BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjadwalan Produksi Pada Proses Printing Body Pada latar belakang masalah, diidentifikasi bahwa selain pada proses component making, bottleneck juga terjadi pada proses printing body. Proses ini berjalan menggunakan sebuah mesin yang disebut mesin KBA. Mesin ini merupakan sebuah mesin otomatis sehingga setiap change over yang ada mengikuti sebuah angka standar yang berlaku sama bagi setiap change over yang sama. Misalnya, untuk waktu mengganti blanket mesin adalah sebesar 15 menit, dilakukan bila terjadi pergantian desain dan diberi simbol C6. Jenisjenis change over ini dapat dilihat pada bagian lampiran pada laporan ini. Untuk meningkatkan nilai DOT perusahaan, penjadwalan produksi pada proses printing body perlu dievaluasi apakah sudah maksimal atau masih terdapat ruang untuk diperbaiki. Dengan mengoptimalkan penjadwalan proses produksi, angka keterlambatan (tardy) dapat diminimalkan sehingga dapat membantu meningkatkan DOT perusahaan. Pada proses penjadwalan, digunakan metode heuristik sederhana dengan pertimbangan bahwa waktu proses independen dari urutan proses (Stevenson, 2009, hal. 746). Selain itu, metode metaheuristik seperti metode bee colony, menurut Chong, et al. (2006), tidak lepas dari solusi local optimum, maka untuk meningkatkan performa pencarian solusi perlu dilakukan modifikasi dengan menggunakan tabu list Data Permintaan Printing Body Saat ini perusahaan melakukan penjadwalan dengan metode Earliest Due Date (EDD) dengan kemungkinan adanya perubahan prioritas jika mendapatkan tambahan informasi dari subdivisi internal yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Penjadwalan dilakukan setiap minggu melalui rapat bersama antara subdivisi PPIC, printing, dan internal. Berdasarkan data pesanan pada bulan Maret, April, dan Mei 2014, penjadwalan dilakukan dengan menggunakan metode EDD untuk setiap minggunya (tabel data dapat dilihat di lampiran 8, 9, dan 10). Tabel 4.1 Perhitungan Mean Flow Time dan Tardiness Metode EDD Bulan Average Average Flow Total Total Percentage Tardiness Time (hour) Job Tardy Tardy (%) (hour) Maret % April % Mei % Dari hasil yang didapatkan melalui pengurutan pekerjaan menggunakan metode EDD seperti pada tabel di atas, rata-rata waktu penyelesaian untuk pekerjaan Bulan Maret adalah sebesar 342,96 jam. Demikian pula untuk Bulan 25

2 26 April sebesar 262,22 jam, dan Bulan Mei sebesar 225,91 jam. Dari data yang sama diketahui angka persentase keterlambatan proses printing body dengan rata-rata 61,42% pesanan akan mengalami keterlambatan penyelesaian proses print Penjadwalan Produksi Metode Shortest Processing Time (SPT) Perencanaan penjadwalan printing perlu dilakukan agar dapat mengurangi angka keterlambatan pengiriman. Sebagai perbandingan dilakukan penjadwalan produksi menggunakan metode Shortest Processing Time (SPT) agar dapat diperoleh urutan penjadwalan dengan flow time terendah. Berikut ini merupakan hasil perhitungan flow time dan tardiness jika menggunakan metode SPT di bulan Maret, April, dan Mei 2014 (tabel data dapat dilihat di lampiran 11, 12, dan 13). Tabel 4.2 Perhitungan Mean Flow Time dan Tardiness Metode SPT Bulan Average Average Flow Total Total Percentage Tardiness Time (hour) Job Tardy Tardy (%) (hour) Maret % April % Mei % Dengan menggunakan metode SPT, rata-rata waktu penyelesaian untuk pekerjaan Bulan Maret adalah sebesar 141,49 jam. Demikian pula untuk Bulan April sebesar 96,59 jam, dan Bulan Mei sebesar 95,78 jam. Dari data tersebut diketahui angka persentase keterlambatan proses printing body memiliki ratarata 31,96% pesanan akan mengalami keterlambatan penyelesaian proses print. Sementara proses penjadwalan usulan dengan menggunakan metode SPT memberi hasil terbaik Penjadwalan Produksi Metode First Come First Serve (FCFS) Penjadwalan ini dilakukan dengan mengurutkan pekerjaan berdasarkan waktu pesanan masuk. Pesanan yang datang lebih dahulu dari pihak internal akan diberi prioritas. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan flow time dan tardiness jika menggunakan metode FCFS (tabel data dapat dilihat di lampiran 14, 15, dan 16).

3 27 Tabel 4.3 Perhitungan Mean Flow Time dan Tardiness Metode FCFS Bulan Average Average Flow Total Total Percentage Tardiness Time (hour) Job Tardy Tardy (%) (hour) Maret % April % Mei % Dengan menggunakan metode FCFS, rata-rata waktu penyelesaian untuk pekerjaan Bulan Maret adalah sebesar 344,84 jam. Demikian pula untuk Bulan April sebesar 258,2 jam, dan Bulan Mei sebesar 227,68 jam. Dari data tersebut diketahui angka persentase keterlambatan proses printing body memiliki ratarata 69,49% pesanan akan mengalami penyelesaian proses print. Kenaikan angka persentase keterlambatan ini dapat terjadi karena metode ini mengutamakan proses yang memiliki waktu jatuh tempo terdekat sehingga proses yang jatuh tempo lebih jauh akan tertunda dan kemungkinan keterlambatan dapat mengalami peningkatan Penjadwalan Produksi Metode Critical Ratio (CR) Penjadwalan ini dilakukan dengan mengurutkan pekerjaan dengan nilai rasio terendah. Setelah itu, urutan kedua dan selanjutnya dilakukan dengan kembali menghitung nilai rasio dan memilih rasio terendah. Berikut ini merupakan hasil perhitungan flow time dan tardiness jika menggunakan metode CR di bulan Maret 2014 (tabel data dapat dilihat di lampiran 17, 18, dan 19). Tabel 4.4 Perhitungan Mean Flow Time dan Tardiness Metode CR Bulan Average Average Flow Total Total Percentage Tardiness Time (hour) Job Tardy Tardy (%) (hour) Maret % April % Mei % Dengan menggunakan metode CR, rata-rata tingkat keterlambatan mencapai 98,84%. Metode CR berusaha menyeimbangkan antara metode SPT yang hanya memperhatikan waktu proses dan metode EDD yang hanya memperhatikan waktu jatuh tempo. Namun karena mendahulukan proses dengan waktu proses terbesar, maka waktu pesanan berikutnya dimulai semakin jauh dan dapat meningkatkan kemungkinan keterlambatan.

4 Perbandingan Metode FCFS, SPT, EDD dan CR Setelah melakukan penjadwalan berdasarkan metode sequencing First come first serve, shortest processing time, earliest due date dan critical ratio, maka dilakukan perbandingan atas setiap tolok ukur yang dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.5 Perbandingan Rata-rata Waktu Pengerjaan Tiap Metode EDD FCFS SPT CR Average Average Average Average FT (hr) FT (hr) FT (hr) FT (hr) Maret April Mei Tabel di atas menunjukkan besar perubahan yang didapatkan jika mengaplikasikan metode usulan. Angka negatif (latar belakang hijau) menunjukkan terjadinya pengurangan dari proses terdahulu. Semakin kecil angka (semakin besar angka negatif) menunjukkan proses yang lebih baik. Besarnya rata-rata waktu pengerjaan merupakan besarnya jumlah total keseluruhan waktu dari mulai pengerjaan pesanan ke-1 hingga selesai pengerjaan pesanan ke-n dibagi dengan jumlah pesanan (n). Semakin kecil angka yang dihasilkan berarti semakin cepat rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan mengurangi flow time, perusahaan memperoleh keuntungan jika penghematan waktu ini dapat digunakan untuk proses produksi, baik itu menambah pekerjaan dan output, atau memanfaatkan resource untuk kegiatan added value seperti contohnya training operator, maintenance mesin, dan sebagainya. Tabel 4.6 Perbandingan Rata-rata Keterlambatan Tiap Metode EDD FCFS SPT CR Average Average Average Average Tardy Tardy Tardy (hr) Tardy (hr) (hr) (hr) Maret April Mei Rata-rata keterlambatan menunjukkan lamanya waktu rata-rata dari setiap keterlambatan yang terjadi hingga selesai pengerjaan proses. Dengan melakukan penjadwalan pekerjaan, diharapkan waktu keterlambatan pekerjaan yang ada dapat diminimalkan. Angka yang semakin kecil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan efisiensi penggunaan waktu dari waktu kerja yang tersedia sehingga mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat. Dengan kata

5 lain, semakin kecil angka keterlambatan berarti kemampuan bagian printing body menepati janji terhadap proses selanjutnya semakin besar. Dari tabel di atas terdapat dua metode usulan yang sama-sama mengurangi angka rata-rata keterlambatan dengan perbedaan kecil. Menggunakan metode usulan SPT, dengan rata-rata kecepatan cetak 33 lembar/menit, berarti dapat terjadi peningkatan produksi sebesar lembar pada Bulan Maret, lembar pada Bulan April, dan lembar pada Bulan Mei. Dengan memperkecil angka waktu keterlambatan, perusahaan dapat memenuhi janji produksi atau dengan kata lain mengurangi tingkat kegagalan delivery on time. 29 Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Keterlambatan Tiap Metode EDD FCFS SPT CR Percentage Percentage Percentage Percentage Tardy (%) Tardy (%) Tardy (%) Tardy (%) Maret 66.87% 78.92% 12.05% 32.53% % 99.40% 32.53% April 46.95% 50.00% 3.05% 29.27% % 99.39% 52.44% Mei 70.45% 79.55% 9.09% 34.09% % 97.73% 27.27% Dari tabel di atas terlihat bahwa metode usulan SPT memberi frekuensi keterlambatan terendah. Metode SPT tidak hanya mengurangi waktu keterlambatan namun juga mengurangi frekuensi keterlambatan. Dengan mengurangi frekuensi keterlambatan pada proses printing body berarti semakin sedikit jumlah jenis pekerjaan yang juga akan mengalami keterlambatan. Sehingga pada akhirnya akan mengurangi jumlah dari varian produk yang mengalami keterlambatan pengiriman. Atas dasar itulah metode CR tidak dianjurkan untuk dipilih karena meski dapat mengurangi rata-rata waktu keterlambatan, namun metode CR dapat menambah jenis varian produk pesanan yang akan mengalami keterlambatan pengiriman. Dari seluruh data di atas, dilihat bahwa metode penjadwalan yang memberikan nilai flow time, frekuensi dan waktu tardiness terendah berturutturut adalah dengan menggunakan metode SPT. Oleh karena itu, sistem penjadwalan yang disarankan untuk selanjutnya adalah dengan menggunakan metode SPT. Perusahaan dapat memanfaatkan aplikasi Microsoft Excel untuk melakukan pengurutan penjadwalan pekerjaan. Dengan menggunakan Visual Basic for Application yang terdapat pada Microsoft Excel, sebuah form dibuat untuk membantu operator mengisi data yang diperlukan. Form lalu secara otomatis melakukan pengurutan yang dibutuhkan dan langsung memberikan hasil perhitungan total flow time, average flow time, total tardiness, average tardiness, total jobs, tardiness dan persentase tardy kepada operator (cara penggunaan Macro dapat dilihat pada lampiran 24).

6 30 Gambar 4.1 Contoh Fungsi Filter pada Microsoft Excel

7 4.2 Analisis Breakdown Mesin CM3 Pembuatan kaleng aerosol terbagi menjadi 3 bagian yaitu body, cone dan dome. Pengamatan dilakukan kepada unit mesin CM 3 di mana terdapat 4 mesin yang beroperasi selama 24 jam untuk memproduksi cone dan dome. Ke-4 mesin tersebut adalah Aer-52, Aer-65, Golden Eagle dan Shin-Sung. Grafik berikut menunjukkan persentase frekuensi breakdown (data pada Lampiran 21) pada setiap mesin yang didapat dari laporan harian produksi CM3: 31 Gambar 4.2 Persentase Breakdown Mesin CM3 Berdasarkan Frekuensi dan Waktu Perbaikan Maret Mei 2014 Persentase ini didapat berdasarkan perhitungan pembobotan dari frekuensi breakdown mesin CM3 dan rata-rata waktu yang diperlukan dalam melakukan perbaikan (Time to Repair). Tabel 4.8 Perhitungan Bobot Breakdown Mesin CM3 Mesin Rata-rata Bobot Frekuensi Frekuensi TTR TTR x Bobot Persentase Aer % Aer % Golden Eagle % Shin-Sung %

8 32 Dari Tabel 4.1, diketahui bahwa rata-rata waktu perbaikan tertinggi ada pada mesin Aer-52. Oleh karena itu, bobot waktu perbaikan mesin Aer-52 adalah 1. Bobot mesin lainnya didapat dengan membagi rata-rata waktu perbaikan mesin tersebut dengan rata-rata waktu perbaikan mesin Aer-52. Sebagai contoh, bobot waktu perbaikan Golden Eagle adalah / = Bobot yang didapat kemudian dikalikan dengan frekuensi kejadian untuk kemudian hasilnya dipersentasekan berdasarkan total keseluruhan nilai. Berdasarkan data tersebut diketahui frekuensi breakdown terbesar terdapat pada mesin Golden Eagle dan Shin-Sung, kemudian diikuti dengan Aer-65 dan Aer-52. Pembahasan kemudian difokuskan kepada 2 mesin yang memiliki frekuensi terbesar yaitu Golden Eagle dan Shin-Sung Komponen Kritis Breakdown Mesin CM3 Pada dasarnya mesin Golden Eagle dan Shin-Sung memiliki komponenkomponen mesin yang sama, namun terdapat bagian dengan fungsi yang berbeda. Seperti misalnya pada mesin Shin-Sung karena produk akhirnya berupa cone, maka di bagian yang disebut sebagai proses Transfer Press bahan tersebut akan dibuat lubang pada bagian tengahnya oleh cutter. Sedangkan pada mesin Golden Eagle yang produk akhirnya berupa dome, pada proses Transfer Press pada bahan tidak dibuat lubang melainkan hanya dilengkungkan dan cutter berfungsi untuk memotong pinggiran-pinggiran bahan sehingga berbentuk bulat. Terkecuali juga untuk mesin Golden Eagle terdapat satu komponen mesin yang tidak terdapat pada mesin Shin-Sung yaitu komponen bearing yang dipakai untuk bagian curling. Pengambilan data breakdown komponen beserta wawancara langsung dengan operator dilakukan untuk mencari tahu komponen apa saja yang sering mengalami masalah. Setelah data terkumpul, untuk mencari komponen kritis mesin dilakukan dengan teknik pembobotan. Komponen-komponen mesin diberi bobot berdasarkan nilai rata-rata waktu kerusakannya, di mana komponen dengan waktu kerusakan tertinggi mendapat bobot penuh yaitu 1. Hasil yang didapat kemudian diberi peringkat berdasarkan hasil perkalian frekuensi dengan bobot tersebut. Komponen kritis kemudian didapat dengan menggunakan diagram Pareto terhadap komponen dengan peringkat-peringkat tersebut. Pada mesin Golden Eagle, komponen-komponen yang mengalami kerusakan adalah cutter, vacuum, knockout, per, bearing, drawing, stroke, pusher dan curling. Sedangkan pada mesin Shin-Sung, komponen-komponen yang mengalami kerusakan adalah cutter, drawing, stroke, per, vacuum, knockout, pusher, baut dan curling. Gambar berikut merupakan hasil perhitungan bobot dan disajikan dalam bentuk diagram Pareto untuk mengetahui komponen kritis mesin Golden Eagle dan Shin-Sung. Perlu diketahui, semua jenis kerusakan mesin dianggap sama dikarenakan apabila kerusakan terjadi sama-sama menyebabkan produksi terhenti akibat mesin yang otomatis mati. Semua data kerusakan komponen Golden Eagle ada pada Lampiran 22. Frekuensi, perhitungan bobot, serta diagram Pareto kerusakan komponen untuk mesin Golden Eagle adalah sebagai berikut.

9 33 Tabel 4.9 Frekuensi dan Rata-rata Waktu Perbaikan Komponen Golden Eagle Komponen Frekuensi Peringkat Rata-Rata Waktu Waktu Perbaikan (menit) Perbaikan Cutter Vacuum Knockout Per Bearing Drawing Stroke Pusher Curling Tabel 4.10 Perhitungan Bobot Komponen Golden Eagle Komponen Bobot waktu perbaikan Frekuensi x Bobot Persentase Cutter % Vacuum % Knockout % Per % Bearing % Drawing % Stroke % Pusher % Curling % Dari Tabel 4.9, diketahui bahwa rata-rata waktu perbaikan tertinggi ada pada komponen curling. Oleh karena itu, bobot waktu perbaikan curling adalah 1. Bobot komponen lain didapat dengan membagi rata-rata waktu perbaikan komponen tersebut dengan rata-rata waktu perbaikan curling. Sebagai contoh, bobot waktu perbaikan cutter adalah / = 0.96, seperti yang terlihat pada Tabel 4.10.

10 34 Gambar 4.3 Diagram Pareto Komponen Penyebab Breakdown Mesin Golden Eagle Seperti yang dapat terlihat pada diagram Pareto di atas, maka komponen kritis dari mesin Golden Eagle adalah: 1. Cutter 2. Vacuum 3. Knockout 4. Per 5. Bearing Pada mesin Shin-Sung, frekuensi, perhitungan bobot, serta diagram Pareto kerusakan komponen adalah sebagai berikut. Semua data kerusakan komponen Shin-Sung ada pada Lampiran 23. Tabel 4.11 Frekuensi dan Rata-rata Waktu Perbaikan Komponen Shin-Sung Komponen Frekuensi Peringkat Rata-Rata Waktu Waktu Perbaikan (menit) Perbaikan Cutter Drawing Stroke Per Vacuum Knockout Pusher Baut Curling

11 35 Tabel 4.12 Perhitungan Bobot Komponen Shin-Sung Komponen Bobot waktu perbaikan Frekuensi x Bobot Persentase Cutter % Drawing % Stroke % Per % Vacuum % Knockout % Pusher % Baut % Curling % Gambar 4.4 Diagram Pareto Komponen Penyebab Breakdown Mesin Shin- Sung Seperti yang dapat terlihat pada diagram Pareto di atas, maka komponen kritis dari mesin Shin-Sung adalah: 1. Cutter 2. Drawing 3. Stroke 4. Per 5. Vacuum Penentuan Goodness of Fit dan Parameter Distribusi Setelah mengetahui kategori dan komponen mana saja yang dianggap sebagai komponen kritis, hal selanjutnya adalah menghitung nilai TTR dan TBF dari komponen-komponen tersebut. Nilai TTR didapat dari perhitungan selang waktu yang dihabiskan untuk memperbaiki komponen hingga komponen tersebut dapat beroperasi kembali. Sedangkan untuk nilai TBF

12 36 didapat dari perhitungan selang waktu saat komponen telah selesai diperbaiki hingga komponen tersebut rusak kembali. Dengan diketahuinya nilai TTR dan TBF dari masing-masing komponen pada setiap mesin, objektif berikutnya adalah menghitung nilai Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time To Repair (MTTR). Untuk mengetahui kedua perhitungan ini, sebelumnya perlu diketahui parameter distribusi apakah yang paling cocok dengan sebaran nilai TTR dan TBF dari komponen-komponen mesin. Software Minitab digunakan untuk mengetahui sebaran dari nilai TTR dan TBF setiap komponen beserta nilai parameter dari setiap sebaran tersebut. Dengan Confidence Level sebesar 95% (α = 0.05), sebaran yang dipilih adalah sebaran yang memiliki nilai P-Value tertinggi dan lebih besar dari nilai α. Nilai Confidence Level sebesar 95% digunakan karena semua data breakdown merupakan data primer yang diambil langsung dari lapangan, sehingga kepercayaan bahwa data yang dikumpulkan dapat merepresentasikan kondisi aktual yang terjadi di lapangan cukup besar. Tabel 4.13 Hasil Rekapitulasi Sebaran TTR Mesin Komponen Sebaran P-Value Golden Eagle Cutter Lognormal Golden Eagle Vacuum Lognormal Golden Eagle Knockout Lognormal Golden Eagle Per Lognormal Golden Eagle Bearing Lognormal Shin-Sung Cutter Weibull > Shin-Sung Drawing Weibull Shin-Sung Stroke Weibull > Shin-Sung Per Weibull Shin-Sung Vacuum Eksponensial Tabel 4.14 Parameter Sebaran TTR Mesin Komponen Sebaran Parameter α β µ Golden Eagle Cutter Lognormal Golden Eagle Vacuum Lognormal Golden Eagle Knockout Lognormal Golden Eagle Per Lognormal Golden Eagle Bearing Lognormal Shin-Sung Cutter Weibull Shin-Sung Drawing Weibull Shin-Sung Stroke Weibull Shin-Sung Per Weibull Shin-Sung Vacuum Eksponensial

13 37 Tabel 4.15 Hasil Rekapitulasi Sebaran TBF Mesin Komponen Sebaran P-Value Golden Eagle Cutter Lognormal 0.67 Golden Eagle Vacuum Lognormal Golden Eagle Knockout Weibull > Golden Eagle Per Weibull > Golden Eagle Bearing Weibull Shin-Sung Cutter Lognormal Shin-Sung Drawing Lognormal Shin-Sung Stroke Lognormal Shin-Sung Per Lognormal Shin-Sung Vacuum Lognormal Tabel 4.16 Parameter Sebaran TBF Mesin Komponen Sebaran Parameter α β µ Golden Eagle Cutter Lognormal Golden Eagle Vacuum Lognormal Golden Eagle Knockout Weibull Golden Eagle Per Weibull Golden Eagle Bearing Weibull Shin-Sung Cutter Lognormal Shin-Sung Drawing Lognormal Shin-Sung Stroke Lognormal Shin-Sung Per Lognormal Shin-Sung Vacuum Lognormal

14 38 Gambar 4.5 Contoh Hasil Perhitungan tes Goodness of Fit Data TTR Mesin Golden Eagle Komponen Per Menggunakan Minitab Contoh penentuan parameter distribusi berdasarkan bantuan tes Goodness of Fit dapat dilihat pada Gambar 4.5. Pada gambar tersebut, berdasarkan perhitungan dan grafik yang terlihat nilai P-Value tertinggi ternyata diperoleh dari distribusi Lognormal, yaitu sebesar 0.923, maka untuk komponen Per pada mesin Golden Eagle parameter distribusi yang dapat digunakan untuk mencari nilai MTTR adalah mengikuti distribusi Lognormal Perhitungan Nilai MTBF dan MTTR Setelah masing-masing parameter distribusi diketahui, selanjutnya dapat dihitung nilai dari MTBF dan MTTR. Tabel 4.17 Hasil Perhitungan MTTR Mesin Komponen Distribusi TTR MTTR (menit) Golden Eagle Cutter Lognormal Golden Eagle Vacuum Lognormal Golden Eagle Knockout Lognormal Golden Eagle Per Lognormal Golden Eagle Bearing Lognormal Shin-Sung Cutter Weibull Shin-Sung Drawing Weibull Shin-Sung Stroke Weibull Shin-Sung Per Weibull Shin-Sung Vacuum Eksponensial 49.06

15 39 Tabel 4.18 Hasil Perhitungan MTBF Mesin Komponen Distribusi TBF MTBF MTBF (menit) (jam) Golden Eagle Cutter Lognormal Golden Eagle Vacuum Lognormal Golden Eagle Knockout Weibull Golden Eagle Per Weibull Golden Eagle Bearing Weibull Shin-Sung Cutter Lognormal Shin-Sung Drawing Lognormal Shin-Sung Stroke Lognormal Shin-Sung Per Lognormal Shin-Sung Vacuum Lognormal Contoh perhitungan untuk mesin Shin-Sung pada komponen Vacuum dengan TTR mengikuti sebaran Eksponensial (µ = ) dan TBF mengikuti sebaran Lognormal (α =1.047; µ = 7.731) adalah sebagai berikut. MTTR menit MTBF menit jam

16 Perhitungan Age Replacement Berikut adalah hasil rekapitulasi penghitungan nilai age replacement (t p ) yang paling optimal untuk seluruh jenis komponen. Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Optimal Age Replacement Mesin Komponen T f = MTTR (menit) T p (menit) t p (jam) Golden Eagle Cutter Golden Eagle Vacuum Golden Eagle Knockout Golden Eagle Per Golden Eagle Bearing Shin-Sung Cutter Shin-Sung Drawing Shin-Sung Stroke Shin-Sung Per Shin-Sung Vacuum Nilai t p didapat melalui perhitungan nilai total downtime komponen D(t p ) di mana nilai t p yang dipilih adalah nilai t p yang menghasilkan nilai D(t p ) terendah. Sebagai contoh, untuk perhitungan age replacement pada mesin Golden Eagle komponen Bearing adalah sebagai berikut. Distribusi TTR: Lognormal (α = σ = 0.360; µ = 3.325) Distribusi TBF: Weibull (α = ; β = 1.972) T f = MTTR = menit T p = 25 menit MTBF = menit Apabila t p = 30 jam = 1800 menit, maka F(t p ) R(t p ) M(t p )

17 41 D(t p ) Nilai t p yang menghasilkan nilai D(t p ) paling optimal didapat menggunakan fitur Solver yang terdapat pada Microsoft Excel, di mana Solver dikonfigurasikan untuk mencari nilai D(t p ) minimum dengan mengganti nilai t p. Gambar 4.6 Tampilan Fitur Solver pada Microsoft Excel untuk Mendapatkan Nilai D(t p ) Terendah Dari hasil perhitungan ini, didapatkan nilai D(t p ) terendah =, yang berada pada saat t p = 30 jam.

18 42 Gambar 4.7 Hasil Perhitungan D(t p )Terendah Menggunakan Fitur Solver pada Microsoft Excel Tingkat availability komponen mesin A(t p ) pada saat preventive maintenance dilakukan adalah sebagai berikut. Tabel 4.20 Tingkat Availability Setiap Komponen Mesin Mesin Komponen D(t p ) A(t p ) = 1 - D(t p ) Golden Eagle Cutter Golden Eagle Vacuum Golden Eagle Knockout Golden Eagle Per Golden Eagle Bearing Shin-Sung Cutter Shin-Sung Drawing Shin-Sung Stroke Shin-Sung Per Shin-Sung Vacuum Perbandingan Tingkat Reliabilitas Sebelum dan Sesudah Dilakukan Preventive Maintenance Berikut adalah hasil perhitungan tingkat reliabilitas sebelum dilakukannya Preventive Maintenance R(t) dan perubahannya apabila Preventive Maintenance tersebut dilakukan RM(t).

19 43 Tabel 4.21 Perbandingan Reliabilitas Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Preventive Maintenance Mesin Komponen R(t) R M (t) Peningkatan Golden Eagle Cutter 31.86% 36.53% 4.67% Golden Eagle Vacuum 34.88% 47.88% 13.00% Golden Eagle Knockout 41.15% 49.84% 8.69% Golden Eagle Per 43.48% 55.67% 12.19% Golden Eagle Bearing 45.45% 63.66% 18.21% Shin-Sung Cutter 34.95% 47.25% 12.30% Shin-Sung Drawing 33.24% 41.20% 7.96% Shin-Sung Stroke 33.74% 68.64% 34.89% Shin-Sung Per 32.67% 65.07% 32.40% Shin-Sung Vacuum 30.02% 86.71% 56.69% Dengan adanya Preventive Maintenance, rata-rata mesin mengalami peningkatan reliabilitas sebesar 20.10%. Peningkatan tertinggi terlihat pada komponen Vacuum pada mesin Shin-Sung. Pada komponen tersebut, terlihat bahwa apabila tingkat reliabilitas komponen naik sebesar 56.69%. Sebagai contoh, cara penghitungan komponen tersebut adalah sebagai berikut. Distribusi TTR: Eksponensial (µ = 3.325) Distribusi TBF: Lognormal (α = σ = 0.360; µ = 3.325) t = MTTR = menit T = 10 jam = 600 menit n = 6 kali Dengan TBF mengikuti distribusi Lognormal, maka R(t) R(t - nt) R(T) n R M (t)

20 44 Peningkatan R(t) 30.02% Gantt Chart Interval Waktu Perawatan Komponen Mesin Dari hasil perhitungan age replacement yang diperoleh, dibuatlah Gantt chart yang menunjukkan interval waktu kapan saja pergantian komponen setiap harinya dapat dilakukan. Gantt chart ini memuat jadwal harian yang dibagi lagi ke dalam jam untuk setiap komponen sehingga lebih memudahkan dalam melihat jadwal pengecekan. Contoh dari Gantt chart tersebut dapat dilihat pada Gambar Implementasi Implementasi dari hasil perhitungan Age Replacement diberlakukan dengan membuat sistem penggunaan check sheet yang diberikan kepada operator yang menjalankan setiap mesin. Check sheet dibuat untuk masingmasing komponen dan berisi informasi yang menunjukkan kapan komponen tersebut perlu diganti/dilakukan pemeliharaan dalam bentuk seperti Gantt Chart yang dibagi per jam, selama 31 hari ke depan. Apabila jam pada tanggal tertentu dihitamkan, artinya pada jam tersebut pemeliharaan tidak perlu dilakukan, sebaliknya apabila tidak, artinya perlu dilakukan pemeliharaan komponen pada jam tersebut. Operator lalu memberikan tanda cek pada kotak untuk jam dan tanggal tersebut apabila pemeliharaan telah selesai dilaksanakan. Check sheet ini dapat digunakan dengan mudah karena data akan diberikan dalam bentuk template dengan format Microsoft Excel. Pengguna yang ingin mencetak check sheet ini hanya perlu memasukkan nama mesin, nama komponen, tanggal serta jam pemeliharaan terakhir dilakukan. Setelah itu, template akan secara otomatis membuat jadwal pemeliharaan untuk hari dan tanggal selanjutnya berdasarkan input dari pengguna tersebut. Template juga akan mempertimbangkan jam operasional pabrik beserta hari libur yang ada sehingga waktu pemeliharaan tidak akan jatuh pada waktu-waktu tersebut. Contoh dari template ini dapat dilihat pada Gambar 4.9.

21 Gambar 4.8 Contoh Gantt Chart Interval Waktu Penjadwalan Perawatan Komponen Untuk Bulan Juli

22 46 Gambar 4.9 Contoh Tampilan Template Check Sheet Jadwal Pemeliharaan Komponen Mesin

23 Analisis Ergonomi Pada Template Check Sheet Pemeliharaan Mesin CM3 dan Interface dari Form Scheduling Printing Landasan Analisis Ergonomi Pada Tampilan Antarmuka Template dan Program Dalam mendesain program, aspek-aspek ergonomi diperlukan agar program yang dirancang dapat semakin meningkatkan produktivitas operator. Desain program harus sesuai dengan pengguna (user) serta kebutuhan perusahaan. Latar belakang operator yang mengoperasikan program ini adalah lulusan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Teknik Menengah yang sudah terbiasa mengoperasikan program-program dasar komputer seperti Microsoft Excel. Oleh karena itu, program yang dibuat untuk dioperasikan menggunakan dasar Microsoft Excel yang kemudian dimaksimalkan fungsi-fungsinya Analisis Ergonomi Pada Interface Form Scheduling Printing Berdasarkan Nilai Fungsi Gambar 4.10 Desain Form Pengisian Data Scheduling Printing Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah form adalah mengetahui dengan jelas fungsi dari form yang akan dirancang. Hal ini dilakukan agar form yang dirancang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan ambiguitas. Pertimbangan-pertimbangan yang diperhitungkan dalam merancang form adalah objek-objek apa saja yang dibutuhkan dalam form, informasi apa yang ingin dilihat dalam form, dan tombol fungsi apa yang perlu dimasukkan ke dalam form untuk membantu proses. Setelah desain form dirancang, analisis terhadap prototype dilakukan menggunakan bantuan pemetaan berdasarkan Command Language Grammar.

24 48 Tabel 4.22 Framework Perancangan Form Berdasarkan Command Language Grammar Tingkat Pemetaan Analisis Conceptual Level Form usulan yang dirancang telah sesuai dengan sistem penjadwalan saat ini. Nama label dalam form disesuaikan dengan istilah yang saat ini digunakan sehingga operator tidak perlu mengalami kesulitan dalam mengisi kotak dialog, dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan pengisian form dikarenakan perbedaan persepsi. Instruksi pengisian form juga telah dirancang untuk membantu operator menggunakan form. (Lihat lampiran 24) Sematic Level Objek-objek pada form usulan dirancang dengan bantuan aplikasi Visual Basic for Application yang terintegrasi pada Microsoft Excel. Objek yang digunakan meliputi text box, label, dan button. Objekobjek ini sudah lumrah digunakan oleh kebanyakan orang seperti dalam pengisian formulir elektronik lainnya. Syntactic Level Pada tingkatan ini, terdapat peraturan yang mengatur objek-objek dalam melakukan sebuah tugas yang diperintahkan pengguna. Misalnya setelah mengisi data pada form, terdapat bagian yang belum diisi sehingga sistem akan menampilkan jendela dialog alert untuk mengingatkan ada bagian yang belum diisi. Lexical Level Tingkatan ini menyangkut bagaimana objek-objek yang ada dan peraturan yang ada dijelaskan kepada pengguna. Hal ini kurang lebih berkaitan dengan panduan penggunaan yang dapat dilihat pada Lampiran 24. Physical Device Menggunakan perangkat fisik yang lumrah digunakan Level oleh karyawan. Sistem ini membutuhkan seperangkat komputer, lengkap dengan mouse dan keyboard di mana informasi-informasi yang dibutuhkan akan tampil pada layar display. Seperti yang dapat dilihat pada gambar form, terdapat beberapa fungsi yang digunakan untuk pengisian form. Berikut adalah penjelasan masingmasing kegunaan dari fungsi tersebut:

25 49 Tombol Show in Excel: Tombol ini digunakan untuk menunjukkan hasil perhitungan (mean flow time, tardiness, dan sebagainya) dalam bentuk sheet Excel. Hal ini membantu agar hasil perhitungan dapat dicetak dalam bentuk fisik dan tidak hanya ditampilkan dalam program. Seperti yang dapat dilihat dalam gambar, fitur Back to Data Entry berfungsi untuk memunculkan kembali kotak dialog form pengisian data scheduling printing. Gambar 4.11 Tampilan Scheduling Summary dalam Excel Tombol Delete: Tombol ini berfungsi untuk menghapus satu baris data. Saat menekan tombol ini maka akan muncul kotak dialog yang akan mengonfirmasi apakah operator benar-benar ingin menghapus data tersebut, agar tidak terjadi kesalahan penghapusan. Gambar 4.12 Contoh Pengoperasian Tombol Delete

26 50 Tombol First: tombol ini digunakan untuk langsung menunjukkan data paling awal. Tombol Previous: tombol ini digunakan untuk melihat data sebelumnya. Tombol Next: tombol ini digunakan untuk melihat data selanjutnya, atau untuk menambahkan data baru. Dapat diakses dengan langsung menekan Enter pada keyboard tanpa harus menggunakan mouse. Tombol Last: tombol ini digunakan untuk langsung menunjukkan data paling akhir. Status Bar: berada pada pojok kiri form yang pada saat form pertama kali dibuka memiliki tulisan Ready, berfungsi untuk memberitahukan apakah data yang diisi sudah tepat, apakah ada data yang belum diisi, dan data mana yang tidak diisi dengan benar Analisis Form Berdasarkan Tampilan Rancangan form yang ergonomis tidak hanya berdasarkan fungsinya, tetapi juga berdasarkan tampilan form. Variabel-variabel yang dipertimbangkan dalam mendesain tampilan form adalah sebagai berikut. Tabel 4.23 Analisis Tampilan Form Scheduling Printing Variabel Analisis Jenis tulisan Jenis tulisan yang digunakan adalah Calibri yang termasuk dalam golongan tulisan sans serif. Jenis tulisan ini dipilih karena sifat tulisan yang sederhana dengan tidak banyak lekukan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan legibility (kecepatan otak mengenali huruf dan mempersepsikannya) dan readability (kemudahan membaca teks dan memahaminya). Warna Warna yang digunakan adalah warna dasar putih dengan tulisan hitam dikarenakan otak lebih mudah untuk membaca tulisan gelap dengan latar warna terang. Form tidak menggunakan campuran warna lain, dikarenakan form yang digunakan berukuran kecil dan semua informasi yang ditampilkan memiliki tingkat kepentingan yang sama sehingga tidak perlu mendapat highlight. Ukuran tulisan Ukuran tulisan menggunakan ukuran 10px, untuk menjaga form tetap kecil sehingga meminimalkan pergerakan bola mata, dan menjaga tulisan cukup besar agar mudah dibaca.

27 51 Tabel 4.20 Analisis Tampilan Form Scheduling Printing (lanjutan) Variabel Analisis Layout Pada gambar tampilan form dapat dilihat bahwa layout form terbagi menjadi dua bagian, yaitu pada sisi kiri menunjukkan hasil perhitungan dan pada sisi kanan menampilkan kotak dialog untuk menginput data. Pendesainan ini dilakukan dengan pertimbangan operator memiliki dominan tangan kanan, sehingga kotak dialog dan tombol juga diletakkan di sebelah kanan. Adapun alasan hasil perhitungan diletakkan di sisi kiri dan bukan di sisi bawah, adalah karena layout layar komputer yang melebar sehingga form juga dibuat melebar dan tidak memanjang untuk mengurangi pergerakan mata Analisis Ergonomi Tampilan Template Check Sheet Pemeliharaan Mesin CM3 Tampilan template cocok digunakan untuk pengguna, karena pengguna ingin membuat check sheet yang dapat langsung digunakan oleh operator di lapangan. Pada saat dibuka, Template langsung menampilkan check sheet yang, setelah diberikan input dengan data-data yang diperlukan oleh pengguna, dapat langsung dicetak dan diberikan kepada operator mesin terkait. Gambar 4.13 Tampilan Template Pada Saat Dibuka Pengguna template mendapatkan penjelasan pada saat pengisian data dalam bentuk tooltip yang membantu pengguna mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan.

28 52 Gambar 4.14 Contoh Tampilan Tooltip Pada Saat Pengguna Mengisi Data Pada tampilan pengaturan-pengaturan yang ada, penjelasan dalam bentuk tooltip ini juga digunakan dan cukup intuitif dalam memberitahukan apa yang perlu dilakukan pengguna selanjutnya. Gambar 4.15 Contoh Tampilan Tooltip Pada Pengaturan Jam Operasional Template akan menampilkan pesan error apabila terjadi kesalahan yang mungkin menyebabkan pembuatan check sheet tidak dapat dilakukan. Pada Gambar 4.16, terlihat pesan kesalahan yang muncul apabila nama mesin yang dimasukkan pengguna tidak terdaftar, misalnya karena kesalahan pengetikan. Pesan error yang ditampilkan diberi warna merah dan terdapat tulisan error dengan huruf kapital untuk menarik perhatian pengguna agar segera menyelesaikan masalah yang menyebabkan terjadinya error tersebut.

29 53 Gambar 4.16 Contoh Tampilan Error Pada Pengaturan Jam Operasional Karena template ini tidak hanya ditujukan oleh pengguna yang akan mencetak check sheet, tetapi juga kepada operator lapangan yang akan menggunakan check sheet yang dihasilkan tersebut, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dimengerti oleh kedua jenis pengguna ini. Terdapat dua jenis fitur bantuan untuk template ini. Pertama adalah fitur bantuan yang muncul pada saat template digunakan oleh pengguna (dalam hal ini tooltip yang muncul saat pengisian data), sedangkan yang kedua adalah panduan penggunaan template ini (lihat Lampiran 25). Semua fitur bantuan ini dibuat dengan bahasa yang sesimpel mungkin namun memberikan penjelasan kepada penggunanya.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Preventive Maintenance

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Preventive Maintenance BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Maintenance merupakan aktivitas perawatan atau pemeliharaan mesin dengan tujuan agar mesin tetap berada pada kondisi operasi yang baik. Aktivitas ini merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang minimal harus dipenuhi sehingga sistem dapat berjalan dengan baik.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang minimal harus dipenuhi sehingga sistem dapat berjalan dengan baik. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Tahap implementasi sistem ini merupakan suatu tahap penerapan dari anaslisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Adapun kebutuhan dari sistem

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan perancangan aplikasi yang akan dibuat agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. pihak perusahaan PT. Muliapack Intisempurna. Pengumpulan data ini

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. pihak perusahaan PT. Muliapack Intisempurna. Pengumpulan data ini 98 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data secara langsung dan secara tidak langsung. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. produksi yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. produksi yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Aplikasi optimasi penjadwalan produksi merupakan media untuk membantu CV Azaria dalam membuat penjadwalan produksi, sehingga proses produksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah 67 3.1 Penelitian Pendahuluan Sebagai langkah awal penelitian, maka dilakukan penelitian pendahuluan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 62 63 3.2 Observasi Lapangan Observasi

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA

ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA TUGAS AKHIR Oleh Aryo Suyudi 1000876833 Ericknes 1000877911 Yosua Christhoper Alexander Rumawas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai penerapan sistem Preventive Maintenance di departemen 440/441 men summer shoes pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI)

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Mulyono: PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA... 9 PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Julius Mulyono ), Dini Endah Setyo Rahaju

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR Yugowati Praharsi 1, Iphov Kumala Sriwana 2, Dewi Maya Sari 3 Abstract: PT. Artha Prima Sukses Makmur memiliki lima mesin

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengumpulan Data Kerusakan Mesin Dalam penelitian ini, penulis meneliti kerusakan pada mesin kempa yang merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Dalam merancang dan membangun pembuatan aplikasi perhitungan penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini ada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Tahap implementasi sistem ini merupakan suatu tahap penerapan dari analisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Adapun kebutuhan dari sistem

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Sesuai dengan siklus hidup pengembangan sistem, tahap selanjutnya merupakan tahap implementasi yang merupakan lanjutan dari analisa dan perancangan

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH START Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Perumusan Masalah Pengumpulan Data Pengolahan Data A Taguchi Identifikasi faktorfaktor yang berpengaruh Penentuan

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 60 A Perhitungan Interval Waktu Kerusakan (TTF) dan Downtime (TTR) Perhitungan Index of Fit Data TTF dan TTR Pemilihan Distribusi Data TTF dan TTR Uji Kesesuaian Distribusi Data Kerusakan Tidak Distribusi

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Teknologi menjadi elemen penting dalam persaingan industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

SKRIPSI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGINTEGRASIKAN PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS DI PT X )

SKRIPSI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGINTEGRASIKAN PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS DI PT X ) 1 SKRIPSI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGINTEGRASIKAN PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS DI PT X ) Disusun oleh : STEPHANNUS FERRY WIBISONO (5303005019) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak. BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak. 3.1 ANALISA SISTEM Analisa aplikasi ini meliputi 3 (tiga)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian mengenai preventive maintenance mesin pada PTPTN XIII menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Lini Produksi Kritis Pada pengolahan data tahap ini dilakukan perbandingan total kerusakan yang terjadi pada ketiga lini produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan. Diagram alir dibawah ini menunjukkan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No A Surabaya ini

BAB I PENDAHULUAN Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No A Surabaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CV Tidar Jaya adalah sebuah perusahaan jasa yang berdiri pada tahun 1989. Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No. 136-138 A Surabaya ini bergerak pada bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Observasi Lingkungan Produksi Studi Literatur Identifikasi Masalah Pengumpulan Data (dalam satu periode produksi) Menentukan Waktu Proses Tiap Pesanan Penjadwalan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Baja Anugrah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur/industri yaitu memproduksi pipa dan plat sesuai dengan pesanan pelanggan (job order). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI DENGAN PENJADWALAN MAINTENANCE (STUDI KASUS PT. XYZ)

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI DENGAN PENJADWALAN MAINTENANCE (STUDI KASUS PT. XYZ) USULAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI DENGAN PENJADWALAN MAINTENANCE (STUDI KASUS PT. XYZ) Trifenaus Prabu Hidayat; Felix Eddy Sutoto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Agronesia INKABA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mempoduksi produk terknik berbahan baku karet. Sistem produksi di perusahaan ini adalah mass production dan job

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Data Perbaikan Mesin Salah satu data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data penggantian komponen mesin. Data kerusakan ini diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan harus bisa melakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 32 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitiaan fokus pada penentuan interval pemeliharaan mesin Oven Botol di PT.Pharos Indonesia. 3.2 Langkah-langkah Penelitian Langkah Langkah-langkah

Lebih terperinci

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. RPM Extruder, Speed Cartepillar, Suhu Air, dan Pressure merupakan faktor - faktor

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat lunak ini dibagi menjadi dua, yakni kebutuhan hardware dan kebutuhan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat lunak ini dibagi menjadi dua, yakni kebutuhan hardware dan kebutuhan 74 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Fase implementasi sistem merupakan fase untuk mengeksekusi perangkat lunak yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Kebutuhan sistem ini

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah dan Penjelasannya Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT. ADINA MULTI WAHANA

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT. ADINA MULTI WAHANA PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT. ADINA MULTI WAHANA TUGAS AKHIR Oleh EDI STEVEN 1000837113 HARRY CHRISTIAN 1000868030 TEDY SUMANTO 1000856831 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun penjelasan yang lebih lengkap dari tiap langkah adalah sebagaiberikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun penjelasan yang lebih lengkap dari tiap langkah adalah sebagaiberikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah terdiri dari empat langkah yaitu : latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta studiliteratur.

Lebih terperinci

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING Sutandani Suriono, Bernardus Bandriyana, Tri Pudjadi Binus University, Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan / Palmerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RELIABILITYENGINEERING DALAM PERENCANAAN PERAWATAN MESIN DI PERUSAHAAN PRODUKSI AIR MINUM

PENERAPAN METODE RELIABILITYENGINEERING DALAM PERENCANAAN PERAWATAN MESIN DI PERUSAHAAN PRODUKSI AIR MINUM PENERAPAN METODE RELIABILITYENGINEERING DALAM PERENCANAAN PERAWATAN MESIN DI PERUSAHAAN PRODUKSI AIR MINUM Khawarita Siregar, Ukurta Tarigan, dan Syahrul Fauzi Siregar Departemen Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2004/2005 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Penjadwalan Proses Pencetakan Produk dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, dunia industri di Indonesia terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global, terutama persaingan dalam hal menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan, dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PENGAKUAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan industri yang sangat ketat pada saat ini menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah satu keinginan customer mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Yogyakarta 15 September 2012 SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP Eko Nursubiyantoro dan Triwiyanto Program studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT.

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X Jupri Aldi 1, Yohanes 2, Yuhelson 3 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut Gambar 3.1: Gambar 3.1 Diagram Alir 11 12 Gambar 3.2 Diagram Alir (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap implementasi sistem merupakan tahap yang bertujuan untuk merubah hasil analisis dan perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pembahasan yang kami lakukan pada kerja praktek di PT. Malayandi Tour & Travel hanya mengenai karyawan tetap saja.

BAB III PEMBAHASAN. Pembahasan yang kami lakukan pada kerja praktek di PT. Malayandi Tour & Travel hanya mengenai karyawan tetap saja. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem adalah proses penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya yang bertujuan untuk mengidentifkasi dan mengevaluasi

Lebih terperinci

Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0

Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 1 Implementasi Bagian ini menjelaskan kebutuhan pengguna untuk membuat Aplikasi Surat Keluar Masuk Studi Kasus Biro Kerjasama Dan Kemahasiswaan Bagian ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA. Wahyudi Susanto

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA. Wahyudi Susanto UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2008/2009 IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA Wahyudi

Lebih terperinci

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan *

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan * OPTIMASI JADWAL PEMELIHARAAN SCREW PRESS PEMERAS DAGING BUAH KELAPA SAWIT DENGAN METODE TIME BASED MAINTENANCE (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan) Nelson Manurung 1* 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Di bawah ini merupakan urutan dari pada tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis : Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 95 96 Uji Kesesuaian

Lebih terperinci