Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016"

Transkripsi

1

2 Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 Jakarta, Februari 2017

3 Kata Pengantar Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-nya, sehingga penyusunan buku Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 dapat diselesaikan. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 ini menjabarkan hasil kerja yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata berdasarkan Penetapan Sasaran dan Indikator Kinerja tahun 2016, yang termuat dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun , serta Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata dalam RPJM , yang merupakan cerminan amanat visi dan misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA. Prospek kepariwisataan yang semakin cerah dan posisi strategis yang diemban dalam kerangka pembangunan nasional, memberikan dorongan dan keharusan akan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kinerja kepariwisataan nasional, maupun peningkatan daya saing yang semakin kuat agar mampu menarik kunjungan i

4 wisatawan mancanegara yang semakin besar, pergerakan wisatawan nusantara yang semakin merata serta minat investasi yang semakin tinggi di Indonesia. Dengan demikian nilai manfaat ekonomi yang didorong oleh sektor Pariwisata akan berkontribusi signifikan bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Kondisi kepariwisataan nasional tahun 2016 secara makro menunjukkan perkembangan dan kontribusi yang terus meningkat dan semakin signifikan terhadap PDB nasional sebesar 4,03% atau senilai Rp. 500,19 triliun, dengan peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai Rp Triliun dan jumlah tenaga kerja pariwisata sebanyak 12 juta orang. Pada kondisi mikro, juga ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 12,02 juta wisman dan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 263,68 juta perjalanan. Disisi lain lain, salah satu indikator penting yaitu aspek daya saing kepariwisataan, berdasar penilaian WEF (World Economic Forum) posisi Indonesia juga meningkat signifikan dari ranking 70 dunia menjadi ranking 50 di tahun Berdasarkan data UNWTO Pertumbuhan Wisman Indonesia Tahun 2016 tercatat sebesar 15,54% yang melebihi rata-rata dunia sebesar 3,9%, memberikan kepercayaan diri Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan target kunjungan wisman pada tahun 2017 dari 12 juta menjadi 15 juta dengan fokus utama pada Digital Tourism, Homestay Desa Wisata dan Air Connectivity. Akhir kata, atas diselesaikannya dokumen Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2016 ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja. Jakarta, Februari 2017 Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc Menteri Pariwisata Republik Indonesia ii

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi iii Ikhtisar Eksekutif BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gambaran Kementerian Pariwisata Posisi Strategis Kementerian Pariwisata dan Dukungan Sektoral dalam Pembangunan Kepariwisataan Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Penetapan dan Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata Meningkatnya Investasi di sektor Pariwisata Meningkatnya Kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) Meningkatnya jumlah penerimaan devisa Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) Meningkatnya kapasitas dan profesionalitas SDM Pariwisata Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata Anggaran BAB IV PENUTUP Lampiran Perjanjian Kinerja Pernyataan Hasil Evaluasi iii

6 Ikhtisar Eksekutif Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis , maka Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 ini merupakan Laporan Kinerja tahun kedua, yang menyajikan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja Tahun Bagi Kementerian Pariwisata, Laporan Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/ industri pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal. Laporan kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang telah dicapai pada tahun Rencana Kinerja (Performance Plan) 2016 dan Perjanjian Kinerja 2016 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2016 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2016 yang diarahkan untuk mencapai target yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata tahun

7 USD Juta Data statistik per Januari s.d. Desember 2016 menunjukkan capaian pembangunan pariwisata Indonesia mampu mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia periode Januari s.d. Desember 2016 secara kumulatif sebanyak kunjungan, dengan pertumbuhan sebesar 15,54%. Sementara itu, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara pada beberapa negara tetangga ASEAN, adalah sebagai berikut: Thailand 9,7% (periode Januari-November 2016); Singapura 7,9% (periode Januari-November 2016), dan Malaysia 4,4% (periode Januari-Oktober 2016). Adapun kunjungan wisatawan mancanegara tersebut berkontribusi terhadap penerimaan devisa sebesar Rp triliun rupiah (prognosa), dari target 2016 sebesar 172 triliun rupiah. Peningkatan pencapaian devisa tersebut justru terjadi ketika devisa dari komoditi batubara dan migas cenderung mengalami penurunan, seperti diproyeksikan melalui grafik berikut Minyak Batubara Pariwisata CPO Karet PROYEKSI PENERIMAAN DEVISA DARI SEKTOR-SEKTOR UTAMA DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Tahun 2020, sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia Grafik 1. Penerimaan Devisa dari Sektor Utama Sementara itu, jumlah perjalanan wisatawan nusantara telah mencapai 263,68 juta perjalanan, dari target tahun 2016 sebanyak 260 juta perjalanan, dengan total pengeluaran wisnus sebesar Rp 241,08 Triliun. Jumlah penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 12 juta orang dari target tahun 2016 sebanyak 12,02 juta orang. 2

8 Menempatkan Pariwisata sebagai backbone perekonomian bangsa, Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Di tahun 2019 Industri Pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar, USD 24 Miliar, melampaui sektor Migas, Batubara dan Minyak Kelapa Sawit. Dampak dari devisa itu langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Gambar 1. Penerimaan PDB Nasional Pariwisata A. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2016 Perkembangan capaian kinerja bidang Kepariwisataan yang telah ditetapkan sebagai sektor unggulan dalam pembangunan perekonomian nasional Indonesia pada tahun 2016 menunjukkan hasil yang positif, sebagaimana terlihat pada tabel berikut: 3

9 Tabel 1. Capaian Kinerja bidang Kepariwisataan Indikator Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Makro Kontribusi terhadap PDB Nasional 4,23% 5% 4,03%* Devisa (Triliun Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja (Juta Orang) 11,4 11,7 12* Indeks Daya Saing Pariwisata (WEF) #50 n.a. n.a.** Mikro Jumlah Wisatawan Mancanegara (Juta Orang) Jumlah Wisatawan Nusantara (Juta Orang) , ,68 Catatan : * Data Sementara ** Indeks daya saing pariwisata, penilaian dilakukan 2 (dua) tahun sekali oleh World Economic Forum (WEF) Realisasi Kinerja Kementerian Pariwisata terhadap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 dapat dijelaskan, sebagai berikut: Kontribusi Terhadap PDB Nasional Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional tahun 2016 terealisasi sebesar 4.03% dari target yang ditetapkan sebesar 5%. Adapun realisasi PDB Nasional 2015 sebesar 4,23%. 1. Devisa Tahun 2016 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar Rp triliun (prognosa), meningkat dari Rp 144 triliun di tahun Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2016 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 10,4 juta di tahun 2015 menjadi 12,02 juta di tahun 2016, tetapi bersumber dari rata-rata pengeluaran per kunjungan sebesar US$ 1.103,81. Peningkatan ini disebabkan oleh promosi dalam festival, pameran, dan sales mission berskala internasional, kerjasama dengan berbagai airlines, serta melakukan famtrip untuk para media, journalis, blogger, influencer, serta vlogger. 4

10 2. Tenaga Kerja Tercapainya target jumlah tenaga kerja sektor pariwisata tahun 2016 sebesar 12 juta tenaga kerja antara lain disebabkan oleh kemudahan investasi dan meningkatnya jumlah usaha pariwisata. Kementerian Pariwisata telah melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah usaha pariwisata dengan kegiatan antara lain Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata, Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi dan Pemberdayaan Masyarakat. Untuk Indonesia, Pariwisata sebagai Penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja yang paling mudah dan murah, Arief Yahya Menteri Pariwisata RI 3. Indeks daya saing pariwisata (WEF) Penilaian Indeks daya saing kepariwisataan Indonesia dilakukan oleh WEF dalam Tourism Travel Index Competitiveness yang dikeluarkan setiap 2 (dua) tahun sekali. Indeks daya saing oleh World Economics Forum pada Tahun 2015 diukur berdasarkan 14 pilar, yaitu Safety and Security, Environmental Sustainability, Health and Hygiene, Air Transport Infrastructure, Prioritization of Travel and Tourism, Natural Resources, Price Competitiveness, Business Environment ICT Readiness, Tourist Service Infrastructure, Human Resources & Labour Market, International Openness, Ground and Port Infrastructure, Cultural Resources and Business Travel. Indonesia menempati peringkat 50 dari 141 di Tahun 2015, naik 20 peringkat dari sebelumnya yaitu peringkat 70. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan indeks daya saing Indonesia melalui pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, antara lain dengan koordinasi lintas sektor terkait peningkatan 5

11 aksesibilitas transportasi, komunikasi, dan pengembangan sustainable tourism development (STD). Program dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan aksesibilitas di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, diantaranya sebagai berikut : a. Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas bandara; Pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN; dan Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan. b. Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN sepanjang 460,29 KM dan Pengembangan kawasan pemukiman, sistem penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA. LOKASI 10 DESTINASI PARIWISATA PRIORITAS Danau Toba Sumatera Utara Tanjung Kelayang Bangka Belitung Mandalika Nusa Tenggara Barat Wakatobi Sulawesi Tenggara Pulau Morotai Maluku Utara Kepulauan Seribu dan Kota Tua DKI Jakarta Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur Tanjung Lesung Banten Borobudur Jawa Tengah Bromo Tengger Semeru Jawa Timur Badan Otorita KSPN/Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KEK/Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Gambar 2. Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas 6

12 Adapun pengembangan Sustainable Tourism Development (STD) melalui penyusunan Pedoman Penerapan Sustainable Tourism Development (STD) dan telah mendapatkan pengakuan internasional dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Gambar 3. Program Utama Sustainable Tourism Development (STD) 4. Wisatawan Mancanegara Capaian dari indikator kinerja sasaran tahun 2016 yaitu Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai wisatawan mancanegara atau sebesar 100,2%, dari target yang telah ditentukan sebelumnya sebesar wisatawan mancanegara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari terobosan-terobosan yang dilakukan Kementerian Pariwisata. Salah satu terobosan baru yang sangat berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisman ini adalah adanya kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang diberikan kepada 169 negara. Terobosan lain yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata adalah penggenjotan kegiatankegiatan di cross border dan ektrapolasi atau penggunaan Mobile Positioning Data (MPD) untuk menghitung Wisman yang masuk melalui Pintu Lintas Batas (PLB). 5. Wisatawan Nusantara Capaian dari indikator kinerja jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 260 juta perjalanan, telah melampaui target 7

13 dengan capaian 263,6 juta perjalanan atau 101,4%. Pencapaian tersebut didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara. Tidak hanya itu, branding Wonderful Indonesia pada tahun 2015 naik 100 peringkat, dari semula tanpa peringkat menjadi peringkat ke-47 dan selama tahun 2016, Wonderful Indonesia mendapatkan 46 penghargaan di 22 negara. Khusus untuk penghargaan pada World Halal Tourism Awards 2016, Indonesia memenangkan 12 dari 16 kategori yang diperlombakan. Gambar 4. Penghargaan wonderful Indonesia Keberhasilan upaya branding Wonderful Indonesia di kancah dunia dibuktikan dengan diterimanya penghargaan bergengsi tingkat dunia diantaranya kemenangan diperoleh dari 3 award UN-WTO di Madrid. Lalu 3 award di halal tourism dunia yang dilaksanakan di Abu Dhabi, UAE. Dan satu lagi peringkat branding Wonderful Indonesia di World Economic Forum (WEF) dalam Competitiveness Index. Indonesia berada diperingkat 47, sedangkan Malaysia diperingkat 96. 8

14 B. Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2016 menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata memenuhi target yang telah ditetapkan dalam Sasaran Strategis. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : Tabel 2. Capaian Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2016 SASARAN KEMENTERIAN 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 5 Jumlah Investasi sektor pariwisata (US$Juta) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 2016 TARGET REALISASI CAPAIAN (%) *

15 SASARAN KEMENTERIAN 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata * data sementara INDIKATOR KINERJA UTAMA 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi RB (Presentase) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) TARGET 2016 REALISASI CAPAIAN (%) 12 12,02 100, ,68 101,42 223, * ,800 1, % 73,77% 98,36 WTP WTP - A (80) BB (75,20) 94,00 10

16 Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun terdapat 11 (sebelas) Sasaran Strategis dan 16 (enam belas) Indikator Kinerja Utama. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 3 (tiga) program dengan anggaran sebesar Rp ,- (termasuk self blocking sebesar Rp 800 miliar). Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa hasil capaian kinerja Kementerian Pariwisata selama tahun 2016 telah memenuhi 11 (sebelas) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata yaitu Mengembangkan Pariwisata dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2016, serta masukan dari pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini. Sesuai dengan hasil analisis di atas, beberapa langkah penting sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2017, yaitu sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi yang baik dengan stakeholder terkait dalam rangka mencapai target kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara; 2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan; 3. Mereviu dan merumuskan kebijakan melalui Rencana Strategis Kementerian Pariwisata yang akan dijadikan pijakan dalam pencapaian target kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara, Kontribusi Pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto, Penerimaan Devisa, dan Penyerapan Tenaga Kerja sektor Pariwisata. 11

17 BAB I PENDAHULUAN

18 B A B 1PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kementerian Pariwisata secara resmi telah terbentuk pada tanggal 27 Oktober 2014 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata, serta Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun , Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata dalam RPJMN , yang merupakan cerminan amanat visi dan misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA. 12

19 Sejak terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden RI ke-7, beberapa prioritas pembangunan era Kabinet Kerja senantiasa digaungkan, salah satunya terkait dengan pariwisata. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa, dan penyerapan tenaga kerja adalah sederetan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai melalui pembangunan pariwisata. Pariwisata sebagai sektor andalan yang harus didukung oleh semua sektor lain terutama yang tekait langsung dengan infrastruktur dan transportasi Presiden Joko Widodo Dalam kerangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya wisata tersebut, Kementerian Pariwisata mengidentifikasi dan menetapkan fokus pengembangan produk wisata Indonesia dalam tiga kategori portofolio produk, yaitu produk wisata alam, budaya dan buatan, yang didalamnya terdiri dari sejumlah produk-produk wisata yang spesifik sebagaimana tergambar dalam diagram dibawah ini: 1. Menyumbangkan 10% PDB Nasional, tertinggi di ASEAN 2. Spending US$ 1 Juta -> PDB 170%, tertinggi di industri 3. Pertumbuhan PDB Pariwisata di atas rata-rata industri 1. Peringkat ke-4 penyumbang devisa nasional, sebesar 9,3% 2. Pertumbuhan penerimaan devisa tertinggi, yaitu 13% 3. Biaya marketing hanya 2% dari proyeksi devisa 1. Penyumbang 9,8 juta lapangan, atau 8,4% 2. Lapangan kerja tumbuh 30% dalam 5 tahun 3. Pencipta lapangan kerja termurah US$ 5.000/satu pekerjaan Gambar 1.1 Pariwisata penyumbang PDB Nasional 13

20 Gambar 1.2 Portofolio pasar dan produk wisata Kementerian Pariwisata Dalam diagram tergambar portofolio pasar yang akan menjadi fokus pengembangan pasar pariwisata Indonesia, baik yang terkait dengan pengembangan pasar wisatawan nusantara (meliputi segmen personal dan bisnis), serta pasar pariwisata mancanegara. Pembangunan kepariwisataan dilaksanakan di daerah, sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan. Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan. Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata, Kementerian Pariwisata berperan sebagai penggerak utama, yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan sentiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan. 14

21 Kontribusi Ekonomi Pariwisata Pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di tahun 2016 sebesar 4,03 % dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyedia akomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) SPA. Sektor pariwisata juga memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2016, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 12 juta orang. Sehingga dengan demikian sektor Pariwisata merupakan sektor yang efektif dalam menjawab kebutuhan peningkatan nilai tambah ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan (pro poor) dan penciptaan lapangan kerja (pro-job). Tahun 2016 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar Rp triliun (prognosa), meningkat dari Rp 144 triliun di tahun Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2016 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 10,4 juta di tahun 2015 menjadi 12,02 juta di tahun 2016, tetapi bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan tidak mengalami perubahan dari tahun 2015 dan 2016 yaitu sebesar US$ Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas pengeluaran wisatawan. 15

22 1.2. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata, Kementerian Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata. Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata memiliki tugas sebagai berikut: 1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata; 2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata; 3. Pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata di daerah; 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Menteri Pariwisata dibantu oleh 9 orang Eselon 1 yang terdiri atas Sekretaris Kementerian, 4 orang Deputi, serta 4 orang Staf Ahli Menteri. Adapun struktur organisasi Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Gambar 1.3 Struktur Organisasi Kemenpar 16

23 1.3. POSISI STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN DUKUNGAN SEKTORAL DALAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Mempertimbangkan pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat dinamis serta nilai strategisnya sebagai sektor andalan bagi pembangunan nasional ke depan, maka Pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor Pariwisata baik dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas kementerian/lembaga untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan. 17

24 Ada tiga poin penting yang disampaikan Presiden Jokowi terkait pariwisata. Pertama, presiden dengan lugas akan menaikkan budget promosi Kemenpar hingga 4-5 kali. Kedua, anggaran itu dinaikkan untuk mendapatkan target kunjungan wisman hingga 20 juta di tahun Ketiga, semua kementerian dan lembaga yang terkait, termasuk pemerintahan daerah yang memiliki destinasi, diminta untuk mendukung. Strategi yang dilakukan Kementerian Pariwisata pada tahun 2016, sebagai berikut: 1. Bidang Pengembangan Destinasi Dan Industri Pariwisata, pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis : a. Strategis Pariwisata Nasional (KSPN di Pulau Weh, Toba, Teluk Dalam-Nias, Nongsa P. Abang, Natuna, Tanjung Kelayang, Kota Tua-Sunda Kelapa, Kep Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Ijen-Baluran, Kuta-Sanur-Nusa Dua, Kintamani-Danau Batur, Menjangan-Pemuteran, Rinjani, Gili Tramena, Komodo, Ende-Kelimutu, Sentarum, Tanjung Puting, Bunaken, Morotai, Toraja, Wakatobi, Raja Ampat), melalui: 1) Penyusunan rencana detil kawasan strategis pariwisata nasional 2) Peningkatan aksesibilitas (infrastruktur transportasi dan informasi) melalui fasilitasi koordinasi lintas sektor (Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara) 3) Fasilitasi pengembangan amenitas (fasilitas) pariwisata 18

25 4) Fasilitasi pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Zonasi Pariwisata 5) Fasilitasi kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor pariwisata b. Pengembangan destinasi wisata budaya di 20 lokasi, melalui : pengembangan daya tarik (atraksi) wisata sejarah dan religi (antara lain, wisata ziarah dan jalur samudera Cheng Ho), wisata kuliner, serta wisata pedesaan dan perkotaan. c. Pengembangan destinasi wisata alam dan buatan di 25 lokasi, melalui : pengembangan daya tarik (atraksi) wisata bahari (antara lain jalur Wallacea dan jalur sutera maritim), wisata ekologi (geopark), wisata petualangan, wisata konvensi, wisata olahraga dan rekreasi, serta wisata kawasan terpadu. d. Pengembangan industri dan investasi pariwisata di 50 lokasi, melalui : peningkatan kemitraan usaha pariwisata, peningkatan kapasitas auditor usaha pariwisata, advokasi pelaksanaan tata cara pendaftaran usaha pariwisata, penyusunan proposal investasi pariwisata dan promosi investasi pariwisata. e. Pengembangan kualitas pengelolaan destinasi pariwisata, melalui : asistensi tata kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO) di 25 lokasi. f. Pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata di 34 provinsi, melalui : peningkatan Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona, serta peningkatan kapasitas usaha masyarakat di destinasi pariwisata. 2. Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisatamancanegara, pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis : a. Penyusunan Strategi Pemasaran Pariwisata Indonesia di Pasar Mancanegara, yaitu di Asia Tenggara, Asia Pasifik, Amerika Eropa, dan Afrika - Timur Tengah (Kajian strategi pemasaran, informasi pasar dan kerjasama pemasaran Visit Indonesia Tourism Office/ VITO) 19

26 b. Promosi Pariwisata Indonesia di Pasar Mancanegara, meliputi : 1) Branding : a) Kampanye National Branding Wonderful Indonesia, melalui Media Elektronik; Media Online; Digital Out Of Home (DOOH); dan Printed Media International. b) Destination Branding di seluruh platform media 2) Advertising : a) Advertising Destination : Co-Marketing destinasi dengan industri pariwisata, antara lain Printed Media International bekerja sama dengan Garuda Indonesia b) Advertising Event : Promosi untuk dukungan kegiatan selling di Mancanegara, antara lain kampanye kegiatan di masing-masing lokasi pelaksanaan selling 3) Selling : a) Partisipasi pada Travel Mart; b) Sales Mission; c) Festival Wonderful Indonesia di mancanegara; d) Famtrip 3. Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis : a. Promosi Pesona Indonesia, melalui : 1) Media Elektronik yang akan dilakukan, antara lain melalui TV, Radio, dan Media Online, dan pemanfaatan situs/web dengan melibatkan komunitas/blogger; 2) Media Cetak melalui, antara lain : penyiapan Booklet, Leaflet, bahan Iklan, souvenir, dan publikasi di media cetak nasional dan daerah (Koran dan majalah); 3) Media Ruang melalui, antara lain : pemanfaatan ruang di Bandara, Pelabuhan, Kereta Api, Damri, Trans Jakarta dan Mall di kota-kota besar serta Videotron/Digital Out of Home (DOOH) pada titik-titik yang tersebar di kota target wisnus. 20

27 b. Pelaksanaan dan pendukungan promosi even daerah yang bersifat nasional maupun internasional, seperti : 1) Wisata Alam, antara lain : Gerhana Matahari Total di 12 provinsi, Festival Tambora di Nusa Tenggara Barat, Festival Danau Toba di Sumatera Utara, Bono Surfing Expedition di Riau, Festival Danau Sentani di Papua, dan Festival Raja Ampat di Papua Barat, serta Wisata Bahari, seperti: Sail Karimata dan Peringatan Hari Nusantara di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. 2) Wisata Budaya, antara lain : Festival Keraton Nusantara, Pesta Kesenian Bali, dan Festival Kuliner Nusantara di beberapa ibukota propinsi. 3) Wisata Buatan, antara lain : Solo Great Sale, Tour de Singkarak (TDS) di Sumatera Barat, Jakarta Maraton, Lake Toba Ultra di Sumatera Utara, Musi Triboatton di Sumatera Selatan, dan Tour de Flores di Nusa Tenggara Timur. c. Pelaksanaan kegiatan Wisata Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi, dan Pameran, seperti: 1) Pengembangan Wisata Pertemuan dan Konvensi di 18 Propinsi 2) Optimalisasi Promosi di 16 Destinasi MICE 3) Pendukungan Pameran Pariwisata Dalam Negeri 4) Penyusunan Profil Destinasi MICE, Spa, Event dan Olahraga d. Pendataan Wisatawan Nusantara dan Kajian Pergerakan Wisatawan Nusantara pada Hari Libur di 34 Propinsi. 4. Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis : a. Sertifikasi Kompetensi SDM Bidang Pariwisata di 34 Provinsi, sebanyak orang. b. Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan di 34 Provinsi, sebanyak orang. c. Lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata sebanyak orang dan 100% terserap di pasar kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. d. Pendirian Politeknik Pariwisata Negeri Palembang, Sumatera Selatan dan Lombok, Nusa Tenggara Barat. 21

28 e. Peningkatan Kualitas Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata melalui Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Pencanangan Budaya Kerja, Peningkatan Manajemen Perubahan dan Bimtek Reformasi birokrasi terhadap SDM Aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dengan target pencapaian Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata sebesar 75%. 5. Bidang Dukungan Manajemen, pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis : a. Peningkatan kualitas layanan Pusat Informasi dan peningkatan aktivasi saluran media sosial (Social Media), seperti: facebook, twitter, instagram, path, youtube, dan Pemberdayaan Crisis Center Kepariwisataan. b. Peningkatan kualitas kinerja pengelolaan APBN Kementerian Pariwisata menuju status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). c. Implementasi e-government (e-office, e-commando, e-blusukan, Video Conference) 1.4. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Upaya mengukuhkan peran dan posisi sektor pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan nasional ke depan, serta mewujudkan pembangunan kepariwisataan yang berdaya saing dan berkelanjutan, tidak dapat dipungkiri masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan dan tantangan yang menuntut langkah dan upaya yang taktis dan terpadu dalam mengatasinya. Permasalahan dan tantangan tersebut dapat dijabarkan pada masing-masing pilar pembangunan sebagai berikut: 1. PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, beberapa permasalahan pokok yang harus dihadapi, yaitu : (1) kesiapan destinasi pariwisata yang belum merata dari aspek manajemen atraksi, amenitas maupun aksesibilitas; (2) kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal. 22

29 a. Kesiapan Destinasi Pariwisata yang Belum Merata Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari km memiliki pulau, serta dihuni 300 lebih suku bangsa menyimpan potensi sumber daya pariwisata yang sangat besar dan beragam untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang menarik dan menjadi tujuan utama wisata dunia. Namun demikian, potensi dan peluang menjadi destinasi pariwisata yang mampu menarik kunjungan wisatawan dari berbagai belahan dunia tersebut masih menghadapi kendala, karena kesiapan destinasi pariwisata yang masih belum optimal dan merata. Kesiapan destinasi yang belum optimal tersebut antara lain terkait dengan : keterbatasan manajemen atau pengelolaan daya tarik wisata yang memiliki kelas dunia, keterbatasan aksesibilitas dan konektifitas ke destinasi wisata dan hub-hub regional, nasional maupun internasional, serta keterbatasan ketersediaan dan kualitas fasilitas pendukung wisata (amenitas). Hal ini juga tercermin dari angka indeks daya saing pariwisata Indonesia yang dikeluarkan oleh WEF (2015) dengan skor yang relative rendah dari aspek infrastruktur pariwisata (tourism sevice infrastructure = 101; ground and port infrastructure = 77) serta dari aspek kesiapan ICT (skor 85). Perkembangan dan kesiapan destinasi pariwisata juga masih belum merata dan terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali. Wilayah-wilayah potensial lainnya seperti Sumatera (al : Toba, Nias), Kalimantan (al : Tanjung Putting, Derawan), Sulawesi (al : Toraja, Togean, Takabonerate, Wakatobi), Maluku (al : Ambon, Morotai, Ternate), Papua (al : Biak, Asmat, Cartenz) serta NTB (al : Tambora), dan NTT (al : Komodo, Kelimutu) cenderung masih tertinggal jauh perkembangannya, karena faktor infrastruktur dan ketersediaan fasilitas pendukung wisata. Investasi di bidang pariwisata relatif masih belum tumbuh di wilayah-wilayah potensial tersebut. b. Kesiapan masyarakat di Sektoral Destinasi Pariwisata yang Masih Belum Optimal Keberhasilan pembangunan kepariwisataan juga sangat ditentukan oleh kesiapan dan dukungan masyarakat di destinasi pariwisata. Banyak daerah 23

30 yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata, namun tidak mampu berkembang baik dan cenderung stagnan karena masih terbatasnya dukungan dan kesiapan masyarakat sekitar. Terbatasnya pemahaman terhadap nilai manfaat pariwisata bagi masyarakat dan wilayah setempat seringkali memunculkan iklim yang kurang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan. Unsur-unsur SAPTA PESONA Pariwisata (aman, tertib, bersih, nyaman, indah, ramah dan kenangan) belum sepnuhnya terwujud di destinasi-destinasi pariwisata, sehingga kondisi tersebut cenderung menciptakan persepsi yang kurang positif bagi wisatawan, karena merasa tidak nyaman dan aman dalam melakukan kunjungan wisatanya. 2. PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industri pariwisata, antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal; (2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3) pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih belum optimal. a. Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata Yang Masih Belum Optimal Salah satu aspek penting dalam perkembangan industri pariwisata adalah terciptanya sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang kuat di destinasi pariwisata. Kelemahan yang masih terjadi dalam pengembangan destinasi pariwisata menunjukkan, bahwa belum semua destinasi pariwisata didukung oleh operasi berbagai jenis usaha kepariwisataan dan sinergi yang baik dalam menciptakan produk dan layanan yang berkualitas bagi wisatawan. Sehingga di satu pihak kualitas industri pariwisata belum bisa berkembang optimal, dan disisi lain nilai manfaat ekonomi pariwisata juga belum mampu dikembangkan untuk menopang perekonomian daerah setempat. Belum terjadinya sistem operasi yang utuh pada struktur dan mata rantai usaha pariwisata (antara lain : transportasi, akomodasi, rumah makan, informasi wisata, pemanduan wisata, cinderamata, telekomunikasi, fasilitas umum lainnya) dan juga ketimpangan standar kualitas mata rantai usaha 24

31 pariwisata akan menjadi faktor yang kritis terhadap keterjangkauan, kemudahan dan kenyamanan kunjungan wisatawan di destinasi pariwisata. b. Daya Saing Produk Wisata Yang Masih Belum Optimal Daya saing produk wisata yang mencakup daya tarik wisata, fasilitas pariwisata dan aksesilibitas merupakan aspek yang strategis dalam meningkatkan kemampuan destinasi pariwisata untuk berkompetisi dengan destinasi pariwisata lainnya dalam memperebutkan potensi pasar wisatawan. Kondisi daya saing fasilitas pariwisata Indonesia saat ini relatif masih kurang, dibanding dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Daya saing usaha pariwisata Indonesia masih di bawah ketiga negara tersebut, di atas Philipina dan Brunei Darussalam namun bersaing dengan Vietnam. Tinggi rendahnya daya saing tersebut sangat bergantung pada standar usaha pariwisata dan standar kompetensi tenaga kerja usaha pariwisata yang saat ini di Indonesia masih terus dalam proses pemantapan kelengkapan perangkat sertifikasi usaha dan pelaksanaan upaya sertifikasi di tingkat nasional maupun di daerah. c. Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan oleh Kalangan Usaha Pariwisata Masih Belum Optimal Pengembangan tanggung jawab lingkungan usaha pariwisata, baik lingkungan sosial, alam maupun budaya agar tetap berkelanjutan berpotensi untuk mengembangkan jejaring usaha pariwisata berkelanjutan yang dapat meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia. Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah masih terbatasnya jumlah usaha pariwisata yang memiliki komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip berwawasan lingkungan, kurangnya insentif terhadap usaha pariwisata yang menerapkan prinsipprinsip pembangunan kepariwisataan berkelanjutan, serta kurangnya alokasi program CSR usaha pariwisata dan usaha non pariwisata untuk pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat lokal. 25

32 3. PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan pemasaran pariwisata, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya kepariwisataan nasional, antara lain yaitu: (1) Kompetisi destinasi pariwisata regional dan pencitraan Pariwisata Indonesia yang belum optimal; (2) Strategi pemasaran yang belum komprehensif dan terpadu. a. Kompetisi destinasi pariwisata regional dan terbatasnya pemahaman terhadap destinasi pariwisata Indonesia Potensi dan citra Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dan menyimpan asset kepariwisataan yang memiliki nilai daya tarik yang tinggi cenderung masih belum dikenal luas oleh masyarakat internasional/ pasar wisatawan dunia. Upaya membangun pencitraan Indonesia melalui branding pariwisata Indonesia (Wonderful Indonesia) masih belum terpublikasikan secara luas dan optimal pada berbagai negara pasar utama dan potensial pariwisata Indonesia, sehingga product awareness dari masyarakat (calon wisatawan) pada negara-negara pasar utama dan potensial terhadap produk dan destinasi pariwisata Indonesia masih lemah bila dibandingkan dengan negara-negara pesaing Indonesia. Upaya promosi dan pencitraan pariwisata yang masif yang dilakukan oleh destinasi pesaing di tingkat regional (Malaysia, Thailand, Vietnam) perlu mendapat perhatian dan diimbangi dengan upaya promosi dan pencitraan pariwisata Indonesia yang lebih kuat dan taktis. b. Strategi Pemasaran yang belum komprehensif dan terpadu Upaya meningkatkan pemahaman (awareness) pasar internasional terhadap Indonesia, yang bermuara pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia menuntut strategi komunikasi pemasaran yang efektif dan terpadu. Strategi pemasaran tersebut harus merupakan keterpaduan antara produk dan pasar, serta mencakup aspek-aspek pemasaran dan promosi yang utuh baik dari aspek produk, instrument promosi, lini distribusi maupun strategi 26

33 harga; serta aspek target dan segmentasi pasar, dan pencitraan atau positioning melalui branding. Keutuhan pola pemasaran dan keterpaduan pengembangan dari sisi pasar dan produk/ destinasi pariwisata masih menjadi kendala utama untuk membangun pemasaran pariwisata yang efektif dan berdaya saing. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum optimal dimanfaatkan dalam mempromosikan destinasi pariwisata di dunia internasional, dikarenakan masih terbatasnya kesadaran dan kemampuan pemangku kepentingan pariwisata dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi tersebut dalam mendukung promosi pariwisata. 4. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PARIWISATA Dalam kerangka pengembangan Kelembagaan kepariwisataan, terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi, antara lain yaitu : (1) masih terbatasnya organisasi yang membidangi kepariwisataan di daerah; (2) SDM Pariwisata dan Pengembangan pendidikan Tinggi Pariwisata yang masih terbatas; (3) koordinasi dan sinkronisasi pembangunan lintas regional dan sektor masih belum berjalan efektif. a. Masih terbatasnya Organisasi yang Membidangi Kepariwisataan di Daerah Komitmen nasional untuk membangun sektor pariwisata sebagai sektor unggulan nasional, belum sepenuhnya terdukung oleh komitmen di tingkat daerah terkait dengan aspek organisasi atau institusi yang membidangi pembangunan kepariwisataan di daerah. Desentralisasi yang juga menempatkan Pariwisata sebagai sektor pilihan, dan bukannya sebagai sektor strategis yang mampu memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan daerah maupun bagi kesejahteraan masyarakat, berdampak pada penguatan organisasi yang membidangi pembangunan kepariwisataan belum merata di berbagai daerah. Sebagai akibatnya koordinasi lintas daerah dalam penanganan terpadu asset kepariwisataan yang bersifat lintas wilayah-pun seringkali mengalami kendala dan hambatan. 27

34 Disisi lain, lemahnya pemahaman tentang kepariwisataan, seringkali memposisikan Kepariwisataan sebagai sebagai sektor pelengkap yang tidak memiliki posisi strategis dalam struktur organisasi pembangunan di daerah. b. SDM Pariwisata dan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang Masih Terbatas Peningkatan daya saing produk pariwisata Indonesia agar memiliki keunggulan banding dan keunggulan saing secara regional dan global harus diimbangi oleh ketersediaan SDM yang kompeten, yang tidak hanya berada pada tataran operasional atau tenaga teknis saja tetapi juga pada tataran akademisi, teknokrat, dan profesional. Pengembangan SDM Kepariwisataan dapat dilakukan dengan pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, bagi Aparatur, Pengusaha Industri Pariwisata, Karyawan pada Industri Pariwisata dan Masyarakat yang berada di kawasan pariwisata. Perkembangan Pariwisata Indonesia saat ini kurang diimbangi dengan pengembangan SDM bidang pariwisata. Pengembangan SDM bidang pariwisata meliputi aparatur, industri dan masyarakat. Hal ini berguna untuk menunjang pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Badan pengembangan Sumber Daya Pariwisata menyikapi tantangan tersebut dengan program antara lain melalui Pembekalan SDM bidang pariwisata terhadap aparatur/industri dan masyarakat; penyusunan dan review kurikulum serta melakukan Penyusunan modul pembekalan bidang pariwisata. Dengan akan diberlakukannya kesepekatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka tuntutan SDM yang kompeten dan mampu bersaing dengan SDM dari luar negeri akan semakin dipersyaratkan. Oleh sebab itu penyiapan SDM Pariwisata baik secara kuantitas dan kualitas harus didorong semaksimal mungkin. c. Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Lintas Sektor dan Regional Yang Belum Efektif Karakter sektor pariwisata yang bersifat multi sektor, lintas wilayah (borderless) dan multi stakeholders menuntut fungsi koordinasi dan sinergi pengembangan yang efektif baik secara horizontal antar kementerian dan 28

35 lembaga terkait, serta segenap pemangku kepentingan pariwisata (pemerintah, swasta, dan masyarakat), maupun secara vertical antara pemerintah Pusat dan daerah. Persoalan koordinasi dan sinergi pembangunan masih menjadi kendala serius dalam melakukan akselerasi pembangunan kepariwisataan, karena factor ego sektoral ataupun ego wilayah yang belum mampu melihat kepentingan dan nilai manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang. 29

36 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

37 B A B 2 PERENCANAAN & PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Visi dan Misi Kementerian Pariwisata dalam menunjang pembangunan nasional dan kehidupan bangsa dijabarkan sebagai berikut : VISI Visi Pembangunan Kementerian Pariwisata, menggunakan pijakan Visi Presiden Republik Indonesia periode , yaitu: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG 30

38 Berdasarkan visi tersebut, Presiden Republik Indonesia periode merumuskan misi yang dikerucutkan ke dalam 9 agenda prioritas Pemerintah yang disebut NAWACITA. Di dalamnya, terkandung agenda prioritas pemerintah Republik Indonesia yang terkait pada pariwisata, adalah agenda prioritas butir keenam yakni: MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL SEHINGGA BANGSA INDONESIA DAPAT MAJU DAN BANGKIT BERSAMA BANGSA-BANGSA ASIA LAINNYA Dalam rangka meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan potensi yang belum dikelola dengan baik serta pengembangan pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional, sekaligus memberi peluang besar untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pariwisata akan meningkatkan daya saing Indonesia, dengan memanfaatkan potensi yang selama ini belum dikelola optimal, salah satunya adalah potensi maritim, semata-mata untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. MISI KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan agenda prioritas tersebut, disusunlah empat misi Kementerian Pariwisata yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata No. 29 Tahun 2015 tentang Renstra Kementerian Pariwisata, dengan mengadaptasi 4 (empat) pilar pembangunan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Kementerian Pariwisata adalah: 1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan mewujudkan masyarakat yang mandiri; 2. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; 31

39 3. Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar Internasional;dan 4. Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan. TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan Visi Misi Kementerian Pariwisata , maka dirumuskan tujuan Kementerian Pariwisata yaitu: 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional; 2. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya; 3. Memaksimalkan produktivitas kinerja pemasaran pariwisata dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif ; 4. Mewujudkan kelembagaan kepariwisataan yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas maksimal. 32

40 SASARAN KEMENTERIAN PARIWISATA Dalam mengembangkan pariwisata, Kementerian Pariwisata memiliki 11 sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatan yang akan dilakukan pada periode Setiap sasaran strategis Kemenpar memiliki indikator kinerja serta target yang harus dicapai setiap tahunnya, sebagai ukuran kinerja dari Kemenpar yang diuraikan sebagai berikut : Tabel 2.1. Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun SASARAN KEMENTERIAN 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) UNIT KERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA 33

41 SASARAN KEMENTERIAN 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 4 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi (lokasi) 5 Jumlah investasi sektor pariwisata (US$ Juta) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi (RB) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) UNIT KERJA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA MANCANEGARA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN 34

42 2.2. PENETAPAN DAN PERJANJIAN KINERJA Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Kementerian Pariwisata secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 yang merupakan proses Perencanaan Kinerja. Penyusunan Rencana Kerja tersebut dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2016 ditetapkan maka disusunlah Perjanjian Kinerja 2016 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016, antara lain: 1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata; 2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya; 3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah; 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata ; 5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment). Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Perjanjian Kinerja Kementerian Tahun 2016 disajikan pada tabel berikut : 35

43 Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 SASARAN KEMENTERIAN 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi (lokasi) 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 5 Jumlah Investasi sektor pariwisata (US$Juta) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) TARGET UNIT KERJA 34 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA 5 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA MANCANEGARA 260 DEPUTI BIDANG 223,6 PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN 36

44 SASARAN KEMENTERIAN 10 Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi (RB) (persentase) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) TARGET UNIT KERJA 1,800 KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN 75% WTP SEKRETARIAT KEMENTERIAN A (80) 37

45 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

46 3 B A B AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Sasaran Strategis Kemenpar 2016 Kementerian Pariwisata telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor KM.125/UM.001/MP/2015 tanggal 15 Desember Indikator Kinerja Utama tersebut digunakan sebagai ukuran keberhasilan/kegagalan dalam penyusunan perencanaan, penganggaran kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata. Berdasarkan Indikator Kinerja Utama di atas, realisasi capaian sasaran strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 38

47 Tabel 3.1 Realisasi Target Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2016 SASARAN KEMENTERIAN 1 Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 5 Jumlah Investasi sektor pariwisata (US$Juta) 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 8 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 9 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 2016 TARGET REALISASI CAPAIAN (%) * * ,02 100,

48 SASARAN KEMENTERIAN 7 Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 8 Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) 9 Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA 10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 14 Indeks Reformasi Birokrasi RB (Presentase) 15 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) * Sumber : BKPM, update s/d September 2016 ** Prognosa TARGET REALISASI CAPAIAN (%) ,68 101,42 223, ** ,800 1, % 73,77% 98,36 WTP WTP - A ( 80) BB (75,20) 94,00 Jumlah Anggaran Tahun Rp ,- Jumlah Anggaran Self Blocking pada APBNP... Rp ,- Jumlah Anggaran setelah Self Blocking Rp ,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun Rp ,- 40

49 Capaian dan Analisis Kinerja 2016 Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk Tahun 2016, Kementerian Pariwisata telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah di tetapkan. 1. MENINGKATNYA KUALIT AS DAN KUANTITAS DESTINASI PARIWISATA MENINGKATNYA KUALITAS DESTINASI PARIWISATA 1 Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata, melalui : (1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata. Indikator dalam sasaran meningkatnya kualitas destinasi pariwisata yaitu (1) jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem, (2) jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan, (3) jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, (4) jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat, sesuai hasil review Indikator Kinerja Utama dengan Kementerian PAN-RB tahun 2016, indikator tersebut merupakan indikator yang bersifat output. Namun demikian, pada tahun 2017 indikator pada sasaran meningkatnya kualitas destinasi pariwisata telah diusulkan untuk berubah menjadi jumlah destinasi pariwisata yang berkualitas dengan target 10 destinasi pariwisata prioritas. Jumlah destinasi yang 41

50 berkualitas dapat diukur dari adanya peningkatan aksesibilitas, atraksi dan amenitas pariwisata pada sebuah destinasi. Adapun capaian dari masing-masing indikator dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini : 1. Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan destinasi pariwisata. Semakin banyak destinasi pariwisata yang memiliki infrastruktur (akses, amenitas, sarana dan prasarana) dan ekosistem yang berkualitas, diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah lain serta mampu meningkatkan daya saing. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. 42

51 Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Indikator Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) Dari tabel capaian Indikator Kinerja Utama di atas, dapat dilihat pada tahun 2016 dari target 34 provinsi telah tercapai sebanyak 34 provinsi yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.3 Realisasi Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) CAPAIAN CAPAIAN REALISASI REALISASI (%) (%) Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan. Walaupun indikator yang diukur berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata di daerah telah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah : 43

52 Gambar 3.1 Program Utama Sustainable Tourism Destination (STD) a. Pengakuan Internasional untuk Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Berdasarkan data dari Travel Tourism Competitiveness Index (TTCI) Tahun 2015 dari World Economic Forum (WEF), Indonesia dinilai sangat lemah dalam aspek keberlanjutan lingkungan. Salah satu langkah yang diambil Kementerian Pariwisata adalah dengan melakukan pengembangan program pariwisata berkelanjutan/sustainable Tourism Development (STD). Pada Tahun 2016 terdapat 20 lokasi percontohan untuk penerapan program Sustainable Tourism Development (STD) yaitu di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Berau, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Kepulauan Morotai, Kabupaten Palangkaraya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kota Pontianak, Kabupaten Biak Numfor, Kota Ternate, Kota Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Sabang, Kota Bintan, Kota Medan, Kabupaten Belitung, Kota Palembang. Pada Tahun 2016 telah dilakukan snapshot assessment di 4 lokasi STD bekerjasama dengan Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Snapshot assessment merupakan tahapan awal sebelum memasuki sertifikasi. Dari 41 kriteria yang diukur, didapatkan hasil sebagai berikut : 44

53 Gambar 3.2 Snapshot Assesment On STD 45

54 Pada tanggal 1 September 2016 Menteri Pariwisata telah menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Pedoman tersebut memuat kriteria dan indikator dalam pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, optimalisasi pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, optimalisasi pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung, serta optimalisasi konservasi lingkungan. Pedoman tersebut mendapatkan pengakuan internasional dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Pengakuan ini secara langsung di tandai dengan penyerahan piagam dari Chief Executive Officer pada acara PATA Travel Mart tanggal 8 September Gambar 3.3 Piagam Chief Excecutive Officer Selain itu, 3 lokasi Sustainable Tourism Observatory (STO) di Pangandaran, Sleman dan Lombok secara resmi juga telah mendapatkan pengakuan langsung dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO). Gambar 3.4 Directore Sustainable Development of Tourism UNWTO, Dirk Glaesser menyerahkan piagam pengakuan 3 Pusat Pemantauan STO Indonesia kepada Menteri Pariwisata 46

55 b. Sinergi Lintas Sektor 1) Peningkatan Aksesibilitas di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dilakukan melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU-PERA). Pada tahun 2016, peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata merupakan salah satu kegiatan prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil Presiden. Janji Presiden/Wakil Presiden tersebut dalam implementasi pembangunan fisiknya dilakukan oleh Kementerian/Lembaga sesuai tugas dan fungsi, dan dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi KSP yang dilakukan periodik setiap 3 bulan, telah tercapai hasil positif untuk Kementerian Pariwisata yaitu pada periode B-06 : 100% (hijau), B-09 : 100% (hijau), dan B-12 : 100% (hijau). Dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan akesibilitas di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, diantaranya sebagai berikut: a) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas bandara; Pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN; dan Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan. b) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN sepanjang 460,29 KM dan Pengembangan kawasan pemukiman, sistem penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA. 47

56 Adapun capaian peningkatan aksesibilitas di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dapat terlihat sebagai berikut : Tabel 3.4 Destinasi Pariwisata Prioritas No. Destinasi Pariwisata Peningkatan Aksesibilitas Prioritas 1 Toba Perpanjangan landasan Bandara Silangit dan Bandara Sibisa, Pembangunan Jalan Tol Kuala Namu Parapat. 2 Tanjung Kelayang Peningkatan status Bandara HAS Hanandjoedin menjadi Bandara Internasional, peningkatan kualitas jalan akses dari Bandara menuju Destinasi Pariwisata Tanjung Kelayang. 3 Tanjung Lesung Pembangunan Bandar Udara, Pembangunan Jalan Tol Serang- Panimbang, Re-Aktivasi Jalan Kereta Api & Usulan Jalur Baru Rel KA. 4 Kepulauan Seribu Kota Tua Jakarta Perencanaan teknis dan pengurusan status Bandara Airstrip Pulau Panjang, peningkatan kapasitas 4 pelabuhan (Sunda Kelapa, Marina, Muara Angke,Muara Kamal),penambahan jumlah pelayaran / trip per day. 5 Borobudur Ground breaking Bandara Kulon Progo, Peningkatan Bandara Ahmad Yani. 6 Bromo Tengger Semeru Pengembangan Bandara Abdurrahman Saleh, peningkatan dan pembangunan infrastruktur jalan tol dan penghubung ke KSPN BTS dari Pintu Masuk. 7 Mandalika Pengembangan Long Distance Ferry, BRT (Bus Rapid Transit), Jalan Raya Sengkol-Kuta, 8 Labuan Bajo Perpanjangan landasan dan peningkatan fasilitas Bandara Komodo, Penambahan Direct Flight ke Labuan Bajo, pembangunan Kawasan Marina Wisata dan Kawasan Pelabuhan Labuan Bajo. 9 Wakatobi Perluasan terminal dan perpanjangan runway Bandara Matohara di Pulau Wangi-Wangi, dan penambahan rute penerbangan langsung ke Wakatobi. 10 Morotai Peningkatan bandara, pembangunan Pelabuhan Apung Daruba. Gambar 3.5 Peresmian Bandara Matahora - Wakatobi, 8 Mei

57 2) Pembangunan Amenitas (Homestay) di Destinasi Pariwisata Pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata telah menjadi inisiator terwujudnya Nota Kesepahaman (MoU = Memorandum of Understanding) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Pariwisata, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PERA) serta PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terkait Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman untuk Mendukung Pengembangan Pondok Wisata (Homestay) dan Toilet Publik di Destinasi Pariwisata Terpilih. Dalam rangka menyediakan akomodasi/amenitas yang memadai bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, ditargetkan akan dibangun sebanyak homestay sampai dengan tahun Gambar 3.6 Desain Homestay Arsitektur Nusantara 3) Pembangunan fasilitas toilet bersih di 10 Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata, Kementerian BUMN beserta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah sepakat untuk mengembangkan sektor pariwisata nasional yang berkualitas, berdaya saing, dan berkelanjutan melalui pembangunan toilet umum dan fasilitas pariwisata di kawasan konservasi. Hal tersebut telah tertuang dalam Nota Kesepahaman 49

58 antara Menteri Pariwisata dan Menteri BUMN dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pembangunan Toilet Umum dan Fasilitas Pariwisata di Kawasan Hutan Konservasi Nomor: NK.04/KS.001/MP/2016, Nomor: MOU-03/MBU/06/2016, Nomor: PKS.04/MENLHK/SETJEN/SET.1/8/ Juni Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, Kementerian BUMN telah berkomitmen mendukung pembangunan fasilitas toilet bersih di 10 destinasi pariwisata prioritas, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.5 Daftar Perusahaan BUMN No. BUMN Destinasi Prioritas Toilet Bersih yang dibangun Selesai dibangun Dalam proses Total 1 PT PGN (Persero) Tbk Danau Toba PT Pegadaian (Persero) Tanjung Kelayang PT Pertamina (Persero) Kepulauan Seribu PT PLN (Persero) Tanjung Lesung PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Borobudur PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) Bromo Tengger Semeru PT Bank Negara Indonesia (persero) Mandalika Tbk 8 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Wakatobi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Pulau Morotai Tbk. 10 PT Telkom (Persero) Tbk. Labuan Bajo Total Untuk mendukung pencapaian target jumlah daerah yang difasilitasi pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Dukungan Sarana Prasarana Pariwisata di 24 Provinsi Fasilitasi pengembangan infrastruktur dilakukan antara lain melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Pariwisata (list penerima DAK terlampir) yang ditujukan untuk mendukung sarana prasarana pariwisata dalam rangka 50

59 penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata. Pembangunan yang dilakukan antara lain berupa penataan kawasan (penataan taman, pembuatan amphitheater, pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, kios cinderamata, pusat jajanan/kuliner, tempat ibadah), aksesibilitas pariwisata (pembuatan jalur pejalan kaki di kawasan pariwisata, pembuatan rambu-rambu petunjuk arah, jembatan di kawasan pariwisata, dermaga/jetty di kawasan pariwisata) dan amenitas pariwisata (menara pandang, ruang ganti/toilet di lokasi daya tarik wisata, dive centre dan pengadaan peralatannya). b. Koordinasi Peningkatan Infrastruktur Pariwisata di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Peningkatan infrastruktur di destinasi pariwisata merupakan salah satu prioritas Presiden pada tahun untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang berdaya saing. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah koordinasi lintas sektor. c. Dekonsentrasi Penyusunan Rencana Detail KSPN di 69 KSPN (29 Provinsi) Untuk mendukung terwujudnya ekosistem pariwisata yang berkualitas di 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Kementerian Pariwisata telah memberikan dukungan kepada daerah melalui dekonsentrasi Penyusunan Rencana Detail KSPN. Pada tahun 2016 telah tersusun 69 Rencana Detail KSPN, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan, arahan bagi pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan yang strategis, sesuai dengan karakteristik dan fungsi pemanfaatannya (data list Rencana Detail KSPN terlampir). 2. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan Menurut data analisis Kementerian Pariwisata, kontribusi wisatawan terbesar ada pada destinasi wisata budaya (wisata warisan budaya dan sejarah, belanja dan kuliner, kota dan desa) yaitu sebesar 60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata, petualangan) yaitu sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga, kawasan terintegrasi) sebesar 5%. Kementerian Pariwisata melakukan upaya pengembangan destinasi pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk 51

60 destinasi tersebut yaitu destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan adalah sebagai berikut: Tabel 3.6 Indikator Jumlah fasilitasi peningkatan destinasiwisata budaya, alam dan buatan (lokasi) NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan (lokasi) Berdasarkan tabel di atas, dari target sebanyak 25 lokasi, telah tercapai sebanyak 25 lokasi yaitu (1) KSPN Nongsa Pulau Abang dskt, (2) KSPN Natuna dskt, (3) KSPN Ijen-Baluran dskt, (4) KSPN Gili Tramena dskt, (5) KSPN Weh dskt, (6) KSPN Toba dskt, (7) KSPN Teluk Dalam-Nias dskt, (8) KSPN Tanjung Kelayang dskt, (9) KSPN Kota Tua-Sunda Kelapa dskt, (10) KSPN Kep Seribu dskt, (11) KSPN Borobudur dskt, (12) KSPN Bromo-Tengger-Semeru dskt, (13) KSPN Kuta-Sanur- Nusa Dua dskt, (14) KSPN Kintamani-Danau Batur dskt, (15) KSPN Menjangan- Pemuteran dskt, (16) KSPN Rinjani dskt, (17) KSPN Komodo dskt, (18) KSPN Ende- Kelimutu dskt, (19) KPSN Sentarum dskt, (20) KSPN Tanjung Puting dskt, (21) KSPN Bunaken dskt, (22) KSPN Toraja dskt, (23) KSPN Wakatobi dskt, (24) KSPN Morotai dskt, dan (25) KSPN Raja Ampat dskt. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: 52

61 Tabel 3.7 Realisasi Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan (lokasi) INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN REALISASI REALISASI (%) (%) Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan (lokasi) Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan. Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam dan buatan di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah: a. Peningkatan Kunjungan Kapal Yacht dan Cruise Salah satu langkah untuk pengembangan destinasi wisata bahari diantaranya telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang kunjungan kapal wisata (yacht) asing ke Indonesia. Kemudahan yang diberikan dalam Peraturan Presiden ini antara lain menghapus ketentuan mengenai CAIT (Clearance Approval for Indonesia Territory). Sebagai tindak lanjut dari Perpres Nomor 105 Tahun 2015, telah diundangkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 171 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelayanan Kapal Wisata (Yacht) Asing di Perairan Indonesia. Dalam rangka memberikan kemudahan kunjungan wisatawan kapal yacht, telah dibuat layanan online yachters-indonesia.id sebelum wisatawan memasuki perairan Indonesia yang masuk dan keluar melalui 19 Pelabuhan. Sedangkan dalam bidang pengembangan Kapal Pesiar (Cruise) untuk mengembangkan industri pariwisata telah diterbitkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 121 Tahun 2015 tentang Pemberian Kemudahan Bagi Wisatawan Dengan Menggunakan Kapal Pesiar (Cruiseship) Berbendera Asing. Bahwa dalam kebijkan tersebut memberikan kemudahan bagi cruise ship untuk dapat menaikkan dan menurunkan penumpamg (relaksasi cabotage) di lima pelabuhan Indonesia yaitu: Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta; Pelabuhan 53

62 Tanjung Perak, Surabaya; Pelabuhan Benoa, Bali; Pelabuhan Belawan, Medan; dan Pelabuhan Makassar. Adanya kemudahan tersebut memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan kunjungan kapal yacht dan juga cruise. Berikut tercatat capaian dari wisata yacht dan cruise : Adanya kemudahan tersebut memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan kunjungan kapal yacht dan juga cruise. Berikut tercatat capaian dari wisata yacht dan cruise : Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Kapal Yacht Asing No. Tahun Target (kapal) Realisasi (kapal) Jumlah Wisman (orang) Sumber: yachter-indonesia.id dan Nongsa Marina, 2016 Tabel 3.9 Jumlah Call Kapal Pesiar (Cruise) Asing No. Tahun Target Realisasi (calls) Jumlah Wisman (orang) *) Sumber: Konsultan Cruise Management, 2016 * angka sementara b. World Halal Tourism Award 2016 Berdasarkan data Global Muslim Travel Index (GMTI) Tahun 2016, Indonesia masuk dalam peringkat 4 Top 10 Halal Friendly Holiday Destination di dunia, setelah Malaysia, United Arab Emirates, dan Turki. Pada Tahun 2016, dari hasil Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016, Kementerian Pariwisata telah menetapkan 3 destinasi wisata halal, yaitu di Sumatera Barat, Aceh dan Nusa Tenggara Barat. 54

63 Gambar 3.7 Menteri Pariwisata Memberikan Penghargaan Anugerah Pariwisata Halal Terbaik 2016 Para pemenang Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 mewakili Indonesia dalam ajang World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada bulan Desember Indonesia berhasil memenangkan 12 penghargaan dari total 16 penghargaan pada World Halal Tourism Award Kategori yang berhasil dimenangkan Indonesia adalah : (1) World s Best Airline for Halal Travellers : Garuda Indonesia, (2) World s Best Airport for Halal Travellers : Sultan Iskandar Muda International Airport, Aceh, (3) World Best Family Friendly Hotel : The Rhadana Kuta, Bali, (4) World s Luxurious Family Friendly Hotel : The Trans Luxury Hotel Bandung, (5) World s Best Halal Beach Resort : Novotel Lombok Resort & Villas, (6) World s Best Halal Tour Operator : ERO Tour, Sumatera Barat, (7) World s Best Halal Travel Website : (8) World s Best Halal Honeymoon Destination : Sembalun Valley Region, NTB, (9) World s Best Hajj & Umrah Operator : ESQ Tours and Travel, Jakarta, (10) World s Best Halal Destination : 55

64 Sumatera Barat, (11) World s Best Halal Culinary Destination: Sumatera Barat, dan (12) World s Best Halal Cultural Destination : Aceh. c. Peningkatan Kunjungan pada Destinasi Wisata Geopark Pengembangan wisata alam salah satunya melalui pengembangan wisata geopark. Enam (6) lokasi geopark yang menjadi prioritas Pemerintah yaitu 1) Batur UNESCO Global Geopark, 2) Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, 3) Geopark Nasional Kaldera Toba, 4) Geopark Nasional Rinjani-Lombok, 5) Geopark Nasional Merangin Jambi, serta 5) Geopark Nasional Ciletuh- Pelabuhanratu. Pada tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan ke 6 geopark tersebut naik 12% jika dibandingkan tahun Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.10 Destinasi Wisata Geopark GEOPARK DESTINASI WISNUS WISMAN TOTAL UGG Batur Bali 210, , , ,037 79, ,508 UGG Gunung Gunung 4,395,343 4,834,877 15,000 19,500 4,410,343 4,854,377 Sewu Kidul, Pacitan, Wonogiri GN Kaldera Sumatera 75,000 97,500 46,000 55, , ,700 Toba Utara GN Rinjani- NTB 40,855 44,941 26,167 27,475 67,022 72,416 Lombok GN Merangin Jambi 31,258 37,510 2,650 5,300 33,908 42,810 GN Ciletuh- Plabuhanratu Jabar 35, ,500 12,000 25,200 47, ,700 Jumlah 4,787,884 5,382, , ,712 5,359,260 6,008,511 d. Peningkatan Kunjungan pada Destinasi Wisata MICE Upaya pengembangan destinasi wisata Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi, Pameran atau dikenal dengan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) dengan menyiapkan 16 destinasi MICE yang didukung oleh pelaku industri MICE Indonesia untuk menjadi destinasi yang berdayasaing regional dan global. Destinasi MICE tersebut antara lain: Bali, DKI Jakarta, 56

65 Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, Manado, Solo, Lombok, Semarang, Batam, Palembang, Balikpapan, Padang, Bintan. Adanya kemudahan informasi dan jejaring koordinasi yang baik dengan para pelaku industri MICE, akademisi dan K/L tersebut, memberikan dampak yang positif bagi data dan informasi terkait potensi kekuatan destinasi, pertumbuhan jumlah event, jumlah wisman bisnis MICE, jumlah expenditure dari kegiatan MICE, serta tingkat pertumbuhan. Berikut tercatat capaian dari wisata MICE: Tabel 3.11 Data Informasi Jumlah Event dan Wisman Bisnis (MICE) Tahun No. Tahun Target Realisasi Growth (%) Target Realisasi Growth (%) EVENT WISMAN BISNIS MICE 42 % (dari 2014) % % Sumber : - Data yang diolah oleh Kementerian Pariwisata, 2016 dengan Politeknik Negeri Jakarta - Data dari ICCA, UIA, Bali Nusa Dua Convention Center, Jakarta Convention Center, Pacific World, ASPERAPI, Intelkam Mabes POLRI Dari data tersebut dapat dilihat pada tahun 2016, kunjungan wisatawan mancanegara dengan tujuan bisnis MICE mengalami pertumbuhan sebesar 17%. Dan berikut data dampak ekonomi dari pengembangan destinasi wisata MICE: No Tahun Tabel 3.12 Data Informasi Jumlah Wisman dan Expenditure MICE Tahun Growth Realisasi Target Realisasi Target (USD) (%) (USD) WISMAN BISNIS MICE EXPENDITURE MICE Growth (%) % (dari tahun 2014) 833,220, ,950,135 42% (dari tahun 2014) % (dari tahun 2015) 976,058, ,039,875 17% (dari tahun 2015) 57

66 Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan yaitu: a. Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya Untuk mengembangkan destinasi wisata budaya dilakukan fasilitasi pada destinasi wisata sejarah dan religi, destinasi wisata perdesaan dan perkotaan, destinasi wisata tradisi dan seni budaya. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain percepatan pengembangan destinasi wisata halal (penataan atraksi melalui pemasangan lampu LED di Islamic Centre Mataram, Nusa Tenggara Barat), percepatan pengembangan destinasi wisata sejarah dan religi (penataan atraksi makam Walisongo), percepatan pengembangan destinasi wisata kuliner, percepatan pengembangan destinasi wisata perdesaan dan perkotaan. Gambar 3.8 Fasilitasi Penataan Atraksi Kawasan Islamic Center di Mataram, NTB b. Fasilitasi peningkatan destinasi wisata alam dan buatan Untuk mengembangkan destinasi wisata alam dan buatan dilakukan fasilitasi pada destinasi wisata bahari, ekowisata, wisata petualangan, wisata MICE dan even, wisata olahraga, dan kawasan terintegrasi. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain percepatan pengembangan wisata bahari (Sosialisasi Kemudahan Kunjungan Yacht dan Cruise : Perpres Nomor 105 Tahun 2015, Permenhub Nomor 121 Dan 171 Tahun 2015, Peningkatan Kapasitas Pemandu Selam Rekreasi di Raja Ampat, Wakatobi dan Sabang, Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai di Banyuwangi dan Lampung), Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Geopark Indonesia (Geopark Rinjani, Geopark Toba, Geopark Ciletuh), Percepatan Pengembangan Wisata Ekowisata (TN Bali 58

67 Barat), Percepatan Pengembangan Destinasi Wisata MICE, Dukungan Kebijakan Teknis untuk meningkatkan kualitas daya saing destinasi wisata alam dan buatan melalui penyusunan Peraturan Menteri tentang Pedoman Penyelenggaraan Wisata Selam Rekreasi (Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 7 Tahun 2016) dan Pedoman Tempat Penyelenggaraan Kegiatan (Venue) Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan Pameran. 3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Salah satu upaya meningkatkan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan meningkatkan tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan, dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata difokuskan pada dua critical success factor, yakni Management Destinasi yang meliputi Finansial, Operasional, Marketing, SDM, dan Inovasi; dan Pembenahan Destinasi. Untuk pembenahan destinasi, dikonsentrasikan pada pembangunan infrastruktur dalam rangka dukungan pengembangan aksesibilitas, amenitas dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya. Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dapat dilihat dalam tabel berikut ini: NO Tabel 3.13 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 3 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) TARGET REALISASI % CAPAIAN

68 Pada tabel di atas dapat terlihat, dari target yang ditetapkan sebanyak 25 lokasi, pada tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 26 lokasi (Cluster), atau tercapai sebesar 108%. Adapun dari 26 lokasi tersebut, 24 cluster adalah cluster existing dan 2 cluster baru. Cluster existing adalah Sabang, Toba, Muaro Jambi, Palembang, Kota Tua, Kepulauan Seribu, Pangandaran, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Pemuteran, Batur, Sanur, Rinjani, Komodo, Flores, Wakatobi, Toraja, bunaken, Derawan, Sentarum, Belitung (Tanjung Kelayang), Tanjung Puting, Pulau Morotai, dan Raja Ampat. Sedangkan Cluster baru pada tahun 2016 adalah Tanjung Lesung dan Mandalika. Dari cluster-cluster tersebut, 10 diantaranya termasuk dalam 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Untuk melihat perkembangan capaian Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.14 Realisasi Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN REALISASI REALISASI (%) (%) Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan. Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster DMO memberikan peranan yang strategis terhadap pembangunan kepariwisataan, salah satunya adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Hal tersebut dapat terlihat grafik di bawah ini: 60

69 Grafik 3.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat peningkatan jumlah kunjungan wisman di 16 cluster DMO, dari tahun 2015 ke tahun 2016 yakni sebesar 6,68 %. Berikut tabel detail jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di 16 cluster : Tabel 3.15 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun No Cluster Lama Wisman % Wisnus % Growth Growth 1. DMO Batur 451, ,712 2% 159, ,545 48% 2. DMO Borobudur 253, ,185 20% 3,895,017 4,263,936 9% 3. DMO BTS 16,639 30,311 82% 433, ,657-3% 4. DMO Bunaken 38,400 53,673 40% 1,070,681 1,091,502 2% 5. DMO Derawan 6,119 2,521-59% 99,416 84,274-15% 6. DMO Flores 58,035 67,932 17% 66,078 95,827 45% 7. DMO Kota Tua Jakarta 41,761 33,426-20% 1,241,504 1,425,137 15% 8. DMO Pangandaran 16,515 10,776-35% 2,442,413 1,977,614-19% 9. DMO Raja Ampat 6,674 13, % 1,401 3, % 10. DMO Rinjani 25,835 22,926-11% 67,706 24,171-64% 11. DMO Sabang 5,582 10,501 88% 623, ,301-29% 12. DMO Sanur 495, ,259 23% 85,036 68,290-20% 13. DMO Tanjung Puting 9,767 8,581-12% 2,797 5,174 85% 14. DMO Toba 61,337 71,169 16% 1,268,445 1,458,712 15% 15. DMO Toraja 40,312 57,325 42% 84,545 1,127,039 1,233% 16. DMO Wakatobi 6,626 7,815 18% 11,401 8,165-28% TOTAL 1,533,507 1,759,898 15% 11,552,641 12,730,645 10% Sumber : (1) BPS Provinsi/Kab/Kota, (2) Dinas Pariwisata masing-masing daerah 61

70 Tabel 3.16 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 9 Cluster DMO Tahun 2016 No Cluster Baru Tahun 2016 Wisman Wisnus Total 1. DMO Belitung 5, , , DMO Kepulauan Seribu 19, , , DMO Mandalika 2,405, ,035 3,318, DMO Menjangan Pemuteran 210, , , DMO Morotai 279 5,941 6, DMO Muaro Jambi ,177 71, DMO Palembang 10,683 1,896,110 1,906, DMO Sentarum ,546 13, DMO Tanjung Lesung 2, , ,030 TOTAL 2,652,731 3,924,937 6,577,668 Sumber : (1) BPS Provinsi/Kab/Kota, (2) Dinas Pariwisata masing-masing daerah Dari data di atas dapat terlihat adanya peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di cluster DMO. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan memberikan dampak positif, terutama manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sebagai contoh, salah satu cluster yaitu cluster marine Sabang telah berhasil menunjukkan performansi tinggi di tahun Capaian pengembangan atraksi antara lain meliputi diversifikasi produk (Km Nol, Pantai Timur dan Selatan), akseibilitas (pembangunan jalan menuju destinasi wisata KM Nol, penambahan maskapai Penerbangan Wings Air satu minggu 3 kali penerbangan), amenitas (peningkatan jumlah dive operator, penataan fasilitas pariwisata Marina Lhok Weng). Adapun capaian dampak ekonomi dari aktivitas wisata bahari di cluster Sabang dapat dilihat pada tabel berikut ini : 62

71 Tabel 3.17 Dampak Ekonomi Wisata Bahari di Cluster Sabang Tahun 2016 No Kunjungan Target 1 Yacht 34 kapal 2 Cruise 7 cruise 3 Diving orang Target/ Capaian 37 kapal (108%) 10 cruise (130%) orang (87.28%) Jumlah Wisman Yacht US$(150) Pengeluaran Wisman Cruise US$ (70) Diving (EUR 25) Nilai (Rp) 82 36, ,700,000 6, ,880 5,627,440,000 4, ,375 7,411,250,000 Sumber: DMO Sabang, 2016 Total 10,501 36, , ,375 13,518,390,000 Dari tabel di atas, dapat terlihat pada tahun 2016 telah tercapai target kunjungan yacht dan cruise melebihi target, dan telah dihasilkan sebesar Rp ,00 manfaat ekonomi bagi masyarakat dari aktivitas bahari di Sabang. Tentu saja hal tersebut tidak dapat terlepas dari adanya penerapan tata kelola destinasi pariwisata yang berkualitas dengan melibatkan peran serta pemangku kepentingan terkait, serta fokus pada critical success factors dengan arah pengembangan sesuai portofolio produk untuk mendukung pencapaian target pariwisata nasional. Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu sebagai berikut: Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting, convergence meeting, workshop dan bimbingan teknis di 26 cluster. Hasil kegiatan tersebut adalah adanya identifikasi, rekomendasi dan komitmen terkait pengembangan destinasi pariwisata di masing-masing cluster yang dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata dan mencapai target pariwisata nasional. 63

72 4. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dalam strategi pengembangan destinasi pariwisata. Masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam pariwisata. Masyarakat merupakan tuan rumah bagi wisatawan yang berkunjung ke daerahnya. Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi kegiatan peningkatan sadar wisata dan potensi usaha masyarakat di bidang pariwisata. Realisasi capaian jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat yaitu : Tabel 3.18 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa dari target 34 provinsi telah tercapai fasilitasi di bidang pemberdayaan masyarakat sebesar 100% yakni di 34 provinsi. Sebagai upaya untuk menjadi tuan rumah yang baik dan peningkatan pelayanan yang baik kepada wisatawan, diperlukan upaya terus-menerus untuk meningkatkan pemahaman tentang Sadar Wisata bagi para pemangku kepariwisataan sebagai stakeholder dan masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang sadar wisata nantinya akan dapat memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona yakni keamanan, ketertiban,kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan. Aktualisasi nilai-nilai tersebut menjadi perilaku seharihari dalam melayani wisatawan sehingga menjadi pendukung tumbuhnya iklim kepariwisataan dan menjiwai nilai kearifan budaya lokal. Untuk melihat perkembangan capaian Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: 64

73 Tabel 3.19 Realisasi Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) CAPAIAN CAPAIAN REALISASI REALISASI (%) (%) Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan, perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Meningkatnya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas destinasi pariwisata yang pada akhirnya memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat. ASEAN dalam ASEAN Tourism Forum memberikan apresiasi yang tinggi terkait keterlibatan masyarakat dalam pariwisata, yaitu terkait homestay dan community based tourism. Indonesia berhasil memperoleh 5 penghargaan untuk ASEAN Homestay Award dan 3 penghargaan untuk ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award. Adapun para pemenang dalam kedua awards tersebut adalah: a. ASEAN Homestay Award Kriteria penilai untuk Homestay award antara lain terkait dengan pengelolaan homestay pada aspek produk, pelayanan dan pengelolaan. Dari kriteria tersebut telah terpilih 5 homestay, yaitu: 1) Homestay Suweden, Kab. Tabanan, Prov. Bali 2) Homestay Bunga, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah 3) Homestay Adiluhung, Kab. Bantul, Prov. DI Yogyakarta 4) Homestay Suheri, Kab. Malang, Prov. Jawa Timur 5) Homestay Teratai 3, Kab. Kuningan, Prov. Jawa Barat b. ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award Kriteria penilai untuk CBT awards antara lain terkait dengan kepemilikan dan kepengurusan oleh masyarakat, kontribusi terhadap kesejahteraan sosial, 65

74 kontribusi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan dan mendorong terjadinya partisipasi interaktif antara masyarakat lokal dengan pengunjung (wisatawan). Dari kriteria tersebut telah terpilih 3 lokasi desa wisata yang dinilai berhasil menerapkan pengelolaan berbasis Community Based Tourism, yaitu: 1) Desa Wisata Dieng Kulon, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah 2) Desa Wisata Panglipuran, Kab. Bangli, Prov. Bali 3) Desa Wisata Nglanggeran, Kab. Gunungkidul, Prov. DI Yogyakarta Gambar 3.9 Menteri Pariwisata bersama para pemenang ASEAN Homestay Award dan ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award di Singapura c. Sayembara Desain Rumah Wisata (Homestay) Nusantara di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Untuk mendukung pengembangan 10 Destinasi Pariwisata prioritas, melalui perencanaaan pengembangan kawasan wisata dengan desain terbaik, telah terpilih 30 desain homestay dengan model arsitektur nusantara. Selain itu, adanya homestay diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di 10 destinasi wisata prioritas melalui perancangan hunian masyarakat yang dapat disewakan kepada wisatawan. 66

75 Gambar 3.10 Penghargaan Sayembara Desain Rumah Wisata Adapun program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya fasilitasi pemberdayaan masyarakat antara lain sebagai berikut : a. Peningkatan Sadar Wisata Peningkatan sadar wisata dilakukan di 34 provinsi di Indonesia melalui kegiatan kampanye sadar wisata, sosialisasi sadar wisata, bimbingan teknis sadar wisata dan Sapta Pesona, gerakan sadar wisata dan aksi Sapta Pesona, serta apresiasi sadar wisata dan Sapta Pesona. b. Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata Kegiatan Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata meliputi Identifikasi Potensi Usaha Masyarakat, Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat, serta Dukungan Peningkatan Kualitas Usaha Masyarakat, serta Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata. Tabel 3.20 Potensi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata No Kegiatan Lokasi Capaian Peserta 1 Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona 57 lokasi orang 2 Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata (homestay, kuliner, cenderamata dan kesenian) 40 lokasi orang Total 97 lokasi, di 34 provinsi orang 67

76 2. MENINGKAT NYA INVESTASI DI SEKTOR PARI WISATA MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA 2 Berdasarkan laporan Travel & Tourism Investment in ASEAN Tahun 2016 oleh World Travel Tourism Council (WTTC), baik investasi dari pemerintah maupun investasi swasta menjadi faktor penting dalam pengembangan kepariwisataan di ASEAN. Hal ini disebabkan karena: a. Investasi dapat meningkatkan kapasitas: untuk mendukung tingginya permintaan dan jumlah wisatawan, investasi dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik serta peningkatan fasilitas. b. Investasi dapat menjaga dan meningkatkan infrastruktur yang ada: melanjutkan investasi pada infrastruktur yang sudah ada dapat meningkatkan fungsi dan kualitas, serta dapat mendorong regulasi baru dan standar lingkungan yang lebih baik. c. Mendorong permintaan wisatawan: Investasi untuk meningkatkan atraksi dapat mendorong permintaan baru dan merebut pangsa pasar dari pesaing. Mulai tahun 2016, sasaran kedua diatas diukur hanya melalui indikator jumlah investasi sektor pariwisata. Berbeda dengan tahun pertama renstra , indikator yang digunakan adalah Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional. Perubahan ini sesuai dengan arahan Menteri Pariwisata bahwa untuk sasaran tersebut lebih fokus pada nilai investasi (US Dollar) Adapun realisasi jumlah investasi sektor pariwisata tahun 2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Jumlah investasi sektor pariwisata (US$ Juta) NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN Jumlah investasi sektor pariwisata 5 (US$ Juta) Sumber: BKPM,

77 Dari tabel di atas, realisasi jumlah investasi sektor pariwisata adalah sebesar US$. Jika dibandingkan dengan target sebesar US$, persentase capaiannya adalah sebesar 83%. Perhitungan realisasi investasi di Indonesia berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meliputi realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berikut adalah penjabaran nilai realisasi investasi asing dan investasi dalam negeri pada tahun 2016: Tabel 3.22 Jumlah Realisasi Investasi Sektor Pariwisata Tahun 2016 Realisasi Investasi Pariwisata Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Total Investasi Pariwisata * PMA dan PMDN dalam Juta US$, Sumber: BKPM, 2016 Jumlah Rincian realisasi Top 3 pada Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2016 berdasarkan jenis usaha, tujuan investasi dan asal negara dapat terlihat sebagai berikut: 1. Berdasarkan jenis usaha : 61.22% hotel bintang, 22.59% kegiatan konsultasi manajemen, 6.33% penyediaan akomodasi jangka pendek lainnya 2. Berdasarkan tujuan investasi : 54.31% DKI Jakarta, 21.19% Bali, 7.18% Jawa Barat 3. Berdasarkan asal negara (67.62% dari total PMA) : 48.29% Singapura, 12.06% British Virgin Island, 7.27% Hongkong Adapun rincian realisasi Top 3 pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tahun berdasarkan jenis usaha dan tujuan investasi dapat terlihat sebagai berikut : a. Berdasarkan jenis usaha : 59.32% hotel bintang, 18.29% wisata tirta, 7.68% hotel melati. b. Berdasarkan tujuan investasi : 24.77% Jawa Barat, 20.06% Bali, 15.02% DI Yogyakarta. Meskipun presentase capaian realisasi investasi di tahun 2016 tidak mencapai target, namun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah realisasi investasi pariwisata dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut : 69

78 Tabel 3.23 Realisasi Investasi Sektor Pariwisata Tahun Realisasi PMA (US$) PMDN (US$) Total * Sumber: BKPM, Nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2016 adalah sebesar 28.96% jika dibandingkan dengan tahun Secara umum, peningkatan investasi di Indonesia pada tahun 2016 disebabkan antara lain adanya kebijakan kemudahan dalam berinvestasi. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah (1) Perbaikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk menarik investasi, (2) Layanan izin investasi 3 jam, (3) Kemudahan Layanan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), serta (4) Adanya revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Revisi Daftar Negatif Investasi adalah bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X yang dikeluarkan oleh pemerintah. Terdapat 4 (empat) usaha pariwisata yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK); 15 (lima belas) usaha pariwisata yang terbuka untuk PMA dengan persyaratan dan 37 (tiga puluh tujuh) usaha pariwisata yang terbuka 100% untuk PMA. 70

79 Pada tahun 2016, terdapat realisasi investasi pada jenis usaha daya tarik wisata alam (KBLI 9322) sebesar 0.92 juta USD, Daya Tarik Wisata Buatan/Binaan Manusia (KBLI 9323) sebesar 0.30 juta USD, dan Kegiatan Taman Bertema atau Taman Hiburan (KBLI 9321) sebesar 0.02 juta USD. Jenis-jenis usaha tersebut merupakan jenis usaha dari Daftar Negatif Investasi yang sudah terbuka untuk kepemilikan modal asing sebesar 100%. 71

80 Tabel 3.24 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X 72

81 Tabel 3.24 Daftar Investasi Sektor Pariwisata Tahun 2016 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak terlepas dari adanya komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang pariwisata sesuai dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas), adanya dukungan dari berbagai pihak (Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan stakeholder terkait), serta ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 untuk mendukung sasaran meningkatnya investasi di sektor pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Proposal Investasi Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi potensi investasi pariwisata di daerah. Lokasi-lokasi potensi investasi tersebut, diutamakan lahan Pemerintah Daerah yang siap untuk dikerjasamakan dengan 73

82 investor. Dua hal penting yang dijadikan persyaratan dalam penyusunan proposal investasi pariwisata antara lain: a. Status lahan yang siap dikerjasamakan harus clean and clear; dan b. Lokasi yang akan diambil harus sesuai peruntukannya dengan rencana pola ruang di RTRW. Pada penyusunan proposal investasi dilakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Daerah atau pemilik lahan serta dilakukan survei lapangan dengan tujuan: a. Mengambil titik koordinat lokasi lahan potensi investasi; b. Mengambil Foto Panorama ; dan c. Mengambil video dengan drone. Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah lokasi sebanyak 3 lokasi, tahun 2013 sebanyak 4 lokasi, tahun 2014 sebanyak 6 lokasi, tahun 2015 sebanyak 55 lokasi pada 16 Kabupaten/Kota dan di tahun 2016 ini sebanyak 73 lokasi di 34 Kabupaten/Kota. Proposal-proposal investasi tersebut bertujuan untuk menarik minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di bidang pariwisata. Tabel 3.25 Indonesia Tourism Invesment Invitation 74

83 Gambar 3.11 Contoh Proposal Investasi Kab. Manggarai Barat 2. Promosi Investasi Pariwisata Kegiatan promosi investasi pariwisata dilakukan untuk meningkatkan awareness dan membuka networking dengan calon investor pariwisata baik dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan promosi investasi pariwisata yang dilakukan dengan mengikuti event investasi baik dalam dan luar negeri, pertemuan bisnis, penyebaran peluang investasi melalui website dan memfasilitasi kunjungan lapangan investor ke lokasi-lokasi potensi investasi. 75

84 Tabel 3.26 Promosi Investasi Pariwisata No Kegiatan 1 Gulf and Indian Ocean Hotel Investor s Summit (GIOHIS) 2 Pertemuan Bisnis di Hong Kong 3 Internationa l Hotel Investment Forum (IHIF) 4 MIPIM (Le marché international des professionnel s de l immobilier) 5 Pertemuan Bisnis di Monaco 6 Hospitality Investment Conference Indonesia (HICI) 7 Marketing Investasi Tempat Abu Dhabi Waktu Pelaksanaan 8 9 Februari 2016 Hongkong Februari 2016 Berlin, Jerman Cannes, Perancis Monaco, Perancis Jakarta Melbourne Brisbane, Australia 7 9 Maret Maret 2016 April April Mei 2016 Hasil Ketertarikan investor Abu Dhabi National Bank dan Asiya Investment Kuwait untuk mendukung pembiayaan di KEK Mandalika dan Tanjung Lesung, namun masih membutuhkan proses penjajakan, mengingat investasi KEK yang sangat besar dapat mencapai angka hingga Rp 10 triliun. Pada tanggal 21 Maret 2016, Meridian Capital akan datang ke Indonesia untuk menandatangani Kerangka Acuan yang telah diperbaharui, bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat Ketertarikan dari International Finance Corporation, sebuah anak perusahaan dari World Bank Group untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan hotel di Indonesia dengan maksimal jumlah pembiayaan mencapai angka USD 200 Juta per proyek. Business meeting dengan 50 pengusaha dan investor di bidang pariwisata dan hospitality, marina, properti, teknologi arsitektur, dan industrial Komitmen investor diantaranya Ecoregions International Singapore, PT Dharmakusala Waskita Brana, Islamic Development Bank untuk investasi hotel, sarana rekreasi, inrastruktur, di KEK Mandalika. Total komitmen yang dicapai sebesar USD 287,5 Juta atau Rp 3,88 Triliun. Perusahaan funding dari Monaco siap untuk membantu pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Louvre Hotel Group (grup investor China) berencana melakukan pengembangan dan pembangunan hotel baru di seluruh Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun. Telah tersedia dana Rp + 10 Triliun untuk pembelian dan pembangunan hotel baru di Indonesia. Tiga investor Australia akan melakukan investasi di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara di tahun 2016 yaitu: 1 (satu) investor akan membangun usaha marina dan hotel bintang di Kabupaten Lombok Barat dengan nilai investasi + Rp 200 Miliar; dan 2 (dua) investor yang tergabung dalam AIBC akan membangun usaha marina dan hotel bintang di Kota Manado di atas lahan seluas 200 ha, dengan nilai investasi + Rp 300 Miliar. 76

85 No Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan Hasil 8 Pertemuan Bisnis di Seoul 9 Tourism, Hotel Investment, & Networking Conference (THINC) Seoul, Korea Selatan 2 3 Juni 2016 Bali 31 Agustus 1 September 2016 MoU antara Daewo Development Ltd dengan PT Jababeka Tbk, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten disaksikan langsung oleh Menpar Arief Yahya dan Minister of Culture, Sports and Tourism of Republic of Korea Komitmen PT Celecton Hotels and Resorts Internasional untuk membangun hotel bintang 3 dan 4 dengan nuansa kebudayaan Jepang di Cikarang dan Karawang dengan nilai investasi lebih dari USD 20 Juta; Komitmen PT Marina Del Ray untuk pembangunan Marina di Lombok Barat; Komitmen PT Paradise Property untuk pengembangan ecotourism di semua Taman Nasional di Indonesia, dengan proyek awal di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi dengan nilai investasi sebesar USD 1,8 Juta; Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk atau Panorama Destination (DTN) dengan PT Centrasolusi Intiselaras yang akan bekerjasama dalam pengembangan konten digital terkait produk-produk tour ke Indonesia dengan target dapat menarik kunjungan wisman asal tiongkok sebesar pada tahun Gambar 3.12 Penandatanganan MoU antara Daewo Development Ltd dengan PT Jababeka Tbk di Seoul Gambar 3.13 MIPIM (Le marché international des professionnels de l immobilier), Cannes Perancis 77

86 3 MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL Sektor pariwisata memberikan dampak ekonomi yang luas bagi sektor-sektor lainnya. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30% dalam waktu 5 tahun. Pariwisata merupakan pencipta lapangan kerja termurah yaitu dengan US$ 5.000/satu pekerjaaan, dibanding rata-rata industri lainnya sebesar US$ /satu pekerjaan. Jumlah tenaga kerja langsung (direct), tidak langsung (indirect), dan ikutan (induced) di sektor pariwisata dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung (direct), tidak langsung (indirect), maupun ikutan (induced). Gambar 3.14 Comparative Economic Impact of Travel & Tousim WTTC, 2012 Sumber : The Comparative Economic Impact of Travel & Tousim WTTC,

87 Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional, telah ditetapkan indikator kinerja utama yaitu jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata. Tenaga kerja langsung sektor pariwisata mencakup antara lain tenaga kerja di bidang akomodasi, travel agent, airlines dan pelayanan penumpang lainnya, termasuk juga tenaga kerja di sektor usaha restoran dan tempat-tempat rekreasi yang langsung melayani wisatawan. Tenaga kerja tidak langsung mencakup antara lain tenaga kerja di sektor promosi pariwisata, furnishing/equipment, persewaan kendaraan, manufaktur transportasi. Tenaga kerja ikutan mencakup antara lain tenaga kerja di sektor supply makanan dan minuman, wholesaler, computer utilities, dan jasa personal. Adapun realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata pada tahun 2016 adalah sebagai berikut : Tabel 3.27 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) * Sumber : Angka Sementara, Kemenpar 2016, * 102 Realisasi jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Tahun 2016 sebesar 12 juta orang, atau tercapai sebesar 102%. Angka tersebut sifatnya masih merupakan angka estimasi sementara, hingga terbitnya publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2016 di akhir Tahun Adapun berdasarkan laporan Travel and Tourism Economic Impact Tahun 2016 untuk Indonesia dari World Travel Tourism Council (WTTC), diestimasikan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata di tahun 2016 adalah sebesar 10,547 juta orang. 79

88 Perbandingan capaian tersebut (dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016) dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 3.28 Realisasi Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Jumlah tenaga 12* ,16 107, kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) Sumber : Kementerian Pariwisata, 2016 * Data sementara REALISASI % CAPAIAN REALISASI % CAPAIAN REALISASI % CAPAIAN Permintaan di sektor pariwisata memberi dampak terhadap penciptaan lapangan kerja. Semakin besar permintaan di sektor pariwisata, baik konsumsi wisatawan maupun investasi di bidang pariwisata, akan semakin besar pula penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor terkait. Tercapainya jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata tahun 2016, antara lain disebabkan oleh : 1. Kemudahan Investasi Berdasarkan laporan dari Bank Dunia, peringkat kemudahan usaha di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan tahun Pada indeks, Indonesia berada di peringkat 109 dari 189 negara atau naik 11 peringkat dari tahun lalu di posisi 120. Penilaian tersebut berdasarkan dari beberapa indikator, diantaranya adalah bagaimana investor memulai usaha di Indonesia, proses perizinan dan pembayaran pajak. Pemerintah telah berkomitmen untuk mempermudah investasi, upaya yang telah dilakukan diantaranya melalui berbagai terobosan paket kebijakan investasi, diantaranya adalah (1) Kemudahan perizinan melalui peluncuran PTSP pusat, (2) Layanan izin investasi 3 jam, (3) Kemudahan investasi langsung konstruksi (KLIK), serta (4) Adanya revisi Daftar Negatif Investasi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang 80

89 Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Terkait dengan realisasi investasi, nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2016 tercatat mencapai angka US$ 1.093,65 Juta. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi investasi pariwisata tahun 2015 yaitu US$ 1.049,07 Juta. Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata, dapat meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja memberikan dampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. 2. Meningkatnya Jumlah Usaha Pariwisata Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, terdapat 13 bidang usaha pariwisata yang meliputi usaha di bidang (1) daya tarik wisata; (2) kawasan pariwisata; (3) jasa transportasi wisata; (4) jasa perjalanan wisata; (5) jasa makanan dan minuman; (6) penyediaan akomodasi; (7) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; (9) jasa informasi pariwisata; (10) jasa konsultan pariwisata; (11) jasa pramuwisata; (12) wisata tirta; dan (13) spa. Pada tahun 2014 tercatat dari 13 bidang usaha pariwisata terdapat total unit usaha, dengan jumlah terbanyak pada bidang usaha jasa penyediaan akomodasi sebesar unit (BPS, 2015). Adapun jumlah akomodasi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.29 Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun TAHUN Sumber : BPS, HOTEL BERBINTANG AKOMODASI LAINNYA TOTAL

90 Meningkatnya jumlah usaha pariwisata, terutama hotel dan akomodasi lainnya telah memberikan dampak positif terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 untuk mendukung sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata bertujuan agar usaha pariwisata harus terus meningkatkan pelayanannya sehingga tercipta pelayanan prima (service excellent) agar wisatawan terus loyal kembali berkunjung. 2. Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi Meningkatnya investasi pariwisata dapat mendorong meningkatnya jumlah usaha pariwisata yang berdampak pada meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata. Upaya peningkatan investasi antara lain dilakukan melalui kegiatan penyusunan proposal investasi di 73 lokasi dan juga kegiatan promosi investasi baik di dalam maupun di luar negeri. 3. Pemberdayaan Masyarakat Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja bidang pariwisata antara lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Selain untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang sadar wisata, pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat di bidang usaha pariwisata. Pada tahun 2016 telah terlaksana kegiatan peningkatan kapasitas usaha masyarat di bidang pariwisata di 40 Kabupaten/Kota, yang tersebar di 24 Provinsi dengan lokasi utama di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Penerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat Destinasi Pariwisata adalah pelaku usaha homestay, kuliner, dan cinderamata, dengan kegiatan antara lain berupa bimbingan teknis, pelatihan pengelolaan usaha serta pemberian fasilitasi peningkatan kapasitas usaha masyarakat. 82

91 4. MENINGKATNYA KONTRIBUSI PARIWISATA TE RHADAP PRODUK DOMESTI K BRUTO (PDB) NASIO NAL 4 MENINGKATNYA KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) NASIONAL Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh Kementerian Pariwisata bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata. Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan Kementerian Pariwisata terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas. Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel 3.30 Target dan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (Persentase) 5 4,03* 80.6* *angka sementara Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja untuk Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional yang memiliki target sebesar 5% terealisasi sebesar 4,03% dengan total nilai sebesar 500,19 triliun rupiah. 83

92 Untuk melihat perkembangan capaian indikator Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.31 Perbandingan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional INDIKATOR 2016** 2015* 2014* KINERJA REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN UTAMA (%) (%) (%) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 4,03 80,6 4,31 107, ,90 Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional Keterangan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional tahun 2016 sebesar 4,03% menurun -6,5% jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 4,31% dan jika dibanding dengan realisasi tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 0,98% dari 4,07 % tahun 2014 menjadi 4,03% pada tahun Apabila dilihat sejak awal RPJMN, terlihat grafik tren kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mengalami peningkatan yang signifikan, sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut ini. Tabel 3.32 Perbandingan Pendapatan PDB No. Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) *) 2015*) 2016**) 1. Pertanian , , , , ,69 2. Pertambangan & , , , , ,03 Penggalian 3. Industri , , , ,40 4. Listrik, gas dan air 1.930, , , , ,17 84

93 No. Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) *) 2015*) 2016**) 5. Konstruksi , , , , ,05 6. Perdagangan , , , , ,75 7. Restoran , , ,5 979, ,46 8. Hotel , , , , ,26 9. Angkutan Darat , , , , , Angkutan Air 3.142, , , , , Angkutan Udara , , , , , Jasa Penunjang Angkutan 6.090, , , , , Komunikasi 7.202, , , , , Jasa Lainnya , , , , ,08 Total , , , , ,3 PDB Nasional Harga Berlaku (Triliun Rp) 8.241, , , , ,81 Persentase kontribusi 3,96% 4,02% 4,07% 4,31% 4,03% Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional Keterangan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDB yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2012 pariwisata menghasilkan PDB sebesar 296,97 triliun rupiah dan meningkat di tahun 2013 menjadi 326,24 triliun rupiah, di tahun 2014 sebesar 419,08 triliun rupiah, serta pada tahun 2015 nilai PDB yang dihasilkan mencapai 476,48 triliun rupiah. Lebih lanjut pada tahun 2016 PDB yang dihasilkan dari sektor pariwisata mencapai 500,19 triliun rupiah. Berikut grafik dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan: 85

94 Grafik 3.2 Peningkatan PDB Pariwisata Grafik 3.3 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional 86

95 5. MENINGKATNYA JUM LAH KUNJ UNGAN WISATAW AN M ANCANEGARA (WISM AN) MENINGKATNYA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN 5 MANCANEGARA (WISMAN) Definisi wisatawan mancanegara sesuai dengan rekomendasi United Nation World Tourism Organization (UNWTO) adalah: Setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari dua belas bulan. Gambar 3.15 Classification Of Inbound Travellers Pada tahun 2016, wisatawan internasional yang melakukan perjalanan mencapai 1,235 miliar orang atau tumbuh dari tahun sebelumnya 3.29% miliar. Berdasarkan wilayah, asia pasifik tumbuh 8%, Afrika naik sebesar 8%, dan kenaikan 4% untuk Amerika. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: 87

96 Tabel 3.33 Target dan realisasi Jumlah Kunjungan Wisman Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 8 Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia (Juta Orang) % Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran tahun 2016 yaitu Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai orang atau sebesar 100,2%, dari target yang telah ditentukan sebelumnya sebesar wisatawan mancanegara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari terobosanterobosan yang dilakukan Kementerian Pariwisata. Salah satu terobosan baru yang sangat berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisman ini adalah adanya kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang diberikan kepada 169 negara. Terobosan lain yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata adalah melalui optimalisasi kegiatan-kegiatan di cross border dan ektrapolasi atau penggunaan Mobile Positioning Data (MPD) untuk menghitung Wisman yang masuk melalui Pintu Lintas Batas (PLB). Adapun rincian data kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia selama tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.34 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2016 BULAN JUMLAH WISMAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Mobile Positioning Data (Oktober Desember) TOTAL *Data sangat sementara 88

97 Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan, bahwa jumlah kunjungan terbesar wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah pada bulan Desember dan yang paling rendah pada bulan Januari. Adapun yang dimaksud dengan Mobile Positioning Data (MDP) adalah metode pencataan Wisman Lintas Batas pada 19 Kabupaten (46 kecamatan) yang memiliki Pintu Lintas Batas (PLB). Metode penghitungan Wisman ini murni dilakukan dengan mesin dan mulai dilakukan mulai tahun Grafik 3.4 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pasar Tahun 2016 Grafik di atas menunjukkan persentase kunjungan wisatawan mancanegara dari 14 pasar utama tahun Dapat dilihat bahwa pasar penyumbang Wisman terbesar pada tahun 2016 adalah Eropa, yaitu sebesar 13,68% dari total kunjungan, diikuti oleh Singapura (12,25%), Tiongkok (12,08%), Malaysia (10,19%), Australia (9,96%), Jepang (4,27%), India (3,13%), Timur Tengah (2,00%), Taiwan (1,74%), Filipina (1,24%), Thailand (82%) dan Hongkong (0,70%). Sedangkan 22,60% sisanya adalah kunjungan Wisman dari pasar lainnya diluar 14 pasar utama. 89

98 Grafik 3.5 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pintu Masuk Tahun 2016 Berdasarkan pintu masuk Bandara Ngurah Rai, merupakan tempat masuk wisman paling tinggi, yaitu sebesar 40,63%, disusul oleh Bandara Soekarno Hatta (21,65%), Batam, (12,56%), Tanjung Uban (2,57%) dan Juanda (1,92%). Sedangkan 20,67% sisanya masuk melalui pintu lain. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. Data pokok wisatawan mancanegara (wisman) diperoleh setiap bulan dari laporan Ditjen Imigrasi, yang meliputi seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Indonesia. Sejak tahun 2015, penghitungan jumlah kunjungan wisman dilengkapi dengan survey wisman lintas batas: a. Sampling hanya beberapa lokasi PLB. b. Sampling diambil dalam kurun waktu 1 minggu, pada jam kerja, setiap bulannya. Pada tahun 2016 ada pengembangan metode dalam perhitungan wisatwan mancanegara, yaitu dengan beberapa alasan antara lain: 1. Kondisi geografis dan prasarana yang belum memadai atau memantau seluruh pergerakan manusia di perbatasan darat dan laut Indonesia menyebabkan data administrasi wisatawan mancanegara ke Indonesia (khususnya di perbatasan laut/udara) cenderung underestimate. 90

99 2. Untuk mengurangi underestimate tersebut, BPS dan Kemenpar melakukan survei lapangan di perbatasan darat (Pos Lintas Batas) dan yang belum ada pencatatan imigrasinya / Non TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) sejak Januari Hasil survey ini digunakan untuk memperbaiki data tahun 2015 dan berlanjut terus sampai sekarang. 3. Survei BPS/Kemenpar menemukan bahwa: masih banyak area lintas batas yang tak terjangkau survei sehingga perlu ada estimasi minimalis, biaya survei cukup mahal, menghabiskan banyak waktu dan tenaga. 4. Perlu terobosan perbaikan data administrasi pelintas batas. 5. Teknologi informasi (Big Data), khususnya komunikasi seluler, mempunyai peluang besar untuk menghadapi hambatan tersebut, sehingga data yang diperoleh akan lebih cepat dan lebih berkualitas (akurat). Di Indonesia Pemanfaatan Big Data (Mobile Positioning Data) untuk pencatatan wisman Lintas Batas pada 19 Kabupaten (46 Kecamatan) PLB, mulai tahun 2016 dengan metodologi sebagai berikut: 1. Penghitungan dilakukan otomatis oleh mesin (tidak ada campur tangan manusia). 2. Mencatat Wisman yang tidak melalui jalur pintu PLB. 3. Dilakukan secara continue 24 x 7 x Memberikan Profile Wisman yang lebih lengkap, antara lain: Length of Stay, Frequency of Visit, dan Kota/Wilayah Originasi. Adapun beberapa syarat dalam pencatatan wisman metode ini adalah: 1. Penduduk Mancanegara yang masuk ke Indonesia harus tetap menggunakan nomor selular asal negaranya ketika memasuki wilayah Indonesia 2. Pengunjung pernah tersambung dengan jaringan operator selama berada di area pemantauan Asumsi dasar yang digunakan pada metode perhitungan ini adalah: 1. Pengguna SIM Card asing adalah penduduk luar negeri. 2. Rata-rata lama tinggal wisman di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah 7.87 hari dibulatkan ke bawah menjadi maksimum 7 hari berturut-turut (asumsi ratarata lama tinggal wisman perbatasan lebih pendek). 91

100 3. SIM Card asing yang terdeteksi lebih dari 20 hari secara akumulatif diasumsikan sebagai penduduk Indonesia atau pekerja asing di daerah perbatasan, dan tidak dicatat sebagai wisman (20 hari adalah jumlah hari kerja dalam 1 bulan). 4. Wisman yang masuk melalui pintu TPI kemudian terpapar di PLB diasumsikan masuk melalui TPI dan tidak dicatat sebagai wisman lintas batas (sudah tercatat di imigrasi). 5. Semua operator SIM Card asing yang digunakan pelintas batas Indonesia sudah berpartner dengan Telkomsel. Saat ini Telkomsel sudah bekerjasama dengan 145 Operator Selular Asing utama. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.35 Perbandingan Realisasi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun INDIKATOR KINERJA UTAMA Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN (%) (%) (%) 12,02 juta 100, juta 102 9,44 juta Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2016, kunjungan wisatawan mancanegara berhasil mencapai 12,02 juta wisman, angka ini melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar 12 juta wisman. Jumlah ini meningkat sebesar 15,54% dibanding tahun 2015, sebesar 10,41 juta wisman. 92

101 Grafik 3.6 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2016 Grafik di atas menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Kunjungan paling tinggi terjadi pada bulan Desember karena pada bulan ini wisatawan mancanegara mendapatkan libur panjang menyambut Natal dan tahun baru. Indonesia melaksanakan banyak event pada bulan ini agar wisatawan internasional memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Tabel 3.36 Komparasi Pertumbuhan Jumlah Wisman dengan Kompetitor Utama di ASEAN* Negara Kunjungan Wisman Growth (%) Indonesia ,54 Thailand ,15 Singapura ,69 Vietnam ,35 Pertumbuhan Jumlah Wisman Indonesia belum bisa dikomparasi dengan Malaysia karena Malaysia belum merilis data kunjungan Wisman bulan November dan Desember tahun Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan kunjungan Wisman Indonesia dari tahun 2015 ke tahun 2016 adalah sebesar 15,54%. Pertumbuhan ini 93

102 lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor ASEAN seperti Thailand (9,15%) dan Singapura (7,69%), namun lebih rendah apabila dibandingkan dengan Vietnam(25,35%). Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancangera ke Indonesia, sangat didukung oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui kerangka strategi Pemasaran : melihat DOT (Destination, Origin, Time) dan melalui BAS (Branding Advertising Selling) dengan berbagai jalur media (POS = Paid Media, Owned media, Social media). Pemasaran pariwisata Indonesia di kancah mancanegara memiliki strategi yang pertama adalah DOT (Destination, Origin, Time), yaitu: 1. Destination melihat destinasi wisata mana sajakah yang diminati oleh masingmasing wisatawan, dengan cara melihat dashboard atau demografi dari masingmasing wisatawan. 2. Origin merupakan strategi untuk melihat asal negara dari masing-masing wisatawan. Kemudian data ini akan dijabarkan menjadi sebuah data demografi atau dashboard mengenai ciri-ciri, kegemaran, tipe, waktu libur, hari raya, dsb. 3. Time waktu merupakan strategi penting untuk mensikronisasikan waktu libur/hari Libur dari masing-masing negara asal wisatawan dengan event/festival yang diselenggarakan di Indonesia. 94

103 Table 3.37 Implementasi Strategi Pemasaran dengan Pendekatan DOT Setelah DOT, BAS merupakan strategi pemasaran pariwisata Indonesia selanjutnya adalah: 1. Branding adalah upaya untuk mempromosikan pariwisata melalui penempatan iklan di Website, Media Ruang, TV, dan Media Cetak, mengadakan festival di mancanegara, dan mengadakan famtrip dengan mendatangkan sekelompok wisatawan asing sesuai dengan paket wisata yang ditawarkan. 2. Advertising adalah salah satu strategi pemasaran pariwisata mancanegara malalui pemasangan iklan di Media Cetak (koran dan majalah), di eventevent mancanegara, blocking sale di televisi, pembuatan bahan-bahan promosi, dan kerja sama promosi dengan pelaku industri pariwisata. 3. Selling adalah memfasilitasi penjualan Paket Wisata yang dibuat oleh industri melalui Tradeshows dan Sales Mission. Gambar 3.16 Implementasi Strategi Pemasaran dengan Pendekatan DOT 95

104 Dalam memasarkan produk pariwisata Indonesia erat kaitannya dengan publikasi atau pengiklanan yang menggunakan metode POSE (paid media, owned media, social media, dan endorse). Hal tersebut diaplikasikan pada berbagai jenis media untuk pengiklanan. Yaitu media online, media cetak, media ruang, media elektronik. 1. Publikasi iklan media ruang di beberapa titik di berbagai negara; 2. Publikasi media elektronik di berbagai channel TV lokal dan internasional di berbagai negara. Program-program yang menjadi media partner Wonderful Indonesia diantaranya adalah a. Fox Channels n. SBS b. CNBC o. CCTV c. CNN p. TVN d. BBC World q. MBN e. MTv Asia r. France 24 f. AFC s. TV Monde g. Travel Channel t. Diva Channel h. Channel 5 u. MBC i. Channel 8 v. National Geographic Channel j. Channel U w. AXN k. TV3 x. Bloomberg l. Rotana y. History Channel m. Channel 9 z. Al Jazeera 3. Publikasi media online dengan melakukan kerjasama dengan beberapa search engine dan media sosial besar di berbagai negara. Contoh: Google, Ctrip, Baidu, Youtube, Trip Advisor, Xinhuanet.com, dll. 4. Publikasi di media cetak dengan memasangkan Wonderful Indonesia di berbagai media cetak di beberapa negaar, diantaranya adalah: a. New Straits Times e. Tiger Tales b. Lianhe Zaobao f. Sinar Harian c. ZbBs g. The Edge d. SME Magazine h. Santai Traveller 96

105 i. Going Places j. Traveler k. Voyage l. Travelling Scope m. National Geograpic Traveler n. Travel & Leisure o. Asashi Shimbun p. Nikkei Shimbun q. Nikkei Plus 1 r. Ai s. Nikkei Business t. Travel + Leisure ENDORSER Metode pengiklanan ini adalah dengan menggunakan brand ambassador dan testimoni artis di sosial media. Pada tahun 2016, Kementerian Pariwisata mengendorse jurnalis-jurnalis dan blogger luar negeri. Gambar 3.17 Philip Kotler (Bapak Marketing Dunia) ditunjuk menjadi Brand Ambassador Wonderful Indonesia pada kesempatan ASEAN Marketing Summit, 9 Oktober 2015 di Jakarta 97

106 Gambar 3.18 Endoser Internasional dalam program Wondernesia BAIDU Gambar 3.26 Pemanfaatan Pemasaran lewat Baidu a. Tiongkok merupakan Negara asal wisatawan yang mengadakan kunjungan ke luar Negeri/ outbound terbesar di dunia b. Profil wisatawan Tiongkok yang mayoritas berusia di bawah 45 tahun dan 68% menjadikan informasi berbasis internet atau online sebagai salah satu referensi utama dalam menentukan destinasi wisata c. Baidu dengan teknologi mesin pencari nomor satu di 98

107 Tiongkok saat ini memiliki jumlah pengguna lebih dari 700 juta orang pengguna, menurut data Alexa, Baidu masuk dalam 5 website terbesar didunia d. Baidu menguasai hampir 90% market di China dan melakukan ekspansi ke pasar global seperti Brazil, Jepang, Vietnam, Thailand, Korea termasuk Indonesia di tahun 2013 e. Platform Baidu Travel menjadi referensi online utama yang dijadikan rujukan oleh lebih dari 60% wisatawan Tiongkok f. Salah satu strategi promosi pariwisata Indonesia dalam pencapaian target wisman Greater Tiongkok sebanyak di tahun 2016 dan di tahun 2019 adalah melakukan kerja sama dengan Baidu g. Promosi Pariwisata Indonesia melalui Baidu, yaitu platform search Engine nomor satu di Tiongkok (pengganti Google). CTRIP Gambar 3.19 Pemanfaatan Pemasaran lewat C-Trip a. CTRIP memiliki pangsa pasar sebesar 68%+ dari pasar travel online Tiongkok b. Ctrip memiliki 20,000,000+ outbound vacation tahunan, 120,000 pemesanan hotel di 200 negara serta tiket penerbangan yang mencakup 5,000 kota di 6 benua c. Mobile app Ctrip telah diunduh lebih dari 1 milyar kali 99

108 d. Ctrip dengan 250 juta registered user membuatnya menjadi leading travel service company di Tiongkok dan merupakan partner ideal dalam menjangkau wisatawan dari Tiongkok. TripAdvisor a. TripAdvisor merupakan portal wisata terbesar di dunia, yang membantu wisatawan merencanakan dan memesan perjalanan impian, menawarkan saran dari jutaan wisatawan (375 juta pengunjung unik setiap bulannya, serta menampilkan lebih dari 290 juta ulasan dan opini tentang lebih dari 5.3 juta akomodasi, restoran, dan objek wisata) serta berbagai pilihan dan fitur perencanaan wisata dengan link cepat ke alat bantu pemesanan yang memeriksa ratusan portal web untuk mencari harga hotel terbaik. b. Beroperasi di 47 negara di seluruh dunia dengan 28 bahasa c. TripAdvisor mengumpulkan pendapat positif, dan juga negatif, dari para wisatawan yang sedang dan telah mengunjungi suatu destinasi sebagai basis untuk memberikan reviu bagi wisatawan potensial. Gambar 3.20 Book TripAdvisor 100

109 Go Digital Go Digital untuk E-Tourism, sudah dimulai diluncurkan sejak Rakornas Kepariwisataan Triwulan III 2016 di Econvention, Ancol, Jakarta Utara. Ada tiga Go Digital Strategic Initiative, yang sedang digarap Kemenpar untuk mengejar target 20 juta di tahun Yakni, Pertama: War Room M-17 untuk management information system. Kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan tempurmu, maka kau akan memenangkan 100 pertempuran! Kenali musuhmu, kenali customers mu, kenali dunia, kau akan memenangi persaingan, (Arief Yahya, meminjam istilah Sun Tzu, ahli militer penulis Seni Berperang ) War Room M-17 itu berisi data-data real up date, terkini. Dengan menggunakan big data, maka pergerakan angka-angka baik di internal maupun di rival-rival pariwisata Indonesia akan kelihatan dengan konkret. Cara untuk menjadi pemenang yang Gambar 3.21 War Room M-17 terbaik, tercepat dan paling cerdas adalah benchmark, untuk mencapai global best practices. Menempatkan rival atau pesaing sebagai tolak ukur. Apa yang dilakukan 101

110 lawan? Bandingkan dengan apa yang kita lakukan? Istilah M-17 itu sendiri, untuk menyebut musuh emosional yang akan dikalahkan di tahun Kedua: Go Digital Kemenpar adalah CIS Customer Information System, untuk Look Book Pay. Customer behavior itu sudah mengalami pergeseran, cepat bergerak, menuju ke digital lifestyle. Yakni makin mobile, makin personal, dan interaktif. Anakanak muda sekarang search and share menggunakan digital, bahkan angkanya 70% sudah digital. Harus diakui, digital media itu 4x lipat lebih efektif daripada conventional media. Gambar 3.22 Digital Economy in Indonesia Promosi di mancanegara pun, Kemenpar sudah mulai menggunakan pola digital. Dari Booking Portal, seperti TripAdvisor, Ctrip, Expedia, dan lainnya. Komposisi promosi dulu alokasi branding 80%, maka tahun 2017 nanti sellingnya 50%, Advertising 30% dan Branding 20%. Ketiga: ITX Indonesia Travel Xchange, digital market place, semacam pasar bagi industri pariwisata yang mempertemukan antara supplay side dan demand side dalam sebuah platform. Harapan kita semua industry pariwisata agar didigitalkan, agar bisa terkoneksi dengan buyers dan sellers di seluruh dunia. Semua industry, dari perhotelan, airlines, rent a car, transportasi, travel agent, souvenir shop dan restorant, park dan semua atraksi bisa bergabung dalam satu ekosistem pariwisata. 102

111 Gambar 3.23 Indonesia Tourism Exchange (ITX) ITX saat ini sedang disosialisasi ke industri di berbagai kota di Indonesia, dari Batam Kepri, Medan Sumatera Utara, Magelang Joglosemar, Surabaya Jatim, Banyuwangi Jatim, Jakarta, Nusa Dua Bali, Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, dan Palembang Sumsel. Keunggulannya, semua produk akan lebih beragam, lebih luas dan real time yang masuk di ITX ini. Lebih Responsif & Kreatif. Akses Pasar menjadi lebih luas, seluruh dunia, bisa bertemu antara supplier dan distributor. Membangun opportunity mengisi low season, dan untuk masuk ke platform ini free. Jadi, semua industri yang masuk ke ITX difasilitasi oleh Kemenpar. Free template website yang sudah commerce. Free booking system, yang langsung bisa memonitor inventory. Free payment engine, yang membuat orang semakin digital dari searching, booking hingga payment. Dan semua dipandu, diasistensi, sampai benar-benar bisa menjadi OnLine Travel Agent (OTA). 103

112 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI CRISIS CENTER PARIWISATA 2016 Dalam rangka pengembangan sistem informasi yang lebih spesifik terkait kebijakan penanganan/ pengelolaan krisis baik tahap preventif, emergency maupun contigency sesuai kebutuhan, maka Kementerian Pariwisata mengembangkan sistem informasi crisis center pariwisata tahun Sistem informasi ini digunakan sebagai dasar/ landasan bagi Kementerian Pariwisata atau pihak lain dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan penanganan/ pengelolaan krisis. Gambar 3.24 Crisis Center Pariwisata Selain mengembangkan sistem informasi crisis center 2016, Kemenpar juga mengembangkan penjaringan opini pubik dilakukan melalui social media (facebook). Tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan terkait dengan keberadaan crisis center dan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan ketika terjadi bencana/ krisis. Masukan-masukan yang diterima kemudian dijadikan bahan pengembangan sistem informasi crisis center maupun material diseminasi informasi lainnya. Berikut ini hasil klasifikasi opini yang sudah dihimpun yang persepsi terhadap crisis center Kemenpar adalah sebagai berikut: Mayoritas yakni 92,84% menyatakan positif terhadap keberadaan Crisis Center. Terdapat beberapa alasan atas persepsi positif ini antara lain; agar wisatawan nyaman, tidak limbung, ada kepastian, tidak takut,, adanya keterbukaan informasi, dapat mengurangi kebingungan, untuk mentansipiasi dampak negative, memberikan 104

113 rasa aman, ada solusi dari setiap kondisi krisis bagi wisatawan, agar angka kunjungan wisata tidak turun meskipun dihadapkan pada bencana. Selain itu dilakukan kegiatan Monitoring isu dan peristiwa Crisis Center yang bertujuan untuk melakukan pemantauan isu dan peristiwa yang berdampak pada sektor kepariwisataan, melakukan analisa isu dan peristiwa beserta dampaknya bagi kunjungan wisatawan dan pelayanan secara keseluruhan, menyediakan dasar-dasar data dan informasi yang diperlukan dalam mengembangkan kebijakan dan program untuk meminimalkan resiko dan dampak krisis terhadap kepariwisataan. Kegiatan monitoring ini menghasilkan Hasil pemantauan isu dan peristiwa terkait crisis center pariwisata, Analisa situasi terkait isu dan peristiwa dan kebutuhan kebijakan-program yang perlu dilakukan. Grafik 3.7 Monitoring Crisis Center 105

114 Tabel 3.37 Data Informasi Crisis Center No Kategori isu & Sumber Data Peristiwa Utama 1 Terorisme Aparat keamanan (kepolisian, TNI, BNPT) 2 Cuaca ekstrim, banjir& longsor 3 Gempa dan Erupsi Gunung 4 Penyakit& teknologi BMKG, BNPB/BPBD, Basarnas BMKG, BNPB/BPBD, Basarnas, Badan Geologi, PVMBG, Pos Pemantau Gunung Api (PGA), K-L sesuai dampak yang ditimbulkan Kemenkes, K-L yang relevan 5 Kecelakaan Kepolisian, KNKT/ Otoritas sesuai jenis kecelakaan, Basarnas Bentuk / Jenis data-informasi Kronologi kejadian, jumlah korban, Tindakan aparat keamanan, dampak langsung dan tidak langsung terhadap kepariwisataan dan citra Peringatan dini, kronologi bencana, jumlah korban dan dampak, upaya emergency dan rehabilitasi/ normalisasi, dampak terhadap akses transportasiakomodasi-destinasi wisata, dll Peringatan dini, kronologi bencana, jumlah korban dan dampak, upaya emergency dan rehabilitasi/ normalisasi, dampak terhadap akses transportasiakomodasi-destinasi wisata, dll Peringatan dini, kejadian eksisting, tingkat bahaya, upaya antisipasi yang telah dan akan dilakukan, dll Kronologi kejadian, jumlah korban, Tindakan aparat keamanan, penangan korban, dampak langsung dan tidak langsung terhadap kepariwisataan dan citra 6 Kriminal dan Isu Sosial 7 Kabut Asap dan Kebakaran hutan/lahan Kepolisian, Kepala Daerah, instutusi lain bergantung isu sosial BMKG, BNPB/BPBD, Kemenhut&LH, Kepala Daerah Kronologi kejadian, jumlah korban, Tindakan aparat keamanan, penangan korban, dampak langsung dan tidak langsung terhadap kepariwisataan dan citra Peringatan dini, kejadian eksisting, penyebab, dampak, apa yang telah dan akan dilakukan 106

115 Selain strategi pemasaran diatas beberapa upaya pemasaran yang memiliki peran strategis dalam mendorong peningkatan kunjungan wisman adalah ikut berpartisipasinya dalam event internasional, event yang diikuti antara lain: ASEAN TOURISM FORUM TRAVEL EXCHANGE (ATF TRAVEX) 2016 SMX Convention Center Manila Filipina 21 s.d 22 Januari 2016 ATF Travex 2016 merupakan event pameran B2B tahunan terbesar di wilayah ASEAN yang memberikan kesempatan kepada para pelaku industri pariwisata ASEAN untuk mempromosikan destinasi-destinasi ASEAN kepada buyers dari seluruh dunia melalui sistem pre - scheduled appointment. dihadiri oleh kurang lebih 1600 delegasi terdiri dari 1000 ASEAN exhibitors dari 10 negara anggota ASEAN, 450 international buyers dari berbagai Negara serta 150 media internasional dan lokal. Pada keikutsertaan ATF Travex 2016, Kemenpar menyewa lahan seluas 96 m2 (16 booth) dengan nomor booth C1 pada komplek Indonesia, bersebelahan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam. Industri pariwisata yang bergabung dalam booth Kemenpar berjumlah 19 industri (16 full-delegate dan 3 co delegate) dari 4 destinasi provinsi, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali, serta 28 Industri diluar booth Kementerian Pariwisata. 107

116 Selama pameran berlangsung, di booth Kementerian Pariwisata dilaksanakan berbagai aktivasi kegiatan, antara lain B to B oleh industri pariwisata Indonesia, pelayanan informasi, pendistribusian bahan-bahan promosi. Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner yang dibagikan kepada 16 industri di bawah booth Kemenpar dan 28 industri diluar booth Kementerian Pariwisata, diperoleh hasil estimasi potensi transaksi sejumlah pax dengan nilai sebesar USD atau setara dengan Rp Selama 2 hari pelaksanaan pameran, para industri melakukan aktivitas pertemuan B to B dengan buyers dengan jumlah pertemuan rata-rata 30 kali. NATAS FAIR 2016 Singapore Expo, tanggal 4 s.d 6 Maret 2016 Pada keikutsertaan NATAS Holiday Fair 2016, Kemenpar menyewa lahan seluas 12 booth (81m2). Stand Kemenpar dibangun dengan tema Kapal Phinisi dilengkapi image yang mewakili destinasi unggulan Indonesia dengan menampilkan peta pariwisata Indonesia, branding Wonderful dengan mini stage, acara pendukung berupa tim kesenian tari,musik tradisional bambu berkolaborasi dengan musik modern nyanyi dan tari, dan tampilan kreatif tehnologi antara lain Oculus dan VR Reality Indonesia in your hand. Sebanyak 20 industri pariwisata bergabung dalam boothkemenpar, terdiri dari Garuda Indonesia Singapura, 4 agents Singapura (New Shan Travel Serice, Azza T&T, JBT Global DMC, Imperial T &T) dan 16 industri Indonesia Pariwisata. Pembukaan NATAS Travel Fair dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2015 pukul waktu setempat, dibuka oleh Mr. Devinder Ohri (Presiden NATAS). Tim kesenian Indonesia diberikan kesempatan untuk tampil pertama kali pada Opening Ceremony 108

117 dengan menampilkan kolaborasi tari Malang Carnival. Selama pameran berlangsung, di pavilion Kemenpar dilaksanakan kegiatan B to C, pelayanan informasi, pendistribusian bahan-bahan promosi (booklet general information berbahasa Inggris, tourist map), refreshment, gift redemption, pertunjukan tarian tradisional Indonesia oleh Malang Carnival Performance, dan pertunjukan musik bambu, seruling dan Guitar. Natas Fair, Singapore Expo 2016 Selama pameran berlangsung juga telah dilaksanakan beberapa pertemuan dengan pihak-pihak yang memiliki rencana untuk melakukan kerjasama promosi pariwisata dengan Indonesia antara lain dengan KBRI Singapura, Chairman NATAS Singapura serta beberapa media di Singapura. Liputan media on line nasional danthe New paper, berita harian dan Lianghe Wan Bao media Singapura tentang partisipasi Indonesia dalam pameran NATAS 2016 MATTA FAIR KUALA LUMPUR Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia, tanggal 11 s.d 13 Maret 2016 MATTA Fair adalah pameran pariwisata skala internasional terbesar di Kuala Lumpur yang bersifat B to C (Consumer show) yang diselenggarakan oleh Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) setiap tahun 2 kali khususnya di Kuala Lumpur dan satu kali setiap tahun di beberapa kota Malaysia lainnya, yaitu; Johor Bahru, Sabah, dan Malaka. MATTA Fair Kuala Lumpur Maret 2016 berlangsung selama 3 (tiga) hari dari tanggal 11 s.d 13 Maret mulai pukul s.d di Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia, dengan menempati total lahan seluas m2 yang terdiri dari 1216 booth, diikuti oleh 208 organisasi dan 18 National 109

118 Tourist Organizations. Selama 3 (tiga) hari pelaksanaan MATTA Fair Kuala Lumpur, tercatat lebih dari pengunjung hadir dalam pameran pariwisata internasional tersebut. Pada keikutsertaan di MATTA Fair Kuala Lumpur, Kementerian Pariwisata menempati nomor booth dan yang terletak di Hall 3 yang letaknya sangat strategis karena berdekatan dengan pintu keluar menuju hall 1 dan 2. Paviliun Kemenpar dibangun dengan tema modern dilengkapi dengan LED Monitor besar sebagai background pada mini stage dan berbagai image yang mewakili 3 greater (Batam, Jakarta dan Bali), petainteraktif pariwisata Indonesia, serta branding Wonderful Indonesia. Booth Indonesia diisi oleh 34 Industri Pariwisata dari bidang akomodasi, DMO dan special interest yang berasal dari 10 Destinasi yaitu: Aceh, Bali, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jatim, Kepri, NTB, Sumbar, Sumut. Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner yang dibagikan kepada 34 industri, diperoleh hasil estimasi transaksi sejumlah 6259 pax dengan nilai sebesar MYR (IDR ). dengan kurs MYR 3,200) serta hasil transaksi langsung yang dilakukan oleh local agent sejumlah 2056 pax dengan nilai sebesar MYR (IDR ). dengan kurs MYR 3,200); Paket tur yang banyak diminati adalah Bali, Lombok, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan Sumatera. Namun pada MATTA Fair kali ini, permintaan mengenai destinasi Lombok meningkat sangat tajam dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa penghargaan internasional yang diterima oleh Lombok. Pada keikutsertaan tahun ini, untuk pertama kalinya Kemenpar memfasilitasilocal agents untuk melakukan penjualan paket-paket wisata khusus ke Indonesia di booth Indonesia. Metode ini menurut hemat kami terbukti efektif, karena dapat menghasilkan transaksi langsung, di samping potensi transaksi yang diperoleh oleh industri pariwisata Indonesia. Untuk yang akan datang jumlah local agents bisa ditingkatkan, dan didukung oleh travel agent Indonesia (partner). 110

119 (INTERNATIONALE TOURISMUS-BÖRSE) ITB BERLIN Berlin Jerman, tanggal 9 s.d 13 Maret 2016 Paviliun Indonesia terdiri dari 3 area yang memfasilitasi hal-hal sebagai berikut: Hall 26 A No. 122 seluas 401 m2 memfasilitasi 100 business table, 3 counter informasi (Kemenpar, Pemda Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, D.I. Yogyakarta, Surakarta dan Garuda Indonesia), area spa, dan 2 (dua) VIP Meeting Room untuk pertemuan Menteri Pariwisata dengan Sekjen UNWTO, Perwakilan PT. Hotel Indonesia Natour, dan para wholesaler besar Eropa seperti De Jong Holland, TUI Netherland, Thomas Cook UK, FOX Holland, Mappamondo Italy, Asia Voyage, Tour Asia Switzerland, Hotelplan Italia, dan Travelution Holland. Selain itu, juga dimanfaatkan oleh beberapa peserta pavilion Indonesia seperti Panorama, ACCOR Indonesia, dan Seraya Hotels & Resorts. Hall 26 A No. 123 seluas 66 m2 memfasilitasi area promosi kopi, mixologist, dan Oculus Virtual Reality. Hall 26 C No. 303 seluas 48 m2 memfasilitasi industri pariwisata seperti Montigo Resorts Bali, Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, serta PATA Chapter Indonesia. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 101 peserta pavilion Indonesia, masingmasing peserta mendapatkan rata-rata 28 potensial appointment, rata-rata new contact sebanyak 12 perusahaan, hasil penjualan rata-rata sebesar pax, perkiraan rata-rata transaksi masing-masing peserta sebesar USD , dan perkiraan penerimaan devisa yang diperoleh dari ITB Berlin 2016 sebesar Rp. 6,5 Triliun (meningkat sekitar 54% dari tahun 2015, sebesar Rp. 4,2 Triliun) dari biaya investasi sebesar Rp. 24 Miliar. 111

120 Internationale Tourismus - Börse) ITB Berlin Dibandingkan dengan potensi transaksi tahun sebelumnya, potensi tahun ini mengalami kenaikan 54%, namun rata-rata appointment dan jumlah penjualan, ratarata tahun ini lebih rendah dari tahun lalu (2015: 34 appointment dan pax; 2016: 28 appointment dan pax). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas buyers tahun ini lebih baik/loyal dari tahun sebelumnya. Adapun revenue transaksi lebih besar, dipengaruhi oleh meningkatnya kurs dollar terhadap rupiah. PROMOSI WONDERFUL INDONESIA DI ANHUI Hefei, Tiongkok, tanggal 16 April 2016 Launching Restoran Wonderful Indonesia dilaksanakan pada 16 April 2016 oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di Restoran yang terletak di No. 311 Jinzhai Road Shushan District, Hefei. Acara launching dimeriahkan dengan sejumlah tarian khas nusantara dan penampilan penyanyi solo muda berbakat Indonesia Suryani Cia yang salah satunya menyanyikan lagu berjudul Bengawan Solo. Restoran Wonderful Indonesia untuk pertama kali dibuka di Kota Hefei, Anhui, sebagai kawasan padat penduduk sehingga dianggap kantong pasar yang potensial. Provinsi Anhui merupakan segmen pasar yang sangat potensial dengan jumlah penduduk total mencapai 80 juta jiwa sementara 8 juta di antaranya bermukim di Ibukota Hefei. 112

121 Wonderful Indonesia Night: Acara Wonderful Indonesia Night merupakan kolaborasi penampilan budaya rakyat Indonesia dan Tiongkok The Grand Theatre of Anhui atau Anhui Da Ju Yuan yang terletak di pusat Kota Hefei, 17 April Acara ini dihadiri sebanyak orang yang sebagian besar masyarakat Kota Hefei di Provinsi Anhui, Tiongkok, diaspora Indonesia termasuk mahasiswa Indonesia di Tiongkok, dan sejumlah pejabat dari Provinsi Anhui. Promosi Wonderful Indonesia Di Anhui Delegasi yang dipimpin Menteri Pariwisata Arief Yahya menjajaki peningkatan kerja sama dengan Ctrip untuk menjaring lebih banyak wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia. Pada kesempatan itu Ctrip menawarkan sejumlah skema kerja sama untuk mendatangkan wisman Tiongkok ke Indonesia. Ctrip di antaranya menawarkan sejumlah paket wisata kepada masyarakat di Tiongkok berikut promosi yang melibatkan merchant-merchant rekanannya agar bisa menarik lebih banyak wisman Tiongkok ke Indonesia. Menteri Arief Yahya setelah mempertimbangkan berbagai hal kemudian menyepakati bahwa kerja sama dengan OTP terbesar di Tiongkok itu merupakan sesuatu yang tidak bisa dielakkan untuk menuju tercapainya target 2,1 juta wisman Tiongkok tahun ini. Oleh karena itu, kerja sama dengan Ctrip akan segera direalisasikan dan ditindaklanjuti dalam waktu dekat. 113

122 ARABIAN TRAVEL MARKET (ATM) 2016 Dubai, Uni Emirat Arab, tanggal 25 s.d 28 April 2016 Arabian Travel Market (ATM) merupakan sebuah kegiatan pameran Business to Business (B2B) tahunan yang diselenggarakan selama empat hari oleh Reed Exhibitions. Kegiatan ATM dikunjungi visitor. Pada penyelenggaraan tahun ini, tidak kurang dari peserta baik pemerintah maupun industri pariwisata dari berbagai negara menampilkan beragam destinasi unggulannya, termasuk penampilan kebudayaan, kuliner, maupun penawaran travel give away di masing-masing paviliun. Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Kamboja adalah beberapa wakil dari Asia Tenggara yang berpartisipasi pada kegiatan ATM tahun ini. Promosi Wonderful Indonesia di Arabian Travel Market (ATM) Seperti kegiatan travel show B2B lainnya, kegiatan ATM berfokus pada B2B, di mana hanya para industri pelaku pariwisata yang diberikan kesempatan untuk bertemu dengan perwakilan industri pariwisata lainnya dari berbagai negara untuk berkomunikasi dan membuka peluang untuk dapat bekerja sama. Walaupun demikian, pameran juga dibuka untuk umum dapat mengunjungi. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 52 peserta paviliun Indonesia, masingmasing peserta mendapatkan rata-rata 44 potensial appointment, dan perkiraan penerimaan devisa yang diperoleh dari ATM Dubai 2016 sebesar Rp milyar (meningkat sekitar 134.7% dari tahun 2015 sebesar Rp milyar), dan biaya investasi sebesar Rp Miliar. 114

123 Promosi Wonderful Indonesia di Arabian Travel Market (ATM) Dibandingkan dengan potensi transaksi tahun sebelumnya, potensi tahun ini mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat yaitu 134.7%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas buyers tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Adapun revenue transaksi lebih besar, dipengaruhi oleh meningkatnya kurs dollar terhadap rupiah. Berdasarkan arahan Bapak Menteri, untuk partisipasi pada kegiatan ATM Dubai 2017, luas lahan agar ditambah menjadi 400 m2 seperti paviliun Malaysia dan untuk ini kami telah menandatangani pemesanan paviliun untuk tahun depan. PACIFIC TRAVEL ASSOCIATO (PATA) TRAVEL MART 2016 Indonesia Convention and Exhibition (ICE) 2016, tanggal 7 s.d 9 September 2016 Promosi Wonderful Indonesia Di Pacific Travel Associato (Pata) Travel Mart Pacific Travel Associato merupakan asosiasi yang beranggotakan pelaku industri pariwisata dan National Tourism Office (NTO dari kawasan Asia dan Pasifik dari 60 negara. PATA Travel Mart merupakan pameran yang bersifat Business to Business (B to B) yang termasuk dalam 5 besar bursa parwisata terbesar di dunia setelah ITB Berlin, WTM London, ATM Dubai, ITB Asia. Indonesia terpilih menjadi tuan rumah (host) Pacific Travel Associato (PATA) Travel Mart 2016 yang ke-39 pada pada saat PATA Travel Mart 2015 di Bangalore. Sebelumnya Indonesia telah menjadi tuan rumah PATA Travel Mart, yaitu: 1985 di 115

124 Bali, 1989 di Bali, 1991 di Bali, dan 2007 di Bali (sumber: PATA HQ). PaATA Travel Mart (PTM) dihadiri oleh 1000 pelaku industri pariwisata dari 60 negara. PATA Travel Mart dihadiri oleh 262 buyers dari 56 negara dan 219 seller serta 416 delegasi dari 35 negara. Kegiatan ini diliput oleh 65 media dari 15 negara dan 12 blogger mancanegara. Dari Indonesia sendiri akan da 50 sellers yang akan perpatisipasi, yang bergerak dibidang travel agent, inbound tour operator, hotel and resort, Dinas Pariwisata Daerah, obyek wiasata, operator golf, dive, spa, cruise operator, car rental, airport management, travel portal, dan lain-lain. Untuk jumlah Pax yang terjual sebanyak pax. Devisa bagi Indonesia (1,1 Triliun) : 50 X 30 x 50 x 1,100 USD x Rp = USD 82,5 juta (atau setara dengan Rp. 1,1 Triliun) serta News Value untuk media (65 media + 12 blogger = 77 media x 660 juta x 3 hari (tgl 7, 8, 9 September) = (152,5 Triliun). Promosi Wonderful Indonesia Di Pacific Travel Associato (Pata) Travel Mart Peran Indonesia sebagai tuan rumah memberikan beberapa benefit diantaranya pemfasilitasian industri pariwisata Indonesia dapat bertemu dengan buyers (pembeli berkualitas di bidang industri pariwisata), mengangkat citra dan reputasi pariwisata Indonesia di mata internasional, membangun network antara pelaku bisnis pariwisata di Indonesia dengan pelaku bisnis anggota PATA. JATA TOURISM EXPO (JTE) 2016 Tokyo Big Sight East Hall, tanggal September 2016 Pameran JTE adalah bursa pariwisata internasional tahunan terbesar di Jepang bersifat B to B (Business to Business) dan B to C (Business to Consumer) show yang dilaksanakan di Tokyo Big Sight East Hall 1,2,3,4 dan 5, Tokyo, Jepang.Tahun ini merupakan yang ke 39 kalinya JTE dilaksanakan. JTE 2016 diikuti oleh buyers dan sellers dari 140 negara dengan booths, dan dikunjungi oleh

125 pengunjung. Kegiatan berlangsung selama 3 (tiga) hari (23 25 September 2016), mulai pukul waktu setempat. Kementerian Pariwisata memfasilitasi sewa lahan seluas 180 m² (20 booths) bertempat di East Hall 1, nomor A-24. Desain pavilion menggunakanperahu Phinisi sebagai Icon dan menampilkan image destinasi Indonesia yang diminati pasar Jepang antara lain Borobudur dan Bali. Promosi Wonderful Indonesia di Tokyo Big Sight East Hall, Jata Tourism Expo (JTE) Partisipasi Indonesia kali ini yaitu menjadi sponsorship berupa pendistribusian Forum Bag dengan logo Wonderful Indonesia yang disistribusikan pada saat opening ceremony kepada participants. Industri Pariwisata Indonesia yang tergabungdalam pavilion Indonesia berjumlah36 Peserta, yang berasaldari Bali, Banten, Surabaya, Jakarta, Gorontalo, Yogyakarta, terdiridari Hotel(16 industri), Travel Agent/Tour Operator (12 industri), DMO (3 industri), Airlines (2 Airlines, Garuda Indonesia dan Air Asia), dan Dinas Pariwisata daerah (3 dispar). Di samping itu, ada beberapa industri pariwisata Indonesia yang menyewa booth tersendiri di luar pavilion Kementerian Pariwisata, yaitu: Bali-Tours.com dan Adventure Indonesia Promosi Wonderful Indonesia di Jata Tourism Expo (JTE) Keluaran yang dihasilkan dari partisipasi pada kegiatan JTE 2016 adalah brand awareness Wonderful Indonesia dan pencapaian nilai transaksi yang 117

126 menguntungkan. Berdasarkan questionnaire yang dibagikan kepada para peserta industri, adapun perkiraan transaksi yang diperoleh selama kegiatan JTE berlangsung adalah orang, dengan potensial transaksi sebesar Rp. 20,2 Milyar. Berdasarkan masukan dari industri peserta, efektifitas dan hasil kegiatan JTE 2016 umumnya dianggap sangat baik. Keikutsertaan pada Business Meeting sebelum pameran B to C, sanga penting untuk mendapatkan potensi bisnis serta networking maintenance. ITB ASIA 2016 Marina Bay Sands, Singapura, tanggal 19 s.d 21 Oktober 2016 Pembukaan ITB Asia 2016 dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober Pembukaan dimulai dengan Opening Keynote oleh David Peller, Director of Strategic Partnerships - Asia Pacific, Booking.com & Jenn Villalobos, Head of Hotel and Airline Suppliers, Google pada Pukul waktu setempat. Acara dilanjutkan dengan Meet & Greet Session with Mr S. Iswaran, Minister, Prime Minister s Office, Second Minister for Home Affairs & Second Minister for Trade & Industry. Promosi Wonderful Indonesia di Marina Bay Sands, Singapura ITB Asia Sebagai exhibitor di ITB Asia 2016, Kemenpar mendapatkan 1 (satu) slot Destination Show case pada tanggal 19 Oktober 2016 pukul di Presentation Hub, Marina Bay Sands. Ketua Tim Percepatan Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas pada kesempatan ini mengisi slot tersebut dan memaparkan potensi dan promosi pariwisata Indonesia pada Destination Showcase dengan tema Tresures of Archipelago: Exploring 10 New Destination Beyond Bali. Halal in Travel Asia Summit 2016, Pada penyelenggaraan tahun ini, ITB Asia menjalin kerjasama dengan Crescenrating, otoritas wisata halal terkemuka di dunia. Crescenrating menjadi tuan rumah Halal in Travel - Asia Summit 2016 yaitu 118

127 konferensi dan workshop untuk berbagi wawasan mengenai wisata halal. Pada kesempatan kali ini Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal, diundang sebagai salah satu panelissesi 1 dengan tema National Strategies on Developing Halal Tourism yang dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 pukul di Level 3, Marina Bay Sands. Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner yang dibagikan kepada 90 industri, selama 3 hari B to B di pavilion Indonesia telah terjadi appointment dengan jumlah pax, potential transaksi USD20,15 Juta (IDR262 Miliar dgn kurs ). Promosi Wonderful Indonesia di Marina Bay Sands, Singapura ITB Asia Partisipasi pada ITB Asia 2016 sampai dengan berakhirnya pameran berjalan dengan lancar dan sukses. Pavilion Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan dengan exhibitor lainnya termasuk Singapura sebagai tuan rumah dan Finlandia sebagai Official Country Partner. Luasnya lahan yang disewa Kemenpar merupakan tindaklanjut dari arahan Menteri untuk menyatukan industri Indonesia dalam satu pavilion. WORLD TRAVEL MARKET (WTM) 2016 ExCel London-Inggris, tanggal 7 s.d 9 November 2016 Kementerian Pariwisata menyewa lahan seluas m2, booth No. AS600, berbentuk empat sisi terbuka (island), terletak tepat di depan pintu masuk S10, dan bersebelahan dengan booth Filipina. Konstruksi paviliun Indonesia dibuat 2 (dua) lantai, dengan bangunan di lantai 2 seluas 50 m2. Lantai dasar dimanfaatkan untuk memfasilitasi 53 meja bisnis bagi 24 travel agent/tour operator dan 38 hotel/resort dari Indonesia, 1 (satu) information counter yang digunakan oleh Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 119

128 Sulawesi Tenggara, dan ASITA, serta 1 (satu) counter khusus Garuda Indonesia. Lantai 2 (dua) paviliun Indonesia dimanfaatkan untuk VIP lounge dan meeting room. Promosi Wonderful Indonesia Di Excel London-Inggris - World Travel Market (Wtm) Pemutaran video Wonderful Indonesia di Boulevard Screen ExCel London (double sided), dan di West Podium Digital di West Entrance ExCel London. Pemasangan image Wonderful Indonesia di S10 Hall Entrance sebesar 12x4 m2 dan Boulevard 96-5 sebesar 12x3 m2. Pemasangan image Wonderful Indonesia di WTM Publications Preview, Business Magazine, 1 (satu) halaman advert di Catalogue, Catalogue Bookmark, Route Planner, Review, dan Online Advertisers Guide; Dari total 50 perusahaan yang berpartisipasi pada WTM London 2016, masing-masing peserta mendapatkan rata-rata 30 potensial appointment, rata-rata new contac sebanyak 18 perusahaan, hasil penjualan rata-rata sebesar pax, dan perkiraan rata-rata transaksi masing-masing peserta sebesar USD ,28. Mengingat World Travel Market merupakan pameran pariwisata Internasional, sehingga untuk menghitung ekspektasi penerimaan devisa menggunakan expenditure per visit 2015 sebesar USD 1.208,79. Ekspektasi penerimaan devisa yang dihasilkan sebesar Rp. 2,1 Trilyun. Promosi Wonderful Indonesia Di Excel London-Inggris - World Travel Market (Wtm) Partisipasi Indonesia pada WTM London 2016, dinilai sangat efektif bagi promosi pariwisata Indonesia karena terdapat peningkatan jumlah perkiraan transaksi yang dihasilkan industri pariwisata selama berlangsungnya WTM London 2016 sebesar 43% dibandingkan tahun sebelumnya. Promosi branding Wonderful Indonesia 120

129 menjamur hampir di seluruh kota London melalui pemasangan image dan logo Wonderful Indonesia di 400 taxi, serta feature, image, dan logo Wonderful Indonesia yang dipasang di official media WTM London seperti TTG Daily News, WTM Preview, WTM Review, WTM Route Planner, Business Magazine, Catalogue, Catalogue Bookmark, dan pemutaran video Wonderful Indonesia di beberapa titik strategis di ExCel London. DIVING EQUIPMENT & MARKETING ASSOCIATION (DEMA) SHOW 2016 Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, tanggal 16 s.d 19 November 2016 DEMA Show merupakan Pameran International tahunan untuk industri selam, olahraga air, dan industri perjalanan sekaligusm enjadi ajang reuni yang sangat dinantikan para divers dan instruktur divers dari seluruh dunia.pameranini dihadiri oleh 616 peserta pameran yang terdiri dari 34 National Tourism Organization, 250 penyedia perlengkapan selam, 190 dive operators, 120 liveaboard dan resorts, 12 media cetak/elektronik dan 10 sekolah/sertifikasi selam, yang merupakan perusahaan perusahaan terkemuka dalam penyediaan perlengkapa nmenyelam, daerah-daerah tujuan wisata, pakaian olahraga air serta pelayanan terkait olahraga menyelam. Promosi Wonderful Indonesia Di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat DEMA juga menjadi sponsor seminar yang memiliki keterkaitan dengan isu-isu industridan ekonomi terkini terkait dunia selam (diving). DEMA Show juga dihadiri oleh agen-agen pelatihan menyelam dan para exhibitor yang mensponsori seminarseminar. DEMA Award Party, salah satu kegiatan yang diyakini menjadi salah satu kegiatan yang wajib untuk dihadiri tahun ini karena merupakan ajang jejaring bagi berbagai pihak premier industry. Terdapat juga IRC (Image Resource Center), 121

130 merupakan area exclusive yang khusus menyajikan berbagai informasi terkait dengan aktivitas fotografi. Promosi Wonderful Indonesia Di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat Secara umum, berdasarkan kuesioner kepada pengunjung Paviliun Indonesia yang berusia antara tahun terkait kegiatan DEMA Show 2016 adalah sebagai berikut: 43% pengunjung mengatakan bahwa mereka pernah berkunjung ke Indonesia dan 57% belum pernah; 70% pengunjung menyatakan antusiasme untuk mengunjungi Indonesia khususnya yang gemar diving, danmelihatkebudayaan Indonesia, 30% yang belum pernah ke Indonesia menyatakan minatnya untuk berkunjung; 80% pengunjung mengatakan bahwa atraksi bahari yang dimiliki Indonesia sangat bagus dan 20% lainnya mengatakan bagus; 70% pengunjung mengatakan bahwa paviliun Indonesia secara keseluruhan sangat bagus, dan 30% Biasa saja. Sehingga secara keseluruhan kami simpulkan bahwa keikutsertaan Indonesia pada DEMA Show selanjutnya menjadi sebuah keharusan dan sebuah kesempatanuntuk memperkenalkan serta mempromosikan kekayaan bahari Indonesia kepada para pengunjung pameran yang kebanyakan berasal dari Amerika Serikat, Amerika Selatan & Eropa. CHINA INTERNATIONAL TRAVEL MART (CITM) 2016 Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai, Tiongkok Tanggal November 2016 Pertemuan dengan CYTS yang merupakan BUMN terbesar di Tiongkok dalam bidang pariwisata, yang membahas kerjasama investasi dan MOU peningkatan kunjungan wisman sampai dengan 1 juta oleh CYTS. Dari sisi industri pariwisata Kementerian Pariwisata juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih karena hubungan antara pelaku pariwisata kedua negara semakin baik sejak Asosiasi Travel 122

131 Agents kedua negara bekerjasama untuk saling memberikan daftar travel agents yang resmi dan legal. Pada kesempatan ini Kemenpar menyampaikan terimakasih dan apresiasi atas performansi wisman Tiongkok ke Indonesia yang mengalami peningkatan significant dengan pertumbuhan diatas 20 persen periode Januari sampai dengan September Bahkan Tiongkok telah menjadi ranking 1 untuk jumlah kedatangan wisman ke Indonesia pada periode dimaksud. Mengingat 75 % wisman yg datang ke Indonesia melalui udara maka saat ini Kementerian Pariwisata melakukan upaya yang agresif untuk meningkatkan konektivitas dengan mendorong banyak penerbangan asing untuk terbang ke Indonesia. Oleh karena itu kami juga mendorong maskapai penerbangan Tiongkok untuk terbang ke berbagai destinasi di Indonesia baik reguler maupun charter. Untuk hal ini Kementerian Pariwisata siap untuk memfasilitasi dan berkoordinasi dengan lembaga terkait. Promosi Wonderful Indonesia Di Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai, Tiongkok Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada para peserta, sebagai bahan evaluasi, diperoleh informasi perkiraan transaksi selama kegiatan China International Travel Mart orang. Apabila dengan asumsi pengeluaran wisman China perkunjungan sebesar US$ 1059 maka total devisa yang diharapkan adalah US$ atau Rp (dengan kurs US$ 1 = Rp ). Jadi ekspektasi devisa yang dihasilkan adalah sebesar Rp. 137 milyar. Berdasarkan 123

132 masukan dari industri peserta, efektifitas dan hasil kegiatan CITM 2016 umumnya dianggap sangat baik, mengingat China masuk ke dalam Free Visa. Dari segi penampilan pavilion, desain dan konstruksi pavilion Indonesia tahun ini sangat menarik. Aktifitas di pavilion yang sangat beragam dan menarik, membuat pavilion Indonesia banyak sekali dikunjungi pengunjung pameran. PEMASANGAN BRANDING WONDERFUL INDONESIA DI PASAR FILIPINA Gambar 3.25 Billboard, EDSA Corner Lion St, Mandaluyong City Gambar 3.26 Billboard, Pasig City, E. Rodriguez Jr. Gambar 3.27 Billboard, Madaluyong City, Robinson 124

133 Gambar 3.28 Pemasangan Branding Wonderful Indonesia di Amsterdam-Belanda Schiphol Airport Schiphol Airport 125

134 Exhibition site Berlin Exhibition site, Entrance North on the left and right side Subway Route U2, Berlin Gambar 3.29 Pemasangan Branding Wonderful Indonesia Di Pasar Jerman Maxi Tram - Malvern Depot (VIC) Mega Tram - Essendon Depot (VIC) 126

135 Billboard Kings Way, West Melbourne (VIC) 5 Car Maxi Tram - Brunswick Depot (VIC) Gambar 3.30 Pemasangan Branding Wonderful Indonesia Di Pasar Australia Kendala yang Dihadapi dan Upaya yang Akan Dilakukan Meskipun kunjungan wisman terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, dibandingkan dengan kompetitor, posisi Indonesia masih tertinggal. Hal ini terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 3.8 Perbandingan Kunjungan Wisman Antara Indonesia dan Negara Kompetitor Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa secara jumlah kunjungan, Indonesia masih berada di atas Vietnam, namun kalah apabila dibandingkan dengan Singapura dan Thailand. Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kunjungan wisman ke Indonesia dibandingkan negara-negara kompetitor, misalnya: 1. Belum tercukupinya seat capacity untuk masuk ke Indonesia; 2. Aksesibilitas yang minim menuju beberapa destinasi-destinasi wisata di Indonesia; 127

136 6. MENINGKAT NYA JUM LAH PE NERIM AAN DEVISA 3. Kurangnya jalur distribusi yang dimiliki oleh industri-industri pariwisata Indonesia dan; 4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai di beberapa objek wisata. Dengan demikian, diperlukan terobosan dan strategi yang lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia. Adapun upaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Membuat perjanjian kerjasama dengan beberapa maskapai penerbangan Internasional untuk menambah seat capacity dan frekuensi penerbangan dari negara-negara pasar ke Indonesia; 2. Bekerja dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memperbaiki aksesibilitas ke destinasi-destinasi wisata di Indonesia; 3. Bekerja dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di destinasi-destinasi wisata di Indonesia; dan 4. Membuat perjanjian kerjasama dengan Wholeseller (Tour Operator / Travel Agent) berskala internasional untuk memperbanyak paket-paket wisata ke Indonesia serta bekerja sama dengan Tourism Exchange Indonesia (TXI) dalam membuat market place digital sebagai tempat pelaku bisnis pariwisata dalam memasarkan produk secara online. 128

137 6 MENINGKATNYA JUMLAH PENERIMAAN DEVISA Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Tabel 3.38 Target dan realisasi Jumlah Penerimaan Devisa Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 9 Jumlah penerimaan devisa (Triliun Rp) *angka estimasi Berdasarkan data tersebut diatas, jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp trilliun (13.8 miliar USD) atau pencapaian devisa sebesar % dari target yang ditetapkan (Rp.172 triliun). Tabel 3.39 Perbandingan Target Dan Realisasi Jumlah Penerimaan Devisa Tahun * INDIKATOR CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN KINERJA UTAMA REALISASI REALISASI REALISASI (%) (%) (%) Jumlah , ,2 US$ 11,17 93,05 penerimaan devisa (Triliun Rp) *angka estimasi Atau US$ 11,9 miliar miliar Bila dilihat perbandingan antara penerimaan devisa pariwisata dengan komoditi ekspor lainnya dari tahun adalah sebagai berikut : 129

138 Tabel 3.40 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya Tahun No. Jenis Komoditi Nilai Juta US$ Jenis Komoditi Nilai Juta US$ Jenis Komoditi Nilai Juta US$ Jenis Komoditi Nilai Juta US$ 1 Minyak dan Gas Bumi ,2 Minyak dan Gas Bumi ,8 2 Batu Bara ,4 Batu Bara ,3 3 Minyak Kelapa Sawit ,1 Minyak Kelapa Sawit Minyak & Gas Bumi Minyak Kelapa Sawit 18, ,427.0 Minyak & Gas Bumi Minyak Kelapa Sawit 10, , ,9 Batu Bara 14,717.9 Pariwisata* 10, Pariwisata ,1 Pariwisata ,1 Pariwisata 12,225.9 Batu bara 10, Karet Olahan 9.316,6 Pakaian Jadi 7.450,9 Pakaian Jadi 6,410.9 Pakaian Jadi 5, Pakaian Jadi 7.501,0 Karet Olahan 7.021,7 7 Alat Listrik 6,418,6 8 Makanan Olahan Makanan Olahan 5.434,8 Alat Listrik 6.259,1 9 Tekstil 5.293,6 Tekstil 5.379,7 10 Kertas dan Barang dari Kertas 3.802,2 Kayu Olahan Peralatan Listrik 4, ,8 Karet Remah 3,564.1 Kertas dan Barang dari Kertas Barang perhiasan dan barang berharga Barang perhiasan dan barang berharga Peralatan Listrik 3, , ,546.3 Bahan Kimia 2, ,319.9 Kertas dan Barang dari Kertas 2, ,1 Bahan Kimia 3,174.0 Karet Remah 2, Kayu Olahan 3.514,5 Bahan Kimia 3.853,7 Benang Pintal 1,927.6 Benang Pintal 1, Bahan Kimia 3.501,6 Kertas dan Barang dari kertas Sumber : Litbangjakpar & BPS 3.780,0 Furnitur kayu dan 1,352.2 Furnitur kayu dan 1,055.6 Peningkatan jumlah penerimaan devisa tersebut dinilai oleh beberapa faktor: 1. Selisih Nilai Tukar Mata Uang Asing Semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, maka akan semakin banyak pula transaksi dalam bentuk rupiah yang akan dilakukan. Perbedaan selisih kurs jual dan beli mata uang asing tersebut turut menyumbang pada besarnya devisa wisatawan mancanegara. Adapun tren kurs mata uang asing terhadap rupiah Indonesia selama tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 130

139 Tabel 3.41 Nilai Tukar Mata Uang tahun 2016 Mata Uang Tahun 2016 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 AUD 9, , , , , , , , , , , , BND 9, , , , , , , , , , , , CAD 9, , , , , , , , , , , , CHF 13, , , , , , , , , , , , CNY 2, , , , , , , , , , , , DKK 2, , , , , , , , , , , , EUR 15, , , , , , , , , , , , GBP 20, , , , , , , , , , , , HKD 1, , , , , , , , , , , , JPY 11, , , , , , , , , , , , KRW KWD 45, , , , , , , , , , , , MYR 3, , , , , , , , , , , , NOK 1, , , , , , , , , , , , NZD 9, , , , , , , , , , , , PGK 4, , , , , , , , , , , , PHP SAR 3, , , , , , , , , , , , SEK 1, , , , , , , , , , , , SGD 9, , , , , , , , , , , , THB USD 13, , , , , , , , , , , , Sumber : Bank Indonesia 2. Jumlah wisatawan mancanegara Besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan besarnya pengeluaran yang mereka keluarkan di Indonesia turut berpengaruh terhadap jumlah devisa wisatawan mancanegara. Tabel 3.42 Jumlah Wisatawan Mancanegara TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN (juta) , , , , ,02 131

140 7. 8. MENINGKATNYA JUM LAH PE RJALANAN WISATAWAN (WI SNUS MENINGKAT NYA JUM LAH PE RJALANAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS ) 3. Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap jumlah devisa yang diterima oleh negara. Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara pada tahun 2016 adalah sebesar 131,64 USD per hari atau sebesar 1.103,81 USD per kunjungan. Tabel 3.43 Rata-rata Pengeluaran Per Orang ( Wisatawan Mancanegara) Tahun Rata-Rata Pengeluaran Per Orang (USD) Per Hari Per Kunjungan , , , , , , , , , ,81 Tabel 3.44 Perbandingan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dengan Penerimaan Devisa Tahun Jumlah Wisatawan Jumlah Penerimaan Devisa Mancanegara (Juta) (Miliar Usd) ,04 9, ,80 10, ,44 11, ,41 12, ,02 12,34 (1) 1) Data sementara devisa wisman (diluar wisman Mobile Positioning Data) 4. Lama tinggal wisatawan mancanagera Semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di Indonesia, semakin besar pula devisa yang dihasilkan oleh negara. Untuk tahun 2016 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara adalah sebanyak 8.39 hari, hal ini tidak mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun sebelumnya. Tabel 3.45 Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara Tahun Rata-Rata Lama Tinggal (hari) , , , , ,39 132

141 7 MENINGKATNYA JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS) Jumlah perjalanan wisatawan nusantara sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat dimana destinasi berada. Wisatawan Nusantara adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria : 1. Mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak memandang apakah menginap atau tidak menginap di hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih kurang dari 100 KM (PP); 2. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi menginap di hotel /penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari 100 KM (PP); 3. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi menginap di hotel dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100 KM. Data jumlah wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 (tiga) bulan sejak bulan publikasi yang kemudian diolah kembali oleh Kementerian Pariwisata. Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel 3.46 Target dan Realisasi Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 10 Jumlah perjalanan wisatawan ,6 101,4 nusantara (Juta Perjalanan) Sumber : Litbangjakpar & BPS 133

142 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) yang pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 260 juta perjalanan, telah melampaui target dengan mencapai 263,6 juta perjalanan atau 101,4 %. Pencapaian ini didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara. Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 260 juta perjalanan, telah melampaui target dengan capaian 263,68 juta perjalanan atau 101,4% mengalami kenaikan sebesar 1,53% dibandingkan tahun Pencapaian tersebut didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara. Perkembangan capaian indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara, dibandingkan dengan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: 134

143 TAHUN Tabel.3.47 Angka Pertumbuhan Perjalanan Wisatawan Nusantara TARGET PERJALANAN WISNUS (JUTA) JUMLAH PERJALANAN WISNUS(JUTA) +/- (%) ,00 251, % ,00 255,05 1,53% ,68 3,38% Sumber : Litbangjakpar dan BPS Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara selalu mengalami peningkatan, peningkatan terendah berada pada tahun 2014 sebesar 0,46%, sedangkan peningkatan tertinggi pada tahun 2016 sebesar 3,38%. Grafik 3.9 Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Jumlah sebaran wisatawan nusantara berdasarkan lokasi dapat diketahui hingga level provinsi. Provinsi dengan jumlah wisatawan tertinggi berturut-turut adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. Keempat provinsi ini terletak di pulau Jawa, dan merupakan pusat aktivitas serta relatif berkembang dengan baik. Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di pulau Jawa, sedangkan Jakarta dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia. Indonesia memiliki potensi untuk mampu melaksanakan diversifikasi tujuan wisata, mengingat potensi wisata yang dimiliki di berbagai provinsi di Indonesia. Performansi pasar wisatawan nusantara berdasarkan data provinsi asal adalah sebagai berikut: 135

144 Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Tabel dan grafik di atas menggambarkan performansi pasar wisatawan nusantara pada tahun 2016 yang berdasarkan pada data provinsi asal. Data di atas menggambarkan bahwa 10 besar provinsi yang teratas adalah Jawa Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Banten. Provinsi tersebut merupakan daerah asal yang paling banyak mengunjungi tujuan-tujuan wisata atau objek wisata. Berdasarkan informasi dari hasil Kajian Data Pasar Wisatawan Nusantara Tahun 2016 ini, diketahui bahwa jumlah perjalanan penduduk Indonesia yang bertujuan ke Provinsi Jawa Timur merupakan yang tertinggi hingga mencapai sekitar 17,22 persen. Kemudian diikuti oleh wisatawan nusantara yang bertujuan mengunjungi wilayahwilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang masing-masing sekitar 16,21 persen dan 14,91 persen. Kondisi tersebut hampir sama dengan pola yang terjadi menurut daerah asal, dimana Pulau Jawa sangat mendominasi. Provinsi di luar Pulau Jawa yang menjadi tujuan favorit wisatawan nusantara adalah Provinsi Bali yang mencapai sekitar 4,05 persen dari seluruh perjalanan yang dilakukan oleh wisnus di Indonesia. Kemudian disusul oleh wisatawan dengan tujuan wilayah-wilayah di Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Lampung yang masing-masing sekitar 3,86 persen; 3,77 persen; dan 2,67 persen. 136

145 Jumlah perjalanan dan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara setiap tahunnya akan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata Nasional seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.48 Perbandingan Pendapatan PDB PDB Pariwisata (miliar Rp) No. Sektor *) 2015*) 2016**) 1. Pertanian , , , , ,69 2. Pertambangan & Penggalian , , , , ,03 3. Industri , , , ,40 4. Listrik, gas dan air 1.930, , , , ,17 5. Konstruksi , , , , ,05 6. Perdagangan , , , , ,75 7. Restoran , , ,5 979, ,46 8. Hotel , , , , ,26 9. Angkutan Darat , , , , , Angkutan Air 3.142, , , , , Angkutan Udara , , , , , Jasa Penunjang Angkutan 6.090, , , , , Komunikasi 7.202, , , , , Jasa Lainnya , , , , ,08 Total , , , , ,3 PDB Nasional Harga Berlaku (Triliun Rp) 8.241, , , , ,81 Persentase kontribusi 3,96% 4,02% 4,07% 4,31% 4,03% PDB Pariwisata yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan tiap tahunnya. Pada tahun 2014 pariwisata menghasilkan PDB 394,52 triliun rupiah, di tahun 2015 sebesar 461,36 triliun rupiah dan pada tahun 2016 PDB yang dihasilkan adalah 500,19 triliun rupiah. Peningkatan angka pada tahun 2015 dan tahun 2016 terdapat kenaikan sebesar 38,83% dari tahun sebelumnya. Pencapaian pada sasaran ini di dorong oleh beberapa faktor di antaranya adalah sebagai berikut : 137

146 a. Timing promosi pada saat liburan ganda dan liburan nasional Adanya libur nasional merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya peningkatan wisatawan nusantara. Seiring dengan banyaknya libur nasional dan dengan adanya kebijakan pemerintah dalam Surat keputusan Bersama keputusan bersama menteri agama, menteri ketenagakerjaan, dan menteri pendayagunaan aparatur dan reformasi birokrasi republik indonesia Nomor 150 tahun 2015 Nomor 2/SKB/Men/VI/2015 Nomor 01 tahun 2015 Tentang Hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2016 yang mengakibatkan lonjakan wisatawan nusantara yang tampak di bulan tertentu, misalnya saat libur Idul Fitri di bulan Juli Sehingga strategi promosi yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Nusantara memperhatikan kalendar dan Surat Keputusan Bersama tersebut. TIMING PROMOSI KALENDER HARI LIBUR NUSANTARA BLN HK HL JUM LAH JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL IF IF AGU SEP OKT NOP DES Natal Natal JUMLAH LIBUR SEKOLAH : 1. LIBUR SEKOLAH SEMESTERAN DIPERKIRAKANTANGGAL 21 DESEMBER JANUARI LIBUR KENAIKAN KELAS SELAMA 2 MINGGU DIPERKIRAKAN TANGGAL27 JUNI 9 JULI 2016 LIBUR GANDA LIBUR NASIONAL BERTEPATAN WEEKEND (SABTU/MINGGU) LIBUR NASIONAL Libur Weekend Keterangan : HK = Hari Kerja HL = Hari Libur Gambar 3.45 Kalendar Ganda Tahun 2016 Pada hari-hari biasa ataupun libur sabtu-minggu pergerakan wisatawan nusantara 2016 tidak nampak peningkatannya, sedangkan pada hari libur nasional atau hari libur ganda lonjakan pergerakan wisatawan nusantara yang cukup significant. Tumbuhnya masyarakat kelas menengah (middle class) baru akibat dari naiknya Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang menembus angka $3.000 sejak

147 menjadi tantangan tersendiri bagi industri pariwisata nasional sebagai dampak adanya peningkatan pertumbuhan pariwisata dan kesadaran masyarakat akan nilai lebih untuk pengembangan destinasi pariwisata yang ada di daerah mereka sendiri. Tetapi pada masa sekarang ini masih saja ditemukan kecenderungan kelas menengah baru yang lebih memilih berwisata ke luar negeri, sehubungan dengan transportasi yang lebih terjangkau dibandingkan jika bepergian ke beberapa wilayah di Indonesia. Faktor yang mendukung munculnya kelas menengah baru di Indonesia ditandai dengan adanya peraturan liberalisasi dan deregulasi Indonesia mempunyai efek yang signifikan pada sistemnya yaitu keuangan, perbankan dan produksi membantu untuk stimulasi perubahan struktural dalam pekerjaan dan menciptakan berbagai pekerjaan kelas menengah. Peningkatan dalam jenis-jenis pekerjaan menjadi faktor utama dalam kenaikan kelas menengah baru di Indonesia, dan pertumbuhan kelas menengah adalah tujuan target perkembangan ekonomi Indonesia. Pola konsumsi dan gaya hidup orang-orang kelas menengah tersebut diutamakan dalam majalah mingguan dan bulanan dan muncul dalam talk shows di TV: profesional bankir muda diperlihatkan memakai jenis setelan ternama, mengendarai mobil-mobil mahal, dan makan di restoran Italia, Perancis, dan Jepang yang mewah. Para anggota kelas menengah yang baru akan diuji berdasar konsumsi dan gaya hidup mereka sebagai indikator dari budaya kelas, yang secara spesifik fokus pada kemunculan mereka dan pertumbuhannya di Jakarta saat ini, terutama untuk pertumbuhan pariwisata nasional yang secara eksplisit juga telah dijadikan nawacita dalam Pemerintahan saat ini. Wacana luas dari sektor gaya hidup di Indonesia ditingkatkan melalui iklan komersial, jurnalisme majalah fashion dan gaya hidup budaya internasional/luar. Lebih penting lagi, bagaimanapun, adalah bahwa dalam kehidupan sehari-hari, orang satu menilai orang lain dari masyarakat Indonesia dengan cara gaya hidup, seperti hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan style berpakaian. Dalam pengertian ini, keanggotaan kelas masyarakat Indonesia sangat dievaluasi melalui pola konsumsi dan gaya hidup seseorang. 139

148 Demokratisasi di Indonesia dilihat sebagai middle class secara signifikan berkembang berkat pertumbuhan ekonomi rezim yang cepat. Sehubungan hal tersebut pertumbuhan pariwisata pun meningkat seiring dengan tumbuhnya penduduk middle class. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata. b. Strategi Pemasaran Sehubungan dengan Strategi marketing (pemasaran) yang digunakan oleh Kementerian Pariwisata pada umumnya dan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara adalah untuk marketing strateginya menggunakan Destinasi-Originasi-Timeline (DOT), untuk Strategi Promosi menggunakan Branding-Advertising-Selling (BAS), Strategi Media menggunakan Paid-Owned-Social+Endorser (POSE), dan untuk strategi waktu promosi menggunakan Pre-On-Post (POP). Penjelasan masing-masing strategi dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini. Destinasi-Originasi-Timeline (DOT) Destinasi yang digunakan adalah produk-produk dari wisata alam, wisata bahari, dan wisata buatan. Dilakukan beberapa upaya berkaitan dengan destinasi, yaitu : selling melalui direct promotion (pendukungan event berskala nasional, voucher wisata, dan incentive), diferensiasi melalui keunggulan dan keunikan setiap daya tarik objek wisata dengan adanya program sadar wisata, dan juga upaya marketing mix melalui 7P : Product (produk), Price (harga) Promotion (promosi), Place (lokasi), Process (proses/pelayanan), Physical Evidence (lingkungan fisik). Originasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : segmentasi dengan pembagian pasar berdasarkan kekuatan ekonomi dan jumlah perjalan yang tinggi (dijelaskan dalam tabel 3.26.). Timeline melalui branding Pesona Indonesia sebagai identitas pariwisata nusantara, promosi yang dilakukan oleh Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara dalam rangka menggerakkan pasar wisata nusantara. Strategi ini memperhatikan kalender hari libur nasional pada tahun

149 Gambar 3.31 Portofolio Strategi Pariwisata Gambar di atas adalah portofolio produk strategi pariwisata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara dengan produknya adalah alam (nature) dengan porsi 35 %, budaya (culture) porsi 69 %, dan buatan manusia (man made) porsi 5 %. Dalam pencapaian pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara, sangat didukung oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata khususnya oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara melalui kerangka strategi Pemasaran : Branding Advertising Selling (BAS) dengan berbagai jalur media (POS+E = Paid Media, Owned media, Social media, + Endorser). Di bawah ini adalah penjelasan dari kerangka strategi dimaksud : KONSEP KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU MARKETING STRATEGY OOrigin D T Destination Timeline Event Based Program Based PROMOTION STRATEGY B Branding A Advertising S Selling MEDIA STRATEGY P Paid Media O S Owned Media Social Media + PROMOTION TIMING P Pre Event OOn Event P Post Event Timing Promosi Paling Penting 1. International Event : H-2 Bulan 2. Regional Event : H-1 Bulan 3. Regional Event (Border) : H-1 Minggu EEndorser Gambar 3.32 Konsep Komunikasi Pemasaran Terpadu 141

150 Branding-Advertising-Selling (BAS) Branding yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara adalah memperkenalkan Pesona Indonesia sebagai simbol dan konten pariwisata pada daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Advertising yang dimaksud dalam hal ini adalah memulai ketertarikan tentang produk-produk atau objek daya tarik wisata (ODTW) pada daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Sedangkan untuk Selling merupakan upaya Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara mulai mempromosikan produk yang berisi tentang insentif penjualan pada daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. BRANDING, ADVERTISING DAN SELLING BRANDING, ADVERTISING DAN SELLING BRANDING Origin Destinasi Timeline Brand Awareness memperkenalkan PESONA INDONESIA sebagai simbol dan sebagai konten Pariwisata pada Daerah Asal Wisnus [DAW] dan Daerah Tujuan Wisnus [DTW]. : Low,Peak & High Seasone serta Liburan akhir minggu (weekend) Pasar (Market Area) Alokasi Anggaran (Semester I ) Alokasi Anggaran (Semester II ) ADVERTISING Origin Destinasi Mulai membuat ketertarikan tentang produk-produk atau ODTW (Objek Daya Tarik Wisata) pada DAW dan DTW. Timeline : Low,Peak & High Seasone serta Liburan akhir minggu (weekend) Branding 30% 20% Advertising 30% 30% LET S GO TO RADJA AMPAT PROMO 3D2N 16 ORANG/TRIP JELAJAH PESONA INDONESIA SELLING Origin Destinasi : Mulai mempromosikan produk berisi tentang insentif penjualan pada DAW dan DTW. Timeline : Low,Peak & High Seasone serta Liburan akhir minggu (weekend) Selling 40% 50% TOTAL 100% 100% Gambar 3.33 Branding Advertising Paid Media-Owned Media-Sosial Media-Endorser (POSE) Paid Media menggunakan media berbayar nasional, lokal originasi, dan destinasi wisatawan nusantara untuk menciptakan awareness, convergence, media content : elektronik, online, cetak, dan sosial media. Own Media yang telah dibuat oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara merupakan sumber dari segala informasi daerah tujuan wisata, website destinasi, dan event. Own Media yang dimiliki adalah serta media sosial yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang bekerja sama contohnya adalah 142

151 Social Media yang digunakan adalah sosial media sesuai origin sebagai sarana untuk menciptakan keterikatan dengan target pasar melalui e-marketing, dan Sedangkan untuk Endorser yaitu dengan pendukungan iklan, expert, selebrity, atau public figure. PAID MEDIA, OWNED MEDIA,SOCIAL MEDIA+ENDORSER paid media owned media endorser sosial media + Paid Media Owned Media Sosial Media Endorser Menggunakan media berbayar Nasional dan lokal Originasi dan Destinasi wisnus untuk menciptakan awareness, Convergence, media content : elektronik, online, cetak, dan sosmed Menggunakan media yang telah di miliki sebagai sumber dari segala informasi DTW, website destinasi dan event. Contoh : Menggunakan sosial media sesuai origin sebagai sarana untuk menciptakan keterikatan dengan target pasar melalui i-marketing, dan ; FB: indonesia.travel; Google+: indonesia.travel; Instagram: indtravel; youtube : indonesia.travel Pendukung iklan, Expert, Selebriti, Public Figure. Contoh : Pevita Pearce. Gambar 3.34 Paid Media-Owned Media-Sosial Media-Endorser (POSE) Implementasi Promosi Media Elektronik Implementasi Promosi Media Ruang TVC Wonderful Indonesia Implementasi Promosi Media Online WEBSITE Implementasi Promosi Media Cetak PORTAL MEDIA NASIONAL MOBILE APPS PESONA INDONESIA SEARCH ENGINE MARKETING Gambar 3.35 Implementasi Promosi di media 143

152 Media Publikasi yang bekerja sama adalah beberapa Televisi nasional, Televisi Berlangganan, dan radio yang mempunyai misi memperkenalkan branding Pesona Indonesia ke seluruh Indonesia pada khususnya. (terlihat pada daftar paid media di atas) Pre-On-Post (POP) Melalui Pre Event merupakan upaya promosi, misalnya berpromosi H-7 di tradisional media dan digital, kegiatan selling dan lain sebagainya. On Event adalah pendukungan melalui promotion item (umbul-umbul, T-Shirt, Payung, Baliho, dan bahan promosi lainnya). Sedangkan untuk Post Event merupakan pelaporan kegiatan dalam bentuk penulisan artikel (advertorial), testimony, dan lain sebagainya sebagai wujud apresiasi untuk kegiatan yang dilaksanakan. Berikut adalah implementasi dari promosi yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengbangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, yang dalam hal ini secara langsung dilaksanakan oleh Asdep Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara. PRE, ON, POST (POP) EVENT MEDIA ONLINE IMPLEMENTASI BRANDING LOGO PI&WI PADA WEBSITE PESONA.INDONESIA.TRAVEL (50:50) Pre Event Promosi melalui POS misalnya berpromosi H-7 di tradisional media & digital, kegiatan selling dsb On Event Pendukungan melalui promotion item (umbul umbul, T Shirt, Payung, Baliho dsb) Post Event Laporan kegiatan melalui POS berbentuk penulisan artikel, (advertorial), testimony dsb 1. Komposisi branding PI/WI 50:50 Perubahan yang di lakukan adalah mengganti format logo pesona Indonesia yang tadinya statis dengan logo animasi yang menampilkan logo pesona dan wonderful tampil secara bergantian. 2. Posisi CEO Message Posisi CEO message ditempatkan di posisi atas pada frame pertama home page. MEDIA ONLINE MEDIA ONLINE IMPLEMENTASI BRANDING LOGO PI&WI PADA MATERI PUBLIKASI DI MEDIA ONLINE NASIONAL Materi publikasi akan tayang di 10 media online premium nasional. Ditayangkan berdasarkan event pariwisata yang akan datang. Baik berupa banner ads atau advertorial. Implementasi logo branding pada social media dari awal sudah menggunakan logo Wonderful Indonesia pada profile picture maupun pada cover photo masing-masing social media. Begitu pula dengan pembagian slot untuk memposting konten pada masingmasing social media sudah menerapkan komposisi 50:

153 9. MENINGKAT NYA JUM LAH PE NGE LUARAN WIS AT AWAN NUS ANTARA (WIS NUS) MEDIA PROMOSI (lanjutan) Media Cetak Cetak 1. Pencetakkan booklet Pesona Wisata dengan berbagai tema, sebagai berikut : a. Regional b. Special Interest c. Pariwisata Pencetakan bahan promosi 2. lainnya Publikasi Jenis : Half Page Full Colour, Full Page Full Colour, Double Page Full Colour Jumlah : 30 kali tayang, Waktu penayangan : 1-2 kali tayang per media Periode penayangan : Januari Desember 2016 Media : 1. Koran Nasional Sindo, Tempo, Koran Jakarta, Bali Post, Sinar : Pagi, Media Indonesia 2. Majalah Nasional : Gatra, Paradiso, Get Lost, Bandara, Alo Indonesia, Travel Club, Panorama Inflight Magazine : Colours, 3. Linkers, Lionmag, Sriwijaya MEDIA PROMOSI (lanjutan) Media Online Jenis : Sosial media activation, Banner Ad, Video Ad Jumlah : > impressions, > views Waktu penayanangan : 109 hari (seluruh media) Periode penayangan : Januari Desember Paid : Kompas, Liputan6, Okezone, Republika, Antara, Kapanlagi, Tribunnews, Elshinta, Vivanews, Merdeka.com, Suara.com 2. Own : Indonesia.travel 3. Sosial Media : Facebook, Twitter, Instagram, Google+, Youtube 4. Endorser : 3 Artis : Pevita Pearce, Raffi Ahmad dan Raisa Bentuk : display dan advertorial MEDIA PROMOSI Media Elektronik Jenis : TV Commercials, TV Event Pariwisata, Vignettes, Bumper in, Bumper out, Running Text, Super impuse, Talk Show, Peliputan, Bioskop dan Radio (beberapa kota) Jumlah : spots, 15 TVC Detinasi Pariwisata, Bioskop (14 Kota, 55 Studio) : 60% prime time : 40 % regular time, antara pukul local time Periode penayangan : Januari Desember 2016 Regional Coverage : TV Nasional (inews TV, RCTI, Global TV, Metro TV, Indosiar, SCTV, Trans TV, Trans 7, Kompas TV) MEDIA PROMOSI (lanjutan) Media Ruang Jenis : Pemasangan di Kereta Bima Eksekutif (TVC di KA TV, dan Coverseat), Commuterline Jabodetabek, Branding Pilar, Panel Bus Trans Jakarta, Panel Bus Damri, DOOH (Videotron), KM Kelud, serta materi eventevent di Billboard. Jumlah : >70 Spot Periode penayangan : Januari Desember 2016 Jenis dan Lokasi : a. Billboard : - Bandara : Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang, Padang, Medan, Aceh, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Mataram, Kupang, Denpasar, Makassar, Manado, Kendari, Palu, Gorontalo, Surabaya - Pelabuhan : Aceh, Medan, Batam, Lampung, Banten, Makassar, Kaltim, Bali, Mataram, Kupang. b. Videotron : Jakarta, Bogor, Bandung, Cipularang, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Padang, Medan, Pekanbaru, Makassar, Denpasar c. TVC KA Eksekutif : 42 jurusan Kereta api eksekutif di Pulau Jawa d. Trans Jakarta : DKI Jakarta e. Damri Bandara : Jabodetabek, Purwakarta f. Stasiun KA (Papan Iklan) : Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Jember, Banyuwangi, Jakarta, Solo, Bandung g. Commuterline : Jabodetabek h. KM Kelud i. T-Banner : Pemasangan pada event event Pariwisata Nusantara j. Souvenir & Merchandise : Untuk mendukung event event Pariwisata Nusantara berupa: T-shirt, Topi, Shopping Bag, Payung, Power Bank dll. Gambar 3.36 Implementasi Promosi di media (lanjutan) 145

154 8 MENINGKATNYA JUMLAH PENGELUARAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS) Jumlah Pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk menarik wisatawan mancanegara yang berkualitas, namun juga wisatawan nusantara yang berkualitas. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia yaitu Rp. 914,300. Terjadinya peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menengah beberapa tahun belakangan ini. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktvitas ekonomi suatu daerah semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut : Tabel 3.49 Target dan Realisasi Jumlah Pengeluran Wisatawan Nusantara Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) Sumber : Litbangjakpar & BPS Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara melampaui target yang diharapkan dengan capaian sebesar % dengan nilai triliun rupiah. 146

155 Peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Banyaknya event di dalam negeri yang menarik wisatawan untuk berwisata di dalam negeri; Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan adalah sebagai berikut : a. Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara; b. Mulai dikembangkannya daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata nasional; c. Beraneka ragamnya produk souvenir di suatu daerah pariwisata; d. Meningkatnya daya beli masyarakat, terutama di Kawasan Asia; dan e. Pengelolaan destinasi yang cukup baik pada masa sekarang ini, dengan sadarnya masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan kebersihan sekitar destinasi pariwisata. 2. Terpromosinya dengan baik event di dalam negeri dalam berbagai media; dan Kenaikan nilai total pengeluaran wisatawan nusantara dari tahun sebelumnya didukung oleh beberapa faktor antara lain naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara, sebesar perjalanan atau meningkat dibandingkan dengan jumlah perjalanan tahun sebelumnya yaitu sebesar perjalanan. Tabel 3.50 Perbandingan Realisasi Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara tahun NO INDIKATOR KINERJA 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN REALISASI REALISASI REALISASI (%) (%) (%) Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 Indikator Kinerja Pengeluaran Wisatawan Nusantara selalu mengalami peningkatan dan selalu melampaui target yang telah ditetapkan. 147

156 Tabel 3.51 Rata-Rata Jumlah Pengeluaran Wisnus Tahun TAHUN RATA2 PE-NGELUARAN (RP. RIBU) +/-(%) Meningkatnya rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, sebesar Rp ,- atau meningkat 3.79 % dibandingkan dengan jumlah rata-rata pengeluaran tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,-. Selengkapnya tercantum pada tabel dan grafik berikut: Grafik 3.10 Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara Grafik III.5 Grafik Rata-Rata Pengeluaran Grafik Rata-rata pengeluaran Wisatawan Nusantara 148

157 Adapun kegiatan-kegiatan yang mendukung performansi ini di antaranya adalah : Layanan Sistem Informasi Pasar Wisnus Layanan Sistem Informasi Pasar Wiasatawan Nusantara adalah sebuah sistem informasi yang disusun untuk mengetahui profil wisatawan nusantara secara periodik dan akurat melalui pendekatan analisa perilaku pengguna seluler. Selain itu juga dapat mengestimasikan pergerakan wisatawan nusantara melalui analisis go location dan mendefinisikan profil wisatawan nusantara berdasarkan origin, gender, length of stay, status sosial ekonomi, kelompok umur, dan minat. Sistem Layanan ini menghasilkan 3 (tiga) output baik kebijakan dan program mencakup; Management Information System (MIS) berupa Dashboard Wisnus dan Customer Service System (CSS) berupa SMS Location Based Advertising (LBA) dan Digital Survei. Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan Layanan sistem informasi adalah Memberikan data dan informasi profile wisatawan nusantara sebagai dasar pengambilan keputusan secara lebih cepat, terperinci, dan akurat. Gambar 3.37 Dashboard Layanan Informasi Pasar Wisatawan Nusantara Keberhasilan Layanan Sistem Informasi Pasar Wisnus adalah: 1. Penyediaan data wisnus real time di 7 titik (Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan). 2. Pengiriman SMS Promosi Location Based Advertising (LBA). 3. Pelaksanaan Digital Survei. 149

158 Gerhana Matahari Total (GMT) Gerhana Matahari Total 2016 berlangsung serentak di hampir seluruh wilayah Indonesia pada tanggal 9 Maret Gerhana Matahari Total (GMT) dengan kondisi gerhana 100% melintasi 12 Provinsi di wilayah Indonesia yakni Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Sementara wilayah lainnya di seluruh Indonesia mengalami kondisi Gerhana Matahari yang bervariasi antara 60% hingga 90%. Gerhana Matahari Total (GMT) Gerhana Matahari Total tahun 2016 memiliki keistimewaan tersendiri bagi Indonesia, karena di tahun tersebut jalur totalitas Gerhana Matahari melewati Indonesia, dan Indonesia merupakan satu-satunya negara yang dapat mengamati fenomena GMT dari daratan. Adapun fenomena Gerhana Matahari Total dengan durasi terlama berlangsung di kota Maba (3 menit 17 detik), Luwuk (2 menit 50 detik), dan Ternate (2 menit 45 detik). Tujuan dukungan promosi pada event Gerhana Matahari Total 2016 yakni untuk mempromosikan fenomena GMT 2016 sebagai daya tarik wisata yang dapat mendorong pergerakan wisatawan. Adapun target kunjungan wisatawan selama event Gerhana Matahari di seluruh Indonesia adalah wisman dengan 150

159 prediksi penerimaan devisa mencapai 1,56 triliun rupiah dan perjalanan wisnus dengan prediksi nilai transaksi ekonomi mencapai 3,8 triliun rupiah. Sementara target kunjungan wisatawan Gerhana Matahari Total di 12 propinsi yakni wisman dengan prediksi penerimaan devisa sebesar 156 milyar rupiah dan pergerakan wisnus dengan prediksi nilai transaksi ekonomi mencapai37,3 milyar rupiah. Dalam rangka memeriahkan event nasional Gerhana Matahari Total 2016, telah digelar 74 aktivitas yang tersebar di 12 Propinsi, diantaranya pertunjukkan seni budaya, pesta kembang api, lomba fotografi, pameran kuliner khas daerah, seminar pariwisata, dan ritual keagamaan. Kegiatan Gerhana Matahari Total di Belitung, Provinsi Bangka Belitung Festival Pesona Palu Nomoni Festival Pesona Palu Nomoni 2016 merupakan sarana expose dan promosi potensi wisata budaya yang berada di Wilayah Kota Palu dan menjadi ruang ekspresi bagi keberagaman budaya di Kota Palu. Festival Pesona Budaya Teluk Palu 2016 yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Palu ini memiliki beberapa agenda dan rencana strategis, yang antara lain untuk mengekspose potensi pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif di Kota Palu untuk mendorong kota ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan khususnya di Pulau Sulawesi dan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menumbuhkan dan memacu iklim investasi ekonomi di sektor industri pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif di Kota Palu dan 151

160 Propinsi Sulawesi Tengah serta mendorong peningkatan jumlah pengunjung dan wisatawan nusantara. Menjadi ruang promosi wisata dengan keanekaragaman budaya dan kultur adat istiadat yang ada di Kota Palu. Sarana dan media edukasi lingkungan budaya dan ekonomi kreatif bagi masyarakat Kota Palu serta keragaman kultural dan perdamaian. Selain itu juga untuk membangun dan menggalang kemitraan dengan pelaku wisata, budaya dan ekonomi kreatif, pihak sponsor, perusahaan, perhotelan, perbankan dan sektor informal di Kota Palu. Kegiatan yang dilaksanakan di antaranya adalah Instalasi obor, atraksi Gimba, dan Lalove (seruling adat) sepanjang 7,2 km Teluk Palu, ritual adat dan budaya Kaili, Panggung Seni Budaya Nusantara dan Alat Transportasi Dokar (Delman). Festival Bahari kepri Peresmian dan Pembukaan Acara Palu Nomoni Festival Bahari Kepri merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Sail Selat Karimata pada tahun ini merupakan gelaran Sail Indonesia ke delapan, Sail Pertama pada tahun Pada tahun 2016, Pemerintah Indonesia menggelar Sail Selat karimata yang akan berpusat di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan barat. Bersamaan dengan ini diadakan juga Festival bahari Kepri di Ibukota Provinsi Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, pada tanggal Oktober 2016 Pembukaan Festival Budaya Kepri oleh Bapak Menteri Pariwisata Pemerintah Provinsi Kepri bertekad untuk menjadikan momentum Festival Bahari Kepri tersebut menjadi titik dimulainya pembangunan pariwisata yang menjadikan 152

161 Kepulauan Riau sebagai pintu gerbang wisata bahari Indonesia. Sehingga sebagai kawasan cross border, Kepulauan Riau dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia serta meningkatkan nilai ekonomi di berbagai sektor. Tujuan dari kegiatan ini adalah momentum untuk menjadikan Kepri sebagai pintu gerbang wisata bahari Indonesia serta mengoptimalkan peran Nongsa Point Marina dan Bandar Bintan Telani sebagai entry dan exit point yacht di Kepulauan Riau. Pesta Kesenian Bali (PKB) Tema PKB ke 38 tahun 2016 : KARANG AWAK artinya Mencintai Tanah Kelahiran. Ini memberikan makna yang amat mendalam dalam membangun dan meningkatkan kualitas diri agar dapat menggerakkan roda kehidupan untuk menghadapi persaingan globalisasi dalam tatanan yang harmonis dan saling menghargai. Presiden Joko Widodo secara resmi melepas pawai Pesta Kesenian Bali ke - 38 di depan Museum Rakyat Bali atau Museum Bajrasandi di Lapangan Renon, Denpasar. Presiden Joko Widodo membuka pawai dengan memukul kul-kul berukuran sekitar 2 meter (alat kesenian Bali yang terbuat dari kayu). Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan bahwa Pesta Kesenian Bali bukan semata-mata pesta kesenian rakyat. Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke - 38 oleh Presiden Joko Widodo & Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menutup Pesta Kesenian Bali ke

162 Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke- 71 RI tahun ini dipusatkan di Danau Toba, Sumatera Utara dengan tajuk "Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba". Kota Balige benar-benar berpesta Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba (KKPDT) 2016 Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba yang dipusatkan di kotaitu benar-benar semarak. Seluruh warga Kabupaten Tobasa tumpah ruah di puncak peringatan HUT ke-71 RI yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Widodo. Mengenakan ulos raja Ragidup Sirara warna gelap dan ornamen putih, orang nomor satu di Tanah Air itu ikut pawai sepanjang 3,5 km. Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Widodo serta para menteri telah meninggalkan titik akhir karnaval sekitar 500 meter sebelum titik akhir di Simpang Sibulele, Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara. Presiden kemudian melepas rombongan karnaval, ditandai dengan pemukulan Gondang Teluse banyak tujuh kali. Masyarakat setempat ikut menghitung tabuhan gendang, mulai dari satu sampai tujuh, menggunakan bahasa lokal. Nusa Dua Fiesta Menteri Pariwisata Arief Yahya hadir dan membuka Nusa Dua Fiesta 2016 di Peninsula, Nusa Gede, Nusa Dua, Bali. Jika tahun 2015 lalu mengambil tema Love, Peace, and Harmony, maka tahun ini temanya menjadi Bring the World to Bali. Event dalam Nusa Dua Fiesta semakin beragam. Dari event buatan (pertunjukan musik, Nusa Dua 10K Bali Cultural Run, Tennis Nusa Dua Open, Cross Culture Cycling, Hero Waste Fun Walk dan Nusa Dua Golf Tournament), event budaya (pawai budaya, pertunjukan kesenian tradisional, dll), event MICE (pameran-pameran, Celebrity Cooking Workshop), yang digelar selama 9 (sembilan) hari non stop. 154

163 Tercatat jumlah kunjungan harian rata-rata sebanyak 14 ribu orang. Pada hari keempat pelaksanaan NDF mencetak rekor kunjungan hingga orang. Tercatat selama 4 hari saja perhelatan, sebanyak orang berkunjung ke venue pulau Peninsula. Pembukaan acara Nusa Dua Fiesta oleh Menteri Pariwisata Tomohon International Flower Festival Tomohon International Flower Festival merupakan salah satu kegiatan promosi kreatif di Kota Tomohon dalam upaya untuk meningkatkan pergerakan wisatawan mancanegara dan nusantara dan menjadi Tomohon International Flower ajang promosi untuk masyarakat jawa tengah terutama untuk masyarakat kota tomohon dan dapat meningkatkan pergerakan wisatawan. Dalam kegiatan Tomohon International Flower Festival ini akan menampilkan parade kendaraan yang dihias dengan bunga dari berbagai provinsi di indonesia, instansi pemerintah, serta swasta. Dipilihnya kota Tomohon sebagai lokasi perhelatan Tomohon International Flower Festival untuk menegaskan posisi dan mempromosikan potensi wisata kota bunga tomohon serta industri pendukung sebagai pusat industri bunga di Indonesia Timur, sekaligus sebagai destinasi wisata lingkungan, baik ecotourism maupun agrotourism. Meski tergolong mungil, Kota Tomohon rupanya cukup tenar di kalangan turis. Ini karena sejak 2008, Kota Tomohon di Sulawesi Utara tersebut menjadi tempat digelarnya festival bunga kelas dunia yakni Tomohon International Flower Festival (TIFF). Pada awalnya, festival ini digelar 2 tahun sekali yaitu 2008, 2010, 2012, dan Mulai pada tahun 2015, pemerintah mencanangkan TIFF sebagai agenda 155

164 tahunan yang bisa dinikmati wisatawan dalam rangka mengangkat citra budaya dan pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara khususnya Kota Tomohon. Tema yang diusung pada TIFF tahun ini adalah ENCHANTING TOMOHON dimulai dengan penampilan Tari Tarian Adat serta Drum Band dan Tournament of Flowers alias pawai bunga. Tournament of Flowers dan Flower Fashion Carnival start dari eks Rindam Kakaskasen Finish di Stadion Babe Palar Walian. Ada lebih dari 30 kendaraan dihias bunga dengan indah, 4 Kendaraan di antaranya berasal dari negara tetangga seperti; Australia, Singapura, Jepang, Tiongkok, serta dari Sekretariat ASEAN. Tak sedikit turis yang berderet sepanjang jalan untuk melihat dan memotret kendaraan berhias bunga yang menarik perhatian tersebut. Ada tiga agenda utama dalam festival ini yaitu Tournament of Flowers, Kontes Ratu Bunga, Pameran Bunga/Holtikultura dan Pagelaran Seni Budaya Nusantara. Kegiatan ini dilaksanakan di bawah koordinasi Pemerintah Kota dan melibatkan Kementerian Pariwisata RI, Kementerian Pertanian RI, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan RI, serta dukungan sponsor dari berbagai pihak, baik BUMN/BUMD serta Perusahaan Swasta. Deep & Extreme Indonesia Pameran Deep & Extreme Indonesia, diselenggarakan di Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center untuk yang ke-10 kalinya, yang bertema Toward the Regencies Potential, yang dibuka oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia dan dihadiri oleh. Dalam Pameran Deep & Extreme Indonesia 2016 ini, kita dapat menjumpai beragam operator dan lembaga selam, organisasi pemerintah, dewan promosi pariwisata, agen perjalanan, kapal operator selam, alat dan aksesoris selam, peralatan olahraga air, perlengkapan fotografi bawah laut serta memfasilitasi penjual dan pembeli. 156

165 Kegiatan Deep & Extreme Indonesia 2016 mendapat sambutan baik dari masyarakan luas, hal ini terlihat dari para pengunjung yang berkunjung terus meningkat setiap harinya. Dari hari pertama dibukanya pameran hingga hari terakhir penutupan pameran berjumlah sekitar 9000 orang pengunjung. Pada booth pameran Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, selain disi dari kementerian juga diisi dari dinas lain yang telah didukung oleh kementrian, berikut daftar dan laporan booth yang didukung oleh Kementerian Pariwisata diantanya: 1. Raja Ampat Biodiversity, dengan jumlah pengunjung ke booth sekitar 1000 orang pengunjung 2. Hamu Eco Resort, dengan jumlah pengunjung ke booth sekitar 1500 org pengunjung dan jumlah deal untuk penawaran wisata yang di tawarkan di booth ini sekitar 30 orang pengunjung yang deal. 3. Salvador Dive Operator, dengan jumlah pengunjung sekitar 1200 orang pengunjung dan jumlah deal untuk penawaran wisata yang ditawarkan di booth ini sekitar 4 group / 38 orang pengunjung. 4. Go Scuba, dengan jumlah pengunjung sekitar 1300 orang pengunjung dan jumlah deal untuk penawaran wisata yang ditawarkan di booth ini sekitar 5 7 group. 5. Sea World Club, dengan jumlah pengunjung sekitar 1000 orang pengunjung dan jumlah deal untuk penawaran wisata yang ditawarkan di booth ini sekitar 50 orang pengunjung. Menteri Pariwisata berfoto di booth Kementerian Pariwisata SKIF (Shotokan Karate-Do pada International Kegiatan Deep Federation & Extreme Indonesia Indonesia) 2016 World 157

166 Championship XII Kejuaraan SKIF pertama kali diadakan di Tokyo - Jepang pada tahun Pada tahun 2000, Indonesia menjadi tuan rumah The VII SKIF Karate World Championship di Bali, Indonesia dan diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Ibu Megawati Soekarnoputri (SKIF Dan VIII). Lebih dari peserta dari 56 negara menghadiri acara tersebut dan dianggap sebagai acara terbaik dalam sejarah SKIF. Tahun ini, SKIF Indonesia mendapat kehormatan untuk dipercaya sebagai tuan rumah untuk The XII SKIF Karate World Championship. Selain Jepang, Indonesia akan menjadi satu-satunya negara yang menjadi tuan rumah SKIF World Championship lebih dari sekali. Akan ada lebih dari karateka (berusia 10 sampai lebih dari 75 tahun) dari lebih dari 100 negara yang berpartisipasi di acara ini. Maksud dan tujuan dari SKIF XII ini adalah : 1. Mempertahankan International Event dengan semangat Karateka Indonesia untuk tetap terlaksana dan menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. 2. Meningkatkan hubungan Multilateral Indonesia dengan berbagai negara melalui International Event yang diselenggarakan di Indonesia. 3. Meningkatkan prestasi para Karateka dan menjadi wahana pencitraan Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan menarik serta bedaya saing sesuai dengan branding Wonderful Indonesia. 4. Menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata olahraga bertaraf regional,nasional dan international dalam rangka membangun masyarakat berjiwa sehat dan sportif. Acara Farewell Party SKIF (Shotokan Karate-Do International Federation Indonesia) World Championship XII dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2016 di Hall D2, JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Target audiens dai SKIF ini adalah : 1. Delegasi Peserta SKIF dari berbagai negara undangan 2. Pendamping, tim supporter dan keluarga peserta SKIF domestik dan mancanegara 3. Reporter/media dalam dan luar negeri 4. Pemirsa dalam dan luar negeri melalui media 5. Komunitas dan masyarakat umum 158

167 Jumlah peserta dari delegasi yang difasilitasi adalah sebanyak 135 negara dengan pengunjung potensial mencapai +/- 4,000 (athletes, officials, families and supporters) Pembukaan Acara SKIF (Shotokan Karate-Do International Federation Indonesia) World Championship XII oleh Wakil Presiden, Jusuf kalla HARI PERS NASIONAL Hari Pers Nasional menjadi ajang silaturahmi, promosi dan penyatuan pemikiran untuk kemajuan pers pada khususnya dan kemajuan bangsa pada umumnya. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan terbesar dan paling bergengsi bagi komponen pers Indonesia. Hari Pers Nasional dimaknai sebagai Pesta Raya Rakyat yang memiliki Pers yang merdeka sebagai salah satu pilar demokrasi. Para Peserta dalam kegiatan Opening Ceremony ini adalah Masyarakat Pers nasional dan daerah dari 34 Provinsi yang terdiri dari Media TV, Media Radio, Media Cetak, Media Online, Kantor Berita, Instansi Terkait, serta Pemerintah Provinsi/Kabupaten- Kota se NTB dan Pemerintah Provinsi lainnya yang menjadi tamu undangan dan akan dibuka oleh Presiden RI pada 9 Februari Selain itu juga di hadiri dari berbagai kementerian serta Kepala TNI dan Polri, diantaranya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menko Pemberdayaan Manusia dan kebudayaan, Menkoinfo, Menteri Pariwisata, Menteri PU dan Perumahan Rakyat, Menko Maritim dan Sumber Daya, Mendagri, dan para Duta Besar perwakilan negara sahabat Kegiatan Hari Pers Nasional dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo. Dihadiri sekitar insan pers dari seluruh Indonesia dimana di isi oleh serangkaian acara yang berlangsung dalam Hari Pers Nasional terdiri dari: 159

168 1. SAIL OF JOURNALIST Menggunakan KRI Makassar milik TNI AL, berangkat dari Pangkalan Armada Timur di Ujung Surabaya, pada tanggal 5 Februari, tiba dan berlabuh di Pantai Senggigi tanggal 6 Februari. Diikuti 200 peserta, terdiri dari 150 wartawan dan pelajar berprestasi. Diharapkan Ketua DPD RI, Menko Maritim dan Sumber Daya Alam, serta KSAL ikut dalam pelayaran. Sepanjang perjalan diisi sejumlah kegiatan, seperti seminar bertema kemaritiman dan jurnalisme juga workshop penulisan. Kegiatan lain adalah atraksi dari Korps Marinir TNI AL. 2. PAMERAN PERS DAN ALUTSISTA Diselenggarakan di Lombok City Center (LCC) sejak tanggal 5 Februari hingga 9 Februari. Pameran diikuti berbagai media massa nasional dan daerah, juga instansi pemerintah dan sejumlah perusahaan. Korps Marinir TNI AL juga diharapkan ikut memamerkan alutsista dan menampilkan berbagai atraksi kemampuan tempur dan penguasaan medan. Di arena pameran juga akan dilaksanakan pasar murah kerjasama panitia dengan Artha Graha Peduli (AGP). 3. KONVENSI PERS DAN SEMINAR Mengangkat sejumlah persoalan yang dihadapi pers nasional, juga membahas berbagai upaya agar posisi dan peran pers nasional semakin positif dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam mendorong gagasan poros maritim dan meningkatkan sektor pariwisata nusantara. Tema konvensi, Refleksi Nasional Menjawab Tantangan Pembangunan Poros Maritim dan Menghadirkan Kesejahteraan. Keynote speaker Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. 4. ACARA PUNCAK Diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok. Mandalika merupakan salah satu dari 10 destinasi wisata baru yang telah dicanangkan pemerintah. Selain mendengarkan amanat Presiden RI, dalam acara puncak ini juga akan diserahkan penghargaan Anugerah Adinegoro, Anugerah Kebudayaan dan Spirit of Journalism. Selain itu juga akan ditandatangani sejumlah inisiatif seperti pencanangan Induk Koperasi Wartawan, dan pembangunan Politeknik Pariwisata NTB, dan sebagainya. Presiden meletakkan batu pertama 160

169 pembangunan Politeknik Pariwisata NTB dan mencanangkan nama jalan Pers Nasional di Lombok. Dalam Kegiatan Hari Pers Nasional disepakati berbagai MoU lintas Kementerian dan Lembaga dalam mengelola pengembangan infrastruktur khususnya Pariwisata Lombok. Tour de Singkarak Perpaduan antara event promosi pariwisata dan olahraga prestasi dalam bentuk lomba balap sepeda internasional terbukti telah memberikan kontribusi yang besar bagi percepatan pertumbuhan dan pengembangan Start Tour de Singkarak wilayah dan pengembangan kepariwisataan di Sumatera Barat serta kabupaten/ kota yang ada didalamnya. Selama 8 tahun terakhir ini kita dapat melihat peningkatan yang luar biasa pembangunan infrastruktur, sarana prasarana, usaha dan fasilitas pariwisata di berbagai daerah di Sumatera Barat, demikian juga peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa kali mengalami terpaan bencana gempa bumi, Tour de Singkarak-pun mampu menjadi salah satu akselerator pemulihan ekonomi Sumatera Barat. Tour de Singkarak telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak penyelenggaraan pertamanya di Tahun Perkembangan dapat dilihat diantaranya dari jumlah Kabupaten/ Kota yang turut serta mendukung event ini dan jumlah peserta/ atlit/ klub sepeda dari dalam dan luar negeri yang meningkat dari tahun ke tahun. Sejak Tahun 2009, Tour de Singkarak telah masuk dalam kalender balap sepeda tahunan dunia Union Cycliste Internationale (UCI) dan tercatat dengan Grade 2.2 Asia Tour. Adapun tujuan dari kegiatan Tour de Singkarak yaitu dalam rangka promosi Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia melalui sport-touris. Tour de Singkarak 2016 dilaksanakan di Sumatera Barat mulai tanggal 6 sampai 161

170 dengan 14 Agustus 2016, yang terdiri dari 8 stage dan menempuh jarak total KM dimana akan dimulai atau start dari Kabupaten Solok, selanjutnya akan melintasi dan 17 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat dan berakhir di Kota Padang, Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Sebanyak 19 tim yang ambil bagian di ajang ini diantaranya Trengganu Cycling Team (Malaysia), Singha Infinite Cycling Team (Singapura), Black Inc Cycling Team (Laos), Korail Cycling Team (Korea), Kinan Cycling Team (Japan), St. George Merida Cycling Team (Australia), Pishgaman Cycling Team (Iran) dan lainnya. KENDALA DAN UPAYA YANG AKAN DILAKUKAN Kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian 2 (dua) sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2016 antara lain: 1. Belum optimalnya kerjasama pemerintah pusat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolaan event-event pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara. 2. Masih minimnya infrastruktur menuju tempat-tempat wisata, menjadi permasalahan wisatawan dalam pencapaian target sasaran wisatawan nusantara; 3. Belum optimalnya promosi event-event pariwisata ke masyarakat luas, sehingga belum sampainya informasi akan adanya event tersebut. 162

171 10. MENINGKATNYA KAP ASITAPRO FESIONALISME SDM PARIWIS ATA MENINGKATNYA KAPASITAS DAN PROFESIONALISME 9 SDM PARIWISATA Dengan meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM diharapkan kualitas pelayanan dalam bidang kepariwisataan menjadi lebih baik, meningkatnya daya saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Sasaran dari meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata adalah peningkatan kualitas pelayanan untuk wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Kualitas pelayanan yang baik terhadap wisatawan diharapkan memberikan impresi yang baik dan menimbulkan keinginan untuk kembali berkunjung. Di samping itu, sasaran tersebut juga berdampak pada meningkatnya daya saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan indikator kinerja berupa Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi dan jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata. 1. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata yang Disertifikasi Sasaran meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi pada tahun Indikator keberhasilan sasaran, serta target dan realisasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.52 Target dan Realisasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata Yang disertifikasi mencapai target 100,4%. 163

172 Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.53 Realisasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 2016 INDIKATOR KINERJA REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN UTAMA (%) (%) (%) Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata yang disertifikasi pada tahun 2016 mencapai target 100,4%. Peningkatan target sertifikasi kompetensi SDM kepariwisataan pada tahun 2016 mengalami kenaikan 100% dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan tingginya kebutuhan SDM bidang pariwisata yang kompeten dan bersertifikat. Strategi yang dilakukan Kementerian Pariwisata dalam mencapai target tersebut adalah dengan melakukan sertifikasi kompetensi terhadap SDM pendidikan tinggi pariwisata diluar kementerian pariwisata. Kegiatan Sertifikasi Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh 28 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) pihak ke 3 (tiga) pada bidang pariwisata yang bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Bidang Pariwisata yang melaksanakan sertifikasi tersebut antara lain: NAMA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI Tabel 3.54 Lembaga Sertifikasi Profesi BIDANG BIDANG YANG DISERTIFIKASI 1. LSP Pramuwisata Indonesia 1. Hotel & Restoran 2. LSP SPA Nasional 1. Biro Perjalanan Wisata (BPW) 3. LSP COHESPA 1. MICE 4. LSP Jasa Boga 1. SPA 164

173 NAMA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI BIDANG BIDANG YANG DISERTIFIKASI 5. LSP Pariwisata Jakarta 1. Tour Leader 6. LSP Hotel dan Restoran 1. Jasa Boga 7. LSP Hotel dan Pariwisata 1. Kepemanduan Wisata Selam 8. LSP Pariwisata Indonesia 1. Kepemanduan Wisata Arung Jeram, 9. LSP Pariwisata Bali 1. Kepemanduan Ekowisata 10. LSP Pariwisata Bali Indonesia 1. Kepemanduan Wisata Outbound 11. LSP SPA Tirtanirwana Indonesia 1. Kepemanduan Wisata Gunung 12. LSP Pariwisata Bunaken 1. Kepemanduan Wisata Mancing 13. LSP Pariwisata Lancang Kuning Nusantara 14. LSP Crew Kapal Pesiar & Kapal Niaga Internasional (CKPNI) 15. LSP Anging Mamiri 16. LSP Phinisi 17. LSP MICE 18. LSP Wiyata Nusantara 19. LSP Pariwisata Nasional 20. LSP Pariwisata Bhakti Persada 21. LSP Archipelago 22. LSP Air Transport & Distribution Agency (ATDA) 23. LSP Rafflesia 24. LSP KOPI 25. LSP Pariwisata Bali Internasional 26. LSP Pemandu Wisata Nusantara (PENTARA) 27. LSP Pariwisata Flores 28. LSP Pariwisata, Aestetika dan SPA (PARAS) 1. Kepemanduan Wisata Museum 165

174 Tabel 3.55 Job Titles Yang Disepakati Dalam Mutual Recognition Agreement (MRA) dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) No Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan FRONT OFFICE FOOD PRODUCTION 23. Public Area Cleaner 1. FO Manager 12. Demi Chef TRAVEL AGENCIES 2. FO Supervisor 13. Commis Chef 24. General Manager 3. Receptionist 14. Chef de Partie 25 Assisstant General Manager 4. Telephone Operator 15. Commis Pastry 26. Senior Travel Consultant 5. Bell Boy 16. Baker 27 Travel Consultant FOOD AND BEVERAGE 17. Butcher TOUR OPERATION 6. F & B Director HOUSE KEEPING 28 Product Manager 7. F & B Outlet Manager 18. Executive Housekeeper 29 Sales and Marketing Manager 8. Head Waiter 19. Laundry Manager 30 Credit Manager 9. Bartender 20. Floor Supervisor 31 Ticketing Manager 10. Waiter 21. Laundry Attendant 32 Tour Manager 11. Executive Chef 22. Room Attendant Kendala dan Upaya yang dilakukan Dalam melaksanakan sertifikasi, terdapat beberapa kendala baik dari industri pariwisata maupun dari pihak Lembaga sertifikasi Profesi (LSP) beberapa diantaranya adalah : a. Dari pihak industri mengalami kendala, dimana industri pariwisata tersebut enggan mendaftarkan para tenaga kerjanya untuk disertifikasi, hal ini karena mengingat waktu untuk melaksanakan sertifikasi menghambat pelaksanaan pekerjaan dan hal lain yang membuat para pengusaha industri pariwisata adalah ketika para tenaga kerja setelah mendapat sertifikasi akan meminta kenaikan upah ataupun mencari pekerjaan, sehingga sangat merugikan bagi pihak industri pariwisata. Kementerian pariwisata telah melakukan upaya 166

175 melalui sosialisasi kepada para pengusaha pariwisata bahwa dengan melakukan sertifikasi terhadap SDM bidang pariwisata dapat meningkatkan kualitas dari para tenaga kerja pariwisata. b. Kurangnya jumlah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi profesi terhadap SDM, hingga sampai saat ini ketersediaan Lembaga sertifikasi profesi baru ada 28 LSP. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberi dukungan kepada masayarakat atau pelaku pariwisata untuk mendirikan LSP setiap tahunnya. 2. Jumlah Lulusan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata (Orang) Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makassar, yang terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang tersalurkan di industri pariwisata baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan lapangan kerja sektor pariwisata. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Tabel 3.56 Target dan Realisasi Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata (Orang) Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) 1,800 1,786 99,2 167

176 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa capaian dari indikator kinerja Jumlah Lulusan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Yang Tersalurkan Di Industri Pariwisata mencapai target 99,2%. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.57 Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di Industri Pariwisata INDIKATOR KINERJA UTAMA REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) , ,09 Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Jumlah Lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata pada tahun 2016 sebesar 1.786, terjadi peningkatan jumlah dibanding tahun 2015 sebesar dan pada tahun 2014 sebesar lulusan. Namun secara persentase capaian sesuai target yang telah ditetapkan sebelumnya terjadi penurunan. Keberhasilan capaian di atas tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan standar mutu Sumber Daya Manusia dalam industri pariwisata. Hal ini diharapkan mampu untuk diimplementasikan dalam dunia kerja, sehingga dapat meningkatkan mutu dan citra baik dari industri pariwisata Indonesia. Berbagai kegiatan tersebut, antara lain : 168

177 Penerimaan Mahasiswa Baru Penerimaan mahasiswa baru pendidikan tinggi pariwisata dilingkungan kementerian pariwisata tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan system online melalui website sbmstapp.kemenpar.go.id. yang dapat di akses dari seluruh wilayah Indonesia dengan memilih lokasi ujian dan lokasi pendidikan sesuai dengan tempat yang di inginkan. Pendaftaran mahasiswa tahun ini mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari tahun tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel terlampir. Tabel 3.58 Perguruan Tinggi Pariwisata No. Perguruan Tinggi Pariwisata Peserta Mendaftar Diterima Persentase 1 Sekolah Tinggi Pariwisata 6, % Bandung 2 Sekolah Tinggi Pariwisata Bali 2, % 3 Akademi Pariwisata Medan 1, % 4 Politeknik Pariwista Makassar % Total 10,897 2, % Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sebesar peserta telah mendaftar ke empat sekolah tinggi, akademi serta politeknik pariwisata di Indonesia dan 19,81% diantaranya atau sebesar peserta didik telah diterima pada tahun Sidang Senat Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru 169

178 Wisuda Pendidikan tinggi pariwisata dibawah naungan kementerian pariwisata melaksanakan wisuda sekali dalam setahun. Jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata tahun 2016 sejumlah lulusan dengan perincian sebagai berikut. Tabel 3.59 Wisudawan/i Pendidikan Tinggi Pariwisata No Nama Pendidikan TInggi Jumlah Lulusan 1 Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Akademi Pariwisata Medan Politeknik Pariwisata Makassar 212 Total Wisuda Sekolah Tinggi Pariwisata Bursa Kerja Merupakan sebuah wadah untuk mempertemukan para penyedia lapangan kerja serta para pencari kerja, dengan tujuan untuk menyerap para lulusan ke dalam industri kerja. 170

179 Tabel 3.60 Bursa Kerja Perguruan Tinggi Pariwisata No. Perguruan Tinggi Pariwisata Industri Lowongan Pekerjaan Pelamar Persentase 1 Sekolah Tinggi Pariwisata 49 9,645 3, % Bandung 2 Sekolah Tinggi Pariwisata Bali 28 7,359 2, % 3 Akademi Pariwisata Medan Politeknik Pariwista Makassar % Total ,813 6, % Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pelaksanaan bursa kerja tahun 2016 hanya dilaksanakan oleh 3 Pendidikan Tinggi Pariwisata dilingkungan Kementerian Pariwisata, karena Akademi Pariwisata Medan tidak melaksanakan bursa kerja dikarenakan mengalami penghematan anggaran. Pada bursa kerja tersebut diikuti oleh 101 industri dengan lapangan kerja yang dibutuhkan , sedangkan jumlah peserta yang hadir dan melamar dalam kegiatan bursa kerja tersebut hanya atau 36.05% pelamar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia di bidang pariwisata. 171

180 Kendala dan upaya yang akan dilakukan antara lain adalah: a. Kurang optimalnya ruang kelas dan sarana praktek mahasiswa, untuk itu akan dilakukan penyesuaian antara ruangan kelas yang tersedia dengan jumlah mahasiswa yang akan diterima di tahun-tahun berikutnya. b. Masih rendahnya kemampuan berbahasa Inggris, IT dan Manajemen para mahasiswa. Untuk kendala ini Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan melalui Pendidikan Tinggi Pariwisata, pada tahun ini akan melaksanakan program peningkatan kwalitas mahasiswa melalui Program short course Bahasa Inggris berbasis TOEIC di seluruh satuan kerja, sedangkan untuk bidang IT akan dilakukan program praktikum berbasis IT dilingkugan pendidikan tinggi, sedangkan untuk manajemen akan dilakukan peningkatan mutu pendidikan melalui review kurikulum dan modul bidang manajemen. c. Kurangnya minat para dosen dalam melakukan penelitian, untuk itu perlu diberikan insentif untuk melakukan penelitian yang menunjang keilmuan kepariwisataan dan bekerja sama dengan lembaga penelitian lainnya, baik pemerintah atau swasta. 172

181 10 TERLAKSANANYA/ TERWUJUDNYA PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA Sasaran terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata, dapat dilihat dari presentase Indeks Reformasi Birokrasi. Indeks Reformasi Birokrasi merupakan penilaian kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata. Nilai ini merupakan nilai komulatif dari 8 area perubahan sebagaimana Permenpan No. 11 Tahun 2015 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut: Tabel 3.61 Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI 14 Indeks Reformasi Birokrasi (Persentase) CAPAIAN (%) 75% 74,82% 99,76 Dari tabel diatas, Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata tahun 2016 adalah sebesar 74,82% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar 75% atau dengan capaian sebesar 99,76%, Hasil penilaian ini sesuai dengan Surat Menteri PAN dan RB Nomor B/114/M.RB.06/2017 tanggal 16 Februari perihal Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun Dalam prosesnya, penilaian diatas terlebih dahulu dilakukan oleh Inspektorat pada bulan Maret-Juni 2016 melalui PMPRB, hasilnya dievaluasi kembali oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada bulan Juli-Agustus 2016, hasilnya baru akan menjadi hasil final Indeks Reformasi Birokrasi Tahun2016. Rincian penilaiannya terlihat pada tabel berikut: 173

182 Tabel 3.62 Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi No Komponen Penilaian Bobot Nilai 2015 Nilai 2016 % Capaian A Pengungkit 1 Manajemen Perubahan 5,00 3,58 4,00 80% 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 2,71 3,34 67% 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 3,84 4,01 67% 4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,47 3,76 75% 5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 7, % 6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 4,61 77% 7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,99 7,42 62% 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,05 4,44 74% Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 35,83 40,49 67,48% B 1 Hasil Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 20,00 14,64 15,35 76,75% 2 Pemerintah Yang Bersih Dan Bebas KKN 10,00 6,79 9,69 96,90% 3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 7,23 9,29 92,90% Sub Total Komponen Hasil 40,00 28,66 34,33 85,82% Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 65,23 74,82 74,82% Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa nilai Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata Tahun 2016 mengalami peningkatan dari Indeks RB Tahun 2015, yaitu sebesar 9,59 point serta kenaikan predikat dari B menjadi BB. Berikut perkembangan capaian Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.63 Perbandingan Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun INDIKATOR KINERJA UTAMA Indeks Reformasi Birokrasi (Persentase) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) 74,82 99,

183 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai Indeks RB terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu sebesar 5 point (21,24%) pada tahun 2015, dan 9,59 point (7,66%) pada tahun Untuk meningkatkan terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan kementerian pariwisata, telah dilakukan upaya-upaya perbaikan pada 8 area perubahan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2016 untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran tersebut sebagai berikut: 1. Bidang Manajemen Perubahan Salah satu sumber permasalahan birokrasi adalah perilaku negatif yang ditunjukkan dan dipratikkan oleh para birokrat. Perilaku ini mendorong terciptanya citra negatif birokrasi. Perilaku yang sudah menjadi mental model birokrasi yang dipandang lambat, dan berbelit-belit, tidak inovatif, tidak peka, inkonsisten, malas, feodal dan lainnya. Karena itu, fokus perubahan reformasi birokrasi ditujukan pada perubahan mental aparatur. Perubahan mental model/model perilaku aparatur diharapkan akan mendorong terciptanya budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien serta mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dalam rangka menjawab tantangan tersebut sesuai dengan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasi yang menjadi kewajiban Kementerian Pariwisata di bidang area manajemen perubahan antara lain: a. Penyempurnaan Road Map RB Kementerian Pariwisata dengan Nomor Kepmenpar Nomor KM.126/ UM.001/MP/2015) b. Pelaksanaan assesmen dan penetapan agen perubahan masing-masing unit Eselon II lingkup Kemenpar c. Pembentukan Tim Program Management Office (PMO) Tingkat Pusat dan UPT dengan tujuan agar perubahan dapat dikelola dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta pembentukan Tim Agen Perubahan Per Unit Eselon II Kemenpar (dalam proses) d. Bimbingan Teknis Manajemen Perubahan kepada TIM PMO dan Pegawai terkait di Tingkat Pusat dan UPT 175

184 e. Penetapan Nilai Budaya Kerja Kementerian Pariwisata dengan megacu pada 3 nilai Revolusi Mental yaitu Integritas, Etos Kerja, dan Gotong royong, serta telah dilakukan pencanangan Budaya kerja oleh Menteri Pariwisata yang dihadiri oleh 500 orang pegawai Kementerian Pariwisata. 2. Bidang Penguatan Peraturan Perundang-undangan Permasalahan lain yang menjadi faktor penyebab munculnya perilaku negatif aparatur adalah peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, disharmonis, dapat diinterprestasikan berbeda atau sengaja dibuat tiidak jelas untuk membuka kemungkinan penyimpangan. Kondisi seperti ini seringkali dimanfaatkan oleh aparatur untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan negara. Karena itu perlu dilakukan perubahan/ penguatan terhadap sistem perundang-undangan yang lebih efektif dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasi di Bidang Perundangundangan antara lain; a. Penetapan Tim Deregulasi Kementerian Pariwisata b. Telah dilakukan inventarisasi peraturan bidang Pariwisata khususnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata (Th ) serta telah dilakukan identifikasi dan analisis atas peraturan yang dinilai tidak harmonis; c. Dari hasil identifikasi dan analisis, telah dilakukan revisi 5 peraturan, dan pencabutan 4 Peraturan d. Evaluasi atas implementasi beberapa regulasi produk Kementerian Pariwisata, sebagai bahan masukan kepada Tim Deregulasi e. Telah disusun Permen dan SOP tentang tata cara penyusunan Peraturan di lingkungan Kementerian Pariwisata f. Peraturan dan SOP Penyusunan Peraturan telah diimplementasikan dan telah dilakukan evaluasi atas implementasinya 3. Bidang Penguatan Kelembagaan Kelembagaan pemerintah dipandang belum berjalan secara efektif dan efisien. Struktur yang terlalu gemuk dan memiliki banyak hirarki menyebabkan 176

185 timbulnya proses yang berbelit, kelambatan pelayanan dan pengambilan keputusan, dan akhirnya menciptakan budaya feodal pada aparatur. Karena itu perubahan pada sistem kelembagaan akan mendorong efisiensi, efektivitas dan percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan lam birokrasi. Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat mendorong terciptanya budaya/ perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien. Pembenahan sistem dalam pelaksanaan restrukturisasi kelembagaan ASN, dilakukan dengan kegiatan antara lain: a. Analisis Jabatan b. Analisis Beban Kerja c. Monitoring dan evaluasi organisasi 4. Bidang Penguatan Tatalaksana (Bussiness Process) Kejelasan proses bisnis/tata kerja/tatalaksana dalam instansi pemerintah juga sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal yang seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa proses yang pasti karena tidak terdapat sistem tata laksana yang baik. Hal ini kemudian mendorong terciptanya perilaku hirarki, feodal, dan kurang kreatif pada birokrat/aparatur. Karena itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat diperlukan dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan sekaligus juga untuk mengubah mental aparatur. Pembangunan sistem dalam penerapan e-government dilakukan melalui penerapan aplikasi e-office dalam administrasi persuratan, penerapan e- commando dalam pemberian intruksi pimpinan, dan penerapan aplikasi e- performance dalam pengukuran kinerja, dengan kegiatan-kegiatan antara lain: a. Telah dilakukan review dan revisi terhadap SOP dan telah mulai diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari b. Optimalisasi pemanfaatan e-government melalui aplikasi persuratan (e-office) dan aplikasi untuk koordinasi (e-commando) 177

186 c. Penyusunan aplikasi bersama penerimaan mahasiswa baru melalui satu pintu (website Kementerian Pariwisata)-aplikasi SBM STAPP dan telah diimplementasikan mulai penerimaan mahasiswa Tahun 2016 d. Penyusunan rancangan aplikasi untuk penghitungan pergerakan perjalanan wisatawan nusantara (dalam proses) 5. Bidang Penguatan Sistem SDM Aparatur Sipil Negara Perilaku aparatur sangat dipengaruhi oleh bagaimana setiap instansi pemerintah membentuk SDM Aparaturnya melalui penerapan sistem manajemen SDM-nya dan bagaimana Sistem Manajemen SDM yang tidak diterapkan secara nasional. Sistem manajemen SDM yang tidak diterapkan dengan baik mulai dari perencanaan pegawai, pengadaan hingga pemberhentian akan berpotensi menghasilkan SDM yang tidak kompeten. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan. Karena itu, perubahan dalam pengelolaan SDM harus selalu dilakukan untuk memperoleh sistem manajemen SDM yang mampu menghasilkan pegawai yang profesional. Perbaikan Berkelanjutan Sistem Perencanaan Kebutuhan Pegawai ASN dilaksanakan melalui kegiatan antara lain : a. Telah disusun Kepmen tentang pelaksanaan lelang jabatan pimpinan tertinggi secara terbuka b. Penyusunan rencana diklat PNS berkelanjutan c. Penilaian indikator kinerja individu d. Penyusunan informasi jabatan seluruh pegawai e. Penyusunan standar kompetensi jabatan 1 Unit Eselon I (Sekretariat Kementerian), sedangkan unit lainnya masih dalam proses f. Penyempurnaan aplikasi database pegawai SIMPEG, sehingga saat ini SIMPEG dapat diakses oleh pegawai, serta data yang ada telah dimanfaatkan untuk membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan (BAPERJAKAT) g. Penyempurnaan kode etik pegawai Kemenpar (dalam proses) 178

187 6. Bidang Penguatan Pengawasan Dalam rangka peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang menjadi tanggungjawab kementerian pariwisata dan sebagai langkah riil untuk meminimalisir berbagai penyimpangan yang terjadi serta untuk meningkatkan kualitas pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Pariwisata perlu dilakukan peningkat dan penguatan peran dan fungsi pengawasan. Karena lemahnya peran dan fungsi pengawasan akan mendorong tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama semakin menjadi, sehingga berubah menjadi kebiasaan. Karena itu perubahan perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui perubahan atau penguatan pengawasan. Dalam rangka mencapai kondisi tersebut telah dilakukan kegiatan mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasi di Bidang Penguatan Pengawasan yaitu; a. Telah ditetapkan Permen tentang penanganan gratifikasi, whistleblowing system, benturan kepentingan, dan pengaduan masyarakat, serta telah diimplementasikan dengan membentuk unit pengendalian gratifikasi/upg b. Telah dibentuk Tim Penilai Internal, dan telah ditetapkan Unit Kerja percontohan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)-Politeknik Pariwisata Makassar c. Laporan keuangan Kementerian Pariwisata tahun anggaran 2015 memperoleh predikat Opini Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dengan Surat Ketua BPK RI Nomor 55/S/I-IV/05/2016 tanggal 26 Mei 2016) 7. Bidang Penguatan Akuntabilitas Kinerja Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber yang diberikan kepadanya bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mampu menghasilkan outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat penerapan sisitem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai dengan segala sumber-sumber yang dipergunakannya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut reformasi birokrasi Bidang 179

188 Penguatan Akuntabilitas akan melaksanakan kegiatan prioritas nasional yaitu Pembangunan/ Pengembangan teknologi Informasi dalam manajemen Kinerja dan kegiatan pendukung untuk mewujudkan kinerja yang terstruktur dan saling mendukung mulai dari tingkat pimpinan tertinggi yang dijabarkan ke struktur di bawahnya sampai dengan staf, sedangkan untuk pengukuran kinerja ditetapkan indikator-indikator sesuai dengan level kinerjanya. Melalui beberapa kegiatan antara lain; a. Telah disusun RENSTRA Kemenpar , dengan mengacu pada indikator kinerja utama yang telah disempurnakan; b. Telah dilakukan reviu dan penyempurnaan IKU tingkat Kementerian dan setiap satker lingkup Kemenpar c. Penyusunan perjanjian kinerja tingkat Unit Eselon I dan II d. Monev kinerja seluruh unit kerja dilingkungan Kemenpar dengan menggunakan aplikasi e-performance (per triwulan) e. APIP telah melakukan monev kepada seluruh unit kerja Eselon I di Lingkungan Kemenpar f. Penyusunan LAKIP Kemenpar Tahun 2015 dan telah mendapatkan hasil penilaian BB g. Publikasi dokumen Renstra, IKU, PK, dan LAKIP melalui website Kementerian Pariwisata 8. Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pelayanan publik menjadi aspek lain yang selalu menjadi sorotan masyarakat. Penerapan sistem manajemen pelayanan belum sepenuhnya mampu mendoronng peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah, berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas, dan terjangkau serta menjaga profesionalisme para petugas pelayanan. Oleh Karena itu, perlu dilakukan penguatan terhadap sistem manajemen pelayanan publik agar mampu mendorong perubahan profesionalisme para penyedia pelayanan serta peningkatan kualitas pelayanan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Kementerian Pariwisata melakukan kegiatan antara lain : a. Melakukan survey kepada stakeholder Kementerian Pariwisata 180

189 b. Pengembangan sistem pelayanan melalui e-service c. Evaluasi pelayanan publik Kepariwisataan serta identifikasi jenis-jenis pelayanan publik Kementerian Pariwisata (dalam proses) d. Pengembangan media promosi pariwisata berbasis digital melalui e-marketing, penambahan spot promosi pariwisata dilokasi strategis, penambahan promosi di channel TV luar negeri e. Penerimaan mahasiswa baru melalui satu pintu (website Kementerian Pariwisata) f. Penyempurnaan SOP Informasi Publik g. Pemanfaatan IT dalam layanan informasi pergerakan perjalaan wisnus Selain itu, reformasi birokrasi kepariwisataan secara internal juga dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui digitalisasi program untuk pemantauan media, e-procurement, e-office, Electronic Control Management Direction and Order (e-comando), serta seleksi bersama masuk sekolah tinggi, akademi, dan politeknik pariwisata. Kementerian Pariwisata juga melakukan digitalisasi di dalam birokrasi untuk membangun sinergi di dalam intansi Kementerian Pariwisata itu sendiri. Gambar 3.38 e-goverment Kementerian Pariwisata Dalam rangka lebih meningkatkan kualitas birokrasi serta mampu lebih menumbuhkan budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya, terdapat beberapa hal yang masih perlu disempurnakan yaitu: 181

190 1. Membangun komitmen bersama mulai dari pimpinan sampai ke seluruh pegawai; 2. Penguatan Sistem Pengawasan; 3. Penguatan integritas aparatur di seluruh Kementerian pariwisata; 4. Pengintegrasian sistem perencanaan dan penganggaran; 5. Menerapkan penganggaran berdasarkan kinerja organisasi, dan menurunkannya sampai ke level individu, sehingga dapat dijadikan dasar ukuran kinerja individu dan dasar untuk memberlakukan rewards and punishment. Hasil Survey Reformasi Birokrasi Tabel 3.64 Hasil Survey Reformasi Birokrasi KETERANGAN Skala Rata-Rata Kementerian 2016 Survey/Indeks Persepsi 4,00 2,61 3,81 3,30 Korupsi Indeks Pelayanan 4,00 2,90 3,72 3,22 Jika upaya yang sudah dilakukan di atas dikaitkan dengan hasil reformasi birokrasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau pihak penerima layanan dari Kementerian Pariwisata, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Indeks persepsi anti korupsi Indeks persepsi anti korupsi merupakan persepsi penerima layanan terhadap integritas petugas pemberi layanan. Integritas ini ditinjau tidak hanya dari sistem layanan yang mungkin berpotensi menyimpang, namun juga perilaku pemberi layanan dalam bersikap, misalnya menawarkan layanan yang lebih cepat, kesediaan menerima gratifikasi, ketersediaan sarana pengaduan dan sebagainya. Hasil survei atas indeks persepsi anti korupsi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan 1,20 poin dibanding tahun sebelumnya dari sebesar 2,61 menjadi 3,81 dalam skala 4. Indeks tersebut berada diatas indeks rata-rata Kementerian yaitu sebesar 3,30. Untuk meningkatkan Indeks persepsi anti korupsi Kementerian Pariwisata telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Telah ditetapkan keputusan Menteri Pariwisata Nomor: KM.52/PS.101/MP/2016 tentang Kebijakan pengawasan intern 182

191 Kementerian Pariwisata sebagai bentuk komitmen pimpinan terhadap pelaksanaan good governance dan clean government. b. Kegiatan sosialisasi pengendalian gratifikasi pada STP Bandung dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan instansi atau organisasi yang sadar dan terkendali dalam penangangan praktek gratifikasi. Sehingga prinsip keterbukaan dan akuntabilitas semakin terimplementasi. c. Telah dilakukan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dilingkungan Kementerian Pariwisata sebagaimana telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 tahun 2016 tentang penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dilingkungan Kementerian Pariwisata. d. Membangun sistem penanganan pengaduan internal wistleblowing system (WBS) dilingkungan Kementerian Pariwisata yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 3 Tahun 2015 tentang tata cara penanganan pengaduan internal dilingkungan Kementerian Pariwisata. e. Pencanangan pembangunan zona integritas di tahun f. Penunjukan unit kerja Politeknik Pariwisata Makassar sebagai unit kerja yang mempunyai predikat wilayah bebas korupsi. g. Menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata No.4 tahun 2015 tentang penanganan benturan kepentingan dilingkungan Kementerian Pariwisata. h. Pengelolaan pengaduan masyarakat dengan baik dan benar dapat mencegah terjadinya penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, untuk itu Menteri Pariwisata menetapkan Peraturan Menteri No. 2 tahun 2015 tentang penanganan pengaduan masyarakat dilingkungan Kementerian Pariwisata. i. Menerbitkan Surat Edaran No:UM.001/21/2/SESMEN/KEMPAR/2015 tentang pelaksanaan pengadaan barang dan/atau jasa secara elektronik dilingkungan Kementerian Pariwisata. 2. Indeks kualitas pelayanan publik Indeks kualitas pelayanan publik merupakan persepsi penerima beberapa layanan utama Kementerian Pariwisata, yaitu layanan terhadap promosi serta fasilitasi kepariwisataan. 183

192 Hasil survey atas indeks kualitas pelayanan publik Kementerian Pariwisata menunjukkan peningkatan sebesar 0,82 poin dari tahun sebelumnya yaitu dari sebesar 2,90 menjadi 3,72 dalam skala 4. Indeks tersebut berada diatas indeks rata-rata Kementerian yaitu sebesar 3,22. Grafik 3.12 Indeks Kualitas Pelayanan Publik Kementerian Pariwisata telah melakukan berbagai upaya untuk kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang menghambat, diantaranya: a. Perubahan yang seharusnya dilaksanakan oleh agent of change belum terlihat; b. Sistem pengendalian penyusunan peraturan perundangan sudah berjalan tetapi masih ada beberapa produk kebijakan yang tidak didukung oleh policy paper c. Evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan belum dilakukan secara berkala d. Telah dilakukan identifikasi terkait peraturan perundangan yang tidak harmonis tetapi belum ke seluruh peraturan e. Ada beberapa Perpres terkait tujuan wisata baru yang belum diselesaikan oleh kemenpar 184

193 f. Belum terlihat kesesuaian antara struktur organisasi dengan kinerja organisasi; g. Hasil evaluasi atas Bisnis proses dan SOP belum menunjukan efisiensi dan efektifitas; h. Penggunaan e-performance belum terintegrasi (antara keuangan, kinerja dan kinerja individu); i. Belum dilakukan asessment pada seluruh pegawai; j. Belum ada kebijakan internal terkait promosi terbuka, (masih berupa draft); k. Pemberian tunjangan kinerja belum berdasarkan pada capaian kinerja individu; l. Sistem aplikasi kepegawaian masih dalam pengembangan sehingga belum dapat dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan terkait manajemen SDM m. Kebijakan tentang SPIP belum terlihat implementasinya dalam SOP, penempatan SDM, dll; n. Belum dilakukan monev dan atas implementasi beberapa kebijakan integritas, seperti WBS, Benturan kepentingan, dll; o. Belum terdapat unit kerja yang yang ditetapkan sebagai menuju WBK/WBBM ; p. Permasalahan Bidang Akuntabilitas: 1) Komitmen dan Kepedulian Pimpinan terhadap Implementasi Manajemen Kinerja di Unit Kerja masing-masing; 2) Monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja sudah dilaksanakan tetapi belum optimal; 3) Pemanfaatan sistem e-performance belum maksimal; 4) Indikator kinerja secara berjenjang belum dilakukan secara menyeluruh; 5) Hasil Monev Rencana aksi belum ditindaklanjuti untuk perbaikan. 6) Evaluasi kinerja internal belum mampu memicu perubahan kinerja organisasi. 185

194 11. ENINGKATNYA KUALITAS KINE RJA ORGANI SASI KEMENTE RIAN PARIWISATA Rekomendasi Peningkatan Nilai Indeks Reformasi Birokrasi Dalam rangka peningkatan nilai indeks Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata, Tim Evaluasi Kementerian PAN & RB memberikan rekomendasi sebagai berikut: Gambar 3.39 Penguatan Nilai Indeks Reformasi Birokrasi 186

195 11 MENINGKATNYA KUALITAS KINERJA ORGANISASI KEMENTERIAN PARIWISATA Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Kinerja Organisasi Kementerian Pariwisata adalah Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata, yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, yang merupakan hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut: 1. Opini Keuangan Kementerian Pariwisata Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Upaya konkrit dalam mewujudkan Akuntabilitas dan Transparansi di lingkungan Kementerian Pariwisata selaku instansi pemerintah yang melaksanakan penggunaan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara serta melaksanakan pengintegrasian pelaporan keuangan dan kinerja yang merupakan konsekuensi logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan keuangan adalah opini laporan keuangan Kementerian/Lembaga yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah, yaitu: (1) Tidak diyakini kewajaran (Adverse); (2) Tidak memberikan pendapat (Disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Penilaian ini diukur melalui kriteria pemberian opini atas audit laporan keuangan oleh BPK yang meliputi: kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). 187

196 Sesuai Amanat Reformasi Birokrasi, Kementerian Pariwisata telah melaksanakan Penguatan, Pengendalian Pelaksanaan APBN dalam rangka Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara yang efektif dan efisien menuju good governance dan clean government. Capaian indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata adalah sebagai berikut : Tabel 3.65 Target dan Realisasi Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 15 Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata (Predikat) WTP WTP - Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata berhasil memperoleh predikat Opini Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan tahun anggaran 2015, atas target WTP yang ditetapkan sebelumnya. Kementerian Pariwisata telah berhasil memperoleh predikat Opini Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ditahun 2016 atas laporan keuangan tahun anggaran 2015, berdasarkan Surat Ketua BPK RI Nomor 55/S/I- IV/05/2016 tanggal 26 Mei 2016 perihal penyampaian LHP atas LKPP Tahun 2015 Beberapa penghargaan yang diterima Kementerian Pariwisata pada Tahun 2016, adalah sebagai berikut: a. Penghargaan atas penyajian saldo kas bendahara pengeluaran pada laporan keuangan dengan tingkat akurasi tinggi untuk tahun 2015 (untuk tahun 2016 dilaporkan tahun 2017); b. Terbaik pada dua kategori Anugerah Media Humas 2016 yaitu cinderamata dan profil lembaga humas; c. Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya Tahun 2016 Tingkat Pratama, sebagai kementerian yang memiliki komitmen dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. 188

197 Untuk melihat perkembangan indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata apakah mengalami peningkatan atau penurunan, perlu dibandingkan capaian indikator di tahun Perbandingannya terlihat pada tabel dibawah ini : INDIKATOR KINERJA UTAMA Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tabel 3.66 Perbandingan Opini Laporan Keuangan tahun REALISASI Masih dalam proses audit BPK CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN (%) REALISASI CAPAIAN - WTP - Disclaimer - (%) Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2015 capaian Opini mengalami peningkatan yang signifikan, dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Pengecualian atau WTP. Pada saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2016 ini, Laporan Keuangan masih dalam proses audit oleh BPK, sehingga belum dapat diketahui apakah Opini WTP berhasil dipertahankan oleh Kementerian Pariwisata. 189

198 Untuk meningkatkan pencapaian laporan keuangan dengan opini WTP di Tahun 2016, telah ditempuh berbagai strategi antara lain terlihat pada gambar. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka percepatan akuntabilitas dan peningkatan kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut: Reinventarisasi Dalam rangka reinventarisasi, Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1. Penatausahaan Aset BMN a. Meningkatkan Pengelolaan dan penatausahaan BMN terutama aset tetap; b. Melakukan Koordinasi/Kerjasama yang baik antar semua elemen baik internal maupun eksternal terkait dalam penatusahaan dan pengelolaan BMN; c. Melakukan penataan BMN berupa penelusuran dan reinventarisasi terutama terhadap Aset yang tidak ditemukan keberdaannya. d. Merencanakan kebutuhan dan penganggaran Barang Milik 190

199 Negara secara tepat. e. Melaksanakan pengadaan Barang Milik Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Melaksanakan pengelolaan BMN dengan menjalankan 3 prinsip yaitu tertib administrasi, tertib hukum dan tertib fisik. g. Mengelola barang persediaan harus di kelola dengan baik h. Melakukan pengawasan dan pengendalian Barang Milik Negara yang ada dalam pengawasannya. i. Melaksanakan inventarisasi Barang Milik Negara secara berkelanjutan. j. Melaporkan Barang Milik Negara secara berjenjang dan tepat waktu, dari tingkat satker ke tingkat kementerian. k. Pengelolaan BMN perlu ditingkatkan terutama : a) Aset Tetap tanah, bangunan, jalan, jaringan dan irigasi. b) Penggunaan Kendaraan Roda 6, 4, dan 2 perlu tertata secara jelas c) Kepedulian pegawai terhadap fasilitas kantor yang berupa peralatan sebagai penunjang Tusi agar merasa memiliki dan bertanggung jawab menjaganya. d) Khusus peralatan kantor yang bersifat mobile seharusnya ditunjuk sebagai penanggung jawab pengguna. Peningkatan Kapasitas SDM Dalam rangka meningkatkan Kapasitas SDM, Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1. Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 Penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran didasari adanya kebutuhan atas tenaga pengelola keuangan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi Bendahara Pengeluaran di lingkungan Kementerian Pariwisata. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan 191

200 uang untuk keperluan belanja negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/satker kementerian/lembaga. Pada tanggal 18 Januari 2016, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2016 tentang sertifikasi bendahara pada satuan kerja pengelola APBN. Pasal 2 Perpres Nomor 7 tahun 2016 tersebut menyebutkan bahwa PNS, anggota TNI, anggota POLRI yang diangkat sebagai bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu pada satker pengelola APBN harus memiliki sertifikat bendahara. Berdasarkan hal itu, Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata memandang pentingnya mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mampu menjabat sebagai bendahara, maka bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran Kementerian Keuangan diselenggarakanlah kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 di Lingkungan Kementerian Pariwisata. Kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 di Lingkungan Kementerian Pariwisata dilaksanakan pada tanggal Juli 2016 di hotel New Ayuda, Jalan Raya Puncak Km.17, Cipayung, Megamendung, Jawa Barat. Adapun peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang. 2. Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan Pelaksanaan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan merupakan kegiatan rutin yang setiap tahun dilaksanakan dalam rangka mendukung terwujudnya tertib administrasi pelaksanaan keuangan negara sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sesuai harapan tersebut diperlukan pengelolaan keuangan negara yang baik dan transparan, prinsip tersebut mencakup adanya perencanaan kas yang baik, serta menghindari adanya dana kas yang belum digunakan (idle cash). 192

201 Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab serta memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik, antara lain akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, profesionalitas dan keterbukaan. Untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan keuangan. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah perkembangan informasi dan kebijakan baru yang di keluarkan setiap tahun oleh Kementerian Keuangan dalam penatausahaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan. Terbitnya kebijakan dan peraturan-peraturan baru di bidang keuangan diharapkan dapat menjadi momentum dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Oleh karena itu dalam upaya mengeliminir permasalahan dan mengantisipasi perubahan tersebut maka diperlukan pemahaman dan implementasi yang sama terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mengatasi permasalah tersebut maka diperlukan suatu kegiatan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan yang diharapkan adanya persamaan persepsi dalam melaksanakan dan mengimplementasikan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku terkait dengan pengelolaan keuangan negara. Kegiatan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola keuangan ini merupakan salah satu Implementasi SPIP, yang bertujuan untuk : a. Meningkatkan kemampuan dan wawasan serta ketrampilan para pengelola keuangan khususnya para Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara 193

202 Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu di lingkungan Kementerian Pariwisata dalam persamaan persepsi pelaksanaan penatausahaan pengelolaan keuangan sehingga lebih mudah mengendalikan dan mengelimir resiko sedini mungkin; b. Mewujudkan tertib administrasi dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Kementerian Pariwisata, dan c. Untuk menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas pengelola keuangan, sehingga perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia yang memadai, terutama aparat pengelola keuangan. 3. Kegiatan Pembinaan Pengelola BMN Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian Pariwisata Kementerian Pariwisata telah beberapa kali mengalami perubahan Struktur Organisasi Dalam penyampaian laporan BMN sering menemukan laporan yang berbeda terutama dalam penyampaian volume dan sehingga sulit untuk menggabungkan laporan yang disampaikan oleh UPT. harga Sehubungan hal tersebut di atas, maka sangat perlu untuk diadakan pembinaan berupa sosialisasi peraturan kepada para pengelola BMN agar tercapai satu sinergi terhadap pelaksana pembukuan BMN guna memperoleh keseragaman penyampaian laporan di lingkungan Kementerian Pariwisata. Hasil dari kegiatan ini berupa Penyusunan Laporan BMN Semester I, II dan Tahunan sudah menggunakan aplikasi SIMAK BMN Pengelola BMN dan mampu menyusun laporan BMN dengan menggunakan aplikasi yang baru. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN serta pengelolaan / pengendalian barang milik Negara yang dikuasai oleh suatu unit akuntansi pengguna barang. Disamping menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan neraca Kementerian Pariwisata juga 194

203 menghasilkan informasi untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pengelolaan barang milik Negara dan kebutuhan-kebutuhan manajerial Kementerian Pariwisata. Sistem Pengendalian Dalam rangka meningkatkan Sistem Pengendalian, Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1. Implementasi Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis web Dalam rangka mewujukan Laporan Keuangan yang akurat, akuntabel dan transparan, pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata mulai menggunakan Aplikasi e-rekon-lk yang didesain oleh Kementerian Keuangan. Dengan penggunaan Aplikasi e-rekon-lk diharapkan terwujudnya: a) Penyederhanaan proses dalam pelaksanaan rekonsiliasi, b) Membantu Kementerian dalam menyusun/mengkompilasi Laporan Keuangan dengan menciptakan single database, c) Keseragaman laporan di tiap level unit akuntansi, d) Percepatan penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata. 2. Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Salah satu upaya untuk mempercepat proses penyelesaian rekomendasi atas temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan Inspektorat, maka perlu dilakukan upaya penyelesaian, pemantauan dan evaluasi atas temuan-temuan hasil pemeriksaan pada satker-satker/unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pariwisata. Pemantauan dilakukan terhadap unit kerja yang memiliki temuan yang menimbulkan kerugian negara, baik hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan maupun Inspektorat. Hal-hal yang dilakukan antara lain: a. Melalui Keputusan Menteri Pariwisata Nomor KM.38/OT.001/MP/2016 tanggal 23 Maret 2016 tentang Tim Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Pariwisata telah dibentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara di lingkungan Kementerian Pariwisata untuk membantu menteri dalam memroses penyelesaian kerugian negara terhadap 195

204 Bendahara, Pegawai Negeri Bukan Bendahara, pejabat lain di lingkungan Kementerian Pariwisata dan/atau pihak ketiga yang pembebanannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Mengklasifikasi data temuan terkait kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan sistem pengendalian internal (SPI); c. Koordinasi dengan unit terkait seperti Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan dan Kementerian Keuangan terkait tindak lanjut temuan; d. Penatausahaan dokumen terkait tindak lanjut temuan 3. Implementasi SPIP Kegiatan evaluasi hasil penilain risiko merupakan kegiatan penilaian atas risiko yang telah teridentifikasi untuk dilakukan pengendalian terhadap kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Kegiatan evaluasi hasil penilaian risiko menjadi dasar kegiaatan pengendalian yang akan dilakukan, yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko, serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Untuk menindaklanjuti hasil tersebut, maka dilakukan Identifikasi risiko dan Analisis risiko. Setelah teridentifikasi, selanjutnya memperkirakan seberapa sering kemungkinan risiko terjadi (probability/likehood) dan dampak yang ditimbulkan jika risiko terjadi (impact/consequencies), sehingga perlu dibuat perencanaan didalam memetakan risiko. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kementerian Pariwisata wajib menyelenggarakan SPIP. Sekretariat Kementerian sebagai perangkat dari 196

205 Kementerian Pariwisata, dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata wajib melakukan pengendalian intern atas penyelenggaraan kegiatan dengan menerapkan ke lima unsur SPIP yaitu Lingkungan pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan komunikasi serta Pemantauan Pengendalian Intern. Mengingat telah terjadi perubahan nomenklatur dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi Kementerian Pariwisata sebagaimana di atur dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata, maka dipandang perlu untuk mereview Permenparekraf Nomor PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru yaitu Kementerian Pariwisata. Hasil mapping risiko : a. Penyusunan Renja K/L 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di kendalikan, 12 kegiatan pengendalian, 13 Infokom, 13 Monitoring b. Penyusunan RKA-K/L 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di kendalikan, 7 kegiatan pengendalian, 7 Infokom, 7 Monitoring c. Revisi DIPA 5 risiko yang di identifikasi, 5 risiko yang di kendalikan, 3 kegiatan pengendalian, 0 Infokom, 0 Monitoring d. Penyusunan Laporan Keuangan 22 risiko yang di identifikasi, 4 risiko yang di kendalikan, 5 kegiatan pengendalian, 5 Infokom e. Penyelesaian Permasalahan Perbendaharaan 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di kendalikan, 23 kegiatan pengendalian, 17 Infokom, 17 Monitoring f. Pemberian Bantuan Hukum 2 risiko yang di identifikasi, 2 risiko yang di kendalikan, 4 kegiatan pengendalian, 2 Infokom, 2 Monitoring g. Penyediaan dan Penyajian Informasi Parekraf 6 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di kendalikan, 12 kegiatan pengendalian, 11 Infokom, 12 Monitoring 197

206 h. Pelayanan Infromasi Publik 6 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di kendalikan, 15 kegiatan pengendalian, 14 Infokom, 14 Monitoring i. Pengecekan Pemeliharaan Ruang Kerja Gedung Kantor 7 risiko yang di identifikasi, 7 risiko yang di kendalikan, 9 kegiatan pengendalian, 9 Infokom, 9 Monitoring j. Penyusunan Laporan BMN 10 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di kendalikan, 9 kegiatan pengendalian, 9 Infokom, 9 Monitoring k. Penyelenggaraan Seleksi Penerimaan CPNS 5 risiko yang di identifikasi, 5 risiko yang di kendalikan, 8 kegiatan pengendalian, 8 Infokom, 8 Monitoring Kegiatan Rapat Pendampingan Penilaian Risiko Sekretariat Kementerian Pariwisata di selenggarakan pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016 bertempat di Hotel Alila Pecenongan, Jakarta. Hasil rapat pendampingan penilaian risiko Biro-Biro di lingkungan Sekretariat Kementerian dengan BPKP akan menjadi bahan dalam dokumen Rencana Tindak Pengendalian (RTP). Review Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 198

207 Rencana Kerja Dalam rangka meningkatkan Rencana Kerja Sekretariat Kementerian telah melakukan: Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran Rapat Penyusunan RKA-K/L Pagu Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2017, diperlukan sebagai acuan bagi K/L dalam penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikaan rasa keadilan dan kepatutan, mempermudah proses pendokumentasian dan pelaksanaan anggaran bagi K/L dan sebagai pedoman bagi K/L dalam melaksanakan program, kegiatan dan anggaran. Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan aktivitas tersebut adalah menyusun dokumen rencana kerja dan anggaran (RKA-K/L) sesuai hasil kesepakatan Rakornis untuk selanjutnya akan di bahas dan telaah oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS. Masing masing unit eselon I di lingkungan Kementerian Pariwisata melakukan penyusunan RKAKL beserta dengan data dukungnya yaitu Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran dan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Alokasi Anggaran. RKAKL yang telah disusun beserta dengan data dukungnya akan digunakan sebagai bahan penelaahan dengan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. RKAKL yang telah ditelaah akan menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan direview dan diteliti oleh Aparat Pengawas Internal (APIP) Kementerian Pariwisata yang terdiri dari Inspektorat Kementerian dan Biro Perencanaan dan 199

208 Keuangan. Setelah itu akan dilakukan penelaahan oleh Kementerian Keuangan dan ditetapkan untuk menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan. Dokumen RKAKL Kementerian Pariwisata telah disusun dengan menerapkan pendekatan penganggaran, yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah serta klasifikasi anggaran untuk mewujudkan sistem penganggaran yang lebih rasional, transparan dan akuntabel menuju sistem pengelolaan keuangan Negara yang profesional sesuai dengan amanat UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. RKAKL ini nantinya akan diproses lebih lanjut untuk menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan menjadi pedoman dalam hal pelaksanaan anggaran bagi Kementerian Pariwisata. Setelah DIPA ditetapkan oleh Menteri Keuangan, Kementerian Pariwisata akan menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan yang menjadi acuan dalam hal pelaksanaan program dan kegiatan bagi Kementerian Pariwisata Pemanfaatan Laporan Dalam rangka meningkatkan Pemanfaatan Laporan Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1. Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Eselon I, Satuan Kerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 (Unaudited) dan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Triwulan I,II III Dan IV Tahun 2016 (Audited) Dana Unit Akuntansi Pembantu Penguna Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-Es.I) dan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) merupakan bagian dari anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi urusan Pusat. Pertanggungjawaban dan pelaporan Dana Unit Akuntansi Pembantu Penguna Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-Es.I) dan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas. Aspek manajerial terdiri dari perkembangan 200

209 realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan keuangan. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, masih belum dipahami sepenuhnya oleh pelaksana pengelola keuangan Satuan Kerja, sering terjadi ketidaksesuaian baik dari sisi penyusunan, penyajian maupun penyampaian. Setelah dilakukan evaluasi masih banyak LK Satker semesteran/tahunan baik dalam penyusunan, penyajian, maupun penyampaiannya belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Guna mendukung terwujudnya Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata tahun 2015 yang berkualitas, sehingga Opini kedepan dapat lebih baik, sangat diperlukan peran SDM penyusun laporan keuangan yang professional. Oleh karena itu Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretaris Kementerian Pariwisata berupaya menyelenggarakan Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Satuan Kerja, dan Eselon I (UNAUDITED) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata sehingga dapat meraih opini WTP. Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Satuan Kerja, dan Eselon I Tahun 2015 (UNAUDITED) ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut: a. Meningkatkan kompetensi dan sikap profesional para petugas akuntansi dalam mengaplikasikan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Berbasis Akrual untuk mendukung penyusunan Laporan Keuangan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan, guna 201

210 mewujudkan tertibnya penyajian, penyampaian dan pelaporan kepada unsur terkait ; b. Tercapainya kesamaan persepsi dan terwujudnya kelancaran administrasi serta kemudahan dalam pengendalian pengelolaan keuangan sehingga laporan keuangan Kementerian Pariwisata dapat tersusun dengan baik, berjenjang, transparan, akuntabel dan tepat waktu sebagaimana diamanatkan dalam undang undang.; c. Terwujudnya fungsi Manajemen, di Lingkungan Kementerian Pariwisata melalui penyajian Laporan Keuangan Kementerian yang lengkap, tepat waktu dan berjenjang, dengan berpedoman kepada sistem dan prosedur yang berlaku. 2. Reviu RKA-KL dan Laporan Keuangan Kegiatan Reviu RKA-KL dilakukan setelah dilaksanakannya Penelitian RKA-KL melalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yg dipersyaratkan, kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran, yang difokuskan meneliti konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-KL sesuai dengan sasaran kinerja dalam Renja K/L dan RKP, kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L, kesesuaian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L, kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN pada level keluaran dan kelengkapan dokumen pendukung RKA-KL. Setelah selesai dilaksanakan penelitian Reviu RKA-KL yakni penelahaan atas penyusunan dokumen rencana keuangan yang bersifat tahunan berupa 202

211 RKA-KL oleh auditor APIP yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa RKA-KL telah disusun berdasarkan RKP, Renja K/L dan Pagu Anggaran serta kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang direncanakan, dalam upaya membantu Menteri untuk menghasilkan RKA-KL yang berkualitas. Adapun tujuan dari Reviu RKA-KL adalah untuk memberi keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan, bahwa informasi dalam RKA-KL sesuai dengan RKP, Renja K/L dan Pagu Anggaran serta kesesuaian dengan standar biaya dan dilengkapi dokumen pendukung RKA-KL. Ruang lingkup reviu RKA-KL difokuskan pada: konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-KL dengan Renja dan RKP; kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L; kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran antara lain: penerapan SBM dan SBK, keseuaian jenis belanja, serta hal-hal yang dibatasi/dilarang; kelengkapan dokumen pendukung RKA-KL antara lain: RKA Satker, TOR/RAB, dan dokumen pendukung terkait lainnya. Peran APIP yang strategis dalam proses perencanaan penganggaran dengan melakukan reviu RKA-K/L dan dokumen pendukungnya merupakan wujud dari quality assurance, sehingga dapat meminimalisasi adanya kekeliruan dalam pelaksanaan anggaran dan meminimalisasi terjadinya pemborosan atau penggunaan anggaran-anggaran yang tidak mendukung tupoksi. Oleh karena itu, kompetensi dan pengetahuan APIP dalam perencanaan anggaran menjadi penting untuk ditingkatkan karena dengan APIP yang kompeten, maka hasil reviu RKA K/L akan menjadi lebih optimal yang pada akhirnya akan mendorong satuan kerja untuk menghasilkan RKA/KL yang berkualitas. Setelah Inspektorat melakukan Reviu selanjutnya dibuatkan rekomendasi atas kesalahan atau kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan yang belum atau tidak dilaksanakan. Laporan hasil reviu disusun dalam bentuk Laporan Hasil Reviu (LHR). Laporan hasil reviu disampaikan oleh pimpinan APIP K/L kepada pimpinan unit eselon I. 203

212 3. Zona Integritas Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunar Zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan Instansi Pemerintah, serta dalam rangka melakukan penguatan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif, dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat dengan cepat, tepat dan profesional, serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Kementerian Pariwisata mencoba berupaya untuk membangun pilot project unit kerja percontohan wilayah bebas korupsi, yang diusulkan oleh Sekretaris Kementerian kepada Kementerian PANRB melalui surat nomor PS. 101/I/16/SESMEN/KEMPAR/2016 tgl 29 Juli 2016 tentang usulan Politeknik Pariwisata Makassar menjadi Zona Integritas menuju wilayah Bebas dari Korupsi. Berdasarkan hasil penilaian tim penilai Internal Kementerian Pariwisata, Politeknik Pariwisata Makassar memperoleh angka penilaian sebesar 85,85 terdiri dari komponen pegungkit 48,72 dan hasil 33,13, sedangkan untuk satuan kerja dilingkungan Kementerian Pariwisata lainnya akan segera di lakukan penilaian lebih lanjut. Sebagai langkah awal pembangunan zona integritas tersebut, telah dilakukan pencanangan pembangunan zona integritas pada tanggal 26 Oktober 2015, bertempat di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata. Dalam kegiatan tersebut, dipimpin langsung oleh Menteri Pariwisata, dan dihadiri seluruh jajaran Kementerian Pariwisata mulai dari Staf Ahli Menteri, pejabat Eselon I, II, III, IV, sampai dengan staf, serta dihadiri oleh Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan dan Kemenko Maritim, Ketua Ombudsman 204

213 RI, perwakilan dari Kementerian PAN dan RB, serta perwakilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Untuk mendukung pembangunan zona integritas di atas, telah disusun terlebih dahulu beberapa hal sebagai berikut: a. Tim Penyusun Dokumen Strategi Komunikasi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Kementerian Pariwisata sesuai SK Menteri Pariwisata No. SK 433/OT.001/SESMEN/ KEMPAR/2015 tanggal 27 Juli b. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Penangaan Gratifikasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Pedoman ini telah dilakukan sosialisasi kepada para pegawai pada tanggal 18 Desember c. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan di lingkungan Kementerian Pariwisata. d. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Internal di lingkungan Kementerian Pariwisata. 4. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Dekonsentrasi Dalam rangka pengendalian dan identifikasi kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan Dekonsentrasi, telah dilakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan yang didanai melalui dana dekonsentrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Selain itu dengan adanya perubahan pada sistem pelaporan pertanggungjawaban dana dekonsentrasi maka telah dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian Pariwisata sehingga telah diterbitkan Peraturan Menteri baru mengenai pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi yaitu Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 20 Tahun

214 Taat Aturan Dalam rangka meningkatkan ketaatan terhadap peraturan Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1. Meningkatkan pengelolaan PNBP Berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional serta untuk memberikan landasan hukum yang kuat, adil, tegas dan jelas dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan Negara. Mengingat pentingnya peran PNBP perlu Kementerian Pariwisata perlu meningkatkan pengelolaan PNBP melalui Pemantauan laporan realisasi anggaran pendapatan secara intensif, Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP dan menetapkan target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun Kegiatan Penyelesaian Masalah Perbendaharaan Dilaksanakan dengan mengadakan pemantauan tindak lanjut penyelesaian tuntutan ganti rugi di UPT/SKPD dan Sosialisasi Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), auditor, bendahara sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah temuan, piutang dan langkahlangkah untuk meningkatkan opini laporan keuangan. Kerugian negara yang dilakukan oleh Bendahara dilakukan proses/upaya pengembalian melalui Tuntutan Perbendaharaan, sedangkan kerugian negara yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil Non Bendahara dan Pejabat Lain serta pihak ketiga dilakukan proses/upaya Tuntutan Ganti Rugi (TGR). Tuntutan Perbendaharaan (TP) pada hakikatnya adalah kegiatan untuk mengembalikan kekurangan perbendaharaan sebagai akibat dari kesalahan/ 206

215 kelalaian/kealpaan seorang bendaharawan. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) adalah kegiatan untuk mengembalikan kerugian negara sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari perbuatan melanggar hukum ataupun melalaikan kewajiban seorang pegawai negeri sipil (dalam kedudukannya sebagai demikian/alszonadig). Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi mempunyai arti yang penting dalam rangka pengamanan keuangan negara, karena di samping sebagai usaha untuk mendapatkan penggantian atas kerugian negara, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menegakkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri umumnya dan para pengurus/pengelola keuangan negara pada khususnya termasuk para Bendaharawan bila dalam jabatannya melakukan perbuatan melawan hukum atau melalaikan kewajiban dan secara langsung merugikan negara, diwajibkan mengganti kerugian tersebut. 3. Implementasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis Akrual Penerapan akuntansi berbasis akrual pada Kementerian Pariwisata di tahun 2016 merupakan tahun kedua dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara. Dengan penerapan akuntansi berbasis akrual pemerintah akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan dan pertanggungjawaban Pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance, clean government, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Pemerintah pada seluruh tahapan siklus anggaran antara lain dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, pengendalian defisit anggaran dan penentuan besaran biaya penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi salah satu alat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi. Monitoring dan evaluasi implementasi akuntansi berbasis akrual pada Kementerian Pariwisata dilakukan terhadap seluruh satuan kerja pusat dan daerah secara periodik selama tahun 2016, meliputi penelaahan dan analisa setiap komponen Laporan Keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. 207

216 Reward & Punishment Dalam rangka menerapkan Reward & Punishment Sekretariat Kementerian telah melakukan: 1. Disiplin Pegawai Penundaan kenaikan gaji berkala/kenaikan pangkat bagi pegawai yang tidak disiplin. 2. Pemberian besaran Uang Persediaan (UP) Kepada unit eselon I berdasarkan hasil evaluasi tingkat kecepatan pengembalian pertanggungjawaban Tahun sebelumnya. KENDALA DAN UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN Kendala dan upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target Opini Laporan Keuangan tahun 2016, sebagai berikut: 1. Belum optimalnya komitmen para pejabat pusat dan daerah dalam mendorong kualitas laporan keuangan dan percepatan penyelesaian temuan sehingga terkesan lambat dalam menindaklanjuti temuan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK. Untuk itu telah dilakukan koordinasi dengan Instansi lain terkait permasalahan yang ditemui pada saat pelaksanaan, dalam hal ini Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait proses pengadaan barang dan jasa serta Kementerian Keuangan terkait proses pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan. Dalam rangka menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, telah dilakukan upaya sebagai berikut : a. Membentuk Tim Pengelola Perbaikan Sistem PNBP untuk memperbaiki Sistem Pengelolaan PNBP; b. Melakukan koordinasi dengan Menteri Keuangan serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk penetapan saldo aset persediaan hasil likuidasi; c. Melaksanakan pembenahan menyeluruh atas pengelolaan Aset Tetap; 208

217 d. Sudah dibuat laporan tim inventarisasi aset tentang rencana aksi penyelesaian tindak lanjut temuan BPK yaitu maping database SIMAK, sinkronisasi SIMAK dan SAI, sinkronisasi LK BMN dengan LK DJKN, pendampingan Inventarisasi aset rusak berat, hilang, dikuasai pihak lain, pendampingan penyusunan laporan hasil Inventarisasi aset tetap, usulan penghapusan/hibah aset tetap, pendampingan tindak lanjut usulan hasil inventarisasi aset dan perbaikan database SIMAK komprehensif. e. Membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) dan Tim Reinvetarisir asset. 2. Kualitas operator penyusun Laporan Keuangan pada masing-masing satuan kerja belum optimal, sehingga laporan keuangan belum disajikan dan diungkapkan secara lengkap (full disclosure). Untuk itu telah dilaksanakan bimbingan teknis Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang diikuti seluruh satuan kerja pusat dan daerah (UPT/SKPD) di lingkungan Kementerian Pariwisata. 3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan para Penanggung Jawab kegiatan belum sepenuhnya taat terhadap peraturan pengelolaan keuangan negara sehingga temuan berulang pada pengadaan barang/jasa dan pelaksanaan perjalanan dinas masih terjadi. Untuk itu telah disusun petunjuk teknis pengelola keuangan dan petunjuk teknis lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam DIPA. 4. Inventarisasi barang milik negara belum selesai. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi kinerja akuntabilitas Kementerian Pariwisata khususnya opini keuangan, mengingat permasalahan barang milik negara ini merupakan penyumbang terbesar opini disclaimer yang diperoleh Kementerian Pariwisata. 5. Kompetensi SDM Auditor belum memadai, sehingga dibutuhkan percepatan peningkatan kapasitas auditor di lingkungan Kementerian Pariwisata, agar dapat menjawab tantangan audit internal yang semakin besar sebagai akibat meningkatnya anggaran Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya secara signifikan. 209

218 6. Melaksanakan percepatan proses pengadaan barang/jasa dengan melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara rutin dan menginventarisasi permasalahan yang dihadapi. 7. Melakukan In House Training dan pendampingan dengan instansi terkait (Kementerian Keuangan dan BPKP) 8. Menyusun petunjuk teknis DAK dan petunjuk teknis lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam DIPA 9. Penerapan reward and punishment belum ada sehingga para pelaksana kurang termotivasi untuk meningkatkan kinerja di lingkungan unit kerja masing-masing. 2. Predikat Sakip Kementerian Pariwisata Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang terselenggara secara manual atau komputerisasi yang dirancang dan ditetapkan untuk tujuan pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara kolektif. Penentuan Predikat SAKIP adalah berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB setiap tahunnya. Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome serta kinerja lainnya. Capaian Indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata adalah sebagai berikut : Tabel 3.67 Target dan Realisasi Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata A BB 94,00 (Nilai) (>80) (75,20) Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata Tahun 2016 dengan target A (Memuaskan) dapat direalisasikan dengan peringkat BB (Sangat Baik). Nilai akuntabilitas kinerja tahun 210

219 2016, diperoleh berdasarkan hasil evaluasi SAKIP yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN & RB dan disampaikan kepada Kementerian Pariwisata melalui surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/614/M.AA.05/2017 tanggal 16 Februari 2017 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Berdasarkan surat tersebut di atas, hasil evaluasi menunjukan bahwa Kementerian Pariwisata memperoleh nilai 75,20 dengan predikat BB (Sangat Baik). Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil di Kementerian Pariwisata sudah menunjukkan hasil yang baik. Untuk melihat perkembangan capaian indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target pada Perjanjian Kinerja (PK) setiap tahunnya sejak Tahun , dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.68 Perbandingan Capaian tahun 2014 s.d. tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja (PK) INDIKATOR KINERJA UTAMA REALISASI % REALISASI % REALISASI % Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata BB (75,20) 4,33 BB (72,08) - B (73,97) - Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian pada tahun 2016 dengan nilai sebesar 75,20 naik sebesar 3,12 dari nilai 72,08 pada tahun Sedangkan capaian tahun 2015 dengan nilai sebesar 72,08 turun sebesar 1,89 dari nilai 73,97 pada tahun 2014, namun tingkat Akuntabilitas Kinerja tahun 2015 Kementerian Pariwisata mengalami peningkatan dari predikat B (Baik) menjadi predikat BB (Amat Baik) dari tahun sebelumnya. Hasil evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Kementerian Pariwisata meliputi 5(lima) komponen besar managemen kinerja yaitu 211

220 Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja dan Capaian Kinerja, dengan penilaian sebagai berikut : Tabel 3.69 Hasil Penilaian Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2016 Komponen Yang Dinilai Bobot Nilai a. Perencanaan Kinerja 30 21,57 23,23 b. Pengukuran Kinerja 25 17,60 18,11 c. Pelaporan Kinerja 15 12,42 12,46 d. Evaluasi Kinerja 10 6,28 6,69 e. Capaian Kinerja 20 14,21 14,71 Nilai Hasil Evaluasi ,08 75,20 Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB BB Berdasarkan hasil evaluasi di atas dapat dilihat peningkatan pada setiap komponen dibanding tahun 2015, Untuk komponen perencanaan kinerja dengan nilai 21,57 menjadi 23,23, komponen pengukuran kinerja dengan nilai 17,60 menjadi 18,11, komponen pelaporan kinerja dengan nilai 12,42 menjadi 12,46, komponen evaluasi kinerja dengan nilai 6,28 menjadi 6,69, komponen capaian kinerja dengan nilai 14,21 menjadi 14,71. Hasil evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Kementerian Pariwisata dengan uraian sebagai berikut : 1. Kementerian Pariwisata telah menyusun dokumen Renstra yang telah dilengkapi dengan tujuan dan indikator kinerja/ukuran keberhasilan yang telah berorientasi hasil (outcome), indikator kinerja yang baik/memenuhi kriteria SMART dan target tahunan kinerjanya. Dokumen Renstra juga telah selaras dengan dokumen RPJMN dan telah digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Rencana Kinerja Tahunan; 2. Dalam rangka pengukuran kinerja organsiasi Kementerian Pariwisata telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi, dan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun ukuran kinerja tingkat Eselon III dan IV sebagai turunan kinerja berjenjang 212

221 belum sepenuhnya dilaksanakan pada seluruh unit kerja serta pengukuran capaian kinerja mulai dari pejabat Eselon IV ke atas belum dikaitkan dengan (dimanfaatkan) sebagai dasar pemberian reward dan punishment, dan ukuran (indikator) kinerja individu belum mengacu pada Indikator Kinerja Utama (IKU) unit kerja organisasi/atasannya; 3. Pemantauan atas hasil kinerja seluruh unit kerja sudah cukup efisien dan efektif karena sudah sepenuhnya menggunakan teknologi informasi. Keberadaaan sistem informasi kinerja berbasis elektronik (e-performance) sangat diperlukan bagi Kementerian Pariwisata agar dapat memonitor dan mengendalikan kinerja semua unit kerja termasuk kinerja individu sehingga dapat memberi masukan untuk perbaikan yang berkelanjutan; 4. Secara umum Kementerian Pariwisata telah berhasil memenuhi berbagai target kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan PermenPAN & RB Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terjadi perubahan terhadap sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi kinerja, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.70 Perubahan Pembobotan tahun 2015/2016 terhadap tahun 2014 NO KOMPONEN SAKIP BOBOT NILAI BOBOT NILAI BOBOT NILAI 1. Perencanaan 30 23, , ,13 Kinerja 2. Pengukuran 25 18, , ,08 Kinerja 3. Pelaporan 15 12, , ,04 Kinerja 4. Evaluasi Kinerja 10 6, , ,05 5. Capaian Kinerja 20 14, , ,67 Nilai Hasil , , ,97 Evaluasi Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB BB B 213

222 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perubahan pada komponen perencanaan kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 35% sedangkan pada tahun 2015/2016 menjadi 30% dan untuk komponen pengukuran kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 20% menjadi 25% pada tahun 2015/2016. Disamping perubahan sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi kinerja, perubahan juga dilakukan terhadap penyebutan pada predikat dan kategori, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.71 Perubahan Penyebutan Predikat dan Kategori 2015/ BOBOT RANGE INTERPRETASI BOBOT RANGE INTERPRETASI NILAI NILAI AA > Sangat AA > Memuaskan Memuaskan A >80 90 Memuaskan A >75-85 Sangat baik BB >70 80 Sangat Baik B >65-75 Baik B >60 70 Baik CC >50-65 Cukup Baik CC >50 60 Cukup C >30-50 Agak Kurang (Memadai) C >30-50 Kurang D 0-30 Kurang D 0-30 Sangat Kurang Berdasarkan uraian diatas serta dalam rangka lebih mengefektifkan budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata, Kementerian PAN dan RB memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1) Memanfaatkan dokumen rencana aksi sebagai jalur alternatif perbaikan dalam mengarahkan dan mengorganisasi kegiatan organisasi dan memantau pencapaian rencana aksi tersebut; 2) Memanfaatkan pengukuran capaian kinerja mulai dari pejabat Eselon IV ke atas sebagai dasar pemberian reward dan punishment, dan menyusun kinerja individu sesuai tugas, fungsi dan perannya berdasarkan sasaran kinerja atasannya berdasarkan perjanjian kinerja yang telah ditetapkan dengan melibatkan unit yang menangani kepegawaian dan perencanaan kinerja; 214

223 3) Menyempurnakan aplikasi agar dapat mengintegrasikan informasi kinerja dan keungan, sehingga dapat memberikan informasi, khususnya tentang capaian kinerja secara berkala dan menuangkannya dalam Rencana Aksi yang membantu memudahkan pimpinan dalam penentuan strategi serta pengambilan keputusan; 4) Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja internal untuk mempercepat pelaksanaan manajemen kinerja serta mendorong tumbuhnya budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata melalui pemanfataan berbagai dokumen yang sudah disusun, seperti penilaian kinerja secara periodik, mekanisme reward dan punishment kinerja dan sebagaianya. Dalam upaya meningkatkan capaian indikator Predikat SAKIP Tahun 2016, Kementerian Pariwisata telah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Penyusunan Renja K/L Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional, penyusunan RAPBN berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan memperhitungkan ketersediaan anggaran. RKP merupakan dokumen perencanaan tahunan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RAPBN dan dasar pelaksanaan kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional yang memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). 215

224 Renja K/L merupakan dokumen perencanaan yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian/Lembaga sebagai penjabaran dari Rencana Strategis K/L (Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran. Penyusunan Renja K/L oleh Kementerian/Lembaga dilaksanakan setelah dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga yang merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum serta Tema dan Prioritas Pembangunan Nasional. Pagu Indikatif tersebut merupakan batas tertinggi alokasi anggaran yang dirinci menurut program dan kegiatan prioritas yang pendanaannya terdiri atas rupiah murni, PHLN, dan PNBP. Berkenaan dengan telah diberlakukannya penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) secara penuh yang menggunakan struktur program dan kegiatan hasil restrukturisasi, maka mekanisme penyusunan Renja K/L menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Dalam upaya peningkatan kinerja dan pencapaian visi dan misi Kementerian Pariwisata, Sekretariat Kementerian dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, telah mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja Kementerian (Renja K/L) Tahun Dengan adanya Renja K/L ini, diharapkan sasaran dari masingmasing program dan kegiatan akan semakin tampak dan jelas karena masingmasing telah dilengkapi dengan indikator dan rencana tingkat capaian (target) secara kuantitatif. Untuk menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 yang bersifat indikatif. 2. Perjanjian Kinerja (PK) Perbaikan governance dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan 216

225 akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) dikenal sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Sistem AKIP diimplementasikan secara self assesment oleh masing-masing instansi pemerintah. Ini berarti instansi pemerintah tersebut merencanakan, melaksanakan, mengukur dan memantau kinerjanya secara mandiri serta melaporkan kepada instansi yang lebih tinggi. Dalam sistem yang mekanisme pelaksanaan demikian perlu adanya evaluasi dari pihak yang lebih independen agar diperoleh umpan balik yang obyektif untuk perbaikan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah. Seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melihat sampai sejauh mana suatu instansi pemerintah melaksanakan dan memperlihatkan kinerja organisasinya, serta sekaligus untuk mendorong adanya peningkatan kinerja instansi pemerintah, maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Salah satu dokumen untuk mengukur kinerja perlu dilakukan perjanjian kinerja, dokumen tersebut merupakan salah satu subkomponen dari komponen Perencanaan Kinerja. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya 217

226 terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. 3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Kementerian memiliki dua fungsi utama sekaligus. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi Kementerian Pariwisata untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para stakeholders (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, Pelaku/industri pariwisata). Kedua, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sumber informasi bagi internal Kementerian Pariwisata untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam laporan akuntabilitas kinerja Kementerian tahun 2015 harus dapat memenuhi kebutuhan bagi pengguna baik eksternal dan internal. Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Pariwisata pada Tahun Anggaran 2016 telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang mulai dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tingkat eselon II, eselon I, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun

227 4. Reviu Indikator Kinerja Utama (IKU) Kinerja dari suatu organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan organisasi sebagai penjabaran dari visi, misi, yang mengindikasikan tingkat keberhasilaan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat kemajuan kinerja organisasi diperlukan suatu indikator atas keberhasilan yang diraih. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan, sasaran, atau kegiatan yang mencerminkan tugas pokok dan fungsi organisasi. Diantara konsep indikator kinerja adalah konsep Indikator Kinerja Utama (IKU) atau yang dikenal dengan Key Performance Indicators (KPI). Setiap organisasi atau K/L memiliki IKU yang berbeda-beda, tergantung pada tujuan, fungsi dan strategi masingmasing organisasi. Kebijakan penyusunan IKU di lingkungan Kementerian Pariwisata telah dilakukan di tahun 2016 sesuai Keputusan Menteri Pariwisata Nomor KM.109/UM.001/MP/2016 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata, pada dasarnya terintegrasi dengan berbagai dokumen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang meliputi dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L), Perjanjian Kinerja (PK), Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP), sedangkan IKU itu sendiri merupakan subkomponen dari komponen Pengukuran Kinerja yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja. 219

228 Setiap Instansi pemerintah menurut Peraturan Kemen PAN dan RB Nomor. PER/09.M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007, wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing tingkatan (level) secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama (IKU) instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome). 5. E-Performance Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja dan menindaklanjuti amanah dalam Road Map Reformasi Birokrasi, perlu adanya sistem yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi dengan tujuan untuk memudahkan Sosialisasi Sistem Informasi proses e-performance pemantauan di DI Yogyakarta dan pengendalian kinerja, yang salah satunya melalui pemanfaatan aplikasi berbasis web yaitu aplikasi sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah e-performance (E-SAKIP). Aplikasi ini telah disempurnakan dan mulai triwulan II telah dapat dioperasikan dengan melakukan input data oleh petugas yang ditunjuk sebagai operator, dari seluruh satuan kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata. Server khusus untuk aplikasi e-performance ditempatkan pada ruangan Billing Cabinet Server di lantai 21 Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan. Untuk mengakses dapat dilakukan melalui Web www:\\eperformance.kemenpar.go.id. Masuk ke web ini, langsung dapat melihat capaian kinerja kementerian sampai dengan capaian eselon II per triwulan, tanpa login melalui user name atau password. Aplikasi ini menampilkan proses perencanaan kinerja, penganggaran kinerja, keterkaitan kegiatan/sub kegiatan 220

229 dalam pencapaian target kinerja dan monitoring serta evaluasi pencapaian kinerja dan keuangan. Dokumen yang digunakan untuk menginput data: dokumen Renstra, IKU, Perjanjian Kinerja, DIPA/POK dan realisasi anggaran serta realisasi kinerja, dengan aplikasi ini publik dapat melihat capaian kinerja kementerian sampai dengan eselon II per triwulan. Dengan adanya aplikasi e-performance diharapkan pengukuran kinerja dapat dilakukan setiap triwulan, sebagaimana diharapkan baik oleh Kementerian Pariwisata maupun oleh Kementeria PAN & RB agar dapat meningkatkan kinerja dan mendorong percepatan tercapainya target kinerja per triwulan. Diharapkan aplikasi e-performance dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena merupakan salah satu rencana aksi bidang Penguatan Akuntabilitas yang harus dipenuhi untuk meningkatkan Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan selanjutnya berdampak pula pada penilaian yang menjadi syarat peningkatan besaran tunjangan kinerja aparatur negara di lingkungan Kementerian Pariwisata. 221

230 222

231 223

232 Grafik 3.13 Hasil Pengukuran Kinerja melalui aplikasi e-performance 224

233 6. Simplifikasi Regulasi Bidang Pariwisata Kementerian Pariwisata telah melakukan simplifikasi regulasi terhadap Peraturan Perundang-undangan bidang Pariwisata sebanyak 5 naskah peraturan di tahun 2016, sebagai berikut: a) Mencabut Kepmen Budpar No. KEP-10/MNKP/2000 tentang Usaha Jasa Manajemen Hotel Jaringan Internasional; b) Menggabungkan 13 (tigabelas) Permen Budpar tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwiata menjadi 1 (satu) Peraturan Menteri Pariwisata No. 18 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Usaha Pariwisata; c) Mencabut Permen Parekraf No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata; d) Mencabut Permen Parekraf No.7 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Permen Parekraf No. 1 Tahun 2014 Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata; e) Mencabut Permen Parekraf No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah. Peraturan Perundang-undangan bidang Pariwisata dapat diunduh melalui website pada menu JDIH. KENDALA DAN UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN Kendala dan upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target kinerja dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2016, sebagai berikut: 1. Praktek pengukuran kinerja pihak yang sudah menyepakati Perjanjian atau Kesepakatan Kinerja, belum sepenuhnya dikaitkan dengan sistem reward and punishment. untuk itu telah dilakukan pengukuran melalui sistem informasi e-performance, yang hasilnya telah disampaikan kepada seluruh satker di lingkungan Kementerian Pariwisata berupa laporan capaian kinerja yang dilengkapi dengan nilai tingkat kepatuhan dalam melakukan input data. 2. Evaluasi kinerja internal yang sebelumnya dilakukan secara manual saat ini telah di implementasikan dengan memanfaatkan sistem informasi e-performance sesuai anjuran Tim Evaluasi dari Kementerian PAN & RB. 225

234 3. Penurunan kapasitas Inspektorat, sebagai akibat bergesernya Kementerian Pariwisata menjadi Kementerian Klaster III, dalam hal ini Inspektur Jenderal (eselon I) menjadi Inspektorat (eselon II). Kondisi ini berpotensi menimbulkan permasalahan kecepatan proses audit internal Kementerian Pariwisata. Untuk itu perlu peningkatan peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam proses perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan proses pertanggungjawaban anggaran. 4. Belum adanya mekanisme standar untuk koordinasi pengendalian perencanaan dan program lintas deputi. Kondisi ini akan secara langsung mempengaruhi kualitas perencanaan, monitoring dan evaluasi menjadi kurang valid. Untuk itu perlu mengimplementasikan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) secara menyeluruh agar dalam penyelenggaraan kegiatan di lingkungan Kementerian Pariwisata dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif. 5. Kurangnya efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan program dan kegiatan, Kementerian Pariwisata telah menerapkan sistem informasi e-government dalam rangka mendukung percepatan pencapaian target kinerja Kementerian Pariwisata 226

235 3.2. ANGGARAN 2016 Berdasarkan Surat Menkeu Nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 perihal Perubahan Pagu Anggaran Belanja K/L dalam APBN-P TA 2016, Kementerian Pariwisata mendapat alokasi anggaran sebesar Rp ,00 (empat triliun dua ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus enam puluh tujuh ribu rupiah). Akan tetapi dalam perjalanannya, sesuai Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 perihal Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, Kementerian Pariwisata diminta untuk melakukan blokir mandiri (self blocking) anggaran sebesar Rp ,00 (delapan ratus miliar rupiah), sehingga anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00 (tiga triliun empat ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus enam puluh enam ribu rupiah). Sehingga Pagu Kementerian Pariwisata Tahun 2016 adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut: Tabel 3.72 Rekapitulasi APBN Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran

236 Terkait dengan realisasi anggaran 2016, posisi sampai dengan tanggal 12 Januari 2017, daya serap berdasarkan realisasi pembayaran, adalah sebesar Rp ,00 (tiga triliun dua ratus sembilan puluh sembilan milyar enam ratus lima puluh dua juta delapan ratus tiga puluh dua ribu enam ratus delapan puluh sembilan rupiah), atau sebesar 96,4% terhadap anggaran setelah self blocking, sebagaimana terinci pada tabel 1, 2 dan 3 : Realisasi anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2016 dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 3.73 Rekapitulasi Realisasi Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per unit Eselon I Tabel Rekapitulasi Realisasi Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Program 228

237 Tabel 3.74 Rekapitulasi Realisasi Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Jenis Belanja Grafik 3.13 Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Jenis Belanja Tabel 3.75 Rekapitulasi Realisasi Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Satker Pusat dan Daerah NO SATKER PAGU REALISASI % SISA ANGGARAN 1 SATKER KANTOR PUSAT ,66% SATKER UPT ,64% SATKER DEKONSENTRASI (DK) ,14% TOTAL ,79%

238 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pagu anggaran Kementerian Pariwisata sebesar Rp ,- sampai dengan akhir Desember 2016 telah terserap sebesar Rp ,- atau sebesar 78,11%. Terdapat sisa dana sebesar Rp ,- atau sebesar 21,89%, termasuk pagu self blocking sebesar Rp ,- sehingga jika termasuk pagu self blocking sehingga realisasi menjadi Rp ,- atau 96,4%. Sehubungan dengan realiasi penyerapan anggaran sebagaimana digambarkan di atas, beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi, adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Surat Menkeu Nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 Pagu Anggaran Kementerian Pariwisata sebesar Rp ,00 (empat triliun dua ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus enam puluh tujuh ribu rupiah), sesuai Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 perihal Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, Kementerian Pariwisata diminta untuk melakukan blokir mandiri (self blocking) anggaran sebesar Rp ,00 (delapan ratus miliar rupiah), sehingga anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00 (tiga triliun empat ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus enam puluh enam ribu rupiah), mengakibatkan terdapat beberapa kegiatan prioritas tidak dapat dilaksanakan atau tidak mencapai target. Kementerian Pariwisata berupaya melakukan terobosan sehingga pelaksanaan kegiatan prioritas tahun 2016 tetap dapat dilaksanakan. 2. Rencana penyerapan anggaran yang telah disusun mengalami perubahan sehingga perlu disesuaikan kembali dengan alokasi anggaran yang ada. 230

239 BAB IV PENUTUP

240 B A B 4 PENUTUP Pariwisata merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan banyak sektor lain, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah. Untuk itu, Kementerian Pariwisata terus menggerakkan dan memberikan stimulus kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan peningkatan nilai tambah ekonomi terhadap sebuah produk khususnya asset kepariwisataan nasional baik alam, budaya maupun khusus/buatan. Apalagi, potensi pariwisata di Indonesia sangat besar. Salah satu dampak langsung pengembangan pariwisata adalah peningkatan kunjungan wisatawan yang berdampak pada penerimaan devisa negara, pertumbuhan hotel, pengurangan angka pencari kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Capaian kinerja Kementerian Pariwisata pada Tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yang ditunjukkan melalui beberapa hal strategis sebagai berikut: 1. Pertama, peningkatan sektor pariwisata dapat dilihat melalui beberapa indikator kunci antara lain: jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 12,02 Juta 231

241 atau mencapai 100,2% dari target tahun Jumlah tersebut meningkat sebesar 15,54% dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2015, serta menghasilkan devisa sebesar Rp triliun (prognosa) atau 102.3% dari target tahun Kementerian Pariwisata optimis kunjungan wisatawan mancanegara akan terus meningkat. Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) daya saing-pariwisata Indonesia pada 2015 meningkat dari ranking 70 dari 130-an negara di dunia, menjadi rangking 50 dunia. 2. Kedua, hingga akhir tahun 2016 jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan sebanyak juta atau di atas target yang ditetapkan sebanyak 260 juta perjalanan, meningkat 3,38% dari tahun Dari jumlah perjalanan wisatawan nusantara tersebut total uang yang dibelanjakan mencapai Rp triliun dengan perhitungan pengeluaran per perjalanan setiap wisatawan nusantara sebesar Rp Ketiga, kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 4,23%, sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja (langsung, tidak langsung, dan ikutan) sebanyak 12 juta atau di atas target 11,7 juta tenaga kerja. Untuk mendukung capaian kinerja di atas, Kementerian Pariwisata telah merealisasikan anggaran sebesar Rp atau sebesar 96,4% dari pagu sebesar Rp ,- (pagu setelah self blocking), dengan Laporan Keuangan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja dari Tim Evaluasi Kinerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendapat penilaian 75,20 atau predikat BB (Sangat Baik). Capaian kinerja Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 ini menjadi modal positif dalam rangka pencapaian target sektor pariwisata di tahun 2017 yang penuh harapan dan tantangan. 232

242 LAMPIRAN

243

244 Pada Tahun 2016 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami. Jakarta, 29 Februari 2016 Menteri Pariwisata ARIEF YAHYA Lampiran IA/1-2 i PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ARIEF YAHYA Jabatan : MENTERI PARIWISATA

245 Lampiran IB/1-3 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi) 34 1 Jumlah Investasi sektor pariwisata (US $ Juta) 1627, ,7 5 ii PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata 1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi) 34 2 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi) 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional. 1 4 Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 1 Jumlah tenga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional (persentase) 5 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 1 Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (juta orang) 12 6 Meningkatnya jumlah penerimaan devisa 1 Jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 172

246 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Jakarta, 29 Februari 2016 MENTERI PARIWISATA ARIEF YAHYA iii (1) (2) (3) (4) Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM Pariwisata 10 Terlaksananya / terwujudnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata 11 Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata 1 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rp) 223,6 1 2 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (ribu orang) Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata (orang) Indeks Reformasi Birokrasi (Presentase) 75% 1 Opini keuangan Kementerian Pariwisata (predikat) WTP 2 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata (nilai) A Progam Anggaran 1. Pengembangan Kepariwisataan Rp 5,028,339,064, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pariwisata Rp 344,970, Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata Rp 35,716,256

247 iv iii

248 Perolehan Penghargaan dan Promosi Wonderful Indonesia Tahun 2016 v

249 vi

250 vii

251 viii

252 ix

253 x

254 xi

255 xii

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN KEMENTERIAN PARIWISATA Lantai 19, Gedung Sapta Pesona Jl. Medan Merdeka Barat No. 17

Lebih terperinci

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.108/KP.403/MP/2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN

Lebih terperinci

Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis

Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis Pariwisata i Nasional Oleh : Ir. Henky Hermantoro, MURP/MPA Sekditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.109/UM.001/MP/2016 TENTANG INDIKATOR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA 1. Nama Unit Organisasi : Kementerian Pariwisata 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kata Pengantar Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAKIP. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia

LAKIP. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia 2 LAKIP 2015 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Republik Indonesia KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan

Lebih terperinci

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung

Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung Rilis PUPR #2 8 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/547 Kementerian PUPR Anggarkan Rp 80 Miliar Kembangkan Infrastruktur Kampung Wisata di Tanjung Lesung Jakarta -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga membawa pengaruh pada nilai komersial. Dapat ditinjau secara

BAB I PENDAHULUAN. sehingga membawa pengaruh pada nilai komersial. Dapat ditinjau secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah air memiliki banyak sekali objek wisata yang potensial dan syarat makna. Nilai historis yang terkandung di dalamnya dapat dikembangkan sehingga membawa pengaruh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, terlihat dari bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Pariwisata

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PARIWISATA 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PARIWISATA 040 08 PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 040 08 Meningkatnya keragaman destinasi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Denpasar, Juli 2012

Denpasar, Juli 2012 Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran public relations officer saat ini sangat di butuhkan disetiap perusahaan swasta dan perusahaan milik negara termasuk di sebuah instansi pemerintah. Public

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI RAPAT KONSULTASI REGIONAL (KONREG) BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015 DUKUNGAN DPR RI TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT JAKARTA, 21 APRIL 2015 MENINGKATKAN

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2017 Jakarta, 4 Mei 2017 Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Safri Burhanuddin

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA BARAT! bappeda.ntbprov.go.id Kemajuan Nyata,Tantangan Baru 38 36 36 36 37 36 33 31 Gini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepariwisataan dunia telah mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sektor pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Di presentasikan pada : Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) II MINISTRY OF CULTURE AND TOURISM REPUBLIC

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Bangun Infrastruktur di Destinasi Wisata, Kementerian PUPR Mengacu Pada Rencana Induk

Bangun Infrastruktur di Destinasi Wisata, Kementerian PUPR Mengacu Pada Rencana Induk Rilis PUPR #1 22 Maret 2018 SP.BIRKOM/III/2018/136 Bangun Infrastruktur di Destinasi Wisata, Kementerian PUPR Mengacu Pada Rencana Induk Jakarta Sektor pariwisata menjadi salah satu program prioritas Kabinet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan industri terbesar dalam penggerak perekonomian yang tercatat mengalami pertumbuhan positif diseluruh dunia ditengah-tengah ketidakpastian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil Menteri Pariwisata dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif

Lebih terperinci

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2017 Masalah Dan Tantangan Pembangunan Pariwisata Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian Industri pariwisata merupakan sektor terpenting untuk setiap Negara karena dapat meningkatkan perekonomian dan devisa negara. Banyaknya penduduk disuatu

Lebih terperinci

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL Disampaikan Oleh: Depu0 Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dalam Acara Seminar Penutupan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Berdasarkan Pedoman Penyusunan LAKIP yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), disebutkan bahwa Perencanaan Strategik merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam arti yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan). Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sub ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan). Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sub ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan Pengembangan Investasi di Kabupaten Banyuaesin Konsep dan design arah pengembangan investasi di Kabupaten Banyuasin dibuat dengan mempertimbangkan potensi wilayah

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. Kesimpulan tersebut dikompilasi berdasarkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Aktivitas wisata dalam hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan tersier untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh rutinitas. Umumnya orang berlibur ketempat-tempat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun 1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing

Lebih terperinci

Visit Indonesia 2008: Tantangan dan Peluang Kamis, 27 Maret 2008

Visit Indonesia 2008: Tantangan dan Peluang Kamis, 27 Maret 2008 Visit Indonesia 2008: Tantangan dan Peluang Kamis, 27 Maret 2008 Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia     Sebagaimana telah diketahui bersama, program nasional Visit Indonesia

Lebih terperinci

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI)

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Duta Besar Nur Syahrir Rahardjo Wakil Ketua Harian Pokja Penguatan Diplomasi Ekonomi Bidang Pariwisata

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberi wewenang kepada daerah dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, khususnya di dalam upaya daerah untuk menggali

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci