Laporan Akuntabilitas Kinerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Akuntabilitas Kinerja"

Transkripsi

1

2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN KEMENTERIAN PARIWISATA Lantai 19, Gedung Sapta Pesona Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Telepon : (021) , , Faximile : (021) Jakarta, Februari indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

3 Kata Pengantar Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-nya, sehingga penyusunan buku Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 dapat tersusun dan diselesaikan. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 ini menjabarkan hasil kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata berdasarkan Penetapan Sasaran dan Indikator Kinerja tahun 2015 yang termuat dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun , serta Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata dalam RPJM , yang merupakan cerminan amanat visi dan misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA. Prospek kepariwisataan yang semakin cerah dan posisi strategis yang diemban dalam kerangka pembangunan nasional, memberikan dorongan dan keharusan akan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kinerja kepariwisataan nasional, maupun peningkatan daya saing yang semakin kuat agar mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara yang semakin besar, pergerakan wisatawan nusantara yang semakin merata serta minat investasi yang semakin tinggi di Indonesia. Dengan demikian nilai manfaat ekonomi yang didorong oleh sektor Pariwisata akan berkontribusi signifikan bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Kondisi kepariwisataan nasional tahun 2015 secara makro menunjukkan perkembangan dan kontribusi yang terus meningkat dan semakin signifikan terhadap PDB nasional sebesar 4,23% atau senilai Rp. 461,36 triliun, dengan peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai US$ 11,9 milyar, dan tenaga kerja pariwisata sebanyak 12,16 juta orang. i LAK KEMENTERIAN PARIWISATA 2015

4 Pada kondisi mikro, juga ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 10,4 juta wisman dan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 255,20 juta perjalanan. Disisi lain lain, salah satu indikator penting yaitu aspek daya saing kepariwisataan, berdasar penilaian WEF (World Economic Forum) posisi Indonesia juga meningkat signifikan dari ranking 70 dunia menjadi rangking 50 di tahun Pertumbuhan pariwisata Indonesi-a yang melebihi rata-rata dunia, sebagai mana tercatat di tahun 2015 sebesar 10,63 % memberikan kepercayaan diri Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan target kunjungan wisman pada tahun 2016 dari 10 juta menjadi 12 juta. Akhir kata, atas diselesaikannya dokumen Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2015 ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja. Jakarta, Februari 2016 Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc Menteri Pariwisata Republik Indonesia ii LAK KEMENTERIAN PARIWISATA 2015

5 Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Ikhtisar Eksekutif... 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 8 B. Gambaran Kementerian Pariwisata Posisi Strategis Kementerian Pariwisata dan Dukungan Sektoral dalam Pembangunan Kepariwisataan Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis B. Penetapan dan Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Sasaran Strategis Kemenpar Capaian dan Analisis Kinerja Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata Meningkatnya Investasi di sektor Pariwisata Meningkatnya Kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) Meningkatnya jumlah penerimaan devisa Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) Meningkatnya kapasitas dan profesionalitas SDM Pariwisata Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata B. Anggaran Tahun BAB IV PENUTUP Lampiran Perjanjian Kinerja Pernyataan Hasil Evaluasi iii LAK KEMENTERIAN PARIWISATA 2015

6 Ikhtisar Eksekutif Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis , maka Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 ini merupakan Laporan Kinerja yang pertama, yang menyajikan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun Bagi Kementerian Pariwisata, Laporan Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/industri pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Kinerja Tahun 2015 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal. Laporan Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang telah dicapai pada tahun Rencana Kinerja (Performance Plan) 2015 dan Perjanjian Kinerja 2015 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2015 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pariwisata. Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2015 yang memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja Data statistik per Januari s.d. Desember 2015 menunjukkan capaian pembangunan pariwisata Indonesia mampu melampaui target yang telah ditentukan. Hal ini dibuktikan melalui kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat menjadi 10,4 juta orang, dari target 2015 sebesar 10 juta orang. Adapun kunjungan wisatawan mancanegara tersebut berkontribusi terhadap penerimaan devisa sebesar Rp 144 triliun. Peningkatan pencapaian devisa tersebut justru terjadi ketika devisa dari komoditi batu bara dan migas cenderung mengalami penurunan, seperti diproyeksikan melalui tabel berikut. 1

7 Sementara itu, jumlah perjalanan wisatawan nusantara telah mencapai 255 juta perjalanan, dengan total pengeluaran wisnus sebesar Rp Triliun. Jumlah penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 11,3 juta orang. Tidak hanya itu, branding Wonderful Indonesia pada tahun 2015 naik 100 peringkat, dari semula tanpa peringkat menjadi peringkat ke-47, serta diraihnya berbagai penghargaan internasional untuk beberapa kategori, seperti; UNWTO Award 2015, ASEANTA Award 2015, World Halal Destination

8 Capaian Kinerja terhadap Sasaran RPJMN Kebijakan pembangunan kepariwisataan tahun 2015 merupakan tahun pertama dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L. Seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Kementerian Pariwisata perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN , dan memasuki tahun 2015 merupakan evaluasi tahun pertama pelaksanaan RPJMN Sasaran strategis pembangunan kepariwisataan nasional sampai dengan tahun 2019 dituangkan dalam sejumlah indikator pencapaian sebagai berikut : Tabel 1. Capaian RPJMN Tahun 2015 NO. SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN 1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang) Rata-rata pertumbuhan 7,93 % per tahun 10,63 % 134 % 2. Meningkatnya jumlah pergerakan wisatawan nusantara Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) Rata-rata pertumbuhan 2,1% per tahun 1,53 % 72,8 % 3. Meningkatnya jumlah penerimaan devisa Jumlah penerimaan devisa (US$ miliar) Rata-rata pertumbuhan 10,7% per tahun 13,1 % 122 % 3

9 NO. SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN 4 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$) Rata-rata pertumbuhan 2,5% per tahun 0.05 % 20 % 5 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara 6 Meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata 7 Meningkatnya kontribusi produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (ribu Rp) Jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata (juta orang) Kontribusi sektor pariwisata terhadap produk Domestik Bruto (PDB) nasional (Trilliun Rp) Rata-rata pertumbuhan 4% per tahun Rata-rata pertumbuhan 9,8% per tahun Rata-rata pertumbuhan 5,8% per tahun 5 % 125 % 18% 183 % 4,23 % 72,8 % Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis Tahun Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2015 menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata memenuhi Sasaran Strategis yang ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : Tabel 2. Capaian Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 SASARAN KEMENTERIAN 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) TARGET 2015 REALISASI CAPAIAN (%)

10 SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015 REALISASI CAPAIAN (%) 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) * 107,6 4 4,23 105, ,41 100, , ,

11 SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015 REALISASI CAPAIAN (%) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi RB (Presentase) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) 191,25 224, % 64,47% 92,10 WDP Masih dalam proses Audit BPK A BB - - Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun Rp ,- Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun terdapat 11 (sebelas) Sasaran Strategis dan 16 (enam belas) Indikator Kinerja Utama. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 3 (tiga) program dengan anggaran sebesar Rp ,-. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa hasil capaian kinerja Kementerian Pariwisata selama tahun 2015 telah memenuhi 11 (sebelas) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata yaitu Mengembangkan Pariwisata dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata, untuk memfokuskan pemanfaatan 6

12 sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2015, serta masukan dari pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini. Sesuai dengan hasil analisis di atas, kami merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2016, yaitu sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada dalam lingkungan Kementerian Pariwisata, Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah maupun pihak-pihak terkait lainnya untuk merumuskan kebijakan bidang Pariwisata dalam rangka mencapai target kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara; 2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan; 3. Menyusun dan merumuskan kebijakan melalui Rencana Strategis Kementerian Pariwisata yang akan dijadikan pijakan dalam pencapaian target kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara, Kontribusi Pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto, Penerimaan Devisa, dan Penyerapan Tenaga Kerja sektor Pariwisata. 7

13 BAB I PENDAHULUAN Wakatobi - Sulawesi indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

14 B A B 1PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pariwisata secara resmi telah terbentuk pada tanggal 27 Oktober 2014 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata, serta Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun , Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata dalam RPJMN , yang merupakan cerminan amanat visi dan misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA. Pariwisata sebagai sektor andalan yang harus didukung oleh semua sektor lain terutama yang terkait langsung dengan infrastruktur dan transportasi Presiden Joko Widodo Sejak terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden RI ke 7, beberapa prioritas pembangunan era Kabinet Kerja senantiasa digaungkan, salah satunya terkait dengan pariwisata. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa, dan penyerapan tenaga kerja adalah sederetan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai melalui pembangunan pariwisata. 8

15 Dalam kerangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya wisata tersebut, Kementerian Pariwisata mengidentifikasi dan menetapkan fokus pengembangan produk wisata Indonesia dalam tiga kategori portofolio produk, yaitu produk wisata alam, budaya dan buatan, yang didalamnya terdiri dari sejumlah produk-produk wisata yang spesifik sebagaimana tergambar dalam diagram dibawah ini (gambar 1.1). Gambar 1.1. Portofolio pasar dan produk wisata Kementerian Pariwisata Dalam diagram tergambar portofolio pasar yang akan menjadi fokus pengembangan pasar pariwisata Indonesia, baik yang terkait dengan pengembangan pasar wisatawan nusantara (meliputi segmen personal dan bisnis), serta pasar pariwisata mancanegara. Pembangunan kepariwisataan dilaksanakan di daerah, sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan. Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan. 9

16 Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata, Kementerian Pariwisata berperan sebagai penggerak utama, yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. Kontribusi Ekonomi Pariwisata Pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di tahun 2015 sebesar Rp. 461,36 triliun, 4,23 % dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyedia akomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) SPA. Sektor pariwisata juga memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2015, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 12,16 juta orang. Sehingga dengan demikian sektor Pariwisata merupakan sektor yang efektif dalam menjawab kebutuhan peningkatan nilai tambah ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan (pro poor) dan penciptaan lapangan kerja (pro-job). Sektor pariwisata juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2015 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 11,9 miliar US$ atau setara Rp. 163 trilliun (meningkat 113% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai angka devisa sebesar US$ 11,17 miliar). Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2015 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 9,4 juta di tahun 2014 dan menjadi 10,4 juta di tahun 2015, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan dari US$ 1.183,43 di tahun 2014, menjadi US$ di tahun Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas pengeluaran wisatawan. 10

17 B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata, Kementerian Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata. Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata memiliki tugas sebagai berikut: 1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata; 2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata; 3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata; 4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata di daerah; 5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Menteri Pariwisata dibantu oleh 9 orang Eselon 1 yang terdiri atas Sekretaris Kementerian, 4 orang Deputi, serta 4 orang Staf Ahli Menteri. Adapun struktur organisasi Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kementerian Pariwisata 11

18 1. POSISI STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN DUKUNGAN SEKTORAL DALAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Mempertimbangkan pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat dinamis serta nilai strategisnya sebagai sektor andalan bagi pembangunan nasional ke depan, maka Pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor Pariwisata baik dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas kementerian/ lembaga untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan. Menindaklanjuti ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan, pada tanggal 3 Juli 2014 telah ditetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan. Peraturan Presiden tersebut mengatur tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan. Untuk kelancaran pelaksanaan Koordinasi Strategis, telah dibentuk Tim Koordinasi Kepariwisataan dengan melibatkan 3 (tiga) Kementerian Koordinasi dan 14 (empat belas) Kementerian/ Lembaga, dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua : Wakil Presiden Republik Indonesia Wakil Ketua I : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Wakil Ketua II : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wakil Ketua III : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Ketua Harian : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sekretaris : Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Anggota : Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perhubungan, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Lingkungan Hidup, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hubungan kerja Tim Koordinasi Kepariwisataan bersifat koordinatif dan konsultatif dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi kebijakan dan program masing-masing kementerian/ lembaga dalam penyelenggaraan kepariwisataan. 12

19 Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan, berupa : (a) pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c) prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan didukung oleh instansi terkait diantaranya untuk rencana aksi: a. Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Pemda; b. Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda). 2. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Upaya mengukuhkan peran dan posisi sektor pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan nasional ke depan, serta mewujudkan pembangunan kepariwisataan yang berdaya saing dan berkelanjutan, tidak dapat dipungkiri masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan dan tantangan yang menuntut langkah dan upaya yang taktis dan terpadu dalam mengatasinya. Permasalahan dan tantangan tersebut dapat dijabarkan pada masing-masing pilar pembangunan sebagai berikut: a. PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, beberapa permasalahan pokok yang harus dihadapi, yaitu : (1) kesiapan destinasi pariwisata yang belum merata dari aspek manajemen atraksi, amenitas maupun aksesibilitas; (2) kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal. 13

20 1) Kesiapan Destinasi Pariwisata yang Belum Merata Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari km memiliki pulau, serta dihuni 300 lebih suku bangsa menyimpan potensi sumber daya pariwisata yang sangat besar dan beragam untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang menarik dan menjadi tujuan utama wisata dunia. Namun demikian, potensi dan peluang menjadi destinasi pariwisata yang mampu menarik kunjungan wisatawan dari berbagai belahan dunia tersebut masih menghadapi kendala, karena kesiapan destinasi pariwisata yang masih belum optimal dan merata. Kesiapan destinasi yang belum optimal tersebut antara lain terkait dengan : keterbatasan manajemen atau pengelolaan daya tarik wisata yang memiliki kelas dunia, keterbatasan aksesibilitas dan konektifitas ke destinasi wisata dan hub-hub regional, nasional maupun internasional, serta keterbatasan ketersediaan dan kualitas fasilitas pendukung wisata (amenitas). Hal ini juga tercermin dari angka indeks daya saing pariwisata Indonesia yang dikeluarkan ioleh WEF (2015) dengan skor yang relative rendah dari aspek infrastruktur pariwisata (tourism sevice infrastructure = 101; ground and port infrastructure = 77) serta dari aspek kesiapan ICT (skor 85). Perkembangan dan kesiapan destinasi pariwisata juga masih belum merata dan terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali. Wilayah-wilayah potensial lainnya seperti Sumatera (al : Toba, Nias), Kalimantan (al : Tanjung Putting, Derawan), Sulawesi (al : Toraja, Togean, Takabonerate, Wakatobi), Maluku (al : Ambon, Morotai, Ternate), Papua (al : Biak, Asmat, Cartenz) serta NTB (al : Tambora), dan NTT (al : Komodo, Kelimutu) cenderung masih tertinggal jauh perkembangannya, karena faktor infrastruktur dan ketersediaan fasilitas pendukung wisata. Investasi di bidang pariwisata relatif masih belum tumbuh di wilayah-wilayah potensial tersebut. 2) Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih Belum Optimal Keberhasilan pembangunan kepariwisataan juga sangat ditentukan oleh kesiapan dan dukungan masyarakat di destinasi pariwisata. Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata, namun tidak mampu berkembang baik dan cenderung stagnan karena masih terbatasnya dukungan dan kesiapan masyarakat sekitar. Terbatasnya pemahaman terhadap nilai manfaat pariwisata bagi masyarakat dan wilayah setempat seringkali memunculkan iklim yang kurang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan. Unsur-unsur SAPTA PESONA Pariwisata (aman, tertib, bersih, nyaman, indah, ramah dan kenangan) belum sepnuhnya 14

21 terwujud di destinasi-destinasi pariwisata, sehingga kondisi tersebut cenderung menciptakan persepsi yang kurang positif bagi wisatawan, karena merasa tidak nyaman dan aman dalam melakukan kunjungan wisatanya. b. PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industri pariwisata, antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal; (2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3) pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih belum optimal. 1) Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata Yang Masih Belum Optimal Salah satu aspek penting dalam perkembangan industri pariwisata adalah terciptanya sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang kuat di destinasi pariwisata. Kelemahan yang masih terjadi dalam pengembangan destinasi pariwisata menunjukkan, bahwa belum semua destinasi pariwisata didukung oleh operasi berbagai jenis usaha kepariwisataan dan sinergi yang baik dalam menciptakan produk dan layanan yang berkualitas bagi wisatawan. Sehingga di satu pihak kualitas industri pariwisata belum bisa berkembang optimal, dan disisi lain nilai manfaat ekonomi pariwisata juga belum mampu dikembangkan untuk menopang perekonomian daerah setempat. Belum terjadinya sistem operasi yang utuh pada struktur dan mata rantai usaha pariwisata (antara lain : transportasi, akomodasi, rumah makan, informasi wisata, pemanduan wisata, cinderamata, telekomunikasi, fasilitas umum lainnya) dan juga ketimpangan standar kualitas mata rantai usaha pariwisata akan menjadi faktor yang kritis terhadap keterjangkauan, kemudahan dan kenyamanan kunjungan wisatawan di destinasi pariwisata. 2) Daya Saing Produk Wisata Yang Masih Belum Optimal Daya saing produk wisata yang mencakup daya tarik wisata, fasilitas pariwisata dan aksesilibitas merupakan aspek yang strategis dalam meningkatkan kemampuan destinasi pariwisata untuk berkompetisi dengan destinasi pariwisata lainnya dalam memperebutkan potensi pasar wisatawan. Kondisi daya saing fasilitas pariwisata Indonesia saat ini relatif masih kurang, dibanding dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Daya saing usaha pariwisata Indonesia masih di bawah ketiga negara tersebut, di atas Philipina dan Brunei Darussalam namun bersaing dengan Vietnam. Tinggi rendahnya daya saing tersebut sangat bergantung pada standar usaha pariwisata dan standar kompetensi tenaga kerja usaha 15

22 pariwisata yang saat ini di Indonesia masih terus dalam proses pemantapan kelengkapan perangkat sertifikasi usaha dan pelaksanaan upaya sertifikasi di tingkat nasional maupun di daerah. 3) Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan oleh Kalangan Usaha Pariwisata Masih Belum Optimal Pengembangan tanggung jawab lingkungan usaha pariwisata, baik lingkungan sosial, alam maupun budaya agar tetap berkelanjutan berpotensi untuk mengembangkan jejaring usaha pariwisata berkelanjutan yang dapat meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia. Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah masih terbatasnya jumlah usaha pariwisata yang memiliki komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip berwawasan lingkungan, kurangnya insentif terhadap usaha pariwisata yang menerapkan prinsipprinsip pembangunan kepariwisataan berkelanjutan, serta kurangnya alokasi program CSR usaha pariwisata dan usaha non pariwisata untuk pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat lokal. c. PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan pemasaran pariwisata, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya kepariwisataan nasional, antara lain yaitu: (1) Kompetisi destinasi pariwisata regional dan pencitraan Pariwisata Indonesia yang belum optimal; (2) Strategi pemasaran yang belum komprehensif dan terpadu. 1) Kompetisi destinasi pariwisata regional dan terbatasnya pemahaman terhadap destinasi pariwisata Indonesia Potensi dan citra Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dan menyimpan asset kepariwisataan yang memiliki nilai daya tarik yang tinggi cenderung masih belum dikenal luas oleh masyarakat internasional/ pasar wisatawan dunia. Upaya membangun pencitraan Indonesia melalui branding pariwisata Indonesia (Wonderful Indonesia) masih belum terpublikasikan secara luas dan optimal pada berbagai negara pasar utama dan potensial pariwisata Indonesia, sehingga product awareness dari masyarakat (calon wisatawan) pada negara-negara pasar utama dan potensial terhadap produk dan destinasi pariwisata Indonesia masih lemah bila dibandingkan dengan negara-negara pesaing Indonesia. 16

23 Upaya promosi dan pencitraan pariwisata yang massif yang dilakukan oleh destinasi pesaing di tingkat regional (Malaysia, Thailand, Vietnam) perlu mendapat perhatian dan diimbangi dengan upaya promosi dan pencitraan pariwisata Indonesia yang lebih kuat dan taktis. 2) Strategi Pemasaran yang belum komprehensif dan terpadu Upaya meningkatkan pemahaman (awareness) pasar internasional terhadap Indonesia, yang bermuara pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia menuntut strategi komunikasi pemasaran yang efektif dan terpadu. Strategi pemasaran tersebut harus merupakan keterpaduan antara produk dan pasar, serta mencakup aspek-aspek pemasaran dan promosi yang utuh baik dari aspek produk, instrument promosi, lini distribusi maupun strategi harga; serta aspek target dan segmentasi pasar, dan pencitraan atau positioning melalui branding. Keutuhan pola pemasaran dan keterpaduan pengembangan dari sisi pasar dan produk/ destinasi pariwisata masih menjadi kendala utama untuk membangun pemasaran pariwisata yang efektif dan berdaya saing. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum optimal dimanfaatkan dalam mempromosikan destinasi pariwisata di dunia internasional, dikarenakan masih terbatasnya kesadaran dan kemampuan pemangku kepentingan pariwisata dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi tersebut dalam mendukung promosi pariwisata. d. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan Kelembagaan kepariwisataan, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi, antara lain yaitu : (1) masih terbatasnya organisasi yang membidangi kepariwisataan di daerah; (2) SDM Pariwisata dan Pengembangan pendidikan Tinggi Pariwisata yang masih terbatas; (3) koordinasi dan sinkronisasi pembangunan lintas regional dan sektor masih belum berjalan efektif. 1) Masih terbatasnya Organisasi yang Membidangi Kepariwisataan di Daerah Komitmen nasional untuk membangun sektor pariwisata sebagai sektor unggulan nasional, belum sepenuhnya terdukung oleh komitmen di tingkat daerah terkait dengan aspek organisasi atau institusi yang membidangi pembangunan kepariwisataan di daerah. 17

24 Desentralisasi yang juga menempatkan Pariwisata sebagai sektor pilihan, dan bukannya sebagai sektor strategis yang mampu memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan daerah maupun bagi kesejahteraan masyarakat, berdampak pada penguatan organisasi yang membidangi pembangunan kepariwisataan belum merata di berbagai daerah. Sebagai akibatnya koordinasi lintas daerah dalam penanganan terpadu asset kepariwisataan yang bersifat lintas wilayah-pun seringkali mengalami kendala dan hambatan. Disisi lain, lemahnya pemahaman tentang kepariwisataan, seringkali memposisikan Kepariwisataan sebagai sebagai sektor pelengkap yang tidak memiliki posisi strategis dalam struktur organisasi pembangunan di daerah. 2) SDM Pariwisata dan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang Masih Terbatas Peningkatan daya saing produk pariwisata Indonesia agar memiliki keunggulan banding dan keunggulan saing secara regional dan global harus diimbangi oleh ketersediaan SDM yang kompeten, yang tidak hanya berada pada tataran operasional atau tenaga teknis saja tetapi juga pada tataran akademisi, teknokrat, dan profesional. Pengembangan SDM Kepariwisataan dapat dilakukan dengan pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, bagi Aparatur, Pengusaha Industri Pariwisata, Karyawan pada Industri Pariwisata dan Masyarakat yang berada di kawasan pariwisata. Perkembangan Pariwisata Indonesia saat ini kurang diimbangi dengan pengembangan SDM bidang pariwisata. Pengembangan SDM bidang pariwisata meliputi aparatur, industri dan masyarakat. Hal ini berguna untuk menunjang pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Badan pengembangan Sumber Daya Pariwisata menyikapi tantangan tersebut dengan program antara lain melalui Pembekalan SDM bidang pariwisata terhadap aparatur/industri dan masyarakat; penyusunan dan review kurikulum serta melakukan Penyusunan modul pembekalan bidang pariwisata. Dengan akan diberlakukannya kesepekatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka tuntutan SDM yang kompeten dan mampu bersaing dengan SDM dari luar negeri akan semakin dipersyaratkan. Oleh sebab itu penyiapan SDM Pariwisata baik secara kuantitas dan kualitas harus didorong semaksimal mungkin. 3) Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Lintas Sektor dan Regional Yang Belum Efektif Karakter sektor pariwisata yang bersifat multi sektor, lintas wilayah (borderless) dan multi stakeholders menuntut fungsi koordinasi dan sinergi pengembangan yang efektif baik secara horizontal antar kementerian dan 18

25 lembaga terkait, serta segenap pemangku kepentingan pariwisata (pemerintah, swasta, dan masyarakat), maupun secara vertical antara pemerintah Pusat dan daerah. Persoalan koordinasi dan sinergi pembangunan masih menjadi kendala serius dalam melakukan akselerasi pembangunan kepariwisataan, karena factor ego sektoral ataupun ego wilayah yang belum mampu melihat kepentingan dan nilai manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang. 19

26 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA Borobudur - Jawa indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

27 2 PERENCANAAN B A B & PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Visi dan Misi Kementerian Pariwisata dalam menunjang pembangunan nasional dan kehidupan bangsa dijabarkan sebagai berikut : VISI Visi Pembangunan Kementerian Pariwisata, menggunakan pijakan Visi Presiden Republik Indonesia periode , yaitu: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG Berdasarkan visi tersebut, Presiden Republik Indonesia periode merumuskan misi yang dikerucutkan ke dalam 9 agenda prioritas Pemerintah yang disebut NAWACITA. Di dalamnya, terkandung agenda prioritas pemerintah Republik Indonesia yang terkait pada pariwisata, adalah agenda prioritas butir keenam yakni: MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL SEHINGGA BANGSA INDONESIA DAPAT MAJU DAN BANGKIT BERSAMA BANGSA-BANGSA ASIA LAINNYA Dalam rangka meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan potensi yang belum dikelola dengan baik serta pengembangan pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional, sekaligus memberi peluang besar untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pariwisata akan meningkatkan daya saing Indonesia, dengan memanfaatkan potensi yang selama ini belum dikelola optimal, 20

28 salah satunya adalah potensi maritim, semata-mata untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. MISI KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan agenda prioritas tersebut, disusunlah empat misi Kementerian Pariwisata yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata No. 29 Tahun 2015 tentang Renstra Kementerian Pariwisata, dengan mengadaptasi 4 (empat) pilar pembangunan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Kementerian Pariwisata adalah: 1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan mewujudkan masyarakat yang mandiri; 2. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; 3. Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar Internasional;dan 4. Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan. TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan Visi Misi Kementerian Pariwisata , maka dirumuskan tujuan Kementerian Pariwisata yaitu: 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional ; 2. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya; 3. Memaksimalkan produktivitas kinerja pemasaran pariwisata dengan dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif 21

29 4. Mewujudkan kelembagaan kepariwisataan yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas maksimal. SASARAN KEMENTERIAN PARIWISATA Dalam mengembangkan pariwisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memiliki 11 sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatan yang akan dilakukan pada periode Setiap sasaran strategis Kemenpar memiliki indikator kinerja serta target yang harus dicapai setiap tahunnya sebagai ukuran kinerja dari Kemenpar yang diuraikan sebagai berikut : Tabel 2.1. Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun SASARAN KEMENTERIAN 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 4 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi 5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) UNIT KERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA MANCANEGARA 22

30 SASARAN KEMENTERIAN 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa INDIKATOR KINERJA UTAMA 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) UNIT KERJA 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi (RB) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN B. PENETAPAN DAN PERJANJIAN KINERJA Tahun 2015 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Kementerian Pariwisata secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 yang merupakan proses Perencanaan Kinerja. Penyusunan Rencana Kerja tersebut dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2015 ditetapkan maka disusunlah 23

31 Perjanjian Kinerja 2015 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2015, antara lain: 1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata 2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya 3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah. 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata 5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment). Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Perjanjian Kinerja Kementerian Tahun 2015 disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 INDIKATOR KINERJA SASARAN KEMENTERIAN TARGET UNIT KERJA UTAMA 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 4 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi 27 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA

32 SASARAN KEMENTERIAN 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi (RB) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) TARGET UNIT KERJA 4 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA MANCANEGARA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA 17,500 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN 1,750 70% WDP A SEKRETARIAT KEMENTERIAN 25

33 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Danau Toba - Sumatera indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

34 A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Sasaran Strategis Kemenpar B A B AKUNTABILITAS KINERJA Kementerian Pariwisata telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor KM.125/UM.001/MP/2015 tanggal 15 Desember Indikator Kinerja Utama tersebut digunakan sebagai ukuran keberhasilan/kegagalan dalam penyusunan perencanaan, penganggaran kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata. Berdasarkan Indikator Kinerja Utama di atas, realisasi capaian sasaran strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 26

35 Tabel 3.1. Realisasi Target Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015 REALISASI CAPAIAN (%) 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) ,6 2, ,3 12,16* 107,6 4 4,23 105, ,41 100, ,2 27

36 SASARAN KEMENTERIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015 REALISASI CAPAIAN (%) 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi RB (Presentase) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) ,05 100,01 191,25 224, ,500 17, ,750 1, % 64,47% 92,10 WDP Masih dalam proses Audit BPK A BB - - Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun Rp ,- Capaian dan Analisis Kinerja 2015 Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2015, Kementerian Pariwisata telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata, berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan. 28

37 MENINGKA TNYA KUA LITAS DA N KUANT ITAS DESTINASI PARIWISATA 1 MENINGKATNYA KUALITAS DAN KUANTITAS DESTINASI PARIWISATA Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, melalui: (1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata yang diukur dengan indikator jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem, jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan, jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat, merupakan sasaran dan indikator baru di tahun pertama Renstra Kementerian Pariwisata Tahun , sehingga belum ada sasaran dan indikator pembanding pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun capaian dari masingmasing indikator dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini. a. Jumlah Daerah Yang Difasilitasi untuk Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi pariwisata adalah hal penting dalam upaya peningkatan daya saing. Semakin banyak destinasi pariwisata yang memiliki infrastruktur (akses, amenitas, sarana dan prasarana) yang berkualitas, memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut: 29

38 Tabel 3.2. Realisasi Jumlah Daerah yang difasilitasi untuk Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (Provinsi) Dari tabel capaian Indikator Kinerja di atas, dapat dilihat pada tahun 2015 dari target 27 provinsi telah tercapai sebanyak 28 provinsi yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata atau melampaui target yang ditentukan. Kegiatan pengembangan aksesibilitas di destinasi pariwisata melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait pada tahun 2015 menjadi kegiatan prioritas janji presiden/wakil presiden yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP) setiap 3 bulan, dengan hasil evaluasi dan capaian untuk Kementerian Pariwisata pada periode B-06 : 100% (hijau), B-09 : 100% (hijau), dan B-12 : 100% (hijau) Walaupun indikator yang diukur berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah : Peningkatan Ekonomi di Banyuwangi, Jawa Timur Adanya pengembangan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur melalui koordinasi dan dukungan dari Kementerian Perhubungan telah memberikan dampak pada peningkatan jumlah penumpang, peningkatan jumlah wisatawan, yang kemudian memberikan dampak ekonomi yang positif kepada masyarakat, diantaranya adalah meningkatnya pendapatan per kapita. Peningkatan jumlah penumpang dapat dilihat pada tabel berikut : Sumber : Pemda Banyuwangi,

39 Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dalam periode tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Wisatawan Peningkatan Nusantara % Mancanegara % Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015 (hasil verifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata) Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan per kapita di Banyuwangi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita di Banyuwangi mengalami peningkatan sebesar 229% selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sebesar Rp 14,7juta (per tahun) menjadi Rp 33,7 juta (per tahun) pada tahun Hal tersebut dapat dilihat pada grafik berikut : 1) Peningkatan Minat Investasi Grafik 3.1 Pendapatan Per Kapita Banyuwangi Badan Koordinasi Penanaman Modal menyatakan minat investasi untuk sektor pariwisata dan Kawasan Ekonomi Khusus mengalami peningkatan hingga 102,89 persen pada periode Oktober 2014 hingga Juni Sepanjang periode Oktober 2014 Juni 2015, minat investasi melalui pengajuan izin prinsip untuk sektor pariwisata dan kawasan sebesar Rp 168,9 triliun, atau naik 102,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 83,24 triliun. Adanya dukungan pengembangan infrastruktur di KEK Mandalika di Nusa Tenggara Barat dan KEK Tanjung Lesung di Banten ikut memberikan peran dalam peningkatan minat untuk berinvestasi di bidang pariwisata pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. 31

40 2) Tercapainya Target Prioritas Presiden Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU-PR) pada tahun 2015 merupakan kegiatan prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil Presiden. Janji Presiden/Wakil Presiden tersebut dalam implementasinya oleh Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab, dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi yang dilakukan periodik setiap 3 bulan telah tercapai hasil positif untuk Kementerian Pariwisata pada periode B-06: 100% (hijau), B-09 : 100% (hijau), dan B-12 : 100% (hijau). Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah daerah yang difasilitasi pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata antara lain: a) Dukungan Amenitas di 28 provinsi Untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan memberikan dukungan amenitas melalui Tugas Pembantuan berupa pembangunan fasilitas pariwisata yang dilakukan di 28 Provinsi. Adapun jenis fasilitas pariwisata yang dapat dibangun oleh penerima Tugas Pembantuan antara lain: (1) Fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, dan pusat informasi pariwisata (tourism information center), dan e-tourism kiosk; (2) Pembangunan dan penataan kawasan pariwisata: aula kesenian, kios cinderamata, kios kaki lima, panggung terbuka, rest area, stand jajanan/kuliner, gazebo. (3) Penunjuk arah/papan informasi wisata/rambu lalu lintas wisata (tourism sign and posting) b) Peningkatan Aksesibilitas di KSPN prioritas Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata merupakan salah satu janji Presiden pada tahun untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang berdaya saing. Pada tahun 2015 telah tercapai dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan infrastruktur di 25 KSPN, diantaranya sebagai berikut: (1) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas bandara, (b)pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN, (c) Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan. 32

41 (2) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN sepanjang 460,29 Km, (b) Pengembangan kawasan pemukiman, sistem penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA. Kegiatan pengembangan aksesibilitas di destinasi pariwisata melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU-PR) pada tahun 2015 menjadi kegiatan prioritas yang terus dimonitor oleh Kantor Staf Presiden (KSP). b. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam dan Buatan Menurut data dari Passenger Exit Survey (PES) tahun 2014, kontribusi wisatawan terbesar pada destinasi wisata budaya (wisata warisan budaya dan sejarah, belanja dan kuliner, kota dan desa) yaitu sebesar 60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata, petualangan) yaitu sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga, kawasan terintegrasi) sebesar 5%. Terkait dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata melakukan upaya pengembangan destinasi pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk destinasi tersebut yaitu destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan adalah sebagai berikut : Tabel 3.3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata Budaya, Alam dan Buatan NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) Dari tabel di atas dapat dilihat dari target sebanyak 15 lokasi KSPN yang difasilitasi terkait peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan, telah tercapai sebanyak 16 lokasi yaitu (1) Weh, Prov. Aceh (2) Toba, Prov. Sumatera Utara, (3) Pangandaran, Prov. Jawa Barat, (4) Kota Tua, Prov DKI Jakarta (5) Borobudur, Prov Jawa Tengah (6) Bromo Tengger Semeru, Prov. Jawa Timur (7) Sanur, Prov. Bali (8) Batur, Prov. Bali (9) Rinjani, Prov. NTB (10) Flores, Prov. NTT (11) Tanjung Puting, 33

42 Prov. Kalimantan Tengah (12) Bunaken, Prov. Sulawesi Utara (13) Toraja, Prov. Sulawesi Selatan (14) Wakatobi, Prov. Sulawesi Tenggara, (15) Derawan, Prov. Kalimantan Timur dan (16) Raja Ampat, Prov. Papua Barat dengan capaian sebesar 107%. Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam dan buatan di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah : 1) World Halal Travel Awards Pada tahun 2015, Indonesia mendapatkan penghargaan World Halal Travel Summit dalam kategori World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination untuk Lombok, mengalahkan pesaing terberat yaitu Malaysia dan Turki. Gambar 3.1 Penyerahan Penghargaan World s Best Halal Tourism Destination Gambar 3.2 Awards World s Best Halal Tourism Destination 2) UNWTO Award for Innovation in Public Policy Dalam penghargaan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Awards ke- 12 di Madrid - Spanyol, Banyuwangi menghasilkan capaian yang sangat positif bagi pariwisata di Indonesia, yaitu menjadi pemenang dalam UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola, sukses mengalahkan pesaingnya seperti Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico. 34

43 Pemerintah Banyuwangi dengan berbagai potensi wisata yang dimilikinya, dinilai mampu menjaga kearifan lokal dalam pengembangan pariwisata bersama para pemangku kepentingan pariwisata setempat. Gambar 3.3 Penyerahan Penghargaan UNWTO Award Gambar 3.4 UNWTO Award for Innovation in Public Policy 3) Gunung Sewu dalam Global Geopark Network UNESCO Gunung Sewu yang merupakan kawasan karst istimewa di Jawa, dan berada di 3 provinsi yaitu DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur telah resmi menjadi anggota Global Geoparks Network (GGN) UNESCO pada tanggal 19 September 2015 pada acara Asia Pasific Geoparks Network San iin Kaigan Symposium yang berlangsung di Jepang. 4) World Best Snorkeling Destination Raja Ampat di Papua Barat dan Taman Nasional Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur dinobatkan sebagai destinasi snorkeling terbaik dunia atau World s Best Snorkeling Destination berdasarkan survei CNN pada tahun Adanya pengakuan dan publikasi dari media internasional merupakan capaian yang positif untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke Raja Ampat dan Pulau Komodo sebagai destinasi bahari berkualitas di Indonesia. Gambar 3.5 Raja Ampat 35

44 5) Kemudahan Wisatawan Asing ke Indonesia Koordinasi dan sinergi lintas sektor telah dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia melalui pengembangan wisata bahari. Dalam upaya tersebut telah dihasilkan performansi positif berupa regulasi yaitu Perpres Nomor 105 Tahun 2015 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia dan Perpres Nomor 104 Tentang Bebas Visa Kunjungan yang memberikan kemudahan bagi wisatawan asing/kapal wisata asing (yacht)/kapal pesiar asing (cruise) untuk berkunjung ke Indonesia. Layanan kemudahannya antara lain adalah penghapusan Clearance Approval for Indonesia Territory (CAIT) yang selama ini dianggap menjadi penghambat bagi kapal wisata. TEROBOSAN TOKOH UTAMA UNTUK PARIWISATA Beberapa terobosan terkait deregulasi kebijakan juga dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, selaku tokoh nomor satu di Indonesia, guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Perpres No. 105 Tahun 2015 tentang kunjungan kapal wisata (yacht) asing ke Indonesia. Perpres ini antara lain menghapus ketentuan CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory). Gambar 3.6 Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Jumlah kunjungan yacht (kapal wisata) asing diproyeksikan meningkat dari 750 kapal wisata (2014) menjadi 5000 kapal wisata (2019), dengan penerimaan devisa sebesar USD 500 juta. Permenhub No. 121 Tahun 2015 tentang Pemberian Kemudahan Bagi Wisatawan dengan Menggunakan Kapal Pesiar (Cruise ship) Berbendera Asing, yang mengatur embarkasi dan/atau debarkasi wisatawan di 5 pelabuhan Indonesia. Jumlah kunjungan kapal pesiar asing diproyeksikan akan meningkat dari 400 (2014) menjadi 1000 kapal pesiar (2019), dengan perolehan devisa sebesar USD 300 juta. Gambar 3.7 Kapal Wisata Tradisional 36

45 Perpres No. 104 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan (BVK), jumlah negara penerima BVK bertambah menjadi 90 negara. Tahun 2016, kunjungan wisman bebas visa kunjungan (BVK) diproyeksikan meningkat sebanyak 1 juta dengan perolehan devisa sebesar USD 1 miliar. Adapun Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan yaitu : 1) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya Untuk mengembangkan destinasi wisata budaya dilakukan fasilitasi pada destinasi wisata sejarah dan religi, destinasi wisata perdesaan dan perkotaan, destinasi wisata tradisi dan seni budaya. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain Launching Jalur Samudera Chengho, pengembangan wisata ziarah Walisongo. 2) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata alam dan buatan Gambar 3.8 Menteri Pariwisata dalam Launching Jalur Samudera Chengho Fasilitasi pengembangan destinasi wisata alam dan buatan antara lain meliputi identifikasi/pemetaan potensi pariwisata, focus group discussion, workshop, bimtek, koordinasi dalam rangka pengembangan percontohan/model destinasi wisata alam dan buatan serta penyusunan rencana aksi pada destinasi wisata bahari, destinasi ekowisata dan petualangan, destinasi wisata konvensi, olahraga dan rekreasi, serta destinasi wisata kawasan terpadu. c. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Peningkatan kualitas destinasi pariwisata salah satunya dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu 37

46 dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal. Tata Kelola Destinasi Pariwisata/Destination Management Organization (DMO) mencakup pengelolaan Destinasi (pembangunan 6 pilar destinasi : perwilayahan, aksesibilitas, daya tarik wisata, amenitas, pemberdayaan masyarakat, dan investasi) dengan Management (financial, operational, marketing, human resources, innovation) dan Organisasi yang terstruktur. Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.4. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) Pada tahun 2015 telah dilakukan program pengembangan tata kelola destinasi pariwisata melalui Destination Management Organization (DMO) di 16 lokasi prioritas yaitu Sabang, Danau Toba. Kota Tua Jakarta, Tanjung Puting, Pangandaran, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Danau Batur, Rinjani, Flores, Wakatobi, Derawan, Toraja, Bunaken, Raja Ampat, Sanur, dan 9 lokasi baru yaitu Muaro Jambi, Palembang Kota, Kepulauan Seribu, Menjangan - Pemuteran, Sentarum, Bangka Belitung, Nias, Maluku Utara, dan Pulau Komodo, sehingga pada tahun 2015 ini telah tercapai fasilitasi di 25 lokasi. Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster DMO memberikan peranan yang strategis terhadap pembangunan kepariwisataan, salah satunya adanya peningkatan jumlah kunjungan. Hal tersebut dapat terlihat dalam gambar di bawah ini: 38

47 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun Grafik 3.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun Dari gambar grafik di atas terlihat peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yakni sebesar 152%. Berikut tabel detail jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di 16 cluster : Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun NO KLUSTER WISMAN WISNUS TOTAL WISMAN WISNUS TOTAL 1. DMO Batur 447, , , , , , DMO Borobudur 254,082 3,182,738 3,436, ,494 3,885,443 4,131, DMO BTS 23, , ,615 16, , , DMO Bunaken 5. DMO Derawan 34, , ,458 40,205 1,073,136 1,113,341 10,728 77,574 88,302 2,872 53,141 56, DMO Flores 80,273 55, ,381 12,633 50,324 62, DMO Kota Tua Jakarta 116, , ,735 41,761 1,241,504 1,283, DMO 5, , ,095 31,775 3,089,055 3,120,830 39

48 NO KLUSTER Pangandaran WISMAN WISNUS TOTAL WISMAN WISNUS TOTAL 9. DMO Raja Ampat 10,427 2,961 13,388 6,674 1,401 8, DMO Rinjani 15,827 26,364 42,191 25,733 67,706 93, DMO Sabang 3, , ,556 5, , , DMO Sanur*** 13. DMO Tanjung Puting 154, , ,340 4,001,654 5,263,766 9,265,420 10,986 5,703 16,689 9,576 2,577 12, DMO Toba 30, , , , , DMO Toraja 61, , ,816 40,312 84,545 40, DMO Wakatobi 9,704 4,568 14,272 8,854 9,194 18,048 TOTAL 1,268,411 7,086,701 8,355,114 5,028,877 16,017,571 21,046,448 Sumber :Kemenpar, 2015 Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu sebagai berikut : 1. Penguatan dan Penataan Organisasi Pengelolaan Destinasi Fokus utama dalam tahapan penguatan dan penataan organisasi pengelolaan destinasi adalah terbentuknya Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) di 16 lokasi. FTKP terdiri dari berbagai stakeholder terkait dalam pengembangan pariwisata, yaitu SKPD terkait pariwisata, industri, dan masyarakat. Hingga tahun 2015 telah terbentuk FTKP yaitu FTKP Sabang, FTKP Bunaken, FTKP Toba, FTKP Kota Tua, FTKP Wakatobi, FTKP Toraja, FTKP Bromo Tengger Semeru, FTKP Batur, FTKP Sanur, FTKP Rinjani, FTKP Raja Ampat. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting, convergence meeting, workshop dan dukungan peningkatan tata kelola destinasi pariwisata. Hasil kegiatan tesebut adalah adanya identifikasi, rekomendasi dan komitmen terkait pengembangan destinasi pariwisata di masing-masing cluster yang dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. 40

49 2. Sosialiasi program tata kelola destinasi pariwisata dan pembentukan Kelompok Kerja Lokal atau Local Working Group (LWG) Langkah-langkah strategis yang telah dilakukan di tahapan awal pengembangan 9 lokasi DMO baru yaitu melalui Stakeholder s Mapping, Baseline Assessment, serta Penanaman Ownership dan Involvement untuk menghasilkan kesadaran para pemangku kepentingan. d. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dalam strategi pengembangan destinasi pariwisata. Masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam pariwisata. Masyarakat merupakan tuan rumah bagi wisatawan yang berkunjung ke daerahnya. Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi kegiatan peningkatan sadar wisata dan potensi usaha masyarakat di bidang pariwisata. Realisasi capaian jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat yaitu: Tabel 3.6. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (Provinsi) Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa dari target 34 provinsi telah tercapai fasilitasi di bidang pemberdayaan masyarakat sebesar 100% yakni di 34 provinsi. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas destinasi pariwisata yang pada akhirnya memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat. Salah satu capaian penting pada tahun 2015 adalah dengan diperolehnya penghargaan oleh 5 homestay Indonesia (Homestay Sudirman12 Bangka Belitung, Homestay Oma Sumatera Barat, Homestay Acacia - Jawa Tengah, Homestay Omah Tembi DIY, Homestay Panglipuran Bali) pada acara ASEAN Homestay Award yang merupakan rangkaian kegiatan ASEAN Tourism Forum di Manila pada awal Januari Homestay tersebut sekaligus merupakan peringkat pemenang terbaik dalam kegiatan Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata tahun Gambar 3.9 Penerima awards bersama Menteri Pariwisata pada saat Penyerahan Penghargaan ASEANTA Award 41

50 MENINGKA TNYA INVESTASI D I SEKT OR PARIWISATA Adapun program/ kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya fasilitasi pemberdayaan masyarakat antara lain sebagai berikut : 1. Peningkatan Sadar Wisata Peningkatan sadar wisata dilakukan di 34 provinsi di Indonesia melalui kegiatan kampanye sadar wisata, sosialisasi sadar wisata, bimbingan teknis sadar wisata dan Sapta Pesona, gerakan sadar wisata dan aksi Sapta Pesona, serta apresiasi sadar wisata dan Sapta Pesona. 2. Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata Kegiatan Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata meliputi Identifikasi Potensi Usaha Masyarakat, Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat, serta Dukungan Peningkatan Kualitas Usaha Masyarakat, serta Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata. Dalam mencapai sasaran Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata terdapat beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Kementerian Pariwisata tidak dapat melakukan intervensi penuh dalam pembangunan pariwisata di destinasi yang perwilayahannya di bawah Kementerian/Lembaga lain, misal : Taman Nasional yang berada di bawah Kementerian Kehutanan 2. Tidak semua daerah menjadikan pariwisata dalam prioritas pembangunan di daerahnya, sehingga peran aktif dalam pengembangan destinasi wisata oleh Pemerintah Daerah dinilai masih kurang maksimal Namun, untuk menghadapi permasalahan tersebut telah dilakukan upaya antara lain : 1. Melakukan perjanjian kerjasama dengan Kementerian/Lembaga terkait, misal terkait pengembangan destinasi wisata di kawasan Taman Nasional dengan Kementerian Kehutanan 2. Meningkatkan koordinasi dan sinergi lintas sektor, baik antar pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga swasta. 42

51 2 MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA Investasi merupakan salah satu dari 6 pilar pengembangan destinasi pariwisata. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata menjadi salah satu faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur. Realisasi kontribusi investasi di sektor pariwisata terhadap total investasi nasional tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.7. Kontribusi Investasi di Sektor Pariwisata terhadap Total Investasi Nasional NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 5 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) * Data BKPM Q Dari tabel di atas dapat terlihat realisasi persentase kontribusi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional adalah sebesar 2.4%. Jika dibandingkan dengan target sebesar 3.6%, nilai capaiannya adalah sebesar 67%. Berdasarkan pada data realisasi investasi tahun 2015, nilai investasi nasional adalah sebesar US$ dan nilai investasi bidang pariwisata sebesar US$ 1.048,66. Nilai investasi pariwisata tersebut telah memberikan kontribusi terhadap total investasi nasional sebesar 2,4%. Berikut ini adalah tabel nilai realisasi investasi pada tahun 2015 : Tabel 3.8. Nilai Realisasi Investasi Pariwisata Tahun Realisasi Investasi * Total Investasi Bidang Pariwisata 1.048,66 Total Investasi Nasional * PMA dan PMDN dalam Juta US$ Sumber : BKPM, 2015 Adapun perbandingan capaian nilai realisasi investasi bidang pariwisata terhadap investasi nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini : 43

52 Tabel 3.9. Perbandingan capaian nilai realisasi investasi bidang pariwisata ( ) No Investasi 2013 % Kontribusi 2014 % Kontribusi 2015 % Kontribusi 1 Bidang Pariwisata PMA 462, ,91 732,46 PMDN 140, ,29 316,20 Total PMA & PMDN 602,700 1,63 939,20 2, ,66 2,4 Pertumbuhan 56% 11.65% 2 Nasional PMA , , PMDN , , Total PMA & PMDN , , Pertumbuhan 16% 1% Sumber : BKPM, * Data realisasi investasi pariwisata 2013 dihitung dari 8 jenis usaha pariwisata, sedangkan tahun 2014 & 2015 dihitung dari 18 jenis usaha pariwisata Dari tabel di atas dapat terlihat nilai realisasi investasi sektor pariwisata pada tahun 2015 sebesar US$ 1.048,66 dan nilai total investasi nasional sebesar US$ Nilai realisasi investasi pariwisata tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2015 adalah sebesar 11.65% jika dibandingkan dengan tahun Jika dikaitkan dengan perbandingan capaian kontribusi investasi pariwisata terhadap total investasi nasional pada Indikator Kinerja Utama pada tahun , nllai capaiannya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini: 44

53 Tabel Perbandingan capaian kontribusi investasi bidang pariwisata terhadap total investasi nasional ( ) INDIKATOR KINERJA UTAMA REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase) 2, ,63 35 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa realisasi kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional pada tahun 2015 sebesar 2.4% meningkat sebesar 10% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar 2.18% pada tahun 2014 dan realisasi pada tahun 2015 meningkat sebesar 47% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar 1.63% pada 2 tahun sebelumnya yaitu tahun Secara umum, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), peningkatan investasi di Indonesia pada tahun 2015 disebabkan antara lain oleh adanya berbagai paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor, termasuk fasilitasi atas permasalahan yang dihadapi investor. Selain itu, terkait dengan sektor pariwisata, melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI Pemerintah berkomitmen untuk mempermudah investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Insentif dan kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan Properti Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak dapat terlepas dari adanya komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang pariwisata sesuai dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas), pendanaan yang konsisten terhadap pengembangan investasi pariwisata, dukungan dari berbagai pihak (Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan stakeholder terkait), serta ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 untuk mendukung sasaran meningkatkan investasi di sektor pariwisata adalah sebagai berikut : 45

54 1. Penyusunan Proposal Investasi Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi potensi investasi pariwisata untuk selanjutnya dapat dilakukan promosi investasi baik dengan melakukan penyebaran informasi maupun melalui pertemuan-pertemuan bisnis dengan potensial investor baik dalam maupun luar negeri. Dengan adanya proposal Investasi dapat tersedia informasi peluang investasi di Destinasi Pariwisata dan dapat mendorong daerah yang memiliki potensi investasi untuk berkembang. Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah lokasi sebanyak 3 tempat, tahun 2013 sebanyak 4 tempat, dan tahun 2014 sebanyak 6 tempat. Pada tahun 2015 telah tersusun proposal investasi pada 16 Kabupaten/Kota di 55 lokasi potensial investasi. Proposal-proposal investasi tersebut telah berhasil menarik minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di bidang pariwisata (hotel, resort, marina) antara lain di Wakatobi, Maluku Tenggara Barat, Sabang, dan Lombok Barat. 2. Promosi Investasi Pariwisata Promosi investasi pariwisata bertujuan untuk meningkatkan awareness calon investor pada sektor pariwisata baik investor dalam negeri maupun luar negeri. Dengan adanya promosi investasi dapat membantu penyebaran informasi terkait potensi sebuah destinasi pariwisata dan peluang-peluang investasi di dalamnya. Pada tahun 2015 telah dilakukan promosi investasi pariwisata melalui pertemuan bisnis di Dubai, Bali, Milan, Hongkong, serta event investasi pariwisata THINC di Bali. NO KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN HASIL 1 Pertemuan Bisnis dengan Investor Timur Tengah 2 Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC) 3 Pertemuan Bisnis dalam acara Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC) Dubai 3 6 Mei 2015 Tindak lanjut rencana investasi di KEK Mandalika dan KEK Tanjung Lesung Bali 2 3 September 2015 Bali 2 September 2015 Kawasan Potensi Investasi (KPI) menjadi Kawasan Siap Investasi (KSI) di Sabang oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) 5 investor menyatakan ketertarikannya menanamkan modal di bidang pariwisata di Indonesia, rencana site visit di lokasi potensi investasi 46

55 NO KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN HASIL 4 Partisipasi dalam Indonesia Investment Day Milan 7 September 2015 Rencana pertemuan bisnis dan mendatangkan investor Italia ke Indonesia untuk melihat potensi investasi pariwisata 5 Pertemuan Bisnis dalam Rangka Pengembangan Wisata Bahari Hongkong 9 Desember 2015 Investasi Meridian Capital untuk membangun marina dan fasilitas pendukungnya, hotel, resort dan pusat aktivitas bahari di Raja Ampat \ Gambar 3.10 Pertemuan Bisnis di Hongkong. Permasalahan Dalam upaya mencapai sasaran meningkatnya investasi di sektor pariwisata terdapat kendala yang dihadapi, diantaranya adalah: (1) Ketidakyakinan investor asing terhadap jaminan infrastruktur di destinasi pariwisata; (2) Adanya permasalahan lahan yang tidak clean & clear dalam proposal investasi. (3) Kesalahpahaman Pemerintah Daerah terhadap implementasi dalam promosi investasi, serta (4) Adanya keluhan dari investor terkait peraturan yang tumpang tindih antar instansi pemerintah. Upaya yang dilakukan Untuk mengatasi permasalah tersebut, telah dilakukan upaya antara lain: (1) Mendorong pertemuan bisnis dengan investor untuk meyakinkan adanya perkembangan terkait dukungan pembangunan infrastruktur di destinasi pariwisata yang memiliki potensi investasi; (2) Dalam penyusunan proposal investasi mengutamakan lahan milik Pemda atau lahan milik private yang sudah jelas kepemilikannya; (3) Meningkatkan koordinasi dan sosialisasi dengan Pemerintah Daerah terkait penyusunan proposal investasi dan promosi investasi. Serta (4) Adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk memberikan kemudahan berinvestasi. 47

56 MENINGKA TNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAA N TERHADA P PENYERAPA N TENAGA KERJA NASIONA L 3 MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL Pariwisata merupakan sektor yang memberikan dampak yang luas bagi sektor-sektor lainnya, termasuk terhadap penyerapan tenaga kerja baik itu tenaga kerja langsung (direct), tenaga kerja tidak langsung (indirect), maupun tenaga kerja ikutan (induce) di sektor pariwisata. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (tenaga kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan). Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional diukur dengan indikator kinerja utama Jumlah Tenaga Kerja Langsung, Tidak Langsung dan Ikutan Sektor Pariwisata. Adapun realisasi Indikator tersebut adalah sebagai berikut : Tabel Jumlah Tenaga Kerja Langsung, Tidak Langsung Dan Ikutan Sektor Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 11,3 12,16* 107,6 *angka estimasi Capaian indikator jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata di tahun 2015 melebihi target yang ditetapkan, dari target 11,3 juta orang tercapai sebesar 12,16 juta orang atau sebesar 107,6 %. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, capaian jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata terus mengalami kenaikan. Perbandingan capaian dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : 48

57 Tabel Perbandingan Capaian Jumlah Tenaga Kerja Langsung, Tidak Langsung dan Ikutan Sektor Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN REALISASI REALISASI REALISASI (%) (%) (%) Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 12,16 107,6 10,32 118,03 9,61 115,09 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi pada tahun 2015 sebesar juta orang meningkat sebesar 11.16% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 sebesar juta orang dan realisasi pada tahun 2014 meningkat sebesar 9.32% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 9.61 juta orang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata antara lain disebabkan oleh : 1. Kemudahan Investasi Pemerintah telah berkomitmen mempermudah investasi pariwisata, khususnya pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Kemudahan investasi ditetapkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI. Insentif dan kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan Properti Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan. Nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2015 tercatat mencapai angka US$ 1.048,66 Juta. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi investasi pariwisata tahun 2014 yang mencapai angka US$ 939,20 Juta. Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata, dapat meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja memberikan dampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. 49

58 2. Meningkatnya jumlah akomodasi Hotel merupakan salah satu dalam 56 jenis usaha pariwisata. Perkembangan hotel dan akomodasi menjadi hal penting dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam beberapa tahun ini, jumlah hotel berbintang dan akomodasi lainnya mengalami pertumbuhan signifikan seiring dengan peningkatan investasi pada usaha akomodasi. Peningkatan akomodasi terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel Perbandingan Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun 2010 s.d 2015 TAHUN HOTEL BERBINTANG AKOMODASI LAINNYA Total Sumber : BPS.go.id, 2015 Meningkatnya jumlah hotel dan akomodasi lainnya memberikan dampak terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2015, rata-rata pekerja di setiap usaha hotel berbintang mampu menyerap sebanyak 92,3 orang dan pada usaha akomodasi lainnya sebanyak 8.1 orang. Adapun kegiatan untuk mendukung keberhasilan terhadap pencapaian jumlah tenaga kerja langsung, tak langsung dan ikutan pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Penyusunan standar usaha pariwisata Tenaga kerja di bidang pariwisata tidak dapat dilepaskan dari usaha pariwisata. Sesuai amanat Undang-Undang Kepariwisataan nomor 10 tahun 2009, telah ditetapkan 13 jenis bidang usaha pariwisata. Untuk meningkatkan kualitas industri pariwisata, pada tahun 2014 telah ditetapkan 28 standar usaha pariwisata melalui Peraturan Menteri dan pada tahun 2015 telah diselesaikan 28 (dua puluh delapan) rancangan standar usaha pariwisata, diantaranya 7 (tujuh) rancangan standar usaha telah ditetapkan menjadi Permen Pariwisata, yaitu : Wisata Memancing (Permen Pariwisata no 19 tahun 2015), Pramuwisata (Permen Pariwisata no 13 tahun 2015), Sanggar Seni 50

59 INGKATNYA KONTRIBUS I PARIWISATA TERHADA P PROD UK DOMESTIK BRUT O (PD B) NASIONA L (Permen Pariwisata no 21 tahun 2015). Lapangan Tenis (Permen Pariwisata no 18 tahun 2015, Gelanggang Renang (Permen Pariwisata no 16 tahun 2015), Panti Pijat (Permen Pariwisata no 20 tahun 2015), dan gedung Pertunjukan Seni (Permen Pariwisata no 17 tahun 2015). 2. Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi Peningkatan usaha pariwisata yang memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja tidak dapat terlepas dari peran serta peningkatan investasi pariwisata. Upaya untuk mendorong peningkatan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri terhadap usaha pariwisata dilakukan melalui penyusunan proposal investasi di lokasi-lokasi yang memiliki potensi investasi serta melalui promosi investasi, baik dalam negeri maupun luar negeri. 3. Pemberdayaan masyarakat di bidang Pariwisata Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata secara tidak langsung mendorong tumbuhnya lapangan pekerjaan baru di bidnag pariwisata yang mencakup 13 bidang usaha pariwisata. Kegiatan yang dilakukan antara lain : Peningkatan sadar wisata melalui sosialisasi sadar wisata dan gerakan sadar wisata dan aksi sapta pesona Pengembangan potensi usaha masyarakat di bidnag pariwisata melalui peningkatan kapasitas masyarakat pelaku usaha pariwisata 4. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata (Destination Management Organisation = DMO) Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja antara lain melalui peningkatan kualitas tata kelola destinais pariwisata yang dilakukan di 25 kluster prioritas. Bentuk kegiatan antara lain adalah : stakeholder meeting yang mempertemukan segenap pemangku kepentingan pariwisata yaitu unsur Pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku usaha pariwisata serta masyarakat; serta peningkatan kapasitas SDM. 51

60 4 MENINGKATNYA KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) NASIONAL Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh Kementerian Pariwisata bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata. Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan Kementerian Pariwisata terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas. Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel Target dan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (Persentase) 4 4,23* 105,75* *angka sangat sementara Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja untuk Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional yang memiliki target sebesar 4 % terealisasi sebesar 4.23% dengan total nilai sebesar 461,36 triliun rupiah. Dengan demikian indikator kinerja ini melebihi dari target yang telah ditetapkan. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel berikut: 52

61 Tabel Perbandingan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional INDIKATOR KINERJA UTAMA Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) 4,23 105, ,19 4,02 95,67 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional tahun 2015 sebesar 4,23% meningkat 4,7% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 4,04% dan jika dibanding dengan realisasi tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 0,49% dari 4,02 % tahun 2013 menjadi 4,04% pada tahun Hal ini mengindikasikan industri pariwisata dapat dijadikan sebagai industri andalan yang dapat membangun perekonomian Indonesia. Apabila dilihat sejak awal RPJMN, terlihat grafik tren kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mengalami peningkatan yang signifikan, sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut ini. No. Tabel Perbandingan Pendapatan PDB Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) *) 2015**) 1. Pertanian , , , , ,1 2. Pertambangan & Penggalian , , , , ,7 3. Industri , , , ,8 4. Listrik, gas dan air 1.757, , , , ,7 5. Konstruksi , , , , ,9 6. Perdagangan , , , , ,3 7. Restoran , , , , ,6 8. Hotel , , , , ,2 9. Angkutan Darat , , , , ,4 10. Angkutan Air 3.050, , , , ,0 11. Angkutan Udara , , , , ,8 53

62 No. Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) *) 2015**) 12. Jasa Penunjang Angkutan 5.696, , , , ,2 13. Komunikasi 6.144, , , , ,9 14. Jasa Lainnya , , , , ,9 Total , , , , ,5 PDB Nasional Harga Berlaku (Triliun Rp) 7.427, , , , ,69 Persentase kontribusi 4,00% 3,96% 4,02% 4,04% 4,23% Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional Keterangan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDB yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2010 pariwisata menghasilkan PDB sebesar 261,06 triliun rupiah dan meningkat di tahun 2011 menjadi 296,97 triliun rupiah, di tahun 2012 sebesar 326,24 triliun rupiah, serta pada tahun 2013 nilai PDB yang dihasilkan mencapai 365,02 triliun rupiah. Lebih lanjut pada tahun 2014 PDB yang dihasilkan dari sektor pariwisata mencapai 394,52 triliun rupiah, dan pada tahun 2015 mencapai 4,61 36 trilliun rupiah. Berikut grafik dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan: ,06 Angka dalam triliun rupiah) 296,97 326,24 365,02 394,52 461, * 2015** Grafik 3.3. Peningkatan PDB Pariwisata Grafik 3.4. Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional 54

63 MENINGKA TNYA J UMLA H KUNJUNGA N WISATA WAN MANCANE GARA (WISMAN) Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 10,59% terhadap tenaga kerja nasional di tahun 2015 atau sekitar 12,16 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan. Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak tidak langsung berada pada kisaran 4,2%-4,6%, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Dampak Ekonomi Makro Berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS), ** KOMPONEN OUTPUT TAHUN Dampak terhadap Output Dampak terhadap PDB Dampak terhadap Tenaga Kerja Dampak terhadap Upah/Gaji Dampak terhadap Pajak Tak Langsung Pariwisa ta Nasional Share (%) Pariwis ata Nasional Share (%) Pariwisa Nasional Share Shar Pariwis Pariwisa Nasio Nasional e ta (%) ata ta nal (%) Share (%) , ,02 4,34 296, ,09 4,00 8,53 109,95 7,75 96, ,21 4,14 10,72 278,28 3, , ,58 4,27 326, ,86 3,96 9,35 110,81 8,46 105, ,45 4,12 11,77 308,29 3, , ,75 4,32 365, ,97 4,02 9,61 112,76 8,52 118, ,39 4,15 13,26 337,63 3, * 848, ,81 4,32 394, ,27 4,04 10,32 114,63 9,00 126, ,92 4,16 14,21 361,26 3, ** 994, ,32 4,59 461, ,69 4,23 12,16 114,82 10,59 148, ,40 4,24 16,64 395,65 4,21 Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional Keterangan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 55

64 5 MENINGKATNYA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA (WISMAN) Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan, dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Tabel Target dan realisasi Jumlah Kunjungan Wisman tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 8 Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia (Juta Orang) 10 10,41 100,26 % Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai orang, capaian 2015 tersebut melampaui target yang telah ditentukan sebesar orang atau mengalami peningkatan sebesar 0,26%. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 sebanyak orang mengalami pertumbuhan sebesar 10,63 %. Adapun rincian data kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia selama tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pasar Tahun 2015 NO PASAR TARGET REALISASI 1 Singapura ,519,430 2 Malaysia ,200,202 3 Great China ,324,851 4 Australia ,035,325 56

65 NO PASAR TARGET REALISASI 5 Eropa Jepang ,077 7 Korea Selatan ,671 8 USA ,221 9 India , Timteng , Filipina , Thailand ,577 Lainnya* ,308,951 Total *termasuk PLB dan KITAS Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan, bahwa Jumlah kunjungan terbesar wisatawan mancanegara ke Indonesia, adalah: Singapore sebanyak wisman, China sebanyak wisman, Malaysia sebanyak wisman, Australia sebanyak wisman, dan Jepang sebanyak wisman. Berdasarkan pintu masuk utama secara kumulatif, sebagai berikut: Ngurah Rai sebanyak wisman, Soekarno Hatta sebanyak wisman dan Batam sebanyak wisman. Tabel Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pintu Masuk Tahun 2015 PINTU MASUK TARGET 2015 CAPAIAN BALI (Ngurah Rai) ,923,970 DKI JAKARTA ,304,275 BATAM TANJUNG UBAN SUMATERA UTARA (Kuala Namu) SUMATERA BARAT (Minangkabau) RIAU (Sultan Syarief Kasim II) JAWA BARAT (Husein Sastranegara) JAWA TENGAH (Adi Soemarmo) D.I. YOGYAKARTA (Adi Soecipto) JAWA TIMUR (Juanda)

66 PINTU MASUK TARGET 2015 CAPAIAN NTB (BIL) KALIMANTAN BARAT (Entikong) KALIMANTAN TIMUR (Sepinggan) SULAWESI UTARA (Sam Ratulangi) SULAWESI SELATAN (Hassanudin) OTHER PORT PLB KITAS T O T A L Tabel 3.3 dan tabel 3.4 memasukkan data wisatawan dari Pos Lintas Batas (PLB) dan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS). Izin Tinggal Terbatas adalah izin yang diberikan pada orang asing pemegang Izin Tinggal Sementara. Menurut pasal 31 PP No. 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian ( PP No. 32/1994 ), Izin Tinggal Terbatas sendiri adalah salah satu jenis izin keimigrasian yang diberikan pada orang asing untuk tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel Perbandingan Realisasi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2015, kunjungan wisatawan mancanegara berhasil mencapai %. Angka ini melampaui target yang telah ditetapkan juga melampaui pencapaian kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun sebelumnya. Pada grafik dibawah tersaji tren perubahan selama periode 2011 sampai

67 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Grafik 3.5 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dari grafik di atas menginformasikan bahwa kunjungan wisatawan periode 2011 hingga 2015 mengalami kenaikan per tahunnya dan puncak kunjungan setiap tahunnya berada di triwulan II dan triwulan III. Pada 2015, wisatawan internasional yang melakukan perjalanan mencapai 1,184 miliar orang atau tumbuh dari tahun sebelumnya 4.4% miliar. Pertumbuhan terbesar di kawasan Eropa, yakni meningkat hingga 5% menjadi 609 juta orang dari tahun lalu 580 juta orang. Kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia tahun 2015 tercatat juta pada 2015 dengan pertumbuhan di atas rata-rata dunia. *data estimasi **Sumber: UNWTO World Tourism Barometer, Januari

68 Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancangera ke Indonesia, sangat didukung oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui kerangka strategi Pemasaran : melihat DOT (Destination, Origin, Time) dan melalui BAS (Branding Advertising Selling) dengan berbagai jalur media (POS = Paid Media, Owned media, Social media). Pemasaran pariwisata Indonesia di kancah mancanegara memiliki strategi yang pertama adalah DOT (Destination, Origin, Time), yaitu: 1. Destination melihat destinasi wisata mana sajakah yang diminati oleh masing-masing wisatawan, dengan cara melihat dashboard atau demografi dari masing-masing wisatawan. 2. Origin merupakan strategi untuk melihat asal negara dari masing-masing wisatawan. Kemudian data ini akan dijabarkan menjadi sebuah data demografi atau dashboard mengenai ciri-ciri, kegemaran, tipe, waktu libur, hari raya, dsb. 3. Time waktu merupakan strategi penting untuk mensikronisasikan waktu libur/hari Libur dari masing-masing negara asal wisatawan dengan event/festival yang diselenggarakan di Indonesia. Setelah DOT, BAS merupakan strategi pemasaran pariwisata Indonesia selanjutnya adalah: 1. Branding adalah upaya untuk mempromosikan pariwisata melalui penempatan iklan di Website, Media Ruang, TV, dan Media Cetak, mengadakan festival di mancanegara, dan mengadakan famtrip dengan mendatangkan sekelompok wisatawan asing sesuai dengan paket wisata yang ditawarkan. 2. Advertising adalah salah satu strategi pemasaran pariwisata mancanegara malalui pemasangan iklan di Media Cetak (koran dan majalah), di event-event mancanegara, blocking sale di televisi, pembuatan bahan-bahan promosi, dan kerja sama promosi dengan pelaku industri pariwisata. 3. Selling adalah memfasilitasi penjualan Paket Wisata yang dibuat oleh industri melalui Tradeshows dan Sales Mission. 60

69 Gambar 3.11 Promosi Wonderful Indonesia di Megacom circuit 7, Dubai Gambar 3.12 Promosi Wonderful Indonesia di Lightbox, Narita International Airport Gambar 3.13 Promosi Wonderful Indonesia di Malvern Tram, Melbourne Gambar 3.14 Promosi Wonderful Indonesia di Moda Taksi, London Dalam memasarkan produk pariwisata Indonesia erat kaitannya dengan publikasi atau pengiklanan yang menggunakan metode POSE (paid media, owned media, social media, dan endorse). Hal tersebut diaplikasikan pada berbagai jenis media untuk pengiklanan. Yaitu media online, media cetak, media ruang, media elektronik. PAID MEDIA 61

70 OWNED MEDIA Endorser : Metode pengiklanan ini adalah dengan menggunakan brand ambassador dan testimoni artis di sosial media. Pada tahun 2015, Kementerian Pariwisata mengendorse jurnalis-jurnalis dan blogger luar negeri (Luke Latty, Diana Wee, dan Mae Tan). Dan juga program wondernesia yang disiarkan oleh TLC dibawakan oleh Nadia Hutagalung dan Nicholas Saputra sebagai pembawa acara tersebut. Gambar 3.15 Menteri Pariwisata bersama Nadia Hutagalung dalam acara Wondernesia Press Gathering Strategi-strategi yang diupayakan oleh Kementerian Pariwisata cukup efektif dalam memasarkan pariwisata Indonesia. Hal ini terlihat dari naiknya peringkat Country Branding Wonderful Indonesia pada tahun 2015 yaitu menduduki peringkat 47 dari tidak ada peringkat di tahun sebelumnya. Peringkat itu mengalahkan negara-negara kompetitor seperti Malaysia yang berada di peringkat 96 dan Thailand yang menduduki peringkat 83 Selain strategi pemasaran diatas beberapa upaya pemasaran yang memiliki peran strategis dalam mendorong peningkatan kunjungan wisman adalah ikut berpartisipasi dalam event internasional, event yang diikuti antara lain: 62

71 NATAS Travel Fair 2015 Singapura, 4 8 Maret 2015 NATAS Travel Fair merupakan bursa pariwisata bersifat consumer show yang diselenggarakan setiap tahun 2 kali oleh Asosiasi Travel Agen Singapura. Bursa pariwisata yang berlangsung selama 3(tiga) hari dari tanggal 6-8 Maret 2015 di Singapore Expo ini menempati 3 halls (Hall 7, 8, dan 9)diikuti oleh 82 exhibitors Gambar 3.16 Kunjungan tamu VIP ke booth Indonesia terdiri dari: 11 National Tourism Organisation (Indonesia, Cina, India, Jepang, Korea, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, New Zealand, Johor Tourism, dan New Taipei City), 21 travel agents dan tour operators, 9 hotels & resorts, 6 Airlines, 4 banks, 2 car rentals, 6 cruises companies, 7 travel related, dan 16 other business. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah industri termasuk didalamnya travel agent, hotel/resort, dan pemangku kepentingan lainnya. Peserta yang berasal dari industri sebanyak 20 terdiri dari7 travel agent dan 13 hotel/resort dari Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Makassar, Jawa Timur, Jawa Tengah, Batam, Lombok, Sumatera Utara, dan Bali. Sebanyak 3 pelaku usaha Indonesia Gambar 3.17 Coffee Corner berpartisipasi dengan booth independen antara lain: PT. Garuda Indonesia, Jayakarta Hotel & Resorts, dan Ayana Resort & Spa Bali, Rimba Jimbaran Bali by Ayana. Secara keseluruhan keikutsertaan Kementerian Pariwisata pada NATAS Travel Fair 2015 dengan memfasilitasi 33 industri pada Table Top dan 20 industri pada Pameran, berdasarkan laporan para sellers diperkirakan telah terjadi transaksi sebanyak pax dengan nilai transaksi sebesar USD 1,498,280 atau setara dengan Rp. 19,48 Milyar dengan rincian sebagai berikut: Table Top sebanyak ± pax dengan nilai transaksi sebesar Rp. 6,35 Milyar Pameran sebanyak ± pax dengan nilai transaksi sebesar Rp. 13,13 Milyar Pencapaian transaksi ini mengalami kenaikan sebesar 75% apabila dibandingkan dengan partisipasi pada tahun lalu, dimana tahun 2014 jumlah transaksi sebesar Rp. 11,13 Milyar. 63

72 Destinasi yang paling diminati Batam, Bintan, Bali, Bandung dan disusul oleh Yogyakarta, Medan, Surabaya, Lombok, Makassar, dan Jawa Tengah. MATTA Fair Kuala Lumpur Sabah, Malaysia, 3 5 Juli 2015 MATTA Fair Sabah 2015 adalah kegiatan bursa pariwisata internasional, consumer show yang diselenggarakan setiap tahun oleh asosiasi travel agen Malaysia di Sabah (MATTA Sabah Chapter). Bursa pariwisata Gambar 3.18 Booth Indonesia yang berlangsung selama 3 (tiga) hari dari tanggal 3-5 Juli 2015 di Suria Sabah Shopping Mall ini diikuti oleh 46 exhibitors terdiri dari: 2 National Tourism Organisation (Indonesia & Taiwan), 2 State Tourism Board (Sabah & Johor), 2 Airlines (Silkair & Royal Brunei Airlines), 30 travel agents & tour operators, 3 hotels & resorts, dan 7 other business. 1. Peserta table top sebanyak 12 industri terdiri dari 9 travel agent dan3 hotel/ resort berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Batam, Sumatera Utara, dan Bali. 2. Peserta pameran sebanyak 7 industri terdiri dari6travel agent dan1 hotel/ resort berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Batam, Sumatera Utara, dan Bali. 3. Beberapa pelaku usaha Indonesia khususnya akomodasi berpartisipasi pada pameran secara independent dengan bergabung bersama dengan local partnernya. Table Top dengan round robin system (sellers meet buyers) untuk mengadakan kontrak bisnis dengan alokasi waktu masing-masing 7 menit, tanggal 1 Juli 2015 bertempat di Horizon Hotel Kota Kinabalu diikuti oleh 12 sellers dan 41 buyers (daftar terlampir). Kegiatan table top ini diakhiri dengan jamuan makan malam (buka puasa bersama) dilaksanakan pada pukul , dihadiri oleh Konjen RI di Sabah, Bapak Akhmad Daya Handasah Irfan, serta undangan lainnya. Pembukaan MATTA Fair Sabah 2015 dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2015 pukul waktu setempat, dibuka oleh YB Datuk Seri Panglima Masidi Manjun (Minister of Tourism, Culture, and Environment Sabah). Gambar 3.19 Pertunjukan Kesenian 64

73 Pada kesempatan tersebut Tim kesenian Indonesia diberikan kesempatan untuk tampil dengan Tarian Wonderful Indonesia yang mendapatkan sambutan luar biasa dari penonton. Pameran berlangsung selama 3 hari (3-5 Juli 2015) mulai pukul dan Indonesia menempati lahan seluas 36 SQM (4BOOTHS), BERTEMPAT DI BOOTH NOMOR E6 E9 (LOWER GROUND) didesain bernuansa Wonderful Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan selama event berlangsung yaitu pelayanan informasi, pendistribusian bahan promosi dan penjelasan destinasi pariwisata Indonesia kepada para pengunjung, promosi paket-paket wisata oleh perwakilan dari masing-masing peserta, serta pertunjukan tim kesenian dari Kementerian Pariwisata di Common Stage dan Indonesia diberi kesempatan tampil 2 kali dalam 1 hari selama pameran berlangsung. China International Travel Mart (CITM) 2015 Kunming Dianchi International Convention & Exhibition Centre, China, November 2015 Gambar 3.20 Penampilan Kesenian Indonesia di Main Stage Gambar 3.21 Promosi Free Visa CITM 2015 adalah bursa pariwisata internasional tahunan terbesar di RRT, dengan luas lahan sebesar sqm, dengan total booth diikuti oleh buyers, 278 exhibitors dari 105 negara, dan dikunjungi oleh pengunjung. Kementerian Pariwisata memfasilitasi sewa lahan seluas 108 m² (12 booths) bertempat di Hall 9, nomor 9C07. Desain pavilion menggunakan perahu Phinisi sebagai Icon dan menampilkan image destinasi Indonesia yang diminati pasar Jepang, dengan tema 3 Greater, Greater Bali, Greater Batam dan Greater Jakarta. Industri Pariwisata Indonesia yang tergabung dalam pavilion Indonesia Peserta terdiri dari 24 industri pariwisata (9 akomodasi, 13 travel agent, 1 wisatabahari, 1 taman wisata), dengan komposisidari Bali 16 industri, dansisanyadari Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan Bandung. Di samping itu, terdapatjuga booth ASEAN, yang lokasinya berdekatan dengan pavilion Indonesia, yang diisi oleh perwakilan-perwakilan Negara ASEAN. Keluaran yang dihasilkan dari partisipasi pada kegiatan CITM 2015 adalah brand 65

74 awareness Wonderful Indonesia dan pencapaian nilai transaksi yang menguntungkan. Berdasarkan questionnaire yang dibagikan kepada para peserta industri, adapun perkiraan transaksi yang diperoleh selama kegiatan CITM berlangsung adalah orang, denganpengeluaran rata-rata per kunjungan wisman sebesarusd 810, sehingga potensial transaksi sebesar USD , atau sebesar Rp. 106 Milyar. JATA Tourism Expo (JTE) 2015 Tokyo, Jepang, September 2015 Pameran JTE adalah bursa pariwisata internasional tahunan terbesar di Jepang bersifat B to B (Business to Business) dan B to C (Business to Consumer) show yang dilaksanakan di Tokyo Big Sight East Hall 1,2,3,4, dan 5, Tokyo, Jepang.JTE 2015 diikuti oleh 412 booths dari 150 negara, dengan pengunjung. Kegiatan berlangsung selama 3 (tiga) hari (25 27 September 2015), mulai pukul waktu setempat. Gambar 3.22 Pertemuan Menteri Pariwisata, Arief Yahya dengan Menteri Pariwisata Thailand Kementerian Pariwisata memfasilitasi sewa lahan seluas 108 m² (12 booths) bertempat di East Hall 1, nomor A-36. Desain pavilion menggunakan perahu Phinisi sebagai Icon dan menampilkan image destinasi Indonesia yang diminati pasar Jepang, dengan tema 3 Greater, Greater Bali, Greater Batam dan Greater Jakarta. Partisipasi Indonesia kali ini juga berupapemberian sponsorship berupa pendistribusian Forum Bag dengan logo Wonderful Indonesia yang dibagikan kepada pengunjung. Delegasi Indonesia yang menghadiri JATA selain Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Daerah juga dihadiri oleh VITO Tokyo, Jepang, Garuda Indonesia di Jepang, Seniman dan Barista, Media (wartawan), industri pariwisata (terdiri dari 30 peserta). Peserta pameran di pavilion Indonesia sudah cukup beragam. Selain industri dari Bali, peserta juga berasal dari berbagai daerah yaitu: DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, dan Kepulauan Riau. Hal ini merupakan kesempatan yang Gambar 3.23 Suasana Media on Briefing di Booth Indonesia 66

75 baik bagi Indonesia untuk mempromosikan destinasi-destinasi Indonesia Greater Bali kepada masyarakat Jepang. Sampai saat ini, sesuai informasi dari industri, destinasi favorit Indonesia di kalangan buyers antara lain DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok), DI Yogyakarta, dan Pulau Jawa. Sedangkan untuk tipe atraksi atau tour yang diminati antara lain cultural heritage, world heritage, eco-tourism, leisure, beach, wellness, business trip, golf, nature, exploration, culture, dan diving; Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin 2015 Messe Berlin, Berlin, Jerman 4 8 Maret 2015 ITB Berlin 2015 berlangsung pada 4 8 Maret 2015 di Messe Berlin, Berlin. Pavilion Indonesia menempati lahan seluas total 410 m 2 di Hall 26 A No Paviliun Indonesia terdiri dari 2 lantai, lantai pertama berfungsi sebagai dealing table, coffee corner, stage performance dan information desk, sementara lantai kedua seluas 90 m 2 berfungsi sebagai meeting room dan VIP lounge. Konstruksi paviliun Indonesia dibangun dengan inspirasi Maritime and Living Culture yang menampilkan model Kapal Phinisi sebagai warisan budaya nenek moyang sekaligus menonjolkan kekuatan Indonesia sebagai bangsa Gambar 3.24 Menteri Pariwisata dan high official Malaysia Tourism bahari serta negara maritim modern yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Gambar 3.25 Crowd Pavillion Indonesia dari pintu masuk 67

76 Industri pariwisata yang bergabung pada pavilion utama Indonesia sebanyak 99 hotel/travel agent/tour operator yang mewakili destinasi di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua. Dalam 5 (lima) hari rangkaian kegiatan, tiga hari pertama merupakan B-to-B show, dan dua hari berikutnya merupakan Consumer Show. Kementerian Pariwisata telah melaksanakan beberapa program kegiatan, seperti press conference, awareness campaign, cultural performance, coffee corner, dan demo spa tradisional Indonesia bekerjasama dengan Bima Sena Spa dari The Dharmawangsa Hotel, pelayanan informasi pariwisata Indonesia, dan pendistribusian bahan promosi serta appointment meeting dengan Menteri Pariwisata dan Dirjen Pemasaran Pariwisata. Tanggal 4-8 Maret 2015, paviliun Indonesia menampilkan representasi wajah Indonesia dengan tampilan walking acts performers dengan kostum tradisional Indonesia yang telah dimodifikasi agar lebih menarik pengunjung untuk ke paviliun Indonesia. Tampilan pramugari Garuda Indonesia juga membantu merepre-sentasikan wajah Gambar 3.26 Pemasangan awareness campaign pada shuttle ITB Indonesia. Dalam partisipasi di ITB Berlin 2015 Berlin 2015 ini, paviliun Indonesia mendapatkan penghargaan 5 Best Booth dari penyelenggara ITB Berlin bekerjasama dengan CBS Cologne Business School. Di akhir pekan pada 7-8 Maret 2015, ITB Berlin 2015 terbuka bagi publik Berlin dan disajikan berbagai pertunjukan tari tradisional Indonesia yang ditampilkan Ayoub Zyckra Dance, antara lain Gebyar Indonesia, Sekar Jepun, Bajidor Tanjung, Cendrawasih, Rentak Ramolai, Wiranata, Payoang, Kembang Topeng serta Gending Sriwijaya. Tim Kesenian Prov. Kalimantan Timur juga menghadirkan nuansa Borneo dengan penampilan The Wonderful East Kutai. Selain itu, sebagai simbol exchange of culture, para pesilat warga negara Jerman yang tergabung dalam perguruan Silat Gerak Pilihan (SiGePi) juga melakukan demonstrasi Silat Indonesia Diving Equipment & Marketing Association (DEMA) Show 2015 Orlando, Florida, Amerika Serikat 4 s.d 7 November 2015 DEMA SHOW : The Diving Equipment and Marketing Association, tahun ini diadakan di Orlando bertempat di Orange County Convention Center, 9899 International Dr, 68

77 Orlando, Florida, Amerika Serikat. Pameran berlangsung selama 4 hari dari tgl 4-7 November Dema Show merupakan Pameran International tahunan untuk industri selam (diving), olahraga air (action water sports), dan industri perjalanan (travel industries). Gambar 3.27 Meeting Delegasi Pariwisata RI dengan Kementerian Okinawa pelayanan terkait olahraga menyelam. DEMA juga menjadi sponsor seminar yang memiliki keterkaitan dengan isu-isu industri dan ekonomi terkini terkait dunia selam (diving). DEMA Show juga dihadiri oleh agen-agen pelatihan menyelam dan para exhibitor yang mensponsori seminar-seminar. DEMA Award Party, salah satu kegiatan yang diyakini menjadi salah satu kegiatan yang wajib untuk dihadiri tahun ini karena merupakan ajang jejaring bagi berbagai pihak industry premier. Beberapa hal yang dapat ditemui dalam acara pameran ini adalah adalah 630 peserta pameran yang terdiri 95 negara, 50 negara bagian USA dan 6 wilayah USA merupakan perusahaan - perusahaan terkemuka dalam penyediaan perlengkapan menyelam, daerah-daerah tujuan wisata, pakaian olahraga air serta Gambar 3.28 Salah satu peserta pavilion Indonesia, Papua Explorer Terdapat juga IRC (Image Resource Center), merupakan area exclusive yang khusus menyajikan berbagai informasi terkait dengan aktivitas fotografi. Acara Gathering di Paviliun Indonesia yang banyak dinantikan peserta dan pengunjung dari tahun ke tahun menjadi pamungkas dari rangkaian kegiatan selama pameran berlangsung. Gathering juga dihadiri oleh Konsul Jenderal; Bpk. Henk Saroinsong beserta Kabid Ekonomi; Bpk. Isman Pasha dari KJRI Houston. Pengunjung sangat menikmati suguhan kue-kue kecil, minuman ringan, serta penampilan kesenian, dan juga sangat menyukai souvenir selendang khas Indonesia yang dibagikan pada saat gathering berlangsung. Bahkan keesokan harinya beberapa dari peserta/ pengunjung terlihat masih memakai selendang tersebut. 8 (delapan) doorprize dari industri juga menambah semarak suasana. Daftar 14 industri dari 69

78 Paviliun Indonesia yang mengikuti kegiatan DEMA Show 2015 adalah sebagai berikut; Lembeh Resort, Pindito, Dewi Nusantara, Alam Batu, Siladen Island Resort Spa, Amira Dive & Travel, Papua Explorers, Arenui, ECO Divers, Safari Tours & Travel, Singapore Airlines, Manado City, Dive Damai dan Misool Eco Resort. Meskipun kunjungan wisman terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, namun dibandingkan dengan kompetitor, posisi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini terlihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.6. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara Dari grafik diatas terlihat bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dari segi jumlah kunjungan wisman, hal ini dikarenakan sejumlah permasalahan yang masih dihadapi sehingga perlu terobosan dan strategi yang lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia. Adapun sejumlah permasalahan dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut: Kendala yang dihadapi oleh Kementerian Pariwisata dalam memasarkan produk pariwisata Indonesia yaitu adanya bencana-bencana alam yang terjadi di Indonesia, seperti meletusnya gunung berapi (contohnya gunung Raung). Hal itu sudah diupayakan dengan memaksimalkan iklan mengenai Indonesia yang aman dan Indah. 70

79 6 MENINGKATNYA JUMLAH PENERIMAAN DEVISA Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Tabel Target dan realisasi Jumlah Penerimaan Devisa tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 9 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa (Triliun Rp) * 113,2 *angka estimasi Berdasarkan data tersebut di atas, jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp. 163 trilliun (11,9 miliar USD) atau pencapaian devisa sebesar 113,2 % dari target yang ditetapkan (Rp. 144 triliun). Tabel Perbandingan Target Dan Realisasi Jumlah Penerimaan Devisa Tahun INDIKATOR KINERJA UTAMA REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) Meningkatnya jumlah penerimaan devisa (Triliun Rp) 163 Atau US$ 11,9 miliar 113,2 US$ 11,17 miliar 93,05 US $ 10,054 miliar 97,14 * angka estimasi Tahun 2015 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 11,9 miliar, meningkat dari US$ 11,17 miliar di tahun Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2014 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara 71

80 dari 9,4 juta di tahun 2014 dan menjadi 10,4 juta di tahun 2015, tetapi bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan dari US$ 1.183,43 di tahun 2014, menjadi US$ di tahun Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas pengeluaran wisatawan. Bila dilihat perbandingan antara penerimaan devisa pariwisata dengan komoditi ekspor lainnya dari tahun adalah sebagai berikut : Tabel Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya Tahun * No. Jenis Komoditi Nilai Juta US$ Jenis Komoditi Nilai Juta US$ Jenis Komoditi Nilai Juta US$ Jenis Komoditi Nilai Juta US$ 1 Minyak dan Gas Bumi ,00 Minyak dan Gas Bumi ,2 Minyak dan Gas Bumi ,8 Minyak dan Gas Bumi ,6 2 Batu Bara ,30 Batu Bara ,4 Batu Bara ,3 Batu Bara ,0 3 Minyak Kelapa Sawit ,00 Minyak Kelapa Sawit ,1 Minyak Kelapa Sawit ,9 Minyak Kelapa Sawit ,2 4 Karet Olahan ,50 Pariwisata ,1 Pariwisata ,1 Pariwisata 9.691,6 5 Pariwisata 9.120,85 Karet Olahan 9.316,6 Pakaian Jadi 7.450,9 Pakaian Jadi 6.117,1 6 Pakaian Jadi 7.304,70 Pakaian Jadi 7.501,0 Karet Olahan 7.021,7 Makanan Olahan 5.292,7 7 Alat Listrik 6481,90 Alat Listrik 6,418,6 Makanan Olahan 6.486,8 Karet Olahan 4.997,8 8 Tekstil 5.278,10 Makanan Olahan 5.434,8 Alat Listrik 6.259,1 Alat Listrik 4.761,1 9 Makanan Olahan 5.135,60 Tekstil 5.293,6 Tekstil 5.379,7 Tekstil 4.207,3 10 Kertas dan Barang dari Kertas 3.972,00 Kertas dan Barang dari Kertas 3.802,2 Kayu Olahan 3.914,1 Kertas dan Barang dari kertas 3.039,6 11 Bahan Kimia 3.636,30 Kayu Olahan 3.514,5 Bahan Kimia 3.853,7 Kayu Olahan 2.874,1 12 Kayu Olahan 3.337,70 Bahan Kimia 3.501,6 Kertas dan Barang dari kertas Keterangan : *) Data 2015 sampai dengan posisi bulan Oktober 3.780,0 Bahan Kimia 2.393,1 Peningkatan jumlah penerimaan devisa tersebut dinilai oleh beberapa faktor: 1. Selisih Nilai Tukar Mata Uang Asing Semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, maka akan semakin banyak pula transaksi dalam bentuk rupiah 72

81 yang akan dilakukan. Perbedaan selisih kurs jual dan beli mata uang asing tersebut turut menyumbang pada besarnya devisa wisatawan mancanegara. Adapun tren kurs mata uang asing terhadap rupiah Indonesia selama tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Mata Uang Tahun 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 AUD , , , , , , , , , , , ,05 1 BND 9.405, , , , , , , , , , , ,21 1 CAD , , , , , , , , , , , ,56 1 CHF , , , , , , , , , , , ,05 1 CNY 2.053, , , , , , , , , , , ,17 1 DKK 1.967, , , , , , , , , , , ,31 1 EUR , , , , , , , , , , , ,43 1 GBP , , , , , , , , , , , ,76 1 HKD 1.622, , , , , , , , , , , , JPY , , , , , , , , , , , ,48 1 KRW 11,55 11,59 11,74 11,92 12,02 11,97 11,70 11,68 12,14 12,04 11,86 11,81 1 KWD , , , , , , , , , , , ,62 1 MYR 3.510, , , , , , , , , , , ,79 1 NOK 1.638, , , , , , , , , , , ,19 1 NZD 9.621, , , , , , , , , , , ,11 1 PGK 4.823, , , , , , , , , , , ,90 1 PHP 282,06 288,31 293,82 291,52 294,49 295,57 295,34 298,01 307,83 297,41 290,56 293,51 1 SAR 3.349, , , , , , , , , , , ,04 1 SEK 1.552, , , , , , , , , , , ,32 1 SGD 9.405, , , , , , , , , , , ,21 1 THB 384,09 391,42 400,59 398,19 391,88 394,78 389,81 388,98 399,73 386,17 382,19 384,86 1 USD , , , , , , , , , , , ,60 Sumber : Bank Indonesia 73

82 MENINGKA TNYA J UMLA H PERJALA NAN WISATA WAN NUSANT ARA (WISNUS) 2. Jumlah wisatawan mancanegara Besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan besarnya pengeluaran yang mereka keluarkan di Indonesia turut berpengaruh terhadap jumlah devisa wisatawan mancanegara Matriks 3. 1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN (juta) , , , ,41 3. Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap jumlah devisa yang diterima oleh negara. Matriks 3. 2 Perbandingan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dengan Penerimaan Devisa TAHUN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA (juta) JUMLAH PENERIMAAN DEVISA (miliar USD) ,04 9, ,80 10, ,44 11, * 10,41 12,0 *) Angka sementara devisa tahun Lama tinggal wisatawan mancanagera Semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di Indonesia, semakin besar pula devisa yang dihasilkan oleh negara. 74

83 7 MENINGKATNYA JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS) Jumlah perjalanan wisatawan nusantara sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat dimana destinasi berada. Wisatawan Nusantara adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria : 1. Mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak memandang apakah menginap atau tidak menginap di hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih kurang dari 100 km (PP); 2. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi menginap di hotel /penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari 100 km (PP); 3. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi menginap di hotel dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100 km. Data jumlah wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 (tiga) bulan sejak bulan publikasi yang kemudian diolah kembali oleh Kementerian Pariwisata. Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel Target dan Realisasi Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta Perjalanan) ,05 100,01 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) yang pada tahun 2015 ditargetkan sebesar 255 juta perjalanan, telah melampaui target dengan mencapai juta perjalanan atau 100,01 %. Pencapaian ini didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah 75

84 baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara. Perkembangan capaian indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara, dibandingkan dengan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel Angka Pertumbuhan Perjalanan Wisatawan Nusantara TAHUN TARGET PERJALANAN WISNUS (JUTA) JUMLAH PERJALANAN WISNUS(JUTA) +/- (%) ,00 236, % ,00 245, % ,00 250, % ,00 251, % ,00 255,05 1,53% Sumber : Kemenpar dan BPS, 2015 Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara selalu mengalami peningkatan, peningkatan terendah berada pada tahun 2014 sebesar 0,46% sedangkan peningkatan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 3,61%. Tabel di atas menjelaskan adanya kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya, baik dalam jumlah perjalanan wisatawan nusantara dan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara. Jika dibandingkan antara tahun 2015 dan tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 dalam indikator meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara ialah 250,00 juta wisatawan nusantara di tahun 2014 dan pada tahun 2015 diangka 255,05 juta wisatawan nusantara, realisasi yang didapatkan pada tahun 2015 meningkat 9,8 %. Untuk wisatawan nusantara, provinsi dengan jumlah wisatawan tertinggi berturutturut adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. Keempat provinsi ini terletak di pulau Jawa, dan merupakan pusat aktivitas serta relatif berkembang dengan baik. Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di pulau Jawa, sedangkan Jakarta dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia. Indonesia memiliki potensi untuk mampu melaksanakan diversifikasi tujuan wisata, mengingat potensi wisata yang dimiliki di berbagai provinsi di Indonesia. Performansi pasar wisatawan nusantara berdasarkan data provinsi asal adalah sebagai berikut: 76

85 Grafik 3.7. Pasar Wisatawan Nusantara Berdasarkan Data Provinsi Asal Tabel dan grafik di atas menggambarkan performansi pasar wisatawan nusantara pada tahun 2015 yang berdasarkan pada data provinsi asal. Data di atas menggambarkan bahwa 10 besar provinsi yang teratas adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Lampung, dan Riau. Provinsi tersebut merupakan daerah asal yang paling banyak mengunjungi tujuan-tujuan wisata atau objek wisata. Market Share dari 10 besar tersebut adalah sebesar 79%, dengan total dari 10 pasar tersebut adalah orang pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2014 adalah sebesar orang. Jika dilihat dari tabel tersebut di atas, yang mengalami penurunan adalah dari provinsi Jawa Timur dengan penurunannya yang cukup signifikan (± 1 juta orang). Jumlah perjalanan dan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara setiap tahunnya akan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata Nasional seperti yang akan terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA *) 2015**) PDB Pariwisata (Triliun Rp) 365,02 394,52 461,36 77

86 Grafik 3.8. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata PDB Pariwisata yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2013 pariwisata menghasilkan PDB 365,02 triliun rupiah, di tahun 2014 sebesar 394,52 triliun rupiah, serta pada tahun 2015 PDB yang dihasilkan adalah 461,36 triliun rupiah. Peningkatan angka pada tahun 2014 dan tahun 2015 terdapat kenaikan sebesar 1,17 % dari tahun sebelumnya. Dalam marketing strategi yang digunakan oleh Kementerian Pariwisata pada umumnya dan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara adalah untuk marketing strateginya menggunakan Destinasi-Originasi-Timeline (DOT), untuk Strategi Promosi menggunakan Branding-Advertising-Selling (BAS), Strategi Media menggunakan Paid-Owned-Social+Endorser (POSE), dan untuk strategi waktu promosi menggunakan Pre-On-Post (POP). Penjelasan masing-masing strategi dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini. Destinasi Originasi Timeline (DOT) Destinasi yang digunakan adalah produk-produk dari wisata alam, wisata bahari, dan wisata buatan. Dilakukan beberapa upaya berkaitan dengan destinasi, yaitu : selling melalui direct promotion (pendukungan event berskala nasional, voucher wisata, dan incentive), diferensiasi melalui keunggulan dan keunikan setiap daya tarik objek wisata dengan adanya program sadar wisata, dan juga upaya marketing mix melalui 7P : Product (produk), Price (harga) Promotion (promosi), Place (lokasi), Process (proses/pelayanan), Physical Evidence (lingkungan fisik). Originasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : segmentasi dengan pembagian pasar berdasarkan kekuatan ekonomi dan jumlah perjalan yang tinggi (dijelaskan dalam tabel 3.26.). Timeline melalui branding Pesona Indonesia sebagai identitas pariwisata nusantara, promosi yang dilakukan oleh Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara 78

87 dalam rangka menggerakkan pasar wisata nusantara. Strategi ini memperhatikan kalender hari libur nasional pada tahun Gambar Portofolio Strategi Pariwisata Gambar di atas adalah portofolio produk strategi pariwisata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara dengan produknya adalah alam (nature) dengan porsi 35 %, budaya (culture) porsi 69 %, dan buatan manusia (man made) porsi 5%. Dalam pencapaian pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara, sangat didukung oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui kerangka strategi Pemasaran : Branding Advertising Selling (BAS) dengan berbagai jalur media (POS+E = Paid Media, Owned media, Social media, + Endorser). Di bawah ini adalah penjelasan dari kerangka strategi dimaksud : Branding-Advertising-Selling (BAS) Branding yang dilakukan adalah memperkenalkan Pesona Indonesia sebagai simbol dan konten pariwisata pada daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Advertising yang dimaksud dalam hal ini adalah memulai ketertarikan tentang produk-produk atau objek daya tarik wisata (ODTW) pada daerah asal Gambar Branding Pesona Indonesia pada Bus Damri 79

88 wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Sedangkan untuk Selling merupakan upaya Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara mulai mempromosikan produk yang berisi tentang insentif penjualan pada daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Paid Media-Owned Media-Sosial Media-Endorser (POSE) Paid Media menggunakan media berbayar nasional, lokal originasi, dan destinasi wisatawan nusantara utnuk menciptakan awareness, convergence, media content : elektronik, online, cetak, dan sosial media. Own Media yang telah dibuat oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara merupakan sumber dari segala informasi daerah tujuan wisata, website destinasi, dan event. Own Media yang dimiliki adalah serta media sosial yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang bekerja sama contohnya adalah Social Media yang digunakan adalah sosial media sesuai origin sebagai sarana untuk menciptakan keterikatan dengan target pasar melalui e- marketing, dan Sedangkan untuk Endorser yaitu dengan pendukungan iklan, expert, selebrity, atau public figure. Contohnya adalah saat pelaksanaan Festival Raja Ampat endorser yang diajak bekerja sama adalah Slank. PAID MEDIA 80

89 MENINGKA TNYA J UMLA H PE NGELUARAN WISATA WAN NUSANT ARA (WISNUS) Pre-On-Post (POP) Melalui Pre Event merupakan upaya promosi, misalnya berpromosi H-7 di tradisional media dan digital, kegiatan selling dan lain sebagainya. On Event adalah pendukungan melalui promotion item (umbul-umbul, T-Shirt, Payung, Baliho, dan bahan promosi lainnya). Sedangkan untuk Post Event merupakan pelaporan kegiatan dalam bentuk penulisan artikel (advertorial), testimony, dan lain sebagainya sebagai wujud apresiasi untuk kegiatan yang dilaksanakan. MEDIA CETAK Display & Advertorial Koran Sinar Pagi 1 halaman (7 kolom (325mm) x 540 mm) Senin, 14 September 2015 halaman 12 Rabu, 16 September 2015 halaman 12 Gambar Branding Pesona Indonesia pada Media Cetak 8 MENINGKATNYA JUMLAH PENGELUARAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS) Jumlah Pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk menarik wisatawan mancanegara yang berkualitas, namun juga wisatawan nusantara yang berkualitas. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Terjadinya peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menengah beberapa tahun belakangan ini. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal. 81

90 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktvitas ekonomi suatu daerah semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat. Sasaran dari Meningkatkannya Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pengeluaran Wisatawan Nusantara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata dan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel Target dan Realisasi Jumlah Pengeluran Wisatawan Nusantara Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) 191,25 224, Sumber : Kemenpar & BPS Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara melampaui target yang diharapkan dengan capaian sebesar 117% dengan nilai triliun rupiah.peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh hal-hal berikut : 1. Banyaknya event di dalam negeri yang menarik wisatawan untuk berwisata di dalam negeri; 2. Terpromosinya dengan baik event di dalam negeri dalam berbagai media; 3. Kondusifnya kondisi politik di Indonesia yang berpengaruh akan berkembangnya sektor pariwisata. Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara; 2. Mulai dikembangkannya daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata nasional; 3. Beraneka ragamnya produk souvenir di suatu daerah pariwisata; 4. Meningkatnya daya beli masyarakat, terutama di Kawasan Asia; dan 5. Pengelolaan destinasi yang cukup baik pada masa sekarang ini, dengan sadarnya masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan kebersihan sekitar destinasi pariwisata. 82

91 Kenaikan nilai total pengeluaran wisatawan nusantara dari tahun sebelumnya didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara, sebesar perjalanan atau meningkat dibandingkan dengan jumlah perjalanan tahun sebelumnya yaitu sebesar 251,20 perjalanan. Tabel Perbandingan Realisasi Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) 224, ,94 120,30 177,84 102,89 Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 Indikator Kinerja Pengeluaran Wisatawan Nusantara selalu mengalami peningkatan dan selalu melampaui dari target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2014 jumlah pengeluaran wisatawan nusantara sebesar 213,94 triliun rupiah sedangkan di tahun 2015 meningkat 9,5 % atau sebesar 224,65 triliun rupiah. 2. Meningkatnya rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, sebesar Rp ,- atau meningkat 3,44 % dibandingkan dengan jumlah rata-rata pengeluaran tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,-. Tabel Rata-Rata Jumlah Pengeluaran Wisnus Tahun TAHUN RATA2 PE-NGELUARAN (RP. RIBU) +/-(%) , % , % , % , % ,94 3, 44% Mendukung upaya yang dilakukan tersebut di atas, maka diperlukan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2015 guna pencapaian sasaran tersebut antara lain: 83

92 SAIL TOMINI Sail Tomini merupakan agenda tahunan yang berskala nasional di bidang kemaritiman, bertujuan untuk percepatan pembangunan dan pengembangan potensi sumberdaya kelautan dan parwisata Indonesia guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang seluas-luasnya khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.tujuan penyelenggaraan Sail Tomini adalah untuk percepatan pembangunan dan pengembangan potensi sumberdaya kelautan dan parwisata Indonesia guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang seluas-luasnya khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Pada penyelenggaraan Sail Tomini 2015 ini dibentuk panitia nasional yang diketuai oleh Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dengan wakil dan anggota yang melibatkan 25 Kementerian/Lembaga. Rangkaian acara puncak Sail Tomini 2015 berlangsung dari tanggal 14 September 2015 melalui kegiatan Pawai Budaya dan Pariwisata, dan kegiatan-kegiatan lainnya dari 22 bidang acara, hingga puncak acara yang dihadiri oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19 September 2015 di Kabupaten Parigi Moutong. Melalui kegiatan ini kunjungan wisatawan nusantara sebanyak orang, dan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak orang. Gambar 3.32 Pawai Budaya dan Pariwisata Gambar 3.33 Acara Puncak Sail Tomini 2015 di hadiri oleh Bapak Jokowi Widodo, Presiden RI TOUR DE SINGKARAK Tour de Singkarak merupakan event Balap Sepeda Internasional yang sangat unik dengan perpaduan Sport Tourism. Tour de Singkarak 2015 diikuti oleh 24 Tim dari 36 Negara dengan dukungan dari 18 Kabupaten/kota di Sumatera Barat dengan memperebutkan total hadiah yang bertambah setiap tahunnya, menjadi Rp. 1,4 milyar pada event tahun ini. Tour de Singkarak diselenggarakan sejak tahun 2009 dan telah ditetapkan menjadi agenda resmi tahunan oleh organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cyclisten Internationale) sejak tahun Beberapa kali mengalami terpaan bencana gempa 84

93 bumi, event Tour de Singkarak-pun mampu menjadi salah satu akselerator pemulihan ekonomi Sumatera Barat. Dengan jumlah kunjungan sebesar orang. Gambar 3.34 Total hadiah yang diperebutkan sebesar Rp. 1,4 Milyar Gambar 3.35 Tour De Singkarak 2015 diikuti oleh 24 Tim dari 36 Negara JAKARTA MARATHON Marathon merupakan salah satu olahraga yang sangat diminati masyarakat dunia, dan dengan penyelenggaraan Jakarta Marathon secara berkesinambungan diharapkan dapat menempatkan event ini sejajar dengan event-event di dunia yang popular, seperti New York Marathon, London Marathon ataupun Paris Marathon. Jakarta Marathon juga diharapkan dapat meningkatkan citra Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman untuk pelaksanaan event-event internasional, serta mendorong pengembangan pariwisata dan olah raga di Tanah Air serta tentunya mengundang lebih banyak wisatawan mancanegara. Penyelenggaraan event Jakarta Marathon 2015 merupakan pelaksanaan ke-3, Mengambil lokasi start dan finish di Silang Monas, para pelari menyusuri sudut-sudut situs peninggalan sejarah, dan deretan kemegahan bangunan Jakarta masa kini, seperti Monumen Nasional, Mesjid Istiqlal, Gereja Kathedral dan Kawasan Kota Tua Jakarta.Jumlah kepesertaan dari dalam dan luar negeri selalu meningkat setiap tahunnya dan untuk tahun 2015 ini peserta sebanyak , termasuk peserta asing yang sebanyak peserta. Jakarta Marathon 2015 resmi dibuka pada hari Minggu, 25 Oktober 2015 oleh Sekretaris Menteri, Bapak Ukus Kuswara, didampingi oleh Direktur Bank Mandiri dan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta. 85

94 Gambar 3.36 Jakarta Marathon 2015 diikuti oleh peserta, termasuk dari mancanegara sebanyak peserta Gambar 3.37 Lokasi Start dan Finish di Silang Monas, Jakarta Pusat FESTIVAL DANAU TOBA Festival Danau Toba secara resmi dibuka pada hari Kamis, tanggal 19 November 2015 di Taman Mejuah-juah, Brastagi, Kabupaten Karo oleh Menteri Pariwisata, Bapak Arief Yahya. Di samping Menteri Pariwisata, hadir pula Plt Gubernur Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Karo, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Utara. Jumlah Kunjungan sebesar orang. 86

95 Tema yang diusung pada Festival Danau Toba 2015 yaitu menjadikan Festival Danau Toba sebagai festival internasional bercitra kuat dan diakui dunia sebagai destinasi berbasis geopark yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Gambar 3.38 Festival Danau Toba dibuka oleh Menteri Pariwisata oleh Bapak Aief Yahya didampingi Plt. Gubernur Sumut 87

96 RAFTING CHAMPIONSHIP CITARIK World Rafting Championship 2015 kerjasama antara Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) sebagai penyelenggara WRC 2015, Pemda Kabupaten Sukabumi sebagai Tuan Rumah yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pemuda dan Olahraga dilaksanakan pada tanggal 29 November s/d 2 Desember 2015 di Citarik, Sukabumi-Jawa Barat. Pembukaan dilakasanakan pada tanggal 30 November 2015 di Alun Alun Pendopo Pemda Kabupaten Sukabumi, Pelabuhan Ratu, dan dibuka secara resmi oleh Dankomarinir Mayor Jenderal Buyung Lalana sebagai Ketua FAJI dihadiri oleh Wakil KASAL dan ARMABAR, Bupati Kabupaten Sukabumi, DPRD Kabupaten Sukabumi. Acara pembukaan dimeriahkan dengan Pawai Budaya, defile para peserta WRC 2015 yang dihadiri ± 2.030orang dari 24 (dua puluh empat) negara, tarian Budaya, pentas interaktif Angklung Mang Udjo (angklung diberikan kepada peserta sebagai souvenir), acara dilaksankan secara Militer. Tujuan dari kegiatan ini adalah : Menjadi tolak ukur keberhasilan pembinaan dan proses regenerasi prestasi atlit-atlit Indonesia dikancah Internasional; Sebagai ajang promosi destinasi wisata minat khusus Indonesia, khususnya Arung Jeram Mengumandangkan Indonesia Raya di Kejuaraan Internasional; Memajukan perekonomian daerah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; Meningkatkan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara; Meningkatkan kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya sektor wisata bagi kelangsungan hidup ke depan; dan Menciptakan sumber daya manusia yang berwawasan dan kompetitif. Gambar 3.39 Lokasi Rafting di Citarik, Sukabumi Jawa Barat Gambar 3.40 Pembukaan dimeriahkan dengan Pawai Budaya dan Pentas Interaktif Angklung Mang Udjo 88

97 SLANK "REOG AND ROLL" Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan branding pesona indonesia (promosi) dengan endorser yang memiliki massa yang cukup banyak. Sasarannya adalah Wisatawan Nusantara yang dilaksanakan pada Oktober-November 2015, di 10 Kota besar. Acara dimaksud adalah : 1. Kerjasama antara kemenpar dan SLANK untuk mempromosikan branding "Pesona Indonesia"; dan 2. Menumbuhkan rasa nasionalisme pada anak muda dan kaum menengah ke atas dan pentingnya pengetahuan akan budaya dan seni serta keindahan alam yang ada di negeri tercinta Indonesia. Gambar 3.41 Branding Pesona Indonesia kerja sama Kementerian Pariwisata dengan SLANK EXHIBITION TAHUNAN PAMERAN DAN KONVENSI "INDONESIA CONVENTION EXHIBITION (ICE)" Grand Opening ICE mengusung tema Indonesia untuk Dunia dalam rangka memperingati 70 tahun Hari Kemerdekaan Indonesia. Diisi dengan berbagai rangkaian acara, di antaranya adalah kegiatan pameran. Kegiatan pameran dilaksanakan pada tanggal 1-9 Agustus 2015 bertempat di Exhibition Hall 3 dan 3A pukul WIB. Kementerian Pariwisata diundang untuk turut berpartisipasi dalam pameran ini. Sebagai strategi penyelenggaraan pameran yang layak dikunjungi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara ke destinasi wisata MICE di Indonesia, Kementerian Pariwisata, dalam hal ini Asdep Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah melalui Bidang Promosi Pameran mendukung kegiatan yang memiliki daya tarik bagi wisatawan nusantara dalam kepentingan pariwisata, investasi, dan perdagangan. Jumlah pengunjung yang mengapresiasi stan Kementerian Pariwisata adalah sebanyak orang. Rata-rata pengunjung per harinya adalah 120 orang. Gambar 3.42 Exhibition Tahunan Pameran Dan Konvensi Indonesia Conven tion Exhibition (ICE) 89

98 MENINGKA TNYA KAPAS ITAS DAN PROFESIONA LISME SD M PARIWISATA Sasaran Meningkatnya Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara dengan indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara dan sasaran Meningkatnya Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara dengan indikator jumlah pengeluaran wisatawan nusantara saling berkaitan satu sama lain atau tidak dapat dipisahkan. Karena untuk mendapatkan angka jumlah pengeluaran wisatawan nusantara diperoleh dari Jumlah perjalanan wisatawan nusantara dikalikan dengan rata-rata pengeluaran. Adapun permasalahan yang ditemui dari kedua sasaran diatas dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut: Permasalahan Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target jumlah perjalanan wisatawan nusantara tahun 2015 adalah: (1) Bencana alam yang mengakibatkan banyaknya perjalanan yang tertunda atau dibatalkan; (2) Tingkat keamanan di dalam negeri; dan (3) Jadwal pelaksanaan event pariwisata yang kerap berubah waktu pelaksanaannya. Upaya yang Dilakukan Upaya yang dilakukan untuk permasalahan dalam pencapaian target jumlah perjalanan wisatawan nusantara pada tahun 2015 adalah: (1) Meningkatkan promosi branding Pesona Indonesia; (2) Meningkatkan pelaksanaan event pariwisata nasional; (3) Mengaktifkan crisis center untuk memberikan informasi yang akurat tentang kondisi terkini pariwisata Indonesia; (4) Menyusun Calendar of Event setiap tahunnya; dan (5) Menggalakkan kembali Sapta Pesona dengan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi daya tarik wisata. 90

99 9 MENINGKATNYA KAPASITAS DAN PROFESIONALISME SDM PARIWISATA Dengan meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM diharapkan kualitas pelayanan dalam bidang kepariwisataan menjadi lebih baik, meningkatnya daya saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Sasaran dari meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata adalah peningkatan kualitas pelayanan untuk wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Kualitas pelayanan yang baik terhadap wisatawan diharapkan memberikan impresi yang baik dan menimbulkan keinginan untuk kembali berkunjung. Di samping itu, sasaran tersebut juga berdampak pada meningkatnya daya saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Posisi Tahun 2015 tenaga kerja langsung yang bekerja di sektor pariwisata Indonesia adalah sebesar 3,326 juta orang atau 2,8% dari total tenaga kerja di Indonesia. Didalam jumlah tersebut termasuk tenaga kerja bersertifikasi sebesar orang, sisanya menjadi fokus untuk sertifikasi di tahun-tahun yang akan datang. kontribusi tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini : Sumber : WTTC, 2015 Grafik 3.9 Tenaga Kerja Langsung yang bekerja di Sektor Pariwisata Indonesia 91

100 Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan indikator kinerja berupajumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi dan jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata. a. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata yang Disertifikasi (Orang) Sasaran meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi pada tahun Indikator keberhasilan sasaran, serta target dan realisasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel Target dan Realisasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 17,500 17, Dari tabel di atas menjelaskan bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi mencapai target. Tabel Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Yang Disertifikasi Di 28 Provinsi NO. PROVINSI JUMLAH (ORANG) 1 DKI Jakarta Bali Kepulauan Riau Jawa Barat DI Yogyakarta Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Selatan Jawa Tengah Kalimantan Timur Banten Riau Sumatera Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Nusa Tenggara Barat Bangka Belitung Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Timur

101 NO. PROVINSI JUMLAH (ORANG) 21 Lampung Papua Papua Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo Aceh Sulawesi Tengah 200 TOTAL 17,500 Berdasarkan tabel diatas terdapat 6 provinsi yang belum Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat tahun ini belum dapat dilaksanakan dikarenakan Bencana Asap yang melanda Provinsi dimaksud, sehingga kuota dialihkan ke Provinsi lain, Provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, dan Kalimantan UtaraTahun ini belum dapat dilaksanakan dikarenakan kurangnya asesi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah tenaga kerja Pariwisata yang tersertifikasi sampai dengan tahun Tabel Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata yang Disertifikasi ( ) INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) 17, Dari tabel di atas terlihat bahwa pencapaian target sertifikasi berdasarkan Renstra Kemenparekraf Tahun adalah orang tersertifikasi. Pada tahun 2009 sampai dengan 2013 target tersebut telah tercapai. Pada tahun 2014 dikarenakan oleh adanya optimalisasi anggaran, maka anggaran sertifikasi termasuk yang dioptimalisasi. Pada Gambar 3.43 Ujian Sertifikasi Kepariwisataan tahun 2015 target orang dapat tercapai 100%. Dari jumlah tersebut, orang atau 62,3% adalah SDM dari bidang 93

102 perhotelan. Bidang perhotelan menjadi prioritas karena tercakup dalam Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang disepakati di Thailand pada tahun 2012 yang diikuti oleh 10 Menteri Pariwisata ASEAN. 32 JOB TITLES YANG DISEPAKATI DALAM MUTUAL RECOGNITION AGREEMENT (MRA) DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) No Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan FRONT OFFICE FOOD PRODUCTION 23. Public Area Cleaner 1. FO Manager 12. Demi Chef TRAVEL AGENCIES 2. FO Supervisor 13. Commis Chef 24. General Manager 3. Receptionist 14. Chef de Partie 25 Assisstant General Manager 4. Telephone Operator 15. Commis Pastry 26. Senior Travel Consultant 5. Bell Boy 16. Baker 27 Travel Consultant FOOD AND BEVERAGE 17. Butcher TOUR OPERATION 6. F & B Director 7. F & B Outlet Manager HOUSE KEEPING 18. Executive Housekeeper 8. Head Waiter 19. Laundry Manager 9. Bartender 20. Floor Supervisor 10. Waiter 21. Laundry Attendant 11. Executive Chef 22. Room Attendant 28 Product Manager 29 Sales and Marketing Manager 30 Credit Manager 31 Ticketing Manager 32 Tour Manager 94

103 Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi Sertifikasi Kompetensi juga didukung oleh beberapa Komponen Uji Kompetensi seperti: 30 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), 15 Materi Uji Kompetensi (MUK), 20 Lembaga Sertifikasi Profesi Bidang Pariwisata Pihak 3, 1,400 orang Asesor Kompetensi, 16 orang Master Asesor Kompetensi, danskema Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) dan Okupasi untuk 6 Sub Bidang Pariwisata dan 32 Jenis Pekerjaan pada Bidang Pariwisata. Gambar 3.44 Ujian Sertifikasi Kepariwisataan Kegiatan ini dilakukan di 34 provinsi di Indonesia selama periode Juli sampai dengan Desember Bidang yang diujikan dalam kegiatan sertifikasi kompetensi antara lain:hotel & Restoran, Biro Perjalanan Wisata, Jasa Boga, Kepemanduan Wisata, Kepemanduan Wisata Selam, SPA, MICE, Kepemanduan Ekowisata, Kepemanduan Arung Jeram, Kepemanduan Wisata Outbound, Tour Leader, Kepemanduan Museum. Permasalahan Sejumlah permasalahan yang masih dihadapi antara lain adalah : (1) Minimnya sosialisasi tentang pentingnya sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata; (2) Masih kurangnya informasi di daerah mengenai kegiatan sertifikasi sehingga kalangan stakeholder yang terlibat masih terbatas; (3) Masih kurangnya sinergi program antara pemerintah pusat dan daerah sehingga program yang dijalankan di pemerintah pusat tidak berkelanjutan di pemerintah daerah, (4) Masih kurangnya jumlah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), serta (5) Kurangnya tenaga assesor. Upaya yang perlu dilakukan Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas antara lain adalah : (1) Perlu makin intensifnya diseminasi kegiatan di daerah agar keterlibatan stakeholder di daerah dapat lebih luas,. (2) Koordinasi kegiatan antara Pemerintah Pusat dan Daerah perlu ditingkatkan agar keberlanjutan kegiatan di Pemerintah Pusat dapat dilakukan di Daerah. b. Jumlah Lulusan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata (Orang) Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makassar, yang 95

104 terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang tersalurkan di industri pariwisata baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan lapangan kerja sektor pariwisata. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel Target dan Realisasi Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata (Orang) Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja pada tahun 2015 mencapai orang dari 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata yang terdiri dari STP Bandung 620 orang, STP Bali 662 orang, Akpar Medan 264 orang, dan Akpar Makassar 204 orang. Persentase jumlah lulusan yang terserap di industri pariwisata dapat kita lihat dari pelaksanaan jobfair di masing-masing UPT dimana kebutuhan industri pariwisata akan tenaga kerja pariwisata lebih besar dari jumlah lulusan dari UPT di bawah Kementerian Pariwisata. Dari pelaksanaan jobfair di empat UPT jumlah lowongan kerja berkisar posisi sedangkan yang ikut berpartisipasi mencari pekerjaan pada pelaksanaan jobfair tersebut hanya berkisar orang, angka tersebut secara matematis menggambarkan untuk tiap 5 (lima) posisi memperebutkan 1 (satu) tenaga kerja, sehingga peluang untuk diterima lebih dari 100%. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa SDM pariwisata berpeluang tinggi untuk terserap di industri pariwisata. Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2015 dengan capaian kinerja tahun 2014, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut: 96

105 Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) ,60 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2015 mencapai orang. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari peningkatan realisasi mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2015 berkisar 10,56% per tahun. Kontribusi langsung pariwisata Indonesia terhadap kesempatan kerja di Asia berada di peringkat ke-5 dengan jumlah tenaga kerja sebesar orang tetapi kontribusi total tenaga kerja pariwisata terhadap tenaga kerja seluruhnya berada di peringkat 104. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2015 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1) Wisuda Pada tahun 2015 jumlah lulusan ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata telah meluluskan sebanyak 1750 orang dari target 1750 orang terdiri dari STP Bandung 620 orang, STP Bali 662 orang, Akpar Medan 264 orang, dan Akpar Makassar 204 orang. Hal ini sejalan dengan kebijakan zero unemployment yang telah dicanangkan bahwa selambatlambatnya dalam waktu satu tahun seluruh lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan tinggi kepariwisataan Kementerian Pariwisata sudah mendapatkan pekerjaan. Gambar 3.45 Wisuda Perguruan Tinggi Pariwisata 97

106 TERLAKSANANYA / TERWUJUD NYA PE LA KSANAA N REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGA N KEM ENTERIA N PARIWISATA 2) Job Fair Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata senantiasa melakukan upaya yang dapat menyalurkan para lulusannya untuk dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun internasional. Upaya tersebut antara lain kegiatan bursa kerja atau Job Fair yang melibatkan perusahaan peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo. Dari sasaran meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata ditemukenali beberapa permasalahan dan upaya yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut, dijelaskan sebagai berikut: Permasalahan Sejumlah permasalahan yang masih dihadapi antara lain adalah: (1) Masih banyaknya SDM bidang pariwisata yang belum tersertifikasi dalam persiapan menghadapi MEA. (2) Masih kurangnya kuantitas dari lulusan pendidikan tinggi bidang pariwisata untuk mengimbangi permintaan tenaga kerja dari industri pariwisata Upaya yang Dilakukan Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas antara lain adalah: (1) Meningkatkan kuantitas SDM tersertifikasi di bidang pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun mandiri; (2) Mengembangkan pendidikan tinggi pariwisata untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan. (3) Meningkatkan kualitas SDM bidang pariwisata dalam memasuki MEA. 10 TERLAKSANANYA/ TERWUJUDNYA PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA Sasaran terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata, dapat dilihat dari presentase Indeks Reformasi Birokrasi. Indeks Reformasi Birokrasi merupakan penilaian kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata. Nilai ini merupakan nilai komulatif dari 8 area perubahan sebagaimana Permenpan No. 11 Tahun 2015 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: 98

107 Tabel Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 14 Indeks Reformasi Birokrasi (Persentase) 70% 64,47 % * 92,10 Dari tabel diatas terlihat bahwa dari target indeks reformasi birokrasi sebesar 70% sesuai hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui surat no B/ /D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 baru tercapai 64,47%, penilaian ini baru sampai dengan posisi bulan Desember 2015, hal ini disebabkan karena evaluasi oleh Inspektorat baru akan dilaksanakan pada bulan Maret 2016 melalui PMPRB, hasilnya akan dievaluasi kembali oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada bulan Mei-Juni 2016, hasilnya baru akan menjadi hasil final Indeks Reformasi Birokrasi Tahun2015. Rincian penilaiannya terlihat pada tabel berikut: A B No Pengungkit Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai 2014 Nilai2015 % Capaian 1 Manajemen Perubahan 5,00 3,68 3,58 71,64% 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 2,71 2,71 54,25% 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 2,82 3,84 64,06% 4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,34 3,47 69,35% 5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 6,74 7,84 52,29% 6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 4,35 72,47% 7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,52 5,99 49,88% 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,30 4,05 67,42% Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 33,46 35,83 59,71% Hasil 1 Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 20,00 13,97 14,64 73,18% 2 Pemerintah Yang Bersih Dan Bebas KKN 10,00 6,32 6,79 67,85% 3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 6,48 7,23 72,25% Sub Total Komponen Hasil 40,00 26,77 28,65 71,61% Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 60,23 64,47 64,47% Nilai indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata Tahun 2015 adalah sebesar 64,47 dengan kategori B naik sebesar 4,24 dari nilai tahun 2014 sebesar 60,23. Perkembangan capaian indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut: 99

108 Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun 2015 INDIKATOR KINERJA UTAMA REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) Indeks Reformasi Birokrasi (Persentase) 64,47 92,10 60,23 70,86 74,53 106,47 Dari tabel diatas terlihat bahwa terjadi penurunan nilai pada tahun 2014 sebesar 14,30% dari tahun 2013 sebesar 74,53% namun pada tahun 2015 meningkat kembali menjadi 64,47% atau sebesar 4,24%. Kementerian Pariwisata telah melakukan berbagai upaya untuk kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya tersebut telah menghasilkan berbagai kemajuan perbaikan tata kelola pemerintahan yang signifikan, seperti: 1. Pelaksanaan manajemen reformasi birokrasi telah didukung dengan perencanaan, dilaksanakan oleh seluruh tim reformasi birokrasi, dan dibantu oleh para agen perubahan yang selalu mendorong dan memotivasi perbaikan pola pikir, budaya kinerja dan kedisiplinan 2. Struktur kelembagaan telah disesuaikan dengan kebutuhan organisasi setelah melakukan evaluasi kelembagaan dalam rangka mewujudkan organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi; 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses manajemen internal organisasi melalui penataan tata laksana atas sebagian prosedur kerja dan optimalisasi pemanfaatan e-government, Upaya optimalisasi e-government telah dilakukan dalam kaitan peningkatan koordinasi dan pemantauan kinerja. (Bidang Penataan dan penguatan Organisasi) 4. Dalam upaya pengingkatan manajemen kinerja, seluruh jajaran pimpinan telah terlibat secara aktif dalam proses perencanaan sampai dengan monitoring kinerja. 5. Untuk meningkatkan integritas melalui pengawasan, Kementerian Pariwisata telah berupaya menerapkan pengendalian internal dan pengelolaan pengaduan masyarakat dan pencanangan Zona Integritas. 6. Memanfaatkan teknologi informasi dan berbagai media untuk menyebarluaskan informasi kepariwisataan kepada seluruh stakeholder. 100

109 Jika upaya yang sudah dilakukan di atas dikaitkan dengan hasil reformasi birokrasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau pihak penerima layanan dari Kementerian Pariwisata, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Indeks kualitas pelayanan publik yang dihasilkan dari hasil survei terhadap beberapa layanan utama Kementerian Pariwisata, yaitu layanan terhadap promosi serta fasilitasi kepariwisataan. Hasil survei terhadap penerima layanan yang dipilih melalui purposive random sampling, belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam skala 4, hasil survei persepsi pelayanan menunjukkan angka 2,89. Masih terdapat kualitas layanan yang dibawah harapan serta secara umum kualitas layanan Kementerian Pariwisata masih sedikit di bawah rata-rata layanan kementerian/lembaga lainnya. Sedangkan kualitas layanan di Kementerian Pariwisata dibandingkan dengan rata-rata layanan di kementerian/lembaga lainnya adalah sebagai berikut: Grafik 3.10 Perbandingan Kualitas Layanan Kemenpar dengan layanan di K/L Lain 101

110 Untuk meningkatkan nilai indeks pelayanan publik, Kementerian Pariwisata melaksanakan Program Quick Wins Reformasi Birokrasi sebagai berikut: a. Fasilitasi pengembangan Wisata Sejarah dan Religi (jalur samudera Ceng Ho dan Jalur Sutra) b. Koordinasi pengembangan dan pemanfaatan kawasan geologi sebagai Geopark c. Pelayanan promosi pariwisata nusantara yang terintegrasi secara nasional d. Peningkatan kualitas pelaksanaan event e. Peningkatan kapasitas SDM melalui fasilitasi sertifikasi SDM pariwisata di 34 Provinsi Indonesia f. Penyempurnaan Pelayanan pendidikan melalui Seleksi Bersama Masuk Sekolah (SBM STAPP) yang terintegrasi secara online mellaui website Kementerian Pariwisata 2. Indeks persepsi anti korupsi Indeks persepsi anti korupsi merupakan persepsi penerima layanan terhadap integritas petugas pemberi layanan. Integritas ini ditinjau tidak hanya dari sistem layanan yang mungkin berpotensi menyimpang, namun juga perilaku pemberi layanan dalam bersikap, misalnya menawarkan layanan yang lebih cepat, kesediaan menerima gratifikasi, ketersediaan sarana pengaduan dan sebagainya. Hasil survei atas indeks persepsi anti korupsi menunjukkan gambaran yang tidak memuaskan. Dalam skala 4, indeks persepsi anti korupsi menunjukkan angka 3,02, sedikit lebih rendah dari rata-rata kementerian/lembaga yang 3,13. Untuk meningkatkan Indeks persepsi anti korupsikementerian Pariwisata telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Pembangunan unit kerja untuk memperoleh predikat menuju WBK/ WBBM; b. Pelaksanaan pengendalian Gratifikasi telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata; c. Pelaksanaan whistleblowing system telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Internal di Lingkungan Kementerian Pariwisata; d. Pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 4 Tahun 2015 tentang Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Pariwisata; e. Pembangunan SPIP di lingkungan unit kerja; f. Penanganan pengaduan masyarakatkepentingan telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Pariwisata; 102

111 Untuk meningkatkan terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan kementerian pariwisata, telah dilakukan upaya-upaya perbaikan pada 8 area perubahan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2015 untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran tersebut sebagai berikut : 1. Bidang Manajemen Perubahan Salah satu sumber permasalahan birokrasi adalah perilaku negatif yang ditunjukkan dan dipratikkan oleh para birokrat. Perilaku ini mendorong terciptanya citra negatif birokrasi. Perilaku yang sudah menjadi mental model birokrasi yang dipandang lambat, dan berbelit-belit, tidak inovatif, tidak peka, inkonsisten, malas, feodal dan lainnya. Karena itu, fokus perubahan reformasi birokrasi ditujukan pada perubahan mental aparatur. Perubahan mental model/model perilaku aparatur diharapkan akan mendorong terciptanya budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien serta mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dalam rangka menjawab tantangan tersebut sesuai dengan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasi yang menjadi kewajiban Kementerian Pariwisata di bidang area manajemen perubahan antara lain; a. Pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan integritas, dan b. Pembentukan agen perubahan yang dapat mendorong terjadinya perubahan pola pikir Untuk itu telah diprogramkan beberapa kegiatan pendukung yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, mulai dari Pengembangan/Pembangunan Sistem, Sosialisasi dan Implementasi dan Pengukuran Dampak Pengembangan Budaya Kerja antara lain dengan kegiatan: a. Penyusunan Pengembangan Budaya Kerja b. Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria Manajemen Perubahan c. Penyusunan Kode Etik Pegawai d. Sosialisasi Pengembangan Budaya Kerja, dan e. Bimtek Managemen Perubahan 2. Bidang Penataan Peraturan Perundang-undangan Permasalahan lain yang menjadi faktor penyebab munculnya perilaku negatif aparatur adalah peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, disharmonis, dapat diinterprestasikan berbeda atau sengaja dibuat tiidak jelas untuk membuka kemungkinan penyimpangan. Kondisi seperti ini seringkali 103

112 dimanfaatkan oleh aparatur untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan negara. Karena itu perlu dilakukan perubahan/ penguatan terhadap sistem perundang-undangan yang lebih efektif dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasidi Bidang Perundang-undangan antara lain; a. Evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang-undangan yang sedang diberlakukan b. Menyempurnakan/mengubah berbagai peraturan perundang-undangan yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tindih, atau disharmonisasi dengan peraturan perundang-undangan lain. c. Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan perundang-undangan yang dipandang menghambat pelayanan. 3. Bidang Penguatan Kelembagaan Kelembagaan pemerintah dipandang belum berjalan secara efektif dan efisien. Struktur yang terlalu gemuk dan memiliki banyak hirarki menyebabkan timbulnya proses yang berbelit, kelambatan pelayanan dan pengambilan keputusan, dan akhirnya menciptakan budaya feodal pada aparatur. Karena itu perubahan pada sistem kelembagaan akan mendorong efisiensi, efektivitas dan percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan lam birokrasi. Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat mendorong terciptanya budaya/ perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien. Pembenahan sistem dalam pelaksanaan restrukturisasi kelembagaan ASN, dilakukan dengan kegiatan antara lain: a. Melakukan inventarisasi permasalahan tentang organisasi di masingmasing unit kerja Kemenpar b. Melakukan kajian terhadap struktur organisasi yang ada c. Implementasi dan sosialisasi d. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan struktur organisasi baru untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tupoksi Kementerian Pariwisata 104

113 4. Bidang Penataan Tatalaksana (Bussiness Process) Kejelasan proses bisnis/tata kerja/tatalaksana dalam instansi pemerintah juga sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal yang seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa proses yang pasti karena tidak terdapat sistem tata laksana yang baik. Hal ini kemudian mendorong terciptanya perilaku hirarki, feodal, dan kurang kreatif pada birokrat/aparatur. Karena itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat diperlukan dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan sekaligus juga untuk mengubah mental aparatur. Pembangunan sistem dalam penerapan e-government dilakukan melalui penerapan aplikasi e-office dalam administrasi persuratan dan penerapan e- commando, dengan kegiatan antara lain: a. Inventarisasi bidang/unit kerja pengguna aplikasi b. Pembahasan rencana penggunaan aplikasi dalam administrasi persuratan c. Implementasi aplikasi e-office dan e-commando di seluruh unit kerja Kemenpar d. Melakukan evaluasi atas implementasi 5. Bidang Penguatan Sistem SDM Aparatur Sipil Negara Perilaku aparatur sangat dipengaruhi oleh bagaimana setiap instansi pemerintah membentuk SDM Aparaturnya melalui penerapan sistem manajemen SDM-nya dan bagaimana Sistem Manajemen SDM yang tidak diterapkan secara nasional. Sistem manajemen SDM yang tidak diterapkan dengan baik mulai dari perencanaan pegawai, pengadaan hingga pemberhentian akan berpotensi menghasilkan SDM yang tidak kompeten. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan. Karena iru, perubahan dalam pengelolaan SDM harus selalu dilakukan untuk memperoleh sistem manajemen SDM yang mampu menghasilkan pegawai yang profesional. Perbaikan Berkelanjutan Sistem Perencanaan Kebutuhan Pegawai ASN dilaksanakan melalui kegiatan antara lain : a. Assesment terhadap seluruh pegawai b. Sosialisasi dan impelemntasi dalam sistem perencanaan kebutuhan pegawai ASN, Penyusunan analisis beban kerja setiap jabatan dan unit kerja dan implementasi atas pelaksanaan analisis beban kerja c. Melakukan evaluasi penilaian terhadap sistem perencanaan kebutuhan pegawai ASN 105

114 6. Bidang Penguatan Pengawasan Dalam rangka peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang menjadi tanggungjawab kementerian pariwisata dan sebagai langkah riil untuk meminimalisir berbagai penyimpangan yang terjadi serta untuk meningkatkan kualitas pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Pariwisata perlu dilakukan peningkat dan penguatan peran dan fungsi pengawasan. Karena lemahnya peran dan fungsi pengawasan akan mendorong tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama semakin menjadi, sehingga berubah menjadi kebiasaan. Karena itu perubahan perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui perubahan atau penguatan pengawasan. Dalam rangka mencapai kondisi tersebut telah dilakukan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasionalreformasi birokrasi di Bidang Penguatan Pengawasan yaitu; a. Predikat WBM/WBBM telah dilakukan Pencanangan Zona Integritas; b. Pelaksanaan Pengendalian Gratifikasi telah ditetapkan Permen tentang Pengendalian Gratifikasi, dan Unit Pengendalian Gratifikasi; c. Pelaksanaan Whistleblowing system telah ditetapkan Permen tentang Pengaduan Internal di lingkungan Kementerian Pariwisata, Tim verifikator dan penelaah dalam penanganan Whistleblowing system, Bimbingan teknis dari dari LKPP kepada tim, Pembukaan Akun ke Aplikasi Pengaduan Whistleblowing; d. Pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan telah ditetapkan Permen Pariwisata tentang Benturan Kepentingan; e. Pembangunan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah ditetapkan Permen Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian Parekraf. Pembentukan dan Penetapan Satuan Tugas SPIP di masingmasing unit kerja eselon I, Bimbingan teknis dan sosialisasi SPIP. Implentasi SPIP juga telah dilakukan dengan Penyusunan Dokumen Lingkungan Pengendalian, Identifikasi Resiko, kegiatan pengendalian dan penyusunan SOP. 7. Bidang Penguatan Akuntabilitas Kinerja Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber yang diberikan kepadanya bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mampu menghasilkan outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat penerapan sisitem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi lebih 106

115 berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai dengan segala sumber-sumber yang dipergunakannya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut reformasi birokrasi Bidang Penguatan Akuntabilitas akan melaksanakan kegiatan prioritas nasional yaitu Pembangunan/ Pengembangan teknologi Informasi dalam manajemen Kinerja dan kegiatan pendukung untuk mewujudkan kinerja yang terstruktur dan saling mendukung mulai dari tingkat pimpinan tertinggi yang dijabarkan ke struktur di bawahnya sampai dengan staf, sedangkan untuk pengukuran kinerja akan ditetapkan indikator-indikator sesuai dengan level kinerjanya. Melalui beberapa kegiatan antara lain; a. Review e-performance b. Sosialisasi e-performance dan Bimbingan teknis c. Monev pelaksanaan e-performance d. Pengukuran kinerja 8. Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pelayanan publik menjadi aspek lain yang selalu menjadi sorotan masyarakat. Penerapan sistem manajemen pelayanan belum sepenuhnya mampu mendoronng peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah, berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas, dan terjangkau serta menjaga profesionalisme para petugas pelayanan. Oleh Karena itu, perlu dilakukan penguatan terhadap sistem manajemen pelayanan publik agar mampu mendorong perubahan profesionalisme para penyedia pelayanan serta peningkatan kualitas pelayanan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Kementerian Pariwisata melakukan kegiatan antara lain : a. Penerapan Pelayanan Satu Atap b. Deregulasi Dalam Rangka Mempercepat Proses Pelayanan c. Pembangunan/Pengembangan Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Selain itu, reformasi birokrasi kepariwisataan secara internal juga dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui digitalisasi program untuk pemantauan media, e-procurement, e-office, Electronic Control Management Direction and Order (e-comando), serta seleksi bersama masuk sekolah tinggi, akademi, dan politeknik pariwisata. Kementerian Pariwisata juga melakukan digitalisasi di dalam birokrasi untuk membangun sinergi di dalam intansi Kementerian Pariwisata itu sendiri. Gambar 3.46 e-goverment Kementerian Pariwisata 107

116 Dalam rangka lebih meningkatkan kualitas birokrasi serta mampu lebih menumbuhkan budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya, terdapat beberapa hal yang masih perlu disempurnakan yaitu: 1. Meningkatkan kualitas manajemen reformasi birokrasi yang sebelumnya telah dilakukan, melalui penyempurnaan Road Map Reformasi Birokrasi maupun perencanaan tahunan reformasi birokrasi berdasarkan hasil evaluasi; 2. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala atas kegiatan-kegiatan reformasi birokrasi dalam rangka memastikan proses reformasi birokrasi telah berjalan sesuai dengan rencana; 3. Meningkatkan kualitas harmonisasi peraturan perundang-undangan melalui identifikasi, analisis dan pemetaan seluruh peraturan internal maupun eksternal terkait dan melakukan revisi atas peraturan tersebut apabila ditemukan peraturan yang tidak harmonis; 4. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja, perlu dilakukan penyelesaian reviu dan revisi seluruh prosedur kerja. 5. Meningkatan kualitas pengelolaan SDM melalui peningkatan kapasitas pegawai berdasarkan pada gap kompetensi serta menyusun rencana pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan, penilaian kinerja individu yang selaras dengan kinerja organisasi serta menyegerakan pelaksanaan kebijakan promosi terbuka jabatan pimpinan tinggi secara kompetitif dan obyektif; 6. Penguatan pengawasan dengan meningkatkan kualitas penerapan kebijakan penanganan gratifikasi, Whistle-Blowing System, dan benturan kepentingan. Selain itu juga melakukan monitoring dan evaluasi penerapan seluruh kebijakan pengawasan. 7. Menindaklanjuti pencanangan Zona Integritas melalui pembangunan unit kerja pelayanan percontohan; 8. Melakukan survei atas seluruh jenis pelayanan kepada stakeholder, untuk memperoleh umpan balik dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik. 108

117 11 MENINGKATNYA KUALITAS KINERJA ORGANISASI KEMENTERIAN PARIWISATA Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Kinerja Organisasi Kementerian Pariwisata adalah Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata, yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, yang merupakan hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut: A. OPINI KEUANGAN KEMENTERIAN PARIWISATA Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Upaya konkrit dalam mewujudkan Akuntabilitas dan Transparansi di lingkungan Kementerian Pariwisata selaku instansi pemerintah yang melaksanakan penggunaan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara serta melaksanakan pengintegrasian pelaporan keuangan dan kinerja yang merupakan konsekuensi logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan keuangan adalah opini laporan keuangan Kementerian/Lembaga yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah, yaitu: (1) Tidak diyakini kewajaran (Adverse); (2) Tidak memberikan pendapat (Disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Penilaian ini diukur melalui kriteria pemberian opini atas audit laporan keuangan oleh BPK yang meliputi: kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Capaian indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata adalah sebagai berikut : 109

118 Tabel Target dan Realisasi Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 15 Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata WDP Masih dalam proses audit BPK - Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata pada saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini masih dalam proses audit BPK, sehingga belum dapat diukur apakah indikator kinerja ini mencapai target atau tidak. Untuk melihat perkembangan indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata apakah mengalami peningkatan atau penurunan, perlu dibandingkan capaian indikator di tahun Perbandingannya terlihat pada tabel berikut : Tabel Perbandingan Opini Laporan Keuangan tahun INDIKATOR KINERJA UTAMA Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata REALISASI Masih dalam proses audit BPK CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) - Disclaimer - Disclaimer - Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 dan 2014 capaian tidak mengalami peningkatan, sedangkan untuk tahun 2015 pada saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja 2015 ini masih dalam proses audit BPK, sehingga belum dapat diketahui apakah di Tahun 2015 ini mengalami peningkatan atau penurunan. Penurunan opini laporan keuangan pada tahun 2013 dan 2014 penyebab utamanya adalah perubahan nomenklatur organisasi kementerian, semula Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan terakhir saat ini menjadi Kementerian Pariwisata. Perubahan berulang pada nomenklatur organisasi kementerian ini berakibat pada penataan dan pencatatan aset (aset tetap, peralatan, mesin dan nilai barang persediaan) mengalami dinamika perubahan yang cukup signifikan sehingga berpengaruh pada nilai transaksi yang keluar dan masuk dalam neraca baik pada sistem akuntansi keuangan maupun pada sistem manajemen akuntansi barang milik negara. 110

119 Untuk meningkatkan pencapaian laporan keuangan agar tidak mendapat opini disclaimer lagi di Tahun 2015, telah ditempuh berbagai strategi antara lain: 1. Melakukan reinventarisasi terhadap nilai keseluruhan aset dan nilai barang persediaan yang dialihkan; 2. Menyediakan dan meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang kompeten di bidang pengelolaan keuangan secara memadai melalui berbagai bimbingan teknis dan sosialisasi; 3. Membentuk sifat dan sikap profesional dalam melaksanakan tugas dengan meningkatkan sistem pengendalian internal (SPI) pada masing-masing satuan kerja; 4. Menyusun rencana kerja secara jelas dan terukur untuk mencapai kualitas laporan keuangan yang baik dimulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaporan; 5. Memahami pemanfaatan laporan keuangan yang tidak hanya untuk keperluan pertanggungjawaban, namun juga sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan; 6. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan negara sehingga terwujud laporan keuangan yang andal dan akuntabel; 7. Mengupayakan pemberikan reward and punishment bagi pengelola akuntansi dan pelaporan keuangan. Diakhir tahun 2015 Kementerian Pariwisata mendapat penghargaan atas Penyajian Saldo Kas Bendahara Pengeluaran Pada Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 Dengan Tingkat Akurasi Tinggi dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Gambar 3.47 Penghargaan atas Penyajian Saldo Kas Bendahara Pengeluaran Pada Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2015 dengan Tingkat Akurasi Tinggi 111

120 Penghargaan ini merupakan apresiasi terhadap upaya Kementerian Pariwisata dalam memperbaiki kualitas laporan keuangan karena salah satu indikator penilaian dalam penghargaan ini, sebagaimana tertuang dalam surat Direktur Jenderal Perbendaharaan No. S-22/017/PB/2015 tanggal 30 Desember 2015, adalah keseuaian penyajian saldo kas Bendahara pengeluaran antara laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara dengan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL). Disamping itu penghargaan ini juga menjadi suatu hal yang membanggakan karena hanya 10 kementerian yang mendapatkannya. Berikut ini 10 kementerian dimaksud: Tabel Daftar Kementerian/Lembaga Penerima Penghargaan dari Kementerian Keuangan No Kode BA Nama Kementerian Negara/Lembaga Kementerian Pertahanan Badan Pengawas Pemilu Badan Tenaga Nuklir Nasional Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kementerian Sosial Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kementerian Pariwisata Kementerian Perindustrian Sumber: Kemenkeu 2015 Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka percepatan akuntabilitas dan peningkatan kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Penyelesaian Masalah Perbendaharaan dilaksanakan dengan mengadakan pemantauan tindaklanjut penyelesaian tuntutan ganti rugi di UPT/SKPD dan Sosialisasi Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), auditor, bendahara sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah temuan, piutang dan langkah-langkah untuk meningkatkan opini laporan keuangan. 2. Meningkatkan pengelolaan PNBP melalui Pemantauan laporan realisasi anggaran pendapatan secara intensif,sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP dan menetapkan target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun

121 3. Penyusunan Laporan Keuangan tingkat Kementerian tahun 2014 Unaudited dan Audited, Laporan Keuangan semester I tahun 2015, Pseudo laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Oktober dan 30 November Implementasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis Akrual Penerapan akuntansi berbasis akrual pada Kementerian Pariwisata di tahun 2015 merupakan tantangan baru sekaligus peluang yang baik dalam meningkatkan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara. Dengan penerapan akuntansi berbasis akrual pemerintah akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan dan pertanggungjawaban Pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance, clean government, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Pemerintah pada seluruh tahapan siklus anggaran antara lain dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, pengendalian defisit anggaran dan penentuan besaran biaya penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi salah satu alat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi. 5. Kegiatan Pembinaan Pengelola BMN Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian Pariwisata melalui kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Barang Milik Negara, Bimbingan Teknis Persediaan, Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa, Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit Layanan Pengadaan. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target Opini Laporan Keuangan tahun 2015, sehingga berakibat pada pencapaian yang belum maksimal adalah: 1. Belum optimalnya komitmen para pejabat pusat dan daerah dalam mendorong kualitas laporan keuangan dan percepatan penyelesaian temuan sehingga terkesan lambat dalam menindaklanjuti temuan dalam LHP BPK. 2. Penerapan reward and punishment belum ada sehingga para pelaksana kurang termotivasi untuk meningkatkan kinerja di lingkungan unit kerja masingmasing. 3. Kualitas operator penyusun Laporan Keuangan pada masing-masing satuan kerja belum optimal, sehingga laporan keuangan belum disajikan dan diungkapkan secara lengkap (full disclosure). 4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan para Penanggung Jawab kegiatan belum sepenuhnya taat terhadap peraturan pengelolaan keuangan negara sehingga temuan berulang pada pengadaan barang/jasa dan pelaksanaan perjalanan dinasmasih terjadi. 113

122 5. Opini Keuangan Disclaimer, dapat mempengaruhi jumlah anggaran Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya, bahkan lebih jauh dapat berdampak pada tidak meningkatnya tunjangan kinerja pegawai, yang pada akhirnya dapat menurunkan motivasi kerja pegawai. 6. Penurunan kapasitas Inspektorat, sebagai akibat bergesernya Kementerian Pariwisata menjadi Kementerian Klaster III, dalam hal ini Inspektur Jenderal (eselon I) menjadi Inspektorat (eselon II). Kondisi ini berpotensi menimbulkan permasalahan kecepatan proses audit internal Kementerian Pariwisata. 7. Inventarisasi barang milik negara belum selesai. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi kinerja akuntabilitas Kementerian Pariwisata khususnya opini keuangan, mengingat permasalahan barang milik negara ini merupakan penyumbang terbesar opini disclaimer yang diperoleh Kementerian Pariwisata. 8. Kompetensi SDM Auditor belum memadai, sehingga dibutuhkan percepatan peningkatan kapasitas auditor di lingkungan Kementerian Pariwisata, agar dapat menjawab tantangan audit internal yang semakin besar sebagai akibat meningkatnya anggaran Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya secara signifikan UPAYA YANG DILAKUKAN Langkah-langkah yang dilakukan dalam meminimalisir permasalahan di atas adalah : 1. Melaksanakan percepatan proses pengadaan barang/jasa dengan melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara rutin dan menginventarisasi permasalahan yang dihadapi. 2. Menyusun petunjuk teknis Sistem Akuntansi Berbasis Akrual, petunjuk teknis (DAK) dan petunjuk teknis lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam DIPA 3. Meningkatkan koordinasi dengan Instansi lain terkait permasalahan yang ditemui pada saat pelaksanaan, dalam hal ini Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait proses pengadaan barang dan jasa serta Kementerian Keuangan terkait proses pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan. 4. Dalam rangka menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, telah dilakukan upaya sebagai berikut : a. Membentuk Tim Pengelola Perbaikan Sistem PNBP untuk memperbaiki Sistem Pengelolaan PNBP; b. Melakukan koordinasi dengan Menteri Keuangan serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk penetapan saldo aset persediaan hasil likuidasi; c. Melaksanakan pembenahan menyeluruh atas pengelolaan Aset Tetap; 114

123 d. Sudah dibuat laporan tim inventarisasi aset tentang rencana aksi penyelesaian tindak lanjut temuan BPK yaitu maping database SIMAK, sinkronisasi SIMAK dan SAI, sinkronisasi LK BMN dengan LK DJKN, pendampingan Inventarisasi aset rusak berat, hilang, dikuasai pihak lain, pendampingan penyusunan laporan hasil Inventarisasi aset tetap, usulan penghapusan/hibah aset tetap, pendampingan tindak lanjut usulan hasil inventarisasi aset dan perbaikan database SIMAK komprehensif. e. Membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) dan Tim Reinvetarisir asset f. Melakukan In House Training dan pendampingan dengan instansi terkait (Kementerian Keuangan dan BPKP) B. PREDIKAT SAKIP KEMENTERIAN PARIWISATA Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang terselenggara secara manual atau komputerisasi yang dirancang dan ditetapkan untuk tujuan pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara kolektif. Penentuan Predikat SAKIP adalah berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB setiap tahunnya. Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome serta kinerja lainnya. Capaian Indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata adalah sebagai berikut : Tabel Target dan Realisasi Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (Nilai) A BB - Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata dengan target A (Memuaskan) dapat direalisasikan dengan predikat BB (Sangat Baik). Nilai Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, diperoleh berdasarkan hasil evaluasi SAKIP yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB dan disampaikan kepada Kementerian Pariwisata melalui Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3986/M.PANRB/12/2015 tanggal 11 Desember 2015 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 115

124 Berdasarkan surat tersebut diatas, hasil evaluasi menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata memperoleh nilai 72,08 atau predikat BB (Sangat Baik). Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada hasil di Kementerian Pariwisata sudah menunjukkan hasil yang baik. Pada tahun 2015 tingkat akuntabilitas kinerja Kementerian Pariwisata berada pada urutan 19 dari 77 K/L, dengan kategori BB (Sangat Baik). Berikut rincian kategori tingkat akuntabilitas kinerja Kementerian/ Lembaga Tahun 2015; kategori AA (Sangat Memuaskan) belum ada K/L yang memperoleh, kategori A (Memuaskan) sebanyak 4 K/L, Kategori BB (Sangat Baik) sebanyak 21 K/L(termasuk Kementerian Pariwisata), Kategori B (Baik) sebanyak 36 K/L, kategori CC (Cukup) sebanyak 16 K/L, kategori C (Kurang) dan kategori D (Sangat Kurang) tidak ada K/L yang mendapatkan kategori tersebut. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target pada Perjanjian Kinerja (PK) setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel Perbandingan Capaian tahun 2013 s.d. tahun 2015 terhadap Perjanjian Kinerja (PK) INDIKATOR KINERJA UTAMA REALISASI % REALISASI % REALISASI % Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata BB - B - B - Dari tabel di atas terlihat bahwa realisasi di tahun 2015 mendapat predikat BB (Sangat Baik) meningkat bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 dan 2013 yaitu predikat B (Baik). Prestasi yang dicapai oleh Kementerian Pariwisata dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja tahun 2015 mendapat apresiasi berupa penerimaan piagam penghargaan yang diserahkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden pada Desember 2015, yang dihadiri oleh seluruh pimpinan dan perwakilan Kementerian/Lembaga. 116

125 Gambar 3.48 Penyerahan penghargaan oleh Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla kepada Kementerian Pariwisata yang diterima oleh Sekretaris Kementerian, Bapak Ukus Kuswara, di Istana Wapres. Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan publikasi laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian adalah salah satu upaya transparansi oleh pemerintah, selain itu dikatakan bahwa penyampaian laporan kinerja akuntabilitas tahunan tersebut mirip penyerahan rapor siswa sekolah, dengan harapan akan ada perbaikan bagi kementerian, lembaga pemerintah non-kementerian dan pemerintah provinsi yang mendapat predikat di bawah kategori A. "Ini menjadi cara mengevaluasi dan meningkatkan kinerja kita semua, karena apapun yang kita lakukan jika tanpa evaluasi maka tidak akan bisa diketahui penilaiannya, baik secara makro maupun mikro. Hasil evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Kementerian Pariwisata meliputi 5 (lima) komponen besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja. Berdasarkan PermenPAN & RB Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terjadi perubahan terhadap sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi kinerja, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 117

126 Tabel Perubahan Pembobotan tahun 2015 dan tahun 2014 NO KOMPONEN SAKIP BOBOT NILAI BOBOT NILAI 1. Perencanaan Kinerja 30 21, ,13 2. Pengukuran Kinerja 25 17, ,08 3. Pelaporan Kinerja 15 12, ,04 4. Evaluasi Kinerja 10 6, ,05 5. Capaian Kinerja 20 14, ,67 Nilai Hasil Evaluasi , ,97 Tingkat Akuntabilitas Kinerja Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perubahan pada komponen perencanaan kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 35 % sedangkan pada tahun 2015 menjadi 30% dan untuk komponen pengukuran kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 20% menjadi 25% pada tahun Dari perubahan tersebut, capaian pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 72,08 turun sebesar 1,89 dari nilai 73,97 pada tahun 2014, namun untuk predikat Kementerian Pariwisata mengalami peningkatan dari predikat B menjadi predikat BB. Disamping perubahan sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi kinerja, perubahan juga dilakukan terhadap penyebutan pada predikat dan kategori, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : BB B Tabel Perubahan Penyebutan Predikat dan Kategori BOBOT RANGE NILAI INTERPRETASI BOBOT RANGE NILAI INTERPRETASI AA > Sangat Memuaskan AA > Memuaskan A >80 90 Memuaskan A >75-85 Sangat baik BB >70 80 Sangat Baik B >65-75 Baik B >60 70 Baik CC >50-65 Cukup Baik CC >50 60 Cukup (Memadai) C >30-50 Agak Kurang C >30-50 Kurang D 0-30 Kurang D 0-30 Sangat Kurang

127 Berdasarkan peringkat nilai hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dari seluruh Kementerian/Lembaga Tahun 2015 dan Tahun 2014, peringkat Kementerian Pariwisata dapat dilihat tabel berikut : Tabel Target dan realisasi Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata NO. INSTANSI NILAI/ PREDIKAT 2015 INSTANSI NILAI/ PREDIKAT Kementerian Keuangan A Kementerian Keuangan A 2 Komisi Pemberantasan Korupsi A KPK A 3 Kementerian Kelautan A BPKP A Perikanan 4 Badan Pemeriksa Keuangan A Kementerian Kelautan dan A Perikanan 5 Badan Pengawasan Keuangan BB Kementerian PAN & RB A Dan Pembangunan 6 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negera Dan Reformasi Birokrasi BB BPKP A 7 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas BB Kementerian PPPN/Bappenas 8 Kementerian Sekretaris Negara BB Kementerian Pertahanan B 9 Kementerian Perindustrian BB Kementerian Kesehatan B 10 Badan Pusat Statistik BB Kementerian Pariwisata B dan Ekonomi Kreatif 11 Mahkamah Konstitusi BB Kementerian Kehutanan B 12 Kementerian Pendidikan Dan BB Kementerian Riset dan B Kebudayaan Teknologi 13 Badan Koordinasi Penanaman BB Kemendikbud B Modal 14 Kementerian Perdagangan BB Kementerian Perhubungan B 15 Kementerian Kesehatan BB Kementerian Perdagangan B 16 Pusat Pelaporan Dan Analisis BB Kementerian Hukum Dan B Transaksi Keuangan Hak Assasi Manusia 17 Kementerian Luar Negeri BB Setjen Mahkamah Konstitusi B 18 Kementerian Pertanian BB Sekretariat Kabinet Ri B 19 Kementerian Pariwisata BB Badan Intelejen Negara B 20 Lembaga Administrasi Negara BB Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan 22 Kementerian Dalam Negeri BB Badan Pengkajian dan B Penerapan Teknologi 23 Kementerian Energi Sumber BB Arsip Nasional Republik B Daya Mineral Indonesia 24 Badan Tenaga Nuklir Nasional BB Lembaga Penerbangan dan B Antariksa Nasional 25 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia BB Badan Kepegawaian Negara B A B 119

128 Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk predikat, Kementerian Pariwisata mengalami kenaikan, dari predikat B (Baik) di tahun 2014 menjadi predikat BB (Sangat Baik) di tahun 2015, namun untuk peringkat Kementerian Pariwisata mengalami penurunan, berada pada peringkat 10 dari seluruh Kementerian/Lembaga di tahun 2014 menjadi peringkat 19 di tahun 2015, hal ini disebabkan karena belakangan ini Kementerian/Lembaga lain semakin termotivasi dalam meningkatkan akuntabilitas kinerjanya sehingga terdapat 20 Kementerian/Lembaga lain yang juga mendapat predikat BB (Sangat Baik). Berdasarkan hasil evaluasi diatas, untuk meningkatkan nilai dan predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, Kementerian PAN & RB memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Mendorong diterapkannya anggaran berbasis kinerja, dengan cara memastikan dan meminta seluruh unit kerja mempertanggungjawabkan kinerja atau hasilnya terlebih dahulu (termasuk janji atau outcome yang belum terwujud) sebelum mengajukan anggaran. Memastikan seluruh unit kerja dapat mengkaitkan kinerja utama (indikator dan target) dengan penganggarannya (mengaitkan IKU dengan anggarannya) ; 2. Melakukan monitoring, mengukur, dan menyimpulkan kinerja sebagaimana yang disepakati di tiap tingkatan dan mengaitkannya dengan penghargaan dan pengakuan (reward and recognition) atas capaian kinerja yang pantas; 3. Inspektorat atau tim evaluasi agar terus mendorong dan memastikan unit kerja untuk lebih akuntabel terhadap kinerjanya dan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja serta memberikan rekomendasi yang mampu membangun unit yang berbudaya (akuntabel terhadap) kinerja; 4. Setiap penanggung jawab program agar melakukan evaluasi program dalam rangka memastikam tersedianya jawaban terukur atas keberhasilan programprogram prioritas atau unggulan yang ada di Kementerian. Penanggungjawab program harus memastikan keberhasilan maupun kekurangkeberhasilan suatu program secara nyata dan terukur, perubahan kondisi yang terjadi atau perubahan yang terjadi pada suatu target grup (kelompok) tertentu yang menjadi target perubahan 5. Meningkatkan transparansi dengan memastikan diunggahnya dokumen dan informasi yang berhak (seharusnya) diketahui oleh publik (Seperti Renstra, Perjanjian Kinerja, IKU, dan Laporan Kinerja) kedalaman laman (website) resmi milik Kementerian Pariwisata dan/atau milik unit kerja dan memastikan informasi yang disajikan bersifat terkini (updated). 120

129 6. Terus mendorong dan memfasilitasi upaya peningkatan kualitas penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja di seluruh unit kerja, baik di pusat maupun didaerah. Dalam upaya meningkatkan capaian indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Tahun Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyusun Rencana Strategis (Renstra). Renstra merupakan dokumen perencanaan untuk periode lima tahun kedepan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsinya. Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun disusun mengacu pada usulan Rencana Jangka Menengah yang disusun Kementerian Pariwisata, serta Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta mengemban amanat visi dan misi Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA. Renstra Kementerian Pariwisata disusun sebagai pedoman penyusunan program, kegiatan dan pelaksanaan kebijakan yang merupakan salah satu subkomponen dari komponen Perencanaan Kinerja pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan bobot 30% dalam mengevaluasi tingkat akuntabilitas kinerja. 2. Penyusunan Renja K/L Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional, penyusunan RAPBN berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan memperhitungkan ketersediaan anggaran. RKP merupakan dokumen perencanaan tahunan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RAPBN dan dasar pelaksanaan kegaitan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional yang memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Renja K/L merupakan dokumen perencanaan yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian/Lembaga sebagai penjabaran dari Rencana Strategis K/L (Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran. Penyusunan Renja K/L oleh 121

130 Kementerian/Lembaga dilaksanakan setelah dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga yang merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum serta Tema dan Prioritas Pembangunan Nasional. Pagu Indikatif tersebut merupakan batas tertinggi alokasi anggaran yang dirinci menurut program dan kegiatan prioritas yang pendanaannya terdiri atas rupiah murni, PHLN, dan PNBP. Berkenaan dengan telah diberlakukannya penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) secara penuh yang menggunakan struktur program dan kegiatan hasil restrukturisasi, maka mekanisme penyusunan Renja K/L menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Dalam upaya peningkatan kinerja dan pencapaian visi dan misi Kementerian Pariwisata, Sekretariat Kementerian dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, telah mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja Kementerian (Renja K/L) Tahun Renja K/L ini merupakan pengganti fungsi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang dulu menjadi salah satu subkomponen dalam mengevaluasi AKIP. Dengan adanya Renja K/L ini, diharapkan sasaran dari masing-masing program dan kegiatan akan semakin tampak dan jelas karena masing-masing telah dilengkapi dengan indikator dan rencana tingkat capaian (target) secara kuantitatif. Untuk menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 yang bersifat indikatif. 3. Perjanjian Kinerja (PK) Perbaikan governance dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) dikenal sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Sistem AKIP diimplementasikan secara self assesment oleh masing-masing instansi pemerintah. Ini berarti instansi pemerintah tersebut merencanakan, melaksanakan, mengukur dan memantau kinerjanya secara mandiri serta melaporkan kepada instansi yang lebih tinggi. Dalam sistem yang mekanisme pelaksanaan demikian perlu adanya evaluasi dari pihak yang lebih independen agar diperoleh umpan balik yang obyektif untuk perbaikan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah. Seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melihat sampai sejauh mana suatu instansi pemerintah melaksanakan dan memperlihatkan kinerja organisasinya, serta sekaligus untuk mendorong adanya peningkatan kinerja instansi pemerintah, maka 122

131 perlu dilakukan pengukuran kinerja. Salah satu dokumen untuk mengukur kinerja perlu dilakukan perjanjian kinerja, dokumen tersebut merupakan salah satu subkomponen dari komponen Perencanaan Kinerja. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. 4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Kementerian memiliki dua fungsi utama sekaligus. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi Kementerian Pariwisata untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para stakeholders (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, Pelaku/industri pariwisata). Kedua, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sumber informasi bagi internal Kementerian Pariwisata untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam laporan akuntabilitas kinerja Kementerian tahun 2014 harus dapat memenuhi kebutuhan bagi pengguna baik eksternal dan internal. Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Pariwisata pada Tahun Anggaran 2015 telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang mulai dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tingkat eselon II, eselon I, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun

132 5. Indikator Kinerja Utama (IKU) Kinerja dari suatu organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan organisasi sebagai penjabaran dari visi, misi, yang mengindikasikan tingkat keberhasilaan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat kemajuan kinerja organisasi diperlukan suatu indikator atas keberhasilan yang diraih. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan, sasaran, atau kegiatan yang mencerminkan tugas pokok dan fungsi organisasi. Diantara konsep indikator kinerja adalah konsep Indikator Kinerja Utama (IKU) atau yang dikenal dengan Key Performance Indicators (KPI). Setiap organisasi atau K/L memiliki IKU yang berbeda-beda, tergantung pada tujuan, fungsi dan strategi masing-masing organisasi. Kebijakan penyusunan IKU di lingkungan Kementerian Pariwisata pada dasarnya terintegrasi dengan berbagai dokumen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang meliputi dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L), Perjanjian Kinerja (PK), Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP), sedangkan IKU itu sendiri merupakan subkomponen dari komponen Pengukuran Kinerja yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja. Setiap Instansi pemerintah menurut Peraturan Kemen PAN dan RB Nomor. PER/09.M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007, wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing tingkatan (level) secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama (IKU) instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome). 6. e-performance Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja dan menindaklanjuti amanah dalam Road Map Reformasi Birokrasi, perlu adanya sistem yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi dengan tujuan untuk memudahkan proses pemantauan dan pengendalian kinerja, yang salah satunya melalui pemanfaatan aplikasi berbasis web yaitu e-performance. E-PERFORMANCE adalah aplikasi sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah (E-SAKIP) yang bertujuan untuk memudahkan proses pemantauan dan pengendalian kinerja dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit kerja. aplikasi ini telah dioperasikan sejak tahun 2014, namun berkenaan dengan adanya perubahan struktur organisasi yang berdampak pada perubahan indikator kinerja, sehingga pada tahun 2015 telah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan yang cukup signifikan terhadap aplikasi dimaksud, baik pada tampilan maupun pada menu input data. 124

133 Server khusus untuk aplikasi e-performance ditempatkan pada ruangan Billing Cabinet Server Pusat Data dan Informasi. Untuk mengakses dapat dilakukan melalui Web www:\\eperformance.kemenpar.go.id. Masuk ke web ini, langsung dapat melihat capaian kinerja kementerian sampai dengan capaian eselon II per triwulan, tanpa login melalui user name atau password. Aplikasi ini menampilkan proses perencanaan kinerja, penganggaran kinerja, keterkaitan kegiatan/sub kegiatan dalam pencapaian target kinerja dan monitoring serta evaluasi pencapaian kinerja dan keuangan. Dokumen yang digunakan untuk menginput data: dokumen Renstra, IKU, Perjanjian Kinerja, DIPA/POK dan realisasi anggaran serta realisasi kinerja, dengan aplikasi ini publik dapat melihat capaian kinerja kementerian s.d. eselon II per triwulan. Dengan adanya aplikasi e-performance diharapkan pengukuran kinerja dapat dilakukan setiap triwulan. Ini yang diharapkan baik oleh Kementerian Pariwisata maupun oleh Kementeria PAN & RB agar dapat meningkatkan kinerja dan mendorong percepatan tercapainya target kinerja per triwulan. Diharapkan aplikasi e- Perfromance dapat dimanfaatkan secara maksimal karena berdampak pada pemenuhan kewajiban untuk meningkatkan Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan selanjutnya berdampak pula pada penilaian yang menjadi syarat peningkatan besaran tunjangan kinerja aparatur negara di lingkungan Kementerian Pariwisata. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2015 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Praktek pengukuran kinerja pihak yang sudah menyepakati perjanjian atau Kesepakatan Kinerja, belum sepenuhnya dikaitkan dengan sistem penghargaan dan pengakuan (reward and recognition), sehingga berpotensi mengurangi makna dan semangat pihak-pihak yang berjanji dan bersepakat. 2. Evaluasi kinerja internal belum sepenuhnya dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi berbasis teknologi atau sesuai yang dianjurkan Kementerian PAN & RB berupa aplikasi e-performance. 3. Penurunan kapasitas Inspektorat, sebagai akibat bergesernya Kementerian Pariwisata menjadi Kementerian Klaster III, dalam hal ini Inspektur Jenderal (eselon I) menjadi Inspektorat (eselon II). Kondisi ini berpotensi menimbulkan permasalahan kecepatan proses audit internal Kementerian Pariwisata. 125

134 4. Kementerian Pariwisata masih dalam proses transisi menuju digitalisasi, jika tidak segera melewati fase transisi, maka hal ini dapat berdampak pada berkurangnya efektivitas dan efisiensi, karena selama proses transisi proses manual dan proses digital masih harus tetap dijalankan. 5. Belum adanya mekanisme standar untuk koordinasi perencanaan dan program lintas deputi. Kondisi ini akan secara langsung mempengaruhi kualitas perencanaan, monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Sekretariat Kementerian menjadi kurang valid. UPAYA YANG DILAKUKAN Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam meminimalisir permasalahan di atas adalah : 1. Menetapkan target penyerapan dan pencapaian output untuk memenuhi kinerja yang telah ditetapkan 2. Meningkatkan peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam proses perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan proses pertanggungjawaban anggaran. 3. Menjadikan APIP sebagi mitra dalam proses pelaksanaan anggaran untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan anggaran sehingga tidak berdampak pada pertanggungjawaban. 4. Mengimplementasikan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern secara menyeluruh agar dalam penyelenggaraan kegiatan di lingkungan Kementerian Pariwisata dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif. 5. Menyediakan sistem informasi berbasis teknologi, e-government dalam rangka mendukung percepatan pencapaian target kinerja Kementerian Pariwisata 6. Telah dilaksanakan workshop tentang tata cara input data ke aplikasi e- Performance di akhir tahun 2015, dengan peserta seluruh operator dan admin yang telah ditunjuk oleh masing-masing satuan kerja, termasuk dari UPT Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Bali, serta Akpar Medan dan Makassar. 126

135 B. ANGGARAN TAHUN 2015 Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2015 mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan berubahnya nomenklatur dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi Kementerian Pariwisata. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan nomor S-876/MK.02/2014 tanggal 24 Desember 2014 tentang Alokasi Tambahan Anggaran Dalam RAPBN-P 2015, Kementerian Pariwisata mendapatkan alokasi tambahan sebesar Rp ,00 (satu triliun enam puluh miliar rupiah), dan realokasi ke Badan Ekonomi Kreatif sebesar Rp ,00 (tiga ratus enam puluh miliar sembilan puluh juta enam ratus empat puluh delapan ribu rupiah) sehingga total RAPBN-P TA 2015 Kementerian Pariwisata menjadi Rp ,00 (dua triliun empat ratus lima belas miliar tujuh ratus delapan puluh satu juta dua ratus empat puluh ribu rupiah), sebagaimana tercantum pada tabel berikut : TABEL RINCIAN PERUBAHAN BELANJA KEMENTERIAN PARIWISATA PADA APBN PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (dalam ribu rupiah) NO KEMENTERIAN/LEMBAGA APBN TA 2015 PERUBAHAN RAPBNP TA Kementerian Pariwisata Badan Ekonomi Kreatif ( ) - Total Selanjutnya Kementerian Pariwisata mendapatkan tambahan dari BA-BUN (Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara), melalui Surat Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran (SP-SABA) , dengan rincian sebagai berikut : 1. SP-SABA Nomor STAP-013/AG/2015 tanggal 14 April 2015, sebesar Rp ,00 (tiga miliar lima ratus lima puluh juta delapan ratus enam puluh lima ribu rupiah) untuk Dukungan Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (Side Event Asian African Parade); 2. SP-SABA Nomor STAP-019/AG/2015 tanggal 11 Juni 2015 dari Menteri Keuangan sebesar Rp ,00 (sepuluh miliar tujuh ratus tujuh puluh juta enam ratus lima puluh delapan ribu rupiah) untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran Badan Ekonomi Kreatif; 127

136 3. SP-SABA Nomor STAP-028/AG/2015 tanggal 6 Juli 2015 sebesar Rp ,00 (empat puluh dua miliar lima ratus enam puluh enam juta sembilan ratus lima belas ribu rupiah) untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran eks Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif. Sehingga Pagu Kementerian Pariwisata Tahun 2015 adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut: NO SATUAN KERJA DIPA Sekretariat Kementerian Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Tabel REKAPITULASI APBN KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN ANGGARAN 2015 SP SABA 14 APRIL 2015 SP SABA 11 JUNI 2015 SP SABA 6 JULI 2015 (ribuan rupiah) JUMLAH Total Usulan anggaran belanja tambahan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) TA 2015 yang pertama melalui surat pada tanggal 15 Oktober 2015 sebesar Rp lalu Bekraf mengirimkan surat kembali pada tanggal 23 Oktober 2015 perihal perubahan usulan anggaran belanja tambahan Bekraf sebesar Rp kepada Menteri Pariwisata. Menindaklanjuti surat dimaksud, Menteri Pariwisata mengirimkan surat kepada Menteri Keuangan pada tanggal 28 Oktober Lalu Kementerian Keuangan 128

137 melakukan penelitian/penelahaan terhadap usulan dimaksud pada tanggal 23 November 2015, dari usulan semula Rp setelah ditelaah bersama Direktorat Anggaran III disetujui sebesar Rp dan ditetapkan melalui SP-SABA nomor STAP-049/AG/2015 tanggal 3 Desember Dengan ditetapkannya surat tersebut maka total anggaran Kementerian Pariwisata adalah sebesar Rp Realisasi anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2015 dapat dilihat sebagaimana tabel berikut : Tabel Rekapitulasi Realisasi Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2015 NO SATKER PAGU REALISASI % SISA ANGGARAN 1 SATKER KANTOR PUSAT ,66% SATKER UPT ,64% SATKER DEKONSENTRASI (DK) SATKER TUGAS PEMBANTU (TP) SATKER YANG SUDAH CUTOFF ,14% ,02% ,86% TOTAL ,79% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pagu anggaran Kementerian Pariwisata sebesar Rp ,- sampai dengan akhir Desember 2015 telah terserap sebesar Rp ,- atau sebesar 84,79%. Terdapat sisa dana sebesar Rp ,- atau sebesar 15,21%, yang merupakan hasil efisiensi dan optimalisasi dari kegiatan-kegiatan di lingkungan Kementerian Pariwisata. Sehubungan dengan realiasi penyerapan anggaran sebagaimana digambarkan di atas, beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi, adalah sebagai berikut : 1. Perubahan Organisasi/ Nomenklatur berakibat pada penyesuaian kembali atas program dan anggaran, sehingga DIPA awal Tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sehubungan dengan perubahan tersebut; 129

138 2. DIPA Kementerian Pariwisata yang disesuaikan dengan struktur organisasi baru, ditetapkan pada tanggal 26 Juni (dilakukan CUT OFF bulan Mei Juni 2015). 3. DIPA awal Tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya mengingat dikeluarkan surat Kementerian Keuangan, antara lain ; Surat Menteri Keuangan Nomor S-762/MK.02/2014 tanggal 14 November 2014, tertulis Kementerian yang mengalami perubahan nomenklatur, anggaran yang dapat dicairkan hanya komponen 001 (Pembayaran Gaji dan Tunjangan) ; 4. Surat Dirjen Perbendaharaan S-3047/PB/2015 tanggal 16 April 2015, bahwa DIPA APBNP dapat dilaksanakan setelah Pejabat Perbendaharaan dan Pejabat Struktural ditetapkan 5. Pelantikan Pejabat Struktural dilaksanakan pada tanggal 5 Juni Rencana penyerapan anggaran yang telah disusun mengalami perubahan sehingga perlu disesuaikan kembali dengan organisasi baru; Upaya yang dilakukan 1. Menyusun petunjuk teknis yang diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam DIPA 2. Menginstruksikan agar setiap satuan kerja segera menyelesaikan proses pembayaran untuk pekerjaan yang telah selesai terminnya atau kegiatan yang telah selesai pelaksanaannya 3. Meningkatkan koordinasi dengan Instansi lain terkait permasalahan yang ditemui pada saat pelaksanaan, dalam hal ini Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait proses pengadaan barang dan jasa serta Kementerian Keuangan terkait proses pelaksanaan anggaran 4. Menjadikan APIP sebagi mitra dalam proses pelaksanaan anggaran untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan anggaran sehingga tidak berdampak pada pertanggungjawaban. 130

139 BAB IV PENUTUP Pantai Tanjung Kelayang - Belitung indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

140 4 B A B PENUTUP Pariwisata merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan banyak sektor lain, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti kementerian/lembaga terkait juga Pemerintah Daerah. Untuk itu, Kementerian Pariwisata terus menggerakkan dan memberikan stimulus kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan peningkatan nilai tambah ekonomi terhadap sebuah produk khususnya asset kepariwisataan nasional baik alam, budaya maupun khusus/buatan. Apalagi, potensi pariwisata di Indonesia sangat besar. Salah satu dampak langsung pengembangan pariwisata adalah peningkatan kunjungan wisatawan yang berdampak pada penerimaan devisa negara, pertumbuhan hotel, pengurangan angka pencari kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Capaian kinerja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada Tahun 2015 dapat diberikan penilaian cukup memuaskan, yang ditunjukkan melalui beberapa hal strategis sebagai berikut: 1. Pertama, Capaian sektor pariwisata diindikasikan antara lain melalui prestasi dari industri jasa pariwisata meraih 10,4 juta wisman atau meningkat 10,63% dari tahun 2014, serta menghasilkan devisa US$ 11,9 miliar atau setara Rp. 163 trilliun (meningkat 113% dibandingkan tahun 2014). Kemenpar optimis kunjungan wisatawan mancanegara akan terus meningkat. Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) daya saing-pariwisata Indonesia pada 2015 meningkat dari ranking 70 dari 130-an negara di dunia, menjadi rangking 50 dunia. 131

141 2. Kedua, hingga akhir tahun 2015 jumlah wisnus yang melakukan perjalanan sebanyak 255,05 juta atau di atas target yang ditetapkan sebesar 255 juta perjalanan wisnus. Dari jumlah perjalanan wisnus tersebut total uang yang dibelanjakan mencapai Rp 224,68 triliun dengan perhitungan pengeluaran per perjalanan setiap wisnus sebesar Rp Ketiga, kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 4,23% atau melampaui target 4%, sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja (langsung, tidak langsung, dan ikutan) sebanyak 12,16 juta atau di atas target 11,3 juta tenaga kerja. Capaian kinerja Kemenpar pada tahun 2015 ini menjadi modal positif dalam rangka pencapaian target sektor pariwisata di tahun 2016 yang penuh harapan dan tantangan. 132

142 Raja Ampat - Papua indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

143 LAMPIRAN Tanjung Lesung - indtravel indonesia.travel theindonesiatravel

144 Jakarta, Menteri Pariwisata ARIEF YAHYA Lampiran IA 1/1-2 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN PARIWISATA Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Arief Yahya Jabatan : Menteri Pariwisata Pada tahun 2015 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.

145 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi). 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi). Lampiran IB/1-3 2 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp) 191, PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN PARIWISATA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata 1 2 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi). Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional. 1 1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional Jumlah tenga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 1 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 4 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 1 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 10 1 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 255 3,6 11,3 8 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 1 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di Industri Pariwisata.

146 2 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) A 1 Pengembangan Kepariwisataan Rp Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata Rp Jakarta, 30 September 2015 MENTERI PARIWISATA ARIEF YAHYA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) (4) 9 Terlaksananya / terwujudnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 1 Indeks Reformasi Birokrasi (Presentase) 70% 10 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 1 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) WDP Program Anggaran 2 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata Rp

147 KEMENTERIAN PARIWISATA JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 17, JAKARTA TELEPON (021) , ; FAKSIMILE (021) PERNYATAAN TELAH DIREVIU Kami telah melakukan reviu atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Pariwisata untuk Tahun Anggaran 2015 sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja, Substansi Informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggungjawab manajemen Kementerian Pariwisata. Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas Laporan Kinerja telah disajikan secara akurat, andal dan valid. Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan Kinerja ini. Jakarta, 25 Februari 2016 Inspektur Kementerian Pariwisata SIGIT MURDIANTO NIP

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kata Pengantar Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016

Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 Jakarta, Februari 2017 Kata Pengantar Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-nya, sehingga penyusunan buku

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.109/UM.001/MP/2016 TENTANG INDIKATOR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA 1. Nama Unit Organisasi : Kementerian Pariwisata 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015-2019 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.108/KP.403/MP/2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS LINTAS SEKTOR PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS LINTAS SEKTOR PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS LINTAS SEKTOR PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Berdasarkan Pedoman Penyusunan LAKIP yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), disebutkan bahwa Perencanaan Strategik merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014

PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014 LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 20 MEI 2014 PROGRAM PENYUSUNAN PERATURAN PRESIDEN PRIORITAS TAHUN 2014 1. RPerpres tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO Menimbang a. : PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO 2014-2033 b. c. d. Mengingat 1. : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

WALIKOTA SEMARANG - 1 - WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI RAPAT KONSULTASI REGIONAL (KONREG) BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015 DUKUNGAN DPR RI TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT JAKARTA, 21 APRIL 2015 MENINGKATKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PARIWISATA 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PROGRAM REFORMASI KOPERASI

PROGRAM REFORMASI KOPERASI PROGRAM REFORMASI KOPERASI Tim Reformasi Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, 21 Desember 2015 LATAR BELAKANG (1) a. Selama 15 tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh ratarata 6% per tahun,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan industri terbesar dalam penggerak perekonomian yang tercatat mengalami pertumbuhan positif diseluruh dunia ditengah-tengah ketidakpastian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah perlu dilaksanakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan Organisasi dalam pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci