BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto (2007:62) memberikan definisi NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Anita Lie (2004:59) memberikan definisi NHT atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Senada dengan pendapat Ahmad Zuhdi (2010:64) memberikan definisi NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran NHT memiliki beberapa tujuan pembelajaran yang hendak di capai. Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran NHT menurut pendapat Ibrahim (2000:29) yaitu : 5

2 6 a. Hasil belajar akademik struktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai latar belakang. c. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Pembelajaran NHT memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Zuhdi (2010:65) kelebihan dan kelemahan NHT yaitu: a. Kelebihan model pembelajaran NHT adalah: 1) Setiap siswa menjadi siap semua. 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan model pembelajaran NHT adalah: 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Dalam pembelajaran NHT terdapat beberapa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran NHT menurut pendapat Trianto (2007:62) yaitu: a. Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. b. Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam kalimat tanya. c. Berfikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

3 7 Berdasarkan langkah-langkah diatas diketahui bahwa pembelajaran NHT menurut Trianto dapat mendorong siswa untuk saling bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk menguasai materi yang diterima. Siswa saling membantu untuk menguasai materi pembelajaran sehingga semua anggota kelompok dapat menguasai materi yang diberikan oleh guru. Senada dengan langkah-langkah yang dikemukaan oleh Trianto, Anita Lie (2004:60) juga menyebutkan langkah-langkah pembelajaran NHT yaitu: a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. Fokus pada langkah-langkah pembelajaran NHT yang dikemukakan oleh Trianto dan Anita Lie adalah sama, yaitu adanya kerjasama antara anggota kelompok untuk menguasai materi yang diterima sampai semua anggota kelompok menguasai materi tersebut. Kerjasama kelompok dalam menguasai materi dalam pembelajaran NHT juga dikemukakan oleh Ibrahim (2000:29) yaitu: Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Langkah 3. Diskusi Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

4 8 Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 5. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Langkah 6. Memberi Penghargaan Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim diatas mengarahkan kepada siswa untuk saling membantu dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran dan kerjasama dalam mengerjakan LKS. Namun, langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim menambahkan adanya persiapan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran dan LKS. Pemberian kesimpulan dan adanya penghargaan yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh. Dari beberapa pendapat diatas, dapat dilihat bahwa pembelajaran NHT menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan tahapan- tahapan diatas, peneliti memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan kelompok Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada di dalam kelas, setiap kelompok beranggotakan 3-4 siswa. 2. Penomoran anggota kelompok Siswa diberi nomor 1-4 sesuai dengan jumlah anggota kelompok. 3. Pembagian LKS Siswa menerima LKS. Di dalam LKS tersebut terdapat sejumlah pertanyaan yang diberikan oleh guru.

5 9 4. Menyimak materi dalam kelompok. Siswa menyimak materi yang diberikan oleh guru. Siswa harus benar-benar menyimak materi agar mereka menguasai dan memahami materi pelajaran. 5. Menjawab pertanyaan dengan berpikir bersama teman dalam kelompok untuk mengerjakan LKS dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya. 6. Menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor oleh guru. 7. Siswa dari kelompok lain yang bernomor sama memberikan tanggapan jawaban. 8. Menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor oleh guru begitu seterusnya sampai jawaban dalam LKS berakhir/selesai Hasil Belajar Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar siswa dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensinya melalui kegiatan belajar. Memahami pengertian hasil belajar secara garis besar harus bertitik tolak pada pengertian hasil belajar itu sendiri. Oleh karena itu para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda menurut pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda-beda itu dapat ditemukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan hasil belajar Sudjana (2011:22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Senada dengan pendapat Howart Kingsley dalam bukunya menurut Sudjana (2011:22) mengemukakan bahwa pengalaman belajar akan menghasilkan kemampuan yang dibedakan menjadi tiga macam hasil belajar yaitu (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Ketiga hasil belajar (kemampuan) itulah yang harus dimiliki oleh siswa. Hasil belajar ini dapat dilihat dari dua sisi sasaran yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999). Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

6 10 bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. bahwa: Senada dengan Bloom dalam Agus Suprijono (2010:6-7) mengemukakan Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Untuk mengukur hasil belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. 1. Tes Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugastugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

7 11 aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Menurut Ebster s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Senada dengan pendapat Ebster s Collegiate, Endang Poerwanti, dkk (2008:1-5) memberikan definisi tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sudjana (2008:35) memberikan definisi tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran, namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk mendapat jawaban dengan tujuan untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang Poerwanti (2008:4-9) yang termasuk dalam teknik tes yaitu: a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. 2. Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (respons) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki ramburambu penyelenggaraan tes yang baku. Oleh karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

8 12 3. Tes Unjuk Kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1. Tes Esei (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2. Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka. 3. Tes objektif Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). 2. Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008:3-19), yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires). 4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja) Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

9 13 5. Task Analysis (Analisis Tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6. Checklists dan Rating Scales Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. 8. Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. 9. Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Berdasarkan pada uraian di atas, hasil belajar diukur dengan kemampuan kognitif melalui tes formatif, kemampuan afektif melalui menyimak dan kerja kelompok sedangkan kemampuan psikomotorik melalui presentasi. Pengukuran menggunakan teknik tes dan non tes, sehingga penilaiannya terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, presentasi atau checklist dan rating scales. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau

10 14 pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Adapun kisi-kisi tersebut didalamnya meliputi: 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2. Indikator. 3. Proses berfikir (C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (evaluasi), C6 (kreasi)). 4. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi). 5. Bentuk instrumen. Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Naniek Sulistya Wardani, dkk (2010: 2.8) mengartikan bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

11 Mata Pelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006): 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3. Sistem Sosial dan Budaya. 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006): 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

12 16 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD mata pelajaran IPS yang ditujukan untuk siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

13 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Efi Andriyani pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga Semester II Tahun 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT sebesar 79,09 sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan model ceramah sebesar 66,66. Hasil analisis uji-t kelompok eksperimen 79,09 dan kelompok kontrol 66,66. T hitung sebesar 4,317 dan t tabel sebesar 2,021. Signifikansi 0,000 yang artinya 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Maka hipotesis yang berbunyi ada perbedaan pengaruh penggunaan model NHT terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga Semester II tahun ajaran 2010/2011 terbukti. Kelebihannya: perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah ditunjukkan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 12,43. Kelemahannya: hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes formatif saja (penilaian hasil) tidak disertai dengan penilaian proses (pada saat proses pembelajaran berlangsung) padahal guru juga harus memperhatikan proses siswa dalam belajar bukan hanya berdasarkan hasilnya saja. Penelitian yang dilakukan oleh Elvera Dwi Wijayanti pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan teknik Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi pengajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan mean hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) sebesar 82,07 sedangkan nilai rata-rata siswa yang diberi

14 18 strategi pembelajaran metode konvensional sebesar 70,39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian hipotesis menggunakan uji t diperoleh sig 0,000 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jadi penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode konvensional. Kelebihannya: Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 11,68. Kelemahannya: hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes formatif saja (penilaian hasil) tidak disertai dengan penilaian proses (pada saat proses pembelajaran berlangsung) padahal guru juga harus memperhatikan proses siswa dalam belajar bukan berdasarkan hasilnya saja. Penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra Novitasari pada tahun 2011 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan Lingkungan Kelas IV SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini nampak ada peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 65,6% sebelum siklus, meningkat menjadi 71,8% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2. Terjadi peningkatan rata-rata kelas dari 66,25% sebelum tindakan, meningkat menjadi 70,31 pada siklus 1 dan menjadi 82,18% pada siklus 2. Peningkatan skor minimal dari 40 pada sebelum siklus, menjadi 50 pada siklus 1, dan menjadi 70 pada siklus 2. Peningkatan skor maksimal dari 90 pada sebelum tindakan, tetap pada siklus 2 sebesar 100 dan menjadi 100 pada siklus 2. Kelebihan dari penelitian ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk penelitian tidak begitu lama, hanya dalam 2 siklus indikator pencapaian kompetensi dapat tercapai dibandingkan dengan PTK lainnya dengan ketuntasan 100% sedangkan untuk ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 34,4% dan peningkatan rata-rata kelas sebesar 15,93% dengan skor minimal dari 40 sebelum tindakan menjadi 70 pada siklus 2 dan skor maksimal 90 sebelum tindakan

15 19 menjadi 100 pada siklus 2. Pembelajaran menarik karena adanya pengaturan tempat duduk berbentuk U atau ankare sehingga memudahkan siswa berkomunikasi pada saat diskusi kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Putri Utami pada tahun 2011 yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas V SD. Program studi S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil perhitungan penelitian ini didapat signifikan 0,006 < 0,05 dan thitung sebesar 2,840 > ttabel 2,000. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika siswa kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) efektif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD. Kelebihannya: Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional ditunjukkan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 10,96. Kelemahannya: hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes formatif saja (penilaian hasil) tidak disertai dengan penilaian proses (pada saat proses pembelajaran berlangsung) padahal guru juga harus memperhatikan proses siswa dalam belajar bukan hanya berdasarkan hasilnya saja. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Nugroho Sandi Ananta pada tahun 2011 yang berjudul Penerapan Model Numbered Heads Together (NHT) Dalam pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pitrosari Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together

16 20 (NHT) ternyata dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri Pitrosari Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Hal ini ditunjukkan pada kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya diatas KKM terdapat 8 siswa (33%) dan yang belum tuntas atau dibawah KKM terdapat 16 siswa (67%). Siklus 1 menerapkan model NHT terjadi peningkatan signifikan yaitu terdapat 18 siswa yang nilainya diatas KKM (75%) dan 6 siswa (25%) yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 21 siswa (87%) yang nilainya sudah memenuhi KKM dan 3 siswa (13%) yang nilainya belum memenuhi KKM. Kelebihan dari penelitian ini adalah adalah hasil perbaikan pembelajaran dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Terbukti dari siklus 1 terdapat 18 siswa (75%) yang nilainya diatas KKM dan terdapat 6 siswa (25%) nilainya dibawah KKM kemudian siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 21 siswa (87%) yang nilainya sudah memenuhi KKM dan 3 siswa (13%) yang nilainya belum memenuhi KKM. Pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa ditunjukkan dengan meningkatnya keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah perbaikan pembelajaran selesai pada siklus 2 padahal masih ada 3 siswa (13%) yang nilainya belum memenuhi KKM. Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti diatas maka dengan menggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka pembelajaran NHT akan coba dieksperimenkan pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Pikir Dalam pembelajaran konvensional, untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensinya, guru selalu menyampaikan materi dengan ceramah. Pada pembelajaran ini, guru tidak melibatkan siswa sama sekali dalam proses pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan dan menyimak materi melalui ceramah dari guru. Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru hanya berdasarkan dari penjelasan guru sebelumnya. Siswa tidak mempunyai

17 21 kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat. Hal ini menjadikan kebiasaan siswa untuk diam dan pasif dalam merespon cermah dari guru. Siswa yang belajar dengan menggunakan metode ceramah, tidak mengalami pengalaman belajar sendiri dalam membentuk pengalaman baru dalam mendalami suatu materi pendidikan akibatnya hasil belajar siswa rendah (< KKM 90). Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penggunaan model pembelajaran NHT. Pembelajaran IPS di kelas IV dengan pokok bahasan koperasi dalam perekonomian Indonesia akan coba dieksperimenkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal dengan menggunakan langkah-langkah yaitu: membentuk 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang. Setelah terbentuk kelompok dilakukan penomoran anggota kelompok dari nomor 1-4 sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Langkah selanjutnya yaitu mengajukan pertanyaan dengan membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kemudian siswa menyimak materi pelajaran yang dibagikan oleh guru dalam kelompok. Setelah siswa menyimak materi pelajaran, siswa menjawab pertanyaan dengan berpikir bersama teman dalam kelompok untuk mengerjakan LKS dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya. Siswa menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor kemudian siswa dari kelompok lain yang bernomor sama memberikan tanggapan jawaban selanjutnya siswa mengerjakan tes formatif. Model pembelajaran NHT ini melibatkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui kerjasama dan saling ketergantungan satu sama lain. Pembelajaran NHT menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran dengan memberikan waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu antar anggota dalam satu kelompok sehingga siswa saling mendukung dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan

18 22 kemampuan bekerjasamanya. Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penilaian hasil melainkan juga menggunakan penilaian proses. Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, untuk mengukur penilaian proses dari menyimak, kerja kelompok, presentasi dan LKS. Penilaian hasil diperoleh dari skor tes formatif yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Dengan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran maka motivasi belajar siswa menjadi meningkat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar di kelas sehingga hasil belajar yang diharapkan adalah optimal ( KKM 90). Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

19 23 Pembelajaran IPS Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Metode Ceramah Pembelajaran NHT Guru menyampaikan materi dengan ceramah Pembentukan kelompok Penomoran anggota kelompok Siswa pasif hanya mendengarkan ceramah Pembagian LKS Penilaian hasil belajar Tes formatif Menyimak materi dalam kelompok Berpikir bersama teman (kerja kelompok) Hasil belajar rendah (< KKM 90) Presentasi (menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor) Tanggapan dari kelompok lain yang bernomor sama Tes formatif Penilaian proses Penilaian hasil Hasil belajar Hasil belajar ( KKM 90) Gambar 2.1 Hubungan antara metode ceramah dan model pembelajaran NHT

20 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ada efektivitas penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang SD hingga menengah. IPS mengkaji seperangkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Ada empat unsur utama dalam proses belajar-mengajar, yakni tujuanbahan-metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang mana dalam pembelajaran tersebut siswa belajar dan bekerja sama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran PKn di SD Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Menurut Mulyatiningsih (2011:227) menyatakan bahwa cooperative learning dilakukan dengan cara membagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin (1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika Definisi matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Hakikat Matematika Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengapresiasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Latar belakang pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS 4 SD NEGERI BLOTONGAN 01 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan fokus kegiatan pembelajaran (Diknas,2004:78). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakikat PKn Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Dyah Kartika Sari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS di SD Sapriya (2009: 19) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap

kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu mata pelajaran yang memerlukan perhatian khusus bagi siswa SD adalah mata pelajaran IPS. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS Di SD Latar Belakang Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sifatnya terpadu dari sejumlah mata pelajaran. Menurut menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum dilaksanakan penelitian, guru lebih banyak melakukan pembelajaran dengan menggunakan model konvesional yaitu ceramah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.matematika sebagai aktivitas manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran 2.1.1. Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar dan pembelajaran merupakan istilah yang erat kaitannya dalam proses pendidikan. Sedangkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk yang diperoleh dari adanya proses belajar. Ketika proses belajar itu dilakukan, maka pada akhir rangkaian proses tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme adalah suatu pendekatan belajar menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme adalah suatu pendekatan belajar menurut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme adalah suatu pendekatan belajar menurut teori belajar Piaget. Menurut Piaget manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya perbedaan karakteristik khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Empat pilar pendidikan secara universal adalah learning to do, learning to know, learning to be and learning to live together. Artinya peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Cooperative Learning Tipe Make A Match dan NHT 2.1.1. Pengertian Cooperative Learning Model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang memungkinkan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Istilah STM diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (Science- Technology-Society) yang pertama kali diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Pembelajaran (IPS) SD IPS lahir dari keinginan dari para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Kooperatif 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran koopertif Pembelajaran koopertif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pembelajaran IPS 1. Latar Belakang Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang ada dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Ayu Pipit Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Mills (dalam Suprijono, 2009:45) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Asmani (2010:63) mengatakan belajar adalah proses membangun makna atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas 4 SD Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Salvin, dalam Isjoni ( 2011:15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 NGLINDUK KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pada bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Konsep-konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD) dan berhubungan erat dengan masalah kehidupan dan lingkungan

Lebih terperinci