BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Preventive Maintenance

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Preventive Maintenance"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Maintenance merupakan aktivitas perawatan atau pemeliharaan mesin dengan tujuan agar mesin tetap berada pada kondisi operasi yang baik. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang sangat esensial dilakukan pada setiap perusahaan manufaktur karena hal tersebut akan berdampak kepada kegiatan produksi secara langsung. Mesin pada sebuah pabrik manufaktur biasanya beroperasi selama 24 jam sehingga tingkat kemungkinan terjadinya kerusakan cukup rawan terjadi. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tindakan perawatan seperti apa yang akan diterapkan, dengan tujuan menjaga performa mesin agar tetap dapat bekerja secara maksimal dan meminimalisir kerugian yang terjadi akibat terjadinya kerusakan mesin. Beberapa tujuan dari diadakannya kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin adalah: Mencegah terjadinya gangguan atau hambatan pada kegiatan produksi. Tidak menambah biaya produksi. Mempertahankan kualitas tinggi pada produk. Menghindari terjadinya keterlambatan Delivery On Time. Ketika breakdown terjadi, terdapat beberapa konsekuensi yang dihadapi, di antaranya yaitu: Kapasitas produksi berkurang dan terjadinya penundaan produksi. Tidak ada output namun biaya overhead tetap berjalan sehingga menambah biaya produksi per unitnya. Terdapat masalah pada kualitas, adanya output yang rusak. Masalah keamanan, pekerja ataupun customer dapat terluka (Stevenson, 2009, hal ) Preventive Maintenance Maintenance dibagi menjadi 2 tipe yaitu preventive maintenance dan breakdown maintenance. Preventive maintenance meliputi melakukan kegiatan inspeksi dan perawatan secara rutin untuk menjaga mesin dalam kondisi yang baik. Kegiatan-kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari potensi-potensi kerusakan yang akan terjadi dan melakukan perawatan atau perbaikan untuk mencegah kerusakan besar benar-benar terjadi pada mesin. Kegiatan ini tidak hanya untuk menjaga mesin untuk tetap beroperasi dengan lancar namun juga meliputi bagaimana merancang sistem teknis dan juga manusia yang baik sehingga dapat menjaga proses tetap berlangsung secara produktif dan dalam batas toleransi. Kebalikan dari proses perawatan tipe ini adalah breakdown maintenance, di mana tindakan perbaikan baru dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan dan memerlukan tindakan perbaikan secepatnya dan didasarkan atas tingkat kedaruratan atau tingkat prioritasnya (Heizer & Render, 2001, hal. 704). Tujuan dari preventive maintenance adalah mengurangi terjadinya breakdown pada mesin sehingga biaya tambahan yang terjadi akibat breakdown tersebut dapat dihindari. Biaya ini dapat meliputi biaya yang timbul dari kurangnya output yang diproduksi, pekerja yang menganggur, 7

2 8 keterhambatan pada jadwal produksi, cidera, kerusakan pada alat mesin dan biaya perbaikan. Preventive maintenance bersifat periodik dan penjadwalan perawatannya dapat dibuat berdasarkan rekaman historis dan analisis dari data teknis untuk memprediksi kemungkinan kapan komponen dari mesin tersebut akan mengalami kerusakan. Dengan adanya data rekaman historis yang baik maka prediksi penjadwalan preventive maintenance ini akan semakin baik. Informasi yang diperlukan dalam rekaman data historis tersebut di antaranya adalah data tanggal instalasi mesin, jam operasi mesin dan juga tanggal dan tipe perbaikan (Stevenson, 2009, hal ) Definisi Matematis dari Distribusi Breakdown Ada berbagai definisi matematis dan juga sebaran yang digunakan berbagai studi pemeliharaan dan kerusakan (Dhillon, 2006, hal ): 1. Fungsi Distribusi Kumulatif (Cumulative Distribution Function) Secara umum, fungsi distribusi kumulatif dapat dinyatakan sebagai berikut: di mana t adalah waktu, f(y) adalah fungsi kepadatan probabilitas, dan F(t) adalah fungsi distribusi kumulatif. 2. Fungsi Kepadatan Probabilitas (Probability Density Function) Berdasarkan fungsi distribusi kumulatif di atas, maka 3. Fungsi Reliabilitas (Reliability Function) Fungsi ini didefinisikan sebagai di mana f(y) adalah fungsi kepadatan kegagalan (failure density function) dan R(t) adalah fungsi reliabilitas. 4. Nilai Ekspektasi (Expected Value) Pada variabel kontinu, nilai ekspektasi didefinisikan sebagai di mana E(t) merupakan nilai ekspektasi atau mean dari variabel t. 5. Jenis-Jenis Distribusi a. Distribusi Eksponensial Distribusi ini sering digunakan sebagai distribusi probabilitas untuk kerusakan dan pemeliharaan, karena mudah digunakan dalam

3 berbagai jenis analisis dan karena adanya tingkat kerusakan yang konstan pada berbagai peralatan, terutama pada perangkat elektronik. Fungsi kepadatan probabilitas untuk distribusi eksponensial didefinisikan sebagai 9 di mana t adalah waktu, f(t) adalah fungsi kepadatan probabilitas, dan λ adalah parameter distribusi, yang diketahui sebagai konstanta tingkat kerusakan. Dengan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa nilai fungsi distribusi kumulatif untuk distribusi eksponensial adalah b. Distribusi Weibull Distribusi ini pertama kali dikembangkan oleh W. Weibull pada awal tahun Fungsi kepadatan probabilitas untuk distribusi ini adalah di mana α adalah parameter skala (scale parameter) dan β adalah parameter bentuk (shape parameter) Fungsi distribusi kumulatif untuk distribusi Weibull adalah Oleh karena itu, distribusi eksponensial sebenarnya merupakan distribusi Weibull dengan nilai β = 1. c. Distribusi Normal Distribusi ini adalah distribusi yang paling sering digunakan dan juga dikenal sebagai distribusi Gauss yang namanya diambil dari Carl Friedrich Gauss. Fungsi kepadatan probabilitas distribusi normal adalah di mana µ adalah mean dan σ adalah standar deviasi.

4 10 Berdasarkan persamaan di atas, maka fungsi distribusi kumulatif untuk distribusi normal adalah d. Distribusi Lognormal Distribusi ini cukup berguna untuk merepresentasikan distribusi untuk waktu perbaikan peralatan yang rusak. Fungsi kepadatan probabilitas untuk distribusi lognormal adalah di mana α dan µ adalah parameter distribusi. Dari persamaan tersebut, didapatkan bahwa fungsi distribusi kumulatif untuk distribusi lognormal adalah Penentuan Distribusi dan Parameternya Dalam memilih distribusi yang digunakan, dapat digunakan fitur Individual Distribution Identification yang ada pada software Minitab (Minitab Inc., 2014). Secara umum, fitur ini dapat digunakan untuk menentukan apakah distribusi yang diduga sebelumnya masih valid untuk data terbaru, menentukan distribusi yang tepat apabila belum diketahui sebelumnya, serta mentransformasi data sehingga mengikuti distribusi normal. Suatu distribusi dapat dikatakan cocok apabila titik data pada distribusi tersebut cukup mengikuti garis lurus dan nilai P-Value lebih besar dari nilai α yang digunakan (Minitab Inc., 2014). Apabila terdapat lebih dari satu jenis distribusi yang memenuhi syarat tersebut, gunakan distribusi yang memiliki nilai P-Value terbesar. Selain itu, fitur ini juga menghasilkan nilai parameter dari seluruh distribusi yang diuji.

5 11 Sumber: Dokumentasi Penyusun Gambar 2.1 Contoh Hasil Output Fitur Individual Distribution Identification menggunakan Minitab Nilai α ditentukan dari nilai Confidence Interval (CI) yang digunakan. Menurut Hayter (2012, hal. 333), Confidence Interval adalah sebuah interval yang memiliki sekumpulan nilai yang mungkin ada pada sebuah parameter. Biasanya, Confidence Interval diasosiasikan dengan tingkat kepercayaan (Confidence Level), yang ditulis sebagai 1 α, dan menunjukkan kepercayaan yang dimiliki peneliti bahwa parameter µ betul-betul berada dalam nilai CI yang digunakan. Nilai α yang digunakan adalah nilai yang dapat memberikan interval kepercayaan terbesar dalam jangka waktu tertentu. Artinya, semakin rendah nilai α, maka semakin tinggi kepercayaan peneliti dalam menggunakan parameter yang dihasilkan dari interval tersebut (Walpole, Myers, Myers, & Ye, 2007, hal. 273). Tingkat kepercayaan sebesar 90%, 95%, dan 99% adalah nilai yang paling sering digunakan, di mana masing-masing memiliki nilai α sebesar 0.10, 0.05, dan 0.01 (Hayter, 2012, hal. 333) Penentuan Mean Time Between Failure (MTBF) dan Mean Time To Repair (MTTR) Penentuan nilai MTBF dan MTTR mengikuti nilai mean dari distribusi kerusakan atau distribusi perbaikan yang ada. Oleh karena itu, nilai MTBF (atau MTTR) dapat dihitung menggunakan persamaan (Dhillon, 2006, hal. 27): atau di mana MTBF adalah Mean Time Between Failure, MTTR adalah Mean Time To Repair, f(t) adalah fungsi kepadatan probabilitas dari distribusi yang digunakan, dan R(t) adalah fungsi reliabilitas dari distribusi tersebut Penentuan Waktu Penggantian Kerusakan Optimal Untuk Meminimalisir Downtime Setelah fungsi kepadatan probabilitas, MTBF dan MTTR telah didefinisikan, waktu penggantian kerusakan optimal (optimal age replacement)

6 12 untuk meminimalisir downtime dapat dilakukan untuk setiap komponen (Firmansyah, Siregar, & Sinaga, 2013). Tujuan pemodelan untuk menentukan replacement age yang paling optimal adalah untuk menentukan optimal age t p, di mana preventive replacement perlu dilakukan sehingga total downtime setiap unit D(t p ) dapat diminimalisir (Jardine & Tsang, 2013, hal. 59). Min D(t p ) = total ekspektasi downtime setiap siklus /ekspektasi panjang siklus Apabila T f adalah mean downtime yang diperlukan untuk melakukan failure replacement dan T p adalah mean downtime yang diperlukan untuk melakukan age replacement, maka: dan sehingga Total ekspektasi downtime setiap siklus = Ekspektasi panjang siklus = di mana Tingkat availability mesin ketika age replacement dilakukan A(t p ) didefinisikan sebagai berikut Perbandingan Tingkat Reliabilitas Mesin Sebelum dan Setelah Preventive Maintenance Dilakukan Apabila R(t) adalah reliabilitas tanpa perawatan dan R M (t) adalah reliabilitas ketika perawatan dilakukan, dan Preventive Maintenance dilakukan pada interval T, karena R M (t) adalah peluang bahwa mesin tidak rusak sebelum waktu t, maka tingkat reliabilitas ketika perawatan dilakukan adalah seperti berikut (Veerarajan, 2002, hal. 574). dan

7 Setelah melakukan perawatan pertama pada waktu T, komponen mesin akan menjadi kembali seperti baru. Sehingga jika T t 2T, maka dan = P{mesin tidak rusak hingga waktu T dan dapat bertahan selama (t T) tanpa mengalami kerusakan} 13 Tingkat reliabilitas komponen mesin setelah mendapatkan dua kali perawatan memiliki persamaan sehingga secara umum, didapatkan persamaan R M (t) adalah sebagai berikut: dengan n adalah banyaknya perawatan yang telah dilakukan Check sheet Menurut Carpinetti (2012) dan Silva dkk. (2013) seperti yang dikutip oleh Broday & Andrade (2013) untuk membantu dalam pengembangan perbaikan yang berkelanjutan, alat-alat kualitas dibutuhkan, dan salah satunya adalah penggunaan check sheet. Check sheet merupakan alat yang sangat mudah digunakan, yang bertujuan untuk mengolah suatu set data untuk memudahkan pemrosesan lebih lanjut. Check sheet merupakan salah satu dari 7 alat yang digunakan dalam metode pemecahan masalah dalam usaha pengendalian kualitas berdasarkan asas teori Six Sigma. Check sheet digunakan untuk mengumpulkan data dan dibuat dengan rancangan berupa daftar dari suatu hal dan indikator seberapa sering hal pada daftar tersebut terjadi. Dalam bentuk sederhananya, check sheet adalah alat untuk membuat pengumpulan data menjadi lebih mudah dengan cara menyediakan daftar deskripsi dari kejadian-kejadian yang kemungkinan besar akan terjadi yang telah ditulis sebelumnya. Check sheet dapat juga berfungsi sebagai pengingat yang dapat mengarahkan perhatian dari pengumpul data kepada hal yang berkepentingan atau menjadi perhatian, yang juga dapat disebut sebagai confirmation check sheet. Check sheet yang terancang dengan baik dapat menjawab pertanyaan awal yang dikemukakan oleh penelitinya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya juga termasuk apakah hal tertentu telah dilaksanakan, seberapa sering suatu permasalahan terjadi dan apakah semua inspeksi telah dilaksanakan (Pyzdek, 2001, hal. 274). 2.2 Penjadwalan Penjadwalan mengacu kepada penugasan awal dan waktu penyelesaiannya terhadap pekerjaan, manusia, atau peralatan tertentu (Evans & Collier, 2007, hal. 589). Penjadwalan merupakan aspek yang penting dalam setiap industri, baik industri yang bergerak di bidang manufaktur maupun

8 14 industri yang bergerak di bidang jasa. Dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, perusahaan dapat berhadapan dengan berbagai permasalahan penjadwalan, di antaranya adalah (Nahmias, 2009, hal. 419): 1. Job shop scheduling, merupakan satu rangkaian aktivitas di lantai produksi yang mengubah input (sejumlah permintaan pelanggan) menjadi sebuah output (produk yang memenuhi permintaan tersebut). 2. Personnel scheduling, merupakan permasalahan yang kerap dihadapi di dunia industri manufaktur maupun jasa, yang berkaitan dengan pengaturan sumber daya manusia. 3. Facilities scheduling, merupakan permasalahan yang muncul ketika sebuah fasilitas menjadi bottleneck dalam sebuah proses. 4. Vehicle shceduling, merupakan permasalahan yang muncul ketika perusahaan dihadapkan dengan kebutuhan untuk mendistribusikan produk mereka dengan tetap memperhatikan efisiensi biaya dan pemanfaatan waktu. 5. Vendor scheduling, untuk perusahaan yang mengusahakan sistem Justin-time, menjadwalkan vendor merupakan permasalahan logistik yang penting. Pembelian yang dilakukan harus dikoordinasikan dengan baik bersama dengan penjadwalan produksi keseluruhan produk, untuk menjamin produksi berjalan tepat waktu. 6. Project scheduling, digunakan untuk mengoordinasikan pekerjaan. Proyek yang kompleks membutuhkan koordinasi yang tepat sehingga pekerjaan dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang telah direncanakan Penjadwalan Produksi High-Volume Systems Menurut Stevenson (2009), berdasarkan dengan output yang dihasilkan, penjadwalan terbagi menjadi dua bagian, yaitu scheduling in high-volume systems, dan scheduling low-volume systems. Kedua penjadwalan ini membutuhkan pendekatan yang berbeda. Pada penjadwalan dengan highvolume system, karakteristik yang dimiliki adalah adanya standarisasi peralatan dan aktivitas di mana operasi yang dilakukan identik atau memiliki kemiripan yang tinggi. Tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan utilisasi yang tinggi. High-volume system sering kali disebut sebagai flow systems, atau flow-shop scheduling. Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penjadwalan ini adalah keseimbangan lini, di mana hal yang diperhatikan adalah pengalokasian pekerjaan ke dalam stasiun kerja untuk memenuhi batasan-batasan dalam urutan dan mencapai waktu kerja yang seimbang untuk setiap stasiun kerja. Hal yang menjadi pertimbangan dalam penjadwalan ini adalah kemungkinan gangguan yang dapat muncul, yang mengganggu output. Hal ini dapat berupa kerusakan mesin, kekurangan bahan, dan kecelakaan. (Stevenson, 2009, hal ) Penjadwalan Produksi Low-Volume Systems Karakteristik dari penjadwalan ini adalah sifat produk yang berupa make to order. Produk yang dibuat bervariasi, sehingga memiliki waktu proses, urutan proses dan waktu setup yang berbeda. Penjadwalan ini membahas dua isu penting, yaitu pertama adalah bagaimana cara mendistribusikan beban kerja

9 kepada setiap pusat kerja, dan kedua adalah menentukan urutan pekerjaan yang digunakan (Stevenson, 2009, hal. 739). Penjadwalan pada low-volume systems atau yang lebih dikenal sebagai penjadwalan job shop dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan langsung menentukan secara manual, menggunakan Gantt Chart, atau menggunakan metode tertentu untuk menentukan prioritas urutan pekerjaan (Krajewski, Ritzman, & Malhotra, 2007, hal. 657). Menurut (Nahmias, 2009, hal. 422), salah satu kesulitan dalam membuat penjadwalan adalah objektif yang ingin dicapai dari penjadwalan itu sendiri. Berikut ini adalah macam-macam objektif yang biasanya muncul: a. Meet due dates b. Minimize work-in-process inventory c. Minimize the average flow time d. Provide for high machine/worker time utilization e. Provide for accurate job status information f. Reduce setup times g. Minimize production and worker costs Tentunya tidak mungkin untuk memenuhi seluruh objektif di atas secara bersamaan. Dapat dilihat pada objektif (a) dan (c) ditujukan untuk mencapai level customer service yang tinggi, sedangkan sisanya ditujukan untuk mencapai efisiensi lantai produksi yang tinggi. Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan prioritas penjadwalan di antaranya adalah first-come, first served (FCFS), shortest processing time (SPT), earliest due date (EDD), dan critical ratio (CR). Berikut ini adalah penjelasan untuk setiap metode (Nahmias, 2009, hal. 425): a. Metode First-Come, First-Served (FCFS) Dengan metode ini, pekerjaan diurutkan berdasarkan urutan kedatangan paling awal, diikuti oleh pekerjaan yang datang di urutan kedua, ketiga, dan seterusnya. Metode ini biasanya digunakan saat waktu proses relatif sama. b. Metode Shortest Processing Time (SPT) Dalam metode ini, pekerjaan diurutkan berdasarkan waktu pengerjaan paling kecil terlebih dahulu. Metode ini akan menghasilkan rata-rata dlow time terendah, dan rata-rata keterlambatan terendah. Dalam penelitiannya terhadap penjadwalan menggunakan metode SPT, Zhang, Yan, & Huang (2011) menunjukkan bahwa masalah makespan dan total completion time tetap dapat diselesaikan secara polinomial. Di lapangan, permasalahan yang sering terjadi adalah waktu proses standar yang tidak sesuai dengan waktu proses aktual. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Wang, (2010) dengan adanya perbedaan tersebut, permasalahan minimasi makespan, dan total completion time, tetap dapat digunakan menggunakan metode SPT. c. Metode Earliest Due Date (EDD) Dalam metode ini pekerjaan diurutkan berdasarkan due date terdahulu. Metode ini akan meminimasi nilai maksimum dari job tardiness. d. Metode Critical Ratio (CR) 15

10 16 Metode ini mengurutkan pekerjaan berdasarkan rasio terendah dari due date dan processing time. Perhitungan rasio dilakukan dengan menghitung: Ide di balik metode penjadwalan ini adalah untuk mencapai keseimbangan antara metode SPT yang hanya mempertimbangkan waktu proses, dengan metode EDD yang hanya mempertimbangkan due date. Nilai rasio akan semakin kecil manakala waktu pengerjaan mendekati due date, dan prioritas akan semakin tinggi jika memiliki waktu proses yang lebih panjang. Saat melakukan penghitungan rasio, ada kemungkinan angka yang muncul adalah negatif. Hal itu menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut terlambat, dan akan diasumsikan bahwa pekerjaan yang terlambat tersebut secara otomatis dijadwalkan berikutnya. Jika terdapat lebih dari satu pekerjaan yang terlambat, maka pekerjaan yang terlambat tersebut akan dijadwalkan dengan metode pengurutan SPT (Nahmias, 2009, hal. 427). 2.3 Tampilan Ergonomis Menurut Asosiasi Ergonomi Internasional (2003), ergonomi merupakan sebuah disiplin ilmu yang menyangkut pemahaman dari interaksi antara manusia dengan elemen-elemen lainnya dari suatu sistem dan suatu profesi yang menerapkan teori, prinsip-prinsip, data, dan metode pada rancangan dengan tujuan untuk dapat mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Para ahli dari faktor manusia berkontribusi pada rancangan dan evaluasi dari tugas-tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem-sistem dalam rangka membuat mereka kompatibel dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. Disiplin ilmu ergonomi mencangkup pendekatan holistis yang berpusat atau bertitik berat pada manusia pada rancangan sistem kerjanya dengan mempertimbangkan faktor fisik, kognitif, sosial, organisasi, lingkungan dan faktor-faktor relevan lainnya (Karwowski, 2012) Perancangan Interface Menurut Watzman & Re (2008), desain yang baik, baik itu dalam media dua atau tiga dimensi, digital ataupun analog, dapat menjelaskan tujuannya secara logika dan efisien, juga membimbing penggunanya dalam menggunakan fungsi-fungsinya. Peran dari pembuat desain dalam mengelola interface pada produk yang mengutamakan sifat interaktif adalah mengerti tujuan dari dibuatnya produk tersebut dan memastikan bahwa informasi-informasi yang tersedia mudah untuk dimengerti, berguna dan memang dibutuhkan. Dalam sebuah kasus di mana hanya interface yang menjadi representasi nyata dari produk dan persepsi dari pengguna interface tersebut akan menentukan kesuksesan dari produk, informasi yang sesuai dan desain visual adalah kuncinya. Perancang desain interface bertanggung jawab dalam mendefinisikan seperti apa pengalaman yang akan didapat ketika produk digunakan. Lain halnya dengan media cetak yang sebagian besar kontennya telah ditetapkan

11 urutannya, interface menyuguhkan fleksibilitas yang lebih besar atas bagaimana konten tersebut dapat diakses berdasarkan kebutuhan dari penggunanya. Interface yang bagus adalah desain yang mudah dalam pengaturannya. Perancang desain interface berpatokan kepada tujuan di mana pengalaman dalam penggunaan produk tersebut berguna, berarti bahkan menyenangkan dan memberdayakan bagi penggunanya. Untuk mewujudkan tujuan di mana para pengembang dimungkinkan untuk dapat menginstruksikan program dengan mudah, para perancang berfokus dalam merancang program dengan yang sesederhana dan sekonsisten mungkin dalam bahasa pemrogamannya (Watzman & Re, 2008, hal ). Ruang lingkup ergonomi berdasarkan faktor manusia (Human Factor Ergonomics) yang perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam pembuatan desain, pengujian dan pengevaluasian dari setiap interaksi antara manusia dengan sistem di antaranya ditunjukkan pada: 1. Apakah tampilan-tampilan yang ada cocok untuk kegiatan yang dilakukan pengguna? 2. Apakah semua tampilan cukup jelas dan mudah digunakan oleh pengguna? 3. Apakah tampilan toleran terhadap error dan dapat digunakan sebagai pembelajaran bagi pengguna? 4. Apakah bahasa/kata-kata yang digunakan hanya dapat dimengerti oleh pengguna tingkat lanjut? 5. Apakah fitur bantuan disesuaikan dengan kemampuan pemakainya? (Karwowski, 2012, hal. 8-10) Command Language Grammar Terdapat beberapa kerangka yang dapat digunakan untuk membantu menyusun sebuah sistem yang user-friendly dan interaktif. Dalam Command Language Grammar (Morgan, 1981), sebuah sistem komputer diwakilkan oleh beberapa level sebagai berikut: 1. Conceptual level, yaitu bagaimana pembuat sistem dapat menyusun sistem sesuai dengan keadaan aslinya tanpa menimbulkan ketidakcocokan persepsi antara pembuat sistem dengan pengguna sistem. 2. Sematic level, yaitu bagaimana objek-objek dari sistem dijelaskan. 3. Syntactic level, yaitu bagaimana objek-objek dari sistem yang ada diwakilkan pada pengguna sistem dan mengatur bagaimana objek-objek ini berinteraksi ketika melakukan sebuah tugas yang diperintahkan oleh pengguna sistem. 4. Lexical level, yaitu desain bagaimana objek-objek yang ada dan peraturan syntactic dijelaskan kepada pengguna sistem. 5. Physical device level. Hal dasar yang dibutuhkan untuk dapat melakukan interaksi dengan sistem yang dibuat berupa hardware, di mana baik pilihan yang dibuat pengguna maupun desain dari alat input serta desain bagaimana informasi akan disajikan kepada pengguna (Bridger, 2003, hal ). Jenis huruf (font) merupakan berkas elektronik yang mengandung kode program yang dibutuhkan untuk membuat karakter jenis huruf. Pemilihan jenis huruf yang efektif bukanlah suatu hal yang murni subjektif. Pemilihan jenis huruf memperhatikan kejelasan dan komprehensif; memperhatikan kemudahan 17

12 18 untuk mengenali dan membaca huruf tersebut. Pemilihan jenis huruf juga memperhatikan legibility dan readability. Legibility menunjukkan seberapa cepat sebuah huruf dikenali, berkaitan dengan persepsi. Readability merupakan kemudahan huruf dapat dibaca, terkait dengan tingkat komprehensifnya. Sumber: (Watzman & Re, 2008, hal. 336) Gambar 2.2 Contoh Legibility dan Reliability Tipe huruf serif dan sans serif merupakan tipe huruf yang umum digunakan. Serif merupakan jenis huruf yang memiliki guratan kecil di akhir guratan huruf, sedangkan sans serif merupakan kebalikannya, yaitu jenis huruf yang rata. Terdapat perdebatan jenis huruf mana yang yang lebih mudah dibaca. Walaupun terbukti jenis huruf sans serif lebih mudah untuk dibaca di layar, beberapa pendapat mengklaim jenis huruf serif juga dapat mudah dibaca dengan pilihan ukuran dan warna yang tepat. Warna memberi elemen emosional yang paling kuat dalam komunikasi visual. Warna akan dengan cepat menghasilkan respons dikarenakan warna berhubungan dengan pengalaman manusia dan merupakan sesuatu yang simbolik. Persepsi warna dapat berubah sewaktu waktu. Warna biasanya digunakan untuk: Menunjukkan perbedaan kualitatif Bertindak sebagai arahan dalam informasi Menarik perhatian terhadap data yang penting Menunjukkan adanya perubahan Menggambarkan objek fisik Dalam tampilan layar komputer, warna diciptakan dengan menggabungkan cahaya warna merah, hijau dan biru muda. Dalam tampilan layar penggunaan warna yang semakin sedikit akan semakin baik. Tidak disarankan untuk menambahkan terlalu banyak warna jika tidak memiliki fungsi tertentu. Dalam pemilihan warna pada tulisan, tulisan yang memiliki warna lain selain hitam biasanya akan tampil lebih kecil dibandingkan dengan tulisan berwarna hitam. Tata letak tampilan disusun berdasarkan kebiasaan suatu tempat atau budaya di suatu negara. Negara yang menggunakan bahasa dengan huruf Romawi biasanya membaca dari kiri ke kanan, tapi untuk negara dengan

13 tertentu seperti Jepang, urutan membaca adalah dari kanan dan ke bawah, atau ke bawah dan kemudian ke kanan. Begitu pula dengan bahasa Arab yang dibaca dari kanan ke kiri. Selain memperhatikan tradisi di suatu negara, penyusunan tata letak juga memperhatikan nilai fungsionalnya, serta urutan pergerakan mata dari informasi yang dibaca (Watzman & Re, 2008, hal. 336). 19

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjadwalan Produksi Pada Proses Printing Body Pada latar belakang masalah, diidentifikasi bahwa selain pada proses component making, bottleneck juga terjadi pada proses

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. pihak perusahaan PT. Muliapack Intisempurna. Pengumpulan data ini

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. pihak perusahaan PT. Muliapack Intisempurna. Pengumpulan data ini 98 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data secara langsung dan secara tidak langsung. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 PENENTUAN RELIABILITAS SISTEM DAN PELUANG SUKSES MESIN PADA JENIS SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP Imam Sodikin 1 1 Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pemecahan masalah untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam Bab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal dengan istilah Baby Boomers, dan berlanjut terus selama 18 (delapan belas) tahun, sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian mengenai preventive maintenance mesin pada PTPTN XIII menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi SAP ERP

Perencanaan Produksi SAP ERP Materi #8 Perencanaan Produksi SAP ERP 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sales Forecasting 3 Peramalan Penjualan dapat menggunakan data tahun lalu dikombinasikan dengan target keuangan dan inisiatif marketing

Lebih terperinci

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI)

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Mulyono: PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA... 9 PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Julius Mulyono ), Dini Endah Setyo Rahaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan manusia pada masa sekarang semakin meningkat dan hal ini merupakan peluang industri. Perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Produksi Produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Helpdesk Menurut Donna Knapp (2004), definisi helpdesk adalah sebuah alat untuk mengatasi persoalan yang didesain dan disesuaikan untuk menyediakan layanan teknis yang dikosentrasikan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISA PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY DAN AVAILABILITY PADA MESIN PRESS DI PT INTIRUB

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah dan Penjelasannya Metodologi Penelitian adalah langkah-langkah yang dibuat untuk memudahkan Pemecahkan suatu masalah dalam sebuah Penelitian.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR Fathiruddin Ilwan, Fatkhul Hani Rumawan, Lina Dianati Fathimahhayati Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, dunia industri di Indonesia terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global, terutama persaingan dalam hal menghadapi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan perancangan aplikasi yang akan dibuat agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Agronesia INKABA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mempoduksi produk terknik berbahan baku karet. Sistem produksi di perusahaan ini adalah mass production dan job

Lebih terperinci

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING 1 Elika Patricia 2 Hadi Suryono alb_hd@yahoo.com Penulis Elika Patricia adalah alumni

Lebih terperinci

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan *

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan * OPTIMASI JADWAL PEMELIHARAAN SCREW PRESS PEMERAS DAGING BUAH KELAPA SAWIT DENGAN METODE TIME BASED MAINTENANCE (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan) Nelson Manurung 1* 1 Jurusan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang)

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang) PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang) PREVENTIVE MAINTENANCE IMPLEMENTATION OF CANE CUTTER I COMPONENT USING

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING (CSM) (Studi Kasus: PT X Indonesia) Aji Mudho A., Bobby Oedy P. Soepangkat Program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini meskipun kondisi perekonomian sudah mengalami kemajuan, namun hal tersebut belumlah cukup untuk negara ini bisa bersaing pada era pasar bebas. Hal ini tercemin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Teknologi menjadi elemen penting dalam persaingan industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah 67 3.1 Penelitian Pendahuluan Sebagai langkah awal penelitian, maka dilakukan penelitian pendahuluan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 62 63 3.2 Observasi Lapangan Observasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa)

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine)

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine) PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine) R.M. Braridhan Haskara Ramadhan Putra Jurusan S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi EKUITAS Jl. P.H.H.

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengumpulan Data Kerusakan Mesin Dalam penelitian ini, penulis meneliti kerusakan pada mesin kempa yang merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit.

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, industri menggunakan mesin-mesin untuk melakukan proses produksi. Namun, setiap mesin memiliki umur masing-masing. Mesin-mesin tersebut tidak selamanya

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN JADWAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN GABUNGAN SUB KOMPONEN WATER COOLING PANEL DENGAN KRITERIA MINIMISASI EKSPEKTASI TOTAL BIAYA PERAWATAN DI PT. INTER WORLD STEEL MILLS INDONESIA Fifi Herni Mustofa 1*, Kusmaningrum

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR Yugowati Praharsi 1, Iphov Kumala Sriwana 2, Dewi Maya Sari 3 Abstract: PT. Artha Prima Sukses Makmur memiliki lima mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pemeliharaan Untuk menjamin kontinuitas kegiatan operasional suatu sistem, keandalan setiap komponen peralatan sangat dijaga agar peralatan tersebut tidak mengalami kegagalan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menggunakan teori dan model antrian untuk menganalisa operasi 1. Penggunaan teori antrian 2. Struktur masalah antrian 3. Distribusi

Lebih terperinci

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2016 INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT. DIRGANTARA INDONESIA 1 Rinda Rieswien, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk memenangkan persaingan ini. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kemampuan sistem dan mengendalikan biaya. Dengan adanya pemeliharaan diharapkan standar

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci