II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH DAN BUDIDAYA TANAMAN TEH 1. Tanaman teh Teh merupakan komoditas ekspor yang penting bagi perekonomian Indonesia, selain sebagai salah satu sumber devisa negara juga menyediakan lapangan pekerjaan. Komoditas teh banyak memberikan kehidupan baik pekebun, karyawan yang bekerja di perkebunan besar, pengusaha dan pedagang yang bergerak dalam perdagangan teh. Tanaman teh (Camellia Sinensis) diperkirakan berasal dari daerah pegunungan yang berbatasan dengan daerah RRC, India, Burma serta pegunungan Himalaya. Kurang lebih 4000 tahun yang lalu (2737 SM), Bangsa Cina telah mengenal teh dan mengkonsumsi teh sebagai minuman penyegar. Teh mengandung asam amonia yang diperlukan oleh tubuh manusia, kaya akan mineral dan berbagai macam vitamin. Seseorang yang secara teratur mengkonsumsi teh dengan dosis yang rasional, akan mendapat suplai nutrisi yang teratur bagi tubuhnya, sehingga membantu terbentuknya kekebalan alami. a b Gambar 2. a.pucuk teh, b.tanaman teh di perkebunan Tanaman Teh tumbuh subur di daerah tropis dan daerah sub-tropis dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Teh dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan suhu C. Jenis tanah yang baik ditanami teh adalah andosol, latosol, dan beberapa jenis laterit. Teh menyukai tanah dengan derajat keasaman kurang dari 5.5. Tanaman ini memiliki produktivitas yang baik di daerah dengan curah hujan milimeter per tahun (Adisewojo, 1982 dalam Edi Purnomo, 2006). Meskipun dapat tumbuh di dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi mutunya (Ghani,2002 dalam Saputra 2009). 2. Budidaya tanaman teh Kegiatan budidaya tanaman teh meliputi : persiapan lahan, pesemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pemetikan. Pembudidayaan tanaman teh memerlukan penanganan yag khusus mulai dari proses persiapan lahan, penyediaan bibit tanaman, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, pengendalian hama dan penyakit tanaman sampai pada proses pemetikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi tanaman teh yang merupakan tanaman tahunan agar mampu menghasilkan kualitas pucuk teh yang tinggi dan bermutu baik secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang lama. 5

2 a. Persiapan lahan Penanaman teh dapat dilakukan sebagai penanaman baru (new planting), penanaman ulang (replanting), konservasi atau rehabilitasi. Ketiga cara penanaman ini berbeda namun memiliki prinsip yang hampir sama dan bertujuan untuk menghasilkan pengolahan tanah yang baik agar pertumbuhan tanaman baru berlangsung optimal. Untuk penanaman baru hal yang perlu dilakukan: survei dan pemetaan tanah, pembongkaran pohon dan tunggul, pembersihan semak belukar dan gulma, pengolahan tanah dan persiapan jalan dan saluran drainase. Persiapan lahan untuk penanaman ulang, kegiatan yang dilakukan: pembongkaran pohon pelindung dan perdu teh tua, sanitasi dan pengolahan tanah. Kegiatan sanitasi ini dilakukan untuk melindungi tanaman baru agar tidak terserang penyakit seperti jamur akar dari tanaman yang lama. Pengolahan tanah dilakukan untuk menggemburkan tanah dan membersihkan sisa-sisa akar dan tunggul dengan cara pencangkulan lahan sebanyak dua kali. b. Pesemaian Bibit tanaman teh dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Saat ini penyediaan bibit tanaman teh diperoleh secara vegetatif dengan stek. Hal ini karena cara tersebut paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak. Pesemaian bibit tanaman teh dapat dilakukan dengan cara pesemaian langsung di tanahtanah bedengan dan pesemaian dalam kantong plastik (polybag). Lokasi untuk pesemaian harus dipilih lahan yang subur dengan drainase tanah yang baik, dekat dengan sumber air, dekat dengan sumber tanah, landai dan dekat dengan jalan. Setelah lahan dibersihkan dan ditata untuk pesemaian, kemudian dibuat bangunan naungan kolektif dengan ukuran tinggi 2 m dan luas disesuaikan dengan kebutuhan. Di sekeliling bangunan pembibitan dibuat selokan yang berfungsi untuk membuang air hujan dan memelihara agar drainase tetap baik. Dalam pesemaian dilakukan pemeliharaan bibit tanaman seperti penyiraman, perbaikan saluran drainase, pemeliharaan sungkup, pemupukan, pengendalian hama/penyakit, pengaturan pembukaan sungkup untuk menyesuaikan keadaan di dalam dan di luar sungkup. c. Pemeliharaan tanaman teh Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang membutuhkan pemeliharaan yang baik agar pertumbuhannya subur dan sehat sehingga terbentuk tanaman teh yang berpotensi tinggi dan dapat dipetik pada waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan mulai dari tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan tanaman yang telah menghasilkan (TM). Penyiangan Penyiangan atau pengendalian gulma dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma yang merugikan bagi tanaman teh karena aterjadi persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Cara yang dilakukan untuk mengendalikan gulma adalah dengan cara kultur teknis, cara manual dengan alat-alat sederhana seperti kored, sabit dan cangkul serta cara kimia dengan pemberian bahan kimia seperi herbisida dengan menggunakan hand sprayer. Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Pemupukan harus dilakukan dengan tepat, 6

3 meliputi tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat waktu. Dalam menentukan dosis pemupukan, perlu dilaksanakan analisis tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Pengendalian hama/penyakit Pengendalian hama/penyakit pada tanaman teh dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: kultur teknis, mekanis, hayati dan kimiawi. Pemberian insektisida dan fungisida sebagai pengendali hama/penyakit harus disesuaikan dengan banyaknya tanaman teh yang terserang serta jenis dari hama/penyakitnya. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah motor pompa atau mist blower. d. Pemetikan Pemetikan merupakan kegiatan mengambil sebagian tunas dan daun teh yang masih muda dan telah memenuhi syarat untuk diolah menjadi produk teh kering. Pemetikan dilakukan setelah perdu dipangkas sampai saat pemangkasan berikutnya. Jenis petikan menentukan macam pucuk yang dihasilkan dan kualitas daun teh setelah diolah. Tabel 3 menyajikan jenis dan rumus petikan pucuk teh. Tabel 3. Sistem petikan produksi Jenis petikan Petikan halus Petikan medium Petikan kasar Sumber: Kartikasari (2002) Rumus petikan P+1 atau b+1m P+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m P+4 atau lebih, b+(1-4t) B. PENGOLAHAN PUCUK TEH Di pasar internasional ada 3 (tiga) golongan teh berdasarkan cara pengolahannya, yaitu teh hitam (black tea), teh hijau (green tea) dan teh oolong (oolong tea) yang memiliki beberapa perbedaan seperti tercantum dalam Tabel 4 sampaidengan Tabel 6 berikut. Tabel 4. Perbedaan umum antara teh hijau, teh oolong dan teh hitam No. pembeda teh hijau teh oolong teh hitam 1. Fermentasi Fermentasi dicegah Fermentasi sebagian Fermentasi penuh 2. Kandungan Konstituen natural leaf dipertahankan Minyak essensial berkembang Konsentrasi tinggi akan minyak 3. Hasil akhir Hasil akhir menunjukkan dipabrik/daerah dimana teh itu dibuat Sumber : Djoehana Setyamidjaja, 2006 dalam Saputra 2009 Tanin tetap/tidak berubah essensial Sedikit menyerupai natural leaf 7

4 Tabel 5. Perbedaan teh hijau dan teh hitam dari proses pengolahannya No. Tahap Pengolahan Teh Hijau Teh Hitam 1. Pelayuan Dilakukan dengan suhu C dan waktu 4-8 menit Dilakukan dengan suhu C, waktu 10 jam. 2. Penggulungan Untuk menggulung pucuk daun Penggilingan untuk mencacah pucuk daun menjadi kecil-kecil. 3. Fermentasi Tidak dilakukan proses fermentasi Dilakukan fermentasi secara oksidasi enzimatis, suhu C waktu 40 min - 4 jam Pengeringan Untuk mengeringkan pucuk daun dan membentuk gulungan daun. Sama dengan teh hijau dan juga unutk menginaktifkan enzim polifenol oksidase. Sortasi dan Pengemasan Untuk memisahkan biji kering dan mengemasnya sesuai dengan standar pada perusahaan. Sama dengan teh hijau. Sumber : Djoehana Setyamidjaja, 2006 dalam Saputra, 2009 Tabel. 6 Perbedaan teh hijau dan teh hitam dari aspek organoleptiknya No. pembeda teh hijau teh hitam 1. Keadaan fisik Warna teh kering hijau kehitaman dan air seduhannya hijau kekuningan. Warna teh kering hitam dengan air seduhan kuning kemerahan. 2. Aroma (Flavor) Kurang wangi Lebih wangi dari teh hijau 3. Cita rasa Kesegarannya kurang dan rasanya lebih sepet dari teh hitam Tingkat kesegarannya lebih dan rasanya tidak sepet Sumber : Djoehana Setyamidjaja, 2006 dalam Saputra 2009 Dalam pengolahan teh hitam dengan sistem orthodox pada saat ini yang banyak dilakukan adalah sistem orthodox rotorvane. Pengolahan teh hitam orthodox rotorvane terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu: penerimaan bahan baku pucuk segar, pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi kering dan pengemasa. Pada Gambar 9 disajikan skema pengolahan teh hitam yang secara rinci akan dijelaskan berikut ini: 8

5 1. Bahan baku Dalam pengolahan teh hitam orthodox rotorvane memerlukan bahan baku berupa pucuk segar daun teh. Pucuk segar daun teh harus bermutu tinggi yang secara fisik yaitu: daun muda yang utuh, segar dan berwarna kehijauan. Pucuk yang berkualitas tergantung dari pemetikan dan penanganan hasil petikan dari kebun ke pabrik. Kerusakan pucuk seperti terlipat, robek, terperam dan kontak langsung dengan sinar matahari harus dihindari karena dapat mempengaruhi kualitas teh kering hasil olahan sehingga kurang atau tidak memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya yaitu warna, rasa dan aroma. 2. Pelayuan Pelayuan adalah proses penurunan kadar air sampai tingkat layu tertentu pada pucuk teh agar diperoleh kondisi fisik pucuk yang lentur (kadar air 51-56%) dan tidak mudah patah sehingga mengoptimumkan proses giling selanjutnya. Dalam proses ini daun teh dihamparkan dalam suatu alat yang berbentuk empat persegi panjang yaitu: withering trough yang berkapasitas 1500 kilogram. Pada alat ini dialiri udara segar agar proses penguapan air pada pucuk berjalan lancar sehingga kerataan layuan seragam. Ketebalan pucuk yang dihamparkan disesuaikan dengan keadaan pucuk (basah/kering). Suhu yang dibutuhkan dalam proses pelayuan berkiar 26.7 C (optimum) sampai 28 C (maksimum) dengan lama pelayuan jam. Dalam proses pelayuan hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pelayuan, kelembaban pucuk dan jumlah udara yang diberikan. Apabila standar yang ditentukan tidak terpenuhi, maka sel-sel pada pucuk teh akan terganggu sehingga proses oksidasi enzimatis tidak sempurna. Begitu juga dengan kondisi fisik dan kimia kondisi fisik dan kimia pucuk yang mempengaruhi proses penggilingan. Udara panas yang dihembuskan dalam proses pelayuan dihasilkan dari heater yang dilengkapi dengan fan untuk menghembuskan udara panas menuju withering trough. Udara panas ini membantu proses penguapan pucuk agar berjalan lebih baik. Pemberian udara panas tidak selalu dilakukan karena hal ini disesuaikan dengan keadaan pucuk dan cuaca. Sumber panas berasal dari burner dengan bahan bakar berupa IDO (industrial diesel oil) atau bahan bakar padat berupa kayu. 3. Penggilingan Penggilingan bertujuan untuk mememarkan dan merusak dinding sel daun agar cairan cairan sel keluar serta mengecilkan dan menggulung daun. Penggulungan dilaksanakan dalam alat penggulung yaitu open top roller. Sedangkan untuk memperkecil gulungan daun menjadi partikel yang lebih kecil menggunakan mesin press cap roller, double indian ball breaker natsortier / rotary roll breaker, dan rotorvane. Dalam proses penggilingan ini, enzim dan katekin yang ada dalam daun teh dikeluarkan agar bubuk teh memunculkan sifat-sifat seperti warna, aroma, rasa. Kelembaban tinggi diperlukan dalam ruang penggilingan karena dalam proses ini sudah terjadi fermentasi. 4. Oksidasi enzimatis Oksidasi enzimatis merupakan reaksi oksidai dari senyawa-senyawa polifenol oksidasi dengan bantuan oksigen dari udara dan bantuan enzim-enzim oksidase sehingga menghasilkan substansi theaflavin dan thearubigin yang menentukan unsur-unsur pembentuk aroma, warna dan rasa. Oksidasi enzimatis memerlukan kelembaban udara yang tinggi berkisar % dengan temperatur C. Untuk menciptakan keadaan ini maka digunakan alat pengabut yang disebut air humidifier yang berfungsi melembabkan dan menurunkan suhu ruangan serta fan untuk mengatur sirkulasi udara dalam ruang. 5. Pengeringan Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal sehingga menghasilkan 9

6 produk akhir yang stabil dan mudah untuk ditangani serta dapat membentuk sifat-sifat bubuk teh yang diinginkan. Dengan adanya pengeringan, kadar air dalam bubuk teh berkurang yaitu sekitar %, sehingga teh kering akan tahan lama dalam penyimpanan. Untuk proses pengeringan digunakan mesin fluidized bed drier (FBD) dengan lama pengeringan menit. Selain itu dapat pula digunakan two stage dryer dengan lama proses menit. Kedua mesin tersebut memiliki suhu inlet sebesar C dan suhu outlet C. udara panas dalam mesin pengeringan dihasilkan dari heater yang sumber panasnya berasal dari burner. Udara tersebut dihisap oleh fan yang selanjutnya dialirkan ke dalam mesin. Bahan bakar yang digunakan heater dapat berupa IDO (industrial diesel oil) maupun bahan bakar padat berupa kayu. 6. Sortasi kering Sortasi kering merupakan kegiatan memisah-misahkan bubuk teh kering menjadi jenis-jenis tertentu yang sesuai dengan yang dikehendaki dalam perdagangan. Tujuan sortasi kering adalah untuk mendapatkan ukuran dan warna partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar permintaan pasar. Mesin-mesin yang digunakan dalam sortasi kering terdiri dari midleton, vibrex,nissen sortier,chota sifter, thewan, crusher, druck roll, dan cutter. 7. Pengemasan Pengemasan adalah upaya dalam memberikan tempat/wadah untuk produk teh hitam yang sudah jadi agar memudahkan dalam pengiriman produk tersebut kepada konsumen. Tujuan dari pengemasan ini adalah untuk melindungi produk dari kerusakan, memudahkan transportasi dan mencegah terjadinya kontaminasi serta menghindari pengaruh lingkungan yang dapat menurunkan mutu produk. Mesin yang digunakan dalam proses pengemasan teh kering terdiri dari tea bulker, tea packer, dan tea shapper. C. PROSES PRODUKSI TEH HITAM DI PERKEBUNAN JOLOTIGO 1. Budidaya tanaman teh di kebun Jolotigo Budidaya tanaman teh dimulai dari pembibitan. Secara umum, bibit tanaman teh dapat dihasilkan dengan dua cara yaitu pembiakan biji generatif dan stek (vegetatif). Pembibitan dilakukan di tempat pesemaian khusus yang dibuat di dekat lahan tanaman tahun ini. Tahap selanjutnya adalah penanaman yang meliputi pengolahan lahan, dan pelaksanaan penanaman. Pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan TBM, TM. Tahap pemanenan merupakan tahap yang penting dan berhubungan dengan bahan baku pengolahan teh hitam. Persiapan lahan untuk replanting Pembibitan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Gambar 3. Diagram alir budidaya tanaman teh 10

7 a. Persiapan lahan untuk replanting Terdapat 3 jenis penanaman teh yaitu penanaman baru (new planting), sulaman (infilling) dan penanaman ulang (replanting). Penanaman baru adalah penanaman teh pada lahan yang belum diusahakan, seperti bekas hutan atau semak belukar. Sulaman ialah penanaman teh yang dilakukan pada tanah yang kosong bekas tanaman yang mati pada kebun yang menghasilkan (TM), sedangkan jika dilakukan pada kebun yang menghasilkan (TBM) disebut sisipan. Penanaman ulang (replanting) ialah penanaman teh pada lahan bekas kebun teh dengan harapan dapat meningkatkan produksi baik kuantitas maupun kualitasnya. b. Pembibitan Gambar 4. Pencabutan pohon teh menggunakan katrol Penentuan lokasi Tahapan pengolahan lahan: Pembuatan bedengan Pembuatan naungan Pengisian tanah ke dalam polybag Pemasangan kerangka sungkup Gambar 5. Bibit teh dalam polybag c. Penanaman Penanaman dilakukan pada lubang-lubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Lubang tanam dibuat mengikuti kontur yang ada. Penanaman dilakukan pada permulaan musim penghujan yaitu sekitar bulan Nopember atau Desember. Pada saat penanaman, lapisan tanah top soil dan sub soil harus dikembalikan seperti keadaan semula. 11

8 d. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi penyisipan, centering, bending, pemangkasan, penyiangan dan pemupukan serta pemberantasan hama dan penyakit. Gambar 6. Tanaman teh yang sedang dilakukan bending Pembentukan kerangka tanaman untuk memperoleh kerangka tanaman yang baik dilakukan dengan cara centering, yaitu pemotongan batang utama sekitar cm di atas permukaan tanah dengan maksud untuk membentuk percabangan ke samping dan menekan pertumbuhan yang ke atas serta cara bending yaitu perlakukan pada tanaman muda dengan cara membengkokkan batang dan cabang ke arah horisontal. Penyiangan atau pemberantasan gulma perlu dilakukan sedini mungkin sebab sangat merugikan tanaman. Pemberantasan gulma dilakukan dengan cara manual dan cara kimia. e. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) meliputi pemangkasan, pemupukan, penyiangan serta pemberantasan hama dan penyakit. Setelah tanaman dipangkas, pupuk diberikan dengan cara dibenamkan sedalam 5-10 cm. Pembenaman tidak perlu penimbunan kembali. Jarak penempatan pupuk yang terbaik adalah cm dari batang perdu teh dan diatur jarak diantara lubang anah sepanjang jalur baris tanaman sejauh cm, sehingga didapat kira-kira dua lubang pupuk untuk setiap perdunya. Dosis optimal setiap kali pemberian pupuk N adalah naksimal 80 kg N/ha. Interval dan waktu pemupukan adalah 3-4 kali setahun yaitu pada bulan Januari, Maret, Mei, dan Oktober. Pupuk daun diberikan pada saat tidak dilakukan pemupukan lewat tanah, yaitu pada interval antara bulan-bulan tersebut. Disamping pemupukan melalui tanah, baik pada tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM) juga dilakukan pemupukan dengan pupuk daun. Gambar 7. Pemberian pupuk daun 12

9 f. Pemanenan Pemanenan hasil dilakukan dengan memetik pucuk daun teh (peko) ditambah beberapa daun di bawahnya. Disamping mengambil hasil, pemetikan dimaksudkan pula untuk merangsang pertumbuhan pucuk lebih banyak sehingga produksi teh meningkat. Gambar 8. Pemetikan teh Jenis petikan adalah petikan jendangan, petikan produksi, dan gandesan. Petikan jendangan adalah jenis petikan yang dilakukan pada tanaman yang baru dipangkas, dimaksudkan untuk membentuk bidang petikan. Tinggi bidang petikan adalah cm dari bekas pangkasan dengan bidang petikan sejajar dengan kemiringan tanah. Petikan jendangan dimulai lebih kurang 2 bulan sesudah pangkas dan berlangsung selama 2 sampai 3 bulan pada ketinggian yang sama. Sekitar 6 bulan setelah pemangkasan sudah dapat dilakukan pemetikan produksi yang bertujuan menghasilkan sebanyak-banyaknya pucuk yang dapat diolah dengan baik. Giliran pemetikan atau siklus petik di kebun Jolotigo adalah 7-8 hari untuk dataran rendah dan 8-9 hari untuk dataran tinggi. Giliran pemetikan juga dipengaruhi oleh faktor kesehatan tanaman, kesuburan tanah, musim, umur pangkasan dan klon serta standar petikan. Semakin tua umur pangkasan maka siklus petik semakin panjang, demikian pula pada waktu musim kemarau siklus petik juga semakin panjang. 2. Pengolahan teh hitam di pabrik teh Jolotigo a. Penerimaan pucuk segar Tujuan proses penerimaan pucuk segar adalah untuk mengetahui kuantitas dan kualitas pucuk yang akan diolah, serta menjamin dan memastikan bahwa pucuk teh bisa dilayukan sehingga siap untuk digiling. Selesai penimbangan dilakukan pembeberan di dalam withering trough (palung pelayuan) dan selanjutnya dilakukan analisa pucuk yang bertujuan untuk mengetahui persentase pucuk halus dan pucuk kasar. b. Pelayuan Pelayuan dilakukan dengan menghamparkan pucuk teh pada palung pelayuan dengan tebal kg/m 2. Penghamparan dilakukan sambil dikirab agar pucuk dapat dilayukan secara merata. Setelah itu 13

10 dihembuskan udara dengan kecepatan antara m 3 / detik. Udara yang dihembuskan dapat berupa udara segar atau udara panas tergantung keadaan pucuk. Penerimaan Pucuk: Pucuk teh dari kebun diangkut dengan truk, ditimbang dan diperiksa kualitasnya Pengepakan ; Melindungi produk jadi dari kerusakan, memudahkan transportasi dan penyimpanan Pelayuan ; Menurunkan kadar air sampai %. Sortasi ; Merupakan pekerjaan memisahkan partikel teh berdasarkan ukuran, berat jenis Penggilingan & Oksidasi Enzimatis ; Merupakan tahapan dimana terjadi reaksi kimia antara cairan sel dgn oksigen Pengeringan ; Menghentikan proses oksidasi enzimatis pada saat kualitas mencapai keadaan optimal dan membuat teh tahan lama dalam penyimpanan sampai kadar air 3%. Gambar 9. Diagram alir proses pengolahan teh hitam di pabrik teh Jolotigo 14

11 Apabila daun dalam keadaan basah, maka udara panas segera dialirkan dengan suhu di dalam through sekitar 32 C dan setelah permukaan daun tidak berair, suhu diturunkan menjadi 27 C. sebaliknya jika daun dalam keadaan kering maka sebelum dihembuskan udara panas terlebih dahulu dihembuskan udara segar selama lebih kurang satu jam, kemudian dialirkan udara panas dengan suhu 27 C. Lama pelayuan antara 6 sampai 10 jam tergantung keadaan cuaca dan kebutuhan. Pelayuan dengan menggunakan udara panas dimulai pada pukul dan setelah pucuk layu maka udara segar dihembuskan kembali sampai waktu penggilingan dimulai yaitu pada pukul selama pelayuan dengan menggunakan udara panas, suhu harus dijaga sebesar 27 C dan secara bertahap diturunkan sampai 25 C dengan selisih suhu bola basah dan bola kering antara 3 C sampai 4 C. Pembalikan dilakukan setelah udara panas dihembuskan dan dilakukan 2 sampai 3 kali pembalikan dengan interval waktu 3 jam. Pembalikan pucuk disertai dengan pengiraban agar pucuk tidak padat sehingga pucuk layu secara merata. c. Penggilingan dan Sortasi Basah Penggilingan dilakukan dengan 4 tahap yaitu dengan menggunakan mesin giling open top roller (OT), press cap roller (PC) dan rotor vane (RV). Dalam proses penggilingan dikenal dua macam skema giling, yaitu skema giling berat dan skema giling ringan dengan urutan sebagai berikut: - Skema giling berat dengan urutan : OT PC RV RV - Skema giling ringan dengan urutan : OT PC PC RV Untuk mendapatkan hasil yang baik maka selama penggilingan dan sortasi basah berlangsung, suhu udara ruang giling dipertahankan antara 20 C 27 C dan kelembaban nisbi antara % dengan suhu bubuk antara 27 C 32 C. Kondisi ini dapat dipertahankan dengan memasang 4 buah air humidifier yang dipasang pada ruang penggilingan dan sortasi basah. d. Fermentasi (oksidasi enzimatis) Di pabrik teh Jolotigo, pengendalian proses fermentasi di lakukan dengan cara sebagai berikut : Mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi Memberikan kelembapan sekitar bubuk pada tingkat hampir jenuh Menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi Membatasi waktu fermentasi e. Pengeringan Pada pengeringan teh digunakan mesin two stage dryer. Pada mesin two stage dryer, udara panas yang berasal dari burner dialirkan melalui hamparan teh pada trays yang berjalan, dengan suhu inlet C, dan suhu outlet antara C. pengaturan suhu inlet dengan menggunakan termostat, sedangkan untuk mengukur suhu outlet dilakukan dengan mengatur tebal tipisnya hamparan bubuk teh yang masuk ke mesin pengering. Lama bubuk teh dalam mesin pengering sekitar menit dengan kadar air teh kering yang keluar mesin pengering antara persen. f. Sortasi kering Peralatan sortasi kering bekerja berdasarkan ukuran, bentuk dan berat jenis. Sortasi berdasarkan ukuran ukuran dan bentuk dilakukan dengan menggunakan mesin pengayak buble tray, vibro dan chota sifter. Sedangkan sortasi berdasarkan berat jenis dilakukan dengan menggunakan tehwan (winnower). Pengecilan ukuran partikel teh dilakukan dengan menggunakan mesin drug roll dan crusher. 15

12 Pemisahan teh berdasarkan mutu atau jenisnya terjadi pada mesin chofta sifter yang terdiri dari beberapa ayakan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda sesuai dengan jenis mutu yang diinginkan. Jenis teh yang dihasilkan adalah BOP (broken orange pekoe) yang lolos mesh 10, BOPF (broken orange pekoe fanning) yang lolos mesh 14, PF (pekoe fanning) dan PF 2 yang lolos mesh 16, serta DUST, DUST 2 dan DUST 3 yang lolos mesh 20. BOP, BOPF, PF, dan DUST adalah grade-grade yang digolongkan dalam mutu I, sedangkan PF 2, DUST 2, dan DUST 3 digolongkan dalam mutu II. Baik mutu I maupun mutu II merupakan mutu ekspor, sedangkan sisa-sisa hasil sortasi kering berupa Bohea dan Kawul sebagai mutu lokal. g. Penyimpanan dan Pengemasan Gambar 10. Jenis teh berdasarkan mutu Bubuk teh hasil sortasi ditimbang untuk mengetahui berat masing-masing jenis mutu yang dihasilkan, kemudian dilakukan penyimpanan pada peti miring. Penyimpanan ini bersifat sementara untuk menunggu waktu pengepakan setelah jumlah teh untuk masing-masing jenis mutu terpenuhi satu chop yang lamanya sekitar 7 sampai 10 hari. Peti miring terbuat dari kayu papan yang dilapisi seng pada bagian dalamnya untuk mempertahankan mutu serta menekan kenaikan kadar air. Jenis kemasan yang dipakai adalah papper sack untuk mutu ekspor dan karung plastik untuk mutu lokal. Setelah teh yang berada dalam peti miring mencapai satu chop, teh dikeluarkan melalui konveyor datar menuju tea packer yang berfungsi menampung sementara bubuk teh dan membantu proses pengemasan dengan adanya corong untuk memasukkan bubuk teh ke dalam paper sack. h. Analisa mutu Analisa mutu bertujuan disamping untuk menentukan mutu dengan menguji sifat-sifatnya, juga untuk mengetahui dan memeriksa kesalahan-kasalahan yang terjadi dalam proses pengolahan. Pengujian dilakukan terhadap: Kenampakan (appearance) yang meliputi warna dan keseragaman bentuk teh kering Sifat seduhan (liquor) yang meliputi warna, rasa dan aroma seduhan Sifat ampas teh (infused leaf) yang ditekankan pada warna ampas teh 16

13 Teh yang diuji ditimbang masing-masing seberat 3 gram untuk setiap jenis mutu teh yang diuji. Teh diseduh dalam cangkir porselin bertutup selama 5 menit, kemudian airnya dituangkan ke dalam mangkok dengan cara tutup cangkir tidak dibuak penuh agar ampas teh tidak tertuang ke dalam mangkok. Ampas teh yang tertinggal dalam cangkir bertutup akan diuji sifat ampasnya (infused leaf). Sedangkan air teh yang dituangkan ke dalam mangkok akan diuji sifat seduhannya (liquour). Pengujian dilakukan tanpa menggunakan alat atau mesin yang memerlukan masukan energi. Adapun tenaga kerja yang melakukan pengujian adalah termasuk tenaga kerja sortasi. D.KEBUTUHAN ENERGI DALAM PROSES PRODUKSI TEH HITAM Berdasarkan batasnya maka energi dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan suatu kerja (Abdullah, et.all 1998). Terdapat dua bentuk energi, yaitu energi primer dan energi sekunder. Energi primer adalah energi utama yang mana benda atau sesuatu tersebut dapat menghasilkan energi sendiri, misalnya Batubara, matahari, angin, minyak bumi. Sedangkan energi sekunder adalah energi yang dihasilkan dari energi primer, misalnya listrik yang dihasilkan dari energi angin. Energi sekunder inilah yang disebut sumber energi. Dalam bidang industri dan pertanian, energi sangat diperlukan. Energi merupakan salah satu input dalam proses produksi yang dapat dibedakan menjadi energi langsung, energi tak langsung, dan energi manusia. Energi langsung terdiri dari bahan bakar dan listrik. Energi tidak langsung terdiri dari pupuk, bahan bahan kimia untuk pertanian, mesin/peralatan produksi dan peralatannya, sedangkan energi biologis merupakan energi yang berasal dari manusia. 1. Energi pada sistem produksi teh hitam a. Energi Langsung Energi langsung merupakan energi yang digunakan secara langsung pada proses produksi yaitu berupa bahan bakar fosil (Abdullah,dkk,1989). Bahan bakar adalah sumber energi yang hampir digunakan dalam seluruh kegiatan pertanian baik dalam penggunaan alat dan mesin pra panen maupun pasca panen (lihat Tabel 7). Tabel 7. Nilai kalor per unit beberapa jenis bahan bakar Nilai kalor Sumber Energi Unit (MJ/unit) Gasoline /IDO Solar Minyak Bumi LPG Liter Liter Liter Liter Gas Alam m Batubara Keras Batubara Lunak Kayu keras Kayu lunak Listrik Kg Kg Kg Kg kwh Sumber :Cervinca ( 1980) dalam Kartikasari ( 2002)

14 b. Energi Tidak Langsung Energi yang secara tak langsung digunakan dalam suatu kegiatan atau proses produksi. Bentuk energi tidak langsung dapat berupa embodied energi yaitu energi yang digunakan untuk memproduksi alat dan mesin, dan energi bahan kimia, serta bahan bahan lain yang mendukung baik dalam produksi maupun penyimpanan bahan. Adapun bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi teh adalah pupuk, dan pestisida. Berikut ini penjelaskan mengenai input energi tersebut. Masukan energi berasal dari penggunaan pupuk Perhitungan secara pasti jumlah energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu kilogram pupuk memang sulit dilakukan. Pupuk nitrogen misalnya dapat berupa amoniak, ammonium sulfatndan urea. Pupuk fosfor dapat berupa super fosfat, tripel super fosfat dan ammonium fosfat. Sedangkan pupuk kalium dapat berupa KCL, ZA, dan bentuk-bentuk lain. Jenis pupuk kimia bersifat padat energi, karena memerlukan sejumlah bahan bakar fosil untuk memproduksinya. Pemakaian pupuk kimia dalam bidang pertanian bila ditinjau dari segi pemasukan energinya dirasakan masih sangat cukup tinggi. Besarnya energi masukan untuk produksi pupuk phospat dan potassium disajikan dalam Tabel 8. Jenis pupuk Tabel 8. Masukan energi untuk pupuk phosphat dan potassium Produksi (MJ/kg) Transportasi (MJ/kg) Distribusi (MJ/kg) Total (MJ/kg) Phosphate rock normal Super phospate (0-20-0) Tripel super phospate (0-46-0) Muriate of potash (0-0-60)/KCL Sumber: Blouin et al., 1975 dan Davis, 1977 dalam Pimentel, 1980 dalam Somantri, 2002 Pemakaian pupuk kimia dalam bidang pertanian bila ditinjau dari segi pemasukkan energinya dirasakan masih cukup tinggi. Penggunaan energi untuk proses produksi pupuk sebagian besar digunakan untuk proses-proses kimia. Besarnya energi masukan untuk produksi pupuk nitrogen disajikan dalam Tabel 9. Jenis pupuk Anhydrous ammonia Produksi (MJ/kg) Tabel 9. Masukan energi untuk pupuk nitrogen Transportasi (MJ/kg) Distribusi (MJ/kg) Urea Total (MJ/kg) Ammonium nitrate Sumber: Blouin et al., 1975 dan Davis, 1977 dalam Pimentel, 1980 dalam Somantri, 2002 Masukan energi berasal dari penggunaan pestisida Pestisida yang digunakan terdiri dari herbisida, insektisida, fungisida, rodentia, akarisida(pestisida pembunuh tungau), nematisida, dan fumisida. Pestisida membutuhkan energi untuk memproduksinya. Proses pembuatan bahan aktif pestisida menggunakan masukan energi langsung seperti listrik dan panas, dan enrgi tak langsung yang berasal dari bahan bakar untuk membuat hidrokarbon sebagai bahan baku 18

15 (Pimentel, 1980 dalam Somantri, 2002). Besarnya nilai kalor pestisida disajikan dalam Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Masukan energi untuk memproduksi beberapa jenis pestisida Jenis pestisida Herbisida : MCPA Diuron Atrazine Trifularin Paraquat 2,4-D 2,4-T Cloramben Dinozeb Propanil Propachlor Dicamba Glyposate Insektisida: DDT Toxaphene Metil parathion Carbofuran Carbaryl Fumigasi: Methil bromide Nilai kalor produksi (kcal/kg bahan aktif) Fungisida : Ferbam Maneb Captan Sulfur Sumber: Pimentel, 1980 dalam Somantri,

16 c. Energi biologis Tenaga manusia yang digunakan pada pekerjaan terutama dalam bidang pertanian merupakan tenaga biologis. Biasanya digunakan sebagai pengendali dalam melaksanakan tugas, maupun sebagai input energi langsung. Pengeluaran energi manusia sebagai input energi langsung dalam melakukan kerja dapat dilihat dari segi pengeluaran total tubuh dan pengeluaran tenaga mekanis (lihat Tabel 11). Tabel 11. Nilai energi manusia pada berbagai kegiatan produksi teh hitam (MJ)/jam Kegiatan Energi Keterangan Pemeliharaan Membuat drainase dan jalan jalan Pengerasan jalan Membuat drainase dan jalan produksi Pemeliharaan Membuat drainase dan jalan saluran air Penyiangan Menyiangi rumput Pemupukan Memupuk Pemangkasan Batas bawah aktivitas sedang Penggarpuan Batas bawah aktivitas sedang Penggosokan Memupuk lumut Perorakan Pengolahan tanah manual Pemupukan Memupuk organic Pembenaman Batas bawah aktivitas ringan serasah Penanaman Menanam pohon pelindung Penyulaman teh Menanam Pemberantasan Aplikasi Pestisida hama dan penyakit Pemetikan Batas bawah aktivitas ringan Pelayuan Batas bawah aktivitas ringan 20

17 Penggilingan Batas bawah aktivitas ringan Pengeringan Batas bawah aktivitas ringan Sortasi Batas bawah aktivitas ringan pengepakan Batas bawah aktivitas ringan Sumber : Edi Purnomo, 2006 Kapasitas seseorang untuk menghasilkan kerja produktif berbeda beda tergantung pada : (a) sifat pekerja yang meliputi umur, kekuatan, dan keterampilan; (b)tingkat konsumsi makanan dan oksigen, hal ini berhubungan dengan berat badan.(c) jenis kegiatan; (d) lamanya bekerja, maka semakin lama akan semakin tidak efisien; (e) kondisi lingkungan berhubungan dengan suhu, kelembaban udara, tanah, dan lain-lain (Moens dalam Sujai 2007). Menurut Van Loon (1978) dalam Malcolm (1990) bahwa atas kemampuan mengubah energi makanan kedalam bentuk kerja adalah 6 kkal/menit atau sama dengan 0.42 kw. Namun energi yang dapat diolah menjadi energi panas hanya sebesar persen, sehingga energi yang dapat digunakan untuk kerja sebesar 0.04 MJ/jam. 2. Hasil penelitian kebutuhan energi pada proses produksi teh hitam di beberapa perkebunan di PTPN VIII Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang konsumsi energi pada produksi pucuk teh menjadi bubuk teh di beberapa kebun teh di Jawa Barat, disajikan dalam Tabel 12 berikut: Tabel 12. Hasil-hasil penelitian konsumsi energi pada proses produksi teh dalam satuan MJ/kg teh kering. Kegiatan Teh Nusamba PTPN VIII Perkebunan PTPN VIII Cianjur 1) Goalpara 2) Jayanegara 3) Ciater Pemeliharaan TM Pemetikan Transportasi Pelayuan pucuk Penggilingan Pengeringan Sortasi kering Pengemasan Total Sumber : 1). Nasution, ). Mulyawan, ). Santoso, ). Kartikasari, 2002 input energi untuk kebun-kebun tersebut: BBM, biologis, pupuk, pestisida, dan listrik. Berdasarkan hasil penelitian - penelitian tersebut, besarnya masukan energi pada proses produksi di setiap tahapan proses mulai dari pemeliharaan TM, pemetikan, transportasi, pelayuan pucuk teh, penggilingan dan fermentasi, pengeringan bubuk teh dan sortasi kering baik secara total maupun pada tahapan tertentu selalu bervariasi. E.AUDIT ENERGI Audit energi merupakan bentuk kegiatan untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahapan di dalam suatu sistem secara keseluruhan (Abdullah, 1989). Audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat 21

18 dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu sistem, sarana maupun peralatan yang telah ada (KEPRES 43/1993, Konservasi Energi dalam Setiawan 2010). Bagian dari usaha konservasi energi adalah dengan cara mengetahui sumber-sumber pemborosan pemakaian energi, serta memberikan analisis dan jawaban mengenai tindakan yang bisa dilakukan terhadap pemakaian energi yang lebih tepat tanpa mengurangi produktifitas yang telah dicapai sebelumnya (PII, 1992 dalam Setiawan 2010). Menurut KONEBA (1989) dalam Mulyawan (1997), metode audit energi terdiri dari dua tahapan yaitu audit energi awal (preliminary anergy audit) dan audit energi terinci (detailed energi audit). 1. Audit Energi Awal Adalah berupa pengumpulan data awal dan analisa pendahuluan, yang terdiri dari pengelompokan sumber data, mengidentifikasi data yang diperlukan, pengumpulan data, analisa data, pembuatan rencana pengembangan. 2. Audit Energi Terinci Adalah dengan melakukan penjajagan terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap. Tahapan audit terinci yaitu: Evaluasi pengelolaan energi harian Melakukan audit energi awal Rencana pengembangan kegiatan pabrik Pemilihan bagian-bagian yang akan diaudit secara rinci Persiapan kelengkapan kerja Pemeriksaan data lapangan Evaluasi data yang dikumpulkan Mengidentifikasi peluang konservasi energi Rencana pengembangan aktivitas peralatan Pengawasan penggunaan energi secara kontinyu Penyempurnaan pengelolaan energi secara menyeluruh. Menurut Wayne C. Turner (1982) dalam Sholahudin(1999), langkah-langkah dalam audit energi adalah pengumpulan data, analisis, evaluasi biaya peralatan, membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi. Masing-masing tahap tersebut diuraikan secara rinci dalam uraian berikut. 1. Pengumpulan data Teknik pengumpulan data meliputi teknik analisis pendahuluan, pengumpulan data tetapan-tetapan peralatan, catatan lapang, pengoperasian data terhadap persamaan yang telah ada dan uji coba peralatan atau unjuk kerja. 2. Analisis Tahapan analisis ini meliputi: a. Menganalisa konsep penambahan biaya untuk tahapan tertentu b. Menganalisa kestimbangan massa dan energi c. Menganalisa pindah panas d. Mengevaluasi sifat muatan listrik e. Membuat model dan simulasi 3. Evaluasi biaya peralatan 4. Membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi Tahapan ini merupakan langkah terakhir dalam perumusan audit energi yang meliputi: 22

19 a. Laporan utama, merupakan hasil keseluruhan dari auditing (mulai bahan baku sampai barang jadi yang siap dipasarkan) b. Laporan biasa, merupakan data hasil perhitungan harian dari sebelum dijadikan hasil audit energi yang baku c. Laporan efektifitas pengelolaan peralatan auditing maupun peralatan pabrik d. Laporan tinjauan tiap tahapan proses Audit energi juga dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan (Philippines National Oil Company, 1986 dalam Mulyawan 1997) yaitu primary audit atau preliminary audit yang terdiri dari kegiatan pencatatan dan analisis pemakaian energi dengan cara melakukan tinjauan singkat pada fasilitas pabrik dan dengan analisis kebutuhan dan pembelian bahan bakar minyak. Primary audit dapat dilakukan 1-3 hari tergantung pada kerumitan pabrik. detailed audit atau maxi audit terdiri dari catatan lengkap pemakaian energi dan efisiensi. Hal ini mengharuskan penggunaan alat-alat pengukuran. Detailed audit dapat dikerjakan dalam waktu satu minggu atau lebih. Sedangkan plant survey atau mini audit terdiri dari identifikasi energi yang terpakai, menganjurkan peningkatan pemeliharaan dan praktek pengoperasian alat secara benar. Mini audit memerlukan pengujian dan pengukuran jumlah energi terpakai dan energi yang hilang serta meliputi anjuran dan analisis peluang konservasi energi dengan anggaran dana yang relatif murah. Pimentel et al. (1974) dalam Sholahudin (1999), menyebutkan bahwa ada tiga metode analisis yang digunakan untuk audit energi yaitu: 1. Analisis statistik Merupakan metode untuk menentukan energi yang tersimpan per satuan output dengan menggunakan data statistik, baik untuk memperoleh informasi sejumlah industri maupun lebih dari itu. 2. Analisis input-output Merupakan metode analisis secara langsung atau tidak langsung terhadap aliran bahan yang masuk ke dalam sistem untuk menghasilkan bahan keluaran tertentu dimana bahan keluaran ini dapat dinyatakan sebagai energi utama untuk menghasilkan keluaran tersebut. 3. Analisis proses Pada tiap tahapan proses diidentifikasi untuk menentukan jenis masukannya dan merupakan suatu identifikasi terhadap jaringan kerja dan proses yang harus diikuti untuk memproleh produk akhir 23

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi teh hitam meliputi kegiatan budidaya tanaman teh yang bertujuan menghasilkan pucuk teh yang berkualitas tinggi dan pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh yang siap

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PRODUKSI TEH HITAM ORTODOKS DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN JOLOTIGO, PEKALONGAN SKRIPSI

AUDIT ENERGI PADA PRODUKSI TEH HITAM ORTODOKS DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN JOLOTIGO, PEKALONGAN SKRIPSI AUDIT ENERGI PADA PRODUKSI TEH HITAM ORTODOKS DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN JOLOTIGO, PEKALONGAN SKRIPSI NURUL INAYAH F14070074 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ENERGY AUDIT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, IPB dan pabrik Cisaruni, PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora (Benson,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

Kemiringan Lahan: 0-15%

Kemiringan Lahan: 0-15% ANALISIS USAHA TANI TEH Kemiringan Lahan: 0-15% MODAL AWAL Pinjaman Bank Rp 1.500.000.000 KOMPONEN PRODUKSI JUMLAH PENGELUARAN TAHUN KE Pinjaman modal (setiap produksi pembayaran sebesar 25%) I II III

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA SISTEM PENGOLAHAN PUCUK TEH MENJADI TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT

AUDIT ENERGI PADA SISTEM PENGOLAHAN PUCUK TEH MENJADI TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT AUDIT ENERGI PADA SISTEM PENGOLAHAN PUCUK TEH MENJADI TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT Oleh : TAOPIK SETIAWAN F14104081 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii Aspek Keteknikan Pertanian Pada Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PTP Nusantara VIII Kebun Malabar, Bandung Oleh Juan Maragia F14103062 Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

1. Teh Hijau (Green Tea)

1. Teh Hijau (Green Tea) Siapa yang tidak kenal dengan teh? minuman teh merupakan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DELLA YUNITA W. 6103009076 MELISA SUGIARTO 6103009077

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh sebagai minuman telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak berabad-abad yang lampau. Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG 18 PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG Aspek Teknis Pembibitan Unit Perkebunan Bedakah memiliki lokasi pembibitan yang berada di Blok Bismo seluas 0.47 ha. Bangunan pembibitan (naungan kolektif) terbuat dari anyaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Kebun Golapara Sukabumi merupakan salah satu perkebunan yang dikelola oleh PTPN VIII. Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH Teknologi Bahan Penyegar Hari/ tanggal : 20, 27 Oktober 2012 Golongan : P4 Dosen : Dr. Indah Yuliasih, S.TP, M.Si Asisten : 1. Nur Rahmawati F34080004 2. Dora Vitra Meizar F34080100 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII Kebun Kertamanah A. Pendahuluan Pengeringan merupakan proses

Lebih terperinci