BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Pada saat ini peserta didik menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Untuk itu mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Mendasarkan tujuan IPS tersebut, maka belajar IPS tidak hanya menekankan pada pengetahuan yang paling rendah proses berpikirnya (cognitif 1), tetapi perlu ditingkatkan proses berfikirnya ke tingkat tinggi yakni analisis, evaluasi dan mencipta (C4,C5, dan C6), sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Manusia, tempat dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

2 Tujuan IPS akan dicapai melalui kompetensi peserta didik yang ditetapkan pada Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester. SK terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. KD merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Adapun SK dan KD IPS untuk kelas 5 pada semester 1 dijelaskan melalui tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 SK dan KD IPS Kelas 5 Semester 1 Standar Kompetensi Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia 1.2 Menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia Hasil Belajar Bloom (dalam Suprijono 2011:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, penilaian dan penciptaan. Senada dengan hal itu, menurut Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

3 perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru dapat menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa dapat menerimanya. Mendasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa karena perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketika siswa mengerjakan tes akan memperoleh skor sebagai hasil pengukuran dari aspek kognitif. Tes merupakan salah satu teknik dalam pengukuran hasil belajar, yang alat ukurnya atau instrumen berupa butir soal. Sedangkan untuk mengukur aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, teknik pengukurannya menggunakan teknik non tes dengan instrumen tanya jawab, diskusi, presentasi dan untuk mengukur aspek psikomotorik yang menunjukkan ketrampilan siswa, teknik pengukurannya berupa teknik non tes dengan instrumen observasi yang berupa rubrik ketrampilan bertanya dan rubrik ketrampilan menjawab. Pengukuran yang dilakukan di atas dimaksudkan untuk mengetahui besarnya skor hasil belajar siswa. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:47), pengukuran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Instrumen tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya potensi siswa. Teknik non tes berkaitan dengan kemampuan siswa pada aspek afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes. Menurut Poerwanti, Endang, (2008:3-19), teknik non tes dapat berupa:

4 1. Observasi Observasi terdiri dari observasi formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, dan observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires). 4. Work sample analysis (analisa sampel kerja) Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya. 5. Task analysis (analisis tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6. Attitude scale (likert scale or semantic differential) Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. 8. Komposisi dan presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. 9. Proyek individu dan kelompok

5 Kegiatan dalam proyek adalah mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan, yang pelaksanaannya dapat secara individu maupun kelompok Hasil dari pengukuran dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi sebagai proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu (Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:51)). Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Dengan demikian hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran tes dan non tes Model Pembelajaran Tipe Make A Match (MM) Model pembelajaran tipe MM menurut Lorna Curran (1994) adalah model pembelajaran untuk mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (dapat berupa soal atau jawaban), lalu secepatnya siswa tersebut mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran tipe MM akan riuh, tetapi sangat asyik dan menyenangkan. Senada dengan pendapat Loma Curran (1994), Hisyam Zaini dkk (2008: 32) menyatakan bahwa model pembelajaran MM adalah model pembelajaran yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya maupun materi yang baru diajarkan. Model pembelajaran MM adalah suatu tipe model pembelajaran konsep. Model pembelajaran ini mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85). Menurut Sugiyanto (2008) model dalam pembelajaran mencari pasangan (MM) merupakan salah satu contoh pembelajaran kooperatif metode struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan- kawan. Salah satu keunggulan model ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

6 dalam bentuk soal-jawab dengan suasana yang menyenangkan, dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh ahli mengenai model pembelajaran MM, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran MM merupakan model pembelajaran untuk mencari pasangan soal dan jawaban yang dipegang oleh siswa yang berbeda. Langkah langkah pembelajaran dengan model MM menurut Lorna Corran (1994) adalah: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu soal maka harus mencari pasangan yang memegang kartu jawaban soal secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa. 8. Kesimpulan/penutup. Menurut Suyatno (2009:121) langkah yang diterapkan dalam model pembelajaran MM adalah: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya

7 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/penutup Sugiyanto (2008:47) menyatakan langkah-langkah model pembelajaran MM sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik (tulisan atau gambar); 2) Setiap peserta didik mendapatkan satu kartu; 3) Setiap peserta didik mencari pasangannya masing-masing (sesuai dengan isi kartunya); 4) Peserta didik bergabung dengan pemegang kartu yang memiliki topik sama dengan dirinya (menjadi satu kelompok); 5) Setiap kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara bersama-sama; dan 6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dimuka kelas. Dari beberapa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe MM menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MM yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Menyiapkan beberapa kartu soal dan jawaban 2. Siswa mendapatkan satu buah kartu soal atau jawaban 3. Mencari pasangan soal dan jawaban yang sesuai 4. Mendapat poin 5. Demikian terus menerus 6. Membuat kesimpulan 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Rifka Isnaini pada tahun 2011 pada siswa kelas 5 di SDN Kidul Dalem 2 Malang dengan judul, Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Make A Match Di SDN Kidul Dalem 2 Malang, menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa kelas 5 SDN Kidul Dalem 2 Kota Malang rendah, hal ini nampak dari dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih bersifat pasif; guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan, sehingga siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari, menemukan sendiri pengetahuan atau sikap dalam pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran MM pada mata pelajaran IPS kelas 5 SDN Kidul Dalem 2 Kota Malang dengan materi menghargai

8 peranan para tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, siswa kelas 5 SDN Kidul Dalem 2 Malang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada tahap tindakan pada siklus I sebesar 61,1%; dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 100 %. Ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar siswa dari siklus I naik 38,9% ke siklus II. Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum tindakan adalah 13,7%, pada siklus I ada 48,3% dan siklus II ini mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu 100%. Ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa dari nilai awal ke siklus I naik 34,6% dan dari siklus I ke siklus II naik 51,7%. ( diakses 19 Juli 2011) Penelitian senada dilakukan oleh Maryuni dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Sejarah Masuknya Agama Di Indonesia Melalui Model Pembelajaran Mencari Pasangan Bagi Siswa Kelas 5 Semester 1 SDN 01 Cangakan Kecamatan Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar IPS melalui model pembelajaran mencari pasangan (MM) bagi siswa kelas 5 semester 1 SD Negeri 01 Cangakan Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010. PTK ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini siswa kelas 5 yang berjumlah 15 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, tes, dokumentasi, angket dan catatan dalam KBM. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebelum penelitian (tes awal) pemahaman siswa terhadap pelajaran IPS hanya 46,7% yaitu 7 siswa tuntas berarti terdapat 53,3% yaitu 8 anak yang belum tuntas, pada siklus I tentang pemahaman konsep menjadi 80% yaitu 12 siswa yang tuntas berarti meningkat sebesar 33,3% dan pada siklus II jumlah siswa tuntas menjadi 100% atau naik sebesar 20%. Peningkatan ini bukan hanya dari pemahaman konsep saja tetapi juga dari aspek keaktifan siswa, ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa yang mula-mula hanya 55,67%, pada siklus I menjadi 81,30% meningkat 25,6% dan pada siklus II menjadi 89,79 meningkat menjadi 8,49%. Faktor pendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran ini karena siswa sangat senang belajar sambil bermain, disamping itu alat dan bahan yang digunakan mudah diperoleh dan harganya relatif murah, proses

9 pembuatan sangat mudah. Faktor penghambat penerapan model pembelajaran ini adalah terbatasnya buku sumber materi sehingga siswa hanya mengandalkan buku paket yang dimiliki, namun jalan keluarnya dengan meringkas materi dari buku elektronik. Hasil penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran mencari pasangan (MM) dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa yang mula-mula hanya 55,67% pada siklus I menjadi 81,30% yaitu meningkat 25,63%; dan pada siklus II menjadi 89,79 % yaitu meningkat 8,49% dari siklus I. Penelitian lain dilakukan oleh Muharif berjudul Penerapan Model Cooperatif Learning Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas 5 Dalam Pembelajaran IPS di SDN 010 Gabung Makmur Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak tahun 2010, dengan tujuan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai aktivitas siswa untuk kerjasama (KRJ) pada pertemuan keempat siklus II terdapat 10 siswa yang mendapat sangat aktif, 11 siswa yang mendapat aktif, 2 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk keseriusan (KSR) pada pertemuan keempat siklus II terdapat 8 siswa yang mendapat sangat aktif, 12 siswa yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk ketepatan siswa (KTT) pada pertemuan keempat siklus II terdapat 9 siswa yang mendapat sangat aktif, 11 siswa yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk kemampunan bertanyan (KB) pada pertemuan keempat siklus II terdapat 8 siswa yang mendapat sangat aktif, 13 siswa yang mendapat aktif, 2 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang aktif. Nilai aktivitas siswa untuk aktivitas menulis (AM) pada pertemuan keempat siklus II terdapat 7 siswa yang mendapat sangat aktif, 13 siswa yang mendapat aktif, 3 siswa yang mendapat nilai cukup aktif dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang aktif. Sedangkan nilai tes siswa siklus I pertemuan pertama terdapat 11 siswa yang mendapat sangat baik, 8 siswa yang mendapat nilai baik, 4 siswa yang mendapat nilai cukup baik dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang baik. Pada siklus II terdapat 18 siswa yang mendapat sangat baik, 3 siswa yang mendapat baik, 2 siswa yang mendapat nilai cukup baik dan 0 siswa yang mendapat nilai kurang baik. Untuk nilai aktivitas guru pada

10 siklus II pertemuan keempat sebanyak 5 item (55,6%) pada posisi sangat sempurna dan 4 item (44,4%) pada posisi sempurna. ( mit/15 diakses Kamis, 21 Juli 2011) 2.3 Kerangka Pikir Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru harus dapat menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kenyataannya komunikasi dalam pembelajaran tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah. Siswa hanya menerima informasi saja tanpa adanya kegiatan praktek, sehingga membuat siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk. Siswa tidak memiliki kreatifitas, tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi aktif dalam KBM sehingga prestasi belajar yang dihasilkan rendah. Pada kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM sebesar 80, karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Kondisi seperti ini memerlukan suatu perbaikan, salah satu diantaranya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe MM. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe MM adalah: 1. Membagi beberapa kartu soal dan jawaban kepada siswa 2. Siswa mendapatkan satu buah kartu soal atau jawaban 3. Mencari pasangan soal dan jawaban yang sesuai 4. Mendapat poin 5. Demikian terus menerus 6. Membuat kesimpulan Penjelasan secara rinci disajikan melalui gambar 2.1. berikut ini:

11 KD1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia Pembelajaran konvensional Hasil Belajar KKM 80 Model pembelajaran Tipe Make a Match Pengukuran Mendapat satu kartu soal Mendapat satu kartu jawaban Mendapat kartu tidak memikirkan jawaban memikirkan soal Memikirkan tidak Mencari pasangan Mencari pasangan Mendapat pasangan Mendapat poin (skor) Skor Aktivitas Tes Formatif Hasil Belajar IPS KKM 80 Gambar 2.1 Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Tipe MM 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran tipe MM siswa kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 Pati semester 1 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang SD hingga menengah. IPS mengkaji seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga profesional diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan. Karena guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sifatnya terpadu dari sejumlah mata pelajaran. Menurut menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Hasil Belajar IPA 2.2.1 Hakekat Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses hasil belajar. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Zainal Aqib, 2002 : 79). Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS di SD Sapriya (2009: 19) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Program Paket A sampai Program Paket B. IPS mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar memiliki beberapa ciri khas, yang mengharuskan pembelajaran dengan pola kreatif dan komprehensif. Kreatif mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu persoalan yang sangat pelik. Meskipun demikian semua mengakui bahwa pendidikan sangatlah penting. Bahkan (Asri Budiningsih 2005:1) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Hakikat Matematika Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengapresiasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Ada empat unsur utama dalam proses belajar-mengajar, yakni tujuanbahan-metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Observasi Awal Sebelum peneliti melakukan tindakan di kelas, maka terlebih dahulu melakukan observasi awal terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kenconorejo 03 dan berjalan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran PKn di SD Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah keilmuan yang sangat dekat dengan mereka karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan. 2 prasarana, mutu dan biaya juga sebagai kemudahan lain dari guru yang perlu disediakan agar tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar, misalnya seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara Media Bina Ilmiah51 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (Make a Match) PADA POKOK BAHASAN GEJALA ALAM DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA TETANGGA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan bagian dari tingkat pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, pendidikan dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Di Indonesia, masalah pendidikan mulai mendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Empat pilar pendidikan secara universal adalah learning to do, learning to know, learning to be and learning to live together. Artinya peserta

Lebih terperinci

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE MAKE-A MATCH BERBANTUAN MEDIA KOMIK INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi pra siklus atau kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilaksanakan. PTK dilakukan di kelas 5 SD Negeri Ketitang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:114) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berguna sekali dalam kehidupan manusia. Bahkan tidak hanya penting bagi individu sendiri melainkan sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Data yang didapat sebelum melaksanakan penelitian, ditemukan permasalahan yang perlu diberikan solusi untuk

Lebih terperinci

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung 16 Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SEJARAH HINDU MENERAPKAN MODEL CTL PADA SISWA KELAS V SDN 1 PUNJUL KARANGREJO TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara perspektif member

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Prayitno (2009:37) menyatakan bahwa Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK SENYAWA TURUNAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan akan menciptakan manusia yang berkwalitas serta terjadi proses pendewasaan diri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan

Lebih terperinci

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X THP-1 SMK NEGERI 1 LIMBOTO. OLEH Nama : Nurdin Dunggio Nim

Lebih terperinci

SITI WARTINI, SMA NEGERI 2 CEPU, BLORA, JAWA TENGAH, INDONESIA SITI WARTINI. Publikasi PTK, Telp : ,

SITI WARTINI, SMA NEGERI 2 CEPU, BLORA, JAWA TENGAH, INDONESIA SITI WARTINI. Publikasi PTK, Telp : , SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektifitas Pembelajaran Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman, 1987 dan Iam Irfa i,

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Berikut ini penulis akan mengkaji pendapat para ahli sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal) Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, guru melakukan proses belajar mengajar dengan model konvensional

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG Dwi Wahyuning Tiyas 1, Suminah 2, Sutansi 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BARTER SOAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII-F SMPN 3 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE BARTER SOAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII-F SMPN 3 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN METODE BARTER SOAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII-F SMPN 3 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Insiyatun Guru SMPN 3 Ngunut ABSTRAK.Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:895). Tri Anni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan fokus kegiatan pembelajaran (Diknas,2004:78). Pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci