dunia (United Nations World Tourism Organization/ UNWTO) selalu mengeluarkan peringkat daya saing negara-negara di dunia yang didasarkan kepada 14 pilar yang meliputi : a. Kebijakan dan peraturan b. Pariwisata yang berkelanjutan c. Keamanan dan keselamatan d. Kesehatan e. Prioritas pada pariwisata dan perjalanan f. Infrastruktur transportasi udara g. Infrastruktur transportasi darat h. Infrastruktur pariwisata i. Infrastruktur TIK j. Daya saing harga k. Persepsi terhadap pariwisata l. Sumber daya alam m. Sumber daya budaya Pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat ke 74 dari 139 negara yang dinilai. Peringkat ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 dimana Indonesia menduduki peringkat ke 81 dari 133 negara. Namun tentunya hal ini belum menjadi gambaran yang memuaskan mengingat posisi Indonesia LAK KEMENPAREKRAF

146 dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand masih rendah. Disisi lain, disadari bahwa potensi Indonesia dalam sumber daya alam dan budaya yang sangat luar biasa, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pada indikator tertentu dan membuat penajaman indikator daya saing destinasi (WEF) yang sesuai dengan karakteristik kepariwisataan dan Indonesia. Pada tanggal 9 12 Juli 2012 dilakukan penelitian di kawasan Bromo- Jawa Timur dan kawasan Gunung Rinjani-Lombok, dan dilanjutkan pada tanggal September 2012 di kawasan Danau Toba Sumatera Utara dan Toraja Sulawesi Selatan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa banyak keunikan-keunikan yang asli pada setiap destinasi pariwisata di Indonesia yang tidak terkategorikan oleh UN-WTO dan pemetaan atas kondisi daya saing destinasi teraktual. 3. Penelitian Dampak Event Tour de Singkarak (ad-hoc) Tour de Singkarak merupakan event olah raga tahunan yang mulai dirintis sejak tahun Yang merupakan kejuaraan balap sepeda yang diakui secara resmi oleh Persatuan Balap Sepeda International (Union Cyclize International) sebagai kalender tahunan di Sumatera Barat. Melalui event ini diharapkan dapat memperkenalkan dan mempromosikan pariwisata provinsi Sumatera Barat di kancah internasional sehingga provinsi ini makin dikenal dan dijadikan tujuan utama wisatawan dunia. Pada tahun 2012, TDS merupakan event yang ke empat kalinya dan diselenggarakan pada 4-10 Juni 2012 ini diikuti oleh 250 orang peserta dari berbagai Negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dan pelaku industri pariwisata (perhotelan, perjalanan wisata, dan daya tarik wisata) terhadap Event Tour De Singkarak 2012, serta dampak ekonomi dari penyelenggaraannya dan teridentifikasinya dampak ekonomi LAK KEMENPAREKRAF

147 seperti angka kunjungan wisatawan, pengeluaran, tingkat hunian kamar, dan dampak di bidang poleksosbudhankam. Pada tanggal 9-12 November 2012, telah dilakukan penelitian lapangan. Penelitian meliputi wawancara dengan berbagai sumber seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, PHRI, ASITA, usaha wisata dan masyarakat. Pada tanggal 12 November 2012 dilakukan Diskusi kelompok Terfokus (FGD) yang dihadiri oleh Disbudpar Provinsi Sumbar, dinasdinas budpar di 14 kabupaten kota, PHRI, ASITA, dan Garuda Indonesia. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak secara langsung TDS bagi kunjungan wisman belum terlalu signifikan, namun angka pertumbuhan wisatawan ke Provinsi Sumatera Barat terus menunjukkan kenaikan. TDS merupakan salah satu faktor pendorong naiknya wisman ke provinsi ini. Disisi lain masyarakat dan industri pariwisata memang merasakan manfaat pada saat event berlangsung, namun belum dalam jangka panjang. Namun akibat jangka panjang dari pelaksanaan TDS ini Provinsi Sumatra Barat sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat dunia oleh karena liputan media yang cukup gencar. Masyarakat juga merasakan adanya perubahan infrastruktur yang menjadi sangat baik, dan mampu menyatukan masyarakat dalam mendukung event ini dan program pemerintah lainnya pada umumnya. 4. Penelitian Pasar Wisatawan Asia Pasifik Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman datang ke Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah meluncurkan berbagai kebijakan pembangunan, baik terkait strategi pengembangan destinasi pariwisata, pemasaran dan peningkatan kapasitas SDM. Pemerintah akan terus mendorong agar pariwisata di Indonesia terus tumbuh dan berkembang sehingga melalui pariwisata diharapkan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Di bidang pemasaran pariwisata, selain dengan menetapkan target kunjungan sebesar 8 juta wisman pada tahun 2012, maka Kemeterian LAK KEMENPAREKRAF

148 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menetapkan 16 negara sebagai fokus pasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Adapun fokus pasar pariwisata Indonesia meliputi : Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Jepang, Korea Selatan, Philipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman dan Rusia. Untuk lebih mendalami tentang karakteristik wisatawan pada fokus pasar itulah maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012 ini melakukan penelitian Pasar Wisatawan pada 2 (dua) negara yaitu Australia dan Korea Selatan. Untuk itu pada tanggal 9 12 September 2012 tim peneliti telah berangkat ke Australia dan dilanjutkan pada 8 13 Oktober 2012 ke Korea Selatan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada masyarakat dan wawancara mendalam dengan industri tour and travel ditempat serta melakukan Diskusi Kelompok terfokus (FGD) dengan pihak pemerintah Indonesia (KBRI), VITO, dan industri di Australia dan Korea Selatan. Dari hasil penelitian diketahui tentang kondisi teraktual dari pasar utama di kedua negara tersebut seperti motivasi melakukan perjalanan, jenis-jenis wisata yang diminati, karakteristik wisman dan sebagainya. 5. Penulisan dan Launching buku pariwisata Penelitian dan pengembangan kebijakan pada hakekatnya adalah penelitian aplikatif hasil akhirnya merupakan rekomendasi bagi pengambil keputusan dalam rangka pengembangan pariwisata. Agar hasil-hasil penelitian puslitbangjakpar dapat diketahui oleh khalayak dan dijadikan referensi utama dalam setiap pengembangan kepariwisataan, maka perlu kiranya upaya diseminasi dan sosialisasi hasil litbang tersebut.bentuk yang mudah diterima dan dapat dijadikan referensi diantaranya adalah dalam bentuk sebuah buku. Untuk itu, maka atas bantuan Bapak Prof. Dr. I Ketut Ardana dari Universitas Udayana Bali dan dan Bapak Dr. Dewa Putu Oka dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional selaku editor, pada tanggal 14 November LAK KEMENPAREKRAF

149 2012, bertempat di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali (STP Bali), hadir Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Parekraf dan seluruh stakeholder pariwisata di Bali, diluncurkan 2 (dua) buah buku yang berjudul Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia dan Pengembangan Daya Tarik Wisata Unggulan sekaligus dilakukan acara bedah buku 6. Kegiatan Lomba Karya Tulis Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-dki Jakarta Dalam rangka meningkatkan kreativitas/aksi positif di kalangan pelajar dalam hal menulis, menumbuhkan kesadaran akan peran penting pariwisata di Indonesia sejak dini serta memupuk rasa cinta tanah air, maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012 menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-dki Jakarta dengan tema Kenali Negerimu, Cintai Negerimu. Para juri ditetapkan dari berbakai kalangan yaitu akademisi, pendidik, media masa dan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu.isdaryono (Kemenparekraf), Kiftiawati (FIB UI), Urry Kartopati (Majalah Travel Club ), Dra.Budiarti, M.Pd (Universitas Negeri Jakarta) dan Drs. Husein, MM (Guru SMK 6 Jakarta). Adapun hadiah adalah Juara pertama mendapat 3 juta rupiah, juara kedua sebesar2 juta rupiah dan juara ketiga 1 juta rupiah ditambah hadiah dari pihak sponsor berupa voucher menginap di salah satu hotel berbintang di Kota Yogya selama 3 hari 2 malam dan tiket pesawat Jakarta Jogya PP. Adapun pemenang Harapan 1, 2 dan 3, pihak sponsor memberikan hadiah menginap di salah satu hotel di Bandung-Jawa Barat. Adapun juara-juara dari lomba adalah sbb : a. Juara 1 Christy Dwijayanti dari SMA Budi Agung Jakarta dengan Judul tulisan Dampak Pariwisata Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat b. Juara 2 Kinanti Hantiyana Aliyah dari SMA Negeri 8 dengan judul tulisan Meniti Gebrakan Baru Kepariwisataan Indonesia LAK KEMENPAREKRAF

150 c. Juara 3 Muhamad Rizki dari SMA Global Islamic School dengan judul tulisan Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia d. Juara harapan 1 Alfino Winata dari SMA Budi Agung Jakarta dengan judul tulisan Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia e. Juara Harapan 2 Elokhauri Rinainurani Sasisuci dari SMA Negeri 74 dengan judul tulisan Jalan-jalan Biar Kenal Biar Sayang f. Juara harapan 3 Qonita Syahadah Kasworo dari SMK Negeri 6 Jakarta dengan judul tulisan Peranan Siswa SMK Dalam Meningkatkan Wisata Kuliner Pada tanggal 1 Oktober 2012, bertempat di Balairung Susilo Sudarman diselenggarakan acara Pengumuman Lomba Karya Tulis dan Penyerahan Hadiah bagi para pemenang yang dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan para pejabat di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DewanJuri, Guru dan Kepala Sekolah para peserta lomba, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, dan industri pariwisata PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah Penyesuaian anggaran karena perubahan struktur organisasi menyebabkan hanya 2 yang dilaksanakan dari 3 penelitian Ad Hoc yang ditargetkan. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah Kekurangan capaian penelitian berdasarkan target Renstra akan dialokasikan pada tahun anggaran berikutnya. LAK KEMENPAREKRAF

151 Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 73,9% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 90,0%. b. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Sama halnya dengan sektor pariwisata, maka sektor ekonomi kreatif pun memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi untuk melakukan kajian kebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk melakukan kajian kebijakan terkait dengan pariwisata. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif mencapai 5 kajian atau 50%. Capaian indikator ini tidak dapat dibandingkan dengan indikator sebelumnya tahun 2011 karena merupakan indikator baru sejak adanya perubahan nomenkelatur Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penelitian Potensi dan Strategi Pengembangan Budaya Lokal Pada Aplikasi Smartphone LAK KEMENPAREKRAF

152 Perkembangan smartphone saat ini sudah sangat merebak. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi dan komunikasi. Smartphone yang beredar semakin memanjakan penggunanya ditambah dengan kemudahan dalam memperoleh aplikasi-aplikasi sebagai software pendukung smartphone. Dipasaran dapat dengan mudah ditemui provider-provider nya seperti Itune Store, Google Play Store, App World, Samsung Store, Ovi Store dan masih banyak lagi. Namun aplikasi-aplikasi yang bermunculan sebagian besar merupakan produksi luar dengan kata lain merupakan produk impor. Sedikit sekali anak bangsa yang ikut serta memproduksi aplikasi apalagi aplikasi yang memiliki konten lokal atau budaya lokal. Hal ini dianggap penting dalam memperkuat jati diri bangsa dan memperlihatkan eksistensi diri dalam dunia maya. Bila melihat kekayaan budaya, Indonesia memiliki banyak ragam budaya dari Sabang Sampai Merauke yang dapat diolah dan manfaatkan. Namun, kebudayaan Indonesia belum banyak digali dan dimanfaatkan sebagai konten lokal pada aplikasi-aplikasi smartphone. Penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana menciptakan situasi dan ruang yang kondusif agar dapat secara aktif dan kreatif menumbuhkan keinginan untuk menciptakan aplikasi dengan konten budaya lokal b. Siapa saja aktor-aktor yang berperan aktif c. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan hal tersebut Secara substansi, lingkup penelitian ini meliputi: 1. Konsep dan materi mengenai teknologi dan informasi khususnya pada smartphone. 2. Konsep dan materi tentang budaya lokal dan era globalisasi. 3. Strategi pemanfaatan budaya lokal dalam aplikasi-aplikasi smartphone Secara geografis, ruang lingkup penelitian ini membahas komunitaskomunitas teknologi android yang berada di Solo, Yogyakarta dan Semarang. Penelitian Potensi dan Pengembangan Kain Tapis Provinsi Lampung LAK KEMENPAREKRAF

153 Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya Kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Motif kain ini ialah kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati.dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh. Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsurunsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsurunsur pengaruh tradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini.walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam antara tahun Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah suku Lampung yang beradat Pepadun. LAK KEMENPAREKRAF

154 Bahan Dasar Tapis Lampung: Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang diangkat perkembangan kain tapis dari warna, corak dan teknik Tapis yang mengalami degradasi dari aslinya.penelitian ini diharapkan dapat melestarikan kembali warna, corak dan tehnik asli dari Kain Tapis. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Perubahan Nomenklatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Puslitbangjak Ekraf merupakan unit kerja baru yang dibentuk sebagai tindak lanjut perubahan nomenklatur Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun Sebagai unit kerja baru maka sumber daya yang dimiliki Puslitbangjak Ekraf masih sangat terbatas. Sumber daya tersebut meliputi: SDM, anggaran dan sarana dan prasarana. 2. Anggaran Dari sisi anggaran, sebagai unit kerja baru maka anggaran Puslitbangjak Ekraf diusulkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP), sementara DIPA APBNP tahun 2012 baru ditetapkan pada bulan Oktober 2012, dan mulai dapat direalisasikan pada bulan November, sehingga waktu yang tersedia untuk pelaksanaan anggaran sangat singkat. Jika dibandingkan dengan pagu awal ketidakmaksimalan dalam realisasi anggaran disebabkan ada LAK KEMENPAREKRAF

155 beberapa kegiatan yang mendapat tanda bintang dari Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, sehingga dari pagu awal Rp ,- hanya sebesar Rp ,- yang disetujui untuk dilaksanakan. 3. Sumber Daya Manusia (SDM) Di dalam rencana kerja dan anggaran Puslitbangjak Ekraf Tahun 2012, terdapat 8 (delapan) kegiatan dengan 27 (dua puluh tujuh) aktivitas, sementara SDM Puslitbangjak Ekraf hanya terdiri 19 (sembilan belas) personil. Dengan waktu yang sangat singkat maka pelaksanaan kinerja menjadi kurang maksimal. 4. Sarana dan Prasarana Sebagai satuan kerja baru maka Puslitbangjak Ekraf belum ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kinerja. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Untuk menunjang kinerja Puslitbang Ekraf, maka perlu dilakukan peningkatan SDM baik dari kuantitas dengan menambah jumlah personil, maupun dari sisi kualitas dengan melaksanakan program pengembangan kapasitas (diklat dan sertifikasi) bagi staf maupun peneliti Puslitbangjak Ekraf. 2. Untuk mempertegas pelaksanaan fungsi administratif dan teknis, diperlukan uraian tugas yang jelas bagi pelaksana kegiatan dalam bentuk SOP sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. 3. Untuk memperlancar penyerapan anggaran, perlu peningkatan koordinasi yang baik antara pelaksana kegiatan dengan pengelola keuangan, sehingga kegiatankegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana secara optimal dan tertib dalam pertanggungjawaban anggaran. 4. Hasil kinerja selama tahun 2012 yang tertuang pada LAKIP akan menjadi bahan evaluasi untuk perencanaan dan pelaksana kegiatan yang lebih efektif dan efisien di tahun-tahun berikutnya. Dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan peran Puslitbang Kebijakan LAK KEMENPAREKRAF

156 Ekonomi Kreatif sebagai lembaga litbang yang menjadi penopang bagi unit kerja teknis lainnya bisa berjalan dengan baik. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 13.2% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 50.0%. 18 Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif, dapat ditinjau dari jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan agar para pelaku dapat menghasilkan karya atau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Peningkatan kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu: Workshop dan Coaching Clinic Pelaku Seni Pertunjukan, Fasilitasi Insan Film Berprestasi di Tingkat Internasional, Fasilitasi/Pendukungan Pemenang Lomba Penulisan Cerita Film, Workshop dan Coaching Pembuatan Naskah Film Yang Baik, Pendampingan Pengembangan Desain, Tatakelola Usaha, Pemasaran Batik dan Produk Batik Indonesia, Pendampingan Pengembangan Desain Produk Kriya dan Tatakelola Usaha bagi UKM, dll. Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi, dan Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring. LAK KEMENPAREKRAF

157 a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi Proses kreasi dan produksi di industri kreatif merupakan proses penciptaan nilai tambah yang berbeda. Dalam proses kreasi, ide merupakan modal utama dalam menciptakan karya kreatif, sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana menjadikan ide menjadi sebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk menciptakan nilai ekonomi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan produksi kreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi, seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karya kreatif, fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif atau kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan untuk berkreasi dan berproduksi. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang) (EKSB) (EKSB) 68,99 76,01 (EKSB) 984 (EKMDI) 473 (EKMDI) 48,07 (EKMDI) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi mencapai kajian. Realisasi untuk sektor EKSB tidak mencapai target, karena terbatasnya waktu sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung sasaran dimaksud tidak dapat dilaksanakan secara keselurahan. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 46,34%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 46%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. LAK KEMENPAREKRAF

158 b. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring Untuk dapat terus meningkatkan kreativitasnya, pelaku kreatif ini membutuhkan untuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatif antara lain melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, atau kegiatan lainnya yang dapat mempertemukan pelaku kreatif untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang) (EKSB) (EKSB) 140,09 105,27 (EKSB) 316 (EKMDI) (EKMDI) 391,14 (EKMDI) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring mencapai orang. Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Dari tabel dapat diamati bahwa target jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring sebanyak orang sedangkan realisasi sebesar orang. Indikator tersebut merupakan penjumlahan dari jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri, Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri dan jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring. LAK KEMENPAREKRAF

159 Capaian realisasi untuk jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri adalah orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri adalah 548 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri adalah 685 orang. Capaian realisasi jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring adalah sebesar 75 orang. Dari tabel diatas terdapat satu indikator yang tidak mencapai target tetapi secara keseluruhan realisasi telah mencapai target yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf. Untuk sektor EKSB realisasi melebihi target karena tingginya minat para pelaku kreatif sektor EKSB dalam meningkatkan kreativitasnya yang pada akhirnya akan meningkatkan jejaring diantara pelaku kreatif. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Seminar Jejaring Kota Pusaka, Pendukungan Musik Indie Indonesia, Pendukungan Partisipasi Aktif pada Event Film Internasional, Pengiriman Film Indonesia ke Luar Negeri, Pengambilan Gambar, Sosialisasi dan Publikasi Film, Workshop dan Seminar Seni Rupa, Workshop dan Roadshow Lomba Foto, Pendukungan Karya Seni Rupa di Forum Internasional, dll Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 55,01%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 55%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. 19 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan LAK KEMENPAREKRAF

160 Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi. Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut. Dalam UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintah yang menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan keuangan adalah opini keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (3) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Kemenparekraf. Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP dan mempertahankan predikat tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang. Di tahun 2012 ini sasaran Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan, ditandai oleh tertibnya administrasi keuangan. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: LAK KEMENPAREKRAF

161 No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Masih dalam proses pemeriksaan BPK - Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Opini keuangan Kemenparekraf masih dalam proses pemeriksaan BPK. Indikator Opini keuangan Kemenparekraf berupa saat ini masih dalam proses audit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Kegiatan Percepatan dan Peningkatan Akuntabilitas Keuangan (SAI) 2. Kegiatan Sertifikasi Sertifikasi Barang/Jasa Pemerintah. 3. Kegiatan Bendaharawan. 4. Program Peningkatan SDM Pengelola Keuangan. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Tingkat Pemahaman SDM belum optimal. 2. Akurasi dan ketepatan penyajian laporan keuangan sangat menentukan. PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Melaksanakan Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan secara berkesinambungan. 2. Melakukan program pendampingan bersama APIP LAK KEMENPAREKRAF

162 Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,- hanya digunakan sebesar Rp ,- atau hanya sebesar 92,62 %. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100 %, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. 20 Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi. Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut. Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agenda penting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yang direalisasikan dengan diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; (2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah; (3) terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; dan (4) terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Meningkatnya LAK KEMENPAREKRAF

163 kualitas pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat diindikasikan dari perbaikan nilai SAKIP yang yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen SAKIP Kemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaian paling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) B B 100% Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Predikat SAKIP Kemenparekraf mencapai predikat B. Indikator Predikat SAKIP Kemenparekraf berupa Evaluasi akuntabilitas kinerja dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja seluruh instansi pemerintah, dan melihat bagaimana komitmen penerapan manajemen pemerintah yang berbasis kinerja dalam rangka mencapai salah satu sasaran reformasi birokrasi, yakni terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berorientasi pada hasil (outcome oriented). Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome serta kinerja lainnya. Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) yang didalamnya memuat saran dan rekomendasi perbaikan kepada instansi yang dievaluasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara sistematis dan berkelanjutan. Selengkapnya hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara terhadap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meliputi 5 (lima) komponen besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, LAK KEMENPAREKRAF

164 Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja, dapat dilihat dalam matriks di bawah ini: No. Tabel III.4 Perbandingan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Kemenbudpar/Kemenparekraf KOMPONEN SAKIP BOBOT PENILAI- AN NILAI HASIL EVALUASI SAKIP Perencanaan Kinerja 35% 16,83% 20,79% 24,27 23,91 24,72 25,11 2. Pengukuran Kinerja 20% 7,20% 13,43% 12,58 12,92 14,44 13,32 3. Pelaporan Kinerja 15% 8,14% 9,30% 10,28 10,25 11,13 12,04 4. Evaluasi Kinerja 10% 5,60% 6,80% 9,00 6,33 6,48 6,97 5. Capaian Kinerja 20% 15,41% 12,17% 11,03 15,59 13,14 12,97 NILAI HASIL EVALUASI 100% 53,18% 62,48% 67,14 69,00 69,90 70,41 PERINGKAT/11 BESAR dari 5 dari 3 dari besar besar dari dari PREDIKAT PENILAIAN - - B B B B 1. Hasil Evaluasi Tahun 2012 Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3322/M.PAN-RB/11/2012 tanggal 30 November 2012 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil evaluasi Tahun 2012 menunjukan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendapat nilai 70,41%, atau predikat penilaian B, ada peningkatan sebesar 0,73% dari 69,90% pada tahun Penyerahan Penghargaan oleh Menteri PAN dan RB kepada Kemenparekraf, diterima oleh Sekjen Kemenparekraf LAK KEMENPAREKRAF

165 Nilai sebagaimana tersebut di atas, merupakan akumulasi penilaian terhadap seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan Kinerja (capaian 25,11%) Perencanaan kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah dilakukan dengan menyusun dokumen Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja. Kekurangan dalam hal perencanaan antara lain: 1) Renstra di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada hasil/outcome dan di lengkapi dengan indikator kinerja outcome yang relevan dan terukur. 2) Penetapan Kinerja belum seluruhnya menyajikan suatu perjanjian tentang hasil/kinerja yang akan dicapai. 3) Perencanaan kinerja belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja. b. Pengukuran Kinerja (capaian 13,32%) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan entitas organisasi. Kekurangan dalam pengukuran kinerja adalah: 1) Indikator-indikator kinerja yang digunakan, terutama di sebagian unit kerja belum seluruhnya relevan dan menggambarkan hasil, dan dapat diukur secara obyektif. 2) Indikator kinerja yang telah ditetapkan belum cukup untuk mengukur kinerja organisasi. 3) Kemenparekraf belum memiliki indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU Kementerian. 4) IKU dan pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengendalian dan pemanfaatan kinerja. LAK KEMENPAREKRAF

166 c. Pelaporan Kinerja (capaian 12,04%) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011 telah disusun dan disampaikan secara tepat waktu kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, demikian juga LAKIP unit kerja telah disusun dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Kekurangan dalam sistem pelaporan kinerja antara lain: 1) LAKIP di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan informasi pencapaian sasaran yang berorientasi hasil/outcome melalui hasil evaluasi dan analisis yang memadai dengan dilengkapi pembandingan data kinerja. 2) LAKIP belum dimanfaatkan secara optimal terutma untuk peningkatan kinerja selanjutnya. d. Evaluasi Kinerja (capaian 6,97%) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah melakukan evaluasi atas LAKIP unit kerja. Adapun kekurangan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja, antara lain adalah: 1) Belum secara optimal melakukan pemantauan tentang kemajuan pencapaian kinerja beserta hambatannya. 2) Evaluasi program belum seluruhnya memberikan rekomendasirekomendasi perbaikan perencanaan kinerja. 3) Evaluasi Rencana Aksi belum dilaksanakan dalam rangka mengendalikan kinerja. 4) Hasil-hasil evaluasi kinerja belum secara optimal dimanfaatkan untuk perbaikan penerapan manajemen kinerja di lingkungan Kemenparekraf e. Capaian Kinerja (capaian 12,97%) Pencapaian kinerja dinilai dari aspek pencapaian target, dan keandalan data kinerja, serta keselarasan antara kinerja output dengan LAK KEMENPAREKRAF

167 kinerja outcome. Selain itu capaian kinerja juga mencakup kinerja pencatatan keuangan, transparansi, penilaian dari stakeholder, termasuk penghargaan yang diperoleh. Capaian kinerja output sudah cukup baik. Sedangkan capaian outcome masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Rendahnya capaian outcome terutama disebabkan oleh indikator-indikator kinerja outcome yang kurang relevan dan tidak cukup untuk menggambarkan keberhasilan. Rekomendasi: a. Meningkatkan kualitas Renstra di lingkungan Kemenparekraf antara lain merumuskan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada outcome dan dilengkapi indikator kinerja yang relevan dan terukur. b. Menyusun Penetapan Kinerja dengan menyajikan suatu perjanjian kinerja yang menggambarkan hasil/kinerja yang akan dicapai. c. Perencanaan kinerja agar dimanfaatkan secara optimal sebagai alat untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja. d. Menyelaraskan antara indikator kinerja kementerian dengan unit-unit kerja di bawahnya. e. Menyiapkan indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU kementerian. f. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pengukuran kinerja sebagai media untuk pengendalian dan pemantauan kinerja. g. Menyajikan informasi pencapaian sasaran dalam LAKIP di lingkungan Kemenparekraf yang berorientasi pada hasil/outcome melalui evaluasi dan analisis yang memadai serta pembandingan data kinerja. h. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja di lingkungan Kemenparekraf. i. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja di seluruh jajaran Kemenparekraf untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel. 21 Terselenggaranya Reformasi Birokrasi LAK KEMENPAREKRAF

168 Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi. Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan dijelaskan pada bagian berikut. Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dari perbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin tinggi nilai Quality Assurance, maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Di tahun 2012 ini sasaran Terselenggaranya Reformasi Birokrasi, ditandai oleh capaian Passing Grade Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan capaian nilai 48 yaitu pada Level 2 (range skor 41 50) dengan usulan besaran TK sekitar 45% dari Kementerian Keuangan. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%) 1. Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilai yang diberikan oleh Kementerian PAN & RB kepada Kemenparekraf yang menjadi tolak ukur efektifitas atau kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai Permen Pan dan RB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada Kemenparekraf terkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan acuan nasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh Komite LAK KEMENPAREKRAF

169 Pengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan Quality Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahan grand design RB dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda, dan hasil yang diharapkan dari proses RB pada tingkat mikro dalam periode tahun Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Terselenggaranya Reformasi Birokrasi mencapai nilai 48 atau 120%. Indikator Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, berupa hasil penilaian atas kesiapan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh Deputi Program dan Reformasi Birokrasi/Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN)-Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penilaian dilakukan terhadap Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi , serta dilengkapi dengan Berita Acara Validasi Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan. Tujuan dari penilaian adalah untuk memastikan ketepatan, kelengkapan, dan kualitas Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi, serta proses dan capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang didukung dengan bukti-bukti kuat. Dasar penentuan passing grade dan skor yang digunakan, serta besaran Tunjangan Kinerja (TK) yang diusulkan adalah sebagai berikut: Range Skor Level Keputusan Usulan Besaran TK Tidak diberikan TK Tidak diproses Tidak diberikan TK Tidak diproses Diberikan TK 40% dari Kemenkeu Diberikan TK 45% dari Kemenkeu Diberikan TK 50% dari Kemenkeu Diberikan TK 55% dari Kemenkeu Diberikan TK 65% dari Kemenkeu Diberikan TK 75% dari Kemenkeu Diberikan TK 100% dari Kemenkeu *) passing grade bagi K/L untuk mendapatkan tunjangan kinerja minimum level 2 dengan range skor antara LAK KEMENPAREKRAF

170 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mencapai nilai 48 yaitu pada Level 2 (range skor 41 50) dengan usulan besaran TK sekitar 45% dari Kementerian Keuangan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Rapat-rapat masing-masing area perubahan 2. Konsinyering penyusunan quick win 3. Evaluasi lapangan 4. Penentuan Job grading Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penilaian terhadap Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi; Dokumen usulan telah memenuhi kelengkapan sebesar 82% berdasarkan kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun Road Map telah memenuhi kelengkapan sebesar 85% berdasarkan kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun NILAI DOKUMEN USULAN DAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI No. Penilaian Nilai ambang batas kelengkapan Nilai capaian pemenuhan kelengkapan 1 Dokumen Usulan 70% 82% 2 Road Map 70% 85% Mengingat kelengkapan Dokumen Usulan dan Road Map Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai ambang batas 70%, maka dapat dilanjutkan ke tahap Verifikasi Lapangan. 2. Penilaian terhadap 9 (sembilan) Program Mikro Reformasi Birokrasi, yang meliputi: Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem LAK KEMENPAREKRAF

171 Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi; 3. Verifikasi lapangan. Nilai dan level dari verifikasi lapangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diperoleh dengan cara memastikan ketepatan, kelengkapan, dan kualitas dokumen usulan dan road map Reformasi Birokrasi, serta proses dan capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilengkapi dengan buktibukti pendukungnya. Nilai Verifikasi Lapangan terhadap kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah 51 dengan rincian sebagai berikut: NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI TAHAP KESIAPAN PELAKSANAAN RB No. Program - Plan (P) Do (D) Check Act (A) PDCA Skor (C) 1. Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Perundang-undangan Program Penataan dan Penguatan Organisasi Penataan Tatalaksana Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Penguatan Pengawasan Penguatan Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Monitoring dan Evaluasi 30 SKOR RERATA Nilai Akhir Hal Parameter Nilai Dokumen Usulan 82% Kekurangan Dokumen 18% Usulan Road Map 85% Kekurangan Road Map 15% Rerata kekurangan 0,30 16,5% Dokumen Usulan dan Road Map Verifikasi Lapangan 51 Nilai Total 48 Level 2 LAK KEMENPAREKRAF

172 NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN 9 PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI NILAI TAHAP - P D C A PDCA LEVEL Profil Berdasarkan hasil penelitian Verifikasi Lapangan terhadap 9 (sembilan) Program Mikro, didapatkan profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagaimana pada grafik berikut ini. Profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Perundangan 56 Monitoring dan Evaluasi Peningkatan Kualitas 59 Pelayanan Publik 70 Pengukuran Akuntabilitas Penataan dan Penguatan Organisasi 57 Penataan Tatalaksana Penguatan Pengawasan Penataan Sistem Manajemen SDM Gambaran Capaian Proses RB di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Perundangan Penataan dan Penguatan Organisasi Penguatan Tatalaksana Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Penguatan Pengawasan Penguatan Akuntailitas Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Monitoring dan Evaluasi LAK KEMENPAREKRAF

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN KEMENTERIAN PARIWISATA Lantai 19, Gedung Sapta Pesona Jl. Medan Merdeka Barat No. 17

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PARIWISATA 040 08 PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 040 08 Meningkatnya keragaman destinasi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kata Pengantar KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL D engan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS

Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS ( IKU ) KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2012 Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.55/HK.001/M.PEK/2012

Lebih terperinci

2 disusun, dan disampaikan secara tertulis, periodik, dan melembaga. Instansi pemerintah mempertanggung-jawabkan dan menjelaskan keberhasil-an dan keg

2 disusun, dan disampaikan secara tertulis, periodik, dan melembaga. Instansi pemerintah mempertanggung-jawabkan dan menjelaskan keberhasil-an dan keg LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.07/UM.001/MPEK/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PARIWISATA 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. No.559, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

UNIT ORGANISASI PELAKSANA 1 Meningkatny a kontribusi kepariwisata an terhadap

UNIT ORGANISASI PELAKSANA 1 Meningkatny a kontribusi kepariwisata an terhadap 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA MOR PM.55/HK.PEK/2012 TENTANG DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKOMI KREATIF 1. Nama Unit Organisasi : 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.108/KP.403/MP/2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.109/UM.001/MP/2016 TENTANG INDIKATOR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA 1. Nama Unit Organisasi : Kementerian Pariwisata 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah-nya, Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Kota Jambi Tahun 2017

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i

KATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan hidayahnya Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Lumajang Tahun 2014 dapat diselesaikan. Tersusunnya

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 LAINNYA MATRIKS BUKU I RKP PROGRAM AKSI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT Tema Prioritas - Penanggungjawab Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Bekerjasama dengan Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Laporan Kinerja

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2014 KATA PENGANTAR Kata Pengantar D engan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Pariwisata

Lebih terperinci

LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah direktorat jenderal pemasaran pariwisata kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif KATA PENGANTAR Dalam rangka transparansi atas pencapaian

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DINAS PARIWISATA KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2016 1 KATA PENGANTAR Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci