BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Pendapat yang mendukung tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Purwanto (2008) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Senada dengan itu, Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Hasil belajar yang diperoleh ketika tes evaluasi diberikan adalah skor perolehan siswa yang berupa aspek kognitif dengan menggunakan alat penilaian berupa butir soal. Aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat diperoleh melalui instrumen tanya jawab, diskusi, presentasi dan aspek psikomotorik yang 5

2 6 menunjukkan ketrampilan siswa dapat diketahui melalui ketrampilan bertanya, ketrampilan menjawab. Untuk mengetahui besarnya skor hasil belajar dilakukan pengukuran. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:47), pengukuran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Instrumen tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya potensi siswa. Teknik non tes berkaitan dengan kemampuan siswa pada aspek afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes. Menurut Poerwanti, Endang, (2008:3-19), teknik non tes dapat berupa:endang Poerwanti (2008: ) yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires). 4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

3 7 Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya. 5. Task Analysis (Analisis Tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6. Checklists dan Rating Scales Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ke tercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil dari pengukuran dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi sebagai proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu (Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:51)). Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal),

4 8 atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Dengan demikian hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran tes dan non tes pembelajaran IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMK. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (E. Mulyasa, 2007: 125). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Peserta didik di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Manusia, Tempat dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya

5 9 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) Kesimpulan dari beberapa tujuan IPS yaitu belajar IPS tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari- hari. Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi o leh guru. Dalam penelitian ini menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS di SD sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 5 Semester I STANDAR KOMPETENSI 1. Kemampuan mendeskripsikan kejayaan masa lalu, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. KOMPETENSI DASAR 1.1 Siswa mampu mendeskripsikan masa kejayaan dan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha (Sriwijaya dan Majapahit) dan Islam di Nusantara 1.2 Siswa mampu menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

6 Model Pembelajaran Picture and Picture Menurut Hamdani (2011:89) model picture and picture adalah model belajar yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Pendapat yang mendukung tentang model Pembelajaran kooperatif picture and picture dikemukakan Suprjiono ( 2009) adalah salah satu metode pembelajaran aktif yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan menjelaskan gambar. Menurut Syah (2006: 68) bahwa terkait dengan picture and picture sebagai model pengajaran guru, maka gambar-gambar yang dibuat direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu sebagai salah satu strategi yang digunakan guru. Strategi mengajar ini mencakup beberapa tahapan, seperti: 1) Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM. 2) Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan. 3) Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan model picture and picture turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam PBM (Djamarah, 2002; 137). Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.

7 11 Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software. Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut: 1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut :

8 12 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 2) Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu. 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambargambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. 5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa

9 13 dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik. 6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan. 7) Kesimpulan/rangkuman Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture: Kelebihan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis. 3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, 4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. 5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas Kekurangan: 1. Memakan banyak waktu 2. Banyak siswa yang pasif. 3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. 4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain 5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai Solusinya : 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa dengan seefesien mungkin.

10 14 2. Dengan berkelompok siswa akan senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain 3. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat mencegah kekacauan yang ada di kelas 4. Dengan bekerjasama menjadikan semua anak bisa aktif bukan pasif. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian oleh Ridwan Mahmud : 2011 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode Picture and Picture pada Siswa Kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Kecamatan NgaliyanKota Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata keterampilan guru pada siklus I 66,7% dengan kualifikasi baik, pada siklus II menjadi 74,1% dengan kualifikasi baik, dan pada siklus III menjadi 85,2% dengan kualifikasi sangat baik. Hasil rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 68% dengan kualifikasi baik, pada siklus II menjadi 73% dengan kualifikasi baik, dan pada siklus III menjadi 81% dengan kualifikasi baik. Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 68,44 dan ketuntasan belajar klasikal 65,6% dengan kualifikasi tinggi, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi 74,06 dan ketuntasan belajar klasikal 71,9% dengan kualifikasi tinggi, dan pada siklus III ratarata hasil belajar menjadi 78,75 dan ketuntasan belajar klasikal 81,26% dengan klasifikasi sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Saran yang bisa diberikan adalah metode picture and picture perlu diterapkan dan dikembangkan karena dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Ni matul Istiqomah : 2010 dengan judul Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Melalui Metode Kooperatif Teknik Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) metode kooperatif teknik picture and picture meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar rata-rata kognitif pre test pada siklus I sebesar 43,9% dan pada

11 15 post test sebesar 80,4%. Hasil belajar rata-rata kognitif pada pre test siklus II adalah sebesar 66,9% dan pada post test sebesar 86%. Hasil belajar afektif metode observasi pada siklus I sebesar 70,92% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,6%. Pada metode angket afektif siswa yang tuntas sebesar 48,6% dan pada siklus II siswa yang tuntas meningkat menjadi 89,1%. Pada hasil belajar psikomotor metode observasi hasil belajar siswa siklus I sebesar 77,4% dan meningkat menjadi 81,3% pada siklus II. Pada metode angket psikomotor, hasil belajar psikomotor siswa yang belum tuntas menunjukkan persentase sebesar 63,9% dan pada siklus II siswa yang tuntas menunjukkan hasil sebesar 91,7%. Penelitian Fatimah, 2013 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas V SDN 199/VII Pematag Kolim Kec. Pelawan Kab. Sarolangun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal aktivitas siswa mencapai 69%, hasil belajar siswa mencapai 64 %, dan persentase aktivitas guru dalam pener apan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picturemencapai 70 %, pada siklus II aktivitas siswa mencapai 73%, hasil belajar siswa mencapai 69 %, dan persentase aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture mencapai 80 %,sedangkan pada siklus III aktivitas siswa mencapai 80% dan hasil belajar siswa mecapai 85% yang mengalami kenaikan sebanyak 16%, persentase aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture mencapai 95 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran sains siswa Kelas V SDN 199/VII Pematag Kolim Kec. Pelawan Kab. Sarolangun. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil evaluasi pada tiap siklusnya Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. tetapi tidak semua siswa tuntas dalam pembelajaran, hal ini bukan berarti tidak berhasilnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture tetapi dikarenakan dari faktor siswanya sendiri yang kurang memperhatikan pada saat

12 16 pembelajaran berlangsung dan juga dalam suasana pembelajaran guru belum melibatkan siswa aktif secara langsung. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang telah diungkapkan di atas. Penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pada peningkatan Hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Picture and picture Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester I/ Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan melalui beberapa tindakan dan metode berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. 2.2 Kerangka Pikir Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru harus dapat menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kenyataannya komunikasi dalam proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah. Siswa hanya menerima informasi saja tanpa adanya kegiatan praktek, sehingga membuat siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk. Siswa tidak memiliki kreatifitas, tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi aktif dalam KBM sehingga prestasi belajar yang dihasilkan rendah.pada kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM <75 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Kondisi seperti ini memerlukan suatu perbaikan, salah satu diantaranya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PP. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe PP adalah: 1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

13 17 3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 7) Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Penjelasan secara rinci disajikan melalui gambar 2.1. berikut ini:

14 18 Pembelajaran IPS : KD 1.4 adalah Siswa dapat menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia Pembelajaran Konvensional Guru mendominasi PBM Menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif, ngantuk, melamun dan pembelajaran menjadi kurang efektif Penilaian Hasil Belajar Tes Formatif Sintaks pembelajaran dengan model picture and picture 1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu Hasil belajar rendah Pembelajaran IPS: KD 1.1 Siswa mampu mendeskripsikan masa kejayaan dan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha (Sriwijaya dan Majapahit) dan Islam di Nusantara 1.2 Siswa mampu mendeskripsikan keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/ atlas/globe dan media lainnya. 1.3 Siswa mampu menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Guru menjadi fasilitator Penilaian Proses Belajar Tes Formatif Penilaian Hasil Belajar Hasil belajar tinggi Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran IPS Melalui Picture and Picture

15 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran tipe picture and picture siswa kelas V SD Negeri Simbaturagung 01 Pati semester I tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam landasan teori ini diuraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut terdiri atas berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang SD hingga menengah. IPS mengkaji seperangkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran PKn di SD Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

Oleh : Rina Purwati SDN Giriharjo 1 Ngrambe Ngawi

Oleh : Rina Purwati SDN Giriharjo 1 Ngrambe Ngawi Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Jasa Dan Peran Tokoh Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Picture And Picture Pada Siswa Kelas V SDN Giriharjo 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA SD NEGERI 105300 SUKA MAKMUR Soyem Guru SD Negeri 105300 Sukamakmur Email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang dikembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori-teori yang dapat mendukung penelitian ini diantaranya adalah teori pembelajaran bahasa Inggris, hakikat belajar, model penelitian kooperatif tipe picture and

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SAINS DI KELAS V SDN NO. 106/I MUARA TEMBESI OLEH: MARLISA NIM :

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu model, strategi, metode, pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkat. Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkat. Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam suatu penelitian sangat penting adanya kajian teori, karena kajian teori sangat membantu dalam proses penelitian. Di mana teori ini digunakan peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam sekolah adalah Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan ditingkat pendidikan dasar dan tingkat menengah. Menurut kurikulum 2006 (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Berikut ini penulis akan mengkaji pendapat para ahli sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Picture and Picture Pada model pembelajaran picture and picture ini memiliki cirri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

Lebih terperinci

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung 16 Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SEJARAH HINDU MENERAPKAN MODEL CTL PADA SISWA KELAS V SDN 1 PUNJUL KARANGREJO TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne dalam Udin (2004:2.3), Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang." Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS Di SD Latar Belakang Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Ada empat unsur utama dalam proses belajar-mengajar, yakni tujuanbahan-metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pembelajaran IPS 1. Latar Belakang Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan investasi sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Apalagi sekarang sudah masuk pada era

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berguna sekali dalam kehidupan manusia. Bahkan tidak hanya penting bagi individu sendiri melainkan sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Zainal Aqib, 2002 : 79). Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN VIDEO PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

SETI YANINGSIH NIM : A

SETI YANINGSIH NIM : A PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 PAPAHAN KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR SEMESTER I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Prayitno (2009:37) menyatakan bahwa Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib (2014: 18) PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester II

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2 Latar Belakang Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum dilaksanakan penelitian, guru lebih banyak melakukan mengajar dengan menggunakan model konvesional yaitu ceramah. Model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BA B II KAJIAN PUSTAKA

BA B II KAJIAN PUSTAKA BA B II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Djamarah dan Zain (2006:10) belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Slameto (2010:2) mendefinisikan belajar adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE SUMARSIH SMP Negeri 1 Masaran/Program Magister Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN Budianto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... 19 PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia dikelas III SDN 1 Tolinggula Ulu Kabupaten Gorontalo Utara. Sebelum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia dikelas III SDN 1 Tolinggula Ulu Kabupaten Gorontalo Utara. Sebelum 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan kelas melalui pemberian tugas dengan menggunakan media gambar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO OLEH : Santi Gobel 1. Pembimbing I Dra. Elmia Umar, M.Pd 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

Wakijo Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Wakijo Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR MEDIA PEMBELAJARAN MAHAMAHASISWA SEMESTER IV PENDIDIKAN EKONOMI TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Wakijo Pendidikan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan, agar tujuan hidupnya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan, agar tujuan hidupnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak lahir ke dunia sudah mendapatkan pendidikan hingga ia masuk ke bangku sekolah. kata pendidikan sudah tidak asing lagi ditelinga, karena semua manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklussiklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses dalam rangka

Lebih terperinci